Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN LENGKAP

KEANEKARAGAMAN HEWAN
UNIT I
PHYLUM PROTOZOA

OLEH:
NAMA : QHULBI RHAMADANI
NIM : 105441100620
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN PENDAMPING : NURUL FADHILA S.Pd
REKAN KERJA : ADABI DARBAN
USWATUNG HASANAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVEESITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MEI 2022

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Keanekaragaman Hewan Unit 1 “Phylum
Protozoa” Disusun Oleh:

Nama : Qhulbi Rhamadani


Nim : 105441100620

Kelas : Biologi 20A


Kelompok : V (Lima)
Asisten Pendamping : Nurul Fadhila S.Pd

Setelah diperiksa dan dikonsultasikan secara seksama oleh asisten


pendamping maka laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, 25 Mei 2021

Asisten pendamping. Praktikan

NURUL FADHILA S.Pd QHULBI RHAMADANI


Nim. 10544100620

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protozoa memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.
Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukarioti. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Beberapa organisme mempunyai sifat sama, alga dan protozoa. Sebagai contoh
alga hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien
komplek tanpa adanya cahaya.
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) da
tidak memiliki dinding sel. Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama
dan zoo yang berarti hewan sehingga dapat diartikan sebagai hewan pertama.
Ukurannya antara 3-100 mikron dan merupakan organisme mikroskopis bersifat
heterotrof. Tempat hidupnya adalah tempat yang basah yang kaya zat organic, air
tawar atau air laut sebagai zooplankton, beberapa jenis bersifat parasit dan
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak.
Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda pada fase yang berbeda dalam
siklus hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu,
bulu getar (cilia) atau bulu cambuk (flagel). Beberapa protozoa memiliki fase
vegetatif yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk
sista. Tropozoit akan aktif mencari makan dan bereproduksi selama kondisi
memungkinkan. Jika kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka
protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel protozoa yang
terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada
bakteri. Pada saat sista protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering
atau basah. Pada umumnya berkembang biak dengan membelah diri.
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan
salah satu filum dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh
sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Fitriah (2019: 5) protozoa merupakan hewan bersel tunggal,


berinti sejati (euakriotik) dan tidak memiliki dinding sel. protozoa berasal dari
kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan sehingga disebut
sebagai hewan pertama, ukurannya antara 3-1000 mikron dan merupakan
organisme mikroskpis yang bersifat heterotrof, anggota dari filum ini hidup
kosmopolit. Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda Pada fase yang berbeda dalam
siklus hidupnya titik Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif
yang disebut tropozoit dan dan fase Dorman dalam bentuk Sista. Tropozoit  akan
aktif mencari makan Dan berproduksi selama kondisi lingkungan memungkinkan.
klasifikasi protozoa biasanya didasarkan pada struktur dan alat gerak berdasarkan
karakter tersebut protozoa terdiri dari beberapa kelas yaitu: Rhipozoda atau
sarcodina, Ciliata atau infusoria, Flagellata atau Mastigofora.
Menurut Maya (2020: 8) kebanyakan protozoa hanya dapat dilihat di
bawah mikroskop. ukuran tubuhnya antara 3 sampai 1000 mikron. tubuh protozoa
sangat sederhana, terdiri dari sel tunggal  ( unisel). Namun, Protozoa adalah
system serbaguna semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel tanpa tumpang
tindih, ada berbagai jenis bentuk tubuh, seperti bola, sandal bundar yang
memanjang atau serupa dan beberapa bahkan memiliki bentuk tidak beraturan.
ada juga flagela atau silia. struktur sel protozoa terdiri atas sitoplasma yang
diselubungi membran sel atau membran plasma. membran sel berfungsi sebagai
pelindung dan mengatur pertukaran zat di dalam sel dengan zat di luar sel. pada
beberapa jenis protozoa selain membran plasma terdapat pelikel ( selaput tubuh
yang keras)  yang membantu mempertahankan bentuk tubuh protozoa agar selalu
tetap.
Menurut Hidayah (2020: 28) Pernapasan atau pertukaran oksigen
dengan karbondioksida yang berlangsung dengan cara difusi karena adanya
perbedaan tekanan gas di dalam sel atau di luar sel protozoa bergerak dengan
menggunakan kaki palsu atau kaki semu ( pseudopodia), Silia, atau flagela.
Pseudopodia  berasal dari penjuluran sitoplasma yang bersifat sementara terutama
untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan ini timbul akibat adanya kontraksi
protoplasma memanjang dan memendek secara lambat.
Menurut Purba (2018: 2) Pada umumnya protozoa mempunyai 2
stadium yaitu stadium vegetatif atau stadium tropozoit dan stadium kista yang
tidak aktif. ukurannya kecil sekali hanya beberapa mikron sampai 40 mikron.
Protozoa yang terbesar adalah balantidium coli Yang berukuran 70 mikron.
bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong, simetris, bilateral atau tidak teratur di
dalam tubuh kita, khususnya di dalam saluran pencernaan sangat banyak jenisnya.
salah satu parasit yang sering menyebabkan infeksi saluran pencernaan adalah
protozoa ini tersebar di seluruh dunia Menyerang semua orang, baik laki-laki atau
perempuan anak-anak atau dewasa yang kurang memiliki lingkungan hidup sehat
dan personal hygiene.
Menurut Saputri (2018: 385) protozoa gastrointestinal hidup dan
berkembang pada saluran pencernaan. Sapi  yang terinfeksi protozoa
gastrointestinal  akan berdampak sangat buruk bagi kesehatan sapi Bali karena
adanya Jejas di dalam saluran pencernaan akan mengganggu penyerapan nutrisi
bagi ternak. sapi Bali yang memiliki kualitas baik dapat dilihat dari bobot badan
yang ideal Namun apabila protozoa gastrointestinal menginfeksi sapi Bali akan
mengalami penurunan kinerja dalam penyerapan nutrisi sehingga sapi Bali akan
mengalami keterlambatan pertumbuhan dan menyebabkan kualitas sapi Bali
menurun.
Menurut Hidayah (2020: 29) Protozoa memiliki tiga macam cara
makan, yaitu autotrof, heterotrof, dan Amfitrof. Autotrof ialah cara makan
Protozoa yang dapat mensintesis makanan sendiri layaknya tumbuhan- tumbuhan
dengan jalan fotosintesis. banyak flagellata yang bersifat autotrof. protozoa
mendapatkan makanannya dengan cara menelan benda padat atau memakan
organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lain bersifat heterotrof, itu
untuk Protozoa yang tidak dapat melakukan fotosintesis. Protozoa yang bersifat
autotrof dan heterotrof disebut amfitrof. Protozoa Yang bersifat heterotrof
memiliki dinding sel yang terdiri dari suatu membran tipis, cara yang dilakukan
saat mengambil makanannya yaitu itu dengan cara cara membungkus makanan
kemudian membawanya ke dalam sitoplasma. Cara  ini ini disebut fagositosis.
pada protozoa yang berdinding tebal cara yang dilakukan saat mengambil
makanannya yaitu itu dengan cara mengambil mangsanya menggunakan mulut sel
yang disebut cytostome Dan biasanya dilengkapi silia untuk mengalirkan air
hingga bila ada makanan yang lewat dapat ditangkap dan dimasukkan ke dalam
sitoplasma.
Menurut Maya (2020: 9) Membran plasma pada beberapa jenis
protozoa da yang dilengkapi dengan silia atau flagel. keduanya berfungsi sebagai
alat penggerak sitoplasma mengandung beberapa organel sel, yaitu mitokondria,
ribosom, lisosom, nukleus, vakuola makanan, dan vakuola kontraktil. 
Paramecium memiliki trikosis ( struktur di bagian korteks tubuh berupa rongga
dan benang panjang yang yang bisa dikeluarkan sebagai respon stimuli)  sebagai
alat mempertahankan diri dari musuh.
 Ciri umum protozoa yaitu:
1. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri ( heterotrof)
2.  protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cilia) Atau bulu cambuk (flagel)
3.  hidup bebas, saprofit atau parasit.
4.  organisme bersel tunggal
5.  eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6.  hidup soliter ( sendiri) atau berkoloni ( kelompok)
7.  dapat membentuk Sista untuk bertahan hidup. Sista, merupakan bentuk sel
protozoa yang  terdehidrasi  dan berdinding tebal mirip dengan endospora
yang terjadi pada bakteri
8.  protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah
9.  protozoa tidak mempunyai dinding sel
10.  protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan yaitu:
1. Untuk mengetahui beberapa jenis hewan yang termasuk sarcodina
2. Untuk mengetahui struktur bentuk dan cara hidup anggota kelas sarcodina
3. Untuk mengetahui jenis hewan yang termasuk kelas flagellata
4. Untuk mengetahui struktur faal hewan yang termasuk flagellate
5. Untuk mengetahui struktur faal beberapa hewan anggota kelas sporozoa
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum yang dilakukan yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa jenis hewan yang termasuk
sarcodina
2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur bentuk dan cara hidup anggota kelas
sarcodina
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis hewan yang termasuk kelas flagellata
4. Mahasiswa dapat mengetahui struktur faal hewan yang termasuk flagellata
5. Mahasiswa dapat mengetahui struktur faal beberapa hewan anggota kelas
sporozoa
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah. 2020. Modul Taksonomi Invertebrata. Lampung: UIN Raden Intan


Lampung

Fitriah, dkk. 2019. Panduan Praktikum Zoologi Avertebrata. Cirebon: Institut


Agama Islam Negeri (IAIN)

Maya, Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung: Widina Bakti Persada


Bandung

Purba, 2019. Analisa Kadar Protozoa Usus Pada Masyarakat Usia 40-50 Tahun
Pekerja Kebun di Desa Negeri Juhar Kabupaten Karo. Jurnal Kesehatan
Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Vol. 1 No.1. ISSN: 2356-1475

Saputri, dkk. 2018. Prevalensi dan Identifikasi Protozoa Gastrointestinal Pada


Sapi Bali di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Indonesia
Medicus Veterinus. Vol.10 No.4. ISSN: 24776637

Anda mungkin juga menyukai