Anda di halaman 1dari 17

NARKOTIKA

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Narkotika ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.
Makalah Narkotika ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari
bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami
selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah Narkotika ini masih ada hal-hal
yang belum sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang
digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala
kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah Narkotika ini dapat memberikan
manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga
dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkotika............................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Narkotika............................................................................... 4
C. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika.......................................... 5
D. Dampak Penggunaan Narkotika.............................................................. 6
E. Narkotika Sebagai Masalah Sosial........................................................... 7
F. Penanggulangan Masalah Narkotika........................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aset terpenting dalam pembangunan masyarakat menuju
kesejahteraan adalah sumber daya manusia. Bahwa dalam pendekatan untuk
peningkatan taraf hidup masyarakat, faktor manusia tidak diperlakukan
sebagai objek atau faktor produksi yang pasif, akan tetapi sebagai subjek dan
aktor yang aktif menentukan keseluruhan proses pembangunan tersebut.
Partisipasi yang nyata dan aktif seluruh warga masyarakat dalam keseluruhan
tahap dan prosesnya menjadi poin utama pendayagunaan sumber-sumber daya
yang ada dalam rangka pemenuhan kebutuhan guna peningkatan taraf hidup
masyarakat.
Nilai strategis sumber daya manusia tidak semata-mata terletak pada
segi jumlah atau kuantitas, melainkan juga kuantitas. Sehubungan dengan hal
itu, sebagai sumber daya manusia, warga masyarakat penyandang masalah
penyalahgunaan dan kecanduan narkotika tidak dapat diharapkan tampil
dalam kapasitas yang maksimal. Penurunan kemampuan fisik, kesadaran,
maupun mental menjadi alasan terbesar ketidakmaksimalan kapasitas para
penyalahgunaan dan pecandu narkotika. Potensi yang mereka miliki tidak
diaktualisasikan secara optimal dalam proses yang sedang berjalan.
Efek narkotika dalam level individu tersebut akan berubah menjadi
efek dalam level masyarakat termasuk sistemnya karena para pengguna dan
pecandu narkotika tersebut merupakan bagian dari masyarakat. Efek itulah
yang kemudian menjadi masalah sosial dalam masyarakat. Bahkan dalam
kondisi yang lebih parah, penyandang masalah tersebut bukan hanya tidak
optimal sumbangannya terhadap proses yang sedang berlangsung (on-going
process), tetapi dapat menjadi beban dan bersifat counter productive.
Oleh karena itu, perlu penanganan dan penanggulangan masalah
narkotika, sistem yang berjalan serta mengakar di dalamnya, juga masalah-
masalah sosial yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika secara serius

1
2

dan terus menerus, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Karena


para pengguna, penyalahgunaan, pengedar, maupun pecandu narkotika pada
dasarnya ada di tengah masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian narkotika?
2. Apa saja yang termasuk jenis-jenis narkotika?
3. Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan narkotika?
4. Bagaimana dampak penggunaan narkotika?
5. Mengapa narkotika disebut sebagai masalah sosial?
6. Bagaimana cara penanggulangan masalah narkotika?

C. Tujuan
1. Agar siswa memahami pengertian narkotika.
2. Agar siswa mengetahui jenis-jenis narkotika.
3. Agar siswa mengetahui faktor penyebab penyalahgunaan narkotika.
4. Agar siswa mengetahui dampak penggunaan narkotika.
5. Agar siswa mengetahui bahwa narkotika adalah masalah sosial.
6. Agar siswa mengetahui cara penanggulangan narkotika.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk sosialisasi tentang bahayanya
narkotika bagi masyarakat serta dapat merugikan diri sendiri, keluarga, dan
orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkotika
Narkotika pada dasarnya adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman/sintesis yang jika dimakan, diminum, dihisap, atau dimasukkan
(disuntikkan) ke dalam tubuh manusia dapat menurunkan kesadaran dan
menimbulkan ketergantungan karena mengandung bahan-bahan kimiawi yang
berpengaruh dan berefek pada struktur dan organisme tubuh. Menurut pasal 1
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika, jenis-jenis zat yang
termasuk narkotika adalah:
1. Tanaman papaver adalah tanaman papaver somniferum L, termasuk biji,
buah dan jeraminya.
2. Opium mentah adalah getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah
tanaman papaver somniferum L yang hanya mengalami pengolahan
sekedar untuk pembungkusan dan pengangkutan tanpa memperhatikan
kadar morfinanya.
3. Opium masak
a. Candu, yakni hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan, khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan
peragian, dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan
maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan;
b. Jicing, yakni sisa-sisa dari candu setelah diisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain;
c. Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Opium obat adalah opium mentah yang telah mengalami pengolahan
sehingga sesuai untuk pengobatan, baik dalam bentuk bubuk atau dalam
bentuk lain, atau dicampur dengan zat-zat netral sesuai dengan syarat
farmakope.

3
4

5. Morfina adalah alkaloida utama dari opium, dengan rumus kimia


C17H19NO3.
6. Tanaman koka adalah tanaman dari semua genus erythroxylon dari
keluarga erythroxylaceae.
7. Daun koka adalah daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dari semua tanaman genus erythroxylon dari keluarga
erythroxylaceae, yang menghasilkan kokaina secara langsung atau melalui
perubahan kimia.
8. Kokaina mentah adalah semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka
yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
9. Kokaina adalah metil ester 1-bensoil ekgonina dengan rumus kimia
C17H21NO4.
10. Ekgonina adalah 1-ekgonina dengan rumus kimia C9H15NO3H20 dan
ester serta turunan-turunannya yang dapat diubah menjadi ekgonina dan
kokaina.
11. Tanaman ganja adalah semua bagian dari semua tanaman genus cannabis,
termasuk biji dan buahnya.
12. Damar ganja adalah damar yang diambil dari tanaman ganja, termasuk
hasil pengolahannya, yang menggunakan damar sebagai bahan dasar.

B. Jenis-Jenis Narkotika
Jenis-jenis narkotika juga bisa digolongkan dari potensi
ketergantungan yang ditimbulkan, antara lain:
1. Narkotika Golongan I
Narkotika pada golongan I ini berpotensi sangat tinggi dapat
menyebabkan ketergantungan, sehingga tidak digunakan untuk terapi
kesehatan. Contohnya adalah heroin, kokain, dan ganja.
2. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II merupakan jenis narkotika yang tingkat
ketergantungannya tinggi. Namun, biasanya narkotika jenis ini digunakan
5

sebagai pilihan terakhir untuk alat terapi kesehatan. Contohnya antara lain
morfin, petidin, dan metadon.
3. Narkotika Golongan III
Berbeda dengan narkotika golongan I dan II, narkotika golongan
III mempunyai tingkat ketergantungan yang rendah, dan biasanya
digunakan untuk terapi kesehatan. Contohnya yaitu kodein.

C. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika


Banyak faktor penyebab yang membuat seseorang untuk terjerumus
dalam penyalahgunaan narkotika, bisa faktor lingkungan sosial, kepribadian
dan juga bisa dengan faktor dalam keluarga, terkadang banyak dari individu
yang tidak bisa mengatasi masalahnya sehingga individu tersebut malah
menggunakan narkotika sebagai cara untuk bisa mengatasi semua yang sedang
dihadapi. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang yang sejenis
erat kaitannya dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi dan
akibat yang ingin dicapai.
Secara sosiologis, penyalahgunaan narkotika oleh masyarakat
merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan/pengalaman
sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial.
Secara subjektif individu, penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja
sebagai salah satu akselerasi upaya individu/ subyek agar dapat mengungkap
dan menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan dalam kehidupan
keluarga yang hakikatnya menjadi kebutuhan primer dan fundamental bagi
setiap individu, terutama bagi anak remaja yang sedang tumbuh dan
berkembang dalam segala aspek kehidupannya.
Secara obyektif penyalahgunaan narkotika merupakan visualisasi dari
proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat
menghambat pertumbuhan yang sehat. Secara universal penyalahgunaan
narkotika dan zat-zat lain yang sejenisnya merupakan perbuatan destruktif
dengan efek-efek negatifnya. Seorang yang menderita ketagihan atau
ketergantungan pada narkotika akan merugikan dirinya sendiri, juga merusak
6

kehidupan masyarakat. Sebab secara sosiologis, mereka mengganggu


masyarakat dengan perbuatan-perbuatan kekerasan, acuh tak acuh, gangguan
lalu lintas, dan kriminalitas lainnya.
Bahaya penyalahgunaan narkotika benar-benar sangat merugikan
masyarakat terutama bagi pemakainya sendiri, sedangkan yang terjadi pada
masyarakat Indonesia, penyalahgunaan narkotika tidak hanya di kalangan tua,
dewasa saja. Dalam kenyataan kaum remaja juga sudah banyak terseret dalam
dunia destruktif yakni penyalahgunaan narkotika.

D. Dampak Penggunaan Narkotika


Efek dari penggunaan narkotika antara lain mampu mengubah suasana
hati penggunanya. Pada umumnya, suasana hati yang ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
1. Rasa gelisah, gugup, curiga, merasa dikejar-kejar, dan mudah tersinggung.
2. Pelupa, pikiran kabur, acuh tak acuh, dan tertekan.
3. Apatis, putus asa, pendiam, bingung, dan menyendiri.
4. Sinis, pesimis, dan muram.
Dalam proses yang lebih lanjut, penyalahgunaan penggunaan narkotika
akan mengakibatkan kecanduan bagi pemakainya. Penggunaan yang
berlebihan menjadi tidak berdaya secara fisik maupun mental. Secara fisik
karena tidak bisa melepaskan diri dari pemakaian narkotika dan merasa
tersiksa jika tidak memakai narkotika dalam jangka waktu tertentu. Secara
mental karena selalu terdorong oleh hasrat dan nafsu yang besar untuk terus
menggunakan narkotika disebabkan oleh karena sifat candu narkotika itu
sendiri /zat adiktif.
Daya tarik narkotika terletak pada kesanggupan untuk menciptakan
perasaan nyaman karena dapat menghilangkan rasa takut, ketegangan, dan
kegugupan secara semu. Dalam keadaan tinggi, ditemukan perasaan di luar
kenyataan, seperti mimpi. Apabila daya kerja narkotika mulai habis, perasaan
tinggi mulai hilang, timbul berbagai macam gejala, seperti menguap-nguap,
7

menggigil, berkeringat, hidung dan mata basah, otot dan perut sakit, mual,
kemudian muncul halusinasi dan khayalan.
Ketika si pemakai sudah kecanduan, maka secara fisik maupun mental
ia sangat bergantung pada pemenuhan kebutuhan akan narkotika, dan dosis
yang dipakai akan terus bertambah, sehingga daya tahan tubuh akan terus
berkurang. Dan puncaknya, pemakaian narkotika terlalu banyak melampaui
dosis normal/terlalu tinggi yang tidak bisa diproses tubuh karena daya tahan
tubuh turun secara drastis (overdosis) bisa menyebabkan kematian pada si
pemakai.

E. Narkotika Sebagai Masalah Sosial


Dalam banyak hal, penggunaan narkotika memang berkaitan dengan
kultur masyarakat di samping perkembangan sosial ekonominya. Sebagai
ilustrasi, rata-rata keluarga di Amerika Serikat menyimpan sekitar 30 jenis
obat-obatan yang termasuk dalam jenis narkotika di dalam lemari obat dan
sejumlah minuman beralkohol di lemari minuman. Permasalahannya
kemudian dapat berakibat pada kebiasaan kecanduan jangka panjang bersifat
merugikan baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Penyalahgunaan dan
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan seseorang tidak berdaya, di
mana zat adiktif yang terkandung dalam narkotika tersebut akan
mengendalikan orang yang bersangkutan, membuatnya berpikir dan bertindak
secara tidak konsisten dengan nilai-nilai kepribadiannya dan mendorong orang
tersebut menjadi semakin kompulsif dan obsesif. Dampak lainnya adalah si
pecandu akan berkurang; kontaknya dengan diri sendiri, dengan orang lain,
dan dunia sekitar. Hal ini selain karena efek dari penggunaan narkoba yang
mempengaruhi suasana hati, juga proses pemakaiannya yang sudah pasti
sembunyi-sembunyi dari publik atau dengan kalangan tertentu sesama
pecandu saja.
Ada perbedaan interpretasi terhadap bentuk penggunaan narkotika,
sehingga kemudian mengakibatkan perbedaan label yang diberikan. Perbedaan
interpretasi tersebut disebabkan oleh perbedaan referensi yang digunakan,
8

perbedaan kepentingan dan perbedaan konstelasi sosial ekonomi politik. Label


“deviasi” pada narkotika biasanya diberikan atas reaksi penolakan (social
reaction) pada obat tersebut. Namun bisa saja golongan masyarakat lain
memberikan label yang berbeda. Semisal pada kasus mariyuana yang terjadi di
Amerika Serikat, pemberian legitimasi bagi pengguna jenis obat tersebut
berhubungan langsung dengan jumlah pemakai yang merupakan anak-anak
lapisan menengah dan atas. Sebaliknya, pemberian label sebagai devian bagi
pemakai jenis obat tertentu yang biasa dilakukan lapisan bawah yang diikuti
kebijakan represif dapat menciptakan siklus counter productive bagi legalitas
dan aktivitas kriminal.
Tendensi ke arah deviasi akan lebih kuat apabila tumbuh kesan dan
perasaan diperlakukan tidak adil. Selain dengan menggunakan perspektif
labeling, sumber masalah narkotika dapat dilihat dari sudut sistem yang luas.
Masalah penyalahgunaan narkotika dipandang sebagai dampak dari sistem
yang kurang memberi peluang, sarana, dan saluran bagi masyarakat guna
memenuhi berbagai aspirasi dan kebutuhannya. Sebagaimana diketahui,
masalah sosial dapat terjadi akibat tidak adanya keseimbangan antara
kebutuhan dan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan. Jadi jika sistem yang
berlaku kurang berhasil mengalokasikan sumber-sumber yang ada, maka akan
muncul masalah sosial.
Variasi kebutuhan seperti kebutuhan fisik (penopang hidup), rasa
aman, dukungan kelompok, harga diri, memperoleh penghargaan, dan
aktualisasi diri. Tujuan pembangunan yang meliputi perbaikan hal-hal yang
berkaitan dengan penopang hidup, harga diri, dan kebebasan dari penindasan,
ketidakacuhan, kesengsaraan, kemelaratan, dapat memperjelas hal ini. Dengan
tidak tertampungnya aspirasi dan tidak terpenuhinya kebutuhan melalui sistem
yang ada, maka dapat menyebabkan kehidupan di dalam sistem terasa
menyesakkan dan mendorong mereka yang tidak puas atau kecewa mencari
alternatif pemenuhan lain atau sekedar pelarian dengan cara-cara di luar
sistem. Dan salah satu alternatif yang sering dirasa paling manjur antara lain
adalah pemakaian narkotika. Karena seperti yang sudah dijelaskan
9

sebelumnya, efek pemakaian narkotika bisa mengubah suasana hati menjadi


pelupa. Media narkotika menjadi efektif untuk melupakan kekecewaan hidup
dan untuk merasakan sensasi lain atas ketidakpuasan dari kesalahan sistem.
Kepincangan sistem juga akan berakibat pada lemahnya penanganan
represif narkotika dan masalah sosial yang ditimbulkannya, sebab
kepincangan sistem juga berarti tidak berfungsinya lagi norma-norma sosial
yang ada secara optimal. Institusi kontrol dan pengendalian sosial hanya
sekedar formalitasi, sehingga sudah tidak lagi relevan menghadapi masalah-
masalah sosial yang muncul. Para pengguna dan pecandu cenderung
mengabaikan aturan-aturan yang berlaku karena kesadaran mereka menurun
drastis dalam pengaruh pemakaian narkotika. Mereka bersikap apatis atas
norma-norma yang ada, sehingga memunculkan banyak tindak kriminalitas
seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan,
perusakan, dan sebagainya yang tentu berefek buruk pada masyarakat luas.
Kebutuhan akan rasa aman dan kebebasan atas penindasan semakin
sulit untuk terpenuhi. Warga masyarakat resah akan eksistensi narkotika
(dalam sistem yang meliputi baik pengolahan, peredaran, penyalahgunaan, dan
dampak dari penyalahgunaan narkotika tersebut) karena mengancam
eksistensi atas norma-norma yang berlaku dan tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan pokok mereka untuk bisa menjalani kehidupan secara normal. Hal
ini juga berhubungan erat dengan kelangsungan hidup generasi mendatang
yang semakin rentan terhadap jerat narkotika, sehingga pembangunan
kesejahteraan masyarakat menuju negara dan bangsa yang utuh akan semakin
terganggu disebabkan kualitas sumber daya manusianya yang semakin
menurun.
Menelaah lebih khusus lagi masalah kecenderungan tindak kejahatan
pemakai narkotika bisa dilihat dari perspektif hukum yang dikenal dengan
istilah concurus realis. Concurus realis berarti melakukan lebih dari satu
tindak pidana. Istilah tersebut tepat untuk menggolongkan suatu gejala
patologi sosial yang menggejala pada masyarakat yang semakin terbawa arus
globalisasi dan modernisasi belakangan ini. Gejala concurus realis tersebut
10

jelas menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika dan pemakainya bukan


masalah atau bahaya yang berdiri sendiri, tetapi secara tidak langsung ia
merupakan masalah yang sangat potensial bagi munculnya masalah lain yaitu
perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh para pemakai narkotika tersebut.
Dengan melihat berbagai latar belakang yang sudah disebutkan
sebelumnya, individu mulai terlibat dalam pengonsumsian narkotika. Pada
mula-mulanya individu tersebut hanya mencoba-coba atau iseng karena
mungkin tekanan dari luar ataupun dorongan pribadi atas segala masalah
hidupnya di dalam masyarakat modern yang makin lama berkembang semakin
kompleks. Perasaan khusus yang ia rasakan setelah mengonsumsi narkotika
tersebut memberinya efek menyenangkan. Dari sinilah muncul proses belajar
yang mengikuti prinsip the law of effect; artinya sesuatu yang memberi akibat
menyenangkan cenderung dilakukan berulang-ulang.
Kecanduan adalah istilah dalam narkotika untuk menggambarkan
prinsip tersebut. Individu akan sulit melepaskan diri dari narkotika jika sudah
pada taraf kecanduan, karena jika tuntutan pemakaian narkotika tidak dipenuhi
maka individu tersebut akan mengalami penderitaan fisik semisal berkeringat
dingin, menggigil, jantung berdebar-debar, bahkan sakaw. Kebutuhan akan
narkotika dalam situasi demikian akan membuat individu tersebut
menggunakan segala jenis cara untuk mendapatkan narkotika walaupun harus
melanggar norma-norma yang berlaku, asalkan bisa memperoleh uang untuk
membeli barang haram tersebut. Maka maraklah pencurian, penipuan,
perampokan, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Perilaku tersebut
biasanya bukan hanya karena pengaruh internal individu saja, tapi juga doktrin
norma-norma menyimpang yang berkembang dan ditularkan oleh individu-
individu lain yang dekat dengan si pemakai tersebut (peer group, teman
sebaya, dan sebagainya).
Beberapa penjelasan tentang dampak serta efek negatif
penyalahgunaan narkotika pada kehidupan sosial masyarakat secara umum di
atas menjadi benang merah hubungan narkotika dan masalah sosial. Ketika
narkotika dikonsumsi oleh individu atau sekelompok golongan tertentu yang
11

tidak berdampak meluas kepada masyarakat atau digunakan untuk


kepentingan legal semisal untuk kesehatan ataupun ilmu pengetahuan, maka
masalah narkotika tersebut belum menjadi sebuah masalah sosial. Tetapi
realitas yang terjadi adalah dampak penggunaan narkotika secara luar biasa
meluas ke berbagai lapisan masyarakat dari yang terendah sampai yang
tertinggi. Maka dari itu, narkotika digolongkan sebagai suatu masalah sosial.

F. Penanggulangan Masalah Narkotika


Penanggulangan penyalahgunaan narkotika di kalangan masyarakat
dilakukan sedini mungkin melalui tindakan yang bijaksana setelah mengetahui
sebab-sebab penyalahgunaan narkotika yang sebagian besar adalah kaum
remaja. Di samping itu perlu diungkapkan sebab-sebab munculnya para
pengedar serta beberapa sebab yang erat kaitannya dengan bidang sosial,
ekonomi, kultural dan mental. Secara global upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkotika dalam kalangan masyarakat dapat dilakukan secara
moralistic dan abolisionistik,
1. Cara moralistic
Dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkotik adalah
menitikberatkan pada pembinaan moral dan membina kekukuhan mental
masyarakat, juga membina mental dan moral seorang anak remaja. Dengan
pembinaan moral baik masyarakat lebih-lebih anak remaja tidak mudah
terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika. Nilai-nilai moral akan
mampu menggagalkan, setiap orang bermoral dengan sendirinya akan
menjauhkan dirinya dari bahayanya narkotika. Dengan pembinaan agama
yang sebaik-baiknya berarti masyarakat dan anak remaja akan memiliki
kekuatan mental yang kokoh sehingga tidak mudah melanggar hukum baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang berarti pula tidak akan menggunakan
narkotika dan obat-obatan yang sejenis secara ilegal.
2. Cara abolisionistik
Dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh
masyarakat dan kaum remaja adalah dengan berusaha memberantas,
12

menanggulangi kejahatan dengan memberantas sebab musababnya


umpamanya kita ketahui bahwa faktor-faktor tekanan ekonomi
(kemelaratan) merupakan salah satu faktor penyebab kejahatan maka
usaha untuk mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan yang
disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik.
Menanggulangi penyalahgunaan narkotika tidak jauh berbeda dengan
upaya penanggulangan kejahatan pada umumnya. Cara moralistic dan
abolisionistik dapat dilaksanakan secara bersama-sama akan tetapi dapat pula
digunakan salah satu dari keduanya. Penggunaan dengan cara-cara yang ada
hendaknya memperhatikan kondisi-kondisi yang paling memadai untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Masalah narkotika berada dalam ruang lingkup yang cukup luas di
masyarakat karena pengaruhnya sampai ke berbagai lapisan masyarakat.
Ruang lingkup pengaruh yang luas dan serba rumit (multi-kompleks) ini tidak
bisa ditanggulangi hanya dari satu pihak saja melainkan oleh semua pihak
yang berkepentingan secara bersama-sama dan serius. Kesadaran tentang
adanya kesatuan kepentingan, kesatuan pandangan, dan kesatuan tujuan inilah
yang perlu diwujudkan dan dijadikan landasan utama serta pendorong yang
ampuh dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan narkotika. Dan
mengingat kompleksnya masalah ini, maka pola penanganannya harus lebih
ditekankan pada tindakan pencegahan (preventif) di samping juga pada
tindakan pengobatan dan rehabilitasi (represif).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkotika pada dasarnya adalah zat/obat yang berasal dari
tanaman/sintesis yang jika dimakan, diminum, dihisap, atau dimasukkan
(disuntikkan) ke dalam tubuh manusia dapat menurunkan kesadaran dan
menimbulkan ketergantungan karena mengandung bahan-bahan kimiawi yang
berpengaruh dan berefek pada struktur dan organisme tubuh. Efek dari
penggunaan narkotika antara lain mampu mengubah suasana hati
penggunanya dan bisa menyebabkan kecanduan dan ketergantungan. Jenis-
jenisnya antara lain: heroin, kokain, dan ganja, morfin, petidin, dan metadon,
dan kodein. Ketika narkotika dikonsumsi oleh individu atau sekelompok
golongan tertentu yang tidak berdampak meluas kepada masyarakat atau
digunakan untuk kepentingan legal semisal untuk kesehatan ataupun ilmu
pengetahuan, maka masalah narkotika tersebut belum menjadi sebuah masalah
sosial. Tetapi relita yang terjadi adalah dampak penggunaan narkotika secara
luar biasa meluas ke berbagai lapisan masyarakat dari yang terendah sampai
yang tertinggi. Dampaknya antara lain menimbulkan kriminalitas dan
kejahatan, semisal pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan
lain-lain. Maka dari itu, narkotika digolongkan sebagai suatu masalah sosial

B. Saran
Demi keefektifan penanggulangan narkotika, seluruh komponen
masyarakat harus ikut berperan serta dalam kesatuan pandangan, kesatuan
aksi, dan kesatuan, sehingga secara langsung maupun tidak pembangunan
kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara bisa tumbuh secara optimal

13
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan S., Rachman. (1985). Penyalahgunaan Narkotika oleh Para Remaja:


Suatu Pendekatan terhadap Masalah dan Usaha-Usaha
Penanggulangannya. Bandung: Penerbit Alumni.

Irwanto dan Yatim. (1986). Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan


Sosial-Psikologis. Jakarta: Penerbit Arcan.

Soetomo. (2008). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Sudarsono. (1991). Kenakalan Remaja: Remaja dan Narkotika. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai