Anda di halaman 1dari 140

KILL

BULLYING
Hentikan Kekerasan di Sekolah

SETIA BUDHI, PhD


KILL BULLYING:
HENTIKAN KEKERASAN
DI SEKOLAH

SETIA BUDHI, PhD

Editor: M Najeri Al Syahrin, S.IP., M.A

Desain Cover: Setia Budhi

Cetakan 1 Oktober 2016

ISBN: 978-623-91281-3-5
KATA PENGANTAR

BERAWAL DARI EJEKAN


Bullying tampil dalam berbagai ragam, antara
lain bentuk non fisik seperti ejekan, tapi juga
dapat muncul sebagai aksi fisik. Kasus kematian
Wahyu Hidayat, mahasiswa Sekolah Tinggi
Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) di tahun
2003 akibat dianiaya rekan-rekan mahasiswanya,
adalah kekerasan fisik yang bermula dan aksi
bullying. Hasilnya tetap sama: seorang tunas
bangsa melayang nyawanya.
Tetapi kematian dan bunuh diri hanyalah
sedikit contoh dan akibat bullying. Lebih banyak
lagi anak-anak dan remaja korban bullying yang
terus hidup dan tidak nekat mengakhiri hidupnya,
namun tumbuh dewasa menjadi orang-orang
berkepribadian rapuh, mudah marah dan tidak
percaya din.
Sebagai orang tua dan guru yang peduli,
Anda tentu tidak ingin putra putri dan anak didik
Anda menjalani kehidupan seperti itu. Anda
tentu ingin mencegah praktik-praktik bullying
merusak kehidupan mereka. Jawabannya: Anda
bisa! Anda dapat melakukan sesuatu untuk
mengatasi bullying. Sebagai informasi, bullying
tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di
seluruh dunia, termasuk di negara-negara maju
seperti Jepang dan Amerika Serikat. Di negara-
negara itu tersebut telah dilakukan
serangkaian penelitian mengenai bullying, dan
para pakar psikologi dan pakar pendidikan telah
meramu berbagai pendekatan untuk mencegah
terjadinya bullying.
Buku ini bertujuan mengenalkan bullying
dan cara-cara penanganannya. Namun hasil
akhirnya tergantung Anda sendiri. Dengan tekad
dan kasih sayang kita pada anak-anak kita,
niscaya kita bisa menyelamatkan mereka. Kita
akan bisa menyelamatkan generasi penerus kita.

Banjarmasin, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
I. Apa Itu Bullying 1
II. Mengenang Kematian
Akibat Bully 3
III. Bullying Di Indonesia 14
IV. Tanggungjawab Siapa 25
V. Identifikasi 33
VI. Mulai Darimana 49
VII. Kill Bullying 85
VIII. Step By Step 93
IX. Mediasi Sebaya 113
X. Catatan Penutup 127
XI. Daftar Pustaka 131
KILL BULLYING

I. APA ITU BULLYING?

Penindasan, perundungan, perisakan, atau


pengintimidasian (bahasa Inggris: bullying) adalah
penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan
melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau
fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan
atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat
diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu,
mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau
kemampuan.

Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis,


yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya
penindasan dapat berkembang di mana saja selagi
terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah,
tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan

Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan


memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih
lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak

1
KILL BULLYING

mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik,


mental atau emosional melalui pelecehan dan
penyerangan. Orang tua sering tidak menyadari,
anaknya menjadi korban bullying di sekolah.

Sepenggal puisi "I stand still. My eyes glazed and absent”, ditulis sebelum Izzi
Dixx (14 tahun) bunuh diri, ia menulis puisi itu sebagai curahan hati ketika di-
bully rakan sekolahnya. Setelah ia meninggal, puisi itu kemudian sengaja
disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tiada lagi orang-orang yang melakukan
praktik bullying, karena dampaknya sangat buruk. Dengan linangan air mata,
Gabbie Dixx berkata "Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi
inilah yang ada difikiran putriku sebelum bunuh diri. Aku ingin semua remaja
lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu".
(stop bullying).

Bentuk yang paling umum dari bentuk


penindasan/ bullying di sekolah adalah pelecehan verbal,
yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau
meledek dalam penyebutan nama. Jika tidak
diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat
meningkat menjadi teror fisik seperti menendang,
meronta-ronta dan bahkan pemerkosaan.

Mengapa Anak-Anak Melakukan Bullying?

Biasanya pelaku memulai bullying di sekolah


pada usia muda, dengan melakukan teror pada anak laki-
laki dan perempuan secara emosional atau intimidasi
psikologis. Anak mengganggu karena

2
KILL BULLYING

berbagai alasan. Biasanya karena mencari perhatian dari


teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga karena
merasa penting dan merasa memegang kendali. Banyak
juga bullying di sekolah dipacu karena meniru tindakan
orang dewasa atau program televisi.

James (bukan nama sebenarnya) yang selalu


menindas saat masih anak anak, mengatakan bahwa ia
melakukannya sebagai cara mencari teman di sekolah.
Dia menambahkan, “Biasanya tukang gertak ini orang
yang paling merasa tidak aman di kelas.”

II. MENGENANG KEMATIAN AKIBAT


BULLYING
Di Amerika saja diketahui bahwa 1 dari 4 siswa
menjadi korban penggencetan setiap harinya. School
Bullying Statistics juga menemukan bahwa dalam 85
persen kasus bullying tidak dihentikan oleh tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
Belakangan ini kasus-kasus bullying tak hanya
terjadi pada dunia nyata saja, namun juga terjadi di
dunia maya. Dimana bullying yang diberikan tidak

3
KILL BULLYING

hanya berupa kekerasan fisik namun juga kekerasan


verbal.
Bahkan sebagian korban bullying yang
merupakan anak-anak memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya karena merasa tersiksa batin. Berikut 10 Kasus
Bunuh Diri melalui Media Sosial.

1. Rahtaeh Parsons
Bagi seorang gadis, mengalami pelecehan
seksual saja sudah merupakan bencana yang sulit
dihadapi. Apa jadinya bila setelah mengalami hal
tersebut, ia malah 'disiksa' di media sosial?
Rehtaeh Parsons (17), siswa asal Nova Scotia,
akhirnya memutuskan mengakhiri hidup pada April
2013 setelah berbulan-bulan menjadi target bullying.
Sebelumnya, sebuah foto yang menunjukkan perkosaan
yang dialaminya beredar di sekolah.
Menurut sang ibu, 4 laki-laki memperkosa
Rehtaeh saat ia berusia 15 tahun. Sejak saat itu, ia
menjadi bahan bulan-bulanan teman-temannya. Ia diejek
teman-teman sekelas, dipermalukan secara verbal dan
fisik, serta dibully di sosial media.

4
KILL BULLYING

2. Carlos Vigil
Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di
Valencia County, New Mexico, Amerika Serikat, ini
diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan
memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay.
Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar
anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak
pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan
tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying.
Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar
tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis
dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter.
Di postingan twitternya, Carlos justru minta maaf
kepada teman-temannya yang bertahun-tahun
menyakitinya. "Saya adalah orang yang tak memperoleh
ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi
saya untuk meninggalkan dunia ini," tulisnya.
Carlos juga meminta teman-temannya untuk
tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf
karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat
seseorang mencintainya.

5
KILL BULLYING

.
"Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang
pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat
diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak
mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas
sekarang. Xoxo," kata Carlos mengakhiri suratnya.

3. Hannah Smith
Hannah Smith, bunuh diri Agustus 2013 lalu.
Menurut sang ayah, Hannah memutuskan untuk
mengakhiri hidup setelah mendapat banyak pesan-pesan
kejam di internet lewat Ask.fm. Meskipun demikian,
pihak Ask.fm. menyatakan bahwa pesan-pesan kejam
tersebut rata-rata dikirim melalui IP yang sama, yakni
dari komputer yang biasa digunakan Hannah sendiri.
Lalu, apakah Hannah Smith 'mem-bully' dirinya
sendiri? Sang ayah tak percaya pada keterangan pihak
Ask.fm, dan hingga artikel ini dibuat, kasus masih terus
bergulir.
Meskipun demikian, seorang remaja laki-laki
dilaporkan setelah polisi melacaknya dengan dugaan
bullying pada Hannah. Ia akhirnya ketahuan setelah

6
KILL BULLYING

mengakui perbuatannya sendiri lewat aplikasi mobile


lain, Kik. Ia menulis, "Kau tahu, perempuan yang
sekarang ada di semua berita, s**t... hannah!? Sehari
sebelum ia meninggal, aku mengirim banyak pesan
kejam agar ia menderita cancer, bunuh diri, dan
sebagainya. Aku tak terpikir akan jadi separah ini."

7
KILL BULLYING

4. Amanda Todd
Kasus online bullying yang paling
menggemparkan Kanada adalah kematian tragis
Amanda Todd. Amanda Todd adalah siswa kelas 10 di
British Columbia. I menggantung diri tiga tahun setelah
ia 'diyakinkan' untuk tampil topless di sebuah video chat.
Seseorang yang tak dikenal merekam isi chat tersebut
dan meneror Todd dengan foto-foto toplessnya.
Teror tersebut akhirnya menyebabkan Todd
cemas dan depresi.Sekitar sebulan sebelum ia bunuh diri,
Todd memposting sebuah video dengan judul My Story:
Struggling, bullying, suicide and self harm. Dalam klip
tersebut, Todd menunjukkan kekerasan yang ia alami
baik secara online maupun offline. Video tersebut kini
mendapat perhatian dari publik internasional.

5. Jade Stringer
Gadis yang berusia 14 tahun ini dikenal sebagai
salah satu siswi paling cantik di sekolahnya, Haslingden
High School di Lancashire, Inggris. Bukan hanya itu,
dia juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sekolah.

8
KILL BULLYING

Jade juga aktif mengkampanyekan gerakan anti-bullying


di sekolahnya.
Ada yang salah? Mestinya, tiga kelebihan di atas
membuat seseorang merasa bangga, karena orang lain
pun pasti menginginkannya.
Tapi justru karena kecantikan, aktivitas, dan
kampanye anti-bullying inilah yang membuat beberapa
temannya iri dan tidak suka terhadap Jade. Dia terus-
menerus diteror kawan-kawannya, dan hal itu membuat
Jade tak tahan lagi.
Akhir cerita mirip dengan Carlos Vigil. Ya, Jade
akhirnya ditemukan tewas gantung diri, karena sudah
tak sanggup lagi menahan ejekan dan hinaan dari teman-
temannya di sekolah.

6. Yoga Cahyadi
Pria asal Yogyakarta ini melakukan tindakan
nekat dengan menabrakkan diri ke kereta api pada Sabtu
26 Mei 2013. Pria yang akrab disapa Bobby Kebo ini
melakukan tindakan nekat tersebut karena karena
tekanan dan hujatan akibat gagalnya acara musik
Locstock Fest 2.

9
KILL BULLYING

Sebagai ketua Event Organizer acara tersebut,


Yoga dianggap sebagai orang yang paling bertanggung
jawab atas gagalnya acara tersebut. Dalam kicauan
terakhirnya, Yoga menuliskan, "Terima Kasih atas
segala caci maki @locstockfest2..ini gerakan..gerakan
menuju Tuhan..salam".
Cyberbullying tidak dapat dianggap remeh
karena yang terburuk dapat berujung pada kematian.
Harus berapa banyak lagi korban yang harus jatuh untuk
dapat menghapus sisi hitam sosial media ini.

7. Izzi Dixx
Sebelum bunuh diri, Izzi Dixx (14 tahun)
menulis puisi berisi curhatnya ketika di-bully teman-
teman sekolahnya. Setelah dia meninggal, puisinya
sengaja disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tak
ada lagi orang-orang yang melakukan praktik bullying,
karena dampaknya memang sangat buruk bagi korban.
"Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini.
Tetapi inilah yang ada di pikiran putriku sebelum bunuh dini.
Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya
bullying sebelum dia melakukan tindakan itu," ujar Gabbie.

1
KILL BULLYING

Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang


dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan
yang sangat buruk.

They push me away. I stand still.


My eyes glazed and absent.
They start to ask questions, As to why I am there.
They begin to tell me that nobody wants me there.
They tell me to leave and that I am not wanted.
Not there, not anywhere.

Mereka memaksaku pergi. Aku berdiri dalam diam.


Mataku berkaca-kaca, hening.
Mereka bertanya, mengapa aku di sana.
Mereka memberitahuku, tak seorangpun
menginginkanku di sana.
Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku
tak ingin.
Tak ada, tidak di mana saja.

1
KILL BULLYING

8. Rebecca Ann Sedwick


Selama hampir 2 tahun, sekitar 15 perempuan
berkonspirasi melakukan bullying pada Rebecca Ann
Sedwick. Gadis berusia 12 tahun ini diteror pesan-pesan
online seperti "Kau harus mati," dan "Kenapa kau tak
bunuh diri saja?"
Rebecca akhirnya tak dapat menanggung teror
tersebut, dan mengganti salah satu display name-nya
menjadi That Dead Girl. Ia mengirim pesan pada
seorang laki-laki di North Carolina, "Aku lompat." Lalu
pada suatu Senin pada September 2013, Rebecca pergi
ke sebuah tempat konstruksi yang terabaikan, memanjat
towernya, lalu lompat dan mengakhiri hidupnya.

9. Josh Unsworth
Josh Unsworth, remaja berusia 15 tahun, tewas
gantung diri di taman rumahnya. Ternyata ia telah
berbulan-bulan menanggung bullying verbal di profil
ask.fm-nya. Menurut orang tuanya, Josh sebenarnya
adalah anak yang sering tersenyum dan ramah di
sekolah. Namun berbagai posting buruk ditulis di untuk
Ask.fm-nya. Salah satunya mengatakan, "Sejujurnya,

1
KILL BULLYING

tak ada yang peduli padamu, bahkan orang tuamu tak


menginginkanmu." Bullying tersebut berlanjut hingga
berbulan-bulan, hingga akhirnya remaja ini tak sanggup
menghadapinya lagi.

9. Daniel Perry

Daniel Perry seharusnya akan merayakan ulang


tahun ke 18 tahun ini. Namun Agustus lalu ia bunuh diri
setelah menjadi korban teror online. Daniel dijebak.
Awalnya ia terlibat percakapan di Skype dengan
seseorang yang ia percaya adalah perempuan seusianya.
Tetapi kemudian, sebuah gang menyabotase
percakapan tersebut, dan mengancam akan
menunjukkan video percakapan tersebut pada keluarga
dan teman-temannya, jika Daniel tak membayar mereka.
Tak hanya itu, Daniel pun diteror di berbagai akun
media sosialnya.
Akhirnya Daniel pergi ke jembatan Forth Road
dan menjatuhkan diri, dan ia pun tewas. Keluarga pun
menangisi kepergian Daniel. Seandainya mereka

1
KILL BULLYING

mengetahui hal ini lebih awal, mereka tak akan


membiarkan Daniel bunuh diri.

III. Bullying Di Indonesia

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Kemal Setia


Permana BANDUNG - Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
yang dicanangkan World Health Organization setiap 10
Oktober dimanfaatkan oleh Fakultas Keperawatan Jiwa
Universitas Padjadjaran sebagai momen untuk
mewaspadai meningkatnya fenomena cyberbullying.
Menurut Guru Besar Keperawatan Jiwa Unpad, Prof
Suryani, fenomena bullying di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan Hasil survei menunjukkan bahwa
hampir di setiap sekolah terdapat anak korban bullying.

"Beberapa hasil survei, termasuk dari Komisi


Perlindungan Anak Indonesia, menunjukkan bahwa
hampir 84 persen anak-anak di sekolah menjadi korban
bullying," kata Suryani di sela talk show "

Sehatkan Jiwa Dengan Saling Menghargai


Perbedaan. Stop Bullying" yang digelar di Unpad
Gedung Eyckman, Sabtu (13/10/2018). Menurut

1
KILL BULLYING

Suryani, hasil riset National Association of School


Psychologist menunjukkan bahwa lebih dari 160.000
remaja di Amerika Serikat bolos sekolah setiap hari
karena takut menjadi korban bullying. Sementara
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Plan International
dan International Center for Research on Woman
('CRW) menjelaskan bahwa di Indonesia, 7 dari 10 atau
sekitar 84 persen anak di Indonesia terkena tindak
kekerasan di sekolahnya.

"Tahun 2014 hampir setiap sekolah di seluruh


Indonesia terdapat kejadian bullying, baik bullying
verbal maupun bullying psikologis, ini didukung juga
oleh KPAI bahwa terdapat 369 pengaduan dari
masyarakat terkait bullying dari tahun 2011 hingga
agustus 2014 dan dl lingkungan pendidikan total
pengaduan yang diperoleh sebanyak 1.480 kasus,"
ujarnya. Fenomena peningkatan bullying terkini, kata
Suryani, adalah cyberbullying yang merupakan tindakan
melalui media elektronik yang mengganggu dan
menyakiti orang lain melalui email. pesan singkat,
internet gaming, handphone. websites, dan sebagainya.

1
KILL BULLYING

Hal tersebut didukung oleh Penelitian Li (2007) di


Amerika yang menunjukkan angka prevalensi 11-17
persen siswa telah melakukan cyberbullying kepada
orang lain sementara sekitar 19-29 persen siswa menjadi
korban cyberbullying.

"Dampak tindakan bullying tersebut yaitu


ketakutan, frustasi, isolasi sosial. perubahan personality,
hilangnya daya tilik diri, cemas. penurunan prestasi
akademik sampai dengan percobaan bunuh diri. Selain
itu, pelaku bullying berisiko tinggi terlibat dalam
kenakalan remaja. kriminalitas dan penyalahgunaan
alkohol. mengalami depresi dan harga diri yang rendah
saat masa dewasa," katanya.

Suryani mengharapkan adanya peran pemerintah


yang lebih tinggi lagi untuk melakukan pencegahan
terhadap fenomena bullying ini. Hal ini bisa dimulai
dengan menerbitkan peraturan-peraturan baru terkait
pencegahan bullying. Begitu juga, kata dia, peran
sekolah dan keluarga yang tidak bisa diabaikan untuk
mengurangi dan mencegah fenomena ini.

1
KILL BULLYING

"Sekolah harus konsisten menegakkan aturan


pencegahan bullying, atau sanksi bila terjadi bullying.
Begitu juga keluarga harus terus berperan aktif dalam
mengawasi anak-anak mereka," kata Suryani di acara
yang dimoderasi oleh Humas STIKep PPNI Jabar,
Masdum Ibrahim

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan


judul Fenomena Cyberbullying Meningkat di Indonesia,
Ini yang Harus Diwaspadai.
https://jabar.tribunnews.com/2018/10/14/fenomena-
cyberbullying-meningkat-di indonesia-ini-yang-
harus-diwaspadai. Penulis: Kemal Setia Permana
Editor: Dedy Herdiana
Meningkatnya kekerasan sesama anak
menunjukkan belum tumbuhnya rasa solidaritas, kasih
sayang dan kebersamaan. Perilaku bullying yang bahkan
sampai menghilangkan nyawa menumbuhkan bibit
gangguan kejiwaan kepada anak, baik korban maupun
pelaku. Sulitnya menghentikan bullying karena korban
biasanya pernah terlibat atau menjadi pelaku bullying
terhadap orang lain. Oleh karena itu peran orang tua

1
KILL BULLYING

sebagai pendidik terdekat anak menjadi semakin penting


dalam mengarahkan perilaku anak. Sekolah dan
lingkungan juga dituntut menjadi pembatas perilaku
menyimpang ini. Pemerintah harus bersikap tegas untuk
memutus mata rantai budaya kekerasan dengan
memberikan sanksi yang tegas kepada sekolah sebagai
institusi pendidikan. Kasus ini perlu menjadi dorongan
untuk mempercepat penyelesaian revisi Undang-Undang
Perlindungan Anak.
Pada awal bulan Mei tahun ini sudah dua korban
kekerasan di sekolah dasar diberitakan di media massa.
Pada tanggal 3 Mei 2014, seorang siswa SD berusia 11
tahun di SDN 09 Pagi-Makasar Jakarta dihajar kakak
kelasnya karena menyenggol gelas es milik sang senior.
Dua hari setelah itu seorang siswi kelas 4 SD di Muara
Enim meninggal dengan luka lebam di tubuhnya.
Kekerasan di sekolah dasar bukan akhir-akhir ini saja
terjadi.
Pada 27 Maret 2014, seorang murid kelas 1 SD,
Ahmad Syukur dikeroyok 3 temannya di Makasar. Ia
meninggal di Rumah Sakit Ibnu Sina beberapa hari
setelah itu.

1
KILL BULLYING

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),


melaporkan selama Januari hingga April sudah tercatat
8 laporan kekerasan serupa, yaitu 2 kasus di Sekolah
Dasar (SD), 2 kasus di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan sisanya di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Laporan Kasus kekerasan yang dirilis
https://www.novazakiya.com/2016/05/indonesia-krisis-
moral.html. Data dari Pusat Data dan Informasi Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Pusdatin Komnas Anak)
menunjukkan, dalam 5 tahun terakhir, terdapat
21.689.987 kasus pelanggaran anak yang tersebar di
Indonesia, dimana 58 persen diantaranya merupakan
kasus kekerasan seksual. Betapa menyedihkannya anak-
anak tak berdosa yang menjadi korban ini. Bahkan sejak
tahun 2013, Komnas Anak menyatakan bahwa
Indonesia berada dalam situasi Darurat Kekerasan
Seksual. Total kekerasan terhadap anak ini terus
meningkat setiap tahunnya. Dan yang warna biru adalah
kasus kekerasan seksual terhadap anak.

1
KILL BULLYING

Sumber KPI, diakses 17 Maret 2017

Kasus terbunuhnya anak di sekolah selama 5


tahun terakhir yang diindikasikan meningkat setiap
tahunnya disajikan dalam tabel berikut ini. Laporan
kekerasan terhadap anak yang diterima oleh KPAI
tersebut terjadi di sekolah, keluarga dan lingkungan
sosial.
.

2
KILL BULLYING

Sumber KPI, diakses Maret 2017


Penelitian KPAI sebanyak 17% kekerasan
terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013,
tercatat 181 kasus yang berujung pada tewasnya korban,
141 kasus korban menderita luka berat, dan 97 kasus
korban luka ringan. Tindakan kekerasan di sekolah bisa
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, bahkan sesama
peserta didik. Namun, bullying sesama peserta didik
memiliki karakteristik berbeda dari kekerasan yang
dilakukan oleh orang dewasa. Kekerasan yang
dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak biasanya

2
KILL BULLYING

dilakukan oleh pelaku tunggal sedangkan bullying oleh


sesama murid biasanya berlangsung secara berkelompok.
Bahkan menurut penelitian lintas negara yang
dilakukan Craig dkk, anak yang menjadi korban
bullying cenderung terlibat dalam penggencetan anak
lain. Ini berarti sebuah lingkaran tanpa akhir ketika
korban berubah menjadi pelaku. Dengan begitu, praktek
kekerasan menjadi budaya di kalangan anak-anak.

Agresivitas di Usia Belia


Tidak semua kekerasan berujung kematian
namun data statistik di atas cukup menggambarkan
betapa perilaku kekerasan telah menjadi keseharian
anak-anak Indonesia. Kekerasan di sekolah yang paling
sering terjadi adalah dengan Bullying (dikenal juga
dengan istilah “penggencetan”) yang semakin marak
dan tercium khalayak luas beberapa tahun ini.
Tahun 2005-2006, The Health Behavior in
School-Aged Children(HBSC) melakukan survei
terhadap sekitar 200.000 anak usia sekolah di 40 negara.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan
jumlah bullying di Indonesia. Penelitian lain oleh Craig

2
KILL BULLYING

dkk. pada tahun 2009 menemukan bahwa tingkat


bullying terlihat lebih tinggi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Hal ini menyebabkan data
bullying pada anak lelaki lebih mudah didapat karena
mereka cenderung melaporkan penindasan terhadapnya.
School Bullying menurut Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio (2005) adalah perilaku agresif yang dilakukan
berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang
memiliki kekuasaan terhadap siswa/siswi lain yang lebih
lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Menurut berbagai penelitian yang dirangkum
Riasukina, Djuwita, dan Soesetio (misalnya Simmons,
2002; Ma, Stewin, Mah, 2001; Sullivan, 2000, dan
Olweus, 1993), perilaku bullying di sekolah ini dapat
memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, serta berbagai barang-barang yang
dimiliki oleh orang lain; (2) kontak verbal langsung
seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling)
sarkasme, merendahkan (put-downs),
mencela/mengejek, mengintimidasi seseorang, memaki,

2
KILL BULLYING

dan juga menyebarkan gosip; (3) perilaku non verbal


langsung seperti melihat dengan sinis, menjulurkan
lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan,
mengejek, atau mengancam (biasanya disertai oleh
bullying langsung, seperti mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga hubungan tersebut
menjadi retak, dengan sengaja mengucilkan seseorang
atau tidak mengabaikan orang tersebut, atau
mengirimkan surat kaleng; (5) pelecehan seksual,
kadang-kadang bisa juga verbal.
Darmawan mengutip pendapat Roland dan Insøe
dalam tesisnya yang berjudul “Bullying in School: A
Study of Forms and Motives of Aggression in Two
Secondary Schools in the city of Palu, Indonesia”, yang
menyatakan penggencetan sebagai aspek agresi.
Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang,
menyakiti, atau melawan orang lain, berbentuk pukulan,
tendangan, dan perilaku ejekan, bantahan, dan
semacamnya.Selanjutnya Darmawan menulis bahwa
perilaku agresif disebabkan karena rendahnya
pengendalian diri, pengaruh lingkungan yang tidak baik
(delinquent), tekanan dalam diri pelaku, dan viktimisasi

2
KILL BULLYING

grup (konstruksi sosial dimana kelompok terbagi


menjadi kelompok korban dan kelompok pelaku). Craig
dkk. juga menekankan adanya pola strategi dominasi
pada usaha penindasan terhadap anak laki-laki oleh
rekannya. Dengan begitu, agresi anak terhadap anak lain
merupakan upaya untuk membuktikan dirinya kepada
sesama.

IV.Tanggungjawab Siapa
Setiap hari, diperkirakan 160.000 anak-anak
menolak ke sekolah karena takut diintimidasi (bullying).
Namun teknologi dalam bentuk ponsel pintar dan media
sosial memungkinkan bullying dilakukan 24 jam setiap
hari dan dimana saja, bahkan di rumah yang aman untuk
anak-anak.
Ini menempatkan tanggung jawab yang lebih
besar pada orang tua untuk menetapkan pedoman media
sosial yang ketat dan semakin waspada. Bullying adalah
masalah dan tanggung jawab semua orang. Jika Anda
membiarkan intimidasi dalam cara apapun, bentuk atau
bentuk itu berarti Anda telah mengambil bagian di
dalamnya apakah itu langsung atau tidak langsung

2
KILL BULLYING

dengan menjadi diam. Mayoritas orang Gree bahwa kita


harus bekerja sama menuju menghilangkan masalah ini.
Beberapa orang mungkin menganggap
mengejek seseorang yang lucu, meskipun sama sekali
tidak lucu kepada orang yang berada di akhir penerima.
Ejekan kecil dapat membuat banyak rasa sakit dan
penderitaan. sementara mungkin tampak tidak bersalah,
tetapi efek kumulatif bisa buruk.
Hal ini sangat mungkin bahwa intimidasi yang
mungkin terjadi di sekolah Anda sehingga tanggung
jawab setiap siswa untuk melindungi teman sekelas
mereka dan mencoba untuk menghentikan bullying. Jika
tidak bekerja maka Anda harus menginformasikan guru
atau orang tua.
Berpikir berhenti itu. Selama itu tidak terjadi
pada kita mengapa kita harus terlibat, mengapa
harus kita saudara? Tapi waktunya telah tiba bagi kita
untuk secara aktif terlibat dalam memberantas bullying.
(Farrington, 1993).
Jadi lain kali jika Anda melihat
seseorang mendapatkan diganggu, akan Anda mencoba
untuk menghentikannya atau membiarkan hal itu terjadi?

2
KILL BULLYING

ingat , bullying masalah semua orang; Oleh karena itu


setiap orang harus menjadi bagian dari solusi yang.
"Apa yang membawa anak-anak muda
menggunakan internet untuk menyakiti orang lain
adalah stres dan tekanan. Jika sebuah keluarga dalam
krisis rumah tangga, jika ada masalah di rumah, anak-
anak tidak memiliki mekanisme tangkapan yang sama
dengan orang dewasa sehingga mereka melampiaskan
melalui online," kata Paula Todd, penulis “Extreme
Mean: Trolls, Bullies and Predators Online" kepada Fox
News.
Lebih mengejutkan sama dengan lebih banyak
perhatian. Perhatian lebih sama dengan lebih disukai.
Media sosial salah kontes popularitas. Kita harus
berhenti bertepuk tangan terhadap perilaku bullying,
kata Paula Todd.
Sementara itu, seorang ahli pendidikan media di
Mediated Reality, Jesse Miller, berpendapat bahwa
orang tua harus menjadi penjaga di 'kolam renang'
media sosial. "Orang tua harus berpartisipasi dengan
anak mereka, memantau dengan siapa anak berbicara di
telepon, akun sosial media mereka, dan membatasi

2
KILL BULLYING

akses. Terapkan aturan dasar kapan saat yang tepat


untuk menggunakan ponsel pintar dan memiliki akses
ke media sosial," ujar Jesse Miller.
Agar strategi anti-bullying efektif, orang tua dan
pendidik harus bekerja sama. "Setiap siswa perlu tahu
ada orang dewasa yang peduli untuk melakukan sesuatu
terhadap bullying. 1.Mendampingi 2.Mengadvokasi
3.Mengintervensi 4.Pencegahan.
Orang tua dan pengasuh berkomunikasi dengan
anak-anak mereka. "Orang tua memiliki pengalaman
hidup dan kebijaksanaan yang lebih bermanfaat
daripada ponsel pintar dan anak Anda dapat
mengaksesnya.

Mencegah Bullying pada Anak


Lambatnya penanganan gejala kekerasan oleh
anak terhadap anak disebabkan karena: pertama, anak
tidak menceritakan kejadian di sekolah kepada orang tua;
kedua meskipun anak sudah menunjukkan gejala negatif,
orang dewasa tidak menangkap sinyalemen tersebut,
sehingga terjadi pembiaran. Baik korban maupun pelaku
perlu dideteksi sebelum melakukan atau menerima

2
KILL BULLYING

penggencetan lebih lanjut.Pencegahan bullying harus


dilakukan di semua aspek kehidupan anak karena dalam
masa pertumbuhan anak menyerap informasi dari
berbagai pihak. Ia belum mampu menyaring secara
efektif informasi yang dibutuhkan sehingga setiap orang
yang berinteraksi dengan anak memiliki tanggung jawab
membentuk pola perilaku yang positif.

1. Keluarga
Merupakan irisan paling inti dalam sistem
interaksi anak. Orang yang dibesarkan dengan
kekerasan cenderung mudah memperlihatkan perilaku
agresi. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat
hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia
menjadi dewasa.
Dalam 20 tahun terakhir terjadi pergeseran
paradigma pengasuhan anak. Jika dulu orang tua
memegang kendali anak, maka seiring bergantinya
zaman anak semakin pintar dan banyak orang tua yang
memilih peran sebagai teman. Dalam aliran psikologi
juga banyak diwacanakan pengelolaan rumah tangga
yang ‘melunak’, di mana para ahli behavioristik

2
KILL BULLYING

mengusulkan penghargaan lebih baik daripada hukuman


ketika ingin membentuk perilaku anak. Yang lebih
parah lagi adalah ketika anak dihargai berdasarkan
prestasi akademiknya. Jika pencapaian di sekolah bagus,
maka anak itu dianggap baik. Padahal, dalam beberapa
kasus pelaku penggencetan adalah murid-murid teladan
yang dapat menampilkan perilaku tanpa cela di depan
orang tua.

2.Sekolah
Merupakan rumah kedua bagi anak. Oleh karena
itu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan memiliki
tanggung jawab untuk membentuk mental positif anak,
termasuk budi pekertinya. Mengabaikan anak yang
menggencet dan rentan digencet menunjukkan buruknya
keterampilan guru dalam mendidik karena pendidikan
tidak hanya berlangsung di ruang kelas tetapi juga
dalam interaksi sehari-hari.
Peningkatan kualitas guru untuk
menyelenggarakan proses belajar mengajar yang
menarik menjadi penting untuk menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa sehingga mereka lebih tertarik belajar

3
KILL BULLYING

daripada melakukan kekerasan. Kompetensi guru dalam


mengelola kelas dan mengembangkan karakter positif
peserta didik seharusnya menjadi poin penting.

3. Masyarakat
Sebagai pagar sosial perilaku anak memiliki arti
penting bagi pembentukan perilaku anak. Setiap orang
dewasa hendaknya berperilaku positif yang dapat ditiru
oleh anak. Orang dewasa yang buruk bukan hanya
mereka yang berperilaku menyimpang, tapi juga mereka
yang tidak meluruskan perilaku buruk anak-anak. Orang
tua berhak penuh untuk mendisiplinkan anak namun
masyarakat juga perlu mencontohkan perilaku positif.
Menegur perbuatan negatif anak juga menunjukkan nilai
positif yang dapat ditanamkan kepada anak.
Kekerasan sesama anak di sekolah merupakan
praktik perilaku agresi yang tidak semestinya terjadi.
Dalam usianya yang belia, anak semestinya dihadapkan
pada kehidupan yang tenang, bersahabat dan penuh
kreativitas. Tumbuhnya perilaku agresif dan
penggencetan menunjukkan lemahnya peranan
pendidikan dalam membentuk pribadi yang sehat

3
KILL BULLYING

jasmani dan rohani. Hal ini berlaku di rumah, sekolah


dan masyarakat.
Pentingnya peran guru dan orang tua dalam
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi anak
memberi arahan perilaku yang positif.Meningkatnya
kasus kekerasan sesama anak yang bahkan berujung
pada kematian mengharuskan pemerintah mengambil
tindakan tegas. Dimulai dari perbaikan kurikulum yang
berbasis empati, kreativitas, kerja sama dan kompetensi,
pengawasan oleh pihak sekolah, dan aktivitas sosial,
termasuk konseling kelompok.
Perlunya penegakan hukum yang keras terhadap
pelaku kekerasan anak, terutama jika menyebabkan
kematian. Konsep perlindungan anak seharusnya tidak
melindungi dirinya dari menebus kesalahan yang
diperbuat. Terlepas dari usianya yang masih belia,
perilaku membunuh tetap mengubah dinamika
kepribadian seorang anak.

3
KILL BULLYING

V. Identifikasi

Penindasan memiliki efek jangka panjang pada korban


dan si penindas itu sendiri. Untuk korban, perlakuan itu
merampas rasa percaya diri mereka. Untuk pelaku
bullying, efeknya adalah menjadi kebiasaan dan
kenikmatan untuk meningkatkan ego mereka.
Ketakutan dan trauma emosional yang diderita si
korban dapat memicu kecenderungan untuk putus
sekolah. Beberapa anak-anak yang terbiasa melakukan
bullying di sekolah akhirnya dapat menjadi orang
dewasa yang kejam atau penjahat.

Apa yang perlu diperhatikan

Korban tidak akan mengeluh karena takut menerima


reaksi dari si pengganggu. Namun, mereka biasanya
menunjukkan beberapa gejala seperti di bawah ini:

1. Susah tidur

2. Tidak peduli dan perhatian di kelas atau kegiatan


apapun

3. Sering membuat alasan untuk bolos sekolah

3
KILL BULLYING

4. Tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai


sebelumnya seperti naik bus sekolah atau mengunjungi
tempat bermain

5. Gelisah, lesu dan putus asa terus-menerus

Bagaimana melindungi anak Anda dari bullying?

1. Mencari bantuan sekolah

Dengan meningkatnya jumlah kekerasan di sekolah


baru-baru ini, sangatlah penting bagi kita untuk
menanggapi kekhawatiran anak dengan serius.
Selidikilah apakah bullying yang diterima masih dalam
batas wajar, atau Anda harus membahasnya dengan
guru.

2. Bicara pada pelaku bullying

Di balik tindakan berani mereka, para penindas pada


dasarnya pengecut. Mereka bertindak jahat dan
menjatuhkan orang lain untuk menutupi ketidak-amanan
mereka sendiri dan kurangnya rasa percaya diri.
Bullying mudah dijinakkan ketika kekuasaan dan
kontrol diambil.

3. Berdayakan anak Anda

3
KILL BULLYING

Berdiskusi dengan anak Anda untuk mengatasi bullying


yang tidak terlalu parah. Misalnya, abaikan ejekan atau
gangguan non fisik. Contoh lainnya adalah bersahabat
dengan semua orang lain sehingga ketika si penindas
mulai beraksi, anak Anda memiliki teman-teman yang
membantu atau membelanya.

4. Bicara tentang pengalaman Anda sendiri

Ceritakan pengalaman Anda sendiri di sekolah kepada


anak. Ini akan membantu anak tahu bahwa dia tidak
sendirian dalam situasi seperti itu.

5. Bentuk persahabatan di luar sekolah.

Upayakan anak-anak terlibat dalam kegiatan


ekstrakurikuler seperti kursus, kegiatan keagamaan,
pramuka, dan lainnya di mana mereka bisa menciptakan
kelompok sosial lain dan belajar keterampilan baru. Ini
akan membiasakan anak untuk bersosialisasi dan lebih
dapat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

3
KILL BULLYING

Bullying Di Sekolah, Cara Pencegahan


dan Penanganannya

Penindasan di sekolah atau Bullying adalah


penggunaan kekerasan atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi anak lain.
Perilaku ini dapat merupakan suatu kebiasaan dan
melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau
fisik.

Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan


atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat
diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu,
mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau
kemampuan. Sebenarnya bullying tidak hanya meliputi
kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak,
menampar, memalak, dll, tetapi juga dapat berbentuk
kekerasan verbal, seperti memaki, mengejek, menggosip,
dan berbentuk kekerasan psikologis, seperti
mengintimidasi, mengucilkan, mendiskriminasikan.
Berdasarkan sebuah survei terhadap perlakuan
bullying, sebagian besar korban melaporkan bahwa
mereka menerima perlakuan pelecehan secara

3
KILL BULLYING

psikologis (diremehkan). Kekerasan secara fisik, seperti


didorong, dipukul, dan ditempeleng lebih umum di
kalangan remaja pria.

Menurut data PACER Center (organisasi yang


bertujuan meningkatkan kualitas hidup anak dengan
keterbatasan), di Amerika Serikat setiap tahun ada 3,2
juta anak yang jadi korban bullying, dan lebih dari
160.000 anak membolos setiap hari karena trauma
dengan teror yang diterimanya di sekolah.

Bullying sebagai suatu tindakan yang


mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau
emosional. Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku
pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun
psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang
lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang
yang mempersepsikan dirinya lebih ”kuat”.

Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi


di dalam sebuah kelompok, misalnya kelompok murid
di sekolah. Bisa saja bentuknya adalah tindakan
memukul, mendorong, mengejek, mengancam, memalak
uang, melecehkan, menjuluki, meneror, memfitnah,

3
KILL BULLYING

menyebarkan desas-desus, mendiskriminasi, dan lain


sebagainya. Kini, bullying tidak hanya dapat dilakukan
secara tatap muka, tetapi bisa lewat e-mail, chatting,
internet yang berisi pesan-pesan yang menyinggung
perasaan orang lain.

Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau


kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok
orang, suatu perilaku mengancam, menindas, dan
membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Tindakan
ini dilakukan dalam jangka waktu sekali, berkali-kali,
bahkan sering atau menjadi sebuah kebiasaan. Berarti,
sebenarnya bullying adalah tindakan kekerasan yang
tidak hanya terbatas terjadi di antara para murid di
sekolah, siapa pun dan dimanapun dapat mengalami
tindakan ini.

Gejala Korban Bullying

1. Fisik Muncul lebam, tergores, atau luka yang tak


bisa dijelaskan. Baju dan barang bawaan robek atau
rusak.

2. Psikosomatis Nyeri yang tidak spesifik, sakit


kepala, sakit perut, atau muncul sariawan.

3
KILL BULLYING

3. Perilaku Terkait Sekolah Rasa takut saat


berangkat atau pulang sekolah. Perubahan rute ke
sekolah. Takut naik bus atau angkutan
umum. Minta diantarkan ke sekolah. Tidak mau
sekolah atau kehilangan gairah belajar. Pelajaran
dan tugas sekolah mulai merosot. Sepulang sekolah
anak kelaparan karena uang jajan dipalak atau
diminta secara paksa oleh orang lain. Minta uang
tambahan atau mencuri uang untuk diberikan kepada
pembully.

4. Perubahan Dalam Perilaku Sosial Jumlah teman


berkurang. Tidak ingin keluar rumah. Jarang
diundang teman untuk datang ke rumah mereka.

5. Indikator Emosional Terlihat kesal, mudah


marah, tidak bahagia, sendirian, mudah menangis,
tertekan, memisahkan diri dari lingkungan, dan
depresi. Berpikir untuk bunuh diri dan perubahan
suasana hati atau mood yang negatif.

6. Terjadi Perubahan Perilaku yang


Mengkhawatirkan Susah makan atau malah terlalu

3
KILL BULLYING

banyak makan. Sulit tidur, mimpi buruk,


mengompol, menangis saat tidur.

7. Indikator Kesehatan yang Memburuk Mudah


lelah atau melorot kondisi fisiknya. Menjadi rentan
terhadap infeksi dan mudah kambuh
penyakitnya. Mengancam ingin mengakhiri hidup.

Karakteristik Sekolah Bullying

Bullying juga berpengaruh pada sekolah dan


masyarakat. sekolah tempat bullying terjadi seringkali
dicirikan sebagai berikut :

1. Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah

2. Rasa tidak memiliki dan ketidakadaan hubungan


dengan masyarakat sekolah

3. Ketidakpercayaan di antara para siswa

4. Pembentukan gang formal dan informal sebagai


alat untuk menghasut tindakan bullying atau
melindungi kelompok dari tindak bullying

4
KILL BULLYING

5. Tindakan hukum yang diambil menentang


sekolah yang dilakukan oleh siswa dan orang tua
siswa

6. Turunnya reputasi sekolah di masyarakat

7. Rendahnya semangat juang staf

8. Meningginya stress pekerjaan

9. Iklim pendidikan yang buruk.

Pelaku Bullying

1. Pelaku utama Pelaku utama adalah pihak yang


merasa lebih berkuasa dan berinisiatif melakukan
tindak kekerasan baik secara fisik maupun
psikologis terhadap korban

2. Pelaku pengikut Pelaku pengikut, yaitu pihak


yang ikut melakukan bullying berdasarkan
solidaritas kelompok atau rasa setia kawan,
konformitas, tuntutan kelompok, atau untuk
mendapatkan penerimaan atau pengakuan kelompok.

4
KILL BULLYING

3. Saksi Di luar pihak pelaku dan korban


sebenarnya ada sekelompok saksi, dimana saksi ini
biasanya hanya bisa diam membiarkan kejadian
berlangsung, tidak melakukan apapun untuk
menolong korban, bahkan seringkali mendukung
perlakuan bullying. Saksi cenderung tidak mau ikut
campur disebabkan karena takut menjadi korban
berikutnya, merasa korban pantas di bully, tidak
mau menambah masalah atau tidak mau tahu.

Penyebab

1. Perjalanan seorang anak tumbuh menjadi remaja


pelaku agresi cukup kompleks, dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor; biologis, psikologis dan sosial
kultural. Secara biologis, ada kemungkinan bahwa
beberapa anak secara genetik cenderung akan
mengembangkan agresi dibanding anak yang lain.
Dalam bukunya Developmental Psychopathology,
Wenar & Kerig (2002) menambahkan bahwa agresi
yang tinggi pada anak-anak dapat merupakan hasil
dari abnormalitas neurologis.

4
KILL BULLYING

2. Secara psikologis, anak yang agresif kurang


memiliki kontrol diri dan sebenarnya memiliki
keterampilan sosial yang rendah; anak-anak ini
memiliki kemampuan perspective taking yang
rendah, empati terhadap orang lain yang tidak
berkembang, dan salah mengartikan sinyal atau
tanda-tanda sosial, mereka yakin bahwa agresi
merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan
efektif. Jika kita runut dari lingkungan keluarga,
anak-anak yang mengembangkan perilaku agresif
tumbuh dalam pengasuhan yang tidak
kondusif; anak mengalami kelekatan (attachment)
yang tidak aman dengan pengasuh terdekatnya,
orang tua menerapkan disiplin yang terlalu keras
ataupun terlalu longgar, dan biasanya ditemukan
masalah psikologis pada orang tua; konflik suami-
istri, depresi, bersikap antisosial, dan melakukan
tindak kekerasan pada anggota keluarganya.

3. Faktor pubertas dan krisis identitas, yang normal


terjadi pada perkembangan remaja. Dalam rangka
mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja

4
KILL BULLYING

lalu gemar membentuk geng. Geng remaja


sebenarnya sangat normal dan bisa berdampak
positif, namun jika orientasi geng
kemudian ’menyimpang’ hal ini kemudian
menimbulkan banyak masalah. Dari relasi antar
sebaya juga ditemukan bahwa beberapa remaja
menjadi pelaku bullying karena ’balas dendam’ atas
perlakuan penolakan dan kekerasan yang pernah
dialami sebelumnya (misalnya saat di SD atau SMP).

4. Secara sosio kultural, bullying dipandang


sebagai wujud rasa frustasi akibat tekanan hidup dan
hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Tanpa
sadar, lingkungan memberikan referensi kepada
remaja bahwa kekerasan bisa menjadi sebuah cara
pemecahan masalah. Misalnya saja lingkungan
preman yang sehari-hari dapat dilihat di sekitar
mereka dan juga aksi kekerasan dari kelompok-
kelompok massa. Belum lagi tontonan-tontonan
kekerasan yang disuguhkan melalui media visual.
Walaupun tak kasat mata, budaya feodal dan

4
KILL BULLYING

senioritas pun turut memberikan atmosfer dominansi


dan menumbuhkan perilaku menindas.

Dampak

1. Terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan


akibat bullying. Dampak yang dialami korban
bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga
dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang
ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini
bisa mengakibatkan kematian.

2. Dampak Jangka Panjang Hilda (2009)


menjelaskan bullying tidak hanya berdampak
terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu
yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu
komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek
negatif jangka panjang dari tindak bullying pada
para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam
bullying sekolah secara empiris teridentifikasi
sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada
penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang,

4
KILL BULLYING

kenakalan remaja, kriminalitas, gangguan psikologis,


kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi
bunuh diri. Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut
pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun
korbannya

3. Gangguan Emosi Korban biasanya akan


merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah,
dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam, tetapi tidak berdaya menghadapinya.
Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat
mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak
berharga. Bahkan, tak jarang ada yang ingin keluar
dan pindah ke sekolah lain. Apabila mereka masih
bertahan di situ, mereka biasanya terganggu
konsentrasi dan prestasi belajarnya atau sering
sengaja tidak masuk sekolah.

4. Dampak Psikologis Dampak psikologis yang


lebih berat adalah kemungkinan untuk timbulnya
masalah pada korban, seperti rasa cemas berlebihan,
selalu merasa takut, depresi, dan ingin bunuh diri.

4
KILL BULLYING

5. Konsentrasi Belajar Terganggu Hasil studi yang


dilakukan National Youth Violence
Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam
Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying
dapat membuat remaja merasa cemas dan
ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di
sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari
sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka
waktu yang lama, dapat mempengaruhi
self-esteem siswa, meningkatkan isolasi
sosial, memunculkan perilaku menarik diri,
menjadikan remaja rentan terhadap stress dan
depresi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang
lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja
berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau
melakukan bunuh diri (committed suicide).

6. Depresi dan Marah Terhadap Diri sendiri


Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika
bullying menimpa korban secara berulang-ulang.
Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu
korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah
terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying,

4
KILL BULLYING

terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap


orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau
menolongnya. Hal tersebut kemudian mulai
mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung
tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang
konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin
akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.

7. Gangguan Akademik Sekolah Terkait dengan


konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam
Northwest Regional Educational Laboratory, 2001;
dan dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa
perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya
tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik
siswa, rendahnya self-esteem, tingginya depresi,
tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang
dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada
penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan
analisis siswa. Berbagai penelitian juga
menunjukkan hubungan antara bullying dengan
meningkatnya depresi dan agresi.

4
KILL BULLYING

VI. Mulai Darimana ?


Secara umum bullying dapat dikelompokkan ke
tiga kategori yaitu

1. bullying fisik
2.bullying verbal
3.bullying mental
4.cyberbullying
Bullying Fisik

ini adalah jenis bullying yang dapat dilihat secara kasat


mata. Siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan
fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh
contoh bullying fisik antara lain:

1. Memukul
2. Menendang
3. Mencubit
4. Mencakar

4
KILL BULLYING

5. Menarik baju
6. Mendorong kepala/badan
7. Menampar
8. Menimpuk
9. Menginjak kaki
Bullying Verbal

mi jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa


tertangkap indera pendengaran kita. Contoh-contoh
bullying verbal:

1. Membentak
2. Meledek
3. Menjegal
4. Menyenggol dengan bahu
5. Memaki
6. Meneriaki
7. Meludahi
8. Memberi tanda (jari tengah)
9. Menghina
10. Menyoraki-
11. Menjambak
12. Push up

5
KILL BULLYING

13. Mencela
14. Menebar gosip
15. Menjewer
16. Bersihkan WC
17. Menjuluki
18. Memfitnah
19. Memalak
20. Melempar dengan barang
Contoh ekspresi bullying verbal:

“Goblok lo”

“Jayus lo” (norak nggak asyik)

“Gendut lo” “Cungkring 10” (kurus kering) “Sotoy lo”


(sok tahu) “Cupu lo” (culun punya)

“Liburan nggak kemana-mana, ya? Kasian deh Lu!”

“Hei, kamu kan bukan kelompok kita?” “Emang kamu


udah pernah ke luar negeri?” “Dasar lemot lo”

“Baju lo dekil amat, sih?”

Bullying Mental

5
KILL BULLYING

Bullying yang paling berbahaya karena tidak


tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup
awas mendeteksinya. Praktik bullying mi terjadi diam-
diam dan di mar radar pemantauan kita. Contoh
contohnya:

1. Memandang sinis
2. Memandang penuh ancaman
3. Mempermalukan didepan umum
4. Mendiamkan
5. Mengucilkan
6. Mempermalukan
7. Merendahkan
8. Meneror lewat pesan pendek telepon genggam
atau e-mail
9. Menolak
10. Menuduh
11. Menggosipkan
12. Memfitnah
13. Membentak
14. Memelototi
15. Mencibir

5
KILL BULLYING

Kasus-Kasus Bullying

Bullying di sekolah seperti tidak ada habisnya


dari waktu ke waktu. Kasus-kasus senior menggencet
junior terus bermunculan. Beberapa kasus bullying
berikut ini menunjukkan tak perlu takut bila menjadi
korban bullying untuk melakukan perlawanan atau
melaporkannya ke polisi, untuk memberi pelajaran pada
pelaku agar tak bertindak semena-mena lagi.
(http://forum.detik.com/ini-dia-5-kasus-bullying-sma-di-
jakarta-t476916.html?query-string)

Kasus 1

Liputan6.com, Ciputat - Dengan didampingi


oleh Ibunya, CE mendatangi ruang SPK Polda Metro
Jaya. Kedatangan CE siswi kelas 1 SMAN 9 Serua,
Ciputat, Tangerang Selatan untuk melaporkan aksi
kekerasan (bullying) yang diduga dilakukan oleh kakak
kelasnya di sekolah.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu
(16/8/2014), orangtua CE menyatakan peristiwa
yang dialami putrinya itu terjadi di dalam lingkungan
sekolah usai jam pelajaran.

5
KILL BULLYING

Pelajar berusia 16 tahun itu di bullying dengan


cara dilepas kancing bajunya serta seragamnya dicoret-
coret dengan kata-kata kotor. Dalam kasus itu, korban
melaporkan IAS selaku kakak kelas dengan Pasal 82
UU Perlindungan Anak Junto Pasal 291 KUHP tentang
pencabulan terhadap anak. Salah seorang pelaku
membantah melakukan aksi bullying terhadap
yuniornya.
Dia mengaku hanya memberi saran kepada adik
kelasnya agar tidak memakai seragam sekolah terlalu
ketat. Karena korban melawan, akhirnya 2 buah kancing
baju terlepas. Meski membantah pelecehan, pihak
SMAN 9 tetap menjatuhi hukuman berupa sanksi
teguran. Sanksi memang telah dikeluarkan, namun yang
terpenting adalah peran sekolah untuk menghilangkan
tradisi bullying senior terhadap junior yang selalu
berulang tiap tahun ajaran baru tiba. (Ali)
Kasus-kasus ini adalah dari arsip berita-berita
detikcom dari tahun ke tahun. Bisa jadi keadaan di
sekolah-sekolah yang ditulis ini sudah banyak berubah
dan tidak lagi ada bullying. Berikut kasus-kasusnya:

5
KILL BULLYING

Kasus 2

Lapangan di kawasan Bintaro menjadi saksi bisu


aksi kekerasan yang terjadi di SMA 90 Jakarta. Siswa
kelas 1 dipaksa buka baju, push up, lari dan ditampar.

"Dibawa kakak kelas dari parkiran ke daerah Bintaro


(belakang McD). Di sana disuruh push up, buka baju
dan lari. Di sana juga disuruh suit. Yang kalah, ditampar
dengan keras. Kira-kira dari zuhur sampai ashar," kata
Aba.

Hal ini disampaikan Aba di SMA 90 Jakarta, Jl


Sabar, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan, Senin (1/12/2008). Aba mengalami luka bibir
pecah, memar di pelipis.
Dikatakan dia, sedikitnya 68 siswa kelas 1 dari 9
kelas dipaksa ikut 'penataran.'
"Disuruh kelas 2 dan 3, katanya untuk penataran,"
ujarnya.

Menurut Aba, ada juga teman-temannya yang


dibawa ke lantai 3 sekolah. "Tetapi nggak tahu diapain.
Biasanya jam-jam istirahat. Dengar dari anak-anak

5
KILL BULLYING

cuma dikasih tahu, anak kelas 1 parkir di belakang,"


tutur Aba.

SMA 90 lantas menskorsing 31 siswanya yang


terlibat bullying selama 5 hari. Para senior
menandatangani surat perjanjian di atas materai agar
tidak mengulangi perbuatannya.

Kasus 3

Ade Fauzan, siswa kelas I yang menjadi korban


kekerasan dari siswa kelas III SMA 82 Jakarta. Ade saat
itu sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP), Jl
Kyai Maja, Jakarta Selatan. Saat ditemui di RSPP,
Jumat (6/11/2009), Ade menceritakan, kejadian itu
bermula pada Selasa (3/11/2009) pagi. Saat itu Ade
hendak mengambil buku Geografinya yang tertinggal di
ruang kelas III.

Sudah menjadi rahasia umum di SMA tersebut,


siswa kelas I dan II tidak dapat melalui sebuah koridor.
Hanya siswa kelas III yang dapat melaluinya. Koridor
Gaza sebutannya. Ade pun langsung ditonjok wajahnya.

5
KILL BULLYING

"Saya tidak ingat siapa yang nonjok, tahunya anak-anak


kelas III," kata Ade.

Kekerasan pada Ade belum berakhir. Saat jam


sekolah berakhir, Ade kembali diminta siswa kelas III
menuju Warung Taman (Wartam), sekitar 50 meter dari
sekolah. Ade pun pergi ke Wartam dengan diikuti
tatapan teman-teman kelas I dari kejauhan.

Di warung tersebut, Ade diberi gel rambut di telinga dan


di seluruh rambut. Lalu siswa kelas III memanggil
teman-teman Ade untuk memukuli Ade. Namun karena
solider, teman-teman Ade pun diam.

Rupanya tindakan diam ini membuat kemarahan


siswa kelas III semakin menjadi. Mereka pun mulai
menonjok Ade. Ade mencoba berdiri dan hendak
melawan. Namun lagi-lagi, sekitar 30 siswa kelas III
langsung mendatangi Ade dan memberikan bogeman
lanjutan.
"Habis itu saya tidak ingat apa-apa. Saya
ingatnya sudah sampai di UGD RSPP," kenang Ade.
Sehabis memukuli Ade, siswa kelas III kabur.

5
KILL BULLYING

Sementara siswa kelas I langsung membawa Ade ke RS


dengan taksi. Ade pingsan sekitar 3 jam dan baru
siuman menjelang maghrib. "Teman-teman saya disuruh
mengakuinya kalau saya dipukul siswa SMU lain, nggak
boleh mengakui dipukul sama anak-anak kelas III," ujar
Ade.

Polres Metro Jakarta Selatan menetapkan 12 pelajar


sebagai tersangka penganiayaan. SMA 82 Jakarta
sendiri sudah menskors 14 siswa selama 1 pekan, dan 3
diantaranya diduga sebagai otak bullying. Bagaimana
akhir kasus ini tidak diketahui persis.

Kasus 4

Okke Budiman, siswa kelas 1 SMA 46 mengaku


dianiaya oleh seniornya siswa kelas 3. Kejadiannya
berawal saat pelaku berinisial B sering meminjam motor
Okke. B disebut-sebut pentolan siswa kelas 3 di SMA
46. Menurut ayah Okke, Ceppy Budiman, B sering
meminjam motor anaknya dengan memaksa dan
perlakuan kasar.

5
KILL BULLYING

"Seperti mengembalikannya tengah malam dan


mengembalikannya dengan sangat tidak sopan dan tidak
berterima kasih seperti menendang motor dan
meludahinya," ujar Ceppy melalui surat elektronik yang
diterima detikcom, Sabtu (3/4/2010).

Kejadiannya berawal pada 17 Februari 2010 lalu. Saat


itu, kata Ceppy, anaknya langsung pulang tanpa izin B
saat bubaran sekolah. Namun, niat itu malah berbuah
naas. Dia dipaksa dipanggil dengan ancaman akan
dihabisi besok hari apabila dia tidak menggubris
panggilannya. "Dengan dikelilingi senior-seniornya
yang lain, anak saya mengalami beberapa pemukulan
dengan helm dan tangan kosong, tendangan di
punggung, dan 5 sundutan rokok di lengan kanannya,"
papar Ceppy.

Ceppy mengaku, anaknya langsung kabur


menuju kantornya dalam keadaan kesakitan. Okke
malah sempat trauma beberapa hari. "Sore itu pukul
15.00 WIB langsung bersama anak saya pergi ke
sekolah SMA 46 di Jl Fatmawati untuk melapor

5
KILL BULLYING

kejadian ini kepada guru-guru dan kepala sekolah, saat


itu mereka berjanji untuk menyelesaikan masalah ini
seadil adilnya," jelasnya.
Tak puas, Ceppy juga melaporkan B ke Polres
Jakarta Selatan. Ceppy resmi melaporkan B melalui
Laporan Polisi no 268/K/II/2010/Res.Jaksel tanggal 17
Februari dengan tuduhan penganiayaan berat.

Akibat penganiayaan tersebut, lanjut Ceppy,


anaknya mengalami trauma cukup dalam. Akhirnya, ia
berinisiatif untuk mengeluarkan Okke dari SMA 46.
"Saya tidak banyak menuntut, sudahlah saya keluarkan
anak saya. Sekarang dia Homeschooling saja,"
tandasnya.

Kasus 5

April 2010 lalu, Novia Yuma Shanti alias Vhia


ditemani ibunya, Rima, melaporkan kasus tersebut ke
Polda Metro Jaya. Dalam laporan resmi bernomor
TBL/1093/IV/2010/PMJ/Dit Reskrimum, Vhia
mengatakan telah dianiaya oleh D, E, A. Ketiga terlapor
dituntut dengan Pasal 80 Undang-Undang No 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.

6
KILL BULLYING

Vhia dihardik, dipukul dan dicengkeram oleh


tiga seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara
tidak memakai kaos dalam (kaos singlet). Aturan
memakai singlet itu diterapkan oleh seniornya, bukan
oleh sekolah. Vhia telah berusaha memberikan
penjelasan soal tidak pakai singlet itu. Namun ketiga
seniornya tetap tidak mau mendengar dan terus
memarahi Vhia. Para tersangka dijerat dengan Pasal 170
tentang pengeroyokan dan Pasal 351 tentang kekerasan
yang menyebabkan seseorang luka. Para tersangka
dijerat dengan Pasal 170 tentang pengeroyokan dan
Pasal 351 tentang kekerasan yang menyebabkan
seseorang luka. 3 Senior Vhia ditetapkan sebagai
tersangka. Ketiganya saat itu sudah lulus dari SMA 70
Bulungan.
Namun ketika berkas pengaduan Vhia sudah siap
dilimpahkan ke Kejati DKI Jakarta, Vhia dan orang
tuanya mencabut laporannya. Pihak pelapor dan para
terlapor telah menempuh kesepakatan damai.

Kasus 6

6
KILL BULLYING

Kabar bullying di SMA Don Bosco Pondok Indah ini


berhembus melalui media sosial Twitter pada Kamis
(26/7/2012) lalu. SMA Don Bosco langsung
mengadakan rapat atas isu bullying ini.

Ternyata kasus bullying itu sudah dilaporkan Ary dan


orang tuanya ke Polres Jakarta Selatan pada Rabu
(25/7/2012) malam. Ary yang sudah melakukan visum
atas perlakuan bullying itu mengaku dipukul dan
disundut rokok.

Perkembangan terbaru, 9 siswa diduga pelaku


akan diperiksa polisi hari ini, Selasa (31/7/2012). Polisi
menyebut satu dari 9 siswa itu sudah di-DO dari SMA
Don Bosco karena nakal dan merupakan otak bullying.
Pelapor pun bertambah, selain Ary, ada 6 siswa lain
yang ikut melapor. Polisi masih terus menyelidiki kasus
ini.

Sedangkan SMA Don Bosco Pondok Indah


menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada Kepolisian.
Bila terbukti, maka para siswa yang masih berstatus
saksi tersebut bisa dikeluarkan. Ketika seorang anak

6
KILL BULLYING

diminta untuk menggambar sesuai apa yang ada pada


benaknya, maka ia menggambar seorang tentara. Saat
diskusi dia mengungkapkan alasannya: àgar dia bisa
membalas pukul guru. Petugas Plan International
mengadakan penjajahan di sebuah SD, seorang guru
mengumpulkan siswa-siswanya dengan “ngeplak”
(menampar bagian kepala) yang diikuti juga oleh Siswa
yang lebih besar terhadap adik-adik kelasnya.
“Setujukah anda bahwa bullying memang terjadi di
sekolah-sekolah di Indonesia?”. Pertanyaan tersebut
dijawab dengan 94.9% peserta setuju bahwa bullying
memang terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia.

Contoh-contohnya, sebagian besar memandang wacana


tentang bullying ini sesuatu yang berlebihan. “Ledek-
ledekan antara anak-anak itu sudah biasa, kenapa harus
dipersoalkan,” ucap seorang guru. “Itu kan ujian mental
bagi anak-anak kita, supaya mereka tumbuh tegar,” kata
seorang bapak. “Saya dulu sering diperlakukan seperti
itu waktu kecil, nyatanya saya sekarang balk-balk saja,”
ujar seorang ibu.

6
KILL BULLYING

Ungkapan-ungkapan yang memperlihatkan


betapa bullying dianggap sebagai kenyataan sehari-hari
dan alamiah. Pernyataan pernyataan itu juga
menunjukkan mengapa bullying bisa berlangsung begitu
lama, lintas generasi, dan begitu berurat berakar: karena
kita cenderung mendiamkannya. Kita cenderung
menyepelekannya dan memandangnya sebagai bagian
dan proses natural tumbuh kembang anak.
Mari kita simak pernyataan-pernyataan terkutip
d atas dan renungkan lebih dalam. Rasakan dan pikirkan
makna di baliknya. Tempatkan diri Anda sebagai pihak
yang menerima ejekan dan hinaan orang lain. Mungkin
Anda pernah merasakannya, mungkin juga tidak. Tapi
jujurlah pada diri Anda sendiri, apakah Anda pernah
merasa senang dikata-katai atau diberi julukan yang
tidak sedap di telinga? Mungkin Anda selalu
dikondisikan untuk menerima ledekan sebagai guyonan,
sebagai humor, dan jika Anda marah, Anda akan
dianggap tidak punya selera humor sama sekali. Tapi
tanyakan kembali pada diri Anda. Senangkah Anda
menerima ledekan orang, sekecil apapun? Patutkah

6
KILL BULLYING

Anda menerimanya, dan patutkah sang pemberi ledekan


melontarkannya ke Anda?
Sekarang bayangkan Anda seorang anak,
seorang remaja. Tidak semua anak dan remaja punya
kekuatan menerima ledekan. Banyak di antara mereka
sangat sensitif dan peka. Bayangkan betapa sanubari
mereka yang masih sensitif itu diterjang ledekan hingga
luka. Bayangkan itu terjadi berkali-kali, terus menerus
hingga luka itu makin besar dan makin dalam. Sekarang
ingat kembali Fifi Kusrini dan rasakan apa yang ia
alami, diledek sebagai anak tukang bubur setiap kali ia
ke sekolah. Mengertikah Anda sekarang mengapa ia
memilih untuk bunuh din?
Aniaya dan penindasan sebagai wujud bullying
sering dilihat orang tua sebagai sarana penguatan mental
anak-anaknya. Yakinkah Anda hal itu merupakan sarana
penguatan dan bukan sarana penghancuran? Jika Anda
dicambuk setiap han, apakah Anda akan semakin tegar,
atau semakin hancur? Kembali bayangkan din Anda
sebagai anak-anak atau remaja, ingat bahwa kebanyakan
mereka masih sangat peka. Jika mereka menerima
aniaya fisik, penghinaan verbal dan penindasan mental

6
KILL BULLYING

secara konstan, apakah Anda bisa menjamin mereka


tumbuh menjadi pribadi pribadi yang tegar? Anda
mungkin bisa berkata “ujian mental” seperti itu
membuat Anda menjadi orang yang kuat dan tegar, tapi
yakinkah Anda bahwa Anda bukanlah perkecualian?
Sementara ada ratusan anak lain yang menerima
perlakuan sama dan merekabukannya menjadi tegar,
namun justru “patah” sejak dini.

Akibat Bullying
Kisah dua remaja yang memilih bunuh diri,
seperti diuraikan di Bab pengantar buku mi, bisa
menjadi contoh ekstrem betapa tragisnya akibat bullying
terhadap para korbannya. Dalam riset pustaka Yayasan
Sejiwa atas beberapa surat kabar yang memberitakan
bunuh diri di kalangan anak dan remaja antara tahun
2002-2005, paling tidak lima di antara anak dan remaja
yang melakukan tindakan atau percobaan bunuh din itu
telah menjadi korban bullying.
Namun bunuh diri bukanlah satu-satunya akibat
bullying. Bagaimana dengan korban-korban bullying
lainnya yang terus hidup namun harus menanggung luka

6
KILL BULLYING

batin akibat bullying bertahun-tahun? Dan bagaimana


dengan pelaku bullying sendiri? Tidak adakah dampak
perbuatan mereka ke din mereka sendiri?
Duane Alexander, M.D, direktur Institut
Nasional Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia
(NICHD) di Amerika Serikat, menjelaskan di tahun
2001, “Bullying adalah masalah kesehatan publik yang
patut mendapat perhatian. Orang-orang yang menjadi
korban bullying semasa kecil besar kemungkinan akan
menderita depresi dan kurang percaya diri di masa
dewasa. Sementara pelaku bullying kemungkinan besar
akan terlibat dalam tindak kriminal di kemudian han.”
NICHD memaparkan hasil surveinya di majalah
Journal of the American Medical Association tahun
2001, bahwa lebih dan 16 persen murid sekolah di
Amerika Serikat mengaku mengalami bullying oleh
murid lain. Survei mi dilakukan pada 15,686 siswa kelas
6 sampai 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta
di A.S.
Departemen Kehakiman AS. malah
mengeluarkan hasil statistik yang lebih mencengangkan
di tahun 2001, bahwa 77% pelajar A.S. mengalami

6
KILL BULLYING

bullying baik secara fisik, verbal maupun mental. mi


berarti 1 dan 4 anak di negeri itu telah terkena bullying.
Di Jepang, menurut Richard Werly dalam
tulisannya “Persecuted even on the Playground” di
majalah Liberation (2001), 10% pelajar yang stres
karena bullying, sudah pernah melakukan usaha bunuh
diri paling tidak sekali. Sementara Departemen
Pendidikan Jepang memperkirakan 26 ribu pelajar SD
dan SMP membolos sekolah karena perilaku
diskriminatif yang mereka hadapi di sekolah..
Di Indonesia sendiri belum ada data statistik
yang memadai karena penelitian terhadap fenomena
bullying masih terhitung barn. Namun karena wujud dan
akibat bullying umumnya sama di semua negara di
dunia, maka patut kita waspadai dampak-dampak
bullying yang dapat menimpa anak anak.
Oleh sebab itu memahami akibat bullying sudah
merupakan kewajiban para pihak baik di dalam
lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Bullying tidak
mengenal tempat, bukan hanya problem masyarakat
kota tetapi juga sekolah-sekolah di pedesaan.

6
KILL BULLYING

Mewaspadai Bullying
Menjelang berangkat sekolah mendadak
mengeluh pusing, sakit perut, mual. Nantinya baik
dokter maupun orang tua tidak menemukan gejala
penyakit apapun dan si anak pun sembuh sendiri setelah
beberapa jam di rumah. Apakah si anak berbohong agar
bisa membolos sekolah?
Belum tentu. Bisa jadi dia betul-betul merasakan
sakit ketika harus berangkat ke sekolah, tapi rasa sakit
itu gejala psikosomatik yang timbul saat ia
membayangkan dampak negatif yang akan dialaminya
ketika tiba di sekolah.
Para orang tua, bisa jadi anak anda sudah
menjadi korban bullying. Apalagi kalau kejadian “sakit
pagi hari” itu terjadi berulang-ulang. Akan semakin jelas
bagi Anda jika sebelumnya sang anak sangat suka dan
bersemangat pergi ke sekolah. Jika antusiasme
bersekolah ini mendadak berganti dengan keengganan
dan kecenderungan menghindari pergi ke sekolah,
berarti bisa jadi ada yang ia takuti dan kemungkinan
besar penyebabnya adalah bullying.

6
KILL BULLYING

Tanda-tanda mencurigakan lainnya, apabila Si


anak pulang sekolah dengan pakaian seragam robek atau
rusak, atau pulang sekolah kelaparan meskipun telah
dibawakan bekal makanan atau uang jajan. Mungkin
telah dikerjai anak-anak di sekolahnya, dan bekal
makanan atau uang jajannya dirampas.
Indikator lainnya, yang bisa menjadi pengamatan
baik orang tua maupun guru adalah turunnya prestasi
belajar. Kalau semula sang murid selalu meraih nilai
tinggi di pelajarannya dan tiba-tiba nilai-nilainya
merosot, sesuatu pasti telah terjadi. Apalagi jika diiringi
dengan kesulitan sang murid berkonsentrasi. Ditambah
pula dengan ekspresi yang lesu, depresi dan ketakutan,
guru maupun orang tua yang bijak akan segera
melangkah untuk memastikan apakah sang anak telah
menjadi korban bullying.
Di Bawah mi adalah gejala-gejala bullying seperti
yang dibayangkan oleh para orangtua SD A1-Izhar
ketika mereka diberi pelatihan tentang bullying:
1. Mengurung diri (school phobia)
2. Menangis
3. Minta pindah sekolah

7
KILL BULLYING

4. Konsentrasi anak berkurang


5. Prestasi belajar menurun
6. Tidak mau bermain/bersosialisasi
7. Suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang
diminta “bully”)
8. Anak jadi penakut
9. Marah-marah
10. Uring-uringan
11. Gelisah
12. Menangis
13. Berbohong
14. Memar/lebam-lebam
15. Tidak bersemangat
16. Menjadi pendiam
17. Mudah sensitif
18. Menjadi rendah diri
19. Menyendiri
20. Menjadi kasar dan dendam
21. Ngompol
22. Berkeringat dingin
23. Tak percaya diri
24. Mudah cemas

7
KILL BULLYING

25. Cengeng (untuk yang masih kecil)


26. Mimpi buruk
27. Mudah tersinggung
28. Melakukan perilaku bullying terhadap orang lain

Bagaimanakah Bullying terjadi?

Bullying terjadi di lingkungan sekolah, terutama


di tempat-tempat yang bebas dan pengawasan guru
maupun orang tua. Dapat terjadi di ruang: kelas, lorong
sekolah, kantin, pekarangan, lapangan, toilet. Guru-guru
yang sadar akan potensi bullying hams lebih sering
menjelajahi tempat tempat tersebut di saat-saat yang
tidak diperkirakan siswa. Dengan pengawasan
menyeluruh dan pemantauan yang intensif guru dapat
mencegah terjadinya bullying.

Bullying juga terjadi di kawasan yang lebih luas,


seperti jalan menuju sekolah. Bahkan Juga bisa terjadi
di rumah atau di tempat umum karena memajuan
teknologi sekarang memungkinkan pelaku bullying
menjajah korbannya melalui pesan pendek telepon

7
KILL BULLYING

genggam ataupun e-mail. Orang tua pun lebih aktif


memonitor komputer atau telepon genggam putra-
putrinya untuk memastikan mereka bebas dan ancaman
bullying.

Mengapa Bullying Terjadi?

Sebelum kita berniat melakukan sesuatu tentang


bullying, kita berusaha memahami terlebih dulu
mengapa bullying bisa terjadi. Bullying sesungguhnya
sebuah situasi yang tercipta saat tiga jenis tokoh satu
saat bertemu di satu tempat. Situasi mi tak ubahnya
seperti pentas pertunjukan dengan tiga aktornya
memainkan perannya masing-masing. Kita dapat
memahami mengapa bullying dapat terjadi dengan
mengenali dan memahami tiga macam pemeran ini.

Pelaku Bullying

Inilah aktor utama pelaku bullying. Ialah sang


agresor, sang provokator, sekaligus inisiator situasi
bullying. Si pelaku bullying umumnya seorang anak atau
murid yang berfisik besar dan kuat, namun tidak jarang

7
KILL BULLYING

juga ia bertubuh kecil atau sedang namun memiliki


dominasi psikologis yang besar di kalangan teman-
temannya.Ia mempunyai kekuatan dan kekuasaan di atas
korbannya.

Penelitian menunjukkan, banyak alasan mengapa


seseorang menjadi pelaku bullying. Alasan yang paling
jelas adalah bahwa pelaku bullying merasakan kepuasan
apabila ia “berkuasa” di kalangan teman sebayanya.
Dengan melakukan bullying, ia dapat menekankan
kembali betapa “besar”nya ia dan betapa “kecilnya”
sang korban. Selain itu, tawa teman teman
sekelompoknya saat ia mempermainkan sang korban
membencinya sanjungan karena ia merasa punya selera
humor yang tinggi, keren dan populer.

Tidak semua pelaku bullying melakukannya


sebagai kompensasi karena kepercayaan din yang
rendah. Banyak di antara mereka justru memiliki
kepercayaan diri yang begitu tinggi dan sekaligus
impuls untuk selalu menindas dan menggencet anak
yang lebih lemah. ini disebabkan mereka tidak pernah
dididik memiliki empati terhadap orang lain, untuk

7
KILL BULLYING

merasakan perasaan orang lain yang mengalami siksaan


dan aniaya. Pelaku bullying umumnya temperamental,
mereka melakukan bullying terhadap anak lain sebagai
pelampiasan kekesalan dan kekecewaan.

Mereka mungkin merasa tidak punya teman di


sekolah, sehingga ia menciptakan situasi bullying
supaya punya “pengikut” dan punya grupnya sendiri.
Mereka juga takut menjadi korban bullying, sehingga
lebih dulu mengambil inisiatif sebagai pelaku bullying
untuk keamanan dirinya sendiri.

Pelaku bullying kemungkinan besar juga sekadar


mengulangi apa yang pernah dilihat atau dialaminya
sendiri. Menganiaya anak lain karena mungkin ia
sendiri dianiaya orangtuanya di rumah. Pelaku bully
juga mungkin pernah ditindas dan dianiaya anak lain
yang lebih kuat darinya di masa lalu. Di sinilah kita
bicara soal siklus kekerasan yang terus berlanjut turun
temurun dan satu generasi ke generasi berikutnya.
Wujudnya berupa Masa Orientasi Siswa (MOS) dan
umumnya senioritas antar angkatan yang seakan

7
KILL BULLYING

memberi pembenaran bagi siswa untuk menindas siswa


yang lebih muda atau lebih lemah.

Meskipun MOS secara resminya bukanlah ajang


penganiayaan siswa, tapi pada kenyataannya, acara
seperti itu sering disalahgunakan sebagai sarana
pelampiasan kekerasan dan aksi negatif terhadap siswa
yang lebih muda. Di sini bullying tidak lagi menjadi
situasi insidental antara segelintir orang, namun menjadi
sebuah situasi masal yang sistematis dan terorganisir
rapi.

Siswa-siswa senior bergerak seirama sebagai


sesama angkatan, melakukan bullying berskala besar
terhadap siswa-siswa yunior, semata karena mereka
merasa mendapatkan lisensi melakukannya lantaran
pernah menjadi korban bullying sistematis saat menjadi
siswa yunior. Sementara siswa-siswi korban mereka pun
dipupuk untuk menyimpan dendam dan kejengkelan
yang akan mereka lampiaskan saat mereka nanti
menjadi siswa senior path angkatan yang akan datang.
Bullying Pun tems berlanjut sebagai siklus alamiah dan
warisan turun temurun.

7
KILL BULLYING

Di bawah ini terangkum beberapa pendapat orangtua


SD Al-Izhar tentang mengapa anak-anak menjadi bully,
ketika mereka mengikuti pelatihan tentang bullying di
SD Al-Izhar:

1. Karena mereka pernah menjadi korban bullying


2. Ingin menunjukkan eksistensi diri
3. Ingin diakui
4. Pengaruh tayangan TV yang negatif
5. Senioritas
6. Menutupi kekurangan din
7. Mencari perhatian
8. Balas dendam
9. Iseng
10. Ingin terkenal
11. ikut-ikutan
12. Sering mendapat perlakuan kasar di rumah dan dan
teman-teman

Korban Bullying

Bullying tidak mungkin terjadi hanya dengan adanya


pelaku bullying. Harus ada korban yang menjadi sasaran

7
KILL BULLYING

penganiayaan dan penindasan. Beberapa ciri dan korban


bullying:

Berfisik kecil, lemah,


Berpenampilan lain dan biasa,
Sulit bergaul,
Siswa yang rendah kepercayaan dirinya,
Anak yang canggung (sering salah bicara
bertindak/berpakaian),
Anak yang memiliki aksen berbeda,
Anak yang dianggap menyebalkan dan menantang bully
Cantik/ganteng, anak orang berada
Anak orang tak punya
Kurang pandai
Anak yang gagap
Anak yang dianggap sering argumentatif terhadap bully
Pelaku bullying biasanya dengan mudah bisa
mengendus calon korbannya. Pada pertemuan pertama,
pelaku bullying akan melancarkan aksinya terhadap
sang korban. Sang korban umumnya tidak berbuat apa-
apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung
padanya, karena ia tidak punya kekuatan untuk membela
din atau melawan. Ini justru membuat pelaku bullying

7
KILL BULLYING

merasa diatas angin, dan memberikan konfirmasi bahwa


ia telah menemukan korban yang tepat. lapun akan
meneruskan aksi aksinya terhadap sang korban setiap
mereka bertemu, dan dengan demikian situasi bullying
pun tercipta.

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pas


situasi bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan
melestarikan situasi bullying dengan bersikap diam.
Rata-rata korban bullying tidak pemah melaporkan
kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya
atau ditindas anak lain di sekolahnya.

Sikap diam korban dilatarbelakangi beberapa


sebab. Melaporkan perilaku bullying tidak akan
menyelesaikan masalah. Jika korban melaporkan pada
guru, guru akan memanggil dan menegur sang pelaku
bullying, berikutnya pelaku bullying akan kembali
menghadang sang korban dan memberi siksaan yang
lebih keras. Pelaku bullying pun akan memberi ancaman
jika korban berani melapor, dan bagi korban, ancaman
pelaku bullying lebih nyata dan lebih menakutkan
dibanding konsekuensi jika tidak melapor ke guru. Jadi

7
KILL BULLYING

di pikiran sang korban, mendiamkan perilaku bullying


adalah pilihan terbaik.

Selain itu, anak-anak bisa jadi telah memiliki


sistem nilai bahwa mengadukan orang lain bukanlah
sifat yang ksatria. Mengadukan orang lain adalah wujud
sifat kekanak-kanakan, manja, lemah dan sama sekali
tidak dewasa. Bagi sang korban, lebih baik menanggung
beban penderitaan sendiri daripada melanggar tata nilai
di kalangan anak-anak dan mengadukan anak lain.
Apalagi jika ia percaya bahwa hinaan dan cercaan yang
diterimanya memang patut ia terima, karena ia memang
merasa buruk rupa, bodoh, tidak populer dan sebagainya.
Ia tidak sadar ia justru merusak dirinya sendiri dengan
menyimpan kepedihan tanpa berusaha mengobatinya
atau membaginya dengan orang lain.

Diamnya sang korban bullying juga umumnya


dilandasi keyakinan bahwa baik orang tua maupun guru
tidak akan mampu menangani situasi bullying.
Ketidakpercayaan pada guru berakar pada logika yang
telah diuraikan di atas: bahwa jika guru menindak
pelaku bullying, hasilnya justru akan memperparah

8
KILL BULLYING

situasi bullying pada sang korban. Ketidakpercayaan


pada orang tua disebabkan perspektif bahwa orang tua
tidak pernah berada di sekolah, jadi mana mungkin
mereka mengerti persoalan apalagi mampu
menanganinya. Hal-hal situasional seperti tidak eratnya
hubungan antara orang tua dan anak juga dapat
membuat anak terisolasi dan tidak akan berpikir
meminta bantuan path orang tuanya untuk mengatasi
situasi bullying. Dengan sistem nilai orang tua atau
pendidik yang cenderung menganggap bullying sebagai
peristiwa lazim dan sarana ujian mental, mempersulit
penyelesaiaan kasus bullying.

Saksi Bullying

Berhubung situasi bullying terkadang


menyerupai sebuah pertunjukan, ia tidak akan
berlangsung tanpa adanya penonton. Di sinilah saksi
bullying menjadi pemirsa sekaligus pemeran dalam
sebuah situasi bullying. Para saksi bullying berperan
serta dengan dua cara: aktif menyoraki dan mendukung
pelaku bullying, atau diam dan bersikap acuh tak acuh.

8
KILL BULLYING

Saksi bullying yang aktif berseru dan turut


menertawakan korban bullying yang tengah dianiaya,
bisajadi telah menjadi anggota gang yang dipimpin
pelaku bullying. Sejarah keikutsertaannya menjadi
anggota kelompok mi bisa beragam: mungkin ía
memang memiliki kesamaan dengan sang pemimpin
kelompok, atau ia ikut-ikutan demi menyelamatkan
dirinya sendiri, lebih baik ikut serta melakukan bullying
daripada menjadi korban bullying. Saksi bisa juga bukan
merupakan anggota kelompok sang pelaku bullying.
Tidak hanya kebetulan berada di taman bermain
atau lapangan tempat bullying berlangsung, namun ia
tergerak untuk turut menyoraki sang korban karena
nalurinya untuk menggabungkan dirinya di pihak sang
pelaku bullying. Lagi-lagi ini merupakàn naluri
penyelamatan din agar ia tidak menjadi korban
berikutnya. Apapun statusnya, saksi aktif ini berperan
sebagai pemandu sorak, ía memberi legitimasi bagi
pelaku bullying untuk melancarkan aksinya sekaligus
motivasi untuk semakin merajalela.

8
KILL BULLYING

Sekarang Anda telah bisa mengenali bullying


dan sebagai orang tua maupun guru telah mencium
adanya praktik bullying yang terjadi path anak-anak
Anda. Apakah yang hams Anda lakukan? Anda harus
tetap tenang, tidak gegabah dan bersikap arif. Ingatlah
bahwa baik pelaku maupun korban bullying
memerlukan pertolongan dan pengertian Anda.

Menangani Pelaku Bullying

Sebagai guru, hadapilah pelaku bullying dengan


sabar dan jangan pojokkan ia dengan pertanyaan-
pertanyaan yang interogatif. Pelihara harga dirinya,
perlakukan ia dengan penuh respek, dan tanyakan
mengenai apa yang ia lakukan pada anak lain. Jika ia
mengelak atau membantah, tetaplah tenang dan katakan
bahwa Anda mengetahui secara pasti ia telah melakukan
bullying karena Anda melihatnya sendiri atau karena
ada orang dewasa lain yang melaporkannya pada Anda.
Jangan pernah menyebut nama korban atau anak lain
sebagai pelapor meskipun memang merekalah sumber
informasi Anda.

8
KILL BULLYING

Ajaklah sang pelaku bullying untuk merasakan


perasaan sang korban saat menerima perlakuan bullying,
tumbuhkan empatinya. Angkatlah kelebihan atau bakat
sang pelaku bullying di bidang yang positif yang Anda
ketahui, usahakan untuk mengalihkan energinya untuk
bidang yang positif tadi daripada sibuk menganiaya
orang. Anda mungkin bisa pelan pelan mengajak sang
pelaku bullying membantu korban bullying mengatasi
kelemahan dan kekurangannya. Hal ini menjadi jalan
untuk memberdayakannya dan meningkatkan
kepercayaan dirinya sebagai seseorang yang mampu
berbuat positif.

Sebagai orang tua, janganlah terburu marah


karena anak Anda dituding sebagai bidang kekok di
sekolah. Sebaliknya, duduk lah bersamanya dan ajak
bercakap-cakap. Introspeksi diri Anda, pastikan bahwa
ia tidak sekadar mengulangi perlakuan Anda pada
dirinya. Tumbuhkan dan eratkan hubungan orang tua
dan anak dengan dirinya. Jangan pemah
menyalahkannya, tapi sebaliknya beri kepercayaan ia
dapat memperbaiki diri.

8
KILL BULLYING

Proses ini mungkin tidak terjadi sekali dan


dilakukan secara terus menerus. Lakukanlah secara
konsisten. Pelaku bullying, seperti halnya anak-anak lain,
memerlukan perhatian dan kepercayaan orang dewasa
bahwa ia pun bisa menjadi seseorang yang bersikap,
berperilaku dan bahkan berprestasi di bidang positif.

VII. KILL BULLYING

Penanganan

1. Paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan


tindakan terintegrasi yang melibatkan seluruh
komponen mulai dari guru, murid, kepala sekolah,
sampai orangtua, yang bertujuan untuk
menghentikan perilaku bullying dan menjamin rasa
aman bagi korban.

2. Program anti-bullying di sekolah dilakukan


antara lain dengan cara menggiatkan pengawasan
dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku,
atau melakukan kampanye melalui berbagai cara.
Memasukkan materi bullying ke dalam

8
KILL BULLYING

pembelajaran akan berdampak positif bagi


pengembangan pribadi para murid.

Pencegahan

1. Mencegah dan menghambat munculnya tindak


kekerasan di kalangan remaja, diperlukan peran dari
semua pihak yang terkait dengan lingkungan
kehidupan remaja.

2. Sedini mungkin, anak-anak memperoleh


lingkungan yang tepat. Keluarga-keluarga
semestinya dapat menjadi tempat yang nyaman
untuk anak dapat mengungkapkan pengalaman-
pengalaman dan perasaan-perasaannya. Orang tua
hendaknya mengevaluasi pola interaksi yang
dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat
dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Berikan penguatan atau pujian pada perilaku


prososial yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya
dorong anak untuk mengambangkan bakat atau
minatnya dalam kegiatan-kegiatan dan orang tua
tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak

8
KILL BULLYING

menunjukkan adanya masalah yang bersumber dari


sekolah.

4. Selama ini, kebanyakan guru tidak terlalu


memperhatikan apa yang terjadi di antara murid-
muridnya. Sangat penting bahwa para guru memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengenai
pencegahan dan cara mengatasi bullying.

5. Kurikulum sekolah dasar semestinya


mengandung unsur pengembangan sikap prososial
dan guru-guru memberikan penguatan pada
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah. Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-
kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa.
Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan
atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau
orang tua dan sekolah, dan membangun aturan
sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan
bullying.

6. Jangan anggap remeh Masih banyak orangtua


yang menganggap kakak kelas mengintimidasi adik
kelas sebagai sebuah tradisi, demikian

8
KILL BULLYING

juga perlakuan kasar yang diterima anak dari


temannya sering diabaikan karena akan berlalu
seiring dengan waktu. Saatnya untuk mengubah
pandangan tersebut. Jalin komunikasi yang dalam
dengan anak, berilah perhatian lebih bila anak tiba-
tiba murung dan malas ke sekolah.

7. Ajari anak untuk melindungi dirinya Ajari anak


untuk bersikap self defense dalam arti menghindari
diri dari korban atau pelaku kekerasan. Katakan
kepadanya, “Kalau kamu dipukul temanmu, kamu
harus memberitahukan kepada Ibu Guru.” Bukan
malah mengajarkan perilaku membalas atau
menggunakan kekuatan dalam mempertahankan diri.
Selain itu, ajarkan pula untuk bersikap asertif atau
mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang memang
seharusnya tidak dilakukan. Selain itu, jangan
biasakan anak membawa barang mahal atau uang
berlebih ke sekolah karena bisa berpotensi menjadi
incaran pelaku bullying. Pupuk kepercayaan diri
anak, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan
ekskul.

8
KILL BULLYING

8. Bina relasi dengan guru dan orangtua murid


Bina relasi dan komunikasi yang baik dengan guru
di sekolah atau orangtua murid lainnya. Anda bisa
mendapatkan informasi adanya kasus bullying atau
melaporkan kepada guru bila si kecil bercerita
mengenai temannya yang dipukul, misalnya.

Pemberdayaan individual bagi anak

1. Beri kesempatan agar anak mau


mengkomunikasikan secara terbuka kepada orangtua,
guru, atau orang dewasa lain yang mereka percaya
dapat membantu mereka. Pupuk kedekatan
hubungan, hargai perasaannya jika sedang curhat,
tidak menyelamatkannya dari emosi negatif, tetapi
berdayakan dia. Mengalami kondisi sulit akan
membentuk daya tahan baginya.

2. Katakan kepada anak bahwa tidak ada satupun


cara yang paling tepat untuk menghadapi bullying,
satu cara yang terlihat benar bagi seseorang

8
KILL BULLYING

mungkin tidak sesuai untuk yang lain. Yang penting


adalah bahwa anak sudah mencoba, mengetahui
berbagai pilihan cara, dan dapat memutuskan siapa
yang dapat membantunya sejauh ini. Saran untuk
mengabaikan tindakan pelaku bisa saja diberikan,
tetapi tidak selalu berhasil. Perlu dilakukan strategi
lainnya.

3. Latih anak untuk berani bicara, dengan kata lain


bertindak asertif. Biarkan pelaku tahu bahwa anak
tidak nyaman dengan perlakuannya, tetapi dengan
kata-kata yang tidak balik menyakiti dan tidak
membiarkan tindakan bullying terus berlangsung.
Anak sebagai korban memiliki hak untuk membela
diri, dan ada cara cerdas untuk melakukannya.
Pastikan anak berbicara dengan cara yang
memecahkan masalah dan tidak menciptakan lebih
banyak masalah dengan orang lain.

Tips agar anak sebagai korban terlihat kuat dan


dapat bertahan menghadapi pelaku

1. Bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan


bahu, tataplah mata pelaku tanpa bermaksud

9
KILL BULLYING

menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat


berbicara. Bertindak percaya diri akan membantu
anak merasa lebih percaya diri.

2. Menjauh: jika rasa percaya diri anak memudar,


minta anak menjauh dari situasi tersebut.

3. Usahakan tetap tenang: anak dilatih untuk


mencoba berekspresi terganggu atau bosan. Jangan
biarkan si pelaku tahu dia berhasil mengganggunya.

4. Mendinginkan diri: dengan minum atau


memercikkan air di wajah untuk membantu
menenangkan perasaan panas.

5. Bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk


memasukkan rasa percaya diri dan kekuatan, dan
mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.

6. Lepaskan saja: berpikir tentang orang dewasa di


sekolah yang dapat mendengarkan dan membantu
jika anak mengalami hari yang berat. Jika tidak ada,
tuliskan perasaan sehingga anak dapat
membicarakannya ketika sampai di rumah.

9
KILL BULLYING

7. Melatih anak agar tidak mencoba untuk


membalas dendam, karena dua kesalahan tidak
membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain
untuk berpihak, karena hanya akan terus
melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah
untuk menghindari si pengganggu di sekolah.
Jangan bertindak histeris-hindari berteriak,
merengek, dan kehilangan kontrol.

Lalu, dari mana seorang anak mengetahui tindakan


kekerasan yang dapat dilakukannya?
Pertama, anak meniru orang lain. Anak tidak
mendapatkan perilakunya sendiri, melainkan meniru
dari lingkungan, terutama orang dewasa. Perilaku orang
dewasa yang buruk menjadi teladan bagi anak. Kedua,
anak tidak dibekali pengetahuan mengenai nilai-nilai
positif. Hal ini menyebabkan anak tidak tahu bahwa
perilakunya tersebut tidak baik. Ketiga anak ingin tahu
dampak perilaku negatif yang ditirunya.

Kekerasan Cerminan Menjadi Gangguan Jiwa

9
KILL BULLYING

Studi menemukan bahwa efek bullying tidak


selalu langsung terlihat setelah pengalaman terjadi.
Namun, efek ini dapat terakumulasi beberapa tahun
mendatang dengan menunjukkan gejala memburuknya
kesehatan mental anak. Pelaku dan korban Bullying
sama-sama akan mendapatkan dampak negatif dari
tindakan ini. Para korban cenderung menampilkan
respon negatif bahkan setelah beberapa tahun kemudian,
yang berupa: rendahnya harga diri, sulit mempercayai
orang lain, kurang asertif, agresi, sulit mengontrol
amarah dan isolasi. Sedangkan pelaku akan
menumbuhkan perasaan arogan dan merasa kuat.
Akhirnya ia menjadi pribadi yang tidak mengenal
tenggang rasa dan welas asih. Padahal, kedua hal
tersebut sangat dibutuhkan dalam interaksi berkelompok.

VIII. STEP BY STEP

Beberapa hal penting terkait bullying adalah bagaimana


secara sederhana proses penanganan yang dapat
melibatkan para pihak. Berikut adalah beberapa langkah
yang perlu diketahui.

9
KILL BULLYING

Pertama

Menangani Korban Bullying

Jika Anda yakin anak atau anak didik Anda menjadi


korban bullying, Anda akan perlu waktu untuk bisa
mengorek keterangan dan dirinya. Ta akan cenderung
diam dan menutup din, dan jika Anda memaksakan
informasi itu keluar secepatnya, bisa jadi Anda tidak
akan pernah mendapatkannya. Tumbuhkan rasa nyaman
dan kepercayaan dirinya path Anda, ingat bahwa
kemungkinan besar sang anak memilih diam adalah
karena selama mi tidak lemah terjadi saluran
komunikasi yang lancar antara Anda dan dirinya.

Bila ia mulai membuka din dan membagi


keterangannya dengan Anda, tanyakan padanya, apakah
yang ia inginkan. Apakah ia ingin Ayah bicara dengan
Pak Gum? Atau apakah ia ingin menyelesaikannya
sendiri?

Perlakuan Anda yang penuh respek mi akan


membawa pengaruh besar bagi din si anak yang kurang
percaya din in Mungkin untuk pertama kalinya ia

9
KILL BULLYING

merasa diperlakukan sebagai orang dewasa yang mampu


menentukan nasibnya sendiri. Kemungkinan besar ia
akan memilih agar tidak ada intervensi orang dewasa
dalam masalah mi dan ingin mencari penyelesaian
sendiri. Menghormati pilihan ini dan membekali dirinya
dengan cara-cara menghadapi sang pelaku bullying.

Patut Anda ingat bahwa bullying tidak bisa


dihadapi dengan bullying. Jika anak Anda dipukul anak
lain, janganlah ajari ia memukul balik, karena yang
terjadi nantinya hanyalah perkelahian.

Anda bisa mengajak anak anda belajar ilmu


beladiri karena paling tidak anak tidak diajari kekerasan
namun cara-cara menghindarkan kekerasan. Jika anak
Anda mengalami bullying verbal atau mental, ajarilah ia
untuk menghadapinya dengan senyum dan humor. \

Mengatakan pada pelaku bullying dengan sopan.


“Maaf, saya tidak suka diperlakukan seperti itu,” dan
melangkah pergi. Atau ia hams menanggapi ejekan
dengan tertawa dan tidak memasukkan ke hati. Pelaku
bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yang kuat
dan tidak akan mau mengganggunya lagi.

9
KILL BULLYING

Kedua

Menyiapkan pribadi-pribadi bebas bullying

Hal yang lebih penting di samping mengatasi bullying


adalah menyiapkan anak-anak kita agar tidak pernah
terkena atau terlibat dalam situasi bullying. Janganlah
kita menunggu sampai anak-anak kita menjadi pelaku
atau korban bullying sebelum kita berbuat sesuatu. Pada
dasarnya jika kita membangun anak-anak kita menjadi
orang-orang berkepribadian kuat, mereka akan tahan
terhadap segala terpaan energi negatif yang berlangsung
di sekitar mereka. Ingatlah bahwa kita tidak akan
mencetak anak-anak kuat dengan cara-cara keras atau
membiarkan mereka mengalami kekerasan.

Kekerasan hanya akan berbuah kekerasan.


Kekerasan tidak akan pernah membawa kekuatan,
malah akan membawa kerusakan dan kelemahan.
Seorang anak yang rusak mentalnya, kacau etikanya,
tumpul empatinya akan menjadi pelaku bullying,
sementara seorang anak lemah kepercayaan dirinya,
rendah harga dirinya, mudah menjadi bulan-bulanan dan
potensial sebagai korban bullying.

9
KILL BULLYING

Kita menumbuhkan anak-anak kita sebagai anak-


anak kuat dan anak anak tegar dengan sokongan moral
dan pasokan kepercayaan din yang cukup. Beginilah
mereka respek agar mereka bisa menghargai dirinya dan
menghargai orang lain. Kenalilah kekuatan dan bakat
mereka, apakah dalam mata pelajaran, olahraga, atau
seni, pupuklah dan semangatilah mereka untuk
mencetak prestasi di sebanyak mungkin bidang. Jika
sejak dini mereka terbiasa menyalurkan energi mereka
untuk hal-hal positif yang akan berguna di masa depan
mereka, mereka tidak akan punya waktu dan perhatian
untuk mengganggu orang lain. Mereka juga telah
memahami jati dirinya dan tidak akan sibuk mencari-
cani validasi dan pengakuan anak lain dengan cara-cara
mencuri perhatian yang negatif. Kepribadian yang kuat
juga dengan sendirinya membuat mereka kebal terhadap
aniaya dan penindasan orang lain.

Seberapa kuatnya pun seorang anak, tetap akan


memerlukan bimbingan dan perhatian orang dewasa.
Karena itu penting untuk tetap menjaga jalur
komunikasi yang senantiasa terbuka antara orang tua

9
KILL BULLYING

dan anak, dan antara guru dan anak. Rasa percaya tetap
ada antara Anda dan anak-anak Anda sehingga bila
terjadi suatu masalah, anak-anak akan siap membuka
din dan mengajak Anda sebagai bagian dan pemecahan
masalah.

Bullying penghambat siswa mencapai aktualisasi


dirinya.

Bila seorang anak mencapai aktualisasi dirinya,


ia akan menjadi pribadi yang percaya diri, ceria, mampu
beradaptasi dengan lingkungannya, menghargai orang
lain dan dirinya, mampu berpikir jernih,
mengembangkan potensi-potensi dirinya, dan mampu
mengekspresikan dirinya.

Agar seorang anak mampu mengaktualisasi


dirinya, ia memerlukan suasana yang memberikan rasa
aman, dan yang mampu memberikan gambaran yang
positif baik di sekolah maupun dirumah. Ada beberapa
contoh situasi positif di sekolah yang dapat membantu
anak mengaktualisasi din, seperti dipuji bila ia berbuat
atau berprestasi baik, diajak terlibat dalam kegiatan-
kegiatan sekolah; diterima oleh guru-guru maupun

9
KILL BULLYING

teman temannya dengan segala dengan segala kelebihan


maupun kekurangannya; dalam memberikan teguran-
teguran menyampaikannya secara konstruktif dan
interaktif, dan tidak di hadapan teman-temannya;
mengakui kelebihan-kelebihannya.

Bullying adalah penghambat besar bagi seorang


anak untuk mengaktualisasi dirinya. Bullying tidak
memberi rasa aman dan nyaman, membuat anak merasa
takut dan terintimidasi, rendah diri serta tak berharga.
Siswa akan sulit berkonsentrasi dalam belajar, tak
terdorong untuk bersosialisasi dengan lingkungannya,
enggan bersekolah, menjadi pribadi yang tak percaya
diri dan sulit berkomunikasi. Siswa akan sulit berpikir
jernih sehingga prestasinya dapat terancam merosot.
Mungkin pula ia akan kehilangan rasa percaya kepada
lingkungannya yang banyak menyakiti dirinya.

Perasaan-perasaan negatif ini apabila tidak


segera dicermati dan dibantu untuk mengatasinya,
seorang anak dapat memiliki gambaran diri yang negatif,
bahkan mengarah kepada tekanan mental seperti stress
ataupun depresi.

9
KILL BULLYING

Ketiga

Respek dan Toleran

Kita perlu prihatin akan semakin menipisnya


nilai nilai respek, toleransi, empati dan kerjasama yang
ditunjukkan oleh para pelaku bullying. Mereka tak
peduli akan dampak dan penderitaan yang dialami oleh
si korban. Ia tak mampu mentoleransi kondisi-kondisi
yang tak disukainya dan korbannya. Ia tak mampu
menunjukkan respek kepada korbannya. Sebaliknya,
yang ditunjukkannya adalah kebencian, perilaku ego,
menyakiti dan menekan korbannya untuk menimbulkan
rasa takut dan intimidasi.

Bagi para korban bullying, dia akan berubah


menjadi pribadi yang menarik din dan kurang percaya
diri, atau sebaliknya keras dan pendendam. Sedangkan
bagi pam pelaku bullying, dikhawatirkan mereka akan
semakin tak mampu berempati, merespek orang lain, tak
mampu mentoleransi perbedaan-perbedaan. dan
semakin keras dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.

Keempat

1
KILL BULLYING

Menciptakan Lingkungan Bebas Bullying

Bullying merupakan fenomena yang telah meluas dan


berlangsung bertahun tahun di seluruh dunia. Karena itu
mustahil menghadapinya secara sendiri sendiri dan
terpisah. Pemahaman dan tekad individual Anda sebagai
orang tua atau guru memang menjadi modal dasar untuk
bisa mengatasinya, namun Anda perlu meningkatkannya
menjadi pemahaman dan tekad kolektif seluruh pihak di
sekolah Anda dan bahkan di komunitas Anda.

Jika Anda seorang Kepala Sekolah, Anda perlu


mengajak guru-guru, karyawan, dan juga perwakilan
siswa Anda untuk meremukkan masalah bullying di
sekolah Anda. Pancinglah pikiran dan keinginan mereka
akan persoalan mi dan bagaimana memecahkannya. Jika
Anda seorang gum, Anda dapat mengusulkan hal yang
sama path rekan-rekan guru dan pada Kepala Sekolah
Anda. Akhir yang Anda ingin capai adalah meraih
komitmen bersama antara penyelenggara sekolah dan
siswa mengenai bullying. Seluruh sekolah harus
bertekad bersatu padu menolak bullying dan
menetapkan aturan yang disepakati bersama jika

1
KILL BULLYING

bullying terjadi. Hal mi akan memberi kepercayaan diri


pada siswa sehingga jika mereka menjadi korban atau
saksi bullying mereka tidak akan ragu melaporkan
karena merasakan keamanan di pihak mereka. Tidak
akan ada lagi tirani pelaku bullying, dan sebaliknya
mereka akan menjadi pihak yang perlahan lahan hilang
dengan sendirinya.

Ada beberapa peranan pimpinan sekolah yang


dapat menggeliatkan usaha-usaha mengatasi dan
mencegah bullying di sekolah-sekolah. Peranan-peranan
yang harus diemban pimpinan sekolah dalam mengatasi
dan mencegah bullying.

Penggagas

Sebagai pimpinan yang peduli akan


kesejahteraan dan kenyamanan anak anak didiknya
dalam belajar dan hidup di sekolah, seorang kepala
sekolah sudah selayaknya mencari terobosan-terobosan
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Berkaitan dengan bullying, pimpinan sekolah


perlu mengajak peran serta para guru untuk mengurangi

1
KILL BULLYING

kasus kasus bullying di sekolah. Untuk itu, perlu


bergerak untuk membuat seluruh guru-gurunya
memahami alasan-alasannya, termasuk mengapa guru
perlu berperan serta di dalamnya.

Hal yang paling perlu disampaikan adalah


dampak-dampak apa yang mungkin terjadi bila seorang
siswa mendapatkan perlakuan bullying dan temannya,
seperti tertekan, trauma, tak berdaya, hilangnya rasa
percaya diri, bahkan mungkin bunuh diri. Terkadang
trauma yang terjadi dapat berdampak panjang, seorang
anak menjadi amat sensitif terhadap perlakuan-
perlakuan dan lingkungannya.

Pendidik

Bullying bukanlah kondisi barn di sekolah-


sekolah. Walaupun mi adalah fenomena keseharian di
sekolah dan boleh dibilang marak, bullying sebagai
sebuah kondisi yang perlu diatasi merupakan sebuah
terobosan baru di Indonesia. Untuk itu, para pimpinan
sekolah yang telah memahami apa itu bullying, dan apa
saja dampak dampak yang mungkin terjadi terhadap
anak didiknya, maka ia perlu melakukan usaha-usaha

1
KILL BULLYING

pencerahan baik terhadap guru, karyawan sekolah, anak


didik serta para orang tua. Ia perlu berbagi info, buku-
buku maupun kasus-kasus yang didapatnya melalui
media.

Secara konsisten pimpinan sekolah perlu


menyampaikan pikiran pikirannya tentang bullying di
sekolah, dalam berbagai situasi dan kesempatan yang
dimilikinya, misalnya dalam rapat-rapat dengan para
guru, pertemuan-pertemuan dengan para orang tua,
pengajian-pengajian, maupun pertemuan dengan anak-
anak didiknya.

Pesan konsisten:

Ajakan untuk mengatasi bullying, tanpa


melakukan bullying itu sendiri. Dan bagaimana
menciptakan sebuah sekolah yang menegakkan nilai-
nilai respek, toleransi, tanggung jawab, kerjasama,
saling percaya dan empati. Sebagai
“Driver”/”Pengemudi” untuk terjadinya budaya sekolah
yang “Bebas Bullying”:

1
KILL BULLYING

Sebagai sosok yang peduli akan terjadinya


budaya sekolah yang ramah dan nyaman bagi para
siswanya, seorang pimpinan sekolah dapat mengambil
kemudi untuk membentuk sistem anti bullying yang
paling cocok bagi sekolahnya. Ia dapat memilih para
“champions” dan sekumpulan guru-gurunya, maupun
para siswanya, yang menghayati perjuangannya dalam
memerangi bullying untuk membuat “panitia anti
bullying”. Bersama-sama para “champions” ini,
pimpinan sekolah dapat membuat aturan sekolah
mengenai bullying, berikut sangsi-sangsi yang berlaku.
Panitia antibullying ini secara reguler dapat
mengumpulkan data tentang bullying yang terjadi di
sekolah dalam beberapa bulan terakhir, untuk dikaji dan
diselesaikan kasus-kasusnya.

Bila usaha-usaha di atas dilakukan secara


konsisten dengan dukungan penuh pimpinan sekolah,
maka perlahan-lahan, namun pasti, budaya sekolah yang
ramah dan nyaman bagi para siswanya àkan dapat
terwujud.

Pengawas

1
KILL BULLYING

Pimpinan sekolah menerapkan fungsinya sebagai


pengawas dalam usaha-usaha memerangi bullying di
sekolah, maka semua pihak di bawah kepemimpinannya
akan menganggap usaha-usaha memerangi bullying ini
sebagai tidak main-main.

Sebagai pengawas, ia tidak perlu melakukan


tugasnya sendirian. Ia melibatkan guru-guru lain untuk
secara bergiliran melakukan monitoring di sekitar
sekolah agar tak terjadi perilaku-perilaku bullying di
tempat-tempat yang rawan bullying seperti kantin, toilet,
lapangan olahraga, dan pintu gerbang sekolah. Perlu
seorang sebagai “antibullying manager on duty” untuk
berkeliling sekolah secara bergantian, khususnya pada
jam-jam tertentu, misalnya istirahat, masuk sekolah dan
keluar sekolah.

Dalam hal ini pimpinan sekolah cukup berperan


sebagai tokoh dan pengawas gerakan anti bullying yang
memastikan bahwa peranan-peranan guru sebagai “anti
bullying manager on duty” dapat dilakukan dengan baik.

Kelima

1
KILL BULLYING

Membangun Jaringan Anti Bullying

Seorang pimpinan sekolah yang kharismatik


akan menggunakan berbagai kesempatan untuk
membangunjaringan antibullying dengan berbagai
sekolah di sekitarnya maupun dengan komponen-
komponen masyarakat yang dapat diajak senta dalam
memerangi bullying. Komponen-komponen masyarakat
tersebut dapat berupa: sekolah-sekolah di sekitarnya,
RT/RW/ Lurah, para orang tua, kepolisian, tokoh-tokoh
masyarakat, maupun para selebritis. Bila komponen-
komponen masyarakat tersebut diberikan pembekalan
ilmu mengenai bullying, maka diharapkan mereka dapat
menyumbang kepada peningkatan kesadaran masyarakat
akan adanya bullying di sekitar mereka, sekaligus
mengajak mereka memeranginya. Melalui posisinya
yang amat strategis, pimpinan. sekolah dapat
mengundang komponen-komponen masyarakat tersebut
pada waktu yang tepat baginya untuk datang ke sekolah
dan mengadakan bahasan bersama mengenai masalah-
masalah bullying.

1
KILL BULLYING

Dalam membangun jaringan di sekitar


sekolahnya, pimpinan sekolah sebaiknya mendorong
dan mengajak serta warga sekolahnya, baik para guru,
orang tua maupun para siswa untuk bergerak bersama
menentang bullying. Mereka dapat diajak menjelaskan
kepada berbagai pihak tentang adanya kasus-kasus
bullying di sekolah-sekolah, apa saja dampak
dampaknya, dan bagaimana mengatasinya. Pimpinan
sekolah dapat mendukung mereka dengan mengadakan
pembekalan-pembekalan yang dapat dipakai untuk
membuka mata warga masyarakat. Penjelasan
penjelasan yang sederhana yang dapat diberikan oleh
para guru, orang tua maupun siswa dapat membuat
orang lain sadar bahwa bullying dapat melahirkan
manusia yang tak sepenuhnya berkembang, karena rasa
takut yang mereka rasakan dapat menutupi kemajuan
kreativitas dan berpikir bebas untuk mencari solusi-
solusi dan berbagai permasalahan kehidupan yang
semakin han semakin kompleks.

Peran Para Guru

1
KILL BULLYING

Guru juga bisa mulai menyuburkan praktik yang


dinamakan peer support, yaitu dengan menunjuk
beberapa siswa yang berpotensi menjadi counselor
untuk mendampingi teman-temannya yang lebih lemah
dan perlu pendampingan. Sistem ini hadir atas
kesadaran bahwa anak-anak cenderung lebih terbuka
berbagi rasa dengan temañ sebayanya dibanding dengan
guru.

Sebagai orang tua, Anda bisa mulai mengajak


tetangga-tetangga dan sesama orang tua untuk
menetapkan sikap bersama terhadap bullying di
lingkungan Anda. Sehingga jika salah satu dan Anda
mendeteksi praktik bullying di komunitas Anda, seluruh
komunitas bisa secara tegas dan arif mengambil
langkah-langkah solusi tanpa terlalu khawatir
menyerang ruang pribadi keluarga-keluarga tertentu
yang putra-putrinya terlibat. Dengan pemahaman dan
tekad bersama inilah niscaya bullying dapat diatasi.

Keenam

“Power Skills” Menghadapi Bullying

1
KILL BULLYING

Di bawah mi kami sajikan keterampilan yang


mengasah “Power Skill” anak anak, yang dapat dipakai
sebagai strategi menghadapi bullying. Ada 8 “Power
Skills” yang kami sampaikan di sini:

1. Setuju dengan apa yang dikatakan bully:


Contoh
A: “Kamu orangnya belagu”
B: “Emang begitu, so what?”
A: “Kamu ngocol banget sih.. jadi orang?”
B: “Kamu 100% betul. Ya udahlah
2. Lemahkan bully dengan humor:
Contoh
A: “Dasar gendut lo! Lan gitu aja gak kuat” B: “Biar
gendut gue disayang
ortu iho!”
A: “Ka...ka....lau...ngo...ngo...mong...ja...ja...ngan
ga...ga...gap...gi...gi...tu. . .dong
B:
“Ka...ka...lau...gak...gak...gak...bi...bi...sa...le...le...bi...bi
h...ba...
ba...ba...ik...da...da...ri...gue...si...si...ni....gu...
3. Bikin bully bosan dengan pertanyaan-pertanyaan
Contoh

1
KILL BULLYING

A: “Kamu bego amat sih?” “Saya akan laporkan


kamu ke guru”
B: “Saya bego? Apa maksudmu? Gimana kamu
tahu aku bego? Kamu
tahu orang bego ada berapa sih di sekolah mi? Gimana
aku dibanding mereka? Apa sih definisi bego?” :
4. Bikin bully bosan dengan jawaban-jawaban yang
sama:
A: “Lu bego” :
B: Itu pendapatmu”
Contoh
A: “Emang, aku benar”
B: “Itu pendapatmu”
A: “Jadi kamu mau melakukan apa supaya gak bego
lagi?”
B: “Itu pendapatmu”
A: “Lu diem deh! Dasar bego!
B: “Itu pendapatmu”
Contoh
A: “Oh....diam deh
B: “Itu pendapatmu”
A: “Hab. . .dasar bego lu!”
B: “Itu pendapatmu”
A: “Udahlah. . .diam! !!! Gak usah ngomong lagi!!!

1
KILL BULLYING

5. Menjawab dengan tenang dan percaya diri.

Contoh

“Lu ngeledek gue gendut. Bisa nggak sih lu ngejelasin


seberapa besar orang bisa disebut gendut? Ada berapa
anak sib yang lu sebut gendut di sekolah mi?; Kenapa
Cuma gue yang lu ledekin?”

6. Melalui komunikasi asertif:

Ajarkanlah anak kita merespons secara asertif dalam


menghadapi bully, misalnya :

“Jangan sebut saya bego, karena saya tidak bego”

“Saya amat tidak senang kamu memperlakukan begini”

“Kamu sedang membuli saya. Hentikan!”

“Saya tidak suka kamu perlakukan begini. Stop!”

7. Ubah situasi negatif menjadi positif:

Bila seorang anak menjadi target bullying karena


kerontokan rambut

setelah perawatan medis, ia bisa menjawab

1
KILL BULLYING

“Lu tahu nggak sib, banyak orang terkenal yang gundul


ibo! Gue seneng

Contoh: koq dengan rambut seperti ini”

8. Bully meledek

“Lu mau ngomong apa aja, terserah lu.. . .gue nggak


akan terganggu.

emangnya gue pikirin?”

9.Mengembalikan ledekan bully:

“Lu dan tadi ngoceh yang sama berulang-ulang. Apa


gak bisa ngomong dengan cara yang lain, sih?”

IX.MEDIASI SEBAYA
Sebuah bentuk resolusi dengan pelatihan
kepemimpinan mahasiswa guna membantu rekan-rekan
mereka bekerja sama untuk menyelesaikan sengketa
sehari-hari. Partisipasi dalam Mediasi Sebaya adalah
sukarela, dan dengan pengecualian informasi yang ilegal
atau mengancam jiwa, semua hal dibahas dalam sesi
mediasi tetap rahasia. Mediator tidak membuat
penilaian atau menawarkan saran, dan mereka tidak

1
KILL BULLYING

memiliki kekuatan untuk memaksa keputusan atas


rekan-rekan mereka. Karena mediasi adalah hal yang
sensitif mendasari bagaimana menyelesaikan penyebab
konflik. Kata kunci proses ini adalah memberlakukan
korban dan mediator sebagai “sebaya”. Mediasi Sebaya
di sekolah, setidaknya beberapa hal yang dapat
dilakukan dan merupakan bagian dari kera mediator
yaitu :
Bersikap positif dan lakukan pendekatan dengan
mencari tahu siapa yang terlibat bully.
Mencari waktu dan tempat yang baik untuk pertemuan
dengan korban bully.

Mencari akar masalah bersama korban bully.


Berbagi tanggung jawab terhadap tindakan bully (tidak
menyalahkan siapapun).
Memberi jalan keluar.
Keputusan akhir pada korban. Intervensi
dilakukan ahlinya atau seorang mediator yang dipercaya.
Pertemuan bersifat individual terus dilakukan sampai
kata “Ya saya aman sekarang” atau “Saya lebih baik”.

1
KILL BULLYING

Sekolah Mediasi Sebaya adalah salah satu yang


paling populer dan bisa dibilang pendekatan yang paling
efektif untuk mengintegrasikan praktek konflik Resolusi
ke sekolah-sekolah. Hal ini tidak sulit untuk melihat
mengapa: rekan mediasi mendorong siswa untuk
menerapkan keterampilan menyelesaikan konflik ketika
itu penting paling-saat mereka berada dalam konflik.
Dengan membantu siswa menyelesaikan dan
belajar dari perselisihan interpersonal, program mediasi
sebaya juga memajukan misi pendidikan dari sekolah di
mana mereka beroperasi. Itu adalah kabar baik.
Sayangnya, sulit untuk menerapkan rekan program
mediasi yang hidup sampai potensi mereka. Banyak
upaya yang goyah dari awal, dan masih banyak lagi
menghilang tiada rimba berselang hanya beberapa tahun.
Apa yang membuat sebuah program yang sukses? Sama
seperti tanaman membutuhkan sinar matahari, udara dan
air untuk berkembang. Tiga bahan penting untuk rekan
mediasi program adalah:

1. Cukupan Konflik Interpersonal

1
KILL BULLYING

Memulai program jika mediator tidak memiliki


kesempatan untuk memediasi kasus, beberapa manfaat
yang terkait dengan program mediasi sebaya akan
terwujud. masing-masing Sekolah harus menentukan
apa yang merupakan "konflik yang cukup." Beberapa
Program hanya menangani beberapa kasus per tahun,
yang lain menengahi lebih dari 500. Sebagai aturan
umum, jika program tidak akan memediasi setidaknya
satu kasus per minggu, maka mediasi sebaya mungkin
tidak cocok untuk sekolah Anda.

2. Dukungan Administrasi
Mediasi sebaya berhasil dengan administrator yang
bekerja secara proaktif untuk mengatasi perlawanan
sikap dan struktural dalam sekolah mereka. Khususnya,
administrator yang bertanggung jawab disiplin harus
bersedia untuk membuat arahan dan upaya dukungan
siswa mediator.
Terkadang tantangan justru muncul di
lingkungan administrasi sekolah, sebab mereka gagal
memahami tujuan dasar Mediasi Sebaya. Pada setiap

1
KILL BULLYING

level administrasi sekolah memerlukan semangat yang


sama sehingga program ini dapat berjalan baik.

3. Koordinator Mediasi Sebaya


Seperti pelatih untuk tim basket, konduktor
orkestra, maka koordinator mediasi sebaya mengawasi
semua aspek program. Semakin banyak sumber daya
dewasa berbasis sekolah ini memiliki segi keterampilan,
komitmen, dan waktu selama hari sekolah, semakin
sukses ini. Ketika ketiga fundamental yang hadir di
sekolah, kemungkinan besar
bahwa program mediasi yang kuat akan menghasilkan.
Tetapi Anda dapat meningkatkan
keberhasilan program lebih jauh lagi dengan beberapa
hal sebagai berikut :

a. Membantu menciptakan filosofi sekolah dan pedagogi


yang mendorong
siswa untuk bertanggung jawab atas pendidikan dan
pekerjaan mereka sendiri sama dengan rekan-rekan
mereka.
b. Mengintegrasikan resolusi konflik ke sekolah melalui

1
KILL BULLYING

jalan lain, termasuk pelatihan guru dan kurikulum


umum.

Pelaksanaan Program.
Proses pelaksanaan program mediasi berbasis sekolah
dapat dibagi menjadi empat tahap.

1. Mendapatkan dukungan awal


Selama tahap pertama ini penggagas program
yang mengadakan pertemuan, melakukan penataran
lokakarya, memberikan presentasi (membawa siswa
berpengalaman dan guru dari sekolah lain sangat
efektif), dan mendistribusikan paket informasi / survei
untuk mendapatkan dukungan dari staff administrator.
Setelah sekolah Anda telah memutuskan untuk
menerapkan program, tugas yang paling penting adalah
untuk mengidentifikasi siapa menjadi koordinator.
Koordinator bisa diwakili Kepala sekolah,
pembimbing, guru, staf khusus, dan bahkan relawan
masyarakat. Tergantung pada kebutuhan sekolah dan
sumber daya program anda, koordinator dapat bekerja di
mana saja dari penuh-waktu (pengecualian) hanya satu

1
KILL BULLYING

periode kelas setiap hari. Hal ini juga mungkin untuk


memiliki lebih dari satu individu "co-koordinator"
program. Tanggung jawab koordinator meliputi :
- handling publication di sekolah dan pendidikan staf
dan mahasiswa
- overseeing pelatihan mediator sebaya
- explaining medication kepada siswa dalam konflik dan
mendorong mereka untuk mencobanya
- scheduling sesi mediasi
- supervising sesi mediasi
- following pada semua kasus dan pencatatan
- keeping komunitas sekolah informasi tentang
kemajuan program.

2. Perencanaan
Pekerjaan tahap kedua biasanya menjadi
tanggung jawab koordinator mediasi sebaya. Beberapa
koordinator membentuk komite penasehat (terdiri dari
administrator, guru, siswa dan orang tua) untuk
membantu merumuskan kebijakan program dan
mengembangkan strategi penjangkauan. Di bawah ini

1
KILL BULLYING

adalah sepuluh pertanyaan penting yang harus dijawab


pada tahap ini:

1. Bagaimana ini dibiayai ?


Pertimbangkan jangka panjang serta kebutuhan
keuangan jangka pendek, dan mencoba untuk mengatur
dana untuk tiga tahun pertama. Awal dan terus-menerus
Biaya termasuk koordinator gaji, pelatihan, pengganti
guru berpartisipasi dalam pelatihan, dan biaya lain-lain
(buku, kertas,fotocopy, t-shirt, dll).
Sumber pendanaan termasuk anggaran sistem
sekolah, swasta, Yayasan dan perusahaan, dan
pemerintah daerah/kota dan hibah yang didedikasikan
untuk hal-hal seperti keamanan sekolah, pencegahan
narkoba dan penyalahgunaan alkohol, perbaikan sekolah,
pencegahan drop-out, desegregasi, pencegahan
kekerasan, dan pengembangan guru.

2. Siapa yang akan dilatih menjadi Mediator?


Para peserta harus berbagai kelompok yang
mewakili bagian dari komunitas sekolah. Pertimbangkan
suku, ras, agama, sosio-ekonomi, akademisi, kelompok,

1
KILL BULLYING

usia, orientasi seksual. Sertakan beberapa "berisiko"


siswa dalam pelatihan. Sertakan kelembagaan kunci
yang dapat membantu membangun dukungan di antara
rekan rekan mereka. Pasang Iklan dengan menggunakan
surat kabar sekolah, majelis, alamat publik
pengumuman. Meminta rekomendasi dari siswa, guru,
dan administrator. Trainee wawancara dan mencari
komitmen, kemampuan pribadi, dan ketersediaan untuk
menjadi mediator.

3. Siapa yang akan menjadi pelatih dalam Pelatihan


Mediator?

Hanya menggunakan pelatih yang memiliki


pengalaman baik sebagai mediator dan sebagai pelatih /
guru dengan kelompok usia yang ditargetkan. Carilah
pelatih dalam sistem sekolah (staf berbasis sekolah,
koordinator kesehatan) atau di luar sistem anda (mediasi
sekolah pelatihan organisasi, program mediasi
masyarakat, universitas program, pendidik dari sekolah
tetangga).

1
KILL BULLYING

4. Kapan Pelatihan dijadwalkan?


Resistensi siswa mungkin dapat dimengerti.
Tekankan bahwa sebagai hasil dari pelatihan, siswa
meningkatkan harga diri mereka dan belajar
keterampilan dalam komunikasi, pemecahan masalah,
berpikir kritis yang sangat berharga bagi pelajaran
mereka dan sukses pribadi. (Penelitian telah jelas
menunjukkan bahwa siswa melakukan lebih baik setelah
dilatih untuk menjadi mediator.)
Buat jadwal yang meminimalkan waktu siswa
untuk setiap kelas tertentu. Jadwal pelatihan meliputi
selama kegiatan sekolah, setelah sekolah, akhir pekan
atau masa liburan. Menginformasikan sekolah tentang
jadwal pelatihan di awal sehingga mereka dapat
merencanakan dan menyesuaikan dengan aktivitas
lainnya.

5. Apakah Masalah yang akan di Mediasi?


Ingatlah bahwa mediasi bersifat sukarela. Perlu
diingat bahwa sebagian besar sengketa sekolah hasil
dari relatif "kecil" tindakan (misalnya, bergosip, nama-

1
KILL BULLYING

panggilan, pelecehan, kemiskinan, barang yang


dipinjam tidak dikembalikan, berpacaran dan kesulitan
pribadi). Kebanyakan program mediasi sebaya tidak
akan memediasi masalah yang melibatkan senjata, obat
obatan, intimidasi, atau kekerasan fisik yang serius.
Sering, siswa yang berselisih menerima konsekuensi
disiplin dan mendapatkan keuntungan dari berpartisipasi
dalam sesi mediasi.

6. Dimana kegiatan Mediasi dilakukan ?


Sesi Mediasi harus diadakan dalam ruang yang
memberi pendengaran dan privasi visual.

Program mediasi rekan idealnya memiliki ruang mereka


sendiri.
Pilih ruang yang terpisah atau kelas koordinator.
Ruang mediasi harus baik, berada di dekat daerah yang
diawasi pihak yang bersengketa. Ruang menunggu
selama sesi mediasi.

7. Sesi waktu Mediasi ?


Setiap kali perselisihan

1
KILL BULLYING

Hanya selama periode dan hari yang telah ditentukan


(misalnya istirahat makan siang).
Menurut ketersediaan koordinator.
Setelah kegiatan sekolah (program memediasi setelah
kegiatan sekolah belum efektif).

8. Apakah kerahasiaan Program ?


Menjaga kerahasiaan apa yang terjadi selama mediasi
penting untuk keberhasilan program Anda.
Mediator Mahasiswa harus selalu dapat mendiskusikan
kasus orang dewasa dengan koordinator (koordinator
dianggap dapat menjaga kerahasiaan).

Tentukan terlebih dahulu isu-bunuh diri, kecanduan


narkoba, senjata milik-koordinator akan diminta untuk
melapor ke administrator. Memastikan bahwa mediator
membuat pihak menyadari ini sebagai sebuah
pengecualian sebelum sesi dimulai.
Semakin banyak batas atas kerahasiaan, siswa
akan percaya dan mengambil keuntungan dari proses
mediasi. Mengamankan lemari arsip terkunci di mana
untuk menyimpan catatan program. Kebanyakan

1
KILL BULLYING

program jaminan hanya itu mediator dan koordinator


akan menjaga hal-hal rahasia. Jika pihak khawatir
bahwa mereka saingan akan mengungkapkan informasi
pribadi di luar sesi, mereka didorong untuk mengatasi
masalah ini selama proses mediasi.

9. Bagaimana cara memberikan informasi tentang


Mediasi?
Jumlah referal yang diterima dan dampak
program ini akan memiliki pada sekolah-secara
langsung terkait dengan tingkat pemahaman masyarakat
bahwa sekolah memiliki cara dan program mediasi.
Metode untuk mendapatkan kata keluar hanya
dibatasi oleh kreativitas Anda dan termasuk demonstrasi
permainan peran di sekolah, seminar on mediasi
disajikan selama homerooms dan kelas, poster kontes,
teater, mediasi melalui t-shirt, artikel di sekolah koran,
in service workshop untuk staf, dan sebagainya.
10. Apa tindak lanjut pelatihan dan dukungan akan
diberikan untuk Mediator?
Mediator harus bertemu secara berkala untuk
berbagi pengalaman, meningkatkan keterampilan

1
KILL BULLYING

mereka, mengkoordinasikan upaya penjangkauan, dan


mengatasi masalah disiplin internal.
3. Pelatihan
Fase singkat ini meliputi pelatihan sebenarnya mediator.
Pelatihan mediasi untuk siswa SMA berjalan sekitar
delapan belas dua puluh lima jam, untuk siswa sekolah
menengah 12-20, dan untuk siswa SD usia 8-15 jam.
4. Kasus
Di akhir pelatihan, Mediator Sebaya mulai memediasi
beberapa kasus. Koordinator melakukan wawancara,
jadwal mediasi, pilih mediator, tindak lanjut dengan
pihak yang bersengketa, bertemu secara teratur dengan
mediator untuk analisis kasus dan pelatihan lanjutan,
dan terus mengedukasi masyarakat tentang penggunaan
dan manfaat mediasi sebaya.
Setelah program dilakukan, bagaimana Anda
bisa menentukan apakah definisi sukses, maka tiga
indikator mediasi sebaya sebagai program adalah:
a.Program ini langsung melayani setidaknya 10% dari
populasi sekolah masing-masing pada tahun ajaran.
b.Sepertiga dari konflik yang dimediasi disebut oleh
siswa sendiri

1
KILL BULLYING

c.Administrator menganggap program untuk menjadi


bagian integral dari sekolah dan akan menolak setiap
upaya untuk menghilangkannya. Ketika program
Mediasi Sebaya dilaksanakan secara efektif, mediator
sangat senang untuk menawarkan jasa mereka, pihak-
pihak akan berterima kasih bantuan, dan pendidik
bertanya-tanya bagaimana mereka bergaul tanpa
program. Mediasi Sebaya dapat menjadi bagian penting
dan penting dari kehidupan sekolah.

IX.CATATAN PENUTUP
Setelah mengidentifikasi “aktor” yang ada
dalam situasi bullying, saatnya kita untuk jujur pada diri
sendiri, apakah kita yakin kita sendiri tidak turut serta
menyuburkan dan melestarikan bullying di kalangan
anak anak dan di lingkungan sekolah ?
Bagi Anda mungkin ini kesempatan pertama
mengenali bullying dan melihatnya sebagai sebuah
masalah yang perlu diatasi. Jadi pertanyaan di atas
tidaklah dimaksudkan untuk menyudutkan atau mencari-
cari kesalahan di masa lalu. Namun sebelum kita semua
melangkah bersama untuk mengatasi

1
KILL BULLYING

bullying di lingkungan kita, perlu kita memastikan


bahwa sikap kita dan cara pandang kita tidak akan
menjadi penghalang untuk mencapai tujuan bersama itu.
Pertama-tama renungkanlah metode yang Anda
gunakan sebagai orang tua maupun guru untuk
menegakkan disiplin anak-anak Anda. Apakah cara
Anda mendidik mereka tidak terlalu keras? Ingat bahwa
anak-anak adalah peniru yang baik, mereka akan
mereplikasi apapun yang mereka lihat, dengar, rasakan
dan alami. Jika Anda perlakukan mereka dengan keras,
Anda pun akan mencetak anak-anak berkepribadian
keras. Dan kemungkinan besar mereka akan
mempraktekkannya dalam situasi bullying.
Kedua, apakah sejauh ini Anda masih
berpandangan bahwa apa yang dinamakan bullying itu
fenomena wajar yang patut dibiarkan saja bahkan harus
dibina sebagai sarana pembentukan karakter anak?
Harap Anda tidak salah artikan cara-cara keras sebagai
pendekatan atau sarana mencetak pribadi yang tegar.
Kekerasan akan melahirkan kekerasan, bukan ketegaran.
Bagaimana sikap sebagai pendidik atau kepala
sekolah terhadap MOS? Apa yang sudah atau akan

1
KILL BULLYING

Anda lakukan untuk memastikan acara tahunan itu tidak


menjadi ajang bullying besar-besaran di sekolah Anda?
Ketegasan Andalah yang akan menjadi kunci
mengembalikan MOS ke posisinya yang benar: sebagai
ajang persahabatan dan silaturahmi antar siswa bukan
sebaliknya, arena penghancuran kepribadian siswa.
Akhirnya, bagaimanakah Anda dimata anak dan
siswa-siswi Anda? Berapa sering atau berapa banyak
anak atau siswa yang minta waktu untuk mencurahkan
rasa dan minta solusi untuk menangani persoalan
mereka? Dan jika mereka datang pada Anda, apakah
Anda selalu menyediakan waktu untuk mereka? Jika
Anda mampu menumbuhkan kepercayaan anak-anak
pada Anda dan meniadakan jarak di antara mereka dan
Anda, itu modal dasar untuk memerangi bullying di
sekolah dan lingkungan Anda. Anda hanya bisa
melakukannya apabila Anda bisa menegaskan kesan
bahwa anak-anak tidak perlu merasa sendirian di kala
menghadapi masalah karena ada Anda sebagai orang
dewasa yang senantiasa siap membantu mereka.

1
KILL BULLYING

Setelah program Anda terlaksanakan, bagaimana


Anda bisa menentukan langkah tahap demi tahap serta
bagaimana keberhasilan dan tantangannya ?

“Teman Sebaya, bersama menghentikan


Bullying dan Kekerasan di Sekolah”

.
+

1
KILL BULLYING

DAFTAR PUSTAKA
Gini, G. (2006). Social cognition and moral cognition in
bullying: What’s wrong?. Aggressive Behavior, 32,
528-539.
Huitsing, G., & Veenstra, R. (2012). Bullying in schools:
Participant roles from a social network perspective.
Aggressive Behavior, 38, 494–509.
Lai SL, Renmin Ye, Kuo-Pao Chang. (2008). Bullying in
Middle Schools: An Asian-Pacific Regional Study,
Asia Pacific Education Review. Vol. 9, No.4, 503-515.
Meilinda, E. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dan
konformitas terhadap intensi merokok pada remaja di
SMK Istiqomah Muhammadiyah 4 Samarinda.
eJournal Psikologi, 1 (1)
Nusantara, A. (2008). Bullying: Mengatasi kekerasan di sekolah
dan lingkungan. Jakarta: PT. Grasindo.
Nahla Mansour Al-Ali and Khulood K. Shattnawi, (2017)
Bullying in School, Submitted: October 19th 2017
Reviewed: February 20th 2018 Published: March 21st
2018. diakses 17 Maret 2017.
Sejiwa (2008) Bullying, mengatasi kekerasan Di sekolah dan
lingkungan sekitar anak. Jakarta:Gramedia
Widayanti, C.G. (2009). Fenomena Bullying di sekolah dasar di
Semarang. Jurnal Psikologi Undip, 5 (2), hlm. 1-13
Wiyani, N.A. (2012). Save our Children from School Bullying.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Budhi, Setia. (1996). Transformasi politik agraria:: Kasus petani
Madura dan pembangunan waduk Nipah Kabupaten
Sampang (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Budhi, Setia. (2015). Bugis Pagatan: Migration, Adaptation and
Identity. IOSR Journal Of Humanities And Social
Science (IOSR-JHSS), 20(5), 71-78.
Budhi, Setia. (2018). Rain, River and Religion A Study of
Negotiating Identity of Bakumpai People in

1
KILL BULLYING

Kalimantan, Indonesia. Australian Journal of Basic and


Applied Sciences, 12(9), 26-30.
Budhi, Setia. (2018). Two Window and One Rivers The
Possibility of Dayak Meratus People in Capitalist
Society. Australian Journal of Basic and Applied
Sciences, 12(8), 90-93.
Budhi, Setia. (2017). Gerakan Oposisi Orang Banjar. Komojoyo
Press. Yogyakarta
Budhi, Setia. (2020). Rethinking Dayak Identity. Komojoyo
Press. Yogyakarta
Budhi, Setia. Bakumpai People, Religion And Identity An
Regional Autonomy Study Of Communal Identity In
South Kalimantan.
Budhi, Setia. Siraung Bini dan Tanggui Bini, Selayang Pandang
Perempuan Melayu di Kampung Muara Kuin
Banjarmasin dan Kampong Ayer Brunei Darussalam.
Siraung Bini dan Tanggui Bini, SelayangPandang
Perempuan Melayu di Kampung Muara Kuin
Banjarmasin dan Kampong Ayer Brunei Darussalam.
Pambudi, S., Budhi, S., & Jamaluddin, J. (2019). EFFECT OF
PROLIFERATION AREA District And Infrastructure
Development On Public Service Teweh Baru, District
In North Barito, Indonesia. European Journal of
Political Science Studies.
Rusman, R., Budhi, S., & Jamaluddin, J. (2020). Effectiveness
Of The Village Fund Allocation Management (Add) In
Rural Development Of Bintang Ninggi Ii District South
Teweh, North Barito Regency, IndonesiA. European
Journal of Economic and Financial Research.
Mujiburrahman, M., Suryadi, B., & Budhi, S. (2019). Public
Information Disclosure Policy Implementation In
Department Of Information And Communication
Coding In North Barito District, Central Kalimantan
Province, Indonesia. European Journal of Political
Science Studies.

1
KILL BULLYING

BIODATA PENULIS

I am a senior lecturer in
Anthropology and
Sociology. Research
specialists in
ethnography, especially
Dayak Ethnography in
South Kalimantan,
Central Kalimantan, and
East Kalimantan. He
does a lot of ethnic
studies. I completed his
Ph.D. in 2010 at UKM
Malaysia under supervisor Prof. Dr. Awang Hasmadi
Awang Moeis and Prof. Dr. Aishah Bt Mohamed. Now
serves as Head of Sociology Department, member of the
Indonesian Anthropology Association of South
Kalimantan-Indonesia
I am a well-experienced CSR manager
specializing in the areas of CSR management,
indigenous people group advocacy, social mapping, and
conflict resolution. I am well-experienced in and highly
knowledgeable of proper documentation compiling (the
Department of Living Environment and Forestry), PPM
document compiling (the Ministry of Energy and
Mineral Resource), and Social Welfare CSR (Social
Ministry). My occupational orientation is the
management of corporate social and economic impacts
on the environment.

1
KILL BULLYING

A. Achievements

1. Manager of Adaro Foundation in CSR project of


economic, social, cultural, educational, and health
orientations - (2009-2012),
2. Project Manager of Social Empowerment for
Small and Medium Enterprises - Part-Time - (2009-
2015)
3. CSR Consultant of Sebuku Group for the social
empowerment project of the mining circle society,
which is oriented to economic and environmental
empowerment.
4. Lecturer and Researcher in Social and Political
Sciences Faculty Universitas Lambung Mangkurat
for more 30 years.

B. Education

1. Bachelor Degree - Graduated from the Faculty of


Social and Political Sciences of Lambung
Mangkurat University, Banjarmasin,
2. Master Degree - Graduated from the Department of
Master of Science of the Faculty of Social and
Political Sciences of Gadjah Mada University,
Yogyakarta, and
3. Doctoral Degree - Graduated from Doctoral
Program in Philosophy (Ph. D.) of FSSK National
University, Malaysia in 2013.

1
KILL BULLYING:
HENTIKAN KEKERASAN
DI SEKOLAH
Bullying tampil dalam berbagai ragam,
antara lain bentuk non fisik seperti ejekan, tapi
juga dapat muncul sebagai aksi fisik. Kasus
kematian banyak juga terjadi karena kekerasan
fisik yang bermula dan aksi bullying. Tetapi
kematian dan bunuh diri hanyalah sedikit contoh
dan akibat bullying. Lebih banyak lagi anak-
anak dan remaja korban bullying yang terus
hidup dan tidak nekat mengakhiri hidupnya,
namun tumbuh dewasa menjadi orang-orang
berkepribadian rapuh, mudah marah dan tidak
percaya din.
Buku ini bertujuan mengenalkan bullying
dan cara-cara penanganannya. Namun hasil
akhirnya tergantung Anda sendiri. Dengan tekad
dan kasih sayang kita pada anak-anak kita,
niscaya kita bisa menyelamatkan mereka. Kita
akan bisa menyelamatkan generasi penerus kita.

SETIA BUDHI, PhD

ISBN: 978-623-91281-3-5

Anda mungkin juga menyukai