Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Initial Public Offering (IPO) dapat menjadi salah satu cara alternatif dari perusahaan
untuk memperoleh tambahan dana atau modal dari masyarakat. IPO merupakan penawaran
saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Pasar perdana
merupakan pasar dimana terjadi pembelian saham dari perusahaan (emiten) oleh investor
untuk pertama kalinya (Hartono dan Ali, 2002). Investor dapat berinvestasi di pasar modal
sebagai salah satu alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan tingkat
risiko yang dapat diperhitungkan. Salah satu faktor yang mendorong investor untuk
berinvestasi di pasar modal adalah untuk memperoleh capital gain. Menurut Darmadji dan
Fakhruddin (2006: 12) capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Penelitian dalam bidang akuntansi atau keuangan juga menunjukan munculnya fenomena
yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry) di antara pelaku pasar
(Adhivinna dan Susanto, 2003).

Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi ketika salah satu pihak dari suatu
transaksi memiliki lebih banyak atau lebih baik informasi dibandingkan pihak lainnya.
Asimetri informasi dianggap sebagai salah satu hal yang dapat menyebabkan underpricing
pada penawaran saham perdana. Underpricing berarti bahwa penentuan harga saham di pasar
perdana lebih rendah dibanding harga saham di pasar sekunder untuk saham yang sama.
Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara
perusahaan emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan
emiten. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 47)

Penjamin emisi efek merupakan perusahaan sekuritas yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan emiten tersebut. Kontrak
tersebut memiliki sistem penjaminan dalam dua bentuk, yaitu: upaya terbaik (best effort),
berarti penjamin emisi hanya melakukan upaya sebaik-baiknya untuk menjual efek (menjual
sebatas yang laku), dan komitmen atau kesanggupan penuh (full commitment), berarti

1
penjamin emisi menjamin penjualan seluruh saham yang ditawarkan, bila ada yang tidak
terjual, maka penjamin emisilah yang membelinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Initial Public Offering (IPO)?
2. Apa tujuan Initial Public Offering (IPO)?
3. Apa pengertian Underpricing?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Initial Public Offering (IPO).
2. Untuk mengetahui tujuan Initial Public Offering (IPO).
3. Untuk mengetahui pengertian Underpricing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Initial Public Offering (IPO)

Adalah penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan oleh perusahaan yang
hendak go public dan juga merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan
hidup perusahaan publik (Almillia dan Silvy, 2003). Penawaran publik mengindikasikan
perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk
ekspansi atau untuk melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan kemungkinan
perusahaan privat yang sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi
perusahaan publik untuk mendanai investasinya.

Penawaran saham perdana merupakan salah satu cara efektif bagi perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya
perusahaan yang pada gilirannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dengan penawaran
umum perdana akan terjadi perubahan status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi
perusahaan terbuka dan memberikan konsekuensi tanggung jawab kepada pihak manajemen
untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai perusahaan publik, perusahaan akan selalu menjadi
perhatian masyarakat pemodal karena ada andil yang perlu dipertanggungjawabkan yakni
modal yang ditanamkan, sehingga peningkatan kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan
publik akan diharapkan oleh banyak pihak.

Setelah melakukan penawaran saham perdana perusahaan akan berubah status menjadi
perusahaan publik. Perubahan status ini membawa banyak konsekuensi lain, diantaranya
adanya kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan baik kepada investor, masyarakat,
maupun kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan
adanya tuntutan pemisahan antara pemilik dan manajemen. Dengan kata lain sebuah
perusahaan publik memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk mematuhi peraturan
pasar modal, sebagaimana yang diwajibkan dalam Keputusan menteri Keuangan No.
1548/KMK.013/1990 dalam Sunariyah (2003:41),

3
Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga  di pasar sekunder
ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Apabila penentuan harga
saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di
pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Sebaliknya apabila penentuan
harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi
di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi overpricing. IPO sepertinya menjadi salah satu
pilihan utama paling tepat bagi perusahaan privat untuk mendapatkan tambahan dana,
terutama untuk ekspansi usaha.

B. Tujuan Initial Public Offering (IPO)


1. Strategic Listing
Yaitu perusahaan melakukan IPO dengan tujuan utama mendapatkan status sebagai
perusahaan tercatat di bursa. Bagi beberapa sektor bisnis, status ini sangat penting karena
menunjukkan bahwa seolah-olah perusahaan mereka dapat di percaya, perusahaan mereka
memiliki tatakelola yang baik, perusahaan mereka juga diawasi oleh berbagai pihak,
informasi tentang perusahaan mereka tersedia di berbagai media dan lain-lain. Itu semua akan
mereka gunakan untuk mengembangkan bisnis, mendapatkan nasabah baru bahkan digunakan
untuk alasan prestise. Alasan ini tidak salah dan bahkan boleh-boleh saja asalkan setelah IPO
perusahaan yang diwakili oleh manajemen perusahaan tidak menganak-tirikan investor
minoritas.
2. Fund Raising
IPO juga bisa lakukan dengan tujuan utama mendapatkan dana murah dari pasar modal
karena tidak ada keharusan dan kepastian berapa keuntungan yang akan diperoleh investor
dengan membeli suatu saham. Sehingga, jika suatu perusahaan melakukan IPO hanya dengan
tujuan mendapatkan dana murah, maka mereka tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk
memberikan keuntungan yang memadai bagi para investor. Akibatnya, keuntungan
perusahaan tidak pernah tambah naik malah bahkan bisa jadi merugi setelah melakukan IPO.
IPO dengan tujuan utama seperti ini sangat merugikan investor, karena dana mereka tidak
dihargai dengan baik oleh perusahaan yang sahamnya mereka miliki.
3. Public Company

4
IPO dengan tujuan utama menjadi perusahaan publik adalah merupakan tujuan IPO
yang sesungguhnya. Suatu perusahaan yang ingin menjadi perusahaan publik, mereka akan
mendapat berbagai keuntungan, baik dari sisi prestise maupun dana. Tetapi, mereka harus
membuat perusahaan memiliki tatakelola yang bagus, perkembangan perusahaan yang baik
dan keuntungan yang tinggi serta peduli dengan kepentingan investor. Perusahaan yang IPO
dengan tujuan ini akan menjadikan para investor sebagai teman bisnis, dimana semua hak
mereka tidak akan ada yang diabaikan atau dihilangkan. Mengapa ada perusahaan yang IPO
dengan bersungguh-sungguh menjadi perusahaan publik? Pengalaman mengatakan bahwa
suatu perusahaan yang benar-benar menjadi perusahaan publik akan mendapat berbagai
keuntungan yaitu harga saham mereka dihargai lebih tinggi, saham mereka akan lebih likuid,
mudah mendapatkan pendanaan, kredibilitas perusahaan makin baik, bisnis mereka akan lebih
cepat berkembangnya. Itu semua akan mereka miliki karena semua investor diperlakukan
sebagai teman bisnis, sehingga para investor akan menjadi ujung tombak mereka, khususnya
dalam pembentukan brand image perusahaan.
C. Underpricing

Merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi saat perusahaan melakukan penawaran
umum perdana. Underpricing adalah keadaan dimana terjadi selisih positif antara harga
saham di pasar sekunder dibandingkan dengan harga saham pada saat penawaran umum
perdana. Selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar
primer disebut juga dengan initial return. Harga saham pada saat penawaran umum perdana
pada dasarnya ditetapkan atas kesepakatan antara underwriter dan emiten. Sedangkan harga
saham yang terbentuk di pasar sekunder didasari atas mekanisme pasar yaitu adanya
permintaan (demand) dan penawaran (suplay). Fenomena underpricing merupakan anomali
yang umum terjadi di pasar modal khususnya saat perusahaan melakukan penawaran umum
perdana.
Anomali terjadi karena adanya ketidak sempurnaan informasi yang dimiliki oleh emiten
dan underwriter (Risqi, 2013). Permasalahan tersebut yang menyebabkan ketidakpastian
dalam menetapkan nilai intrinsik saham dan permintaan saham. Ketidakpastian tersebut
merupakan sebuah risiko bagi underwriter karena kesalahanya dalam menetapkan harga
saham yang harus di pertangjawabkan.

5
Fenomena underpricing sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan
penawaran umum perdana. Dengan adanya underpricing berarti perusahaan tidak dapat
memperoleh pendanaan yang maksimal sedangkan bagi investor underpricing merupakan
suatu fenomena yang menguntungkan karena investor memperoleh initial retun. Untuk itu
perusahaan akan melakukan upaya sebisa mungkin untuk meminimalkan terjadinya
underpricing pada saat melakukan penawaran umum perdana. Adapun beberapa faktor yang
dapat meminimalkan tingkat underpricing, antara lain:
a. Reputasi Auditor
Auditor adalah pihak yang ditunjuk perusahaan dalam melakukan auditing atas
laporan baik keuangan maupun non keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Auditing
merupakan sebuah proses sistematik dalam memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif atas sebuah kegiatan, dengan tujuan menetapkan kesesuian antara pernyataan-
pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan yang kemudian hasil tersebut
disampaikan pada pihak yang berkepentingan. Auditor dituntut untuk objektif dan menjaga
independensinya sebaik mungkin saat melakukan audit perusahaan. Semakin objektif dan
independen maka auditor akan dipandang sebagai auditor yang memiliki reputasi tinggi.
Reputasi auditor yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan pihak yang berkepentingan
yang salah satunya adalah masyarakat.
b. Reputasi Underwriter
Underwriter merupakan pihak yang ditunjuk perusahaan untuk menjamin efek pada
saat melakukan penawaran umum perdana. Underwriter merupakan pihak yang memiliki
banyak informasi baik mengenai pasar, harga, serta waktu yang tepat untuk melakukan
penawaran umum perdana perusahaan, sehingga underwriter dapat menentukan besarnya
harga saham yang dapat menguntungan untuk kedua pihak baik perusahaan ataupun
underwriter sendiri. Adapun peran underwriter dalam perdagangan efek, sebagai berikut:
1) Penjamin emisi terjualnya efek yang diterbitkan oleh perushaan
2) Besarnya jaminan tergantung pada perjanjian yang telah dilakukan. Jika menggunakan
perjanjian full commitment, maka ketika saham yang dijamin tersebut tidak terjual
menjadi tanggung jawab underwriter. Jika menggunakan perjanjian best effort, ketika
saham tidak terjual maka underwriter tidak mengganti sisa saham yang tidak terjual
tersebut.

6
Underwriter sendiri berfungsi untuk membantu emiten dalam mememberi masukan
dalam bidang keuangan seperti jumlah efek, jenis efek, waktu pelaksanaan penawaran
umum perdana serta penetapan harga saham. Dalam menetapkan harga saham perusahaan
dan underwriter melakukan negoisasi harga saham. Dalam satu sisi perusahaan
menginginkan harga saham perdana yang tinggi, karena dengan harga saham yang tinggi
untuk memenuhi kebutuhan modal yang tinggi. Namun, disisi lain yaitu underwriter
memiliki risiko yang besar jika saham tersebut tidak habis terjual karena harga saham yang
terlalu tinggi.
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan sebuah kemampuan yang telah dicapai dalam satu periode,
sehingga tak jarang profitabilitas digunakan sebagai penilai kinerja dari suatu perusahaan.
Dasar yang digunakan untuk menilai profitabilitas adalah laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut maka investordapat menganalisis laporan keuangan
perusahaan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitain ini yaitu rasio Return on Asset dan Earning Per Share.
Rasio Return on Asset merupakan sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan laba dari aktiva yang dimilikinya. Rasio
Return on Aset memiliki nilai positif ketika total aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan dapat menghasilkan laba atau keuntungan untuk perusahaan. Sedangkan Rasio
Return on Aset dikatakan negative ketika total aktiva yang digunakan dalam operasi
perusahaan tidak mampu menghasilkan laba atau bahkan rugi. Dalam sudut pandang
investor, ketika rasio Return on Asset memiliki presentase yang cukup tinggi maka hal
tersebut merupakan signal positif. Artinya prospek perusahaan dimasa mendatang
kemungkinan dalam mencapai laba atas aset yang dimilikinya akan sama atau bahkan
lebih.
Salah satu rasio yang menjadi fokus utama bagi investor dalam menilai sutau
perusahaan adalah Earning Per Share. Rasio Earning Per Share adalah rasio yang
digunakan investor untuk mengetahui besarnya return yang didapatkan dalam satu lembar
saham yang dimiliki. Rasio Earning Per Share dapat diperoleh dengan cara membagi
antara laba bersih dengan rata- rata jumlah saham dasar beredar yang diterbitkan oleh
perusahaan. Semakin besar rasio Earning Per Share maka semakin besar juga return yang

7
didapatkan investor, sehingga tak jarang keputusan investasi seorang investor ditentukan
oleh besarnya laba atas satu lembar saham yang akan diterima investor.
d. Leverage
Hutang (leverage) merupakan seluruh kewajiban keuangan perusahan pada pihak-
pihak lainnya yang belum terpenuhi. Tingkat hutang perusahaan yang tinggi maka
perusahaan akan dianggap memiliki tingkat risiko yang besar. Analisis hutang perusahaan
dapat dilakukan dengan menghitung rasio Debt Equity Ratio (DER) dengan cara
membandingkan total hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi rasio DER maka tingkat
risiko perusahaan semakin tinggi dan hal tersebut membuat investor tidak dapat menilai
keadaan perusahaan dimasa mendatang yang akan membuat tingkat underpricing semakin
tinggi (Lismawati,2015).
e. Intellectual Capital Disclosure
Intellectual Capital Disclosure (ICD) merupakan sebuah pengungkapan informasi
yang bersifat modern. Model pengungkapan bisnis yang lama hanya menggunakan prinsip
yang berdasarkan pada relevansi dengan pengukuran sumber daya modal fisik. Seiring
berkembangnya teknologi, perusahaan mulai merubah cara bisnis yang pada mulanya
berdasarkan kepada tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan
(knowledge).
Intellectual Capital Disclosure (ICD) merupakan salah satu perubahan tersebut.
Intellectual Capital Disclosure (ICD) adalah pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan asset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan,
dengan adanya ICD perusahaan mengharapkan mampu memberikan kualitas laporan
keuangan lebih baik lagi. Laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi tentunya akan
meminimalkan ketidakpastian akan keadaan perusahaan di masa mendatang.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perusahaan yang melaksanakan IPO juga memiliki peningkatan kinerja secara keuangan
yang diukur dengan rasio keuangan. Dari 4 rasio keuangan yang digunakan, yaitu (ROA,
ROE, DER, CR) tercatat hanya pada rasio DER saja sebagian besar perusahaan mengalami
peningkatan nilai DER yang berarti mengalami penurunan secara kinerja. Jumlah hutang
perusahaan yang meningkat menjadi penyebab utama rasio DER mengalami penurunan
kinerja. Hal tersebut diduga karena perusahaan yang sudah go public tentu mempunyai
semacam kewajiban menjaga citra maupun reputasinya di mata kalangan masyarakat, salah
satu tindakan nyata untuk membangun reputasi yang baik adalah dengan melakukan ekspansi
perusahaan. Dana yang tidak sedikit tentu menjadi suatu hal yang lumrah apabila perusahaan
mengambil tindakan tersebut sehingga pengambilan hutang kepada pihak lain menjadi suatu
solusi untuk memperlancar tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai