Survei Jentik Nyamuk
Survei Jentik Nyamuk
Disusun oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
1
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ---------------------------------------------------------------------------------------1
2.3.4 Kontainer-----------------------------------------------------------15
2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan vektor nyamuk
(”mosquito borne disease”) yang paling penting di seluruh dunia terutama di daerah
tropis dan subtropis. Penyakit ini mempunyai spektrum klinis dari asimptomatis,
undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue
(DBD), mencakup manifestasi paling berat yaitu sindrom syok dengue (dengue
shock syndrome/DSS).
Pada tahun 2017 terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari
49 per 100.000 penduduk yang mengalami peningkatan jumlahnya jika
dibandingkan dengan 2016 yaitu 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari
49 per 100.000 penduduk.Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu
Bali sebesar 105,95 per 100.000 penduduk, selanjutnya Kalimantan Timur sebesar
62,57 per 100.000 penduduk dan angka kesakitan Kalimantan Barat sebesar 52,61
per 100.000 penduduk.
3
Indikator-indikator tersebut antara lain House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan
Breteau Index (BI).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Dengue adalah demam akut yang diikuti oleh dua atau lebih
dari gejala berikut : nyeri retro-orbital, nyeri kepala, rash, mialgia, atralgia,
leukopenia atau manifestasi perdarahan (tes toniquet positif, petekie, purpura
atau ekimosis, epistaksis, gusi berdarah, darah dalam muntah, urine atau
feses, serta perdarahan vagina yang tidak termasuk dalam kriteria DBD.
Anoreksia, mual, muntah yang terus-menerus, nyeri perut bisa ditemukan
tetapi bukan merupakan kriteria DD.
5
2.1.2. Insidensi DBD
6
2.1.3. Penyebab DBD
Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga flaviviridae
dengan ukuran 50 nm dan mengandung RNA rantai tunggal. 8 Hingga saat ini
dikenal empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4.
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya.
Aedes aegypty merupakan vektor epidemik yang paling penting disamping
spesies lainnya seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis yang
merupakan vektor sekunder dan epidemi yang ditimbulkannya tidak seberat
yang diakibatkan Aedes aegypty.
7
2.1.4. Morfologi Aedes Aegypti
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
8
a) Telur
9
b) Larva (jentik)
10
Pada stadium ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan
menggunakan dua tanduk kecil yang berada pada prothorax. Pupa
juga sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini
umumnya berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari
kepompongnya menjadi nyamuk. Pupa tidak memerlukan makan
dan akan berubah menjadi dewasa dalam 2 hari.
Dalam pertumbuhannya terjadi proses pembentukan sayap,
kaki dan alat kelamin.
d) Nyamuk Dewasa
11
puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. nyamuk
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali
dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan
darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular
penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di
dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan
lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya.
12
virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan
virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti.
Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke
seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila nyamuk tersebut
menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan
bersama air liur nyamuk. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki
kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD.
Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur
hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia,
virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1
minggu.
13
2.3.3 Pengendalian Secara Lingkungan dengan 3M Plus
Tujuan dari gerakan ini adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes
aegypti sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. Kegiatan ini
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, perilaku, dan sikap masyarakat.
Gerakan ini memiliki sasaran semua tempat perkembangbiakan nyamuk
penular DBD meliputi Tempat penampungan air ( TPA) untuk keperluan sehari-
hari, Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA),
dan tempat penampungan air ilmiah.
Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus meliputi:
a. Menguras tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, kolam
renang, tempat air minum, lemari es, dan sebagainya sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong
air/tempayan dan lain sebagainya. Namun apabila tetap ditemukan jentik,
maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup rapat.
c. Menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti botol plastik, kaleng, ban bekas, dll. Banyak
barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan bernilai
ekonomis, dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media
penampungan air menjadi produk atau barang-barang yang telah
diperbaharui bernilai ekonomis.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (plus) yaitu:
a. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan yang sulit
dibersihkan
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lain-lain
dengan tanah.
14
Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
d. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain
sebagainya.
e. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk misalnya ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang, ikan mujair, dan ikan nila.
f. Memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di rumah
serta menggunakan kelambu juga merupakan upaya pencegahan gigitan
nyamuk demam berdarah.
g. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah,nyamuk Aedes aegypti
menggigit pada siang hari di tempat yang agak gelap. Pada malam hari,
nyamuk ini bersembunyi di sela-sela pakaianyang tergantung di dalam
kamar yang gelap dan lembab.
h. Tidur menggunakan kelambu.
i. Mengatur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
j. Menggunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
2.3.4 Kontainer
Kontainer adalah semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container
seringkali ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan
nyamuk untuk meletakkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer
yang menampung air jernih yang tidak langsung berhubungan langsung dengan
tanah dan berada di tempat gelap sebagai tempat perindukan telurnya.
Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna
keperluan sehari–hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan
lain–lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang–barang bekas
(ban bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), dan vas bunga.
15
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung
kelapa, lubang di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit
kerang. Kontainer ini pada umumnya ditemukan diluar rumah.
• Kabupaten
Otonomi daerah memberikan peran yang lebih luas kepada Kabupaten
untuk secara aktif dan mandiri melakukan kegiatan PV di wilayahnya sesuai
dengan kondisi spesifik lokal daerah. Tugas kabupaten untuk merencanakan
dan mengadakan alat, bahan operasional PV, monev kegiatan PV DBD, bintek
kegiatan PV DBD di Puskesmas.
• Puskesmas
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bertugas
menjaga kesinambungan kegiatan PV oleh masyarakat di wilayahnya,
menggerakkan peran serta masyarakat melalui kader, tokoh masyarakat, serta
melakukan kegiatan PV secara langsung di masyarakat.
Kegiatan Pengendalian Vektor meliputi Larvasidasi, Fogging,
Pemantauan Jentik.
16
I. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
insektisida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberianlarvasida
ini dapat menelan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis
larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos,piriproksifen,
metopren, dan Bacillus thuringensis.
17
memberi peringatan kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras
agar bersih dari jentik-jentik nyamuk.
Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk
dilaporkan ke kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas
atau kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem
peringatan dini oleh pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta
alokasi dana. Dalam perilaku penduduk, sebagian besar penduduk Indonesia
belum menyadari pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Selain
3M+ yang harus dilakukan jumantik, ia juga bertindak sebagai agent of
change dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi ada pelopor untuk
mencontohkan dan mengingatkan upaya-upaya pencegahan DBD.
18
Kemudian dihitung jumlah total tempat penampungan air dan jumlah tempat
penampungan air yang positif jentik.
Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk
Aedes aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan
ukuran sebagai berikut:
a. House Index
House index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah
yang diperiksa. House Index salah satu indikator yang paling sering
digunakan untuk surveilans vektor. Nilai HI menunjukkan banyaknya
rumah yang positif terdapat jentik di suatu daerah. Oleh karena itu, perlu
ada upaya untuk menekan angka HI di suatu daerah guna memutus rantai
penularan virus dengue yang dapat mengakibatkan tingginya kejadian
penyakit DBD
b. Container Index
Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa
19
c. Breteu Index
Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus
rumah.
Jumlah kontainer yang positif jentik
BI = X 100 %
100 rumah yang diperiksa
d. Density Figure
Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang
merupakan gabungan dari HI, container index (CI) dan bretetu index (BI)
yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972 di
bawah ini:
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
20
BAB III
SIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever:
Revised and expanded edition. SEARO Technical Publication Series No. 60.
India
2. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Situasi Penyakit Demam Berdarah di
Indonesia di tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Profis kesehatan
Indonesia.
4. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis,
treatment, prevention and control. New Edition 2009.
5. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru
Pemantau Jentik (Jumantik), Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
6. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik-PSN Anak
Sekolah. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
7. Robert M. Kliegman, e. Nelson's Textbook of Pediatrics 2oth Edition.
Philadelphia: Elseviers Saunders.
8. WHO. (2011). Comprehensive Guideline for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.
22