Anda di halaman 1dari 7

JURNALJurnal

ILMU Ilmu Kesehatan Masyarakat


KESEHATAN MASYARAKAT

VOLUME 2 Nomor 03 November 2011 Tinjauan Pustaka

MANAJEMEN PARTISIPATIF; SEBUAH PENDEKATAN DALAM


MENINGKATKAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DESA

PARTICIPATIF MANAGEMENT; AN APPROACH TO INCREASE PARTICIPATION OF


KADER POSYANDU IN HEALTH DEVELOPMENT IN VILLAGE

Iwan Stia Budi1


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
E-mail : iwans7777@gmail.com HP : 085268021149

ABSTRACT
Background: Base on Alma Ata Declaration (WHO, 1978), the approach of health development was public
health especially community participation. The objectives this paper is to analysis the role of kader posyandu
in village health development and what effort was needed to increase participation of kader posyandu in
health development
Results: According to the review found many challenges that cause participation of kader posyandu such
level of education, knowledge, training & development, incentives, type of work, the participation of kader
with other organizations and the importance participation management to increase kader involvement in
village health development.
Conclussions: should did effectively kader posyandu capacity building (education, training and development,
incentives) so they have power and practitioner commitment to coaching and consulting and stakeholders
support.
Keywords: Participatif Management, Kader Posyandu, Health Development.

ABSTRAK
Latar belakang: Sesuai dengan deklarasi Alma Ata tahun 1978 salah satu pendekatan dalam pembangunan
kesehatan adalah pendekatan kesehatan masyarakat melalui partisipasi masyarakat. Tujuan makalah ini adalah
untuk mengkaji peran aktif kader posyandu dalam pembangunan kesehatan di desa dan upaya apa yang
diperlukan untuk meningkatkan partisipasi kader
Hasil: berdasarkan hasil telaah ditemukan banyak kendala yang menghambat keaktifan kader posyandu seperti
tingkat pendidikan, pengetahuan, pelatihan pengembangan, incentives dan jenis pekerjaan, keikutsertaan kader
dengan organisasi lain dan pentingnya manajemen partisipasi untuk meningkatakan partisipasi kader posyandu.
Kesimpulan: Sebaiknya dilakukan capacity building yang lebih efektif (pendidikan, pelatihan dan incentive)
terhadap kader posyandu sehingga kader posyandu mempunyai daya (power) dan komitmen para praktisi
untuk melakukan pembinaan dan konsultasi dan dukunagan stakeholders.
Kata Kunci: Manajemen Partisipatif, Kader Posyandu, Pembangunan Kesehatan

PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan mempunyai arah kebijakan yaitu
kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah meningkatnya akses masyarakat terhadap
satu agenda pembangunan nasional adalah pelayanan kesehatan masyarakat yang
mengurangi kesenjangan antar wilayah yang ditandai dengan meningkatnya angka
tercermin dari meningkatnya peran harapan hidup, menurunnya angka kematian
pedesaan sebagai basis pertumbuhan bayi dan ibu melahirkan dan meningkatnya
ekonomi dan membaiknya indeks status gizi masyarakat. 1 Sesuai dengan
pembangunan manusia (IPM). deklarasi Alma Ata tahun 1978 salah satu
Pembangunan kesehatan yang merupakan pendekatan dalam pembangunan kesehatan
salah satu program prioritas dalam adalah pendekatan kesehatan masyarakat
mewujudkan agenda pembangunan nasional melalui partisipasi masyarakat. 2

153
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menyadari betapa pentingnya Pandangan Lama Pandangan Baru


partisipasi masyarakat dalam pembangunan Organisasi bukan Oraganisasi
kesehatan, maka pemerintah menerbitkan merupakan merupakan sumber
beberapa kebijakan diantaranya yaitu Undang-
keunggulan keunggulan
Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintah
bersaing yang bersaing
daerah.3 Salah satu point penting dalam undang-
undang ini adalah pasal 206 tentang urusan utama
pemerintahan yanng menjadi kewenangan Sistem birokrasi Keterlibatan semua
desa. Kewenangan desa ini diperkuat dengan merupakan sistem anggota organisasi
diterbitkannya PP No 72 tahun 2005 tentang yang paling efektif merupakan sistem
Desa.4 Peraturan Pemerintah tersebut secara dalam pengawasan paling efektif
jelas menyebutkan bahwa salah satu pengendalian dalam pengawasan
wewenang kepala desa adalah membina pengendalian
kehidupan masyarakat desa dan
Top manager dan Semua karyawan
mengkoordinasikan pembangunan desa secara
tim ahli harus dapat harus dapat
partisipatif (pemberdayaan masyarakat). Lebih
lanjut Permendagri No 7 tahun 2007 memberikan nilai memberikan nilai
menyebutkan bahwa kader pemberdayaan tambah organisasi tambah
masyarakat adalah anggota masyarakat desa/ Sumber : Lawler III., Edward E. 1996 dalam
kelurahan yang memiliki pengetahuan, Branch 2002.
kemampuan dan kemauan untuk
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi Terdapat 5 perspektif (sudut pandang)
dalam pemberdayaan masyarakat dan dalam upaya meningkatkan keterlibatan
pembangunan partisipatif.5 karyawan dalam organisasi (Bolle de Bal,
Salah satu bentuk partisipatif kader 1992a:603-610 dalam Branch, K, 2002)6:
dibidang kesehatan adalah aktif dalam 1. Pendekatan Manajerial
kegiatan posyandu. Menurut Dirjen Pendekatan ini menekankan keterlibatan
Binakesmas Kementrian Kesehatan RI karyawan tingkat bawah untuk
sebagian besar bayi di Indoenesia di mengurangi ketidakpuasan dan masalah
Imunisasi di posyandu sebesar 76% dan moral. Pendekatan ini beranggapan bahwa
78,3% balita ditimbang di posyandu. 2 melalui desain organisasi dan perubahan
Mengingat pentingnya posyandu, maka studi organisasi dapat memberikan keunggulan
literatur ini bertujuan mengkaji bersaing.
bagaimanakah peran aktif kader posyandu 2. Pendekatan Humanist Psychology
dalam pembangunan kesehatan di desa dan Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
upaya apa yang diperlukan untuk individu sebagai manusia seperti
meningkatkan partisipasi kader. Metode mempromosikan kreatifitas karyawan, harga
yang digunakan dalam kajian ini adalah diri dan kekuatan ego.
pendekatan studi literatur. 3. Pendekatan hubungan industrial
Manajemen partisipatif berkaitan Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
dengan organisasi, pekerja dan stakeholder demokrasi dalam mencapai tujuan organisasi
terutama dalam hal pengambilan keputusan. (organisasi bersifat terbuka-open system
Kunci utama manajemen partisipasi adalah design)
mewujudkan pelaksanaan manajemen yang 4. Pendekatan Politis
lebih baik seperti sistem manajemen mutu, Pendekatan ini menekankan pada
hubungan karyawan, integrasi rancangan revolusioner dalam mencapai tujuan
(perencanaan) dan kinerja tim yang merupakan organisasi (partisipasi dapat diartikan sebagai
faktor kritis menuju keunggulan bersaing baik perubahan secara menyeluruh atas
organisasi private maupun publik (Lawler kepemilikan)
1996:Branch, 2002).6 5. Pendekatan Psycho-Sociological or
Terkait dengan manajemen partisipasi, Anthropological
berikut ini pandangan baru mengenai Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
manajemen budaya dan norma yang berlaku.

Budi, Manajemen Partisipatif; Sebuah Pendekatan dalam Meningkatkan Peran Serta Kader Posyandu • 154
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menurut Tannanbaum and Allport, 1956 5. Rendahnya incentive untuk berpartisipasi


dalam Yohe7, manajemen partisipasi adalah suatu 6. Takut membuat keputusan yang salah
sistem dimana karyawan berpartisipasi dalam 7. Adanya konflik manajerial
proses pengambilan keputusan yang secara 8. Kurangnya komunikasi
langsung dapat berdampak pada pengalaman
kerja karyawan. Keterlibatan karyawan dalam Hambatan lainnya menurut Ali and Machungwa
pengambilan keputusan dapat meningkatkan adalah7
efektifitas organisasi, meningkatkan hubungan 1. Karyawan merasa tidak bebas dalam
manajer dengan bawahannya, kreatifitas dan memberikan pendapat dalam rapat dengan
produktifitas, meningkatkan loyalitas terhadap manajer
organisasi dan mengurangi absenteisme dan 2. Tidak adanya pendelegasian kewenangan
turnover. untuk pengambilan keputusan dari manajer
Menurut WHO (2002) dalam Heritage8 kepada bawahan
partisipasi masyarakat adalah proses dimana 3. Karyawan merasa kesulitan untuk
masyarakat dimungkinkan menjadi aktif dan berdiskusi dengan manajer dan supervisor
terlibat dalam mendefinisikan isu-isu 4. Adanya manajer yang tidak melakukan
dimasyarakat, pengambilan keputusan tentang pengambilan keputusan secara bersama
faktor yang berdampak pada kehidupan, dengan karyawan
menyusun dan mengimplementasikan kebijakan, 5. Banyaknya manajer yang beranggapan
merencanakan, mengembangkan dan bahwa pekerja bukan partner dalam
memberikan pelayanan dan mengambil tindakan pengambilan keputusan
untuk mencapai perubahan. Istilah partisipasi
masyarakat sering digunakan bersama atau Selain itu dalam teori X dan Y dari Mc
bergantian dengan konsep lain. Meskipun dapat Gregor menyebutkan bahwa untuk mengelola
dibedakan dengan jelas tetapi terkadang sulit, 3 karyawan terdapat 2 pendekatan. Banyak
istilah yang sering digunakan. manajer cenderung menggunakan pendekatan
1. Partisipasi masyarakat mengimplikasikan teori X dan secara umum menghasilkan hasil
perbedaan tipe dan tingkatan partisipasi yang buruk. Sedangkan pendekatan dengan
(contoh konsultasi dan pemberdayaan) teori y biasanya menghasilkan kinerja yang
2. Partisipasi masyarakat merepresentasikan lebih baik dan memberikan kesempatan
metode kerja yang prioritasnya agar kepada karyawan untuk tumbuh dan
memungkinkan masyarakat untuk berkembang. 9
berpartisipasi (membangun kapasitas Teori X (Authoritarian Leadership Style),
masyarakat dan pengembangan ciri-cirinya:
masyarakat) 1. Mayoritas karyawan malas bekerja dan
3. Partisipasi masyarakat menjelaskan atau menghindari pekerjaan
mempetakan interaksi dan hubungan dengan 2. Mayoritas karyawan dipaksa bekerja dalam
masyarakat yang dipengaruhi oleh mencapai tujuan organisasi dengan ancaman
partisipasi dan hubungannya dengan hukuman
kesehatan dan kesejahteraan (contoh social 3. Mayoritas karyawan suka dirahkan,
capital dan community cohesion). menghindari tugas, tidak termotivasi dan ingin
aman atas segalanya
Menurut Yohe terdapat beberapa hambatan
dalam melaksanakan manajemen partisipasi Teori Y (Partisipatif Management Style),
yaitu 7: ciri-cirinya:
1. Hambatan birokrasi organisasi dan struktur 1. Adanya usaha /kemauan dalam bekerja
organisasi 2. Karyawan melakukan pengawasan
2. Budaya yang tidak menjadikan manajemen pengendalian dan pengarahan secara
partisipasi sebagai nilai dan norma mandiri dalam mencapai tujuan organisasi
3. Kurangnya pengetahuan bawahan sehingga tanpa pengawasan dari luar atau ancaman
tidak kompeten dalam pengambilan hukuman
keputusan 3. Komitmen terhadap tujuan adalah fungsi dari
4. Tingginya beban kerja dan stres kerja reward terkait dengan prestasi yang dicapai

155 • Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 03 November 2011


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

4. Kapasitas imajinasi, kecerdasan dan 8. Komunikasi 1 arah


kreativitas untuk memecahkan masalah 9. Tidak mendengarkan saran, keluhan
secara luas, tidak sempit dan terdistribusikan 10. Tidak peduli dengan kesejahteraan staf,
pada seluruh karyawan moral
11. Pendendam
Beberapa ciri-ciri “Theory X Manager” : 12. Tidak membangun tim
1. Results-driven and deadline-driven tanpa 13. Menahan imbalan, menekan tingkat upah
memperhatikan aspek lainnya dan imbalan, dsb.
2. Intolerants
3. Deadlines and ultimatums Berdasarkan beberapa teori di atas,
4. Adanya Jarak dan terpisah dapat diringkas beberapa faktor yang
5. Menyendiri dan arogan mempengaruhi patisipasi karyawan/kader dan
6. Cepat Marah pendekatan/metode yang digunakan. Lebih
7. Instruksi, arah, maklumat jelasnya pada gambar 1 di bawah ini.

Faktor Organisasi: Faktor Individu :


a. Struktur Organisasi a. Pengetahuan
b. Budaya Organisasi b. Pendidikan
c. Komunikasi c. Komitmen
d. Kepemimpinan d. Motivasi
e. Reward e. Konflik
f. Beban Kerja f. Kerjasama dalam
g. Pelatihan dan tim
Pengembangan

Partisipasi
Metode : Kader
1. Level of participation
2. Initiation and Process Pendekatan :
3. Control 1. Manajerial
4. Power & Purpose 2. Humanist
Community Psychology
5. Role of Practicioner
6. Stakeholders and Capital 3. Industrial
Community Relationship
7. Partnership and 4. Antropological
Commitment
8. Ownership of ideas
9. Confidence and Capacity

Gambar 1.
Model Peningkatan partisipasi kader, diadopsi dari berbagai sumber/teori

HASIL DAN PEMBAHASAN posyandu aktif melakukan kegiatan


Berikut ini beberapa hasil penelitian posyandu. Penelitian ini juga mengakaji
mengenai peran serta kader posyandu dalam faktor yang mempengaruhi keaktifan
pembangunan kesehatan sebagai berikut: kader posyandu. Berdasarkan hasil
1. Penelitian yang dilakukan oleh penelitian diketahui bahwa umur,
Bangsawan (2001) dari 150 orang kader pendidikan, pengetahuan, sikap, pelatihan
aktif dari seluruh posyandu yang ada di dan pembinan Tim Penggerak-PKK
kecamatan Teluk betung Barat Kota berhubungan dengan keaktifan kader
Bandar Lampung hanya 66,7% kader posyandu.10

Budi, Manajemen Partisipatif; Sebuah Pendekatan dalam Meningkatkan Peran Serta Kader Posyandu • 156
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

2. Penelitian Ridlo (2009) menyebutkan bahwa dapat dilakukan kepada orang lain kecuali jika
faktor penghambat dalam pelaksanaan ia mempunyai daya (power) dan
program rencana aksi nasional pencegahan menginginkannya. Hal ini dapat dilakukan
dan penanggunalangan gizi buruk di melalui capacity building dan tindakan sosial
Puskesmas Wilayah Surabaya Barat 2005- untuk mengatasi kondisi sosial, struktural dan
2009 adalah jumlah tenaga petugas ekonomi yang berdampak pada kesehatan.7
pelaksana gizi yang kurang bila dibandingkan Terdapat 10 kunci utama dalam
dengan beban kerja, tingkat motivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu:16
partisipasi kader Posyandu, kerjasama lintas 1. Tentukan tingkatan partisipasi
sektoral dengan instansi pemerintah dan Dalam pendekatan ini terdapat 5 tingkatan
sektor swasta.11 yaitu :
3. Purwanti (2007) menyebutkan bahwa faktor a. Information
pendukung dalam sistem pencatatan dan Memberitahu apa yang telah kita
pelaporan SKDN di Puskesmas Jomopolo rencanakan. Kendala yang sering
Kabupaten Karanganyar yaitu sudah terjadi dalam upaya meningkatkan
adanya bidan desa, kader yang sudah kader posyandu adalah informasi yang
terlatih.12 kurang jelas mengenain rencana yang
4. Mastuti (2003) menyebutkan bahwa hingga akan dilakukan.
awal tahun 2002 drop out kader di b. Consultation
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Menawarkan beberapa pilihan dan
Progo masih cukup tinggi yakni sebesar mendengarkan umpan balik. Seperti
36,6%. Terdapat banyak faktor yang hasil penelitian Bangsawan (2001)
berhubungan dengan kelangsungan kader. menyebutkan bahwa pembinaan dan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada pelatihan kader berhubungan dengan
hubungan jenjang pelatihan, proses partisipasi kader. Hal ini menunjukkan
pemilihan menjadi kader dan keikutsertaan bahwa dalam upaya meningkatkan
kader dalam organisasi lain dengan partisipasi kader posyandu perlu adanya
kelangsungan kader.13 konsultasi seperti mendengarkan
5. Banda Martina (1996) menyebutkan bahwa feedback, keluhan dan lain-lain.
keadaan sosial budaya masyarakat yang Beberapa metode dalam konsultasi
menyangkut kehidupan sosial budaya adalah public meeting, focus group
masyarakat yang menyangkut kehidupan discuss, visit to community group,
sosial keluarga, konsep sehat sakit, drama, quizzes, rapid apprasial
kebiasaan makan di Kecamatan Loli dan assesment (Herritage, 2009)
Kecamatan Walakaka mempengaruhi c. Deciding Together
partisipasi masyarakat untuk menimbangkan Menggali ide baru dan pengambilan
balitanya ke posyandu.14 keputusan secara bersama. Kendala
6. Pambudi (2009) menyebutkan bahwa yang sering terjadi adalah kurangnya
pendidikan, penghasilan dan jenis pekerjaan keterlibatan kader posyandu dalam
mempengaruhi partisipasi kader jumantik pengambilan keputusan. Hal ini
dalam pemberantasan DBD.15 disebabkan karena rendahnya
pengetahuan kader sehingga yang
Berdasarkan beberapa hasil penelitian sering timbul adalah adanya persaan
di atas diketahui bahwa masih banyak takut salah dalam pengambilan
ditemukan hambatan yang terkait dengan keputusan.
keaktifan kader posyandu yaitu pengetahuan d. Acting Together
kader, pelatihan dan pembinaan kader, proses Harus ada parnership yang baik antara
pemilihan kader dan keikutsertaan kader dengan provider dengan kader. Penelitian Ridlo
organisasi yang lain. (2009) menyebutkan bahwa faktor
Oleh sebab itu, berdasarkan fakta penghambat dalam pelaksanaan
tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan program rencana aksi nasional
partisipasi kader. Menurut Laverack (2006) pencegahan dan penanggunalangan gizi
dalam Heritage (2009), pemberdayaan tidak buruk di Puskesmas Wilayah Surabaya

157 • Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 03 November 2011


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Barat 2005-2009 salah satunya adalah 6. Stakeholders and community


partisipasi kader Posyandu, kerjasama Upaya meningkatkan partisipasi kader juga
lintas sektoral dengan instansi membutuhkan peran aktif stakeholder dan
pemerintah dan sektor swasta. Hal in masyarakat. Upaya peningkatan partisipasi
menunjukkan bahwa selama ini belum kader selama ini lebih banyak menggunakan
ada partnership yang baik antara pendekatan manajerial artinya membentuk
pemerintah dengan swasta kelompok kerja dim masyarakat melalui
e. Supporting independent community surat penugasan sedangkan peningkatan
interest partisipasi melalui tokoh masyarakat dan
Adanya dukungan dari masyarakat budaya masih belum berjalan baik.
lokal dan pemerintah. Tahap ini 7. Partnership
merupakan tahap paling vital untuk Kerja sama dengan berbagai pihak dalam
keberlangungan kader. Tidak adanya/ upaya meningkatkan partisipasi kader sangat
rendahnya incentives bagi kader dibutuhkan baik dengan para praktisi seperti
merupakan faktor yang menyebabkan petugas kesehatan puskesmas, pemerintah
angka droup out kader cukup tinggi. maupun swasta.
2. Initiation and process 8. Commitment
Upaya meningkatkan partisipasi kader perlu Komitmen dari berbagai pihak sangat
adanya kesepakatan antara provider dan dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
kader. Kegagalan dalam meningkatkan partisipasi kader sangat dibutuhkan baik dari
paritisipasi kader pada umumnya juga petugas kesehatan puskesmas, pemerintah
disebabkan karena organisasi gagal maupun swasta, stakeholder, masyarakat.
memenuhi janji-janjinya. Dalam initiation 9. Ownership of ideas
and process ini meliputi tahap Initiation – Adanya peluang untuk menyampaikan
Preparation – Participation – gagasan/ide sehingga kader mempunyai
Continuation. kesempatan untuk bergaining dan
3. Control pengambilan keputusan secara bersama
Upaya meningkatkan partisipasi kader juga 10. Confidence and capacity
membutuhkan pengawasan. Selama ini Mengembangkan rasa percaya diri dan
pengawasan yang semestinya dilakukan capacity building pada kader seperti
oleh kepala desa masih belum berjalan pendidikan dan pelatihan
optimal
4. Power and purpose KESIMPULAN DAN SARAN
Seseorang akan dapat diberdayakan jika Ditemukan banyak faktor penghambat
mempunyai power untuk mencapai apa yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu
yang diinginkan dan tujuannya. Selama ini dalam pembangunan kesehatan di desa dan
capacity building yang dilakukan oleh pentingnya manajemen partisipasi untuk
pemerintah terhadap kader masih rendah meningkatakan partisipasi kader posyandu.
seperti pendidikan dan pelatihan. Sebaiknya dilakukan capacity building
5. Role of the practicioner yang lebih efektif (pendidikan, pelatihan dan
Upaya meningkatkan partisipasi kader juga incentive) terhadap kader posyandu sehingga
membutuhkan peran aktif para praktisi kader posyandu mempunyai daya (power) dan
seperti petugas kesehatan puskesmas. komitmen para praktisi untuk melakukan
Peran praktisi disini adalah mengelola pembinaan dan konsultasi & support dari
partisipan. stakeholders.

Budi, Manajemen Partisipatif; Sebuah Pendekatan dalam Meningkatkan Peran Serta Kader Posyandu • 158
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
1. Surya Darmawan, E. Tinjauan Kebijakan 11. Ridlo, Ilham Akhsanu. Evaluasi
Terkait Pengelolaan Posyandu Sebagai Implementasi Rencana Aksi Nasional
Masukan dalam Perumusan Peran dan Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi
Tanggungjawab Departemen Kesehatan Buruk 2005-2009: Studi Kasus Di
Dalam Pengelolaan Posyandu. Puskesmas Wilayah Surabaya Barat
Departemen AKK FKM UI. Depok. 2009. Undergraduate Theses Airlangga
2. Dirjen Binakesmas Depkes RI. Kebijakan University. 2009. Http://
Revitalisasi Posyandu Melalui Www.Garuda.Dikti.Go.Id/Jurnal/Detil/Id/
Pengembangan Desa Siaga. 2 : 1 1 8 9 3 / Q /
Disampaikan pada Temu Kader Menuju Partisipasi%20kader%20posyandu/Offset/
Pemantapan Posyandu. 2009. 15/Limit/15. Diakses Tanggal 15 Desember
3. Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 2011
tentang Pemerintah Daerah 12. Purwanti,Sri. Sistem Pencatatan dan
4. Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 Pelaporan SKDN di Puskesmas
tentang Desa. Jomopolo Kabupaten Karanganyar. http:/
5. Permendagri No 7 tahun 2007 tentang /www.garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/
Kader Pemberdayaan Masyarakat 1 8 : 1 7 0 0 / q /
6. Branch, K. Participative Management partisipasi%20kader%20posyandu/offset/
and Employee and Stakeholder 15/limit/15. 2007. diakses tanggal 15
Involvement. 2002. Desember 2011
7. Yohe, S. Moderating Factors In 13. Mastuti,Titik E. Studi Uji Hubungan
Participative Management, Proceedings Beberapa Faktor Kader Yang
of the Academy of Organizational Culture, Berhubungan Dengan Kelangsungan
Communications and Conflict. http:// Kader Posyandu Di Kecamatan
www.sbaer.uca.edu/research/allied/2003/ Panjatan Kabupaten Kulon Progo
organization/new/09.pdf. 2003 di Akses Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tanggal 12 Maret 2011. Bulan Maret 2003. Undergraduate thesis,
8. Herritage, Z. Community Participation Diponegoro University. 2003.
and Empowerment in Healthy Cities. 14. Banda, Martina Dorkas. Beberapa Faktor
Journal.Health Promotion Yang Berkait Dengan Partisipasi
International.Vol.24 No.S1.Published by Masyarakat Dalam Meningkatkan
Oxford University Press. 2009. Status Gizi Balita Melalui Posyandu Di
9. Anonim. Douglas McGregor’s XY Theory, Kabupaten Sumba Barat Propinsi Nusa
managing an X Theory boss, and William Tenggara Timur. Undergraduate Thesis,
Ouchi’s Theory Z. Internet. 2010. Diponegoro University. 1996.
10. Bangsawan, Merah. Faktor-faktor yang 15. Prambudi. Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan keaktifan kader Mempengaruhi Partisipasi Kader
Posyandu di Kecamatan Teluk Betung Jumantik dalam Pemberantasan DBD.
Barat Kota Bandar Lampung.Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009.
Indonesia. 16. Anonim. Community Participation and
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/ Empowerment: Putting Theory Into
0 : 1 9 7 1 9 / q / Practice. Housing summary 4. 1994.
keaktifan%20kader%20posyandu/offset/0/ Internet.
limit/15 . 2001. Diakses tanggal 14
Desember 2011

159 • Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 03 November 2011

Anda mungkin juga menyukai