Anda di halaman 1dari 10

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan 15418

Telepon: 021-7490941 (Hunting)

Faksimile: 021-7490147 (Bagian Umum), 021 – 7434290 (Sekertaris Rektor)

Laman: www.ut.ac.id

TUGAS I

Kode/Mata Kuliah : ESPA 4227 / EKONOMI MONETER


Nama Mahasiswa : Ahmad Riza
NIM : 030659307

1. Jelaskan proses atau tahap perkembangan terbentuknya uang!

Terbentuknya uang tentu ada proses atau tahapan perkembangannya karena tidak mungkin
tiba- tiba tercipta dengan sendirinya terbentuk uang tanpa proses atau perkembangannya,
Setidaknya terdapat lima tahapan dalam sejarah perkembangan uang, ada 5 tahapan yaitu :

1. Tahap Sebelum Perdagangan Barter

Kebutuhan manusia memiliki sifat tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan sangat
terbatas sehingga manusia kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Awalnya, setiap
orang berusaha memenuhi kebutuhannya melalui usaha sendiri. Usaha tersebut dilakukan
antara lain dengan cara berburu, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana,
serta mencari buah- buahan untuk konsumsi sendiri. Perkembangan selanjutnya manusia
dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang dilakukannya tidak cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhannya.

2. Tahap Perdagangan Barter


Ketika menyadari bahwa kebutuhan sehari-hari tidak bisa dicukupi sendiri dan adanya
keterbatasan alat pemuas kebutuhan maka manusia berupaya memperbanyak ragam alat
pemuas kebutuhan dengan jalan melakukan pertukaran. Pada tahap awal mereka melakukan
penukaran antara barang dengan barang dari masyarakat yang saling membutuhkan,
akibatnya muncullah sistem barter. Sistem barter yaitu barang yang ditukar dengan barang,
Sistem barter ini merupakan tingkat kedua dari perkembangan perekonomian. Barter adalah
pertukaran atas suatu barang terhadap jenis barang yang lain. Dalam suatu pertukaran dengan
menggunakan cara barter ini harus dipenuhi syarat berupa adanya kesamaan keinginan
(double coincidence of wants) dari pihak yang terlibat barter. Menyamakan keinginan dari
pihak-pihak yang terlibat barter ini tidaklah mudah, sehingga syarat "double coincidence of
want" ini sekaligus menjadi hambatan yang terjadi dalam transaksi dengan menggunakan
cara barter ini.

Namun demikian bukan berarti masalah pemenuhan semua kebutuhan bisa diatasi. Dalam
perkembangannya mulai timbul kesulitan-kesulitan dalam penerapan sistem ini. Setidaknya
ada dua kesulitan yang timbul dari adanya perdagangan barter antara lain adalah kesulitan
menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan
barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan
satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk
lebih jelasnya perhatikan kedua kasus berikut ini.

Kasus 1

Misalnya pak Budi memiliki sekeranjang apel dan membutuhkan beras untuk makan. la
bertemu pak Diki yang memiliki beras namun menginginkan apel.

Kasus 2

Pak Budi memiliki sekeranjang apel dan membutuhkan beras. Pak Diki memiliki beras
namun ia membutuhkan telur. Pak Pujo memiliki telur dan membutuhkan apel.

Pada kasus 1 karena adanya double coincidence of wants, kedua pihak yang saling
membutuhkan bertemu dan terjadilah pertukaran barang atau barter. Namun apakah demikian
juga terjadi pada kasus 2? Pada kasus 2 tidak ada double coincidence of wants sehingga
pertukaran tidak bisa dilakukan, karena tidak memiliki kebutuhan yang sama. Dengan
semakin berkembangnya perekonomian maka kebutuhan manusia juga semakin banyak
sehingga menuntut tersedianya pemuas kebutuhan, Maka pola perdagangan barter menjadi
tidak efektif lagi. Dengan demikian bisa dicatat beberapa kelemahan dalam perdagangan
barter:

 pola perdagangan barter hanya dapat dilakukan dalam skala kecil dan tidak bisa
dilakukan secara besar-besaran;
 pola perdagangan barter pertukaran apabila dilakukan akan memerlukan waktu yang
relatif lama karena menunggu adanya double coincidence of wants;
 perekonomian yang menggunakan pola barter sulit berkembang karena terhambat
adanya double coincidence of wants yang memerlukan waktu yang relatif lama;
 nilai barang dalam pola perdagangan barter akan sangat kabur karena tidak ada alat
ukur nilai yang pasti.

3. Tahap Uang Barang (Commodity Money)

Untuk mengatasi kesulitan yang timbul pada perdagangan barter, maka ada pemikiran untuk
menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang
ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum
(generally accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki
nilai magis dan mistik). atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari,
misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai alat
pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang; orang
Inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti
garam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu
antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan
sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation)
menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda
tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama.

Penduduk asli Bandiagara di pedalaman benua Afrika mempertukarkan hasil pertaniannya,


dari sebakul tomat dengan sejumlah kebutuhan harian, susu, gandum dan sejenisnya.
Transaksi yang awalnya dilakukan dengan barter ini kemudian berkembang dengan
menggunakan alat tukar yang terbuat dari hasil bumi seperti coklat dan sejenisnya (uang
komoditi). Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan pertukaran tetap ada di antaranya:

a) nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan;


b) banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah;
c) sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation);
d) mudah hancur atau tidak tahan lama.

4. Tahap Uang Logam

Uang logam mulai banyak digunakan pada abad ke-18, yakni uang logam baik berupa uang
perak maupun uang emas dan kemudian berlaku standar emas sampai awal abad ke-20.
Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum,
tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah
dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat
tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang
penuh (full bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai
nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang
berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak
terbatas dalam menyimpan uang logam.

Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh Croesus
di Yunani sekitar 560-546 SM. Pada saat yang bersamaan, medium uang yang berfungsi
sebagai instrumen alat bayar mulai dikembangkan, dibuat dari berbagai benda padat lainnya
seperti tembikar, keramik atau perunggu. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, maka
tukar-menukar menggunakan uang logam juga berkembang, sementara jumlah logam mulia
terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar
(sulit dalam hal penyimpanan dan pengangkutan). Dalam sistem ini, nilai uang ditentukan
oleh nilai intrinsik dari jenis uang tersebut. Karena uang mempunyai nilai intrinsik, maka
tidak ada kebutuhan dari pemerintah untuk menjamin nilai uang tersebut. Nilai uang
ditentukan oleh kekuatan pasar melalui penawaran dan permintaan akan perak dan emas,
namun penawaran uang akan dibatasi oleh seberapa besar logam mulai bisa ditambang, Oleh
karena itu diperlukan kontrol oleh pemerintah untuk menstabilkan sistem finansial.
Keterbatasan ini yang menjadi salah satu penyebab ambruknya Sistem Standar Emas

5. Tahap Uang Kertas

Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu kesulitan ketika perkembangan


tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam
mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk
transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas. Mula-mula uang kertas
yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk
melakukan transaksi. Mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai alat tukar. Dengan
kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100 persen
dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. Nilai dari uang kertas bukan ditentukan oleh nilai
intrinsiknya melainkan oleh daya beli dari uang tersebut. Uang kertas ini digunakan secara
luas karena lebih sesuai sebagai medium pertukaran.

Desa Jachymod di Ceko, Eropa Timur, dianggap sebagai wilayah pertama yang
menggunakan mata uang yang diberi nama dolar, yang merupakan mata uang yang paling
populer di abad modern. Mulanya disebut Taler, kemudian orang Italia mengejanya menjadi
Tallero, lidah Belanda menuturkan daler, Hawai dala, dalam dialek Inggris diungkapkan
sebagai dollar. Embrio dolar dibuat dari bahan baku perak dan emas dalam bentuk koin. Pada
mulanya, taler sendiri adalah sebutan mata uang yang berkembang di daratan benua Eropa
sejak abad ke-16 yang jenisnya lebih dari 1500. Namun dalam peradaban modern, masing-
masing bangsa atau negara menciptakan sebutan tersendiri bagi mata uangnya untuk
menunjukkan statusnya yang independen.

Dalam sejarah pemakaian kertas sebagai bahan pembuat uang, Cina dianggap sebagai bangsa
yang pertama menemukannya, yaitu sekitar abad pertama Masehi, pada masa Dinasti T'ang.
Benjamin Franklin (AS) ditetapkan sebagai Bapak Uang Kertas karena ia yang pertama kali
mencetak dolar daribahan kertas, yang semula digunakan untuk membiayai perang
kemerdekaan Amerika Serikat. Sebagai penghormatan pemerintah terhadap Benjamin
Franklin, potretnya diabadikan di lembaran mata uang dolar pecahan terbesar yaitu USD 100.
Dalam perjalanannya penggunaan uang kertas berkembang menjadi atribut dan simbol
sebuah negara. Namun sebagai garansi dari negara yang bertanggung jawab atas
peredarannya, maka jumlah uang kertas yang diterbitkan selalu dikaitkan dengan jumlah
cadangan emas yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan. sekitar tahun 1976,
ketergantungan pencetakan uang kertas sudah tidak lagi dihubungkan dengan cadangan emas,
tetapi dibiarkan bergulir dan terjun ke pasar besar menghadapi hukum penawaran dan
permintaan sebagaimana yang tumbuh dalam hukum ekonomi.

Sumber :

BMP ESPA 4227/ EKONOMI MONETER ( Modul 1, Hal 1.3 s.d 1.8) Universitas Terbuka.
2. Terangkanlah apakah itu fungsi bank umum di Indonesia?

Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menunjukkan betapa pentingnya
keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu:

1. Penciptaan Uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme
pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan
posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi
atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank
umum menciptakan uang giral.

2. Mendukung kelancaran Mekanisme Pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank
umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman,
seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia
dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun
dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana
simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,
utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan
transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis,
jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang
beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi
internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-barang Berharga

Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu jasa yang paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang- barang berharga yang dimilikinya
seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat

menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.

6. Pemberian Jasa-jasa Lainnya

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim
uang melalui ATM, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

Sumber :

BMP ESPA 4227/ EKONOMI MONETER ( Modul 2, Hal 2.5 s.d 2.6) Universitas Terbuka.

3. Terangkanlah teori kuantitas uang menurut Irving Fisher!

Teori kuantitas uang menurut Irving Fisher disebut juga Teori permintaan uang Klasik, yang
mula-mula diperkenalkan oleh Irving Fisher dengan teori kuantitas uangnya. Pandangan
klasik mengenai faktor yang menentukan permintaan uang dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori kuantitas (quantity theory) dan teori sisa tunai (cash-balance theory).
Pada mulanya teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang masyarakat
menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang itu sendiri (Nopirin, 2010). Ada 2
pendekatan yang digunakan dalam teori permintaan uang Klasik, yaitu pendekatan persamaan
Fisher dan pendekatan Cambridge. Adapun teori uang menurut Irving Fisher yaitu :

Pendekatan Persamaan Fisher


Analisis Irving Fisher dimulai dengan suatu identitas sederhana, bahwa di dalam setiap
transaksi terdapat pembeli dan penjual. Kemudian ekonomi agregat menunjukkan bahwa nilai
jual harus sama dengan nilai yang diterima. Sekarang nilai jual harus sama dengan angka
perilaku transaksi. Secara matematis identitas Fisher seperti tampak pada persamaan (3.1)
berikut ini.

MV = PT

di mana:

M = jumlah uang dalam perekonomian,

V= velositas (kecepatan) transaksi dari uang yang merupakan rata-rata waktu satu unit
uang berpindah tangan untuk satu periode waktu tertentu

T = volume transaksi

P = tingkat harga.

Fisher menyatakan bahwa nilai V ditentukan oleh kebiasaan pembayaran gaji dan efisiensi
lembaga keuangan. Oleh karena faktor-faktor ini tidak selalu berubah maka nilai V relatif
tetap, pada suatu periode tertentu (misalnya satu tahun), kuantitas barang yang
diperdagangkan T jumlahnya tertentu. Dalam keseimbangan (full employment) nilai T adalah
tetap dan telah mencapai tingkat yang maksimum. Berdasarkan keyakinan bahwa nilai V dan
T adalah tetap, maka ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa perubahan dalam
penawaran uang hanya akan mempengaruhi tingkat harga.

Identitas Fisher tersebut menunjukkan bahwa jumlah uang dalam peredaran dikalikan
velositas uang akan sama dengan nilai transaksi. Semula identitas ini bukan merupakan teori
moneter, tetapi kemudian Fisher berpendapat bahwa identitas tersebut dapat diterjemahkan
menjadi teori moneter dengan beberapa anggapan. Menurut Fisher, pada dasarnya orang
bersedia memegang uang karena kegunaannya dalam proses transaksi dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor kelembagaan. Faktor-faktor kelembagaan misalnya metode pembayaran yang
biasanya dilakukan oleh masyarakat (harian, mingguan, dan bulanan), tingkat moneterisasi
masyarakat, penggunaan alat pembayaran yang lain seperti kartukredit dan kualitas
komunikasi. Faktor-faktor kelembagaan ini pada umumnya hanya berubah sporadis dan akan
berpengaruh terhadap V. Namun, di sini dianggap bahwa dalam jangka pendek faktor-faktor
kelembagaan tersebut tidak berubah sehingga V dianggap tetap, maka identitas dapat
dituliskan menjadi bentuk persamaan, seperti tampak pada persamaan (3.2) berikut ini.

M v- = P T-

Volume transaksi ditentukan oleh tingkat pengerjaan penuh (full employment) dari
pendekatan dan dalam jangka pendek juga dianggap tetap. Dengan demikian dari asumsi-
asumsi di atas memungkinkan untuk diperoleh suatu versi teori kuantitas (quantity theory)
sebagai berikut yang ditunjukkan oleh persamaan (3.3).

Md = { 1/ V } PT

Md = KPT

di mana :

k=1/V

Persamaan (3) menyatakan bahwa dalam jangka pendek permintaan uang mempunyai
proporsi yang tetap dari nilai transaksi. Permintaan uang juga memiliki proporsi yang konstan
dengan pendapatan sehingga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Selanjutnya, jika
penawaran uang dianggap variabel eksogen, maka keadaan seimbang permintaan uang sama
dengan penawaran uang, yang diperlihatkan pada persamaan (3.4) berikut ini.

Md = KPT

Md = Ms

di mana:

Ms = penawaran uang (variabel eksogen)

Md = permintaan uang

Dengan demikian jika perekonomian berada pada kondisi pengerjaan penuh (full
employment) maka V dan T dianggap konstan dalam jangka pendek, serta M merupakan
variabel eksogen (bebas) yang nilainya ditentukan oleh penguasa/otoritas moneter, sedangkan
tingkat harga merupakan variabel endogen (tak bebas). Dari konsep ini dapat dikatakan
bahwa perubahan tingkat harga merupakan bagian yang proporsional dari perubahan jumlah
uang yang beredar.
Sumber :

BMP ESPA 4227/ EKONOMI MONETER ( Modul 3, Hal 3.2 s.d 3.5 ) Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai