Anda di halaman 1dari 59

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
PERSYARATAN TEKNIS UMUM

1.1. RUANG LINGKUP PROYEK


Nama Kegiatan : Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Drainase yang Terhubung Langsung dengan
Sungai dalam Daerah Kabupaten/Kota
Kode Kegiatan : 1.03.06.2.01
Sub Kegiatan : Pembangunan Sistem Drainase Lingkungan
Kode Sub Kegiatan : 1.03.06.2.01.12
Kode Rekening : 5.2.04.02.07.0003
Paket Pekerjaan : Pembangunan Saluran U-Ditch 120/150 dengan Cover Gandar 10 ton
(JL. DARMO INDAH SELATAN )
Lokasi : Kota Surabaya
Tahun Anggaran : 2022
Putaran : Tahap XIX (Sembilan Belas)

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Persiapan dan Sewa Direksi Keet
2 Uitzet Dengan Alat Ukur Optis
3 Pembuatan Bouwplank
4 Test Hole
5 Persiapan (Mobilisasi & Demobilisasi)

B PEKERJAAN TANAH
1 Penggalian Tanah dengan Alat Berat
2 Penggalian Tanah Manual
3 Pembongkaran Pasangan Lama
4 Pekerjaan cutting Aspal
5 Angkutan Tanah Keluar Proyek
6 Urugan Sirtu ( PADAT )
7 Pengankatan U-Ditch Existing

C PEKERJAAN SALURAN
U-Ditch 120 x 150
1 Pengadaan U-ditch 120.150.120 FC 30 MPa Pabrikan Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
2 Pengadaan Cover 146,15.120 FC 30 MPa Pabrikan, Gandar 15 Ton Mengacu Terhadap Gambar dan
Spesifikasi dari Dinas
U-Ditch 80 x 100
3 Pengadaan U-ditch 80.100.120 FC 30 MPa Pabrikan Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
4 Pengadaan Cover 100.13.120 FC 30 MPa Pabrikan, Gandar 15 Ton Mengacu Terhadap Gambar dan
Spesifikasi dari Dinas
U-Ditch 60 x 80
5 Pengadaan U-ditch 60 x 80 Grating Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
U-Ditch 150 x 150 Custom
6 Pengadaan U-ditch 150.150.120 FC 30 MPa Pabrikan Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
7 Pengadaan Cover 186,15.120 FC 30 MPa Pabrikan, Gandar 15 Ton Mengacu Terhadap Gambar dan
Spesifikasi dari Dinas
PEMASANGAN
8 Pemasangan U-ditch 120.150.120 FC 30 MPa Pabrikan
9 Pemasangan Cover 146,15.120 FC 30 MPa Pabrikan, Gandar 15 Ton
10 Pemasangan U-ditch 80.100.120 FC 30 MPa Pabrikan
11 Pemasangan Cover 100,13.120 FC 30 MPa Pabrikan
12 Pemasangan U-Ditch 150x150x120 Fc 30 Mpa
13 Pemasangan U-Ditch 186x15x120 Fc 30 Mpa
14 Pemasangan U-ditch 60 x 80 Grating
15 Pemasangan trucuk Bambu Dia. 8-12 cm

1
16 Pekerjaan Cor Setempat Beton Bertulang U-Ditch FC 30 Mpa pemakaian Besi 155 kg (Saluran Utama)
17 Pekerjaan Pembesian Wire Mesh Besi Wiremesh Ø 8 uk 5.4 x 2.1 m - 15 cm
18 Pekerjaan Beton FC 30 Mpa (Over Toping)
19 Penghamparan Lapis Permukaan Aspal Beton Laston ( AC ) tb. 4 cm Manual
20 Pekerjaan Lapis Resap Perekat (Tack Coat)
21 Lapisan Polythene
22 Pengadaan Grill Manhole Gandar 20 Ton Fabrikan Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
23 Pengadaan Grating Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
24 Pemasangan Grill Manhole Tb. 4 cm Fabrikan
25 Pemasangan Grill Grating
26 Pengadaan U-Gutter Pelaluan Air 30.20.60 + cover FC 20 Mpa Pabrikan
27 Pemasangan U-Gutter Pelaluan Air 30.20.60 FC 20 Mpa Pabrikan
28 Pekerjaan Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 cm (1pc : 4ps)
29 Plesteran Halus 1pc:4ps Tebal 1,5 cm

D PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pemasangan Kisdam
2 Dewatering
3 Sewa Plat Besi Tebal 2 cm
3 Pembersihan Lokasi ( Sesudah Pekerjaaan )
4 Quality Control Saluran

E KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


1 Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2 Sosialisasi, promosi dan pelatihan
3 Alat pelindung kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
4 Asuransi dan Perizinan
5 Personel K3 Konstruksi
6 Fasilitas, sarana, prasarana, dan alat kesehatan
7 Rambu- rambu yang diperlukan
8 Lain-lain terkait pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi

1.3. Rencana Kerja


Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja
(SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan
gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang
disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan
pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan
sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek
tersebut di atas.
1.4. Tempat Kerja
Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana
harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa
membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.
1.5. Tanggung Jawab Kontraktor
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan
dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala
sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan
makahal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor . Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan
yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas
tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
1.6. Tenaga Kerja
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan /
petunjuk Direksi Lapangan.
1.7. Satuan Ukuran
Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam pekerjaan
adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000
kilogram.

2
1.8. Perintah Untuk Pelaksanaan
Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjuk-
petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang
ditunjuk untuk mewakili Kontraktor. Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh
Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.
1.9. Pekerjaan dan Bahan-bahan yang Termasuk di dalam Harga Satuan
Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang disebutkan
pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk
Direksi di lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja,
biaya tak terduga, keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau
kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil
kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran air darurat selama pelaksanaan kerja,
pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan,
pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya
diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.
1.10. Laporan
1.10.1. Laporan Perkembangan Bulanan
Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya tambahan, dalam jarak
waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi sebagai
berikut :
Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan perkembangan untuk
bulan ini, Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan. Perkiraan jumlah
pembayaran dari Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan
Bangunan Kontruksi yang barangbarang pokoknya dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konsruksi yang
disediakan untuk pelaksanaan pekerjaan sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai
menunjukan staf supervisi dan jumlah dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam
bulan sebelumnya. Kwantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan
dipergunakan dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan
lainnya yang mungkin diperlukan berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi.
1.10.2. Laporan Harian
Kontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi pekerjaan
seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi
namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan,
bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan
perkembangan pekerjaan.
1.10.3. Buku Tamu
Pihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi Proyek). Tamu
adalah orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor.
1.10.4. Pelaksanaan Audit Oleh Proyek
Selain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan dengan:
Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat umum kontrak, dan
Biaya-biaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam Kontrak. Pihak Kontraktor
wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
1.10.5. Request for inspection / Ijin Tahapan
Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan
pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh
dilaksanakan.
1.11. Gambar-gambar dan Ukuran
a) Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi
b) Gambar-gambar proyek berukuran A3 disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari semua
gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan Kontraktor akan tambahan dari gambar-gambar
tersebut akan dikenakan biaya.
c) Kontraktor diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila
diperlukan.
d) Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan Direksi
sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3
e) Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus disertai
Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
f) Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
g) Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang ditetapkan oleh
Direksi.
1.12. Wilayah Kerja
a) Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan
umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan
atas persetujuan dari Direksi.
b) Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan
bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor
atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.
c) Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus berkoordinasi dengan
instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.
1.13. Bahan-bahan dan Mutu Pekerjaan
a) Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas
tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing bagian
pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui
Direksi.
b) Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar
yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-
bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis,
harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
c) Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi
dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau
pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.
d) Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang
dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.
e) Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dari
bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan
dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
f) Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang
ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk
menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan
bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
g) Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga
tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
h) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti
minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga
keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
i) Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari
pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.
j) Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh
Kontraktor , baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam
melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai
bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
UMUM
Semen / Portland Cement Dynamix, Gresik, TigaRoda,
Semen ( PC ) MerahPutih
Semen Instan (Mortar) MU, Prime Mortar
PasirPasang
Pasir PasirUrug
PasirBeton Ex. PasirLumajang
Sirtu Material Timbunan

Bekisting KayuMeranti
Batuharusmemilikiketebal
Batu Kali Belah 15/20 cm
antidakkurangdari 150

4
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
mm
Dia. 10-12 cm, Panjang 3
BambuBongkotan
meter
GedegGuling Ukuran 2 x 4 meter
PEKERJAAN JALAN DAN
1
SALURAN
1.1 Pekerjaan paving
Conbloc Indonesia Persada,
Focon Indonesia, Mercu Graha
Paving Standart Tebal 6 Cm mutu K350 Gempol Permai, Merak Jaya
Pracetak, Beton Citra Abadi,
Varia Usaha Beton
Conbloc Indonesia Persada,
Focon Indonesia, Mercu Graha
Paving Motif Tebal 6 Cm mutu K350 Gempol Permai, Merak Jaya
Pracetak, Beton Citra Abadi,
Varia Usaha Beton
Conbloc Indonesia Persada,
Focon Indonesia, Mercu Graha
Stretcher Tebal 6 Cm mutu K350 Gempol Permai, Merak Jaya
Pracetak, Beton Citra Abadi,
Varia Usaha Beton
Conbloc Indonesia Persada,
Focon Indonesia, Mercu Graha
Kanstin Minimal Mutu K175 Gempol Permai, Merak Jaya
Pracetak, Beton Citra Abadi,
Varia Usaha Beton
Conbloc Indonesia Persada,
Focon Indonesia, Mercu Graha
Gempol Permai, Merak Jaya
Stoper/topiuskup Tebal 6 Cm mutu K350
Pracetak, Beton Citra Abadi,
Varia Usaha Beton

1.2 PekerjaanSaluran
Mengacu Terhadap
Gambar Dan Spesifikasi
Lisa ConcreteIndonesia, Calvary
Material Untuk U-Ditch
U-Ditch (U Gutter) Abadi, Tjakrindo Mas, Bumindo
Yang Dikeluarkan Oleh
Sakti, Jaya Etika Beton
Dinas Sumber Daya Air
Dan Bina Marga
Mengacu Terhadap
Gambar Dan Spesifikasi
Lisa ConcreteIndonesia, Calvary
Material Untuk Cover U-
Cover U Ditch (U Gutter) Abadi, Tjakrindo Mas, Bumindo
Ditch Yang Dikeluarkan
Sakti, Jaya Etika Beton
Oleh Dinas Sumber Daya
Air Dan Bina Marga
Mengacu Terhadap
Gambar Dan Spesifikasi
Lisa Concrete, Calvary Abadi,
Doubel U Gutter (Top Material Untuk Doubel U
Tjakrindo Mas, Bumindo Sakti,
Bottom) Gutter Yang Dikeluarkan
Jaya Etika Beton
Oleh Dinas Sumber Daya
Air Dan Bina Marga

2 PEKERJAAN BETON, BESI, PASANGAN, DAN


PLESTERAN
2.1 BetonStruktur
BetonReadymix Dynamix Beton,
BETON Fc’= 30Mpa
Merak JayaBeton,

5
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
Wijaya Karya Beton,
Varia UsahaBeton,
Jaya Beton,
Anugerah Beton,
Raja Beton,
Holcim, Adhimix Beton, Bumindo
Sakti
Campuran beton 1:2:3 Dengan campuran yang disetujui
Beton Site mix
oleh Konsultan pengawas
2.2 Beton Non Struktur
Campuran Beton 1:3:6 Dengan campuran yang disetujui
Beton Site mix
oleh Konsultan pengawas
2.3 Krakatau Steel, Hanil Jaya Stell,
Master Stell, Bhirawa, LL, IPP,
BesiBeton Standart SNI
API

2.4 Helm Keselamatan/ SNI ISO 3878:2012


Kelengkapan K3
Safety Helmet SNI 3873:2012
SNI-06-0652-2015
SarungTangan/ Hand SNI-06-0652-2005
Protection SNI-06-1301-1989
SNI-08-6113-1999
SNI-06-0652-2015
SarungTangan/ Hand SNI-06-0652-2005
Protection SNI-06-1301-1989
SNI-08-6113-1999
RompiKeselamatan/
ANSI/ISEA 107-2010
Safety Vest
Sepatu Pengaman/
SNI 7037:2009
Safety Shoes

1.14. Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Kering


a) Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada kondisi
tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan membuat bangunan atau tanggul sementara dan
menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya untuk menjamin agar
dasar galian, dasar pondasi dan permukaan tanah lainnya tetap kering selama pekerjaan berlangsung.
Semua sarana untuk mengeringkan dasar galian, dasar pondasi dan bidang permukaan lainnya adalah
beban Kontraktor.
b) Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat menyebabkan derasnya
rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut kemajuan pekerjaan
yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap
dalam keadaan kering.
c) Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor .
d) Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi pondasi yang masih
dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang mengakibatkan genangan pada galian
tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor
e) Direksi dapat menginstruksikan Kontraktor untuk membuat saluran atau sudetan sementara untuk
mengalirkan air hujan agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan dalam keadaan kering. Apabila pekerjaan
telah dianggap selesai, maka Kontraktor harus menimbun kembali saluran dan sudetan sementara
seperti keadaan semula.
f) Untuk pembuatan pasangan talud (plengsengan) pada saluran-saluran yang sudah ada, Kontraktor
diharuskan membuat tanggul (kisdam) sepanjang talud dengan ukuran dan Kontruksi yang disetujui oleh
Direksi. Tanggul / kisdam harus dibuat cukup kuat, tidak mudah rusak akibat kikisan air. Sebelum
pelaksanaan pembuatan tanggul dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar detail talud beserta
spesifikasi bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

6
g) Persetujuan Direksi seperti tersebut pada gambar tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor, jika
sewaktu-waktu talud mengalami kerusakan. Perbaikan talud serta akibat lainnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
h) Perlu koordinasi antar Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan guna mengendalikan aliran air di
saluran.
Pekerjaan Beton Precast
1.15.1. Pembuat / pabrikan beton pracetak yang baik adalah :
Syarat Fabrikasi Beton Pracetak :
 Telah mempunyai standar mutu yang jelas dan teruji, misal Sistem Kendali Mutu atau ISO 9001 : 2000
 Mampu memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan
 Mampu melakukan pengiriman dalam waktu yang telah disepakati
 Mampu memberikan supervisi terhadap pelaksanaan di lapangan bila diperlukan
1.15.2. Desain Beton Pracetak Sesuai SNI 03-2847-2013
Desain beton pracetak tetap harus mengacu pada ketentuan–ketentuan SNI 03-2847-2013 seperti :
1. Desain komponen struktur pracetak dan sambungannya harus melibatkan semua kondisi pembebanan
dan kekangan dari pabrikasi awal sampai penggunaan akhir pada struktur, termasuk pembongkaran
bekisting, penyimpanan, transportasi, dan ereksi.
2. Bila komponen struktur pracetak disertakan ke dalam sistem struktur, gaya dan deformasi yang terjadi
pada dan di sebelah sambungan harus disertakan dalam desain.
3. Toleransi untuk kedua komponen struktur pracetak dan komponen struktur penyambung harus
ditetapkan. Desain komponen struktur pracetak dan sambungannya harus melibatkan pengaruh toleransi
ini.
4. Sebagai tambahan pada persyaratan untuk dokumen kontrak (a) dan (b) harus disertakan baik dalam
dokumen kontrak atau gambar kerja (shop drawings).
a) Detail tulangan, sisipan dan alat angkat yang diperlukan untuk menahan beban sementara dari
penanganan, penyimpanan, transportasi, dan ereksi.
b) Kekuatan beton perlu pada umur yang ditetapkan atau pada tahap konstruksi.
5. Perencanaan Pembebanan direncanakan sesuai dengan fungsi dari beton pracetak tersebut, misal :
 Desain Box Culvert harus dihitung sesuai pembebanan seperti pada struktur jembatan dan
pembebanan selama pelaksanaan pemasangan.
 Desain U-Ditch untuk Crossing jalan akan berbeda dengan desain untuk saluran tepi.
 Desain Balok untuk jembatan akan berbeda dengan desain untuk balok Bangunan Gedung.
 Desain Menentukan Kuat Beton Perlu pada umur tertentu pada tahapan – tahapan pabrikasi atau
konstruksi.
1.15.3. Distribusi gaya di antara komponen struktur
1. Distribusi gaya yang tegak lurus terhadap bidang komponen struktur harus dibuat dengan analisis atau
dengan pengujian.
2. Bila perilaku sistem mensyaratkan gaya-gaya dalam bidang untuk disalurkan antara komponen-
komponen struktur sistem lantai atau dinding pracetak, ponit (3) dan point (4) berlaku.
3. Lintasan gaya dalam bidang harus menerus melalui kedua sambungan dan komponen struktur.
4. Bila gaya tarik terjadi, lintasan menerus baja atau tulangan baja harus disediakan.
1.15.4. Desain Sambungan dan Tumpuan
1. Gaya-gaya diizinkan untuk disalurkan antara komponen-komponen struktur antara lain :
 Joint grouting (grouted joints),
 Kunci geser,
 Sambungan mekanis las untuk joint antar U-Ditch,
 Sambungan baja tulangan menggunakan kawat bendrat,
 Penutup atas bertulang (reinforced topping),
 Kombinasi cara-cara tersebut.
2. Kecukupan sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen komponen struktur harus
ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Bila geser merupakan hasil utama dari pembeban
yang diberikan, diizinkan untuk menggunakan ketentuan dari Geser Friksi bilamana sesuai. Ketentuan
Geser Friksi diterapkan bilamana sesuai untuk meninjau penyaluran geser melintasi bidang yang ditinjau,
seperti: retak yang ada atau potensial, bidang kontak antara bahan-bahan yang berlainan, atau bidang
kontak antara dua beton yang dicor pada waktu yang berbeda.
3. Bila mendesain sambungan menggunakan bahan-bahan dengan sifat struktur berbeda, kekakuan relatif,
kekuatan, dan daktilitas harus ditinjau.
1.15.5. Benda-benda yang ditanam sesudah pengecoran beton
Bila disetujui oleh insinyur profesional bersertifikat, benda-benda yang ditanam (seperti pasak atau
sisipan) baik yang menonjol dari beton atau tetap terekspos untuk inspeksi diizinkan untuk ditanam saat

7
beton berada dalam keadaan plastis asalkan bahwa ketentuan dibawah ini telah terpenuhi dipenuhi sebagai
berikut:
 Benda-benda yang ditanam tidak perlu dikait atau diikat ke tulangan dalam beton.
 Benda-benda yang ditanam dipertahankan pada posisi yang benar saat beton masih plastis.
 Beton dipadatkan dengan benar di sekeliling benda yang tertanam.
1.15.6. Penandan dan Identifikasi
1. Setiap komponen struktur pracetak harus ditandai untuk menunjukkan lokasi dan orientasinya pada
struktur dan tanggal pembuatannya.
2. Tanda identifikasi harus terkait dengan gambar penempatannya.
1.15.7. Penanganan
1. Desain komponen struktur harus meninjau gaya-gaya dan penyimpangan selama perawatan,
pembongkaran, penyimpanan, transportasi, dan ereksi sehingga komponen struktur pracetak tersebut
tidak tertegang berlebihan, atau jikalau tidak dirusakkan.
2. Selama ereksi, komponen struktur dan struktur pracetak harus ditumpu dan dibreising (braced) secara
cukup untuk memastikan kedudukan yang cocok dan integritas struktur hingga sambungan permanen
diselesaikan.
1.15.8. Evaluasi kekuatan konstruksi pracetak
1. Elemen pracetak yang akan dibuat komposit dengan beton cor di tempat diizinkan untuk diuji secara
lentur sebagai elemen pracetak saja sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
 Beban uji harus diterapkan hanya bila perhitungan menunjukkan elemen pracetak setempat tidak
akan kritis dalam kondisi tekan atau tekuk.
 Beban uji harus berupa beban yang, bila diterapkan pada komponen struktur pracetak saja,
menimbulkan gaya total yang sama pada tulangan tarik seperti yang ditimbulkan oleh pembebanan
komponen struktur komposit dengan beban uji yang disyaratkan Bila dibutuhkan, kekuatan beton
harus berdasarkan pada hasil uji silinder dari konstruksi asli atau uji inti yang diambil dari bagian
struktur dimana kekuatannya diragukan. Untuk evaluasi kekuatan suatu struktur yang ada, data uji
silinder atau inti harus digunakan untuk memperkirakan f’c ekivalen. Metoda untuk mendapatkan dan
menguji inti harus sesuai dengan ASTM C42M.
 Ketentuan dari SNI 03-2847-2013 Pasal 20.5 Kriteria Penerimaan harus menjadi dasar untuk
penerimaan atau penolakan elemen pracetak.
1.15.9. Persyaratan Pembebanan
1. Desain U-ditch dan cover untuk pedestrian harus mampu menahan beban gandar minimal 15 Ton
1.15.10. Persyaratan Kualitas & Dimensi
 Material bahan beton harus berkualitas.
 Mutu beton : Min. Fc’ = 20 Mpa (K-225)
 Kadar Semen : Min. Wc = 225 kg/m3
 Mutu beton : Min. Fc’ = 30 Mpa (K-350)
 Kadar Semen : Min. Wc = 350 kg/m3
 Mutu Tulangan : Maks. Fy = 400 Mpa (U 40)
Min. Fy = 240 Mpa (U 24)
 Diameter tulangan sesuai dengan gambar DED tiap–tiap lokasi
 Dimensi precast sesuai dengan gambar DED tiap–tiap lokasi.
1.15.11. Persyaratan Produksi
1. Bekisting harus cukup kuat dan kaku (terbuat dari besi) dan tidak boleh bocor
2. Harus memiliki penggetar eksternal dan meja getar
3. Harus memiliki sistim curing (steam curing)
4. Harus memiliki alat angkat yang cukup
5. Harus memiliki lapangan penumpukan yang cukup dan tinggi tumpukan dibatasi
1.15.12. Produsen
Produsen bertanggungjawab terhadap kekuatan elemen precast terhadap beban – beban yang bekerja yang
dibuktikan dengan analisa perhitungannya atau uji produk.
1.16 Pekerjaan Grill Fabrikasi
1.16.1. Umum
Ada Empat macam jenis pekerjaan Grill yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan Pedestrian, ialah :
1. Grill Manhole ( Bentuk Persegi ) untuk saluran Tepi / Crossing
2. Grill Manhole ( Bentuk Persegi ) Untuk Saluran Tepi.
3. Gril Pelaluan Air untuk Saluran Tepi
4. Grill untuk tangkapan air
1.16.2. Pekerjaan Pemasangan Grill
Pekerjaan ini mencakup mulai pengadaan pengangkutan sampai pemasangan sesuai gambar kontrak.
1.16.3. Bahan

8
Besi Cor ( Cast Iron )
Besi Cor yang digunakan untuk pekerjaan ini haruslah memenuhi hal - hal sebagai berikut:
1. Bahan terbuat dari Besi Cor “ tuang kelabu “ ( Cast Iron )
2. Kekerasan 170 – 229 HB (Hardness Brinell) (SAE grade G2500).
3. Standart ASTM dan JICA.
4. Kemampuan menahan beban pada Grill dan mutu bahan, yaitu:
a. Untuk grill tangkapan air mampu menahan beban terpusat 20 Ton, (FCD 45).
b. Untuk Grill Pelaluan air mampu menahan beban terpusat 20 Ton, (FCD 45)
c. Untuk grill manhole mampu menahan beban terpusat 5 Ton, (FC 25).
d. Untuk grill khusus Crossing Saluran Tepi (terletak pada badan jalan) mampu menahan beban terpusat 40
Ton, (FCD 45).
1.16.4. Pengukuran dan Pembayaran
1. Cara Pengukuran
 Grill akan diukur dengan jumlah pekerjaan Grill yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi
yang ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Dasar Pembayaran
 Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Pemasangan Grill sebagaimana yang disyaratkan di
atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
 Harga dan Pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain.
Berikut adalah Tabel 1.1. Nomor Pembayaran Grill
Tabel 1.1. Nomor Mata Pembayaran Grill
Satuan
Nomor Mata Pembayaran Uraian
Pengukuran
10.1 Grill Manhole Unit

1.17 Pekerjaan Lapisan Aspal Perekat (Tack Coat) dan Pengikat (Prime Coat)
1.18.1. Umum
1. Uraian
Untuk lapis aspal resap pengikatan, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian suatu
bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang terpilih di atas satu lapis pondasi jalan atau
permukaan perkerasan tanpa lapis penutup yang sudah disiapkan, untuk menutup permukaan tersebut
yang akan menyediakan adhesi (pelekatan) untuk pemasangan satu lapis permukaan beraspal seperti
penetrasi Macadam, Lapis Tipis Aspal Beton panas (Lataston) atau lapisan permukaan beraspal lainnya.
Untuk lapis aspal pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian satu lapisan
sangat tipis bahan aspal pengikat yang terpilih diatas satu permukaan yang sudah beraspal sebelumnya
dalam persiapan untuk pemasangan satu lapis permukaan aspal baru.
2. Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik paling lambat 14 hari sebelum dimulainya
pekerjaan. Rincian sumber pengadaan bahan bitumen yang diusulkan untuk digunakan, beserta dengan
satu sertifikat pabrik pembuat dan data pengujian yang menunjukan bahwa bahan bitumen tersebut
memenuhi persyaratan kualitas dari Spesifikasi ini.
Jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus juga menyediakan contoh bahan
bitumen 5 liter yang diusulkan untuk digunakan.
3. Pembatasan Cuaca
Lapis aspal resap pengikat harus hanya digunakan diatas permukaan yang kering atau sedikit
lembab. Lapis aspal pengikat akan digunakaan hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Tidak
ada lapis aspal pengikat atau lapis aspal resap pengikat yang akan digunakan selama ada angin kuat
atau hujan deras. Atau jika hujan mungkin turun.
4. Syarat-Syarat Pekerjaan dan Pengendalian Lalu Lintas
 Tidak boleh ada bahan aspal yang terbuang ke dalam saluran tepi, parit atau jalan air
 Permukaan - permukaan struktur, pohon-pohon atau hak milik di sekitar permukaan jalan yang
sedang dilapisi harus dilindungi dari kerusakan akibat pekerjaan penyemprotan aspal.
 Kontraktor harus menyediakan dan memelihara dilapangan dimana aspal sedang dipanaskan, alat
pengendalian dan pencegahan kebakaran yang memadai, dan juga peralatan dan saran untuk
pertolongan pertama.
 Kecuali diperoleh satu pengalihan (alternatif) lalu lintas, pekerjaanharus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan satu jalur lalu lintas, dengan diadakan pengaturan pengendalian lalu
lintas sehingga mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik. Kontraktor harus bertanggung jawab
terhadaap semua konsekwensi (akibat) lalu lintas yang terlalu dini diizinkan melewati lapis aspal

9
pengikat atau lapis aspal resap pelekat yang baru dipasang dan harus melindungi permukaan
tersebut sebagaimana.
5. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan
 Pelapisan akhir harus menutupi sepenuhnya luas yang dlapisi dan memiliki penampilan yang
seragam tanpa ada daerah-daerah yang tidak/ kurang aspal atau alur daerah kelebihan terkumpul.
 Perbaikan-perbaikan lapis aspal perekat dan lapis aspal resap perekat yang tidak memuaskan harus
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat mencakup pemberian pelapisan tambahan,
atau pembuangan pelapisan aspal yang berlebihan dan menggunakan bahan –bahan penyerap
aspal.
1.18.2. Bahan-bahan
1. Bahan Untuk Lapis Aspal Resap Pengikat
 Bahan bitumen untuk lapis aspal resap pengikat akan dipilih dari dua jenis aspal semen gradasi
kental (sebagaimana ditetapkan dalam AASHTO M226 – Tabel 2), diencerkan dengan kerosin
(minyak tanah) dalam perbandingan 80 bagian minyaktanah terhadap 100 bagian aspal semen, atau
seperti diperintahkan lain oleh Direksi Teknik atas dasar hasil suatu percobaan yang dilaksanakan
dan atau susunan (tekstur) permukaan jalan. Pemilihan lapis aspal resap pelekat.
 Gradasi kekentalan AC – 10 (sama dengan Pen 80/ 100)
 Gradasi kekentalan AC – 20 (sama dengan Pen 60/ 70 )
 Catatan : Produksi tersebut ekivalen dengan aspal MC 30 (aspal cair sedang)
 Agregat penutup untuk lapis aspal resap pengikat harus batu pecah alami disaring, selanjutnya
bebas dari partikel-partikel lunak dan setiap lempung, lanau atau zat-zat organik. Persyaratan
gradasi untuk agregat penutup adalah:
 Tidak kurang dari 95 % lolos saringan standart 9,5 mm
 Tidak lebih dari 2 % lolos saringan standart 2,36 mm
 Catatan : Agregat penutup akan digunakan sebagai bahan Penyerap aspal.
2. Bahan-Bahan untuk Lapis Aspal Pengikat
 Bahan bitumen untuk lapis aspal pengikat harus dipilih dari jenis aspal berikut, sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
 Aspal semen gradasi kental (AASHTO M226)jenis AC – 10 atau AC – 20, aspal harus
diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah terhadap 100 bagian aspal semen.
 Aspal emulsi Cationic mengendap lambat, dengan kandungan aspal antara 40 % - 60 %,
sesuai dengan AASHTO M208. Bila diperlukan dan sesuai permintaan Direksi Teknik,
Aspal Emulsi harus dilunakkan, diencerkan dengan air bersih dengan perbandingan yang
sama.
1.18.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Peralatan Pelaksanaan
 Jenis alat dan cara pengoperasian akan berdasarkan instruksi-instruksi yang diberikan Direksi
Teknik dan yang sesuai dengan Daftar Unit Instalasi dan Peralatan yang disetujui untuk Kontrak
tertentu. Secara umum akan dipilih jenis peralatan berikut ini.
 Distributor aspal bertekanan beserta penyemprot
 Peralatan untuk memanaskan aspal
 Mesin gilas ban pneumatik
 Sapu sikat untuk penyapuan manual
 Distributor aspal harus memenuhi standart rencana international yang disetujui dengan roda
pneumatic dan dilengkapi dengan sebuah batang penyemprot. Alat harus dapat menyemprotkan
bahan aspal pada tingkat yang terkendali dan seragam dan pada suhu yang ditentukan. Peralatan
yang termasuk tachometer, ukuran tekanan, batang kalibrasi tangki.
2. Tingkat Penggunaan lapis Aspal Pengikat dan Lapis Aspal Resap Pengikat
 Jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, percobaan lapangan harus dilaksanakan untuk
menetapkan tingkat pemakaian yang memadai untuk berbagai kondisi permukaan.
 Batas tingkat pemakaian harus didalam batas – batas berikut dan tingkat pemakaian harus seperti
yang ditetapkan dalam Daftar Penawaran dan ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana
ditentukan oleh Direksi Teknik atas dasar hasil percobaan lapangan.
 Lapis Aspal Pelekat (Aspal Keras atau Emulsi)
 Tingkat pemakaian harus sesuai dengan batas – batas yang diberikan dalam Tabel 1.3. disesuaikan
dengan jenis bahan pengikat dan kondisi permukaan.

10
Tabel 1.3. Tingkat Pemakaian Lapis Aspal Perekat
Permukaan Baru / Permukaan Porous /
Jenis Aspal Kaya Lama
Liter /M 2 Liter /M2
Aspal Keras (Cut
Back) 0,15 0,20 – 0,50
(25 : 100)

Aspal Emulsi 0,25 0,25 – 0,60

Aspal Emulsi
0,50 0,50 – 1,20
(diencerkan 1 : 1)
 Suhu penyemprotan harus berada dalam batas-batas yang diberikan untuk berbagai mutu aspal cair
(Cut Back) dan aspal emulsi.
 Harus diberkan perhatian yang tinggi bila memanaskan aspal cut back dan peraturan Bina Marga
untuk tindakan keamanan harus dipatuhi dengan singkat. Berikut adalah Tabel 1.4. Suhu
Penyemprotan.
Tabel 1.4. Suhu Penyemprotan
Jenis Bahan Pengikat Batas Perbedaan Suhu Semprot

Cut back – 25 bagian kerosin 110 – 10 oC

Cut back – 50 bagian kerosin 70 – 10 oC

Cut back – 75 bagian kerosin 45 – 10 oC

Cut back – 100 bagian kerosin 30 – 10 oC


Aspal Emulsi 20 – 70 oC

Catatan : Tindakan pencegah untuk keamanan penuh harus dilakukan jika


memanaskan aspal cut back, yang sesuai dengan Dokumen Bina Marga
Rd.0.3.6.(Vol. 1), Lampiran E (Langkah-langkah Pengamanan dalam
Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan Aspal)

 Penyiapan Permukaan yang harus dilapisi Aspal


 Setiap kerusakan yang ada dalam perkerasan jalan, termasuk lubang-lubang dan pinggiran yang
runtuh, harus dibuat baik dan diperbaiki atau dikembalikan ke keadaan semula sampai disetujui
Direksi Teknik. Catat-catat karena pemadatan yang kurang cukup dan penurunan setempat lapis
pondasi atas harus dibetulkan dengan penggilasan dan pembentukan ulang.
 Semua kotoran-kotoran lepas dan bahan-bahan lain harus disingkirkan dari permukaan yang ada
dengan penggaruan, penyapuan.
3. Pemakaian lapis Aspal Resap Pengikat atau Lapis Aspal Pengikat
 Panjang permukaan yang harus disemprot untuk setiap lewatan distributor harus diukur dan ditandai
diatas tanah, dan volume lapis aspal pengikat/lapis aspal resap pengikat yang diperlukan untuk
tingkat penyemprotan yang ditentukan, menentukan bagi pengecekan kemudian.
 Jumlah bahan pengikat yang digunakan dalam masing-masing penyemprotan harus ditentukan
dengan pengukuran tangki menggunakan batang celup sebelum dan sesudah masing-masing
pemakaian. Tingkat pemakaian rat-rat harus berada didalam batas 1 : 5 % tingkat penyemprotan
yang direncanakan.
 Pada umumnya lapis aspal resap pengikat dan lapis aspal pengikat akan dilaksanakan dalam
operasi penyemprotan tunggal. Akan tetapi, dimana kering melambat menjadi masalah, volume
pelapisan yang disetujui dapat digunakan dalam dua operasi penyemprotan, lapis pertama dibiarkan
mengering sebelum pemberian lapis kedua.
 Bilamana mengadakan penyemprotan untuk separuh lebar jalan, harus dilakukan penyemprotan
lapis tumpang tindih selebar 10 cm – 20 cm sepanjang pinggir yang berdampingan.
 Penyemprotan harus dihentikan segera, jika terjadi suatu kemacetan dalam alat penyemprot. Dan
tidak boleh dimulai lagi sampai kesalahan tersebut telah diperbaiki.

11
 Setiap luas yang mengumpulkan bahan pengikat aspal yang berlebih, harus selalu disebar
keseluruh permukaan yang sudah diaspal dengan menggunakan penyeka atau sapu.
 Untuk menyemprot pada pelapisan kecil dan daerah terisolasi. Lapis aspal pengikat atau lapis aspal
resap pengikat dapat disemprotkan dengan semprotan tangan dan penyapuan tangan dibawah
pengendalian dan sesuai dengan instruksi Direksi Teknik.
4. Perlindungan Permukaan yang baru dilapis Aspal Resap Pengikat
 Untuk permukaan yang telah dilapisi dengan lapis aspal resap pengikat sampai aspal tersebut telah
masuk kedalam dan mengering dan dalam pendapat Direksi Teknik tidak akan terkelupas dibawah
lalu lintas. Jika harus mengijinkan lalu lintas sebelum waktunya. (tetapi tanpa alasan apapun tidak
lebih awal dari 4 jam setelah pemberian lapis aspal pengikat), bahan peresap aspal harus digunakan
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Tekni, dan lalu lintas diizinkan menggunakan jalur yang
sudah dilapisi. Bahan peresap aspal harus ditaburkan dari truck dalam satu cara bahwa tidak boleh
ada roda yang menginjak bahan aspal basah yang tidak ditutup. Jika menggunakan bahan penyerap
aspal pada jalur yang dilapisi yang menyambung dengan jalur yang belum dilapisi. Satu garis
selebar paling sedikit 20 cm sepanjang pinggir yang menyambung harus dibiarkan tidak tertutup.
 Kontraktor akan memelihara permukaan yang telah dilapisi untuk waktu minimum dua hari sebelum
menutupinya dengan Lapis Permukaan atau Lapis Ulang, terkecuali satu masa yang lebih cepat
disetujui oleh Direksi Teknik.
 Setiap luas yang berisikan bahan pelapisan aspal resap pengikat lebihan harus dibetulkan dengan
penambahan bahan peresap lebihan ataupun aspal aspal seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik.
 Sebelun pemberian lapis ulang permukaan, setiap cacat permukaan harus ditambal dan semua
bahan peresap lebihan atau kotoran lainnya harus disingkirkan dengan penyapuan.
5. Perlindungan Lapis Aspal Pengikat
 Lapis aspal pengikat harus digunakan kepada permukaan jalan untuk memberikan satu pengikatan
bagi lapis ulang permukaan aspal baru, dan disemprotkan sebelum Lapis Ulang, hanya seluas yang
diperlukan untuk menyediakan panjang pekerjaan yang mencukupi dan kondisi kelekatan yang
cocok untuk Lapis Ulang permukaan tersebut.
 Setelah penggunaan lapis aspal pengikat, Kontraktor harus melindungi lapisan tersebut dari
kerusakan dan jangka waktu yang cukup akan dicadangkan untuk penguapan pelarut (dalam kasus
aspal cut back) atau pemisah (separasi) yang lengkap dari aspal dan air (jika digunakan emulsi)
sebelum pemasangan Lapis Permukaan aspal.
1.18.4. Pengendalian Mutu
1. Pengujian Lapangan Unit Penyemprotan
 Bilamana diperintahkan demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menyediakan distributor,
dengan alat dan unit semprotan beserta operator, dapat digunakan untuk pengujian lapangan, dan
harus menyediakan setiap bantuan lain yang diperlukan.
 Setiap distributor atau unit semprotan yang tidak dapat beroperasi dalam cara yang memuaskan,
atau tidak memenuhi persyaratan spesifikasi akan ditolak.
2. Tingkat Pemakaian dan Suhu Aspal
 Untuk memeriksa tingkat pemakaian bahan aspal yang sebenarnya, lembaran kertas bangunan 50
cm x 50 cm. Yang sebelumnya sudah di timbang, harus diletakkan diatas permukaan yang harus
dilapisi. Dan ditimbang kembali setelah pemakaian lapis aspal resap pengikat. Perbedaan dalam
berat dibagi dengan luas lembaran tersebut akan menjadi tingkat penyemprotan yang sebenarnya
dilaksanakan.
 (Catatan : Perbedaan dalam berat dikalikan empat akan memberikan tingkat penyemprotan dalam
kg/m2).
 Catatan terinci Pelapisan Permukaan setiap hari termasuk tingkat pemakaian dan volime pemakaian
harus dibuat oleh kontraktor dan diserahkan kepada Direksi Teknik.
 Suhu bahan pengikat aspal yang dipanaskanuntuk penyemprotan harus sesuai dengan persyaratan
pada Tabel 1.4. dan akan diperiksa setiap hari untuk setiap pemakaian.
1.18.5. Cara Pengukuran Pekerjaan
1. Volume bahan aspal yang diperuntukan sebagai lapis aspal resap pengikat atau lapis aspal pengikat
yang diukur untuk pembayaran akan merupakan jumlah liter yang digunakan terhadap permukaan jalan
yang sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan kebutuhan serta persetujuan Direksi Teknik. Volume
bahan aspal yang digunakan akan ditentukan setelah setiap lewatan semprotan
2. Setiap agregat penutup yang digunakan bersama dengan pembersihan terakhir akan diperhitungkan
sebagai kelengkapan kepada pekerjaan yang diperlukan untuk memperoleh lapis aspal resap pengikat
atau lapis aspal pengikat yang memuaskan serta tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.

12
3. Pekerjaan menyiapkan dan memelihara lapis pondasi atas, diatas mana lapis aspal resap pengikat harus
dipasang tidak boleh diukur untuk pembayaran dan akan dimasukkan dalam pekerjaan yang diperlukan
untuk penyelesaian lapis pondasi atas yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Teknik.
4. Pekerjaan yang diperlukan untuk menyiapkan permukaan yang harus dilapis aspal pengikat, termasuk
perbaikan lubang-lubang, pinggiran yang hancur dan penurunan setempat tidak boleh diukur dan tidak
boleh dibayar dibawah Bab ini, tetapi akan diukur dan dibayar yang sesuai dengan item pembayaran
yang relevan.
5. Bila perbaikan lapis aspal resap pengikat atau lapis aspal pengikat yang tidak memuaskan
dilaksanakan sesuai dengan Sub Bab 1.18.1 (5), tidak ada tambahan pembayaran yang akan dibuat
untuk pekerjaan ekstra atau pengujian yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan.
2 Pekerjaan Beton Bertulang Cor Setempat
1.19.1. Pekerjaan Beton
1. Uraian
a. Beton terdiri dari suatu campuran yang sebanding (proporsional) antara semen, air, dan agregat
bergradasi. Campuran beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang diminta,
diisyaratkan dan membentuk satu bahan yang padat keras dan tahan lama (awet) yang memiliki
karakteristis tertentu.
b. Agregat meliputi baik yang bergradasi kasar maupun yang bergradasi halus, tetapi jumlah agregat
halus akan dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan, yang apabila dicampur dengan
semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antara agregat kasar serta memberikan suatu
permukaan akhir yang halus.
c. Untuk mencapai beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air yang dimasukkan
kedalam campuran harus dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan untuk
memudahkan pengerjaan selama pencampuran.
d. Bahan tambahan kepada campuran beton seperti memasukkan udara air (air entraining) atau bahan
kimia untuk memperlambat atau mempercepat waktu pengerasan, tidak diperbolehkan kecuali
diminta demikian didalam persyaratan kontrak khusus.
2. Peraturan (Code) Beton
Perbaikan yang terakhir harus sepenuhnya diterapkan kepada semua pekerjaan beton kecuali
dinyatakan secara lain atau yang mengacu kepada pemeriksaan AASHTO dan Spesifikasi khusus yang
tidak tersebut dalam PBI 1971.
3. Kelas-kelas Beton
Klasifikasi dan rujukan mutu harus seperti yang diberikan pada Tabel 1.7.
4. Toleransi
 Toleransi dimensi Struktur dengan panjang keseluruhan sampai dengan 6 meter + 5mm Struktur
dengan panjang lebih dari 6 meter +15 mm Panjang balok, slab lantai, kolom dan dinding nol Antar
Kepala Jembatan (Abutment) + 10 mm
 Toleransi posisi (dari titik acuan ) + 10 mm Alinyemen vertikal untuk kolom-kolom dan dinding-
dinding + 10 mm
 Toleransi untuk selimut beton diatas baja tulangan sampai 5 cm atau lebih 0 dan 10 mm Selimut
dari 5 cm sampai 10 cm  10 mm
5. Penyerahan-penyerahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan
beton bersama-sama dengan data-data pengujian yang menunjukkan kecocokkan dengan persyaratan
mutu spesifikasi ini.
Apabila disyaratkan demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menyerahkan gambar–gambar
rinci semua pekerjaan acuan yang digunakan pada pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Teknik paling lambat 24 jam sebelum pencampuran
atau pengecoran beton.
6. Penyimpanan Bahan-bahan
 Agregat harus disampan secara terpisah sesuai dengan ukuran-ukuran untuk mencegah terjadinya
pencampuran. Semen harus disimpan secara teratur dan rapi mengikuti waktu penyerahannya,
sehingga pemakaiannya dapat diatur dan penyimpanan semen beton kontruksi tidak boleh lebih dari
3 bulan. Semen yang sudah mengeras, tidak diijinkan digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan
kontruksi.
 Selama pengangkutan semen sampai ke gudang atau lapangan kerja harus dijaga sehingga semen
tidak lembab atau kantong rusak, keadaan penyimpanan untuk bahan-bahan uyang harus dipakai
dilapangan, harus memnuhi persyaratan yang disebutkan dalam pasal-pasal mengenai karakteristik
bahan (NI-3) dan spesifikasi penyimpanan bahan-bahan (PBI 1971, pasal 3,9 )
7. Kondisi Cuaca

13
Pada umumnya, pencmpuran, pengangkatan dan pengecoran beton harus dilakukan pada cuaca
kering. Apabila keadaan cuaca tidak menentu, kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan
yangdiperlukan untuk melindungi campuran beton terhadap hujan. Dan Direksi Teknik harus menentukan
apakah pencampuran dan pengecoran beton akan dilanjutkan atau ditunda sampai membaiknya
keadaan cuaca.
Kontraktor tidak boleh menuntut penggantian terhadap kerusakan beton yang ditolak karena hujan.
8. Perbaikan –perbaikan pekerjaan beton yang tidak memuaskan
Pekerjaan beton yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi mengenai toleransi (kelonggaran), sifat
campuran beton, atau penyelesaian akhir permukaan, harus diperbaiki menurut perintah Direksi Teknik
dan dapat meliputi :
 Perubahan prebandingan campuran Pembongkaran atau perkuatan bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan tidak memuaskan oleh Direksi Teknik.
 Perawatan tambahan bagian-bagian yang pengujian-pengujian betonnya ternyata tidak memuaskan.
 Dalam hal terjadinya perselisihan antara Kontraktor dan Direksi Teknik mengenai mutu pekerjaan
beton Direksi Teknik akan meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian lagi, untuk dapat
membuat penilaian mutu yang benar.
9. Bahan
a. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan Beton harus dipilih berasal dari salah satu jenis P.C.
(Portland Cement) berikut ini, yang memenuhi spesifikasi AASTHO M85
Tipe I : Pemakaian umum tanpa sifat-sifat khusus
Tipe II : Pemakaian umum dengan ketahanan terhadap sulfat yang
moderat (sedang)
Tipe III: Digunakan jika diperlukan pencapaian kekuatan awal yang
tinggi
Tipe IV: Digunakan jika dipergunakan panas hidrasi yang rendah
Tipe V : Digunakan jika diperlukan ketahanaan (resistensi) terhadap
sulfat yang tinggi
 Kecuali diijinkan secara lain oleh Direksi Teknik, semen yang digunakan pada pekerjaan harus
diperoleh dari satu sumber teknik.
b. Air
 Air yang digunakan untuk bahan pencampuran dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang berbahaya seperti oli, garam,asam, alkali, gula atau bahan-bahan
organic. Direksi Teknik dapat meminta kontraktor untuk mengadakan pengujian air yang berasal
dari suatu sumber yang dipertimbangkan mutunya meragukan (Rujukan Pengujian AASHTO T
26)
c. Agregat
 Persyaratan umum
1. Agregat untuk pekerjaan harus terdiri dari campuran agregat kasar dan halus, berisi batu
pecah yang bersih, keras dan awet atau kerikil sungai alam harus dicuci.
2. Agregat tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi yang diberikan pada Tabel 1.5. dan
dengan keadaan mutu (sifat) yang diberikan pada Tabel 1.6.
3. ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga perempat ruang bebas
minimum diantara batang-batang tulangan atau antara batang tulangan dan cetakan
(acuan)
4. Agregat halus harus bergradasi baik dari kasar s/d halus dengan hampir seluruh partikel
lolos saringan 4,75 mm
5. Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah cacat kotoran organic, dan jika
dimintakan demikian oleh Direksi Teknik harus diadakan pengujian kandungan organic
menggunakan pengujian chlorimetric AASTHO T21 setiap agregat yang gagal test warna,
harus ditolak.
6. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton kontruksi.
 Gradasi agregat
Gradasi agregat kasar dan agregat halus harus memenuhi persyaratan Tabel 1.5. berikut
ini, namun bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini tidak perlu ditolak apabila
Kontraktor dapat menunjukkan (berdasarkan campuran percobaan dan pengujian ) bahwa
dapat dihasilkan beton yang memenuhi persyaratn sifat-sifat campuran yang diuraikan.

14
Tabel 1.5. Persyaratan Gradasi Agregat
Ukuran Saringan Prosentase Lolos Berdasarkan Berat
Standart Imperial Agregat
Pilihan Agregat Kasar
(mm) (inches) Halus
50 2 100
37 1½ 95 - 100 100
25 1 - 95 - 100 100
19 ¾ 35 - 70 - 90 - 100 100
13 ½ - 25 - 60 - 90 - 100
9,5 3/8 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
4975 #4 95 - 100 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15
2,36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1,18 # 16 45 - 80 - - -
0,3 # 50 10 - 30
0,15 # 100 2 - 10

 Syarat-Syarat Mutu Agregat


Agregat untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat mutu berikut ini yang
diberikan pada Tabel 1.6. dibawah.
Tabel 1.6. Persyaratan Gradasi Agregat
Batas Pengujian
Uraian Agregat Agregat
Kasar Halus
Kehilangan berat karena abrasi (500
40% -
putaran)
Kehilangan kesempurnaan sodum sulfat
12% 10%
setelah 5 putaran
Prosentase gumpalan lempung dan partikel
2% 0.5%
serpih
Bahan-bahan yang lolos saringan 0,075 mm
1% 3%
( # 200 )
 Filler (bahan pengisi) Sambungan
10. Perencanaan Campuran Beton
a. Persyaratan Perencanaan Campuran (Berdasarkan Berat)
Untuk semua pekerjaan beton kontruksi dan pekerjaan beton utama, perbandingan – perbandingan
bahan untuk perencanaan campuran harus ditentukan menggunakan cara yang ditetapkan dalam
PBI terakhir, dan harus sesuai dengan batasan yang diberikan pada Tabel 1.7. gradasi dan ukuran
maksimum agregat harus sesuai dengan pilihan agregat kasar yang diberikan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.7. Perbandingan (Proporsi) Desain Campuran Beton (Berdasarkan Berat)

Ukuran Agregat Maks. Perbandingan Air Semen


Berat Yang Disarankan ( mm ) Optimum
Semen
Kelas Beton
Total
(Kg/m3)
Perbandingan Dengan
Kelas A Kelas B
(Ratio) Berat Kg/m3

K 400 > 425 25 19 0.35 150


K 350 425 25 19 0.42 180
K 275 400 25 19 0.42 170

15
K 175 300 37.5 25 0.5 150
K 125 250 50 25 0.52 130
B/IO 225 50 37.5 0.6 135

K 225 (di 25.0 atau


400 37.5 0.53 210
dalam air) 19.0

Catatan : Berat semen total yang diperlukan untuk K - 400 harus ditentukan oleh
persyaratan kekuatan yang diperlukan

b. Persyaratan Perencanaan Campuran (berdasarkan volume)


Untuk pekerjaan beton kecil dan tergantung persetujuan Direksi Teknik secara tertulis. Bahan-bahan
untuk beton dapat ditakar berdasarkan volume atau suatu kombinasi berat dan volume. Tindakan
pencegahan berikut ini harus dilakukan.
 Semen harus selalu diukur berdasarkan berat 40 kg tiap kantong.
 Agregat dapat diukur berdasarkan volume, menggunakan kotak-kotak ukuran yang
direncanakan secara baik dengan kapasitas yang ditentukan secara jelas. Kotak-kotak tersebut
harus diisi sampai berlebih dan agregat lebihan (surplus) diratakan dengan perata diatas.
 Jika pasir diukur berdasarkan volume, harus diperhitungkan volume tambahan pasir yang
mengembang karena kadar air.
1. Pasir basah biasanya akan mengembang kurang lebih 25% berdasarkan volume dan untuk
pekerjaan yang kecil, nilai-nilai berikut dapat diambil untuk kadar air pada Tabel 1.8.
2. Jika diperlukan demikian oleh Direksi Teknik, pengujian lapangan harus dilakukan untuk
menetukan besarnya pengembangan.
Tabel 1.8. Kondisi Pasir
Kondisi Pasir Kandungan Air
Pasir Amat Basah 100 – 130 kg/m3
Pasir Basah Sedang 60 – 65 kg/m3
Pasir Lembab 30 – 35 kg/m3

3. Jika diperlukan demikian oleh Direksi Teknik, pengujian lapangan harus dilakukan untuk
menetukan besarnya pengembangan.
 Air untuk Pencampuran harus diukur secara teliti dalam sebuah tempat yang sesuai.
 Penakaran beton berdasarkan volume, akan dipilih dari salah satu campuran berikut yang
diberikan pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9. Perbandingan Campuran Beton Untuk Pekerjaan-Pekerjaan Kecil (Berdasarkan Volume)
Campuran Nominal Volume Untuk 200 Kg Beton
(Dengan Volume Pasir (m3) Air (Liter)
Bahan Kering) Semen 40 Agregat
Kelas Pekerjaan
Campuran Nominal Kg Kasar
(Dengan Volume Kantong Kering (m3) Lembab Kering
Bahan Kering)
Gelegar,pelat
1:2:3 5 0.34 0.28 0.42 54 100 lantai,kolom
bertulang
Pelat lantai, beton
1:2:4 5 0.34 0.28 0.57 82 109 bertulang,dan
tanpa tulang
Beton massa,
1 : 2,5 : 5 5 0.41 0.34 0.68 95 132 dinding penahan
dan pekerjaan

Umum Pondasi
1:3:6 5 0.51 0.85 0.85 114 154
beton massa

16
c. Campuran percobaan
Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang diusulkan dengan
membuat dan mengadakan pengujian campuran percobaan yang disaksikan oleh Direksi Teknik,
menggunakan peralatan jenis yang sama seperti yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Campuran percobaan akan diperlakukan dapat diterima, asalkan hasil-hasil pengujian memuaskan
dan memenuhi semua persyaratan perbandingan campuran seperti ditentukan dalam Tabel 1.10.
d. Persyaratan Sifat-sifat campuran
 Semua beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan
dan slump (penurunan seperti ditetapkan dalam Tabel 1.10. di bawah atau yang disetujui
Direksi Teknik, bilamana contoh bahan, perawatan dan pengujian-pengujian sesuai dengan
pengujian yang disebutkan dalam spesifikasi ini.
Tabel 1.10. Persyaratan Sifat Campuran Beton
Kekuatan Tekan Minimum Kg/cm2 Slump Yang Diijinkan
Kelas Silinder 15 cm x 30 (mm)
Kubus 15 cm
Beton cm Tanpa
Digetar
7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari Getar
K 400 40 – 60
K 350 225 350 190 290 40 – 60
K 275 175 275 145 230 40 – 60
K 225 14 225 120 185 40 – 60
K 175 110 175 90 145 40 – 60 50 - 80
K 125 80 125 65 100 40 – 100
K 225
(dalam 145 225 120 185 75 - 175
Air)
Catatan : untuk pengujian kekuatan tekan yang dilakukan dengan contoh uji silinder
persyaratan kekuatan harus diturunkan menjadi sekitar 83 % dari kekuatan kubus
 Beton untuk pekerjaan – pekerjaan kecil yang ditakar berdasarkan volume sesuai dengan Tabel
1.9. harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan dan slum minimum yang diberikan pada
Tabel 1.11.

Tabel 1.11. Sifat-Sifat Campuran Beton Untuk Pekerjaan Kecil.


Kekuatan Tekan Minimum Kg/cm2
Slum Yang
Campuran Silinder 15 cm x 30
Kubus 15 cm Diijinkan (mm)
Nominal cm
(Tanpa Getar)
7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari
1:2:3 175 260 145 215 -
1:2:4 150 210 125 175 60 – 100
1 : 2,5 : 5 90 125 75 100 40 – 100
1:3:6 - - - - -

 Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump, pada umumnya akan dianggap di bawah
standart dan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, terkecuali Direksi Teknik dapat menyetujui
penggunaan terbatas beton tersebut untuk pekerjaan dengan kelas rendah. Bilamana hasil-hasil
pengujian 7 hari memberikan kekuatan di bawah yang ditentukan Kontraktor tidak boleh
mengecor setiap beton berikutnya, sampai masalah hasil-hasil kekuatan di bawah ketentuan
tersebut diketahui dan Kontraktor telah mengambil langkah-langkah demikian yang akan
meyakinkan bahwa produksi beton memenuhi persyaratan spesifikasi sehingga memuaskan
Direksi Teknik. Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan 28 hari yang ditetapkan pada Tabel
1.10. dan 1.11. akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan-pekerjaan tersebut harus di
perbaiki seperti yang ditetapkan pada Bab 1.19.1 (8) Direksi Teknik akan memperhitungkan
kemungkinan cacat-cacat karena kesalahan pengambilan contoh bahan, perbedaan-perbedaan
dalam statistik persiapan contoh uji yang buruk, dan dapat meminta pengujian-pengujian lebih
lanjut untuk dilaksanakan sebelum mengambil putusan akhir.

17
e. Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian Kemudahan dikerjakan
1. Bilamana tidak memungkinkan mendapatkan beton campuran yang dikehendaki dan
kemudahan dikerjakan dengan perbandingan –perbandingan yang ditetapkan menurut
aslinya, Direksi Teknik akan memerintahkan perubahan-perubahan dalam berat atau
volume agregat sebagaimana yang diperlukan asalkan kandungan semen yang ditunjukkan
menurut calon aslinya tidak diganti atau perbandingan air semen yang ditetapkan dengan
pengujian kekuatan tekan untuk kekuatan yang memadai tidak dilampaui.
2. Mengaduk kembali beton yang telah dicampur dengan menambah air atau dengan cara lain
tidak diperbolehkan. Campuran tambahan untuk meningkatkan kemudahan dikerjakan,
dapat diizinkan tergantung kepada persetujuan Direksi Teknik seperti dinyatakan dibawah.
 Penyesuaian kekuatan
1. Bilamana beton tidak memenuhi kekuatan yang telah ditentukan atau telah disetujui, kadar
semen harus ditambah seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik
2. Tidak ada perubahan semen atau sifat bahan-bahan akan dibuat tanpa perintah tertulis
Direk Teknik serta tidak ada bahan-bahan baru yang akan digunakan sampai Direksi
Teknik telah menyetujui bahan-bahan tersebut secara tertulis dan telah diusulkan
perbandingan-perbandingan baru berdasarkan pengujian campuran percobaan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor.
 Bahan Campuran Tambahan (additive)
1. Jika dimintakan demikian untuk kontrak khusus atau menurut perintah Direksi Teknik
secara tertulis, bahan campuran tambahan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
beton, pengikatan dan waktu mengeras. Jenis serta Volume bahan campuran tambahan
tersebut harus disetujui oleh Direksi Teknik dan akan digunakan secara ketat sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuat.
2. Kemanfaatan bahan campuran tambahan tersebut harus diuji dalam campuran percobaan
sebelum pemakaian penuh dalam pekerjaan di lapangan.
11. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pencampuran Beton di lapangan
 Mencampur dengan pencampur ( mixer) beton
Beton akan dicampur di lapangan dengan sebuah pencampur yang dijalankan dengan mesin
serta jenis yang disetujui mengenai syarat dan ukuran-ukuran menjamin suatu campuran yang
merata/ homogen.
 Untuk semua pekerjaan besar dan jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, pencampur
tersebut harus dilengkapi dengan sarana penyimpanan air dan satu sarana pengukuran untuk
mengndalikan jumlah air dalam setiap takaran.
 Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 1,5 menit untuk mesin-mesin sampai kapasitas 0,4
m3. diatas ukuran ini jangka waktu pencampuran minimum harus ditambah 15 detik untuk
setiap penambahan 0,112 m3 campuran beton
 Pencampur (mixer) tersebut pertama-tama harus dimuati diisi dengan agregat yang sudah
ditakar beserta semen dan dicampur kering untuk waktu yang pendek sebelum ditambah air.
 Sebelum mencampurkan satu takaran beton baru, mesin pengaduk harus dikosongkan sama
sekali dari takaran sebelumnya.
b. Pencampuran dengan tangan
Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil, dan yang tidak dimungkinkan menggunakan sebuah
pencampur mesin (mixer) Direksi Teknik dapat menyetujui pecampuran beton secara manual sesuai
dengan prosedur berikut ini :
 Pencampuran dengan tenaga harus dilakukan diatas satu permukaan (alas) yang keras bersih
dan kedap air.
 Urutan pencampuran haruslah :
1. Ukurlah volume agregat kasar dan agregat halus yang diperlukan dengan alat takaran
kotak dan tempatkan agregat halus diatas agregat kasar
2. Tempatkan kantong semen diatas agregat, buka dan tuangkan semen tersebut
3. Aduklah bahan-bahan kering tersebut berkali-kali, sehinggga bahan-bahan tercampur
menyeluruh.
4. Tambahkan air, lebih baik dengan sebuah kaleng yang dilengkapi dengan ujung
semprotan, campurkan terus dan aduklah dengan sekop sampai beton tersebut
mempunyai warna yang seragam dengan kekentalan yang merata.

18
c. Penyiapan Lapangan
 Lapangan pekerjaan untuk penempatan beton harus disiapkan dan semua penanganan yang
diperlukan diselesaikan hingga disetujui Direksi Teknik. Bahan –bahan harus telah diuji dan
ditempatkan yang baik, serta peralatan dalam keadaan bersih siap untuk digunakan.
 Semua penunjangan, pondasi – pondasi dan galian –galian harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknik serta dirawat dalam keadaan kering sebelum beton dicor.
 Semua acuan, penulangan dan saran-saran pelengkap lainnya harus ditempatkan secara benar
dan secara aman dan didukung untuk mencegah penggeseran.
d. Acuan / Cetakan
Acuan /cetakan harus dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk jenis dan
letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi persyaratan berikut:
 Acuan/ cetakan fabrikasi dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap
pengecoran, pemadatan dan perawatan mengeras beton. Permukaan sebelah dalam dari acuan
/ cetakan harus bersih dari setiap kotoran lepas atau bahan-bahan lain sebelum penggunaan,
dan harus disiram air sampai jenuh atau diolesi dengan minyak mineral anti karat sebelum
digunakan.
 Kayu dengan permukaan kasar (tidak diserut) dapat digunakan untuk permukaan bangunan
yang tidak kelihatan (expose) tetapi kayu diserut dengan tebal yang rata harus digunakan untuk
permukaan yang kelihatan
 Ujung –ujung tajam sisi dalam acuan harus dibuat tumpul kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Teknik, menggunakan ganjalan segitiga dengan lebar paling sedikit 20 mm dipasang di sudut
penampang.
 Penguatan acuan cetakan terdiri dari baut-baut, klerap atau sarana lain yang digunakan
menurut keperluan untuk mencegah merenggangnya acuan pengecoran beton, dan acuan
tersebut harus dibuat sedemikian hingga di bongkar tanpa merusak permukaan beton jadi (
selesai )
 untuk pengecoran beton pada penunjang dan pondasi acuan tanah dapat digunakan yang
tegantung pada persetujuan Direksi Teknik & Beton akan didukung oleh galian yang dibentuk
dengan baik yang sisi dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran yang diperlukan.
 Acuan untuk beton yang dicor dibawah air harus kedap air dan di jamin kekakuannya untuk
mencegah suatu penggeseran.
e. Mengangkut dan menempatkan Beton
 Pengangkutan beton campuran dari tempat penyampuran hingga tempat pengecoran
dilaksanakan secara halus dan secara efisien untuk mencegah segregasi dan kehilangan
bahan-bahan (air, semen, atau agregat)
 Pengangkutan campuran beton dan penempatan dengan peluncur yang disetujui Direksi Teknik
mengenai waktu pengangkutan, panjang dan kemiringan peluncur serta cara pelaksanaan.
 Penuangan Beton tidak boleh dimulai sampai acuan, penulangan dan persiapan lainnya telah
diselesaikan sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan telah diperiksa serta disetujui oleh
Direksi Teknik, untuk keperluan ini Kontraktor harus memberitahu Direksi teknik paling lambat
24 jam sebelumnya.
 Beton harus dicampur dan dicor dalam posisi final didalam jangka waktu 60 menit atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana diminta Direksi Teknik berdasarkan jenis semen yang
digunakan.
 Beton harus dituangkan dalam satu cara hingga tidak terjadi segregasi agregat, dan tidak ada
beton yang harus dijatuhkan secara bebas dari satu ketinggian lebih besar dari 1,50 meter
 Pengecoran beton harus dilaksanakn sebagai satu pekerjaan yang menerus tanpa penghentian
sampai akhir yang dipersiapkan sebelumnya.
 Beton yang dituangkan untuk konstruksi dengan penulangan yang rapat dan untuk dinding-
dinding beton yang sempit harus ditempatkan dalam lapisan Horisontal dengan tebal tidak lebih
dari 15 cm.
f. Pengecoran Beton dalam Air
Pengecoran beton dalam air hanya akan diizinkan jika ditemukan atau diminta demikian
untuk keperluan perencanaan cara yang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik dan
persyaratan berikut harus diterapkan :
 Dalam semua hal Beton tersebut harus dibatasi dan tidak diizinkan bercampur dengan air
sampai selesai pengecoran dan cara yang harus dipilih dari :
1. Pengecoran beton dengan pemompaan
2. Pengecoran beton dengan alat tremic
3. Pengecoran beton dengan alat bucket (ember) yang menuang dibawah.

19
 Peralatan yang digunakan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum digunakan
dan bilamana diminta demikian, Kontraktor harus melaksanakan satu uji coba menunjukkan
(memperlihatkan) keefektifan peralatan tersebut.
 Selama pengecoran harus diberikan perhatian yang menjamin bahwa beton tersebut tidak
tercampuri dengan air karena kesalahan sambungan-sambungan atau kerusakan alat. Setiap
kegagalan akan menjadi tanggung jawab Kontraktor, yang akan mengambil tindakan
pencegahan dan diminta untuk membongkar dan mengganti beton yang rusak tersebut
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
g. Sambungan kontruksi
Lokasi sambungan - sambungan kontruksi bagi setiap struktur harus ditentukan
sebelumnya, dan ditunjukkan pada gambar rencana, serta harus disetujui oleh Direksi Teknik
sebelum mulai pelaksanaan persyaratan umum berikut ini harus diterapkan :
 Sambungan Kontruksi tidak boleh ditempatkan pada penyambungan pada bagian – bagian
structural kecuali ditentukan lain sebelumnya
 Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus kepada garis tegangan utama dan ditempatkan
pada titik-titik dengan geseran minimum.
 Apabila sambungan tegak diperlukan, batang –batang tulangan harus ditempatkan memotong
sambungan-sambungan untuk membentuk kontruksi yang monolit.
 Sambungan lidah paling sedikit 4 cm dalamnya. Disediakan untuk sambungan kontruksi dalam
dinding plat lantai dan antara kaki-kaki dan dinding-dinding
 Sambungan kontruksi harus dibuat menembus dinding sayap
 Dalam hal penundaan pekerasan yang tidak terencana dikarenakan hujan atau kemacetan
pemasokan beton, Kontarktor harus menyediakan tambahan tenaga dan bahan –bahan yang
diperlukan untuk membuat sambungan kontruksi tambahan menurut Perintah direksi Teknik.
h. Pemadatan Beton
 Beton harus dipadatkan dengan mesin penggetar didalam yang disetujui, apabila diperlukan
dilengkapi dengan pemampatan adukan beton
 Pemadatan manual hanya diizinkan jika disetujui dan akan terdiri dari pemadatan tumbuk
(cerucuk) didalam campuran beton dengan tongkat pemadat bersama-bersama dengan
permukaan yang menerus sisi luar cetakan.
 Pemadatan dengan penggetar dan pemadat tumbuk (cerucuk) harus dibatasi sampai waktu
yang diperlukan untuk menghasilkan pemadatan yang memasukkan tanpa menyebabkan
segregasi bahan-bahan.
 Penggetar didalam harus dilaksanakan dengan memasukkan batang penggetar kedalam beton
cor yang masih segar bebas penulangan. Alat penggetar harus dimasukkan ke dalam campuran
beton sejajar dengan sumbu memanjang & dan digetar selama 30 detik pada setiap lokasi
berjarak masing-masing 45 cm (lihat PBI 71).
 Jumlah penggetar yang diperlukan harus ditentukan dengan volume beton yang dicor setiap
jam, dengan persyaratan minimum dua penggetar untuk beton empat meter kubik.
i. Penyelesaian dan Perawatan Beton
 Pembongkaran Cetakan
1. Tidak ada acuan yang boleh di bongkar sebelum beton telah cukup kaku dan mengeras
dan telah meraih kekuatan yang cukup untuk berdiri (mendukung) sendiri. Harus diperoleh
izin dari Direksi Teknik sebelum pembongkaran berlangsung, namun hal ini tidak boleh
melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap keselamatan pekerjaan.
2. Jangka waktu minimum yang memperbolehkan antara pengecoran dan pembongkaran
acuan diberikan pada Tabel 1.12.

20
Tabel 1.12. Waktu Untuk Membongkar Acuan
Lokasi Dalam Struktur Waktu Minimum Persyaratan Kekuatan

Pinggir dinding, kolom,


24 Hari
balok, kerb Acuan yang didukung oleh
penyokong atau perancah
Dasar lantai (Slab) 12 - 14 Hari lain, 12 – 14 hari tidak Boleh
dibongkar sampai beton
Dukungan dibawah tersebut telah meraih paling
gelegar bawah, sedikit 60% kekuatan
14 Hari rencana
balok,rangka atau
lengkungan

3. Untuk memudahkan penyelesaian acuan cetakan yang digunakan pada pekerjaan hias,
tangga, parapet dan lain-lain dapat di bongkar setelah 12 jam.
 Permukaan jadi (selesai)
1. Kecuali diperkenankan lain permukaan beton harus diselesaikan segera setelah
pembongkaran cetakan. Setelah sarana penunjang dari kayu atau dari logam dan lidah-
lidah tonjolan dari adukan harus dibongkar
2. Permukaan yang tidak sempurna harus dibuat bagus hingga disetujui Direksi Teknik.
Apabila ada rongga –rongga besar nampak keluar, beton harus disambungkan kembali
sampai bahan yang keras, dibasahi dengan air dan dilapisi dengan lapisan adonan semen
tipis. Adukan beton terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir harus dilapiskan
kemudian sampai bentuk permukaan yang diperlukan.
 Perawatan Beton
1. Dimulai segera setelah pengecoran beton harus dilindungi terhadap hujan lebat, panas
matahari, atau setiap kerusakan fisik yang dapat menggeser beton tesebut.
2. Untuk menjamin pengerasan dan hidrasi, beton harus dirawat dengan menutup dengan
pasir basah, anyaman atau selimut rawatan yang harus direndam dengan air untuk jangka
waktu paling sedikit 3 hari dan kemudian dirawat dalam keadaan lembab untuk 4 hari
berikutnya.
3. Cetakan yang terpasang harus juga dijaga tetap basah.
 Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Beton
Pada umumnya, pekerjaan beton tersebut dapat diterima setelah berumur 28 hari,
pada gambar rancangan telah dipenuhi selengkapnya. Penyimpangan terhadap gambar
rancangan, spesifikasi –spesifikasi dan atau petunjuk-petunjuk Direksi Teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan atau kerusakan kepada pekerjaan –pekerjaan yang dimaksud dan
memerlukan beton tersebut harus dibongkar dan harus diperbaruhi merupakan tanggung jawab
kontraktor dan biaya untuk perbaikan atau pembaharuan harus sepenuhnya ditanggung oleh
kontraktor.
12. Pengendalian Mutu
a. Pengujian-pengujian Laboratorium
Pengujian-pengujian laboratorium berikut ini harus merupakan rujukan dan pengujian-
pengujian dilaksanakan seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan spesifikasi ini.
Tabel 1.13. Pengujian Laboratorium Untuk Beton
Referensi Test
Test Tipe
AASTHO Bina Marga

Analisa saringan Untuk memenuhi persyaratan gradasi


agregat halus dan T 27 PB 0201 -76 menentukan ukuran dan distribusi partikel
kasar agregat kasar dan agregat halus

Menentukan kekeruhan organic dengan


Kekeruhan organic
menggunakan larutan Sodium Hydroxida
dalam pasir untuk T 21 PB 0207 -76
dan mengacu kepada penyelesaian (solusi)
beton
warna standart

21
Jumlah bahan-bahan Menentukan total volume bahan-bahan
yang lebih halus dari yang lebih halus dari 0,075 mm Catatan :
T 11 PB 0208 -76
saringan 0,075 Mungkin diperlukan penerapan prosedur
dalam agregat bash dan prosedur kering di bawah T 27

Mutu air yang harus


Penetuan keasaman dan alkalinitas, total
digunakan
zat pada dan inorganic
dalambeton T 26 dan T
PB 0301 -76 Menetukan dengan % gumpalan lempung
gumpalan lempung 112
dan partikel-partikel pecahan dasar agregat
dan partikel pecahan
halus (setelah pengujian T11)
dalam agregat

Kekerasan agregat
oleh penggunaan Menentukan kekerasan agregat terhadap
T 104 -
sodium Sulfat dan kerusuhan cuaca
Magnesium Sulfat

Ketahan terhadap
abrasi agregat kasr
ukuran kecil dengan T 96 PB 0206 -76 Tes abrsai untuk agregat kasr < 37,5 mm
menggunakan mesin
Los Angeles

Pengujian kekuatan tekan contoh bahan


Kekuatan tekan
beton pada 7 hari dan 28 hari memenuhi
contoh uji beton T 22 -
persyaratan spesifikasi 9 tabel referensi
Silinder
6.4.3 (3) dan 6.4.3. (4)

b. Pengendalian Lapangan
Pengujian –pengujian pengendalian lapangan berikut ini harus dilaksanakn untuk memenuhi
persyaratan spesifikasi. Memotong suatu contoh bahan inti beton dan pemulihannya harus
dikerjakan oleh Kontraktor memenuhi perintah dan berdasarkan persetujuan oleh Direksi Teknik.

Tabel 1.14. Persyaratan Pengendalian Lapangan


Test Pengendalian Prosedur

Mengecor dan merawat Pemeriksaan setiap hari untuk persiapan pekerjaan galian, cetakan,
beton penulangan, dan untuk pemadatan penyelesaian, serta perawatan

Pemeriksaan setiap hari catatan-catatan dan jadwal kerja Kontraktor,


Pembongkaran cetakan
pemriksaan dan persetujuan untuk pembongkaran

Test-test pengendalian yang sederhana harus dilakukan jika diminta


Test untuk pengembangan
oleh Direksi Teknik untuk menentukan kandungan air dalam agregat
agregat halus
sebelum pencampuran

Test slum untuk kekentalan


dan kemudian dikerjakan,
Test penurunan (slump) untuk setiap takaran besar hasil, beton, dan
campuran Beton basah
seperd serta jika diminta oleh Direksi Teknik
AASTHO – T119 PC 0101
-7

22
Satu test kekuatan tekan (dengan tiga contoh bahan uji) yang harus
dilakukan untuk setiap, 60 m3 beton campuran yang di cor. Sebagai
Test kekuatan beton
tambahan paling sedikit satu test untuk setiap bagian struktur yang
AASTHO – T22
terpisah. Dimana mutu beton menjadi perselisihan, contoh bahan uji
inti harus, dipotong dan di uji seprti di perintahkan oleh Direksi Teknik

Test agregat halus halus


Test untuk dilakukan seperd dan jilm diperintahkan oleh Direksi
gumpalan lempung dan
Teknik, untuk memriksa mutu, agregat halus : atau pasir yang
pertikel-partikel percobaan
digunakan di lapangan.
AASTHO- T 112

13. Cara Pengukur Pekerjaan


a. Volume beton yang harus diukur untuk pembayaran haruslah jumlah dalam meter kubik beton yang
digunakan dan diterima didalam pekerjaan yang sesuai dengan ukuran – ukuran yang ditunjukkan
pada gambar rencana beserta kelas-kelas beton atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Tidak ada pengurangan volume beton yang diambil beserta pipa atau barang lain yang ditanam
seperti penulangan penghentian air (water stop), lubang-lubang drainase dan pipa-pipa berdiameter
20 cm atau kurang.
b. Beton yang haru dicor dan diterima untuk pengukuran dan pembayaran, seperti :
 Beton bertulang struktural kelas K-175 : K-225 : K-275 : K-350 dan K-400 (kelas yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam daftar penawaran)
 Beton tidak bertulang kelas K-125 dan B - 0
c. Tidak ada tambahan kelonggaran atau pengukuran akan dibuat untuk galian atau pekerjaan
persiapan lainnya bagi acuan cetakan perancah untuk balok-balok dan slab (lantai) dengan panjang
5 meter atau kurang pemompaan, penyelesaian perawatan, penyediaan lubang lepas dan kembali
terhadap struktur beton yang baru saja selesai. Semua pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan
dengan penyelesaian untuk penawaran untuk pekerjaan beton.
d. Akan disediakan secara terpisah untuk pengukuran dan pembayaran lain bagi pekerjaan cetakan
yang digunakan dalam pelaksanaan beton yang sesuai dengan item, Volume baja tulangan, bahan
filter porous dan item pembayaran lain yang digunakan dalam pekerjaan tersebut tidak boleh diukur
untuk pembayaran dibawah bab ini tetapi akan diukur dan dimasukkan untuk pembayaran terpisah
yang disediakan ditempat lain dalam spesifikasi ini
e. Apabila perbaikan-perbaikan pekerjaan beton yang tidak memuaskan telah diperintahkan sesuai
dengan Sub BAB 1.19.1. (8) spesifikasi ini tidak ada pembayaran tambahan yang dibuat
f. Untuk pekerjaan extra (tambahan) atau volume yang diperlukan bagi perbaikan–perbaikan tersebut.

1.19.2. Pekerjaan Baja Tulangan untuk Beton


1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan batang baja
tulangan dan pengelasan anyaman batang baja untuk penulangan beton sesuai dengan spesifikasi dan
gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
2. Toleransi
a. Fabrikasi
Pembengkokan batang baja dan fabrikasi harus dilaksanakan betul-betul sesuai dengan
persyaratan PBI 1971 ( NI – 2).
b. Kelonggaran penempatan
 Jarak antara penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran
maksimum, agregat kasar ditambah 1 cm dengan minimum 3,0 cm dipilih mana yang lebih
besar.
 Apabila penulangan dalam balok terdiri dari lebih satu lapis batang, penulangan lapis atas
diletakkan tepat di atas lapis bawah penulangan dengan ruang bebas / jarak vertical minimum
2,5 cm.
c. Selimut beton (terhadap tulangan)
 Batang tulangan baja harus diletakkan sedemikan sehingga, selimut beton minimum menutupi
pinggir luar penulangan, diberikan pada Tabel 1.15. untuk beberapa macam kondisi yang
didapat :

23
Tabel 1.15. Selimut Beton Sampai Penulangan
Ukuran batang Permukaan beton
Permukaan beton Permukaan beton
tulangan yang harus terbuka dibawah air
yang dapat dilihat tidak terbuka
ditutup permukaan air
Batang dia 16 mm 3,5 cm 4,0 cm 5,0 cm
lebih kecil batang
4,5 cm 5,0 cm 6,0 cm
diatas dia 16

 Ukuran batang tulangan yang harus ditutup Permukaan beton yang dapat dilihat Permukaan
beton tidak terbuka Permukaan beton terbuka dibawah air permukaan air
 Ukuran toleransi penutup tulangan harus 5 mm
 Untuk beton bertulang di bawah muka air yang tidak dapat dijangkau (dilihat) atau beton
yang akan digunakan untuk persyaratan kotoran atau cairan yang membuat karat, penutup
minimum harus ditambahkan menjadi 7,5 cm.
3. Penyerahan-penyerahan
a. Paling sedikit 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
Teknik untuk disetujui, rincian diagram pembengkokan dan daftar batang untuk penulangan yang
diisyaratkan. Rincian ini harus sesuai dengan gambar pelaksanaan yang disediakan untuk kontrak
atau seperti petunjuk Direksi Teknik
b. Kontraktor juga menyediakan daftar sertifikat pabrik pembuat yang memberikan mutu barang –
barang tulangan dan berat satuan dalam kilogram tiap ukuran dan mutu batang atau dengan baja
yang dilas diigunakan dalam pekerjaan.
4. Penyimpanan dan penanganan
a. Kontraktor harus mengirim baja penulangan ke lapangan pekerjaan diikat dan masing-masing
ditandai yang sesuai dengan peruntukannya, menunjukkan ukuran batang panjang, ukuran dan
informasi lainnya yang diperlukan untuk identifikasi yang baik
b. Kontraktor harus menangani dan menyimpan semua batang tulangan dengan cara yang baik untuk
mencegah distorsi (terbengkokkan), karat, atau kerusakan yang lain.
5. Perbaikan kualitas baja atau penanganan yang tidak memuaskan
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memastikan ketepatan daftar batang dan diagram
pembengkokan dan untuk meyakinkan bahwa daftar urutan dipakai secara benar. Baja tulangan
yang disediakan yang tidak sesuai dengan persyaratan sebenarnya atau spesifikasi, harus ditolak
dan diganti atas biaya kontraktor.
b. Baja tulangan dengan setiap kerusakan berikut harus tidak diizinkan didalam pekerjaan.
 Panjang batang, ketebalan dan bengkok yang melebihi toleransi fabrikasi yang diuraikan dalam
PBI 1971 (NI–2).
 Baja tulangan tidak sesuai dengan diagram pembengkokan atau daftar barang kecuali
dimodifikasi atas permintaan Direksi Teknik.
 Baja tulangan karatan atau rusak dan ditolak Direksi Teknik.
c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas di lapangan bersama dengan pengadaan batang –batang
lurus untuk pembuatan dan penggandaan baja tulangan yang ditolak oleh Direksi Teknik atau
sebaliknya ditemukan tidak baik untuk digunakan. Di dalam kesalahan fabrikasi batang harus tidak
dibengkokkan kembali atau diluruskan kembali tanpa persetujuan Direksi Teknik atau dilakukan
dengan lain cara yang merusak atau melemahkan baja. Pembengkokan ulang barang harus
dilakukan dengan cara dingin dan tidak boleh digunakan batang yang sudah dibengkokkan lebih dari
dua kali tempat yang sama.
6. Bahan-bahan
a. Batang baja penulangan
 Batang baja penulangan adalah polos atau batang ulir sesuai dengan persyaratan PBI 1971
(NI-2). Kecuali dinyatakan lain mutu baja yang digunakan untuk beton bertulang harus mutu U-
24 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2.
 Catatan : untuk baja yang lebih tinggi akan digunakan hanya apabila dinyatakan secara khusus
dalam Daftar Penawaran.
 Baja penulangan harus didapat dari pabrik pembuat yang disetujui dan harus disertai dengan
sertifikat pengujian yang memastikan kecocokan mutu. Jika mutu baja diragukan, Direksi Teknik
dapat meminta baja tersebut untuk diuji.
 Baja penulangan harus disediakan bersih dan bebas dari debu, Lumpur, minyak, gemuk, atau
karat.
b. Penulangan anyaman baja

24
Anyaman baja untuk penggunaan sebagai penulangan beton harus kawat baja dilas pabrik
sesuai dengan AASTHO M 55 dan harus diadakan dalam lembar rata atau gulungan seperti yang
disyaratkan oleh Direksi Teknik.
c. Penopang (ganial) yang digunakan untuk menahan penulangan di tempatnya harus terbuat dari
batang kawat ringan atau dengan menggunakan blok beton pencetak (3x3 cm) dibuat dari ukuran
semen (1:2). Tidak ada jenis lain penopang akan diizinkan kecuali seizin Direksi Teknik.
d. Kawat pengikat penulangan
Kawat ikat yang digunakan untuk pengikatan dan pengamana batang tulangan baja harus kawat
baja sesuai dengan PBI 1971 (NI-2) dan disetujui Direksi Teknik.

7. Pelaksanann Pekerjaan
a. Fabrikasi baja tulangan
Batang baja tulangan harus dipotong menurut panjang yang diperlukan dibengkokkan secara
hati-hati menurut bentuk dan ukuran yang diminta, batang tulangan mutu tinggi tidak boleh
dibengkokkan 2 kali. Pemanasan batang tulangan harus dilarang, kecuali apabila disetujui oleh
Direksi Teknik, dimana harus sampai pada pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan
kemungkinan yang paling rendah. Apabila jari-jari pembengkokkan untuk batang tulangan tidak
ditunjukkan didalam gambar rencana, ia harus paling sedikit 5 kali diameter batang yang
bersangkutan (untuk U 24) atau 6,5 kali diameter batang yang bersangkutan (untuk mutu yang lebih
tinggi). Kait begel harus dibengkokkan sesuai dengan PBI 1971 (NI-2).
b. Penempatan dan pengikatan
 Penulangan harus segera dibersihkan sebelum penggunaan, untuk menjamin kondisi
pengikatan yang baik.
 Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar dan petunjuk Direksi
Teknik dan didalam batas toleransi yang diuraikan pada Pasal 1.19.2. (2) dalam keadaan
apapun, penulangan dilarang terletak langsung diatas acuan / cetakan
 Batang baja penulangan harus diikat bersama dengan kokoh untuk menghindari perpindahan
tempat selama penuangan dan penempatan beton. Pengelasan batang bersilang atau begel
kepada baja tegangan utama tidak diizinkan.
 Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBI dan diraikan lebih lanjut
di bawah ini:
1. Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti dinyatakan
dalam gambar penyambungan batang baja. Kecuali apabila ditunjukkan lain pada gambar,
tidak akan diizinkan tanpa persetujuan Direksi Teknik.
2. Apabila sambungan betindih (lapped slice) disetujui panjang tindihan harus 40 kali diameter
dan batang – batang harus dilengkapi dengan kait.
3. Pengelasan batang baja tulangan tidak diizinkan kecuali terinci pada gambar atau diizinkan
secara tertulis oleh Direksi Teknik.
c. Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam beton.
d. Tulangan anyaman baja harus ditempatkan dalam arah memanjang, sepanjang yang dapat
dilaksanakan, dengan penyambungan panjang bertindih selebar satu anyaman penuh. Anyaman
harus dipotong untuk memasang siku-siku dan bukaan-bukaan dan harus diberikan pada
sambungan – sambungan antara slab (lantai).
8. Cara pengukuran pekerjaan
a. Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan ditentukan sebagai jumlah
kilogram selesai dipasang dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram batang baja
penulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang yang sebenarnya dalam meter
batang terpasang dikalikan berat satuan yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang batang.
jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung dengan total panjang yang
sebenarnya dalam meter persegi dikalikan dengan satuan berat yang disetujui dalam kilogaram tiap
meter persegi anyaman baja. Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus didasarkan
kepada berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.
b. Kawat ikat jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk penempatan dan pemasangan
baja penulangan ditempat tidak boleh dimasukkan dalam berat yang harus dibayar.
c. Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau pada suatu konstruksi
lainnya, untuk mana dibuatkan penyediaan yang terpisah bagi pembayaran, tidak boleh diukur untuk
pembayaran di dalam bab ini.
1.19.3. Siar (Adonan) Semen
1. Umum
a. Uraian

25
 Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan siar (adonan) semen untuk digunakan dalam
pasangan batu pekerjaan-pekerjaan drainase, pekerjaan beton dan struktur lainnya yang
diperlukan dalam spesifikasi ini.
b. Syarat –syarat pemakaian
 Adonan semen harus digunakan sesuai dengan toleransi batasan cuaca dan penjadwalan
pekerjaan yang tepat terhadap bagian-bagian yang pokok dari spesifikasi ini.
c. Contoh Bahan
 Dua contoh agregat yang digunakan dalam adonan semen harus diserahkan kepada Direksi
Teknik untuk mendapatkan persetujuan selama paling lambat 14 hari sebelum pekerjaan
dimulai bersama – sama dengan rincian sumber hasil data uji yang sesuai dengan persyaratan
untuk gradasi dan syarat – syarat mutu yang diberikan dalam Spesifikasi ini atau seperti yang
ditunjukkan lebih lanjut oleh Direksi Teknik.
 Tidak ada perubahan dalam sumber pengadaan atau kualitas agregat dibuat tanpa persetujuan
Direksi Teknik, dan setiap perubahan demikian harus disertai dengan penyerahan contoh –
contoh bahan dan laporan pengujian untuk pemeriksaan dan persetujuan lebih lanjut seperti
diatas.
2. Bahan – bahan dan campuran
a. Bahan – bahan
 Semen
Semen yang digunakan untuk adonan campuran semen persyaratan AASHTO M85 Type I.
Semen Portland biasa dinyatakan lain dalam daftar penawaran atau diperintahkan di lapangan
oleh Direksi teknik.
 Agregat halus untuk adonan
Agregat halus terdiri dari pasir alam bersih (kalau perlu dicuci sebelum digunakan), bagian halus
dari batu atau kerikil pecah dan harus mematuhi batas – batas gradasi pada Tabel 1.16. berikut
Tabel 1.16. Persyaratan Gradasi Agregat Halus
Persentase Lolos Atas Berat
Ukuran Ukuran Maksimum Nominal Catatan
saringan
9,5 mm 1,75 mm
9,50 100 -
4,75 95 - 100 100
2,36 - 95 - 100 Gradasi yang lebih kasar akan
digunakan untuk adonan pengisi
1,18 45 - 80 -
rongga yang besar dan untuk
0,30 10 - 30 - sambungan lebih tebal dari 13 mm
0,15 2 - 10 Maksimum 25
0,075 - Maksimum 10

b. Syarat – syarat kualitas untuk agregat halus diberikan pada Tabel 1.17. Direksi akan menerapkan
syarat – syarat ini sampai seluas yang diperlukan untuk jenis khusus dan lokasi pekerjaan.
Tabel 1.17. Syarat – Syarat Kualitas Agregat Halus

Uraian Test AASHTO Batas Test

Kekeruhan organis Melewati harga


dalam pasir (Test T 21 standar warna
Sodium Hidrixide) (kuning gading)

Kekerasan agregat Kehilangan tidak


(Test Sidium T 104 lebih dari 10% atas
Sulphate) berat

Persen gumpalan
Maksimum 1% atas
lempung dan partikel T 112
berat
serpih

3. Kapur Hidrasi
a. Kapur hidrasi harus diperoleh dari sumber pengadaan yang disetujui dan mematuhi persyaratan
standar konstruksi PBI N. 1-7 (syarat –syarat untuk kapur bahan bangunan).

26
b. Bila diminta demikian oleh direksi teknik, sebuah tes kekuatan kapur hidrasi dengan pasir (1 : 3)
akan memberikan kekuatan hancur 15 kg/cm2 sesudah 7 hari.
4. Air yang digunakan untuk pencampuran adonan semen harus bersih dan bebas dari benda – benda
kotoran – kotoran lain yang membahayakan campuran.
5. Campuran
Adonan harus sebanding (proporsional) dan memenuhi persyaratan berikut :
a. Adonan semen yang digunakan untuk penyelesaian atau perbaikan cacat–cacat dalam pekerjaan
beton dan untuk penyambungan pipa–pipa beton, sebagaimana diperlukan dibawah bagian yang
relevan dari spesifikasi ini terdiri dari semen dan agregat halus dicampur dalam perbandingan satu
bagian semen terhadap dua bagian agregat halus atas volume. Sejumlah air yang cukup harus
ditambahkan untuk memungkinkan penanganan campuran tersebut dengan satu rasio maksimum
air semen sekitar 0.65 dan adonan tersebut akan melebihi kekuatan desak yang memenuhi
persyaratan beton.
b. Adonan yang digunakan untuk penanaman (pemasangan) dan menyambung pasangan batu akan
terdiri dari satu bagian semen terhadap tiga bagian agregat halus, untuk mana kapur hidrasi dapat
ditambahkan dalam satu jumlah yang sama dengan 10% volume semen. Sejumlah air yang cukup
harus ditambahkan untuk membedakan campuran yang dapat ditangani dan bila diuji adonan
tersebut akan memiliki kekuatan desak tidak kurang dari 50 kg/cm2 pada 28 hari.
6. Pencampuran dan Pengecoran
a. Agregat dan semen harus diukur dan dicampur kering dalam mixer (pencampuran) beton atau
dengan tangan diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu campuran yang warnanya merata.
Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk satu campuran baik dan pencampuran berlanjut
selama 5 – 10 menit sampai didapatkan kekentalan yang diminta.
b. Adonan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakaian segera dan tambahan dapat
diberikan (dalam jangka waktu 30 menit dari waktu pencampuran) bila diminta demikian untuk
mempertahankan satu campuran yang mudah ditangani. Akan tetapi adonan yang tidak digunakan
di dalam 45 menit sesudah pencampuran harus dibuang.
7. Penempatan (Pemasangan)
a. Permukaan yang menerima adonan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas, atau benda – benda
lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum adonan tersebut dipasang.
b. Bilamana digunakan sebagai permukaan jadi (selesai), adonan tersebut harus dipasang pada
permukaan yang basah dan bersih dalam ketebalan yang menyediakan satu lapisan pelindung
permukaan setebal 1.5 cm dan harus dikulir sampai satu permukaaan yang halus dan rata.
8. Pengendalian mutu
a. Test Laboratorium
Tes laboratorium yang dapat diterima untuk agregat halus harus dilaksanakan oleh kontraktor sesuai
dengan petunjuk direksi teknik untuk menentukan gradasi dan kondisi mutu sebagaimana ditentukan
di bawah spesifikasi ini.
b. Pengendalian Lapangan
Direksi teknik dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan suatu tes pelaksanaan di lapangan
yang dipandang untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini.
3 Keselamatan dan Kesehatan kerja
1. UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN
a. Seksi ini mencakup ketentuan – ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan kerja( K3)
konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan
bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses konstuksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja
b. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan
kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa
c. Penyedia jasa harus mengikuti ketentuan K3 yang tertuang dengan peraturan Menteri Pekerjaan
umum No 09/PRT/M/2009 tentang pedoman sistem manajemen keselataman dan kesehatan kerja
(SMK3) Konstuksi Bidang pekerjaan umum dan pedoman pelaksanaan K3 untuk konstruksi Jalan
dan jembatan No.004/BM/2006 serta peraturan terkait laiinya yang ada di Jawa timur khususnya
Kota surabaya.
d. Penyedia Jasa harus membuat , menerapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi bahaya,
penilaian resiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan rencana K3
Kontrak (RK3K) yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan.
e. Penyedia Jasa harus melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada paket pekerjaan resiko K3 tinggi atau
sekurang-kurangnya petugas k3 konstruksi pada paket pekerjaan dengan resiko K3 sedang dan

27
kecil. Ahli K3 Konstruksi atau Petugas K3 bertugas untuk merencanakan , melaksanakan dan
mengevaluasi sistem manajemen K3 Konstruksi
f. Penyedia Jasa membuat laporan rutin kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga kerja setempat dan
tembusnya disampaikan kepada direksi pekerjaan
g. Untuk Tim dari Petugas K3 untuk biaya dibebankan kepada Penyedia Jasa
h. Direksi pekerjaan dapat sewaktu – waktu melaksanakan inspeksi k3 Konstruksi.

BAB II
PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS
(LINGKUP PEKERJAAN)

I PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1. Persiapan Dan Sewa Direksi Keet
a) Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergu nakan oleh Direksi selama
pelaksanaan pekerjaan, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan
peralatannya.
b) Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi.
c) Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengk apannya akan ditentukan
sebagai berikut:
 Ukuran = 3 m x 6 m
 Lantai = Rabatan beton
 Dinding = Triplek tb. 4 mm finish cat tembok
 Rangka = Kayu meranti 5/7
 Atap = Asbes gelombang kecil
d) Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan ka ntor lapangan
adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak
pertolongan pertama.
e) Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan tanggung
jawab Kontraktor.
f) Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor lapangan.
g) Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus
dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan perlengkapan tetap
menjadi milik Kontraktor.
h) Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar secara
harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa pembayaran
dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan, pengadaan, pelayanan,
pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran bangunan setelah selesai penanganan
pekerjaan.
i) Untuk keperluan air kerja kontraktor harus menyediakan sendiri air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak pelaksanaan pekerjaan.
j) Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna kebutuhan
penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan.
k) Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada butir a
dan b.
l) Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan sinar matahari,
termasuk dapat melindungi material yang tersimpan.
m) Kontraktor harus mengisi perabotan (white board, meja + kursi rapat, meja + kursi kerja)
maupun perlengkapan lain berupa buku harian.
n) Kontraktor membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,9 m x 1,2
m
1.2. Uitzet Dengan Alat Ukur Optis
1. Jaringan dan Permukiman
a) Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang dipasang oleh
Dinas Tata Kota Kotamadya Surabaya yang terdekat.
b) Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan
ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
c) Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambar-gambar
rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.
2. Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan

28
a) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk melakukan survey
dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah
terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama
mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana
semua pekerjaan didasarkan.
b) Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
c) Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan mengadakan
levelling pada semua bagian daripada pekerjaan.
d) Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan Direksi dalam
pengadaan pengecekan levelling tersebut.
e) Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk mengadakan
penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
f) Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan
peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang
berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.
h) Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah ditera
kebenarannya/dikalibrasi.
i) Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran
ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian.
j) Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi.
k) Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai.
l) Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap Titik adalah
sejarak 25 meter.pada gambar shop drawing dan As built Drawing
m) Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok harus dibuat
gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
n) Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan
survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan
pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain
untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor.
o) Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung tanah), kontraktor
diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam
tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi.
1.3. Pembuatan Bouwplank
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan pematokan dan pemasangan
bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
b) Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat melebihi lebar saluran.
c) Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak serta harus dijaga agar
tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan dengan jarak antar patok berjarak 10 meter antar
Bowplank.
d) Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan baik
dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya.
1.4. Test Hole
Kontraktor harus melakukan Test Hole minimal sejumlah 5 titik.
 Test hole dimaksudkan untuk mengetahui utilitas yang tertanam didalam tanah yang dapat
menganggu aktivitas proyek.
 Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel
adalah pipa distribusi air bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel telpon dan kabel TELKOM
lainnya yang pemasangan jaringannya tertanam dan terletak di bawah permukaan tanah.
 Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (a) di atas dan yang sudah tidak berfungsi
lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi aliran air dalam saluran harus disingkirkan atau
dipotong sesuai petunjuk Direksi atas persetujuan Instansi yang bersangkutan.
 Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan kabel yang masih
berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya adalah
menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.
 Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau penggalian memperdalam dasar
saluran lama ditemui lintasan pipa dan kabel yang masih berfungsi, maka Direksi dan
Kontraktor menghubungi instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk menentukan biaya

29
pemindahan jalur pipa atau kabel yang dimaksud untuk dialihkan di bawah dasar saluran
rencana.
 Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi pengarahan dan mengawasi semua
pekerjaan instalasi dalam rangka pemindahan dan pengalihan jalur atau lintasan pipa dan
kabel.
1.5. Persiapan Mobilisasi dan Demobilisasi
Cakupan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak, secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Penyewaan sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp Kontraktor Pelaksana.
b) Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan.
c) Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika diperlukan Kantor Lapangan,
Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja, Bengkel Kerja, Gudang dan sebagainya.
d) Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai dalam jangka waktu
30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
e) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail Mobilisasi kepada Konsultan
Supervisi, Konsultan manajemen dan Owner maksimal 7 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah
Mulai Kerja.
f) Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk pemindahan semua
Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana dari Tanah Milik Pemerintah serta
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

No. Jenis Kapasitas Jumlah

1 Escavator 0,28 m3 2 unit

2 Dump Truck 5 Ton 3 Unit

3 Forklift 5 Ton 1 unit


4 Pompa Air 3" 1 unit
5 Alat Cutting Aspal 1 unit
6 Stampper 1 unit

II PEKERJAAN TANAH
2.2.1 Penggalian Tanah dengan Alat Berat
a. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada dari tempat
kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.
b. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk penggalian yang lebih besar karena itu harus menggunakan
alat berat agar dapat mempercepat pekerjaan yang telah ditentukan didalam gambar dan RAB dan
sesuai petunjuk dari pengawas.
c. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah ditentukan, dan apabila tidak bisa
dibuang secara langsung , maka untuk sementara dapat diletakan didaerah sekitar saluran.
d. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu sekitarnya.
e. Walapupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak dibenarkan berada pada tempat tersebut
sampai 1 (satu hari)
f. Seluruh hasil material bekas galian drainase harus dibuang dan tempat bekas penempatan sementara
hasi galian, ditinggalkan dalam keadaan rapih dan bersih.
g. Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank dalam hal ini penentuan kedalaman
galian
h. Penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian harus diusahakan cukup aman dari longsoran
terlebih pada tempat alat berat berpijak.
i. Setiap Penggalian agar dilakukan bilamana material Box Culvert Sudah ada dilokasi atau sudah ready
agar meminimalisir adanya gangguan lalulintas yang berlebih.
j. Setelah Penggalian agar dilakukan pemasangan Sheet Pile Terlebih Dahulu agar menghindari
Terjadinya kelongsoran tanah galian.
k. Dalam Pelaksanaan Galian agar dilakukan dimalam hari agar memudahkan dalam Pelaksanaan.
l. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan, perolehan ijin untuk pembuangan
material dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

30
m. Apabila pekerjaan selesai maka penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi untuk
pemeriksaan.
n. Tanah yang digali oleh Excavator langsung dimuat ke Dump Truck, kemudian diangkut keluar lokasi
proyek hari itu juga agar tidak mengganggu lalu lintas disekitar.
2.3.1 Penggalian Tanah Manual
a. Umum
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada dari tempat
kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak
ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, untuk pembuangan material yang tidak
terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum garis, ketinggian penampang yang
ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
b. Prosedur Penggalian
1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi dengan menggunakan alat berat.
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan
seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton
dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan seluruh material
yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, panggalian saluran air dan
pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja
setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.
c. Pembuangan Materila Galian
Seluruh material Galian tanah di buang di areal lokasi pekerjaan.
2.4.1 Pembongkaran Pasangan Lama
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran pasangan lama seperti tertera pada
gambar rencana dan juga pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama.
Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembongkaran pasangan batu kali existing harus dilaksanakan secara tertib dan hati -hati
sehingga tidak merusak bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar dan tidak
membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang terlibat dalam pelaksanaan ini
maupun pekerjaannya sendiri.
b. Semua Material bekas bongkaran diangkut keluar proyek.
2.5.1 Pekerjaan Cuttung Aspal
a. Peralatan Mengunakan Alat Cutter Untuk Aspal yang Sudah terstandart.
b. Sebelum Dilakukan pemotongan aspal terlebih dahulu dibuat garis panduan agar tidak terjadi pergeseran
bidang yang akan dipotong.
c. Pekerjaan Cutting Aspal ini di sesuaikan dengan gambar dengan kedalaman 25 cm dan lebar 50 cm atau
dengan analisa RAB menggunakan alat yang sesuai dan perlu pengawasan ahli.
2.6.1 Pengangkutan Tanah keluar proyek
a. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalah Dump Truk dengan
kapasitas muat sesuai analisa RAB atau bila kondisi jalan / area yang tidak memungkinkan bisa
menggunakan kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan
b. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan mengadakan pengangkutan material sisa
galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m3 volume dari material yang telah diangkut setiap
ada pekerjaan pengangkutan.
2.7.1 Pengurugan Sirtu (Padat)
a. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat
b. Mutu Bahan
Sirtu yang digunakan adalah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.
c. Prosedur Pelaksanaan
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan
pemadat seperti Stampper dan urugan di pasang pada dasar box dan samping box. Urugan dilakukan
dengan tenaga manusia.
2.8.1 Pengangkatan U-ditch Existing
1. Pengangkatan dilakukan Mengunakan Alat Berat Crane dan harus sesuai dengan prosedur yang
diberikan oleh produser Saluran Precast, Jika kondisi memang tidak memungkingkan untuk
menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia.

31
2. Sebelum diangkat top bottom ditaruh ditempat yang berbahaya setelah pengangangkatan pada bekas
pasangan di gali Konstruksi yang sudah disiapkan, Kontraktor harus memastikan bahwa galian
Konstruksi tersebut telah diisi dengan sirtu padat.
3. Kerusakan Saluran Precast akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan tanggung jawab
kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti Saluran Precast yang rusak dengan Saluran Precast
yang baru yang mempunyai spesifikasi yang seragam.

III PEKERJAAN SALURAN


a.3.1. Pengadaan U-ditch 120.150.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.2. Pengadaan Cover 146.15.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.3. Pengadaan U-ditch 80.100.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.4. Pengadaan Cover 100.13.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.5. Pengadaan U-ditch 60 x 80 Grating
a.3.6. Pengadaan U-ditch 150.150.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.7. Pengadaan Cover 186.15.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
Saluran Precast yang dimaksud adalah U-ditch , Top Bottom dan Plat Injak Precast yang berasal dari
fabrikasi yang mampu menahan beban kendaraan dengan penulangan sesuai gambar.
a. Saluran Precast menggunakan mutu beton Fc 30 Mpa sesuai Fabriksai
b. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Saluran Precast tersebut pada sebuah pabrik, yang telah
disetujui oleh pihak Direksi
c. Mutu, Dimensi serta Saluran Precast yang dipesan harus sesuai dengan gambar perencanaan yang
sudah disetujui oleh Direksi
d. Syarat diterimanya beton precast, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna untuk
melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi
e. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna berhak
menolak produk beton precast
f. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Saluran Precast (yang berisi
Job Mix Formula) serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa harga satuan
pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
g. Biaya transportasi Saluran Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
h. Untuk Spesifikasi Lainnya Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.15. Tentang Pekerjaan
Beton Precast.

a.3.8. Pemasangan U-ditch 120.120.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton


a.3.9. Pemasangan Cover 146.15.120 Fc 30 Mpa Pabrikan, Gandar 15 Ton
a.3.10. Pemasangan U-ditch 80.100.120 FC 30 MPa Pabrikan
a.3.11. Pemasangan Cover 100,13.120 FC 30 MPa Pabrikan
a.3.12. Pemasangan U-Ditch 150x150x120 Fc 30 Mpa
a.3.13. Pemasangan U-Ditch 186x15x120 Fc 30 Mpa
a.3.14. Pemasangan U-ditch 60 x 80 Grating

Pemasangan Saluran Precast dengan alat Bantu


a. Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat Crane dan harus sesuai dengan prosedur yang diberikan
oleh produser Saluran Precast, Jika kondisi memang tidak memungkingkan untuk menggunakan alat
berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia.
b. Sebelum dipasang pada galian Konstruksi yang sudah disiapkan, Kontraktor harus memastikan bahwa
galian Konstruksi tersebut telah diisi dengan sirtu padat.
c. Kerusakan Saluran Precast akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan tanggung jawab
kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti Saluran Precast yang rusak dengan Saluran Precast
yang baru yang mempunyai spesifikasi yang seragam.
a.3.15. Pemasngan Trucuk Bambu Dia. 8-12 cm
b. Pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan pemasasangan Pekerjaan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan daya dukung tanah yang ada pada dasar pasangan batu kali tersebut sehingga
diharapkan daya dukungnya menjadi lebih besar dari keadaan sebelumnya.
c. Material yang digunakan adalah Bambu Bongkotan dengan diameter 10-12 cm .Panjang masing –
masing bambu 3.0 meter
d. Terucuk Bambu dipasang arah pada masing – masing sisi 1 buah terucuk, terucuk bambu dipasang
sejarak sesuai gambar perencanaan arah melintang. dan arah memanjang dengan jarak Sesuai gamba
Untuk Pemancangannya adalah sebagai berikut :
melihat gambar rencana

32
Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut di atas adalah menjadi tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya.

d.3.16. Pekerjaan Cor Setempat Beton Bertulang U-Ditch Fc 30 Mpa Pemakaina Besi 155 Kg (Saluran Utama)
a. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal Tentang Pekerjaan Beton
Bertulang.
b. Syarat - syarat Pelaksanaan
 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk penambahan
angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang ditentukan dalam
gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang terdekat atau kombinasi
dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah berat yang tertera
dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah luas tulangan dari suatu
penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter besi yang
dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang dapat menyulitkan
pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus sesuai
dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat pengecoran
beton dan tulangan baja di kerjakan setelah pemasangan Plastik Polythene.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-potongan kecil
terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut beton sesuai dengan
ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekisting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan tidak boleh
kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus mudah dibongkar
tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada waktu
pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti serbuk
gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan tindakan-tindakan
untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus dilakukan dengan
cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen adukan beton dan harus
sudah dicor paling lambat 30 menit sejak pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak
mengurangi ketentuan kualitas beton yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya jangan sampai
adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus yang cukup
untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi
akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar cetakan pada
bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan adanya persetujuan itu
tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada dasarnya waktu dan cara pembukaan
serta pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan
dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui
pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu minimum 21 hari
bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Wiremesh Cor Setempat, adalah seperti yang sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong konstruksi, beton
yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas. Ukuran dari pembuatan

33
lubang, pemasangan alat-alat didalam beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan
Pengawas.
d.3.17. Pekerjaan Pembesian WireMesh Ø 8 uk 5.4 x 2.1 m - 15 cm
d.3.18. Pekerjaan Beton FC 30 Mpa (Over Toping)
1.Syarat-syarat umum
 Ketentuan, menunjuk pada persyaratan : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
 Mutu Beton Beton memakai mutu Fc 20 Mpa. Masing- masing penggunaan disesuaikan dengan
yang tercantum pada gambar. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat.
 Campuran / adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan banyaknya tiap 40 kg
Portland cement dan ukuran nominal agregat kasar/halus. Kontraktor harus membuat percobaan
komposisi campuran (beton mix) guna memenuhi karakteristik yang diminta. Pemakaian jenis
adukan beton Jenis beton dengan Campuran K-350 untuk Pengunci plat, rekondisi jalan beton,
lantai kerja. Sedangkan Jenis Beton tanpa tulangan untuk galian utilitas (tidak dicor ke dalam
cetakan) dilakukan dengan mesin pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali
membuat adukan, pengadukan harus rata hingga warna dan kentalnya sama. Takaran
perbandingan campuran Semua bahan harus ditakar menurut volume/beratnya. Temperatur
adukan yang diizinkan 28 – 30 C.
 Pengawasan campuran adukan Komposisi Semua agregat, semen, air, volume/beratnya harus
ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman,
kontraktor harus tetap mengusahakan mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan
dalam PBI 1971.
2.Bahan-Bahan
a) Semen Semen yang dipakai harus Portland Cement dari merk yang disetujui dan yang dalam segala
hal memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”. Dalam
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air,
ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 10 cm dari lantai. Kantong semen tersebut
tidak boleh ditumpuk sampai tinggi melampaui 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan
dan ditandai dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b) Agregat (butiran, pasir) Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung
bahan-bahan yang merusak umpamanya yang bentuk atau kualitasnya bertentangan dan
mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya
tahannya terhadap karat dari tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus
memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-ketentuan) PBI 1971.
c) Air Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak atau
campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
3.Syarat-Syarat Pelaksanaan
Setiap pekerjaan beton, Penyedia Jasa harus melakukan pengujian kuat tekan beton yang
hasilnya harus diketahui oleh pengawas.
a) Toleransi Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi
ini tidak boleh bertambah-tambah (cumulative). Ukuran masing- masing bagian harus seksama
dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
b) Pemberitahuan pelaksanaan pengecoran Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton
pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, kontraktor harus mendapat persetujuan. Jika tidak
mendapat persetujuan, dan pengecoran tidak disetujui, maka kontraktor dapat diperintahkan
untuk membongkar beton yang telah dicor atas biaya sendiri.
c) Pengangkutan Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa hingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2
meter. Dalam keadaan terpaksa tinggi jatuh beton lebih dari 2 m, maka disarankan untuk
mempergunakan talang.
d) Pembersihan cetakan dan alat-alat Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas
harus dibuang. Permukaan cetakan yang akan berhubungan dengan beton harud dibasahi
dengan air sebelum dicor.
e) Wajib melakukan slump tes sesuai nilai slump yang tetuai di tiket dan pengambilan sampel benda uji
berupa kubus atau silinder tiap adukan minimal 1 benda uji.
f) Pengecoran Pengecoran ke dalam tempat yang dicor harus selesai sebelum adukan mulai
mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit
atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti. Tidak boleh mengecor beton pada
waktu hujan, kecuali jika kontraktor mengambil tindakan-tindakan mencegah kerusakan atau
dengan izin dari Direksi.

34
g) Pemadatan beton Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang
berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran dalam 1 menit. Penggetaran harus
dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan adukan berikutnya. Dalam permukaan yang
vertikal, vibrator harus dekat ke cetakan tapi tidak menyentuhnya sehingga dihasilkan suatu
permukaan beton yang baik.Dengan sudut kemiringan vibrator antara 45 – 90 derajat.
Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan ke bagian-bagian adukan yang
sudah mengeras.
h) Perawatan Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai
beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus diambil
tindakan-tindakan sebagai berikut :
i) Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai cetakan
dibongkar.
j) Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.
d.3.19. Penghamparan lapis Permukaan Aspal Beton Laston (AC) Tb. 4 cm Manual
1. Umum
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan suatu lapis aus permukaan tahan lama dan padat dari
campuran aspal dikenal sebagai Lapisan Aspal Beton (LASTON), tersusun dari sejumlah agregat
tertentu, filter dan aspal semen dihasilkan dari instalasi campuran pusat (CMP) dan dipasang sesuai
dengan spesifikasi-spesifikasi ini dengan ketebalan nominal 4 cm atau diatur tersendiri oleh Direksi
Teknik atau ketentuan lain dalam dokumen kontrak, seperti yang diminta dalam Daftar Penawaran.
Campuran Aspal beton tersebut akan dipasang sebagai satu lapis permukaan baru di atas lapis
pondasi atas yang dibentuk sebelumnya atau sebagai satu lapis ulang diatas suatu perkerasan
dengan lapis penutup yang ada, dan perlu digunakan di atas jalan dengan lalu lintas berat serta
kemiringan terjal.
b. Toleransi Ukuran
 Tebal rata-rata terpasang harus sama dengan atau lebih tebal dari tebal nominal rencana. Tidak
ada satu titikpun akan memiliki ketebalan Aspal Beton padat kurang dari 90 % tebal rencana.
Namun tebal rencana dapat disesuaikan dengan persyaratan di lapangan atau keputusan
Direksi Teknik dan diberitahukan secara tertulis kepada kontraktor.
 Variasi permukaan Aspal Beton selesai dari tingkat dan ketinggian yang ditentukan tidak boleh
melebihi 5 mm pada setiap titik bilamana diuji dengan satu mistar batang lurus panjang 3,0 m.
c. Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Direksi Teknik pada paling lambat 14 hari
sebelum pekerjaan dimulai :
 Contoh bahan campuran aspal beserta rincian sumber pengadaan.
 Formula campuran pelaksanaan dan data uji pendukung yang diperoleh dari laboratorium
Instalasi Campur Pusat (CMP) yang menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan mutu
spesifikasi ini.
 Pembatasan Cuaca
 Aspal beton akan dipasang hanya dibawah kondasi cuaca kering dan bilamana permukaan
perkerasan kering pula.
d. Pengendalian Lalu Lintas
 Pengendalian lalu lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan syarat-syarat
umum kontrak dan disetujui oleh Direksi Teknik, serta dilakukan tindakan-tindakan untuk
memberi petunjuk dan mengendalikan lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
 Harus disediakan sarana untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan separuh lebar
perkerasan, kecuali disediakan satu pengalihan (alternatif) jalan yang sesuai sehingga disetujui
oleh Direksi Teknik.
 Tidak ada lalu lintas yang akan diizinkan lewat di atas permukaan jalan yang baru selesai
sampai lapis permukaan aspal beton di padatkan sepenuhnya hingga memuaskan Direksi
Teknik.
e. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan.
Lapis permukaan yang selesai (jadi) dari Aspal Beton harus diselesaikan sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi ini dan mendapat persetujuan Direksi Teknik. Luas lapis permukaan yang
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan ini dan yang dianggap tidak memuaskan Direksi Teknik
harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah lapisan tambahan dan/
cara lain yang dipandang perlu oleh Direksi Teknik.
2. Syarat – Syarat Bahan
a. Persyaratan Umum

35
 Semua bahan yang diperlukan untuk Aspal Beton akan didapat dari Sumber deposit bahan dan
bahan hasil olahan industri dan dipasok langsung ke CMP (Instalasi Campur Pusat), kecuali
DPUK membuat pengaturan alternatif.
 Tanggung jawab untuk menyetujui semua sumber pengadaan dan melaksanakan test
laboratorium yang diperlukan yang berhubungan dengan campuran percobaan dan
pengendalian mutu produksi berada pada Ahli Teknik (Engineer) yang bertugas dan
bertanggung jawab di CMP (Instalasi Campur Pusat).
 Kualitas aspal beton harus memenuhi persyaratan Spefikasi Umum Bina Marga.
b. Agregat
 Agregat kasar
Agregat kasar terdiri dari batu atau kerikil pecah atau campuran yang sesuai dari batu pecah
dengan kerikil alami yang bersih.
Gradasi agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar untuk Aspal Beton
Ukuran Saringan Presentasi Lolos
(mm) Saringan Atas Berat
19,0 100
12,5 30 – 100
9,5 0 – 55
4,75 0 – 10
0,075 0-1

 Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam dan atau batu pecah tersaring dalam kombinasi yang
cocok, dan harus bersih serta bebas dari gumpalan lempung dan benda-benda lain yang harus
di buang, Gradasi agregat halus sesuai dengan Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Persyaratan Gradasi Agregat Halus Aspal Beton


Ukuran Saringan Presentasi Lolos
(mm) Saringan Atas Berat
9,5 100
4,75 90 – 100
2,36 80 – 100
0,60 25 – 100
0,075 3 – 11

 Filler
Bahan filler terdiri dari debu batu sabak atau semen serta harus bebas dari suatu benda yang
harus dibuang. Ia berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan 0,60 mm dan tidak kurang
dari 75 % atas berat partikel yang lolos saringan 0,075 (saringan basah).
 Syarat-syarat Kualitas Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan untuk aspal beton harus memenuhi syarat kualitas yang
diberikan pada Tabel 2.3. di bawah :
Tabel 2.3. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar
Uraian Batas Test
Kehilangan berat karena abrasi (
Maksimum 40 %
500 putaran )
Bahan Aspal setelah pelapisan
Minimum 95 %
dan pengelupasan
c. Bahan Aspal
 Bahan aspal harus AC-20 aspal semen gradasi kental (kurang lebih ekivalen dengan Pen.
60/70) memenuhi persyaratan AASHTO M 226
 Suatu bahan adhesif (pengikat) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada bahan aspal,
jika diminta demikian oleh Direksi Teknik yang bertugas dan bertanggung jawab pada CPM
(Instalasi Campur Pusat). Bahan tambahan tersebut harus satu jenis yang disetujui oleh ahli

36
Teknik (Engineer) yang bertugas pada CMP dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai
dengan petunjuk Pabrik Pembuat.
3. Persyaratan Campuran
a) Komposisi Campuran
 Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, bahan filter, dan bahan aspal. Komposisi rencana
campuran berada dalam batas-batas rencana yang diberikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Komposisi Campuran

Presentase Lolos Atas Berat


Fraksi Rencana Campuran
Total Campuran Aspal

Fraksi Agregat Kasar ( > 2.36 mm ) 30 – 50

Fraksi Agregat Kasar ( 2.36 mm – 0.075 mm


39 – 59
)

Fraksi Filter 4.5 – 7.5

Kandungan Aspal (% total atas volume)


Kandungan aspal efektif - Minimum 5.2
Kandungan aspal terserap - Maksimum 1.7
Total kandungan aspal sebenarnya - Minimum 6.7
Tebal film aspal - Minimum 8 micron
 Perbandingan campuran final dan formula kualitas aspal beton harus ditentukan oleh pengujian
laboratorium yang dilaksanakan oleh laboratorium CMP dan campuran rencana sebenarnya
harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini.
b) Sifat-sifat Campuran
 Sifat-sifat campuran yang harus dipenuhi oleh CMP (Instalasi Campur Pusat) diberikan pada
Tabel 2.5. di bawah.
Tabel 2.5. Sifat-Sifat Campuran
Sifat-Sifat Campuran Pengukuran Batas-Batas
Kandungan rongga udara % atas volume total
4% - 6%
campuran padat campuran
Tebal film aspal Micron Minimum 8
Kuosien Marshall KN/mm 1.8 – 5.0
Stabilitas Marshall Kg 550 – 1250
Stabilitas Marshall tertahan
% stabilitas asli Minimum 75%
(rendaman 24 jam)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Peralatan Pelaksanaan
 Jenis peralatan dan metoda operasi harus sesuai dengan Daftar Peralatan dan Instalsi Produksi
yang telah disetujui dan menurut petunujuk lebih lanjut Direksi Teknik.
Pada umunya peralatan yang harus dipilih untuk penghamparan dan penyelesaian harus paver
(perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja mencapai garis dan ketinggian yang diperlukan
dengan penyediaan untuk pemanasan, screeding dan sambungan perata campuran aspal
beton.
 Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penghamparan, pemadatan dan penyelesaian.
- Alat pengangkutan
Sejumlah dump truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk mengangkut
campuran aspal yang sesuai dengan program perkerjaan yang telah disetujui. Dump truk
tersebut harus dilengkapi dengan dasar bak logam rata ketat, dibersihkan dan yang
sebelumnya dilapisi minyak bakar.
- Peralatan untuk Penghamparan dan Penyelesaian
Bilamana diminta demikian dibawah Daftar Penawaran dan Daftar Unit Produksi,
peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus satu paver (perata) bertenaga

37
mesin yang mampu bekerja sampai ke garis, kemiringan dari penampang melintang yang
diperlukan dan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan terhadap kinerja volume dan
kinerja kualitas.
- Peralatan Pemadatan
Untuk pemadatan lapis permukaan tersebut diperlukan peralatan sebagai berikut :
Vibratory roller atau Baby roller ini merupakan aplikasi untuk meratakan permukaan
dengan operating weight kurang dari 3 ton.
Sebuah mesin gilas ban bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan 8,5
kg/cm2 (120 lbs/sq.in) dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500 kg – 2500 kg
muatan per roda.
- Peralatan untuk Penyemprotan lapis Aspal Resap Pelekat atau Lapis Aspal Pelekat.
Sebuah dstributor/ penyemprotan aspal bertekanan harus disediakan dengan penyediaan
untuk pemanasan aspal.
b. Penyediaan Lapangan
 Pemasangan diatas lapis Pondasi Atas.
- Bila memasang diatas pondasi jalan, pondasi tersebut bentuk dan profilnya harus sama
benar dengan yang diperlukan untuk penampang melintang rencana dan dipadatkan
sepenuhnya sampai mendapat persetujuan Direksi Teknik, yang sesuai dengan
persyaratan pemadatan. Pondasi tersebut harus disapu bersih dari setiap benda yang
lepas dan harus dibuang.
- Sebelum memasang aspal beton, pondasi jalan tersebut harus dilapisi dengan Lapis Aspal
resap Pengikat pada saatu tingkat pemakaian 0,60 l/m2 atau tingkat lainnya menurut
perintah Direksi Teknik.
 Pemasangan diatas satu Permukaan Aspal yang ada.
- Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang diatas satu permukaan aspal yang
ada, setiap kerusakan pada permukaan perkerasan yang ada termasuk lubang-lubang,
bagian yang ambles, pinggiran hancur dan cacat permukaan lainnya harus dibetulkan dan
diperbaiki sampai disetujui Direksi Teknik.
- Sebelum pemasangan aspal beton, permukaan yang ada harus kering dan dibersihkan dari
semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang, dan akan disemprotkan aspal
perekat pada tingkat pemakaian tidak melebihi 0,50 l/m2, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik.
c. Penghamparan
 Screed samping atau cetakan yang disetujui harus dipasang sepanjang perkerasan/ bahu jalan
sampai garis dan ketinggian yang diperlakukan.
 Penghamparan dengan Mesin
- Sebelum operasi pengaspalan dimulai, screed paver harus di panaskan dan campuran
aspal harus dimasukkan/ dituang ke dalam paver pada satu temperatur didalam batas-
batas antara 1400 – 1100 C.
- Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar dan diturunkan
sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk penampang melintang yang diperlukan diatas
seluruh lebar perkerasan yang mungkin.
- Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak menimbulkan retak-retak
pada permukaan. Tingkat penghamparan harus sebagaimana yang disetujui oleh Direksi
Teknik memenuhi persyaratan tebal rencana.
- Jika terjadi suatu segresi, penyobekan atau penyungkilan permukaan, paver tersebut harus
dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali sampai penyebabnya ditemukan dan diperbaiki.
Bagian-bagian yang kasar atau bahan yang telah segresi harus dibuat betul dengan
menyebarkan bahan halus (fines) serta digaruk dengan baik. Akan tetapi penggarukan
harus dihindari sejauh mungkin dan partikel kasar tidak boleh disebarkan diatas permukaan
yang discreed.
- Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada sisi hopper atau
dimana saja pada paver.
- Bilamana jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada waktu, pengerasan separuh
lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer didepan pengerasan separuh lebar jalan
yang kedua.
d. Pemadatan Lapis Aspal Beton
 Pengendalian Suhu
- Secepat setelah campuran tersebut selesai dihampar dan diratakan ,permukaan tersebut
harus diperiksa dan setiap kualitas yang tidak baik harus segera diperbaiki.

38
- Suhu campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan dimulai ketika suhu
campuran tersebut turun hingga 110o C dan harus diselesaikan sebelum suhu turun di
bawah 65o C.
- Pengilasan campuran tersebut akan terdiri dari tiga penggilasan secara berturut-turut
dengan urutan pengilasan dari Tabel 2.6. sebagai berikut:
Tabel 2.6. Tahapan Penggilasan

Waktu Sesudah Suhu Penggilasan (oC)


Tahapan Penggilasan
Penghamparan
AC - 10 AC - 20

1. Tahap Awal Penggilasan 0 – 10 menit 110 – 100 125 – 110

2. Penggilasan Kedua/
10 – 20 menit 100 – 80 110 – 95
Antara

3. Penggilasan Akhir 20 – 45 menit 80 – 65 95 – 80

 Prosedur Pemadatan
- Tahap awal pengilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya dengan mesin
gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan dilakukan dengan
sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas awal akan beroperasi dengan roda kemudi
dekat paver.
- Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda baja, dan 6
km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu cukup lambat untuk menghindari
penggeseran campuran panas. Garis penggilasan tidak boleh terlalu berubah – ubah atau
arah penggilasan berbalik secara tiba-tiba, yang akan menimbulkan penggeseran
campuran.
- Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis mungkin
dibelakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan sementara campuran
tersebut masih pada satu temperatur yang memungkinkan akan menghasilkan pemadatan
maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan bilamana bahan tersebut masih dalam suatu
kondisi cukup dapat dikerjakan untuk membuang semua tanda bekas roda mesin gilas.
- Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari pinggiran sebelah
luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu jalan menuju ke bagian tengah
perkerasan, kecuali pada lengkungan superelevasi, penggilasan akan mulai pada sisi
rendah yang bergerak maju menuju sisi tengah yang lebih tinggi. Lintasan berikutnya dari
mesin gilas akan bertumpang tindih pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan
lintasan tidak boleh berhenti pada titik-titik ditempat satu meter dari titik ujung lintasan-
lintasan sebelumnya.
- Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama harus
bergerak diatas jalan yang sudah dilewati sebelumnya demikian sehingga tidak lebih dari
15 cm roda kemudi jalan/ lewat diatas pinggir perkarasan yang tidak terpadatkan. Mesin
gilas harus terus menerus lewat sepanjang lajur ini menggeser posisinya sedikit demi
sedikit menyilang sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu
sambungan yang dipadatkan rapih secara menyeluruh.
- Penggilasan akan bergerak maju secara terus menerus sabagaimana diperlukan untuk
mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu bahwasannya campuran tersebut
dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua tanda-tanda bekas roda mesin gilas dan
ketidak teraturan lainnya dihilangkan. Untuk mencegah menempelnya campuran pada
mesin gilas, roda-roda tersebut harus dijaga selalu basah tetapi air yang berlebihan tidak
diizinkan.
e. Penyelesaian
 Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri diatas permukaan yang baru selesai sampai
permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan matang.
 Permukaan Aspal Beton sesudah pemadatan harus halus dan rata sampai punggung jalan dan
ketinggian yang ditetapkan di dalam toleransi yang ditentukan. Setiap campuran yang menjadi
lepas-lepas dan hancur, bercampur dengan kotoran atau yang telah menjadi tidak sempurna
dalam setiap arah, harus dipadatkan segera untuk menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan
setiap luas yang menunjukkan suatu kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas instruksi

39
Direksi Teknik akan disingkirkan dan diganti. Semua tempat tinggi, sambungan tinggi, bagian
ambles dan rongga-rongga udara harus diselesaikan sebagaimana diminta oleh Direksi Teknik.
 Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, kontraktor harus
memperbaiki pinggiran- pinggiran menjadi segaris secara rapih. Setiap bahan-bahan yang
berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan final dan dibuang oleh kontraktor sehingga
disetujui oleh Direksi Teknik.
f. Penyelesaian Sambungan
 Tidak boleh ada campuran yang dipasang menempel bahan ujung yang sudah digilas
sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali sampai satu permukaan
tegak. Satu penyiraman tipis aspal yang digunakan untuk permukaan-permukaan kontak harus
dipakai tepat sebelum tambahan dipasang menempel bahan yang digilas sebelumnya.
5. Pengendalian Mutu
a. Test Laboratorium
 Test laboratorium harus dilaksanakan oleh Tenaga Ahli yang bertugas dan bertanggung jawab
pada CMP (Instalasi Campur Pusat) yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Umum dan
untuk memenuhi persyaratan Spesifikasi yang diberikan pada Tabel 2.7. Data uji harus
disediakan untuk Kontraktor dan Pimpinan Proyek jika perlu, dan pengujian lebih lanjut harus
dilaksanakan bila demikian yang diminta oleh oleh Direksi Teknik.
Tabel 2.7. Test Laboratorium Aspal Beton
Referensi Test
Test Tipe
AASTHO Bina Marga

Ketahanan terhadap
abrasi agregat kasar
Test abrasi untuk agregat <
ukuran kecil T 96 PB 0206 – 76
19 mm
menggunakan mesin
Los Angeles

Pelapisan dan
pengelupasan Penahanan aspal sesudah
T 182 PB 0205 – 76
campuran agregat pelapisan dan pengelupasan
aspal

Test Marsahll untuk


Ketahanan terhadap pemilihan gradasi optimum
kelelahan plastis dan kandungan bahan
campuran aspal T 245 PC 0201 – 76 pengikat , termasuk : -
menggunakan Stabilitas Marshall, Nilai
instrumen Marshall Aliran Marshall, Koefisien
Marshall, Kepadatan Marshall

Berat jenis
maksimum Untuk menentukan rongga
campuran udara dalam campuran dan
T209
perkeraasan aspal penyerapan aspal oleh
agregat

Berat jenis Menentukan kerapatan


menyeluruh pemadatan HRS thd
T 166
campuran aspal presentasi kepadatan
dipadatkan Marshall

Pengaruh panah dan


udara terhadap Menentukan pengaruh
T 179
bahan aspal ( Test minimum ketebalan film
Film Oven ini )

40
 Untuk pengujian pengendalian mutu campuran, Kontraktor harus mendapatkan dan
menyediakan catatan-catatan pengujian untuk produksi setiap hari, meliputi analisa saringan,
pengendalian suhu, kepadatan/ kestabilan/ aliran Marshall dan penyerapan oleh agregat. Ujian
ini dicatat dalam Tabel 2.7.
b. Pengendalian Lapangan
 Test pengendalian lapangan berikut harus dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan
terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Pemotongan lubang uji dan mengembalikan ke
keadaan semula dengan bahan Aspal Beton dipadatkan dengan baik harus dikerjakan oleh
Kontraktor di bawah pangawasan Direksi Teknik Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Pengujian Mutu Campuran
Test Pengendalian Prosedur

Test permukaan perkerasan untuk Permukaan harus diuji setiap hari dengan
kesesuaian dengan punggung jalan, mal dan punggung dan batang lurus panjang
ketinggian dan kemiringan melintang 3 m setelah pemadatan akhir.

Contoh bahan inti harus diambil setiap 200


m, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pengujian berat/kepadatan inti aspal
Teknik. Kepadatan campuran yang sudah
beton terpasang dan dipadatkan
disatukan yang telah diuji, tidak boleh kurang
(AASHTO T 166)
dari 95 % bahan (spesimen) padat
laboratorium.

Tebal lapis aspal beton terpasang yang


harus dipantau dengan inti perkerasan atau
dengan cara lain yang diminta oleh Direksi
Ketebalan lapis permukaan Teknik. Inti tersebut harus diambil oleh
Kontraktor dibawah pengawasan Dierksi
Teknik pada suatu titik uji yang diperintahkan
demikian.

Pemeriksaan setiap hari pekerjaan


Kualitas terselesaikan, untuk pengendalian mutu,
keseragaman dan pemadatan

6. Cara Pengukuran Pekerjaan


a. Produksi lapis Aspal Beton harus diukur untuk pembayaran sebagai volume yang diukur dalam ton
campuran aspal yang dikirim ke lapangan dan dapat diterima oleh Direksi Teknik. Pengukuran akan
berdasarkan jumlah tiket pengiriman muatan yang diterima dan telah dihitung, dan disertai dengan
data uji yang relevan mengenai campuran pelaksanaan. Berat jenis padat AC akan diambil sebagai
2,29 ton/m3.
b. Volume Aspal Beton yang dihampar dan dipadatkan yang harus dukur untuk pembayaran, sebagai
jumlah meter persegi terpasang dan dapat diterima oleh Direksi Teknik, dihitung sebagai panjang
bagian perkerasan yang diukur pada garis sumbu dikalikan dengan lebar rata-rata yang diukur dan
disetujui bersama diantara Kontraktor dan Direksi Teknik.
c. Tebal Aspal Beton yang harus diukur untuk pembayaran adalah tebal rencana padat yang telah
ditetapkan atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik secara tertulis. Dalam hal bahwa
tebal padat yang dipasang kurang dari tebal rencana, penyesuaian akan dilakukan dengan
menggunakan ukuran luas yang diperbaiki sama dengan :

Tebal diukur rata – rata sebenarnya


Luas diukur sebenarnya =
Tebal rencana

41
d. Tidak ada penyesuaian yang sama dari luas yang diukur akan dibuat untuk tebal yang dapat
diterima yang melebihi tebal rencana, kecuali penambahan tebal tersebut telah diminta oleh Direksi
Teknik secara tertulis.
e. Bila lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat dipasang yang sesuai dengan kontrak khusus
dan Daftar Penawaran, lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat tersebut akan diukur
dalam liter.
f. Bilamana aspal beton diletakkan diatas lapis pondasi atas, pekerjaan mempersiapkan dan
memelihara lapis pondasi atas tidak boleh diukur untuk pembayaran dan akan dimasukkan dalam
pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaian lapis pondasi atas tersebut yang sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi ini.
g. Bila aspal beton dipasang diatas perkerasan aspal yang ada, pekerjaan yang diperlukan untuk
membuat betul permukaan termasuk perbaikan lubang-lubang, pinggiran hancur dan bagian-bagian
ambles, tidak boleh diukur dan dibayar dibawah bab ini, tetapi akan diukur dan dibayar sesuai
dengan item-item pembayaran yang relevan.
h. Bila perbaikan lapis perata yang tidak memuaskan, telah diminta sesuai dengan spesifikasi ini, tidak
ada tambahan pembayaraan akan dibuat untuk pekerjaan ekstra atau volume yang diperlukan bagi
perbaikan-perbaikan.
i. Tidak ada penambahan pengukuran atau pembayaran yang dibuat untuk pengujian bahan-bahan
yang diperlukan dibawah spesifikasi ini dan semua pekerjaan demikian akan dianggap telah
dimasukkan dalam item pembayaran untuk pemasangan Lapis Aspal Beton.

d.3.20. Pekerjaan lapis resap Perekat (Tack Coat)


1. Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada permukaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan pelaburan aspal atau lapisan campuran aspal.
2. Lapis Perekat digunakan pada permukaan yang beraspal,dengan bahan aspal dari jenis aspal semen AC
– 10 atau AC – 20 yang memenuhi ASSHTO M226 – 80 , diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal. Dipasang hanya pada permukaan yang benar – benar kering.
3. Lapis Perekat harus tidak dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali
mendapat persetujuan lain dari Direksi.
4. Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapi dan tampak merata, tanpa
lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan aspalnya.
5. Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.18. Tentang Pekerjaan Lapisan
Aspal Perekat (Tack Coat) dan Pengikat (Prime Coat).

d.3.21. Lapisan Polythene


1. Uraian
Plastik (Polystyrene) Styrofoam juga dikenal dengan istilah polystyrene yang dihasilkan
dari styrene (C6H5CH9CH2) yang mempunyai gugus phenyl (enam cincin karbon) yang
tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari molekul. Penggabungan acak
benzena mencegah molekul membentuk garis yang sangat lurus sebagai hasilnya
polystyrene memiliki bentuk yang tidak tetap, transparan dan dalam berbagai bentuk plastik.
Menurut Erliza dan Sutedja dalam Suryaman (2009), plastik dapat dikelompokkan atas
dua tipe, yaitu thermoplastic dan thermoset. Thermoplastic adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulang kali dengan menggunakan panas, antara lain polyethylene,
polyproylene, polystyrene, dan polyvinil chloride. Sedangkan thermoset adalah plastik yang
tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain henol formaldehid dan urea
formaldehid.
Menurut Nurminah (2002), secara umum dikenal beberapa jenis plastik yang sering
digunakan antara lain:
 HDPE (High Density Polyethylene),
 LDPE (Low Density Polyethylene),
 PP (Polypropylene),
 PS (Polystyrene),
 Vinyl (Polyvinyl Chloride),
 PET (Polyethylene Terepthalate)
Menurut Mujiarto (2005) sifat-sifat umum dari styrofoam/polystyrene adalah:
1. Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras, mempunyai b unyi
seperti metallic bila dijatuhkan.
2. Ketahanan terhadap bahan kimia

42
Ketahanan polystyrene terhadap bahan kimia tidak sebaik polypropylene. Polystyrene
larut dalam eter, hydrocarbon. Polstyrene juga mempunyai daya serap air yang rendah
dibawah 0,25%.
3. Abration Resistance
Polystyrene mempunyai kekuatan permukaan relatif lebih keras dibandingkan dengan
jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah tergores.
4. Transparansi
Mempunyai derajat transparansi yang tinggi dan dapat memberikan k ilauan yang baik
yang tidak dimilki oleh jenis plastik lain.
5. Sifat elektrikal
Karena mempunyai daya serap air yang rendah maka polystyrene digunakan untuk
keperluan alat-alat listrik.
6. Ketahanan panas
Polystyrene mempunyai softening point yang rendah (90°C), sehingga tidak digunakan
untuk pemakaian pada suhu tinggi. Selain itu polimer ini mempunyai sifat konduktivitas
panas yang rendah. Menurut Wikipedia (8 september 2010) styrofoam adalah merek
dagang dari Dow Chemical Company yang dibuat untuk isola si panas dan aplikasi
kerajinan. Satyarno (2004) dalam Tiurma (2009) menjelaskan styrofoam adalah gabus
putih yang banyak digunakan untuk bahan pengganjal pada pengepakan barang -barang
elektronik.
Styrofoam merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi meka nis maupun suhu namun
bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100° C menurut Billmeyer (1984) dalam
Dharma Giri (2008). Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai
40 MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser s ampai 0,99 GN/m2, angka
poisson 0,33 menurut Crawford (1998) dalam Dharma Giri (2008).
Mujiarto (2005) menerangkan bahwa styrofoam mempunyai kekuatan permukaan relatif
lebih keras dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain. tyrofoam memiliki sifat sa ngat
ringan , thermoplastic, yaitu menjadi lunak jika dipanaskan dan mengeras kembali setelah
dingin. Dengan pemanasan, styrofoam akan menjadi lunak pada suhu 1000 C, namun jika
dibakar secara langsung styrofoam akan mudah terbakar dan akan mengeluarkan ap i
berwarna kuning dan akan meninggalkan jelaga. Selain itu juga memiliki sifat tahan
terhadap asam, basa dan sifat korosif lainnya seperti garam. Styrofoam juga sangat stabil
dan tidak mudah terurai dalam waktu yang lama.
Penggunaanya:
Penggunaan plastic polythene di lapangan di sesuaikan dengan analisa atau kondisi
Lapangan dengan pengawasan mandor dan pengawas.Jenis dan typenya sesuai dengan
kebutuhan.
2. Ciri ciri plastic polythene adalah sebagi berikut:
1. Thermoplastic
2. Elastis / Lentur
3. Tidak tembus air
4. Tidak berbau
5. Plastic sediit buram dan transparan
6. Tahan benturan
7. Daya tahan hingga 135 derajat celcius
8. Ketebelan minimal 125 mikron
d.3.22. Pengadaan dan Pemasangan Grill Manhole Tb. 4 cm Fabrikan
d.3.23. Pengadaan Grating Mengacu Terhadap Gambar dan Spesifikasi dari Dinas
d.3.24. Pemasangan Grill Manhole Tb. 4 cm Fabrikan
d.3.25. Pemasangan Grill Grating
Syarat – syarat pelaksanaan
a. Pemasangan Grill Tangkapan air dilakukan setelah pekerjaan pemasangan Box Tangkapan
air.
b. Diharapakan agar pada waktu pemasangan Box Tangkapan air agar di beri luba ng untuk
pemasangan angkur yang akan disambung dengan frame grill box tangkapan air sesuai pada
gambar, setelah itu dilakukan perbaikan pada box yang diberi lubang tersebut dengan
penambahan grouting, agar tidak mengurangi mutu dari box tangkapan air terse but.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada sebuah pabrik, yang
telah disetujui oleh pihak Direksi

43
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna
untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan
pabrikasi (belum pernah dilakukan)
g. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna
berhak menolak produk grill
h. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Grill Fabrikasi serta
Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi) yang
dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
i. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
j. Penyedia wajib merawat dan menjaga grill fabrikasi tetap dalam kondisi baik pa da saat
material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan
k. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan Pemeliharaan Grill
Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa pelaksanaan selesai.

d.3.26. Pengadaan dan Pemasangan U-Gutter Pelaluan Air 30.20.60 FC 20 Mpa Pabrikan
1. Pengadaan
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada Tentang Pekerjaan Beton Precetak.
2. Pemasangan
 Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat dan harus sesuai dengan prosedur yang
diberikan oleh produser Pracetak Box Pelaluan Air, Jika kondisi memang tidak
memungkinkan untuk menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh
tenaga manusia.
 Kerusakan Box Pelaluan Air akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan
tanggung jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti Box Pelaluan Air
yang rusak dengan Box Pelaluan Air yang baru yang mempunyai spesifikasi yang
seragam.

d.3.27. Pekerjaan Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 cm (1pc : 4ps)


1. Landasan dari adukan segar paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada pondasi dan disiapkan
sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama.
2. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut.
3. Batu yang dipasang harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar.
4. Peralatan yang cocok harus disediakan utnuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat
ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru
dipasang tidak diperkenankan.
5. Batu harus tertanam dengan kuat satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan tebal yang diperlukan
dari lapisan yang diukur tegak lurus terhadap lereng. Tambahan aduk mengisi rongga yang ada diantara
batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak menutupi batunya
dengan menggunakan perekat 1 pc : 4 pc.
6. Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas, dan permukaan harus diakhiri segera setelah
pengerasan awal dan aduk dengan menyapunya dengan sapu yang kaku.
7. Lereng yang bersebelahan dengan batu harus diratakan dan dibentuk untuk menjamin pertemuan yang
baik dengan pekerjaan pasangan batu sehingga memungkinkan untuk drainase tang tidak menghambat
dan mencegah gerusan pada tepi perkerasan.
8. Pasangan yang dihasilkan harus kokoh / masif (tidak berongga), untuk itu semua rongga diantara batu
kali harus terisi campuran.
9. Setiap jarak 10 meter sepanjang saluran dibuatkan celah delatasi tegak dari puncak saluran sampai
dasar saluran.

d.3.28. Plesteran Halus 1 Pc : 4 Ps tb.1,5 cm


1. Umum
Lingkup pekerjaan Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian disini adalah seluruh pekerjaan
plesteran termasuk benangan baik untuk plesteran dinding pasangan bata maupun pasangan batu kali
atau sebagaimana yang ditunjuk dengan notasi seperti yang tercantum pada gambar rencana.
2. Bahan – Bahan :
 Sebagai bahan semen, pasir dan air untuk plesteran ini sama dengan kualitas seperti yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton ataupun pekerjaan pasangan.

44
 Campuran untuk plesteran harus dipilih yang benar–benar bersih dan bebas dari segala macam
kotoran. Pasir untuk plesteran harus bersih dan diayak dengan ayakan ukuran # 1.2 – 2.00 mm.
3. Pelaksanaan
Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air:
1. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya
air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi ( kekentalan) yang diperlukan
tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
2. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu,
adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
3. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang.
4. Sebelum permukaan bidang pasangan batu diplester terlebih dahulu bidang yang akan diplester
harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Bidang-bidang yang telah bersih kemudian disiram
dengan air sampai rata dan jenuh baru kemudian diplester. Plesteran tebal 1,5 cm terdiri dari
campuran 1 Pc: 4 Ps dengan menggunakan pasir pasang yang telah diayak .
5. Pertemuan bidang plesteran vertikal dan horizontal harus lurus, rata (tidak bergelombang) dan tidak
retak.
6. Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan Concrete
Mixer / Molen.
7. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 4 bagian
Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu
dengan ukuran yang sama.
8. Pada bagian sudut atas plesteran dibuatkan benangan sepanjang saluran, benangan harus tajam
dan lurus serta tidak mudah terkelupas. Tebal plesteran adalah 1.5 cm.
IV. PEKERJAAN LAIN – LAIN
1.5.1 Pemasangan Kisdam
1. Umum
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan
kadang-kadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini,
Kontraktor diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai
sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan
turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya, selama masa
pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus
dijaga agar tetap kering, bebas dari genanan ataupun rembesan air.

2. Bahan Material
 Bahan utama dari pembuatan Kisdam ini yakni Bambu Ori dan Gedeg Guling
 Bambu Ori yang dipakai berdiameter antara 10 s/d 12 cm dengan panjang 3 m.
 Gedeg yang digunakan harus gedeg yang baru dan bagus,untuk hal ini kontraktor harus
mendapat persetujuan dari Pengawas dan Direksi.
 Kawat Ikat diameter 4 mm.
 Karung glangsing dan tanah pengisi

1.5.2 Dewatering
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kadang-kadang
suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan
menmgeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari
genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air
tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai
kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air.
Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan,
sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat.
Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak diperlukan adanya
sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban ker, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan.
Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya konstruksi pengertian
sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri, maka perhitugan volume dan pembayaran untuk
pelakasannaan pekerjaan pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) M’ untuk

45
pekerjaan “coferring” atau “kisdam” dan Lump sum untuk pekerjaan “dewatering”, sedangkan harga satuan
pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang
dipergunakan, “Overhead” dan keuntungan Kontraktor.

1.5.3 Pembersihan Lokasi


Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama proyek
berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk
Direksi pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan

1.5.4 Quality Control Saluran


Pekerjaan Quality Control Beton
 Pengangkutan adukan beton dari tempat pengaduan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara
yang disetujui oleh Direksi, yaitu:
a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi Tabel 4.4.1 SK SNI T-
15.1991.03.
c. Pengadukan pengecoran harus menggunakan Concrete Mixer.
d. Kontraktor harus memberikan Jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau dengan mengadakan trial-mixer
dilaboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/pengawas lapangan.
e. Kontraktor membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat dengan disahkan oleh
Direksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristik Laporan tertulis tersebut.
f. Penunjukan Laboratorium harus dapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.
 Pengujian Dengan Menggunakan “Silinder“
Sebelum diadakan pekerjaan pengecoran untuk setiap bagian pekerjaan struktur
bangunan (Pondasi, Sloof, Kolom, Plat Lantai dan Balok, pihak kontraktor harus membuat percobaan
test “silinder“ minimal 3 (tiga) sampel untuk masing masing bagian pekerjaan.
Pelaksanaan percobaan yang dimaksud adalah pengujian mutu beton dengan kubus terbuat dari plat
baja dengan ukuran Dia.15 cm Tinggi.30 cm, jika dalam pengetesan laboratorium mutu beton yang
inginkan tidak tercapai maka harus diadakan job mix design.
a. Pemeriksaan Mutu Beton
Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat apabila
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 3 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut.
- Tidak boleh satu pun nilai rata-rata dari 3 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut berkurang.
- Setiap hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut seperti diatas, harus dipakai sebagai dasar
untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam campuran beton.
 Pemeriksaan Benda Uji
Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan
ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air.
a. Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan kedalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira
sama tebal, dimana masing-masing lapis ditumbuk 10 kali dengan tongkat baja dengan diameter 26
mm, dan ujung dibulatkan.
b. Selanjutnya adukan didalam cetakan harus dipadatkan dengan cara yang sesungguhnya. Apabila
dalam hal ini dipergunakan jarum-jarum penggetar, maka jarum penggetar tersebut harus
dimasukkan sentris kedalam setiap kubus tanpa menyentuh dasarnya. Penggetaran harus
dilanjutkan sampai permukaan adukan beton nampak mengkilap oleh air semen. Kemudian jarum
penggetar ditarik dan diadukkan.
c. Benda uji harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung basah
selama 24 jam.
d. Sebelum kubus diuji diperiksa kekuatannya, ukurannya harus ditentukan dengan ketelitian sampai
mm. Apabila berat isi dari beton juga harus ditentukan, maka berat beton harus ditentukan dengan
ketelitian sampai ratusan gram.
e. Sebagai beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang ditunjukkan oleh pesawat penguji.
Pesawat penguji tidak boleh mempunyai ± 3 % pada setiap pembebanan diatas 10 % dari kapasitas
maksimum.

46
Pekerjaan Quality Control Baja
 Bahan Baja untuk pekerjaan struktur
a. Bahan baja ini kecuali ditunjuk atau disyaratkan lain harus sesuai dengan PUBB 1965.
b. Semua bagian baja yang digunakan harus dari jenis yang sama kualitasnya. Dalam hal ini dipakai
baja jenis U-24 dengan tegangan tarik putus baja minimum 2.400 Kg/cm2.
c. Batang Profil harus bebas dari karat, lubang-lubang, bengkok, putiran dan cacat perubahan lain.
d. Batang baja disediakan sesuai penampang, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail lainnya
sesuai gambar.
 Penyambungan dan pemasangan
a. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan hati-hati untuk
menghasilkan tampak yang rapi dan tertip. Semua perlengkapan lain perlu demi kesempurnaan
pemasangan walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar, harus
diadakan/disediakan.
b. Pemborong harus mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya ditempat pekerjaan dan tidak hanya
dari gambar-gambar kerja
2 Spesifikasi Baja Tulangan Beton Polos (BjTP) dan Sirip/ulir (BjTS) SNI 2052:2017
2.1Baja tulangan beton Polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan
rata tidak bersirip/berulir.
2.2Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS)
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip/ulir
melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan
gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton.

Bahan baku
Baja tulangan beton terbuat dari billet baja tuang kontinyu dengan komposisi kimia seperti pada Tabel 1.

2.3 Syarat mutu

2.3.1 Sifat tampak


Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna dan hanya
diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.

47
2.3.2 Bentuk
2.3.2.1 Baja tulangan beton polos
Batang baja tulangan beton berpenampang bundar dan permukaan harus rata tidak bersirip/berulir
sesuai Gambar 1.

2.3.2.1 Baja tulangan beton sirip/ulir


Permukaan batang baja tulangan beton sirip/ulir harus bersirip/berulir secara teratur. Setiap batang
dapat mempunyai sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus mempunyai sirip-sirip dengan arah
melintang terhadap sumbu batang (lihat Gambar 2).
2.3.2.2Sirip-sirip/ulir-ulir melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang
teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf
pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip/ulir melintang pada posisi di mana angka atau huruf dapat
ditiadakan.
2.3.2.3Sirip/ulir melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang.

2.3.3 Ukuran dan toleransi


2.3.3.1 Diameter, berat dan ukuran sirip/ulir
Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti tercantum pada Tabel 2. Diameter, ukuran
sirip/ulir dan berat per meter baja tulangan beton sirip/ulir seperti tercantum pada Tabel 3.

48
2.3.3.2 Toleransi diameter
Toleransi diameter baja tulangan beton polos seperti pada Tabel 4.

49
Jenis baja tulangan beton polos seperti pada Gambar 1.

Jenis baja tulangan beton sirip/ulir seperti pada Gambar 2.


a. Sirip/ulir bambu

Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
T : Gap/rib

b. Sirip/ulir curam

50
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur

c. Sirip/ulir tulang ikan

Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
T : Gap/rib
Gambar 2 - Jenis baja tulangan beton sirip/ulir

2.3.3.3 Panjang
Panjang baja tulangan beton ditetapkan 10 m dan 12 m.

2.3.3.4 Toleransi panjang


Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minimum 0 mm (0 mm), maksimum plus 70 mm
(maksimum + 70 mm).

2.4Toleransi berat per batang


Toleransi berat per batang baja tulangan beton sirip/ulir ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 5.

51
2.5 Sifat mekanis
Sifat mekanis baja tulangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 6.

VI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Penyiapan RKK
Kontraktor Pelaksana Membuat RKK ( Rencana Keselamatan Kerja ) Pada Saat PCM atau Pre Construction
Meeting atau rapat pra pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada saat pemaparan kontraktor pelaksana di
bantu dengan Konsultan Pengawas Untuk Membuat Laporan RKK yang berisikan di bawah ini :
 Latar Belakang;
 Informasi Kegiatan;
 Sasaran Mutu;
 Persyaratan Teknis dan Administrasi
 Struktur Organisasi;
 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang;
 Bagan Alir Kegiatan;
 Jadwal Peralatan;
 Jadwal Material;
 Jadwal Personil;
 Spesifikasi Teknik tiap-tiap pekerjaan;
 Gambar Teknik tiap-tiap pekerjaan;
 Jadual pelaksanaan pekerjaan;
 Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang;Standar prosedur, standar
produk dan instruksi kerja

52
 Organisasi pelaksana pekerjaan; Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana
pekerjaan.
 Kendala pada di Lapangan dan penanganan seperti apa
 Untuk Form Disesuaikan dengan Standart LDP ( Lembar Data Pemilihan
Sesuai dengan Penawaran )

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi


tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan

2. Sosialisasi dan Promosi K3


Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah,
camat, kepala desa / lurah, RT Atau RW / masyarakat setempat sebelum mulai
pelaksanaan pekerjaan untuk membangun saling pengertian dan menghindari
salah paham/masalah serta mengajak partisipasi masyarakat setempat dalam
pelaksanaan pekerjaan.

Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling


lambat 5 (Lima) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu
Penyedia Jasa harus menyerahkan jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada
Pengguna Jasa paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum sosialisasi
dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan. Dalam pembuatan
Sosialisasi penyedia jasa harus membuat himbauan kepada masyarakat luas
atau di sekitar proyek dengan banner ukuran 1 x 3 meter yang diletakan pada
tempat strategis dan terlihat oleh masyarakat luas dan himbauan berisikan
Pemasangan rambu – rambu papan himbauan terkait “Adanya Pekerjaan
Proyek” / “Hati – Hati Banyak Keluar Masuk Kendaraan Proyek, rambu –
rambu pengalihan arus dan rambu peringatan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan

3. Alat Pelindung Kerja


Penyedia Jasa wajib membuat pagar pengaman. Pagar pengamaan ini bersifat tidak
paten atau tidak ditancapkan. Hal ini dikarenakan pagar pengaman bisa di pindah pindah.
Untuk bahan dan ketinggian pagar disesuaiakan dengan Analisa BOQ yang sudah
disediakan. Alat pelindung kerja tidak boleh dibongkar sampai dengan FHO Pekerjaan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan

4. Alat Pelindung Diri


Penyedia wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para Pekerja maupun Tamu
yang datang ke lokasi proyek dengan menyediakan Peralatan keselamatan kerja yang
berfungsi untuk mencegah dan melindungi Pekerja maupun pengunjung proyek dari
kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja.
APD utama yang wajib disediakan :
 Helmet:Topi/Pelindung kepala Melindungi dari kejatuhan benda, benturan benda
keras, diterpa panas dan hujan. Kontraktor Harus Menyediakan APD sejumlah
minimal sesuai dengan yang tercantum di RAB. Seluruh pekerja wajib dan selalu
menggunakan APD di lokasi pekerjaan
 Masker Mulut/hidung 3 ply :Melindungi dari pekerjaan yang menggunakan
bahan/serbuk kimia, udara terkontaminasi, debu, asap, kadar oksigen kurang.
Kontraktor Harus Menyediakan APD sejumlah minimal sesuai dengan yang
tercantum di RAB. Seluruh pekerja wajib dan selalu menggunakan APD di lokasi
pekerjaan
 Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastic: Melindungi tangan dari bahan kimia yang
korosif, benda tajam/kasar, menjaga kebersihan bahan, tersengat listrik. Kontraktor

53
Harus Menyediakan APD sejumlah minimal sesuai dengan yang tercantum di RAB.
Seluruh pekerja wajib dan selalu menggunakan APD di lokasi pekerjaan.
 Safety Shoes:Pelindung kaki Melindungi kaki dari benda tajam, tersandung benda
keras, tekanan dan pukulan, lantai yang basah, lincir dan berlumpur, disesuaikan
dengan jenis bahayanya. Kontraktor Harus Menyediakan APD sejumlah minimal
sesuai dengan yang tercantum di RAB. Seluruh pekerja wajib dan selalu
menggunakan APD di lokasi pekerjaan.
 Rompi Pelindung dengan Scotchlight: untuk membatu visibilitas pengguna disaat
malam ataupun di tempat gelap. Kontraktor Harus Menyediakan APD sejumlah
minimal sesuai dengan yang tercantum di RAB. Seluruh pekerja wajib dan selalu
menggunakan APD di lokasi pekerjaan.

No Jenis APD Jumlah


1 Topi Pelindung (Safety Helmet); Sesuai Dengan BQ

2 Pelindung Pernafasan dan Mulut Sesuai Dengan BQ


(Masker) ( Masker 3 Ply)

3 Sarung Tangan (Safety Gloves); Sesuai Dengan BQ

4 Sepatu Keselamatan (Safety Shoes); Sesuai Dengan BQ

54
5 Rompi Petugas Lapangan + Scotchlight Sesuai Dengan BQ

Seluruh peralatan APD yang digunakan memenuhi standard SNI. Selama bekerja Pekerja
wajib menggunakan baju kerja yang sesuai, baju dengan lengan dan celana panjang.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan. Dan apabila dalam pelaksanaan
pekerja melebihi jumlah yang ada di BQ. Kontraktor berkewajiban menyediakan
APD Tambahan tanpa meminta Ganti rugi ke Direksi.

5. Asuransi dan Perizinan


 Asuransi dan perizinan dalam pekerjaan adalah untuk menjamin keselamatan pekerja proyek
apabila terjadi kecelakaan kerja. Asuransi yang dimaksud asuransi BPJS Ketenagakerjaan.
Penyedia jasa dalam waktu 7 hari kerja setelah SPK sudah mengurus Asuransi tersebut.
 Perizinan

6. Personil K3
Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau Organisasi Penyedia
Jasa yang telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Tugas dari Personil K3 Antara lain
 Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3 Konstruksi
 Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
 Merencanakan dan menyusun program K3
 Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
 Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan
instruksi kerja K3
 Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi
 Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika diperlukan
 Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan darurat

7. Fasilitas sarana kesehatan


Kotak P3K merupakan perlengkapan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Kotak P3K
dianjurkan terdiri dari kapas, perban, plester, obat luka bakar, kasa, Sopra-Tulle, gelas pencuci mata,
aquades, oba tetes mata, obat merah, rivanol, alkohol 70%, balsem, peniti, gunting, vinset, dan sarung
tangan karet.

8. Rambu – Rambu
 Rambu Rambu
Rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan alat bantu yang bermanfaat untuk
membantu menginformasikan bahaya dan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para pekerja atau
pengunjung yang berada di tempat kerja tersebut.
Fungsi dari rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), antara lain :
 Menarik perhatian setiap orang terhadap adanya bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
 Menunjukan kemungkinan terdapat potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat di tempat kerja.
 Menyediakan informasi secara umum serta memberikan pengarahan.

55
 Memberitahukan kepada para pekerja dimana mereka harus menggunakan alat pelindung diri saat
berada di tempat kerja.
 Menginformasikan dimana peralatan darurat keselamatan diletakkan.
 Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan atau perilaku yang tidak
diperbolehkan dilakukan di tempat kerja.
 Warna yang menarik perhatian yang dipakai pada rambu-rambu keselamatan kerja juga untuk
keperluan lainnya yang menyangkut keselamatan pekerja. Misalnya, warna untuk menginformasikan
isi aliran dalam suatu pipa dan bahaya yang terkandung di dalam aliran tersebut.
 Pemilihan warna pada rambu-rambu keselamatan kerja juga menuntut perhatian dari kemungkinan
terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka, misalnya potensi akan adanya bahaya
dapat digambarkan dengan menggunakan warna kuning. Bila mana pekerja menyadari adanya
potensi bahaya di sekitarnya, kemudian pekerja dapat melakukan tindakan pencegahan dini agar
tidak terjadi kecelakaan.

Oleh sebab itu resiko kemungkinan terjadinya kecelakaan, luka, cacat atau kerusakan lainnya dapat
diperkecil. Warna keselamatan kerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pengelompokan rambu-rambu keselamatan kerja dibagi menjadi tiga kelompok:


 Perintah
 Waspada (peringatan, perhatian, bahaya)
 Informasi
Setiap kelompok rambu-rambu keselamatan kerja digambarkan dalam bentuk masing masing, kemudian
dibagi ke dalam sub kelompok, selanjutnya dapat diidentifikasi atau dikenali melalui warnanya.

Bentuk geometri dan kelompok rambu keselamatan dapat ditunjukkan seperti pada gambar dibawah ini :

56
o Jenis Rambu - Rambu Jumlah
1 Rambu Rambu Sesuai Dengan BQ

2 Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Sesuai Dengan BQ


Lights Stick);

3 Kerucut Lalu Lintas (Traffic Cone); Sesuai Dengan BQ

4 Lampu Putar (Rorary Lamp); Sesuai Dengan BQ

5 Lampu Selang Lalu Lintas; Sesuai Dengan BQ

57
Seluruh peralatan Rambu Rambu yang digunakan memenuhi standard SNI. Selama
Pekerjaan wajib dipasang dan dapat diaplikasikan

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead”
pada analisa satuan pekerjaan. Dan apabila dalam pelaksanaan Rambu melebihi jumlah
yang ada di BQ. Maka Kontraktor harus melakukan penambahan jumlah tanpa meminta
Ganti rugi ke Direksi.

9. Konsultansi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi


Pekerjaan ini adalah konsultansi kepada narasumber atau Ahli Terhadap pekerjaan yang memerlukan tenaga
dan jasa khusus untuk menghindari kecelakaan kerja sehingga pekerjaan ini bisa dilaksanakan secara teknis
dan faktor . sedangkan out yang dihasilkan adalah rekomendasi secara teknis penanganan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan.
Dan apabila dalam pelaksanaan pekerja melebihi jumlah yang ada di BQ.

10. Lain - Lain


 BENDERA K3

 Tiang Bendera
Bendera K3 adalah bendera dengan warna dasar putih dan memiliki ukuran standar 135 x 90 cm.
Pada kedua muka bendera terdapat lambang palang dilingkari roda bergerigi warna hijau serta logo
"Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja". Bendera ini dapat dipasang di lingkungan
perusahaan sebagai perlengkapan kampanye program K3 sekaligus sebagai simbol bahwa
perusahaan Anda telah menerapkan program K3 di lingkungan kerja atau di direksi keet .
Sendangkan untuk Tiang Bendera Menggunakan Tiang dengan Ketinggian 350 cm. kontraktor
memasang tiang bendera secara tegak lurus dan kuat atau tidak gampang roboh.

BAB III
PENUTUP

Peraturan ini harus dipelajari seksama oleh Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya merupakan bagian yang
mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Hal-hal yang belum diatur dalam RKS ini, akan dijelaskan pada
pelaksanaan penjelasan pekerjaan dan semua tambahan atas Penjelasan dalam dokumen pengadaan, akan dibuat
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang ditanda tangani oleh Tugas Pengadaan dan merupakan pedoman
dalam proses pelaksanaan berikutnya.

IV PHOTO DOKUMENTASI.
Foto-foto yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan, peralatan atau hal-
hal yang menarik perhatian lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau lingkungannya harus dibuat
sedikitnya tiga kali, yakni :
 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan…………….............. ..( 0 % )
 Selama berlangsungnya pekerjaan………………………….(25-75 %)
 Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode
Pemeliharaan...........................................................................(100 %)
Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga posisi (depan, belakang dan samping ), serta pada
posisi yang sama untuk masing-masing kejadian. Ukuran dari foto-foto tersebut tidak boleh kurang dari
140 x 90 mm dan enam lembar hasil cetakan masing-masing foto (dialbumkan), dengan membubuhkan
nomor seri, tanggal pengambilan dan keterangan ringkas nya harus disampaikan kepada Direksi. Semua
klise/negatif filmnya harus dinomori, ditempatkan dalam arsip dan disimpan di lokasi dan menjadi
Pemberi Proyek. Biaya foto-foto tersebut seperti ditentukan harus ditanggung oleh Kontraktor dan harus
dianggap termasuk dalam over head yang disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya.

58
V PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA.
Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara lain :
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan.
3. Pembersihan
4. Penyerahan kedua dapat dilaksanakan apabila kontraktor telah melaksanakan kewajiban pada masa
pemeliharaan
5. Selama masa pemeliharaan, kontraktor pelaksana diwajibkan membuat laporan berkala yang berisi
kondisi bangunan / saluran (yang selesai dibangun ) serta laporan pekerjaan perbaikan bila ada
bangunan yang rusak. Laporan tersebut dibuat dengan persetujuan / diketahui pihak pengawas lapangan
/ direksi dan konsultan pengawas.

Surabaya, 6 Juni 2022


KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Selaku
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

EKO JULI PRASETYA, ST, MT


Penata Tk. I / III d
NIP 197807132006041019

59

Anda mungkin juga menyukai