Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


"Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Industri Tekstil", yang penulis sajikan
didalam makalah ini. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada


Industri Tekstil” yang sangat penting bagi kita semua. Walaupun makalah ini
kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup
jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas


kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.

Terima kasih.

Wassalammualaikum

Palembang, 12 Septemeber
2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Makalah 4
Bab II PEMBAHASAN
A. Definisi 5
B. Proses Pembuatan 6
C. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil 7
D. Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja 8
E. Faktor penyebab 9
F. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya
Kecelakaan Kerja pada Industri Tekstil Pemintalan Benang. 9
G. Pencegahan dari bahaya dan dampak
terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang 11

Bab III PENUTUP


A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan


dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan
pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu
disertai faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus
dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material,
moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Lebih-lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya
tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang
biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian
kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan
penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih
banyak perusahaan yang belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
mengarah kepencegahan penyakit akibat kerja, hal ini disebabkan
karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan biaya yang tinggi.
Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengetahuan masih
terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat
pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi
harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik
pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya (Perguruan
Tinggi)

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bahaya kecelakaan kerja pada Industri Tekstil Pemintalan
Benang?
2. Bagaimana dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada
industri Tekstil Pemintalan Benang?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak
penyakit terhadap tenaga kerja industri Tekstil Pemintalan Benang?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil pemintalan
benang.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja
pada industri pemintalan benang.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan
dampak penyakit terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit- penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-
penyakit umum (Sumakmur, 1981).
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk
mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang
maksimal, sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor,
dan sebagainya) dan menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja
dengan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan
masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit)
dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan kerja, kedua hal
tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi
dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari
proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak
langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai
lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut
dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut
sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).

5
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin
jahit, televisi, dan radio.
3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,
obat-obatan, dan pipa.
4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis,
dan marmer

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.
Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah
kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan
untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain
merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

B. Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas
dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus
dan terikat, di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan ikatannya agar
kapas kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan untuk diangin-anginkan
selama ±24 jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu dikerjakan pada mesin
carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan, penarikan dengan mesin
pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang
lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan
pendek terpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul
menjadi kotoran, sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang
saja. Serat silver yang dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded

6
dengan nomor 15 dan 35 atau sebagai campuran untuk membuat benang-benang
carded dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II)
untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku
untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan
sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil
yang disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang
tunggal selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin
cone winder) atau benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.
C. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil
Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan
kerja. Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri
mengantisipasi dan meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan
atau terancamnya keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan
industry itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal yang
menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja
pada industri busana.
Gudang resiko bahaya pada Packing dan Bahaya kebakaran
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus
singkat,
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat,
kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat
arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta
Tergores dan bahaya jatuhan

D. Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja


Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan
disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi. Kesalahan atau ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja
dengan pegawai yang menggunakan. Ketidak serasian antara peralatan dan sarana

7
dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan
tenaga kerja pada industri busana dapat dilihat pada uraian dibawah ini
Proses Produksi Faktor Ergonomi
Proses Kerja Masalah
1. Ukuran Meja Kerja
Pemotongan Kain 2. Kursi duduk
3. Sikap dan sistem kerja
4. Cara dan sistem keja
1. Ukuran Meja Kerja
2. Kursi duduk
Menjahit, obras, bordir
3. Sikap dan sistem kerja
4. Cara dan sistem keja
1. Ukuran Meja Kerja
2. Kursi duduk
Menyetrika 3. Sikap/ cara kerja
4. Kesesuaian sikap/sistem kerja

1. Kegiatan angkat junjung


2. Sikap dan cara kerja
Packing
3. Ruang gerak

E. Faktor penyebab
a. Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial,
dan faktor tenaga kerja.
Permasalahannya dapat merupakan berikut ini :
1) Manajemen:
a) Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja
b) Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja
c) Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri
2) Tenaga kerja:

8
a) Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3
b) Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan
c) Tidak memiliki naluri cara kerja sehat
d) Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.

b. Faktor Lingkungan Kerja


Faktor penyebab masalah K3L tidak hanya terjadi karena faktor manusia tetapi
pasti ada sedikit banyak masalah yang terjadi karena lingkungan kerja nya.
Berikut ini adalah faktor yang terjadi di Perusahaan Industri Tekstil yaitu :
1) Penerangan yang kurang mengakibatkan kesalahan pewarnaan.
2) Iklim kerja mengakibatkan lelah kerja para pekerja.
3) Debu mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan mata.
4) Uap mengakibatkan suhu panas.
5) Limbah Pabrik seperti, Formaldehyde mengakibatkan timbulnya limbah B3.

F. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada


Industri Tekstil Pemintalan Benang.
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang
penyebabnyaterutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil.
Penyakit ini berkaitan erat dengan pekerjaan blowing dan carding. Tetapi terdapat
pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses
(pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa
inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan
carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun.
i) Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan
(1) Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang
kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
mudah diakui.
(2) Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan – work
related disease

9
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya
dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.

(3) Penyakit yang mengenai populasi pekerja


Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.

(4) Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.


Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yaitu :
a) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian
b) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
c) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
d) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik.
f) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
g) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun
i) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
j) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal,
fluor,benzena, derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena
atau homolognya yang beracun.

10
G. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri
tekstil pemintalan benang
Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja dengan menggunakan
APD. Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration,pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian bahaya,
penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling
akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode
lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya
atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik
kimia adalah sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan
pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan
instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang


berpotensi terkena resiko dari bahaya. Berikut ini diuraikan di dalam Tabel :
APD yang perlu
No Organ Tubuh Sumber bahaya
digunakan
1. Mata Cipratan bahan kimia atau Safety Spectacles,
logam cair,debu,katalis Safety Glasses,

11
powder, proyektil,gas, uap Goggle, Faceshield,
dan radiasi Welding Shield.
2. Telinga Suara dengan tingkat Ear Plug, Ear Muff,
kebisingan lebih dari 85 Canal Caps.
dB.
3. Kepala Tertimpa benda jatuh, Helmet, Bump
terbentur benda keras, Caps.
rambut terlilit benda
berputar.

4. Hidung (Pernapasan) Debu,uap, gas, Respirator,


kekurangan oksigen Breathing
(oxygen defiency). Apparatus

5. Tangan dan Lengan Temperatur ekstrim, Sarung Tangan


benda tajam, tertimpa (gloves), Armlets,
benda berat, sengatan Mitts
listrik, bahan kimia,
infeksi kulit.
6. Kaki Lantai Licin, lantai basah, Safety Shoes,
benda tajam, benda jatuh, Safety Boots,
cipratan bahan kimia dan Legging, Spat.
logam cair, aberasi.

12
Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis
Berikut ini adalah upaya untuk mencegah byssinosis yaitu :
a) Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu
kapas sangat sedikit di udara.
b) Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.
c) Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.
d) Ventilasi umum dengan sistim hisap.
e) Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
f) Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak
berbahaya.

Penanggulangan lain yaitu :


a) Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan
dan keselamatan kerja yang sudah ada.
b) Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para
karyawan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja
utama industri jika memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus
disediakan untuk kegiatan industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat
pengolahan khusus yang bersekat dan masing-masing disendirikan sehingga
ruang gerak menjadi luas.
c) Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang
teratur, dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan,
contoh apabila biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan
posisi kerja para karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.
d) Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan
lahan kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak,
atau lubang khusus sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari
segi tata ruang pun menjadi lebih luas dan enak untuk dipandang.
e) Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural
kedalam organisasi tersebut. Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam

13
hal pelayanan kesehatannya yang paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif), yang dalam hal ini ditekankan pada ruang lingkup kedokteran
industrinya. Misalnya petugas kesehatan mengunjungi tempat-tempat industri
secara rutin guna menilai kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan rumah
tangga.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada
proses blowing, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding
masing-masing sebesar 3.5% dan 2.5% sedangkan tingkat kebisingan speed
frame sebesar > 85 dB.
Penyakit yang akan timbul adalah sinosis (penyakit tergolong
pneumoconiosis) yang berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-pekerja
dalam industri tekstil. Pencengahan dengan menggunakan APD (alat pelindung
diri) seperti: memakai safety glasses, ear plung, ear muff, respirator dan lain-lain.
Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah tangga
yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di
udara,pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara,
membersihkan lantai dengan sapu tidak baik, ventilasi umum dengan sistim hisap,
pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan secara berkala, rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat
yang tidak berbahaya.

B. Saran
a. Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan
terlebih dahulu hazard identification (identifikasi bahaya).
b. Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita
identifikasi.
c. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri
terutama masker dan sumbat telinga.
d. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.(online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3704/1/K3

gerrysilaban.pdf. Diakses pada 12 September 2016).

Nasri,Azhar.2014.(online)https://azharnasri.blogspot.co.id/2014/09/makalah
industri-tekstil-di-indonesia.html. (Diakses pada 11 September 2016).

Nugraha,Daniel.2011.(online)http://danielanugrah10’s.blogspot.com/2011/industr

lisasi.html. (Diakses pada 12 September 2016).

Tengky,Usfini.2010.(online)http://usfinitengky.blogspot.com/2010/kesehatan
kerja-higiene.html. (Diakses pada 11 September 2016).

16

Anda mungkin juga menyukai