Anda di halaman 1dari 12

Machine Translated by Google

Jurnal Pendidikan Islam 4 (1) (2018) 75-86 p-ISSN: 2355-4339


DOI: 10.15575 / jpi.v4i1.2250 e-ISSN: 2460-8149
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi

PENERAPAN STANDAR MANAJEMEN PENDIDIKAN DI


BIMBINGAN SMA Islam Swasta

Herson Anwar
State Islamic Institute (IAIN) Sultan Amai Gorontalo Jl. Sultan Ama,
Kayumerah, Limboto, Gorontalo, Indonesia, 96181 Email:
herson.anwar@gmail.com

Diterima: 03, 2018. Diterima: 06, 2018. Diterbitkan: 06, 2018.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan standar manajemen pendidikan untuk pengembangan SMA Islam swasta. Ini
adalah studi kasus di Kota Gorontalo (salah satu kota besar di Indonesia).
Studi ini mengkaji proses penegakan program, seperti pengelolaan bagian kurikulum dan kegiatan pembelajaran, siswa,
guru dan staf, fasilitas, bagian moneter, budaya dan lingkungan sekolah, serta hubungan masyarakat dan kemitraan.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan standar manajemen pendidikan di bawah bimbingan Madrasah Ibtidaiyah telah dilaksanakan walaupun ada
beberapa
komponen manajemen yang belum dilaksanakan dengan baik sebagai standar. Tantangannya adalah rendahnya minat orang
tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah, pelayanan yang tidak representatif, perencanaan keuangan yang tidak
efisien, kebijakan pemerintah dan yayasan, program pendidikan gratis, program kehumasan
lebih mementingkan program internal, serta kurangnya SDUHQWV·NQRZOHGJHDERXW, VODPLFKLJKVFKRRO 7KH
Potensi madrasah seperti kurikulum agama, program ekstrakurikuler, dan kelengkapan fasilitas harus dioptimalkan.

Kata Kunci : Standar Manajemen Pendidikan, Bimbingan, Madrasah Aliyah Swasta.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengkaji implementasi standar pengelolaan pendidikan dalam pembinaan Madrasah Aliyah
Swasta di Kota Gorontalo yang difokuskan pada proses pelaksanaan program yaitu: pengelolaan bidang kurikulum
dan kegiatan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, bidang
keuangan
dan pembiayaan, budaya dan lingkungan madrasah, humas dan kemitraan. Selain itu untuk menganalisis tantangan
yang dihadapi sehingga dapat memaksimalisasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi dan metodologis. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi yang
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi standar pengelolaan pendidikan
dalam pembinaan Madrasah Aliyah Swasta sudah terlaksana meskipun ada beberapa komponen pengelolaan yang
belum terlaksana sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan. Tantangannya adalah rendahnya minat orang tua
dan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di madrasah, layanan yang belum representatif, perencanaan
keuangan yang kurang matang, kebijakan pemerintah dan yayasan, adanya program pendidikan gratis, program
kerja humas lebih fokus terhadap program internal, pengetahuan orang tua tentang madrasah kurang. Maksimalisasi
keunggulan yang sudah dimiliki madrasah, seperti kurikulum agama, ekstra kurikuler dan memanfaatkan
kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki. Mengingat masyarakat belum mengetahui dengan pasti seperti apa
sistem pendidikan, kualitas dan prospek dari madrasah, maka maksismalisasi pencitraan terhadap Madrasah Aliyah
Swasta perlu untuk terus dilakukan dan ditingkatkan.

Kata Kunci: Standar Manajemen Pendidikan, Panduan, Sekolah Tinggi Islam Swasta.
Machine Translated by

Herson Anwar

PENGANTAR
Dewasa ini, masih banyak permasalahan di bidang pendidikan. Kendala utamanya adalah biaya proses
pengajaran yang harus ditanggung baik oleh sekolah maupun siswa. Dengan demikian, cara alternatif untuk
memanfaatkan sumber daya minimum adalah untuk mencapai tujuan sekolah (Ngozi Amanchukwu &
Ololube, 2015). Catatan memainkan peran penting dalam mendapatkan manajemen sekolah yang efektif. Jika
arsip tidak dikelola dengan baik, fungsi manajemen sekolah akan bermasalah (Gama, 2010). Catatan yang
baik melampaui manfaat jangka pendek dan jangka panjang dan mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan
secara keseluruhan (Kuh, Cruce, Shoup,
Kinzie, & Gonyea, 2008). Terkait pengelolaan Madrasah, pemerintah telah menginisiasi otonomi pendidikan
dalam pengembangan kualitas madrasah (Fullan & Watson, 2000; Parker & Raihani, 2011).
Perkembangan Madrasah sebagai subsistem manajerial sangat bergantung pada pengelolaan subsistem
Madrasah secara keseluruhan, baik secara mandiri maupun secara keseluruhan (Lubis, Yunus, Embi,
Sulaiman, & Mahamod, 2010; Sabri, 2014). Manajemen Madrasah merupakan tinjauan afektif Madrasah dari
segi penataan yang dilakukan oleh kepala Madrasah terhadap kerja lapangan, seperti siswa, staf, kurikulum,
fasilitas, keuangan, dan kemitraan antara Madrasah dan masyarakat (Machfudi, 2017). .
Secara formal, Madrasah di Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu Madrasah Negeri dan Madrasah
Swasta. Namun, pada awalnya, semua Madrasah berada di bawah Kementerian Agama sebagai sekolah
swasta yang didirikan dan diprakarsai oleh masyarakat Islam setempat. Pendirian Madrasah Negeri akhir-
akhir ini dibentuk di sisi lain dari pemerintah sebagai cara untuk membantu dan membimbing madrasah
swasta (Hashim, Rufai, & Nor, 2011).
Fakta menunjukkan bahwa keterlambatan madrasah swasta sebagai dampak dari keterbatasan dana,
fasilitas penunjang pembinaan, dan lemahnya pola pengelolaan dalam sistem pembinaan dengan pengelolaan
tradisional (Sofo, Fitzgerald, & Jawas, 2012). Selain itu belum adanya tata kelola yang kondusif sehingga
menimbulkan pengelolaan yang tidak transparan dan tidak akuntabel, termasuk intensitas kemitraan antar
komponen terkait, yaitu pengurus yayasan dan madrasah, dan orang tua tampaknya kurang memberikan
kontribusi dalam pengembangan Swasta. Madrasah
(Triwiyanto & Juharyanto, 2017). Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji tentang pembinaan
Madrasah, khususnya pada Madrasah Aliyah Swasta.
Madrasah Aliyah Swasta sebagai bagian dari penyelenggara pendidikan nasional bertugas untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai standar manajemen pendidikan yang berlaku, yang berlaku
secara nasional (Peraturan Nomor 13 Tahun 2015 pasal 1 ayat 10) (Muttaqin, 2012). Padahal, ada standar
minimal pendidikan yang harus dipenuhi madrasah dalam melakukan pengelolaan pendidikan berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan yang diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2015 ( lihat https://think-asia.org/ bitstream/ handle /11540/4385/ACDP-020-Evaluation-of-
International-Standard-Schools-in-Indonesia _LM_RM.pdf?sequence=1).

Karena penelitian yang mengkaji tentang Manajemen Madrasah khususnya pada Madrasah Ibtidaiyah
di Indonesia masih jarang ditemukan, maka penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi penerapan standar
manajemen pendidikan untuk pengembangan Madrasah Aliyah Swasta. Sebagai model, kami memilih salah
satu SMA Islam swasta di Kota Gorontalo. Berbeda dengan laporan lainnya, penelitian ini difokuskan pada
proses penegakan program. Secara khusus penelitian ini mengevaluasi pengelolaan bagian kurikulum dan
kegiatan pembelajaran, siswa, guru dan staf, fasilitas, bagian keuangan, budaya dan lingkungan sekolah, serta
hubungan masyarakat dan kemitraan. Karena masih banyak orang yang belum memahami secara jelas tentang
sistem pendidikan Islam (berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya), kualitas, dan prospek madrasah,
penelitian ini dapat membuka wawasan tentang pentingnya madrasah di masyarakat.

7 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439


Machine Translated by

Implementasi _

METODE
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. penelitian
dilaksanakan di Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo (Sekolah Menengah Atas Islam di
Indonesia). Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam studi ini, analisis
data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Selain itu, penelitian ini juga menerapkan editing,
kategorisasi/coding, dan meaning making. Dalam proses pengeditan data, data diterjemahkan dan dikonversi.
Data yang tidak dapat dibaca kemudian diterjemahkan agar dapat dibaca dan dimengerti.
Pada tahap coding, dilakukan kategorisasi data sesuai dengan fokus masalah penelitian. Untuk
memperoleh makna, penelitian ini menginterpretasikan data yang dianalisis sesuai dengan fokus
masalah yang akan diberi makna. Konseptualisasi pernyataan ilmiah juga ditambahkan sebagai
kesimpulan dari penelitian.

HASIL DAN DISKUSI


Penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga pendidikan khususnya Madrasah mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Manajemen Pendidikan. Dalam Perpres
ini, secara teknis diatur hal-hal yang terkait, antara lain perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi
dan pembinaan, kepemimpinan Madrasah, sistem informasi manajemen dan penilaian khusus. Untuk
memahami penerapan standar manajemen pendidikan binaan Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo,
dibatasi pada proses pelaksanaan program, yaitu: (a) pengelolaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran, (b)
pengelolaan siswa , (c) pengelolaan guru dan tenaga kependidikan, (d) pengelolaan sarana, (e) pengelolaan
keuangan dan pembiayaan,
(f) pengelolaan budaya dan lingkungan sekolah/madrasah, (g) pengelolaan kemitraan .

Jika seluruh potensi yang ada di Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo diberdayakan secara
optimal maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah Aliyah, meskipun banyak
tantangan yang dihadapi. Dengan segala keunggulan yang dimiliki Madrasah dapat menjadi landasan
pemenuhan target sesuai dengan tujuannya, dan keberadaan Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Islam
dilandasi kemandirian dan kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat, dengan kemauan berperan aktif
dalam membangun dan membimbing Madrasah.

Sebagai upaya menjadikan Madrasah Aliyah Swasta menjadi menarik bagi masyarakat,
manajemen pendidikan harus ditingkatkan. Perbaikan tersebut meliputi perencanaan program,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap lingkungan akademik, fasilitas, kurikulum,
kemahasiswaan, sumber daya manusia, pendanaan, serta pembelajaran dan kemitraan. Hal ini dapat
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan di Madrasah. Pada gilirannya, ini
menciptakan rasa memiliki dari mereka dan masyarakat. Melalui pengelolaan pendidikan di Madrasah tersebut
diharapkan terwujud pembinaan madrasah yang efektif , yaitu profil yang kuat, mandiri dan kondusif bagi kondisi
masyarakat untuk mengembangkan sikap kritis, kreativitas, dan motivasi yang tinggi.

Manajemen Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran


Guru merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan kurikulum dan pembelajaran

seperti tidak memahami perkembangan kurikulum baru, mengalami kesulitan dalam menyusun silabus, dan
mempromosikan metode pengajaran yang tidak beragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan rekonstruksi
bimbingan, yang memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan
relevan dengan keterampilannya.
Rekonstruksi pembinaan perlu dilakukan dalam memaksimalkan pengelolaan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran, seperti: 1) kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan

Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439 H 7


Machine Translated by

Herson Anwar

kondisi dan kebutuhan siswa dan lingkungan; 2) pengurangan mata pelajaran di sekolah atau pengurangan materi
pelajaran, karena 19 mata pelajaran (47-55 jam) per minggu adalah sangat besar beban, jika dibandingkan dengan
sekolah menengah umum yang hanya memiliki 15 mata pelajaran (39 jam per minggu); 3) materi utama paling
sedikit 5-7 jam, dan yang lainnya akan dikurangi, dan akan ditambahkan ke materi utama; 4) peminatan dapat
dimulai sejak tahun pertama (Kelas X), sehingga pendalaman dan pematangan ilmu utama dapat lebih optimal.
Hakikat pembinaan pengelolaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran menuntut Madrasah untuk memiliki
kemandirian, kreativitas, inovasi, dan inisiatif dalam mengelola kurikulum.
Madrasah harus memiliki sumber daya manusia dan lembaga yang cukup untuk dapat mengelola kurikulum
(Alam, Ismail, & Mishra, 2010). Oleh karena itu, Madrasah harus mampu melakukan pengembangan dan
pengelolaan kurikulum, membentuk tim pengembangan kurikulum, melakukan workshop pengembangan kurikulum,
dan menyusun kurikulum dengan melibatkan berbagai komponen terkait, terutama bagi guru.
Pengembangan kurikulum yang harus diperhatikan secara umum adalah pengelolaan kurikulum Madrasah,
Kurikulum Madrasah memiliki keunikan dengan pendidikan Islamnya, tetapi perlu dipikirkan bagaimana
menyetarakan kurikulum yang menjadi pedoman bagi semua sekolah dalam kelompok sekolah umum. Madrasah
Aliyah termasuk dalam kelompok sekolah menengah atas sehingga muatan pengetahuan umum harus
mengandung keterampilan yang harus dikuasai oleh lulusannya.

Manajemen Mahasiswa
Temuan dari penelitian terkait pengelolaan siswa diperoleh dari pelaksanaan penerimaan siswa baru,
layanan konseling, ekstrakurikuler, bimbingan prestasi utama yang dilakukan sebagai indikator yang sesuai,
meskipun pada aspek bimbingan dan konseling. Perlu dirumuskan perencanaan program yang meliputi kegiatan
pada saat pembelajaran maupun di luar waktu pembelajaran. Sebaliknya faktor yang menjadi kendala, antara lain
1) kurangnya fasilitas belajar dan tidak adanya perencanaan yang baik dari pihak Madrasah dalam menentukan
jumlah siswa yang akan diterima, membuat tidak adanya peraturan yang pasti dalam penerimaan siswa baru, dan
hal tersebut menyebabkan jumlah siswa yang diterima tidak seimbang dengan jumlah siswa yang seharusnya
diterima untuk kelas tersebut, 2) pengawasan terhadap siswa tidak dapat terus menerus dilaksanakan dengan baik
dalam pengendalian atau pengarahan dalam kegiatan yang berkaitan dengan siswa, 3) kurangnya kesiapan dari
penyelenggara pendidikan di Madrasah dalam mengelola siswa.

Banyak Madrasah Swasta yang tidak mampu bertahan karena jumlah siswanya yang sedikit.
Bahkan, ketua yayasan pernah mengatakan bahwa mendapatkan siswa baru lebih sulit daripada mendapatkan guru
baru. Lebih lanjut dikatakannya, untuk mendapatkan guru baru hanya dengan membuka pengumuman lowongan
kerja maka pelamar akan mudah datang. Sebaliknya, untuk mencari siswa baru sangat sulit, dan tidak cukup
dengan menyebarkan brosur dan memasang pengumuman di jalan untuk mendapatkan siswa. Faktor ini
menunjukkan bahwa dalam kegiatan pendidikan di era persaingan ini, siswa merupakan komponen utama yang
harus dikelola dan dihargai martabatnya, dan tidak berbeda dengan pembeli/konsumen seperti halnya dalam bisnis
(Kehinde, 2009).

Rekonstruksi bimbingan yang perlu dilakukan dalam memaksimalkan pengelolaan siswa adalah
1) penerimaan siswa baru, Madrasah diperbolehkan menerima dan merekrut siswa sebanyak- banyaknya, namun
harus disesuaikan dengan fasilitas dan ruang kelas yang tersedia, jika jumlah siswa banyak tetapi kualitasnya
kurang baik bahkan menjadi tidak efektifnya proses belajar-mengajar, maka perlu diperhatikan dengan melihat
jumlah kelas dan fasilitas yang tersedia; 2) panitia kebutuhan siswa Madrasah
harus menentukan standar nilai minimum atau rata-rata nilai kelulusan pada seleksi
siswa baru, dan cara itu dapat digunakan untuk menghasilkan siswa baru yang benar-benar berprestasi

7 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439


Machine Translated by

Implementasi _

kompetensi dan memiliki kualitas yang baik dalam membimbing atau mengelola di bidang
kemahasiswaan; 3) perlu adanya koordinasi melalui kegiatan kesiswaan, penggunaan alat, pengaturan
waktu, pemberian dan penerimaan saran, pengarahan dan bimbingan oleh kepala sekolah dan guru
berupa pembagian dan pemberian tugas secara jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas dengan
benar.
Madrasah yang efektif dan dikelola dengan baik dapat mengatur prinsip-prinsip dalam mengelola siswa
(Rose, Greeley, & Fragile States Group OECD. Development Assistance Committee, 2006) untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan filosofi, nilai-nilai dan misi dalam memberikan perencanaan untuk
seluruh kegiatan Madrasah, memperhatikan pencapaian sasaran dan tujuan terpenting serta menentukan
prioritas yang harus dicapai; 2) kepemimpinan kepala Madrasah yang efektif dan fleksibel dalam
mempengaruhi kebijakan dan pelaksanaan program Madrasah dengan perencanaan dan pelaksanaan yang
jelas; 3) menentukan standar perilaku dan kinerja yang jelas tinggi, adanya kerjasama tim yang tinggi antara
guru, kepala sekolah, siswa dan masyarakat dalam memajukan pengembangan Madrasah.
Siswa di tingkat Madrasah Aliyah memiliki kekhususan dimana siswa berasal dari kelompok
masyarakat menengah ke bawah dan masalah keterampilan yang berada di bawah sekolah umum. Namun
demikian, bukan berarti proses pelayanan kemahasiswaan menjadi berbeda; khusus itu harus sama dengan
sekolah lain.

Pengelolaan Guru dan Tenaga Kependidikan


Pengelolaan guru dan tenaga kependidikan idealnya memuat pelaksanaan peningkatan kompetensi dan
kualifikasi guru dan pendidikan VWDII WKURXJK 0*03 0XV\DZDUDK *XUX 0DWD 3HODMDUDQ
7HDFKHUV· )RUXP , mengikuti kursus/ pelatihan, seminar, lokakarya, dyiasneglenggarakan di tingkat
Madrasah, kota atau provinsi, baik bagi guru maupun tenaga kependidikan sesuai program madrasah .
Temuan dari penelitian ini terkait dengan pengelolaan guru dan tenaga kependidikan adalah
kurangnya guru yang sesuai dengan kualifikasi keahliannya. Selain itu, ada kekurangannya
jumlah guru dengan kebutuhan mata pelajaran yang diajarkan. Temuan ini juga telah menjadi masalah
nasional yang umum dihadapi oleh setiap lembaga pendidikan.
Masalah pendidikan yang akhir-akhir ini mempengaruhi pendidikan nasional adalah sumber guru
yang belum profesional (Little, 1993). Faktor penghambat perkembangan Madrasah selama ini adalah
jumlah guru yang terbatas, status guru yang tidak jelas dan kualifikasi guru yang tidak memadai.
Rekonstruksi pembinaan yang perlu dilakukan dalam memaksimalkan pengelolaan guru dan tenaga
kependidikan sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan diperlukan pembinaan melalui forum MGMP dan
peningkatan mutu melalui kajian lebih lanjut. Dalam hal pembinaan ini, perlu dilakukan penyesuaian cara
pandang dan tindakan yang harus dilakukan antara Kemendikbud dan Kemenag, kepada seluruh guru yang
mengajar di Madrasah Aliyah dan guru yang mengajar di SMA umum, sehingga dapat bersinergi untuk
meningkatkan kualitas guru, dan hal itu akan bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Selain itu,
keberadaan staf laboratorium, pustakawan, staf kantor dan lain-lain harus memenuhi standar kecukupan dan
mutu.

Pengelolaan Fasilitas
Temuan penelitian terkait pengelolaan sarana pendidikan, antara lain: 1) kurangnya dana yang tersedia,
2) kurangnya perawatan dan pemeliharaan sarana karena keterbatasan tenaga untuk mengelolanya, 3) buku-
buku untuk perpustakaan tersedia. tidak lengkap dan tidak cukup mendukung proses pembelajaran sesuai
kebutuhan siswa; 4) sarana penunjang dalam memenuhi standar manajemen pendidikan belum terpenuhi
secara optimal seperti: perpustakaan yang memadai, ruang bimbingan dan konseling, ruang organisasi
kemahasiswaan dan fasilitas penunjang lainnya.

Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439 H 7


Machine Translated by

Herson Anwar

Titik lemah pendidikan disebabkan oleh buruknya pemerataan pendidikan yang kurang didukung oleh fasilitas yang
tersedia (Kezar, 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan rekonstruksi pembinaan dalam memaksimalkan pengelolaan sarana,
yaitu: 1) Upaya pembinaan yang dilaksanakan di kelas ditekankan pada sisi pengadaan
karena membutuhkan banyak sarana penunjang dan pemerintah tidak dapat langsung memberikan dana kepada dasar.
Selanjutnya, alokasi dana dari pemerintah secara optimal diarahkan untuk peningkatan fasilitas yang dibutuhkan;
2) diperlukan peningkatan pengawasan dan pengarahan dalam setiap kegiatan pengelolaan sarana pendidikan
agar dalam kegiatannya berjalan dengan baik dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan sebelumnya, dan 3) guru
dapat lebih berkompeten dalam menggunakan sarana pendidikan untuk mendukung kegiatan pembelajaran di kelas dan kerjasama
dengan bagian fasilitas Madrasah agar pengelolaan fasilitas di Madrasah berjalan dengan baik.
Pengelolaan fasilitas Madrasah Aliyah Swasta harus memenuhi persyaratan standar pelayanan minimal.
Selain itu dapat dilihat dari pemenuhan sisi kuantitas. Juga menunjukkan
sisi kualitas fasilitas pendidikan.

Manajemen Keuangan dan Pembiayaan


Hasil penelitian dalam pengelolaan keuangan dan pembiayaan dipengaruhi oleh sumber pendanaan utama yang
bergantung pada kebijakan pemerintah, dimana Madrasah tidak memiliki kemandirian dalam mengelola keuangan dan
pembiayaannya karena semuanya bergantung pada kebijakan pemerintah.

Temuan ini sejalan dengan referensi lain bahwa dalam pendanaan pendidikan terdapat
VRPHWKLQJOLNHV¥kebijakan yang ditarik keluarµEHWZHHQWKHHGXFDWLRQHQKDQFHPHQWDQGHGXFDWLRQHTXDOLW \
(Bola, 2012). Dalam hal ini, pemerintah perlu pemikiran yang mendalam untuk mencari jalan keluarnya. Hal ini dilakukan
untuk mengatasi permasalahan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui pendanaan. Sebab, peningkatan mutu
pendidikan harus melalui peningkatan proses pembelajaran di kelas, dan proses pembelajaran ke kelas akan bermutu tinggi jika
ada dana besar yang terorganisir. Perhitungan pendanaan biaya pendidikan harus dilakukan seakurat mungkin dengan komponen
kegiatan pendidikan dan biaya satuan, dan jika sudah dilakukan dengan menganalisis penggunaan setiap dana pendidikan
menjadi langkah yang dapat dihindari untuk dilakukan.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu diperhatikan besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan
(pendapatan), aspek keadilan dalam pengalokasian anggaran, aspek efisiensi dalam pemanfaatan anggaran, dan desentralisasi
pengelolaan pendidikan (Jongbloed, Maassen, & Neave, 1999). Dari pendapat tersebut perlu digarisbawahi bahwa pada aspek
keadilan dalam alokasi penganggaran. Jika dikaitkan dengan temuan dari data yang penulis peroleh maka akan terlihat bahwa
alokasi anggaran untuk pembinaan dan pengembangan Madrasah

fasilitas yang belum seimbang jika dibandingkan dengan anggaran yang diberikan kepada sekolah-sekolah di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional. Akibatnya, fasilitas pendidikan di Madrasah pada umumnya tidak sebaik fasilitas
pendidikan di sekolah umum. Namun, harus diakui anggaran pendidikan di Indonesia masih rendah.

Dalam peningkatan kualitas masyarakat Indonesia, pemerintah bukanlah satu sistem, yang bebas dengan swasta dan
masyarakat. Hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta tidak terlepas dari perannya dalam meningkatkan pemerataan
mutu pendidikan.
Secara umum, pendidikan disetujui sebagai kutukan sumber daya manusia. Jika kita menempatkan posisi pendidikan dalam
mencerdaskan bangsa dalam konteks masyarakat yang baik, maka diperlukan keberanian investasi yang besar untuk
memperkuat sistem pendidikan nasional (Huxley, 2017).
Rekonstruksi pedoman yang perlu dilakukan dalam memaksimalkan pengelolaan keuangan dan sektor pembiayaan
sangat penting untuk mendapat perhatian dari pemerintah tentang penganggaran pendidikan yang diberikan secara adil dan
proporsional. Untuk membuat Madrasah, masyarakat harus memiliki anggaran dana mandiri dan memiliki kemandirian dalam

8 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439


Machine Translated by

Implementasi _

mengelola keuangan dan pembiayaan. Ini juga tidak tergantung pada kebijakan pendidikan. E Madrasah perlu membuat
perencanaan sumber keuangan dari sektor eksternal Madrasah itu sendiri. Salah satu caranya adalah dengan membuat
proposal kerjasama dalam rangka mempererat tali silaturrahmi para donatur, menginisiasi reuni alumni dalam rangka
menggalang dukungan dana, dan lain-lain.
Hal terpenting dalam mewujudkan anggaran adalah bagaimana cara agar keuangan dapat efektif dan efisien, dan dapat
dialokasikan dengan baik sebagai skala prioritas, serta dapat mendukung setiap proses kegiatan pendidikan di setiap
Madrasah.
Upaya pembinaan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Harbangan Siagian bahwa untuk
meningkatkan kualitas sekolah swasta karena keterbatasan anggaran yang dimiliki adalah dengan memberikan bantuan. dari
pemerintah, seperti: 1) penempatan guru PNS untuk membantu, 2) bantuan khusus dalam pendirian
gedung sekolah dan segala fasilitas pendukung di dalamnya, 3) uang rutin untuk kebutuhan sehari-hari sekolah, bantuan ini
dimungkinkan dalam bentuk dalam bentuk donasi, bantuan, atau subsidi. Donasi dapat diberikan secara insidentil untuk
memenuhi setidaknya kebutuhan sehari-hari, sedangkan bantuan dapat diberikan berdasarkan jumlah siswa, dan juga
subsidi dapat diberikan untuk menutupi semua kebutuhan sehari-hari.
hasil sekolah (Bekkers & Wiepking, 2010).
Serupa dengan apa yang dijelaskan dalam referensi lain bahwa kebijakan otonomi daerah membiarkan masalah
muncul (Bardhan, 2002). Kemudian ditangani oleh pemerintah daerah dan sekolah.
Dengan demikian, masalah pendanaan juga menjadi kewajiban bagi sekolah untuk mengelolanya secara mandiri.
Dalam hal ini kepala Madrasah memiliki tanggung jawab keuangan. Dengan demikian, perlu
akan dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kondisi keuangan sekolah. Menjadi kepala sekolah yang
profesional harus memiliki kemampuan dalam mengelola sekolah/madrasah.
Pengelolaan sektor pembiayaan, kegiatan yang membuat biaya studi Madrasah
Tingkat menjadi lebih tinggi dapat diidentifikasi dengan baik, ketika keunikan penyelenggaraan pendidikan di tingkat
Madrasah yang mungkin menyebabkan perbedaan pembiayaan pada tingkat yang sama.

Pengelolaan Budaya dan Lingkungan Terkait dengan


pengelolaan budaya dan lingkungan Madrasah memiliki berbagai budaya seperti budaya fisik dan budaya perilaku.
Budaya fisik dapat dilihat dari tampilan fisik dari lima Madrasah Aliyah yang menjadi objek penelitian.
Kemudian, budaya perilaku dapat dilihat dari budaya religius, budaya disiplin dan kepatuhan terhadap peraturan sekolah,
budaya berprestasi dan berkompetisi, budaya membaca dan budaya bersih. Penampakan fisik unsur budaya sekolah dapat
dilihat dari kelengkapan sarana, gedung sekolah, yang dilengkapi pagar, motto atau tulisan di tempat-tempat strategis.

Tantangan yang dihadapi oleh sektor pengelolaan budaya dan lingkungan, antara lain: 1) kurangnya kesadaran
masyarakat di lingkungan Madrasah dalam menjaga kebersihan dan memelihara fasilitas yang ada,
2) penegakan peraturan dan disiplin yang belum optimal dan terkadang tidak adanya kedisiplinan guru atau staf,
sehingga menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik dan tidak menjadi teladan yang baik di hadapan
siswa, 3) latar belakang keluarga siswa yang kurang maksimal mengarahkan anaknya untuk selalu disiplin dalam
kehidupannya. .
Rekonstruksi pembinaan yang perlu dilakukan Madrasah untuk memaksimalkan pengelolaan bidang budaya dan
lingkungan Madrasah, antara lain: 1) Madrasah/ sekolah harus melakukan perubahan dengan pembiasaan budaya baca serta
pengelolaan pemeliharaan bagi eksistensi semua kegiatan di Madrasah/sekolah;
2) Setiap Madrasah hendaknya meningkatkan peran semua orang di dalam Madrasah dengan memberikan perhatian
kepada masyarakat di dalam Madrasah untuk memanfaatkan secara optimal fasilitas yang ada baik dari peralatan
belajar maupun dari fasilitas penunjang budaya di Madrasah.

Pengelolaan budaya dan lingkungan Madrasah Aliyah Swasta hendaknya meningkatkan peran seluruh elemen
di Madrasah dengan menghimbau kepada seluruh elemen di Madrasah untuk memanfaatkan secara optimal fasilitas,
baik dari peralatan pembelajaran maupun sarana penunjang budaya di Madrasah.

Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439 H 8


Machine Translated by

Herson Anwar

Manajemen Hubungan Masyarakat dan Kemitraan


Temuan dari penelitian terkait pengelolaan Humas dan Kemitraan seperti jaminan mutu pendidikan, lapangan
yang sehat, pembentukan karakter, pengelolaan fasilitas, serta peningkatan hubungan antar masyarakat sekitar
melalui berbagai kegiatan sosial atau lainnya, maka pelaksanaan pada aspek pengelolaan kegiatan kehumasan dan
kemitraan dengan indikator yang telah ditentukan. Selanjutnya pada aspek perencanaan program dalam
pembangunan dan peningkatan mutu sekolah yang belum terlaksana dengan baik, maka pelaksanaan aspek-aspek
lain yang umumnya mendukung pengembangan dan peningkatan tersebut dengan indikator yang telah ditentukan.

Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan kehumasan dan kemitraan, yaitu 1) program kerja kehumasan
harus lebih fokus pada program-program pemberian pembinaan kepada masyarakat internal, sedangkan masyarakat
eksternal tidak terlalu diperhatikan; 2) organisasi kehumasan tidak masif karena struktur organisasi kehumasan
hanya dijabat oleh seorang wakil kepala sekolah Madrasah dan tidak memiliki staf lain; 3) kurangnya pengetahuan
orang tua tentang Madrasah mulai dari kondisi gedung dan juga proses pembelajarannya; 4) terbatasnya jumlah
guru dan staf kantor serta sumber daya keuangan yang dimiliki oleh setiap Madrasah dan menjadikan terbatasnya
kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh humas.
Relasi masyarakat adalah meningkatkan hubungan baik antar seluruh komponen dalam suatu institusi
dalam rangka memberikan pengertian, menciptakan motivasi dan partisipasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan pemahaman dan kemauan yang baik serta mendapatkan opini publik yang bermanfaat atau
menciptakan kerjasama tim yang baik berdasarkan hubungan ketuhanan dengan publik. Hubungan masyarakat
dengan pendidikan sangat korelatif, bahkan seperti ayam dengan telur. Masyarakat maju karena pendidikan, dan
pendidikan maju dapat ditemukan dalam masyarakat maju (Hega & Hokenmaier, 2002). Kemudian, secara
struktural Humas merupakan kegiatan penting dalam semua pekerjaan sehingga sekolah atau lembaga pendidikan
memiliki media resmi untuk berinteraksi dengan masyarakat dan juga menampilkan kegiatan-kegiatan terkini dan
sebelumnya.
Kerja lapangan Humas dalam suatu organisasi atau lembaga lain terdiri dari beberapa kegiatan sebagai
berikut: 1) membimbing hubungan ke dalam (internal public). Publik internal adalah publik yang menjadi bagian
dari unit, institusi, perusahaan, atau organisasi itu sendiri. Seorang Manajer Humas harus mampu mengidentifikasi
atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di masyarakat, sebelum kebijakan itu ditetapkan, 2)
membimbing hubungan ke luar (publik eksternal).
Publik eksternal adalah masyarakat umum (masyarakat). Ini memulai pengembangan sikap dan gambaran
publik yang positif dari lembaga yang diwakili (Brunsson & Sahlin-Andersson, 2000).

Rekonstruksi pembinaan yang perlu dilakukan dalam memaksimalkan pengelolaan kemitraan


kehumasan, sebagai berikut: 1) meningkatkan keunggulan yang dimiliki Madrasah, seperti kurikulum
pendidikan agama, kegiatan ekstrakurikuler, dan pemanfaatan kelengkapan fasilitas, 2) melakukan kerjasama
dengan seluruh elemen masyarakat, seperti pekerjaan
bersama tokoh masyarakat yang berpengaruh, pemerintah, pers, radio, dan lain-lain, untuk memperkenalkan
Madrasah, 3) memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler seperti: marching band, pramuka, perayaan hari nasional,
perayaan hari besar Islam atau acara lainnya untuk lebih populer Madrasah ke masyarakat; 4) meningkatkan
keunggulan yang sudah dimiliki Madrasah, seperti kurikulum berbasis agama, ekstrakurikuler dan memanfaatkan
kelengkapan fasilitas dengan baik, 5) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses penerapan standar dalam pengelolaan pendidikan di bawah
bimbingan Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo ditemukan di latar belakang penelitian
ini menggambarkan bahwa dalam pelaksanaannya tidak mudah, tetapi perlu upaya serius dan konsisten untuk
mencapai tujuan. Manajemen Madrasah disesuaikan dengan standar manajemen dalam hal ini karena harus
memaksimalkan pendidikan

8 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439


Machine Translated by

Implementasi _

standar manajemen di setiap Madrasah. Hal ini untuk menjadikan segala tantangan menjadi kekuatan dan akhirnya
menjadi peluang untuk bertahan dan bersaing dengan Sekolah Negeri/Madrasah.
Peluang Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo sebagai sekolah yang bercirikan Islam memiliki nilai religi
yang lebih dibandingkan sekolah umum pada umumnya. Nilai plus ini diharapkan dapat memberikan keuntungan dan
manfaat bagi harkat dan martabat Madrasah serta tingkat persaingan dalam meningkatkan minat masyarakat, dan jika
Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo dapat memajukannya dengan baik terutama dalam penurunan nilai-nilai
agama di kalangan masyarakat, maka berpeluang untuk memiliki Minat masyarakat terhadap Madrasah Aliyah di Kota
Gorontalo akan semakin besar, karena hanya madrasah yang memiliki muatan kurikulum agama dan lebih banyak
program religinya.
Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo sebenarnya memiliki potensi lebih, tidak hanya dalam ilmu
agama tetapi juga dalam teknologi dan ilmu alam. Seleksi mahasiswa baru dilakukan dengan format
DQLQWHUYLHZ RUDOWHVWDERXWWKHVNLOOLQ$O4XU·DQUHFLWDO SHUVRQDOLW\WHVWDOVRDGGHGDV
salah satu tes minat. Tes kepribadian ini juga untuk memotivasi dan merupakan strategi yang baik untuk mendapatkan
calon mahasiswa baru yang tidak hanya baik dalam pengetahuan umum tetapi juga dapat mengaji
$O4XU·DQDQGKDYLQJJRRGPDQQHUDQGSHUVRQDOLW\ 7KLVLVEHFDXVHMadrasah adalah simbol
pendidikan Islam. Dari proses seleksi siswa baru di atas, dapat diketahui bahwa Madrasah Aliyah Swasta di Kota
Gorontalo tidak hanya mengharapkan jumlah peserta tes yang besar tetapi juga mengharapkan calon siswa yang memiliki
kualitas yang baik. Sayangnya, niat baik Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo ini tidak mendapat dukungan positif
dari masyarakat. Hal ini terbukti setelah pengujian bahwa jumlah pendaftar menurun dari tahun ke \HDU
7KHFDQGLGDWHVRIVWXGHQWZKRFDQQRWUHFLWH$O4XU·DQWKHQEHFRPHVFDUHGRUXQFRQILGHQW
to register at Private Madrasah Aliyah at Gorontalo City.
Disini pentingnya humas yang harus dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang segala kelebihan
yang menjadi credit point dari Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo, sehingga diharapkan
dapat menjadikan Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo sebagai pilihan utama masyarakat dapat terwujud. Oleh
karena itu, Madrasah Aliyah Swasta di Kota Gorontalo harus ditingkatkan kualitasnya karena dapat menarik minat
masyarakat, selain selalu melakukan promosi, baik dengan kegiatan langsung maupun melalui media.
Untuk menarik perhatian masyarakat yang belum mengetahui secara pasti sistem pendidikan Madrasah, kualitas
dan prospek Madrasah harus diubah. Masyarakat tidak bisa langsung percaya dengan kualitas Madrasah Aliyah
Swasta di Kota Gorontalo. Masalah ini juga ditambah dengan kondisi persaingan yang semakin ketat dari sekolah umum
lainnya yang harus memperbaiki kualitasnya. Sehingga sering terjadi keraguan masyarakat terhadap kualitas madrasah
atau madrasah.

Oleh karena itu, analisis terhadap kelemahan, kekurangan, peluang dan tantangan madrasah harus dilakukan oleh
madrasah itu sendiri. Dengan menambal kelemahan tersebut, dapat mengukur kemampuan pengembangan selanjutnya.
Pentingnya penilaian terhadap kemampuan organisasi termasuk madrasah mendapatkan banyak dukungan teoritis. Jelas,
tanpa penilaian atau pengukuran melalui kemampuan organisasi, tidak dapat memetakan keterampilan dan kemampuan
mereka untuk mendapatkan pengembangan lebih lanjut.

Penjelasan teoritis menunjukkan bahwa pengelolaan madrasah sudah sesuai dengan standar pengelolaan yang
diharapkan yang salah satu solusinya dalam rangka membentuk kemandirian madrasah dalam merencanakan
pengembangan madrasah sebagaimana kondisi riilnya. Tapi, tidak semudah itu untuk mengimplementasikannya.
Harus ada tantangan yang dihadapi, dan harus dicari solusinya agar tujuan bisa tercapai. Pengelolaan madrasah lebih
bersifat makro, yang diatur oleh pemerintah pada tingkat tertinggi (sentralistik). Akibatnya, banyak perencanaan di
pusat tidak dapat dilaksanakan di sekolah atau madrasah (tingkat daerah). Dengan kata lain, kompleksitas masalah
pendidikan ini, kondisi lingkungan madrasah dan berbagai macamnya

Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439 H 8


Machine Translated by

Herson Anwar

kebutuhan masyarakat, seringkali tidak terakomodasi secara utuh dan akurat oleh para perencana pendidikan di tingkat
pusat.

KESIMPULAN
Standar pelaksanaan manajemen pendidikan untuk binaan Madrasah Aliyah Swasta
di Kota Gorontalo sudah terlaksana dengan baik meskipun ada beberapa komponen manajemen yang belum terimplementasi
dalam standar manajemen pendidikan. Perlu dirumuskan perencanaan program yang mencakup kegiatan selama
pembelajaran dan di luar
jam belajar. Tentang pengelolaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan peran konselor tidak dijelaskan
secara spesifik. Pengelolaan fasilitas merupakan satu-satunya program yang dapat dilakukan dan pengelolaan perpustakaan
sebagai salah satu sumber belajar. Pengelolaan sektor keuangan dan pembiayaan yang dapat dilaksanakan adalah aspek
pembinaan pengelolaan keuangan dan keuangan sebagai peraturan resmi dan tanggung jawab pengelolaan keuangan dan
pembiayaan, yang telah dilakukan berdasarkan anggaran yang tersedia. Pengelolaan budaya dan lingkungan yang telah
dilaksanakan adalah penyusunan peraturan, kode etik, serta program kesadaran etik di madrasah. Sedangkan pengelolaan
Humas dan kemitraan lebih difokuskan pada upaya penjaminan mutu pendidikan madrasah melalui kerjasama dalam
bimbingan pembelajaran, aspek lingkungan, aspek pembentukan karakter, aspek pengelolaan fasilitas melalui kerjasama
dengan mitra atau lembaga lain, yang memberikan produk jasa dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan madrasah.

Esensi terpenting dari standar manajemen pendidikan, terutama dalam pembinaan Madrasah Aliyah Swasta
di Kota Gorontalo, adalah penerapan standar manajemen pendidikan terkait dengan dukungan infrastruktur sebagai
elemen dalam peningkatan kualitas madrasah . Hal ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Faktor ini akan
terwujud jika
dimaksimalkan melalui inovasi dalam proses pendidikan serta persetujuan terhadap keberhasilan siswa, lembaga
pendidikan yang dikelola dengan prinsip kemandirian, kemitraan, partisipasi, akses terbuka dan akuntabilitas. Ini
merupakan tantangan baru bagi Madrasah Aliyah Swasta, yang membutuhkan respon dan tindakan yang berbeda jika
dibandingkan dengan apa yang terjadi selama ini. Lebih lanjut, manajemen pendidikan merupakan aspek terpenting dalam
menentukan apakah suatu Madrasah dapat menerapkan sistem penjaminan mutu secara optimal atau tidak.

BIBLIOGRAFI

Bola, S. (2012). Performativitas dan fabrikasi dalam ekonomi pendidikan: Menuju masyarakat performatif?
(Jil. 27). https://doi.org/10.1007/BF03219719
Bardhan, P. (2002). Desentralisasi pemerintahan dan pembangunan. Jurnal Perspektif Ekonomi, 16(4), 185²205.
https://doi.org/10.1257/089533002320951037 Bekkers, R., & Wiepking, P. (2010). Sebuah tinjauan literatur
studi empiris filantropi: Delapan mekanisme yang mendorong pemberian amal. Kuartalan Sektor Nirlaba dan
Sukarela, 40(5), 924²973. https://doi.org/10.1177/0899764010380927

Brunsson, N., & Sahlin-Andersson, K. (2000). Membangun organisasi: Contoh Organisasi Sektor Publik 721²746.
https://doi.org/ Studi, 21(4),
10.1177/01708P4e0m6b0a0ru2a1n4. 003

Fullan, M., & Watson, N. (2000). Manajemen berbasis sekolah: Rekonseptualisasi untuk meningkatkan hasil belajar.
Efektivitas Sekolah dan Peningkatan Sekolah, 11(4), 453²473. https://doi.org/10.1076/ sesi.11.4.453.3561

8 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439


Machine Translated by

Implementasi _

Gama, UG (2010). Sebuah survei tentang praktik manajemen arsip di sekolah dasar melingkar di wilayah
pemerintah lokal metropolitan (MLGA) di Negara Bagian Kano. Jurnal Studi Informasi Samaru, 10(1²2),
23²3R0u. fDaii,pSerAo,le&hNdoarr,i
MhtRtpMs:/(/2w0w1w1)..aPjoel.nindfiod/iiknadnexIs.plahmp/sTjrisa/dairstiiocnlea/vl
ideiwA/s7i5a6d8a0nHAafsrihkiam: ,SRtu.,di Perbandingan MelayuLD·V 3RQGRN ,QGRQHVLD·V
3HVDQWUHQ DQG 1LJHULD·V

madrasah tradisional. Jurnal Dunia Sejarah dan Peradaban Islam, 1(2), 94²107. Diperoleh dari..https://
www.researchgate.net/profile/Rosnani_Hashim/publication/268255429_
Traditional_Islamic_Education_in_Asia_and_Africa_A_Comparative_Study_of_Malaysia
%27s_Pondok_Indonesia%27s_Pesantren_and_Nigeria%27s_Traditional_Madrasah/link
s/56f13ed308aec63f4c9b5145/Pendidikan-Islam-Tradisional-di-Asia-dan-Afrika-Studi Banding-
Malaysia-Pondok-Indonesia-Pesantren-dan-Nigeria-Madrasah Tradisional.pdf

Hega, GM, & Hokenmaier, KG (2002). Negara kesejahteraan dan pendidikan: perbandingan kebijakan sosial
dan pendidikan dalam masyarakat industri maju, 2(1), 29. Diperoleh dari http://
homepages.wmich.edu/~hega/GPS2001MSCRPT.pdf
Huxley, TH (2017). Sains dan Pendidikan. Buat platform penerbitan independen ruang.
Diperoleh dari https://books.google.co.id/books?id=iU09MQAACAAJ Jongbloed,
B., Maassen, P., & Neave, G. (1999). Dari mata badai: Lebih tinggi HGXFDWLRQ·VFKDQJLQJ
lembaga. https://doi.org/10.1007/978-94-015-9263-5
Kehinde, OJ (2009). Komunikasi pemasaran terpadu dan perlindungan konsumen produk minuman
nigeria (Disertasi Doktoral). Universitas Perjanjian, Ota. Diperoleh dari http://
eprints.covenantuniversity.edu.ng/7836/1/CU03GP0024%20-
%20Kehinde%20Oladele%20Joseph.pdf
Kezar, A. (2004). Mendapatkan integritas? meninjau dan memeriksa piagam antara pendidikan tinggi dan
masyarakat (Vol. 27). https://doi.org/10.1353/rhe.2004.0013 Kuh, GD, Cruce, TM, Shoup, R., Kinzie,
J., & Gonyea, RM (2008). Membuka kedok efek keterlibatan siswa pada nilai dan ketekunan tahun pertama
kuliah. Jurnal Pendidikan Tinggi, 79(5), 540²563. https://doi.org/ 10.1080/00221546.2008.11772116
/LWWOH - : 7HDFKHUV· pengembangan profesional dalam
iklim reformasi pendidikan.
Evaluasi dan Kebijakan Pendidikan 129²151. https://doi.org/1A0n.3a1lis0i2s/,01623731750(125)0, 02129

Lubis, MA, Yunus, MM, Embi, MA, Sulaiman, S., & Mahamod, Z. (2010). Langkah-langkah sistematis dalam
pembelajaran pendidikan Islam di kelas. Konferensi Internasional tentang Keragaman Pelajar 2010, 7,
665²670. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.10.090 Machfudi, MI (2017).
7KHORQJWHUPLPSDFWRIDQHQJOLVKODQJXDJHWHDFKHUWUDLQLQJSURJUDPRQWHDFKHUV·
praktek di madrasah tsanawiyah di indonesia (Disertasi Doktor). Universitas Selatan https://
Australia. Retrieved dari eprints.usq.edu.au/ Queensland,
32869/2/Machfudi_2017.pdf
Muttaqin, A. (2012). Hibriditas spiritualitas dan kemanjuran religi pusat-pusat spiritual yogyakarta (Disertasi
Doktor). Universitas Sydney Barat, Australia. Diperoleh dari http://
researchdirect.uws.edu.au/islandora/object/uws:12800
Ngozi Amanchukwu, R., & Ololube, NP (2015). Sekolah mencatat perilaku yang sangat baik untuk
manajemen sistem pendidikan yang efektif (Vol. 2015). https://doi.org/10.5923/j.hrmr.20150501.02
Parker, L., & Raihani, R. (2011). Demokratisasi Indonesia melalui pendidikan? Partisipasi masyarakat dalam
persekolahan Islam. Administrasi & Kepemimpinan Manajemen Pendidikan, 39(6), 712²732.
https://doi.org/10.1177/1741143211416389

Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439 H 8


Machine Translated by

Herson Anwar

Rose, P., Greeley, M., & Kelompok Negara Rapuh OECD. Panitia Bantuan Pembangunan, D. (2006).
Pendidikan di negara-negara rapuh: Menangkap pelajaran dan mengidentifikasi praktik
yang baik. Diperoleh dari http://s3.amazonaws.com/inee-assets/resources/
Rose,_P. Greeley_M_._.pdf Sabri, A. (2014). Soft skill: Urgensi dan pengembangannya di perguruan
tinggi Islam. Jurnal Al-Ta lim; Jilid 21, No 3 (2014). Diperoleh dari http://
journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/view/109/110 Sofo, F., Fitzgerald, R.,
& Jawas, U. (2012). Kepemimpinan instruksional dalam reformasi sekolah Indonesia: mengatasi
masalah untuk maju. Kepemimpinan & Manajemen Sekolah, 32(5), 503²522.
https://doi.org/10.1080/13632434.2012.723616 Triwiyanto, T., & Juharyanto, DEK (2017).
Defisit partisipasi masyarakat dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di Indonesia. Jurnal
Pendidikan dan Praktik, 8. Diperoleh dari http://www.iiste.org/Journals/index.php/
JEP/article/view/39724

8 Jil. 4, No. 1, Juni 2018 M/1439

Anda mungkin juga menyukai