Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwiki Rangga Satria

NIM : 2116120099
Kelas : 6122F
Kampus : Citra Raya

Sejarah Uang
1. Sejarah Munculnya Uang
a. Masa Sebelum Barter
Pada zaman purba, atau pada masyarakat yang masih sangat sederhana, orang
belum bisa menggunakan uang. Perdagangan dilakukan dengan cara langsung
menukarkan barang dengan barang. Cara ini bisa berlangsung selama tukar
menukar masih terbatas pada beberapa jenis barang saja.
b. Masa Barter
Pada masa ini untuk memenuhi kebutuhan, orang/kelompok sudah mulai
membutuhkan pihak lain/yang dihasilkan oleh pihak lain. Karena jumlah sudah
semakin meningkat dan bertambah, maka muncullah pertukaran barang, karena
pada masa ini orang belum mengenal produksi barang.
Syarat utama terjadinya barter adalah bahwa orang yang akan saling tukar
barang, mereka saling membutuhkan.
Kesulitan barter:
1) Sulit menemukan barang untuk kebutuhan yang mendesak
2) Sulit menentukan perbandingan barang yang ditukarkan
3) Sulit memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam
c. Masa Uang Barang
Pada masa ini, orang sudah mulai berfikir barang perantara sebagai alat
pertukaran, maka dicarilah jenis barang yang dapat mempermudah pertukaran.
Syarat sebagai alat perantara pertukaran barang/uang adalah:
1) Barang tersebut dapat diterima dan dibutuhkan semua orang
2) Barang tersebut dapat ditukarkan kepada siapa saja
3) Mempunyai nilai tinggi
4) Tahan lama
Kesulitan uang barang:
1) Sukar disimpan
2) Sukar dibawa kemana-mana
3) Sukar dibagi menjadi bagian yang lebih kecil
4) Nilai uang barang tidak tetap
Jenis barang yang pernah digunakan sebagai alat uang barang antara lain:
kulit hewan, hewan, batu-batuan berharga, kulit pohon, dan logam.
d. Masa Uang
Peradaban yang semakin maju, mengakibatkan kebutuhan yang semakin
banyak dan bertambah pula, hal tersebut mendorong manusia untuk alat perantara
pertukaran yang mudah, praktis, dan mempunyai nilai, maka dikembangkanlah
jenis uang.
Suatu barang berfungsi sebagai mata uang, apabila memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Dapat diterima oleh siapapun
2) Tahan lama
3) Mudah disimpan
4) Mudah dibawa kemana-mana
5) Dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak mengurangi
nilainya
6) Jumlahnya terbatas
7) Nilai uang tetap

2. Hukum Uang dalam Perspektif Islam


Uang dalam islam pada mulanya dicerminkan dalam dirham sebagai alat tukar
dan alat nilai, kemudian berkembang menjadi uang emas dan perak dengan nama
dinar (uang Arab). Dalam ekonomi Islam uang yang direkomendasikan adalah
emas dan perak atau biasa disebut dengan dinar dan dirham. Dipilihnya mata uang
emas dan perak paling tidak karena empat alasan, yaitu Pertama, dalam Al-Quran
dan As Sunnah banyak menyebutkan harta dan kekayaan dengan istilah emas dan
perak (dinar dan dirham). Keyakinan ini semakin mendorong penggunaan atas
keduanya meski tidak ada keharusan. Kedua adalah dalam upaya menegakkan
rukun Islam yaitu membayar zakat dan menegakkan hukum Islam yaitu hukuman
bagi pencuri yang ukuran standarnya adalah dinar dan dirham. Ketiga, bahwa uang
emas bersifat universal dan dapat diterima oleh setiap manusia karena bahannya
adalah emas dan relatif lebih sulit untuk dipalsukan. Keempat, uang emas dapat
digunakan sebagai alat simpanan yang nilainya relatif stabil.
Dalam Islam juga dijelaskan bahwa fungsi uang hanya sebatas pada uang
sebagai alat tukar (medium of exchange) dan kesatuan hitung (unit of account).
Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan/manfaat, akan tetapi fungsi uanglah
yang memberikan kegunaan. uang menjadi berguna jika ditukar dengan benda
yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu uang tidak
bisa menjadi komoditi/barang yang dapat diperdagangkan.
Islam juga melarang penumpukan atau penimbuanan uang. Barang siapa yang
menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang
beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang
sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi
proses atau kelancaran jual beli. akibatnya proses pertukaran dalam perekonomian
terhambat. Di samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia
cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal
(zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang
tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang
penumpukan/penimbunan harta dan memonopoli kekayaan.

ِ ‫) يَوْ َم يُحْ َمى َعلَيْهَا فِي‬34( ‫ب َألِ ٍيم‬


‫نَار‬ َّ ِ‫َب َو ْالف‬
ٍ ‫ضةَ َواَل يُ ْنفِقُونَهَا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ فَبَ ِّشرْ هُ ْم بِ َع َذا‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ يَ ْكنِ ُزونَ ال َّذه‬
ُ ْ ُ ْ ُ ُ ُ َ ُ ُ ْ ‫َأِل‬ ُ ْ َ ُ ُ
‫َجهَن َم فتك َوى بِهَا ِجبَاهُهُ ْم َو ُجنوبُهُ ْم َوظهُو ُرهُ ْم هَذا َما َكنَزت ْم نف ِسك ْم فذوقوا َما كنت ْم تَكنِزون‬ ْ ُ َ َّ

Artinya : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih”. “(ingatlah) pada hari ketika
emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi,
lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka “Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu”. (Q.S. At-Taubah : 34-35)

Anda mungkin juga menyukai