Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPERTENSI

DALAM KONTEKS KELUARGA


UPTD PUSKEMAS SANANWETAN

Oleh
Winda Sari
NIM: P17230174068

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan klien Hipertensi dalam konteks keluarga ini telah disetujui
pembimbing pada:
Hari : ...........................................................................................
Tanggal : ..........................................................................................
Judul : ..........................................................................................

Yang Melaporkan
Mahasiswa,

WINDA SARI
NIM: P17230174068

Dosen Pembimbing, Pembimbing Praktik Lapangan,

Mujito A.Per. Pen. M.Kes Sigma R. Laili


NIP : 196407071986031003 NIP : 19870123 200901 2004
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPERTENSI DALAM KONTEKS KELUARGA

A. KONSEP HIPERTENSI

1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,


2007).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa
muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara


umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 1 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama
menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua di
sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung.

Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic


diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam
mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama buat orang yang
sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka diastoliknya
tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

2. Etiologi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial


(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan
gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh
adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan
minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan
primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler
dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding
aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun
sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan
kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi
alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah
serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa
pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
5. Pathways

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi Menghasilkan
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun hormon epinefrin
dan norepinefrin
Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan
Tidak mampu
kolesterol monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi volume darah sel darah merah
pembuluh darah endotel pembuluh Elastisitas
pembuluh dan sirkulasi Efek konstriksi
darah darah pembuluh
arteri perifer Volume darah
Meningkatnya darah menurun
dalam tubuh
viskositas
Aterosklerosis Tahanan meningkat
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung

Vasokonstriksi Retina Hidung


Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope arteriole berdenging
Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat
keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan curah
Resiko terjadi Vasokonstriksi jatung
gangguan
perfusi jaringan
serebral Gangguan rasa Rangsang
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003; Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
6. Penatalaksanaan
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik
aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John,
2003; Sodoyo, 2006).

B. KONSEP RENCANA ASKEP KLIEN HIPERTENSI DALAM KONTEKS


KELUARGA
1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda:
1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
4) (vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
vasokonstriksi)
5) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
6) kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala:
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
2) euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan
3) kerusakan serebral)
4) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang
5) berkaitan dengan pekerjaan)
6) Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
7) tangisan yang meledak
8) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
9) mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,
10) peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala:
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala:
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
2) garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
3) digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
4) kandungan tinggi kalori.
5) Mual, muntah
6) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
7) Riwayat penggunaan diuretik

Tanda:
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala:
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala:
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala:
1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda:
1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krekles/mengi)
2) Sianosis
i. Keamanan
Gejala:
1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea,
2008) adalah sebagai berikut:
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.

3. RENCANA TINDAKAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional: Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat
mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau
gagal jantung kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
Intervensi:
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas
dan mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan massa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk
hipertensi.
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan
untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan
indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Intervensi:
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat
diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola
hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan
kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi
dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008).

DAFTAR PUSTAKA:
1……………………………………………………………………………………………….
2……………………………………………………………………………………………….
3……………………………………………………………………………………………….

DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LEVEL 1
Asuhan keperawatan klien hipertensi dalam konteks keluarga

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien/Keluarga :
Nama : Ny. T
Umur : 56 th
Jenis Kelamin :P
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Majapahit
No. Telp :-
b. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga saat ini:

Tugas Perkembangan Keluarga :

Tugas perkembangan dapat dijalankan/ tidak dapat dijalankan


Bila Tidak dapat dijalankan Sebutkan kondisi (alasanya):
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
........................................................................................................................................

Genogram Keluarga

Keterangan:

c. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi:
2) Peran dalam keluarga :

3) Nilai/Norma keluarga :

d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif

2) Fungsi Sosial

3) Fungsi Ekonomi

4) Fungsi Perawatan Kesehatan (Sesuai lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan)

a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan keluarga


rawan / resiko tinggi

c) Kemampuan merawat anggota keluarga rawan / resiko tinggi

d) Kemampuan keluarga rawan / resiko tinggi memelihara / memodifikasi


lingkungan rumah yang sehat

e) Kemampuan keluarga rawan / resiko tinggi menggunakan fasilitas pelayanan


kesehatan

e. Pola Koping Keluarga :


Stressor yang dihadapi keluarga :
...............................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

Daftar Anggota Keluarga :

No. Nama Umur Gender Hubungan Pendidikan Pekerjaan


(Inisial) Dg KK
1. Ny. T 56 Th P Istri SD Tani
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tipe Keluarga H. Spiritual


Keluarga Inti Taat beribadah Ya/Tidak
Keluarga Besar Kepercayaan yg berlawanan
Keluarga Campuran dengan kesehatan Ya/Tidak
Sigle Parent Distres Spiritual Ya/Tidak

f. Pola Aktivitas sehari-hari Psikososial


g.
Pola makan Baik/Kurang Keadaan emosi saat ini
Pola minum Baik/Kurang  Marah Ya/Tidak
Pola BAB Baik/Kurang  Sedih Ya/Tidak
Pola BAK Baik/Kurang  Ketakutan Ya/Tidak
Pola kebersihan diri Baik/Kurang  Putus asa Ya/Tidak
Olahraga Baik/Kurang  Stress Ya/Tidak
Tingkat kemandirian Baik/Kurang

h.Perilaku tidak sehat


Merokok Ya/Tidak Kurang interaksi dg.orang Ya/Tidak
Minum kopi Ya/Tidak Menarik diri dari lingk. Ya/Tidak
Konsusi garam berlebih Ya/Tidak Konflik dg. Keluarga Ya/Tidak
Konsumsi gula berlebih Ya/Tidak Penurunan harga diri Ya/Tidak
Minuman beralkhohol Ya/Tidak Gangguan gambaran diri Ya/Tidak
Konsumsi obat,zat adiktif Ya/Tidak

Sarana kesehatan yang digunakan : J. Faktor risiko masalah kesehatan


....................................................... Tidak pernah/jarang Ya/Tidak
Keluhan utama yang dirasakan : periksa kesehatan
....................................................... Sosial-ekonomi kurang Ya/Tidak
....................................................... Hub.Kel tidak harmonis Ya/Tidak
Obesitas Ya/Tidak
Status gizi kurang Ya/Tidak

Pemeriksaan Visik
i. j. Pemeriksaan Laboratorium :
TTV - Gula darah puasa/2 jam
PP/acak
TD : 140/100 mmHg ..................................
RR : 20 x/mnt - HB :
BB : 57 Kg - Colesterol :
TB : 157 cm - Asam urat :
Suhu : 36,3
Nadi : 88 x/mnt Sistem kardiovaskular
Status mental Aritmia nyeri dada
Bingung Disorientasi Distensi V.J Jan.berdebar
Cemas Depresi
Menarik diri

Nyeri Spesifik Sistem pernafasan


Lokasi Stridor
Tipe Whezezing
Durasi Ronchi
Intensitas Akumulasi spuntum

Sistem Integumen Sistem Musculuskeletal


Cianosis Tonus otot kurang
Akral Dingin Paralisis
Diaporesis Hemiparesis
Jaundice ROM Kurang
Luka G3. Keseimbang
CRT

Sistem Persyarafan Sistem Pencernaan


Nyeri kepala Intake cairan kurang
Pusing Mual/muntah
Tremor Nyeri perut
Reflek pupil anisokor Muntah darah
Paralisis : lengan kiri/lengan kanan/ Flatus
kaki kiri/ kaki kanan Distensi abdomen
Anastesi daerah perifer Colostomy
Diare
Konstipasi
Terpasang sonde

Sistem Perkemihan Riwayat Pengobatan


Disuria Alergi obat
Hematuria Sebutkan :.............................
Frekuensi Jenis obat yang dikonsumsi :
Retensi ..............................................
Inkontenensia ..............................................

Tingkat Kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan memberikan √


tanda pada kolom yang sesuai

No. Jenis kegiatan sehari-hari Mandiri Dengan bantuan


1. Makan dan minum √
2. Berpindah dari kursi ketempat tidur √
dan sebaliknya
3. Kebersihan diri : cuci muka, √
mencukur, dan aktivitas di Kamar
mandi
4. Berjalan di jalan yang datar √
5. Naik turun tangga √
6. Berpakaian termasuk bersepatu √
7. Mengontrol BAB √
8. Mengontrol BAK √
9. Olahraga atau latihan fisik
10. Pemanfaatan waktu luang/rekreasi

M. Pengkajian Lingkungan
1. Ventilasi : a). ˂ 10% luas lantai b). 10% luas lantai
2. Pencahayaan : a). Baik b). Kurang
3. Kebersihan Rumah : a). Baik b). Kurang
4. Lantai : a). Semen b). Tegel c). Keramik d). Tanah
5. Jenis bangunan : a). Permanen b). Semi permanen c). Non permanen

2. ANALISIS DATA/PENGKAJIAN FOKUS

No Data Fokus Penyebab Masalah


1 S: Penglihatan sering kabur
Klien mengatakan penglihatan
sering kabur. Ada bayangan putih Gangguan penglihatan
Gangguan mobilitas
sehingga aktivitas sedikit fisik
terganggu. Gangguan persepsi sensori
O:
Mata terlihat ada selaput putih pada Gangguan mobilitas fisik
kornea
TD : 140/100 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,3
RR : 20 x/mnt

2 S: Sering pusing
Klien mengatakan sering pusing Gangguan rasa
dan tidak nyaman Gejala penyakit nyaman
O:
TD 140/100 mmHg Gangguan rasa nyaman
N : 88 x/mnt
S : 36,3
RR : 20 x/mnt

3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosis Keperawatan Keluarga ( P E S)


1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori persepsi

2 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai dengan


mengeluh tidak nyaman

B. PERENCANAAN
1. Menyusun Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Teknik skoring prioritas diagnose keperawatan keluarga
Diagnosis Keperawatan Keluarga1 :
.............................................................................................................................................
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
1. Sifat masalah (bobot 1)
Skala :
3 = aktual
2 = risiko
1 = sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah (bobot 2)
Skala :
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
(bobot 1)
Skala :
3 = tinggi
2 = cukup
1 = rendah
4. Menonjolkan masalah (bobot 1)
Skala :
2 = berat, segera ditangani
1 = tidak perlu segera
0 = tidak dirasakan
TOTAL SKORE

b. Urutan Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Tabel. Urutan Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Prioritas Diagnosis keperawatan keluarga Skor


1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan sensori persepsi

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala


penyakit ditandai dengan mengeluh tidak nyaman
2. Rencana tindakan

Diagnos Tujuan umum dan tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan


a khusus
Ke:
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Penglihatan sedang Observasi
keperawatan selama 1x 120 2. Mata kabur cukup 1. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
menit fungsi sensori menurun 2. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
membaik dengan kriteria Terapeutik
hasil 1. Perhatikan jadwal pemberian obat
2. Lakukan prinsip pemberian obat
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat dan efek samping

2. Observasi
Setelah dilakukan asuhan 1. Kesejahteraan 1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mata selalu berair)
keperawatan selama 1x30 psikologis sedang 2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi, dan perasaan
menit status kenyamanan 2. Keluhan tidak Terapeutik
klien menigkat dengan nyaman menurun 1. Posisikan klien pada posisi yang nyaman
kriteria hasil Edukasi
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan pengobatan
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosis
Tanggal/Jam Kegiatan / Tindakan Tanda Tangan
No:
13 Maret 2020
Observasi
1. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Memperiksa tanggal kadaluwarsa obat
Terapeutik
1.Memperhatikan jadwal pemberian obat
2. Melakukan prinsip pemberian obat
Edukasi
1.Menjelaskan jenis obat dan efek samping

13 Maret 2020 Observasi


1.Mengidentifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mata selalu berair)
2 Mengidentifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi, dan perasaan
Terapeutik
1. Memposisikan klien pada posisi yang nyaman
Edukasi
1. Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan pengobatan
D. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

No
Tanggal/Jam Perkembangan (SOAPIE) Tanda Tangan
Diagnosis
1. 13 Maret 2020 S : Klien mengatakan penglihatan sering kabur. Ada bayangan putih
O:
- TD : 140/100 mmHg
- N : 88 x/mnt
- S : 36,3
- RR : 88 x/mnt
- Mata terlihat ada selaput putih pada kornea
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

2. 13 Maret 2020 S : Pasien mengatakan sering pusing dan tidak nyaman


O:
- TD : 140/100 mmHg
- N : 88 x/mnt
- S : 36,3
- RR : 88 x/mnt
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.


Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai