Sebenarnya Ranah pelayanan gawat darurat Prehospital dilakukan oleh paramedis atau
Emergency Medical Technicion (EMT). Namun karena di Indonesia masih belum ada profesi
paramedis sehingga digantikan oleh perawat (Pitt & Pusponegoro, 2005).
- Koordinator (pada bagian komando call center harus bisa memilah, mentriase,
mendokumenatsikan dan mendispatch PSC mana yang paling dekat untuk memberikan
pertolongan gawat darurat)
- Kolaborator (kerjasama antara komando, komando dengan tenaga kesehatan, sesama
tenaga kesehatan PSC (dokter, bidan, perawat), profesi lintas sektor (dengan polisi dan
pemadam kebakarann), sesama perawat ambulan, dan kerjasama dengan tenaga
kesehatan fasilitas kesehatan terkait)
- Pelayanan kesehatan (perawat ambulan memberikan pertolongan atau first aid sesuai
kondisi dan keadaan yang mengancam (priority ABCDE) dan Intervensinya.
- Advokat (melindungi dan mempertahankan hak-hak pasien untuk mendapatkan
pertolongan kegawatan secara tepat dan tepat)
- Peneliti, selama perawat bekerja di prehospital, perawat pasti menemukan fenomena
dan hal-hal yang mempengaruhinya. Perawat Prehospital perlu ditekankan berpikir kritis
sehingga nantinya dapat menemukan solusi dari fenomena yang ada.
- Pembaharuan bisa diberikan setelah penelitian atau dilakukan secara langsung.
Tergantung struktural jabatan yang ada
- Konsultasi dan edukator bisa diberikan kepada pasien (tergantung kesadaran dan
kebutuhannya), keluarga atau saksi kejadian saat itu. Perlu diketahui bahwa karena
prehospital merupakan ranah emergensi, maka informasi yang diberikan bersifat singkat
dan jelas. Namun demikian di luar fase kuratif atau pelayanan kegawatan prehospital,
peran perawat sebagai edukator dan konsultasi dpat diberikan sebagai
pencegahan/promo health
Dalam Penelitian milik Suryanto,2017 diantara 3 domain yaitu pengetahuan, skill dan
tingkah laku, diketahui bahwa lulusan perawat pada kawasan 3 distrik di Kota Malang,
kurang memahami terkait pengetahuan dan keterampilan praktik prehospital. Hal ini
dikarenakan terbatasnya pembahasan pre-hospital pada kurikulum perawat nasional secara
menyeluruh baik secara akademik maupun klinik praktik.
Adapun pelatihan yang bisa diberikan kepada perawat prehospital di Indonesia sesuai
dengan penelitian Pak Suryanto guna meningkatkan kualitasnya yaitu: Pelayanan
Keperawatan Trauma (trauma Nursing Care), Kebutuhan dasar manusia emergensi,
pemilahan triage, Pembelajaran EKG, Resusitasi, perawatan prehospital bagian kepala,
otot, dan injuri spinal. Pelatihan ini disesuaikan Oleh Pak Suryanto dengan kondisi pasien
gawat darurat dan tenaga kesehatan yang ada (Suryanto et al., 2018).
Daftar Pustaka
Fadhillah, H. (2011). Peran Perawat Dalam Tatanann Pelayanan kesehatan Pengurus Pusat
PPNI. Surabaya: PPNI.
Hagiwara, Magnus Andersson, Sjöqvist, Bengt Arne, Lundberg, Lars, Suserud, Björn-Ove,
Henricson, Maria, & Jonsson, Anders. (2013). Decision support system in prehospital
care: a randomized controlled simulation study. The American Journal of Emergency
Medicine, 31(1), 145-153. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2012.06.030
PERMENKES RI § SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU, 19 Stat.
18 (2016).
Pitt, E., & Pusponegoro, A. (2005). Prehospital care in Indonesia. Emergency Medicine
Journal : EMJ, 22(2), 144. doi: http://dx.doi.org/10.1136/emj.2003.007757
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012).
Pusponegoro, A. D, & Sujudi, A. (2016). Kegawatdaruratan dan Bencana Solusi dan
Petunjuk Teknis Penanggulangan Medik dan Kesehatan. Jakarta: Rayyana
Komunikasindo.
Suryanto. (2017). Prehospital Care in Indonesia: Preparation of the Nursing Workforce to
Deliver an Ambulance Service. Monash University, Australia.
Suryanto, Plummer, Virginia, & Boyle, Malcolm. (2018). Knowledge, attitude, and practice of
ambulance nurses in prehospital care in Malang, Indonesia. Australasian Emergency
Care, 21(1), 8-12. doi: https://doi.org/10.1016/j.auec.2017.12.001
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, Republik Indonesia, Pub. L. No. NOMOR 38
(2014).