Anda di halaman 1dari 40

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR HEMATOKRIT METODE


MIKROHEMATOKRIT DAN OTOMATIS

Oleh :
NI WAYAN AYU RATIH DAMAYANTI
NIM. P07134017017

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DENPASAR
2020

36

KARYA TULIS ILMIAH


PERBEDAAN KADAR HEMATOKRIT METODE
MIKROHEMATOKRIT DAN OTOMATIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Program Reguler
Oleh :

NI WAYAN AYU RATIH DAMAYANTI


NIM. P07134017017

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DENPASAR
2020
RIWAYAT PENULIS

Penulis merupakan anak pertama dari pasangan orang tua I


Made Wirawan (Ayah) dan Ni Kadek Erniati (Ibu). Penulis
dilahirkan di Denpasar tanggal 21 Agustus 1999. Penulis mulai
mengenal dunia pendidikan pada tahun 2004 di Taman Kanak-
Kanak Putra Udyana Denpasar, kemudian di tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri No. 1
Sumerta, kemudian di tahun 2011 penulis menempuh
pendidikan selanjutnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8
Denpasar, dan di tahun 2014 penulis menempuh pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Dwijendra Denpasar kemudian menamatkan pendidikan
di bangku SMA pada tahun 2017. Tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di
Politeknik Kesehatan Denpasar program studi Diploma III Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis.
THE DIFFERENCE OF HEMATOCRIT VALUE IN MICROHEMATOCRIT AND
AUTOMATIC METHODS

ABSTRACT
Hematocrit examination is one of the special blood tests that is often done in
laboratories useful to help diagnose various diseases and the hematocrit value
can be expressed in units of percent (%). Determination of the hematocrit value
can be done by manual and automatic methods. This research is intended to
determine the comparison of the results of hematocrit microhematocrit and
automatic methods. This type of research is analytic research with cross sectional
design. Hematocrit examination was performed by microhematocrit and
automatic methods of 14 EDTA blood samples. The average results of hematocrit
levels with the microhematocrit method in EDTA blood obtained by 39.93%, while
the hematocrit levels with automatic methods on EDTA blood obtained an
average of 41.09%. Independent sampel T-test obtained p value of 0.609 so with
the result that p > ɑ (p > 0,05) means that there is no difference in the hematocrit
level of the microhematocrit and automatic methods. Microhematocrit methods
can be considered as a way to examine hematocrit in addition to automatically.
Keywords: Hematocrit; microhematocrit method; automatic method; EDTA
blood.

PERBEDAAN KADAR HEMATOKRIT METODE


MIKROHEMATOKRIT DAN OTOMATIS

ABSTRAK

Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang


sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai
penyakit dan nilai hematokrit dapat dinyatakan dengan satuan persen (%).
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan metode manual dan
otomatis.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan hasil
pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional.
Pemeriksaan hematokrit dikerjakan dengan metode mikrohematokrit dan otomatis
terhadap 14 sampel darah EDTA. Hasil rata-rata kadar hematokrit dengan metode
mikrohematokrit pada darah EDTA diperolehsebesar 39,93 %, sedangkankadar
hematokrit dengan metode otomatis pada darah EDTA diperoleh rata-rata sebesar
41,09 %. Uji T dua sampel bebas diperoleh nilai p sebesar 0,609 sehingga p > ɑ (p
> 0,05) berarti tidak ada perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit
dan otomatis. Metode mikrohematokrit dapat dipertimbangkan sebagai cara untuk
pemeriksaan hematokrit selain secara otomatis.

Kata kunci: Hematokrit; metode mikrohematokrit; metode otomatis; darah EDTA.

RINGKASAN PENELITIAN

Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan Otomatis

Oleh : Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti (P07134017017)

Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus


yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit. Pengukuran hematokrit (Hct) sangat penting karena
menyediakan informasi tentang total kapasitas pembawa oksigen dari pasien.
Rentang normal hematokrit yaitu 40-48% pada pria dan 37-43% pada
wanita.Metode mikrohematokrit adalah metode standar untuk penentuan
hematokrit karena ketersediaanya yang banyak, tingkat presisi yang dapat
diterima dan alat yang digunakan relatif sederhana.Pemeriksaan hematokrit
dengan metode otomatis yang menggunakan hematology analyzer bekerja
berdasarkan prinsip flow cytometry.Alat yang mahal menjadi pertimbangan untuk
laboratorium-laboratorium kecil menggunakan metode otomatis sehingga metode
manual menjadi pilihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2020 di Laboratorium Hematologi Poltekkes
Kemenkes Denpasar dan RSUP Sanglah. Populasi penelitian adalah mahasiswi
tingkat III Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang berjumlah 81 orang kemudian sampel diambil sebanyak 14 orang dengan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Kriteria sampel penelitian
yaitu mahasiswi yang tidak sedang sakit, tidak sedang mengalami menstruasi,
tidak sedang mengonsumsi obat-obatan serta bersedia untuk diambil sampel
darah. Setelah pengambilan sampel darah vena, kemudian dilakukan pemeriksaan
kadarhematokrit menggunakan metode mikrohematokrit dengan sentrifugasi dan
metode otomatis dengan menggunakan alat Cell-Dyn Ruby.
Hasil rata-rata kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit pada
darah EDTA diperoleh sebesar 39,93 %, sedangkan kadar hematokrit dengan
metode otomatis pada darah EDTA diperoleh rata-rata sebesar 41,09 %. Uji
Indipendent Sample T-Test diperoleh nilai p > ɑ (0,05). Dilihat dari segi ekonomis,
pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit lebih efektif untuk digunakan.
Namun sangat bergantung pada daya sentrifugal alat yang dapat menyebabkan
nilai hematokrit menurun. Sedangkan pada metode otomatis dengan hematology
analyzer memiliki kelebihan yaitu hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis
dan hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan mempunyai
derajat ketepatan yang tinggi. Namun, pemeriksaan hematokrit dengan cara
otomatis menggunakan hematology analyzer kurang efisien dari segi dana dan
membutuhkan sampel darah dengan volume yang lebih banyak.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat


perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis Metode
mikrohematokrit dapat dipertimbangkan sebagai cara untuk pemeriksaan
hematokrit selain secara otomatis. Diperlukan penelitian mengenai pemeriksaan
hematokrit dari segi faktor kecepatan sentrifugasi, variasi volume darah serta
waktu penundaan pemeriksaan yang memungkinkan memengaruhi hasil
pemeriksaan dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Daftar Bacaan : 25 (2004-2019)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah
dengan judul “Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan
Otomatis” dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan bukan hanya karena
usaha penulis sendiri melainkan berkat bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik secara material
maupun moril. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan Program Diploma III di Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah.
3. Ibu IGA. Sri Dhyanaputri, SKM, MPH, selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis
sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Ibu Ni Nyoman Astika Dewi, S.Gz, M.Biomed selaku pembimbing utama
dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
5. Bapak Heri Setiyo Bekti, S.ST, M.Biomed selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan koreksi dan saran dalam menyelesaikan penulisan
karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh keluarga serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan dorongan dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan Karya tulis ilmiah ini. Akhir kata semoga Karya tulis ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Mei 2020

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ​ ​i
HALAMAN PERSEMBAHAN ​ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ​ iii
HALAMAN PENGESAHAN ​ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ​ v
RIWAYAT PENULIS ​ vi
ABSTRACT ​ vii
ABSTRAK ​ viii
RINGKASAN PENELITIAN ​ ix
KATA PENGANTAR ​ xi
DAFTAR ISI ​ xiii
DAFTAR TABEL ​ xvii
DAFTAR GAMBAR ​xviii
DAFTAR LAMPIRAN ​ xix
DAFTAR SINGKATAN ​ xx
BAB I PENDAHULUAN ​ 1
A. Latar Belakang Masalah ​ ​1
B. Rumusan Masalah Penelitian ​ ​4
C. Tujuan Penelitian ​ ​5
1. Tujuan Umum ​ ​5
2. Tujuan Khusus ​ ​5
D. Manfaat Penelitian ​ ​5
1. Manfaat Teoritis ​ ​5
2. Manfaat Praktis ​ ​5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ​ 6
A. Tinjauan Umum Tentang Darah ​ ​6
1. Definisi Darah ​ ​6
2. Struktur Darah ​ ​7
3. Karakteristik Darah ​ ​8
4. Jenis-Jenis Sel Darah ​ ​8
5. Fungsi Darah ​ 10
6. Macam-Macam Darah ​ 10
B. Tinjauan Tentang Hematokrit ​ 11
1. Definisi Hematokrit ​ 11
2. Metode Pemeriksaan Hematokrit ​ 12
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Hematokrit ​ 13
4. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit ​ 16
5. Faktor yang Memengaruhi Hasil Pemeriksaan Laboratorium. ​ 17
BAB III KERANGKA KONSEP ​ 19
A. Kerangka Konsep ​ 19
B. Variabel dan Definisi Operasional ​ 20
1. Variabel penelitian ​ 20
2. Definisi operasional ​ 22
3. Hipotesis ​ 23
BAB IV METODE PENELITIAN ​ 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ​ 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ​ 24
1. Tempat Penelitian ​ 24
2. Waktu Penelitian ​ 24
C. Sampel Penelitian ​ 24
1. Populasi penelitian ​ 24
2. Sampel penelitian ​ 25
a. Unit Analisis dan Responden ​ 25
b. Besar Sampel ​ 25
c. Teknik Sampling ​ 26
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ​ 26
1. Jenis Data yang Dikumpulkan ​ 26
2. Cara Pengumpulan Data ​ 26
3. Instrumen Pengumpulan Data ​ 27
E. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja ​ 27
1. Pengambilan Sampel Darah Vena ​ 27
2. Pemeriksaan Hematokrit Metode Mikrohematokrit ​ 28
3. Pemeriksaan Hematokrit MetodeOtomatis ​ 28
F. Pengolahan dan Analisis Data ​ 28
1. Teknik Pengolahan Data ​ 28
2. Analisis Data ​ 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ​ 30
A. Hasil ​ 30
1.Kondisi lokasi penelitian ​ 30
2. Karakteristik subjek penelitian ​ 30
3. Hasil pemeriksaan kadar hematokrit ​ 31
4. Analisis data ​ 32
B.Pembahasan ​ 32
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ​ 36
A. Simpulan ​ 36
B. Saran ​ 36
DAFTAR PUSTAKA ​ 37
LAMPIRAN ​ 39

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep ​ 19
Gambar 2. Hubungan Antar Variabel ​ 20
Gambar 3. Kadar Hematokrit Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar ​ 31
Gambar 4. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Sampel Darah Vena ​ 47
Gambar 5. Sentrifus Mikrohematokrit dan Hematology Analyzer ​ 47
Gambar 6. Proses Pengambilan Sampel Darah Vena ​ 48
Gambar 7. Pemeriksaan Kadar Hematokrit ​ 48
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional ​22
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel ​27
Tabel 3. Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit
dan Otomatis ​………………………………………………………..
32

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Rekomendasi ​ 40

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden ​ 41

Lampiran 3. Informed Consent ​ 42

Lampiran 4. Hasil Hematokrit ​ 44

Lampiran 5. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ​ 45

Lampiran 6. Hasil Uji Independent Sampel T Test ​ 46


Lampiran 7. Foto Dokumentasi Penelitian ​ 47

DAFTAR SINGKATAN

CBC ​: complete blood count


DBD ​: Demam Berdarah Dengue
L/L ​: liter/liter
MCV ​: mean corpuscular volume
RBC ​: Red Blood Cell
BB ​: berat badan
pH ​: potensial hydrogen
IgA ​: imunnoglobulin A
IgM ​: imunnoglobulin M
IgG ​: imunnoglobulin G
IgE ​: imunnoglobulin E
IgD ​: imunnoglobulin D
% ​: persen
Rpm ​: rotasi per menit
mm
3
​: millimeter kubik
ml ​: millimeter
EDTA ​: Ethleye Diamine Tetraacetate


36

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Laboratorium adalah komponen penting dari pemberian layanan kesehatan
berkualitas. Laboratorium dapat dimanfaatkan secara efektif di setiap tingkat
sistem layanan kesehatan, termasuk perawatan kesehatan primer dan pengujian di
tempat perawatan. Hasil laboratorium yang berkualitas diperlukan untuk
mendukung diagnosis klinis, merasionalisasi dan memantau pengobatan, untuk
tujuan epidemiologis, untuk pengawasan dan pengendalian penyakit yang penting
bagi kesehatan masyarakat, dan untuk memberikan peringatan dini terhadap
wabah penyakit (WHO, 2011).
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan laboratorium yang terdiri
dari beberapa pemeriksaan contoh, pemeriksaan darah khusus, pemeriksaan darah
rutin dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah khusus meliputi
gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah
retikulosit dan jumlah trombosit. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin,
jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, laju endapan darah. Pemeriksaan darah
lengkap merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit maupun
laboratorium klinik yang di kenal dengan istilah complete blood count (CBC)
yang merupakan pemeriksaan dasar dari komponen sel darah (Rosidah dan
Wibowo, 2018).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus
yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia,
polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan
mikro. Cara makro digunakan tabung Wintrobe, sedangkan pada cara mikro
digunakan tabung kapiler (Tumpuk dan Edy, 2018).
Hematokrit adalah tes yang mengukur persentase darah yang terdiri dari
sel darah merah. Hematokrit sering disebut sebagai PCV atau fraksi volume
eritrosit. Hematokrit dianggap sebagai bagian integral dari jumlah sel darah
lengkap seseorang, bersama dengan konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah
putih dan jumlah trombosit (Gebretsadkan, 2015). Pengukuran hematokrit (Hct)
sangat penting karena menyediakan informasi tentang total kapasitas pembawa
oksigen dari pasien. Rentang normal hematokrit yaitu 40-48% pada pria dan 37-
43% pada wanita. Alasan utama terjadi peningkatan hematokrit bisa berupa
dehidrasi, luka bakar, diare. Tingkat Hct yang tinggi juga dapat dianggap sebagai
faktor resiko untuk gangguan jantung dan otak. Namun disisi lain, ketika kadar
hematokrit berkurang, bisa dicurigai sebagai gejala anemia dan perdarahan, begitu
juga penyakit sumsum tulang belakang, leukemia, malnutrisi dan overhidrasi.
Oleh karena itu, nila hematokrit serta tekanan darah harus dikontrol sebagai
bagian dari kondisi fisiologis untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
(Gnyba, 2011).
Metode mikrohematokrit adalah metode standar untuk penentuan
hematokrit karena ketersediaanya yang banyak, tingkat presisi yang dapat
diterima dan alat yang digunakan relatif sederhana. Pemeriksaan hematokrit
metode mikrohematokrit spesimen diolah berdasarkan daya sentrifugal.
Kesalahan pada metode mikrohematokrit teridentifikasi yang disebabkan oleh
lekukan plasma dan dehidrasi sel darah merah saling mengkompensasi. Metode
ini digunakan untuk tujuan evaluasi, terutama dengan Dipotassium Ethylene
diamine tetra acetic sebagai antikoagulan. Teknik mikrohematokrit hanya
membutuhkan sejumlah kecil darah untuk penentuan dibandingkan metode
Wintrobe (Bull et al., 2017)
Pemeriksaan hematokrit dengan metode otomatis yang menggunakan
hematology analyzer bekerja berdasarkan prinsip flow cytometry dan hasil
hematokrit diperoleh dari perhitungan RBC dikalikan dengan MCV dibagi
sepuluh. Hematology analyzer memiliki kekurangan yaitu disaat jumlah eritrosit
meningkat maka analyzer tidak mampu menghitungnya, waktu pemeriksaan yang
ditunda terlalu lama akan menyebabkan terjadinya perubahan morfologi eritrosit,
sampel yang tidak homogen menyebabkan hasil pemeriksaan yang kurang akurat.
Kelebihan hematology analyzer yaitu mengeluarkan beberapa hasil parameter
darah dalam satu kali pemeriksaan, dan tidak membutuhkan waktu lama
(Purwaningsih, 2011).
Alat yang mahal menjadi pertimbangan untuk laboratorium-laboratorium
kecil menggunakan metode ini. Metode manual menjadi pilihan karena lebih
terjangkau dari segi dana. Hasil pemeriksaan hematokrit yang diperoleh dari
metode manual masih sering menjadi keraguan bagi para klinisi umumnya dokter
yang menangani penderita-penderita anemia karena hasil perhitungan dengan
metode manual sering tidak sesuai dengan kondisi pasien. Pengiriman sampel
pemeriksaan hematokrit ke laboratorium yang menggunakan metode otomatis
dengan alat hematology analyzer menjadi pilihan bagi dokter yang merawat,
sehingga waktu untuk terapi atau diagnosis penyakit menjadi lebih lambat karena
menunggu hasil pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium lain (Atmaja,2018).
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui kadar
hematokrit. Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Tumpuk dan
Edy (2018) dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikro
Hematokrit Menggunakan Makrosentrifus dengan Mikrosentrifus” dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian tersebut yaitu terletak pada metode yang digunakan dan waktu
penelitian. Penelitian tersebut dilakukan pemeriksaan hematokrit secara manual
dengan makrosentrifuge dan mikrosentrifuge pada tahun 2018 sedangkan
penelitian ini dilakukan pemeriksaan hematokrit secara manual dan otomatis
dengan metode mikrohematokrit dan hematology analyzer.
Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Gebretsadkan (2015) yang
berjudul “The Comparison between Microhematokrit and Automated Methods for
Hematokrit Determination” serta penelitian yang dilakukan oleh Avecilla et al
(2016) yang berjudul “Comparison of Manual Hematokrit Determinations vs
Automated Methods for Hematopoietic Progenitor Cell Apheresis Products”
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan diantara kedua metode.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diteliti yaitu
“Bagaimanakah perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan
otomatis?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan pemeriksaan kadar hematokrit metode
mikrohematokrit dan otomatis.
2. Tujuan khusus

a. Mengukur kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit.

b. Mengukur kadar hematokrit dengan metode otomatis.

c. Menganalisis perbedaan kadar hematokrit dengan metode mikrohematokit


dan otomatis.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam


menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam bidang
penelitian ilmiah khususnya di bidang hematologi, menambah informasi tentang
kesehatan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemeriksaan hematokrit.
2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian, yaitu :


a. Menambah wawasan mengenai kadar hematokrit dengan metode
mikrohematokrit dan otomatis
b. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1. Definisi darah

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair
berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain,
mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga
dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran tersebut harus
terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat
menjangkau seluruh jaringan didalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut
dengan sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan pembuluh darah.
Dengan sistem tersebut darah akan diakomodasikan secara teratur dan diedarkan
menuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh (Nugraha, 2015).
Darah merupakan pengangkut jarak jauh, transportasi massal bahan-bahan
antara sel dan lingkungan eksternal atau diantara sel itu sendiri. Transportasi yang
demikian penting untuk mempertahankan hemeostasis. Darah terdiri dari cairan
kompleks plasma tempat elemen-elemen selular berada. Eritrosit secara esensial
merupakan membran plasma-kantong tertutup hemoglobin yang mengangkut O2
didalam darah. Leukosit, unit pertahanan mobil sistem imun, diangkut melalui
darah ke tempat terjadinya luka atau invasi oleh mikroorganisme penyebab
penyakit. Platelet (trombosit) penting bagi hemeostasis untuk menghentikan
perdarahan akibat pembuluh yang cedera (Sherwood, 2014).
Komponen non-selular berupa cairan yang disebut plasma dan membentuk
sekitar 55% bagian dari darah. Dalam plasma terkandung berbagai macam
molekul makro dan mikro, baik yang bersifat larutan air (hidrofilik) maupun tidak
larut air (hidrofobik), berupa organik maupun anorganik, serta atom-atom maupun
ionik. Plasma yang tidak mengandung faktor-faktor pembekuan darah disebut
serum. Plasma darah terdiri dari air, protein, karbohidrat, lipid, asam amino,
vitamin, mineral dan lain sebagainya. Komponen tersebut ikut mengalir dalam
sirkulasi Bersama darah, baik bebas atau diperantarai molekul lain agar dapat
terlarut di dalam plasma (Nugraha, 2015).
2. Struktur darah
a. Plasma
Plasma adalah cairan darah (55%) sebagian besar terdiri dari air ( 95%),
7% protein, 1% nutrient. Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi
(imunoglobulin) seperti: IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan
tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat faktor pembeku
darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzim,
polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit,
hormon dan vitamin-vitamin (Desmawati, 2013).
b. Sel-sel darah

Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas eritrosit
atau sel darah merah, leukosit, dan trombosit. Sel darah merah merupakan unsur
terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1%. Sel
darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit
(Desmawati, 2013).
3. Karakteristik darah
Adapun karakteristik darah menurut Desmawati, 2013 yaitu sebagai berikut :
a. Warna

Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan
dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna merah tua /
gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah Arteri.
b. Viskositas
Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas
air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
c. pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45
d. Volume

Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB atau


sekitar 4 sampai 5 liter darah.
4. Jenis-jenis sel darah

a. Sel darah putih


Sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan berpartisipasi
dalam respon imun. Dalam keadaan normal, terdapat lima jenis leukosit dalam
darah diantaranya disebut granulosit, karena sitoplasmanya mengandung granul.
Granulosit terutama berfungsi di jaringan daripada di dalam aliran darah. Sel-sel
ini dapat mencapai jaringan dengan migrasi menembus endotel kapiler.
1) Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula. Sel-sel ini
dapat dibagi menjadi neutrofil, eusinofil, dan basofil.
2) Agranulosit yaitu erupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel
lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula. Sel-sel ini dapat dibagi
menjadi limfosit dan monosit (Jane, 2012).
b. Sel trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang dibentuk dari pecahan
sitoplasma megakariosit di sumsum tulang. Sel ini berfungsi dalam respons
hemostasis primer, dengan membentuk sumbat trombosit pada lokasi luka kecil
pembuluh darah. Trombosit mengubah fosfolipid di permukaannya untuk dapat
berinteraksi dengan faktor koagulasi sehingga mencetuslan pembekuan darah
pada lokasi luka jaringan apabila trombosit aktif. Trombosit hidup sekitar 10 hari
dalam sirkulasi (Jane, 2012).
c. Sel darah merah

Sel darah merah disebut juga sebagai eritrosit, berbeda dengan sebagian
sel tubuh lainnya karena eritrosit tidak memiliki inti sel. Inti sel eritrosit terlepas
pada saat meninggalkan sumsum tulang. Eritrosit matang normal berbentuk
diskus dank arena tidak memiliki nukleus, sel lini menjadi fleksibel. Eritrosit
dapat berubah bentuk dan mengecilkan diri ketika melewati pembuluh kapiler.
Eritrosit memiliki fungsi utama yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan
perifer, mengangkut CO2 dari jaringan ke paru dan berperan dalam pengangkutan
dan metabolism nitrit oksida (NO) sehingga membantu pembentukan NO dan
vasodilatasi pada kondisi hipoksia. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari (Jane,
2012).

5. Fungsi darah
Darah memiliki fungsi sebagai berikut (Pearce, 2009) :
a. Berperan sebagai sistem transport dalam tubuh, yaitu menghantarkan semua
bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil
buangan lain.
b. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan
sebagian karbondioksida.
c. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung melalui mekanisme
fagositosis dari beberapa sel sehingga tubuh terlindung dari serangan bakteri.
d. Pengaturan kesimbangan asam basa.

e. Mengantarkan hormon dan enzim dari organ ke organ.

6. Macam–Macam Darah

a. Darah kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dengan diameter antara
5 -10 mikrometer yang memungkinkan terjadinya pertukaran air, oksigen, karbon
dioksida, nutrient serta limbah dengan sel disekitarnya. Kapiler hanya terdiri dari
satu lapisan endothelium dan sebuah membran basal. Arteri pada akhirnya akan
bercabang ke bagian-bagian kecil yang disebut arteriol dan kemudian menuju
kapiler. Kapiler juga berfungsi membawa darah ke dalam vena (Kirnanoro, 2010).
b. Darah vena

Pembuluh darah vena atau pembuluh balik adalah pembuluh darah kecil
yang umumnya membawa darah terdeoksigenasi ke jantung dari jaringan.
Umumnya, vena membawa darah yang mengandung karbon dioksida, namun ada
vena umbikalis yang membawa darah beroksigen dari paru-paru ke jantung.
Setelah darah melalui jaringan tubuh,kapiler akan bergabung ke venula dan
selanjutnya bergabung ke vena. Semua vena pada akhirnya tergabung menjadi dua
vena utama yaitu vena cava superior (dari bagian tubuh diatas jantung) dan vena
cava interior(dari bagian tubuh dibawah jantung). Kedua vena tersebut masuk ke
serambi kanan pada jantung (Kirnanoro, 2010).

B. Hematokrit

1. Definisi hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada di dalam
darah dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu
yang nilainya dinyatakan dalam persen (%), nilai untuk pria 40-48 vol % dan
untuk wanita 37-43 vol %. Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan
antara volume eritrosit dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit
dapat dinyatakan sebagai presentase atau sebagai pecahan desimal (unit SI),
liter/liter (L/L) (Sadikin, 2014).
2. Metode pemeriksaan hematokrit
a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara mikrohematokrit

Hematokrit pada metode mikrohematokrit menggunakan darah vena atau


kapiler untuk mengisi sebuah tabung kapiler dengan panjang sekitar 7 cm dan
garis tengah 1 milimeter. Metode ini cepat dan sederhana namun pemusingan
harus dikontrol agar gaya sentifugalnya optmal, dan tabung harus diletakkan
untuk dibaca pada skala pembanding. Teknik ini memungkinkan kita
memperkirakan secara visual volume sel darah putih dan trombosit yang
membentuk buffy coat antara sel darah merah dan plasma. Plasma juga harus
diperiksa untuk melihat ada tidaknya ikterus atau hemolisis (Sacher dan
Mcpherson, 2004).
b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis
Salah satu alat automatic hematology analyzer untuk pemeriksaan darah
lengkap dengan metode flow cytometry adalah CELL-DYN Ruby. Sel-sel dari
sampel masuk dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan pembungkus.
Sel-sel dialirkan melewati suatu celah atau lubang dengan ukuran kecil yang
memungkinkan sel lewat satu demi satu kemudian dilakukan proses pengukuran.
Aliran yang keluar sel tersebut kemudian melewati medan listrik dan dipisahkan
menjadi tetesan-tetesan sesuai dengan muatanya. Tetesan-tetesan yang telah
terpisah ditampung ke dalam beberapa saluran pengumpul yang terpisah. Apabila
cahaya tersebut mengenai sel, akan dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan ke
semua arah. Beberapa detector yang diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan
menangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel sehingga dapat diperoleh
jumlah sel (Ariati, 2013).
3. Faktor mempengaruhi hematokrit
a. Faktor invivo
1) Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit
merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit dapat meningkat pada
polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat
menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi (Corwin, 2009).

2) Ukuran eritrosit
Faktor terpenting pada pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah
merah dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka
nilai hematokrit juga akan tinggi (Syafaati, 2017).
3) Jumlah eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemia maka nilai
hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (anemia) maka nilai
hematokrit akan menurun (Syafaati, 2017).
4) Bentuk eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped
plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan meningkat
(Syafaati, 2017).
5) Viskositas darah

Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah semakin besar presentasi


sel darah merah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran
diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah yang menentukan viskositas.
Oleh karena itu, viskositas darah meningkat secara drastis ketika hematokrit
meningkat (Guyton, 2007).
6) Obat-obatan
Pengaruh obat seperti antibiotik (kloramfenikol dan penisillin) dan obat
radioaktif dapat menurunkan kadar hematokrit (Syafaati, 2017).
b. Faktor Invitro
1) Pemusingan/centrifuge

Penempatan tabung kapiler pada lubang jari-jari sentrifus yang kurang


tepat dan penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan
hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus dan pengaturan waktu
dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Waktu harus diatur secara
tepat. Pemakaian mikrocentrifuge dalam waktu lama mengakibatkan alat menjadi
panas sehingga dapat mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit rendah palsu
(Nurlela, 2016).
2) Antikoagulan

Pemeriksaan laboratorium hematologi sering digunakan antikoagulan yaitu


zat untuk mencegah pembekuan darah. EDTA adalah jenis antikoagulan yang
paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA
mencegah koagulasi dengan cara mengikat ion kalsium sehingga terbentuk garam
kalsium yang tidak larut, dengan demikian ion kalsium yang berperan dalam
koagulasi menjadi tidak aktif, mengakibatkan tidak terjadinya proses
pembentukan bekuan darah. Darah EDTA harus segera dicampur setelah
pengumpulan untuk menghindari pembentukan gumpalan trombosit dan
pembentukan bekuan mikro.Jumlah EDTA serbuk biasanya digunakan 1 mg
dalam 1 ml darah, sedangkan EDTA cair dengan konsentrasi 10% digunakan
dengan menambahkan 10 uL EDTA ke dalam 1 mldarah. Bila jumlah EDTA yang
diberikan kurang dari takaran, darah akan mengalami koagulasi. Konsentrasi
EDTA yang berlebih menyebabkan penyusutan eritrosit (Nugraha, 2015).
4. Manfaat pemeriksaan hematokrit

Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit, diantaranya:


a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada penderita DBD syok yang terjadi adalah syok hipovolemik akibat dari
adanya kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular yang akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan nilai hematokrit. Hematokrit adalah volume eritrosit dalam
100 mL (1 dL) darah dan dinyatakan dalam persen. Pemeriksaan hematokrit
digunakan untuk mengukur konsentrasi eritrosit dalam darah dan merupakan
salah satu pemeriksaan yang berguna dalam membantu diagnosa beberapa
penyakit seperti Demam berdarah. Pada penderita DBD untuk dapat menentukan
prognosis dan mencegah terjadinya syok dapat dilakukan dengan diagnosis yang
tepat dan seawal mungkin serta penilaian yang akurat terhadap kondisi penderita.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu dalam diagnosis dan menentukan prognosis dari DBD (Meilanie,
2019).
b. Anemia
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi
atau berada dibawah batas normal. Gejala yang sering dialami antara lain lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia dapat
menimbulkan berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan daya tahan
tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi
belajar karena kurangnya konsentrasi. Anemia dapat mengakibatkan penurunan
nilai hematokrit dan hemoglobin (Corwin, 2009).
c. Polisitemia
Polisitemia merupakan peningkatan jumlah sel darah merah. Polisitemia
vera ditandai dengan adanya peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta
sel–sel darah merah juga diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas sel.
Didalam sirkulasi darah polisitemia vera terjadi peninggian nilai hematokrit yang
menggambarkan terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma
(Corwin, 2009).
d. Diare berat
Diare Berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk
cairan atau setengah cairan (setengah padat) sehingga kandungan air pada tinja
lebih banyak dari biasanya normal 100-200 ml/ jam tinja. Seseorang terkena diare
biasanya akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan sebagai akibat
kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan
air yang berlebih dapat menyebabkan nilai hematokrit meningkat akibat
hemokonsentrasi (Syafaati, 2017).
5. Faktor yang memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
a. Tahap Pra Analitik atau tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat
menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan
mempengaruhi proses kerja berikutnya. Tahap pra analitik meliputi :
1) Kondisi pasien
Sebelum pengambilan spesimen form permintaan laboratorium diperiksa.
Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor
rekam medis dan sebagainya) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Identitas
harus ditulis denganbenar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen. Usia
klien-bayi baru lahir normalnya memiliki kadar hematokrit yang lebih tinggi
karena terjadi hemokosentrasi.
2) Pengambilan sampel

Pengambilan sampel idealnya dilakukan waktu pagi hari. Tehnik atau cara
pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai Standard Operating
Procedure (SOP) yang ada. Jika darah diambil dari ekstermitas yang terpasang
jalur IV, nilai hematokrit cenderung rendah. Oleh sebab itu, hindari penggunaan
ekstremitas tersebut. Jika darah diambil untuk tujuan pemantauan hematokrit,
segera setelah pengeluaran darah tahap sedang ke berat terjadi dan setelah
pemberian transfusi, hematokrit mungkin berkadar normal.
3) Spesimen

Spesimen yang akan diperiksa volume mencukupi, kondisi baik tidak lisis,
segar atau tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat, ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat dan identitas sesuai dengan data pasien
b. Tahap Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan. Tahap analitik perlu memperhatikan reagen, alat, metode
pemeriksaan, pencampuran sampel dan proses pemeriksaan.
c. Tahap Pasca Analitik atau tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk
meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar –benar valid
atau benar (Widyastuti, 2018).

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian dan visulisasi hubungan atau kaitan


anatara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2012).

Gambar 1
Kerangka Konsep Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan
Otomatis

Keterangan :
: Diteliti
​ ​ ​: Tidak diteliti

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa pemeriksaan


akan dititikberatkan pada tahapan analitik yang merupakan proses pemeriksaan
sampel untuk mengetahui kadar hematokrit dengan menggunakan metode berbeda
yaitu metode mikrohematokrit dan otomatis menggunakan alat hematology
analyzer. Pada cara otomatis, darah yang dibutuhkan adalah darah EDTA,
prosedurnya tabung yang berisi darah EDTA langsung dimasukkan ke dalam alat,
kemudian hasil pemeriksaan dilihat pada alat. Sedangkan dengan cara manual
terdapat dua metode yaitu metode mikrohematokrit dan makrohematokrit. Dalam
pemeriksaan ini, metode mikrohematokrit dilakukan dengan menggunakan darah
EDTA dimasukkan kedalam tabung mikrokapiler dan ditutup dengan dempul
kemudian dilakukan sentrifugasi dan dibaca hasil yang didapatkan. Hasil
hematokrit dari kedua metode kemudian dianalisis perbedaannya.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah bersifat bivariat (dua variabel) yaitu :
a. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan yang merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahan dalam variabel terikat. Dalam penelitian ini
yang termasuk dalam variabel bebas, yaitu: metode mikrohematokritdan otomatis.

b. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan faktor utama yang ingin dijelaskan atau


diprediksi. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel terikat, yaitu kadar
hematokrit.

c. Variabel penganggu

Variabel pengganggu merupakan variabel yang secara teoritis


memengaruhi variabel bebas dan terikat, variabel intervening pada penelitian ini
yaitu kualitas sampel, QC alat, kemampuan pemeriksa dan validitas alat ukur.

Gambar 2
Hubungan Antar Variabel Penelitian

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Tabel 1
Definisi Operasional

No Variabel Penelitian Definisi Cara Ukur Skala

1 2 3 4 5

1 Kadar Hematokrit Nilai pemeriksaan Pengukuran dengan Rasio


hematokrit baik secara metode
mikrohematokrit dan mikrohematokrit
secara otomatis dalam dan otomatis
satuan % (persen). Kadar
hematokrit diukur
menggunakan metode
manual dengan Faktor yang
mikrohematokrit dan memengaruhi :
otomatis menggunakan 1. Faktor internal
Pemeriksaan
hematology analyzer a. Ukuran eritrosit
Hematokrit
b. Jumlah eritrosit
2 Metodemikrohematokrit Merupakan suatu metode Pengukuran c. Bentuk
Rasioeritrosit
pemeriksaan hematokrit d. Viskositas darah
menggunakan
dengan volume eritrosit metode Faktor eksternal
2.manual
Otomatis yang dipisahkan
Manual dari dengan menghitung 1) QC alat
plasma serta dilakukan tinggi 2) Kemampuan pemeriksa
kolom
pemusingan pada eritrosit. 3) Validitas alat ukur
kecepatan 12000 rpm 4) Transport sampel
selama 10 menit 5) Perbandingan
menggunakan tabung antikoagulan
Metode
mikrokapiler yang Metode 6) Sentrifugasi
Makrohematokrit
nilainya Mikrohematokrit
dinyatakan
dalam persen

1 2 3 4 5
Analisis Hasil
3 Metode otomatis Merupakan suatu metode Pengukuran dengan Rasio
Pemeriksaan
pemeriksaan hematokrit membaca skala
yang cara yang ada pada alat
penghitungannya yaitu otomatis
dengan menggunakan menggunakan
alat otomatis yang hematology
bekerja berdasarkan analyzer.
prinsip impedansi listrik.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil


pemeriksaan kadar hematokrit antara metode mikrohematokrit dan otomatis.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik dengan


rancangan cross sectional yaitu penelitian yang menganalisis variabel penelitian
dengan melakukan pengukuran sesaat, serta tidak ada perlakuan terhadap variabel
yang diteliti, dan hanya sebatas pengukuran terhadap variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Untuk lokasi pengambilan sampel darah dan pemeriksaan hematokrit
metode mikrohematokrit dilakukan di Laboratorium Hematologi Jurusan
Variabel bebas Variabel terikat
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar dan metode
otomatis dilakukan diCara
Laboratorium
pemeriksaanPatologi Klinik RSUP Sanglah.
hematokrit
2. Waktu penelitian (Cara mikrohematokrit dan
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2020.
otomatis) Hasil pemeriksaan hematokrit

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
Variabel
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang pengganggu
ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian
ini adalah semua mahasiswi Tingkat III JurusanKualitas sampel,
Teknologi QC alat, Medis di
Laboratorium
kemampuan pemeriksa dan
lingkungan Politeknik Kesehatan Denpasar Jln. Sanitasi No. 1 Sidakarya,
validitas alat ukur
Denpasar Selatan yang berjumlah 81 orang mahasiswa. Tidak ada karakteristik
khusus dari populasi yang diteliti.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili
populasi (Sugiyono, 2012).
a. Unit analisis dan responden
Unit analisis dalam penelitian ini adalah kadar hematokrit mahasiswi
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
Responden penelitian ini adalah mahasiswi Tingkat III Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
Adapun kriteria inklusi inklusi pada penelitian ini yaitu :
1) Mahasiswi jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
2) Bersedia menjadi responden.
3) Bersedia menandatangani lembar inform consent.
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu :
1) Mahasiswi yang sedang menstruasi.
2) Mahasiswi yang sedang sakit.
3) Mahasiswi yang sedang minum obat-obatan.
4) Mahasiswiyang mengundurkan diri menjadi responden.
b. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ditentukan dengan melihat waktu dan
tujuan penelitian (Sugiyono, 2012). Besar sampel pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :
n=
Keterangan :
n = besar sampel
N = Jumlah populasi (81 orang)
e = Error Level (tingkat kesalahan 25%)
n=
n=
n=
n = 13,46
n = 14 orang
c. Teknik sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling karena sampel
yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu teknik sampling yang
didasarkan pada pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

D. Jenis dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Jenis data yang dikumpulkan
Data yang dipergunakan adalah data primeryang di peroleh dari hasil
pemeriksaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatishematology
analyzerserta data identitas responden.
2. Cara pengumpulan data

Sebelumnya dilakukan wawancara terhadap sampel mahasiswi Tingkat III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medis untuk mengetahui identitas sampel
penelitian. Peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada subjek
penelitian. Subjek penelitian yang bersedia menjadi responden kemudian akan
diminta untuk menandatangani lembar pernyataan bersedia menjadi responden.
Tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data responden, kemudian
dilakukan pengambilan darah vena, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan
hematokrit dengan menggunakan metode mikrohematokrit dan otomatis dan
dilakukan pencatatan.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:

a. Lembar persetujuan responden, digunakan untuk menyatakan kesediaan pasien


menjadi responden.
b. Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil pengukuran hematokrit.
c. Alat dokumentasi, untuk mendokumentasikan penelitian.
d. Alat penelitian merupakan alat – alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1) Metode mikrohematokrit
Alat : Tabung mikrokapiler, sentrifus mikrohematokrit, dempul, readacrit,
tabung EDTA, kapas alkohol dan hipafix
Bahan : Sampel darah vena EDTA
2) Metode otomatis

Alat : Hematology Analyzer, Spuit, tabung EDTA, kapas alkohol dan


hipafix, cool box
Bahan : Sampel darah vena EDTA

4. Prosedur kerja pemeriksaan laboratorium


a. Cara pengambilan darah vena

1) Dibersihkan bagian tangan yang akan diambil darahnya tepat di bagian vena
fossa cubiti dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering
2) Jika memakai vena dalam fossa cubiti pasanglah ikatan pembendung pada
lengan-atas dan mintalah orang itu mengepal dan mebuka tangannya berkali
kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan
erat-erat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan
agak menonjolkan vena

3) Ditegangkan bagian kulit di atas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena
tidak bergerak
4) Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung
jarum masuk kedalam luman vena.
5) Dilapaskan atau direnggakan torniquet secara perlahan dan ditarik penghisap
spuit sampai didapat jumlah darah yang dikehendaki
6) Diletakan kapas kering di atas jarum dan ditarik jarum secara perlahan lalu
ditekan tempat bekas penusukan jarum beberapa saat
7) Dipindahkan darah dari dalam spuit ke dalam wadah lalu dibuang spuit,

b. Pemeriksaan kadar hematokrit dengan mikrohematokrit


1) Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro hematokrit
diisi dengan darah sampai 2/3 bagian tabung.
2) Ujung satu ditutup dengan dempul.

3) Tabung kapiler dimasukkan kedalam sentrifus khusus (sentrifus


mikrohematokrit) dengan kecepatan 12000 rpm atau lebih.
4) Dipusingkan selama 10 menit
5) Nilai hematokrit dibaca menggunakan grafik atau alat khusus.

6) Bila nilai hematokrit melebihi 50%, tabung dipusingkan kembali selama 30


menit.
c. Pemeriksaan kadar hematokrit dengan hematology analyzer

1) Alat dipastikan dalam keadaan Ready.


2) Pada kolom spesimen ID dilakukan scaning barcode yang ada pada tabung
spesimen.
3) Kemudian Host Qery di klik dan akan terlihat kata Matched.

4) Test Selection di klik lalu pilih permintaan pemeriksaan (CBC).

5) Spesimen pasien dimasukkan kea lat.


6) Hasil pasien akan masuk ke datalog dan terpampang di layar Run lalu hasil
pemeriksaan dicetak.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan hematokrit dengan metode


mikrohematokrit dan otomatis hematology analyzer pada mahasiswi Tingkat III
Politeknik Kesehatan Denpasar jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik
Kesehatan Denpasar akan diolah dengan pencatatan data, dikumpulkan dan di
sajikan hasil dari kedua metode tersebut dalam bentuk tabel.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang selanjutnya
diolah dengan memasukkan data yang didapat ke tabel yang ada dalam software
SPSS untuk dianalisis uji statistik bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar
hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis hematology analyzer.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov yang kemudian dilanjutkan dengan uji Independent T-Test dengan data
berdistribusi normal. Penarikan kesimpulan didasarkan atas nilai Sig. Jika nilai
Sig <0,05 maka terdapat perbedaan antara kedua kelompok data yang diuji.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1. Lokasi penelitian
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis merupakan salah satu jurusan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang menjalankan program studi
Diploma III. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar berdiri
pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.03.05/I/II/4/00255/2009, Tanggal 22 Januari 2009. Pada tahun 2015,
berdasarkan penilaian dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT), Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar
berhak atas akreditasi B berdasarkan Keputusan Ketua Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi No.771/SK/BAN-PT/Akred/Dpl-III/VII/2015 tanggal 10 Juli
2015. Beberapa laboratorium sebagai sarana pendukung pendidikan yaitu,
Laboratorium Kimia Klinik, Laboratorium Hematologi, Laboratorium
Sitohistoteknologi, Laboratorium Bakteriologi, Laboratorium Kimia Terapan,
Laboratorium Kimia Dasar, Laboratorium Parasitologi, Laboratorium
Immunologi, dan Laboratorium Biologi Molekuler. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang terletak di Jalan Sanitasi No.1 Sidakarya, Denpasar.
Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Poltekkes Kemenkes
Denpasar memiliki fasilitas yang memadai untuk digunakan sebagai tempat
penelitian dari proses pra-analitik, analitik dan post-analitik. Kondisi ruangan
laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis pada saat
melakukan penelitian berada dalam kondisi yang baik dan bersih.
RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada
tanggal 30 Desember 1959. Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami
beberapa kali perubahan status, pada tahun 1993 menjadi rumah sakit swadana
(SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994). Kemudian tahun 1997 menjadi
Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah
status menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun
2000. Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI
NO.1243 tahun 2005 tgl 11 Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan
Tipe A sesuai Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005. RSUP
Sanglah Denpasar sebagai rumah sakit type A memiliki pelayanan kesehatan
terlengkap di Bali seperti adanya beberapa instalasi yaitu instalasi Wing Amerta,
rawat inap dan jalan, pelayanan jantung terpadu, instalasi kanker terpadu,
instalasi bedah sentral, radioterapi, gawat darurat, rehabilitasi medis dan instalasi
laboratorium (Sanglah, 2019). Pemeriksaan sampel darah secara otomatis
dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
dengan pertimbangan bahwa Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah
memiliki fasilitas yang memadai yang diperlukan dalam penelitian ini serta jarak
antara lokasi pengambilan sampel dan pemeriksaan yang tidak jauh. Laboratorium
Patologi Klinik RSUP Sanglah terletak di Jalan Diponegoro, Denpasar.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan pada tanggal 8 dan 9 April 2020.

2. Karakteristik subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah mahasiswi Jurusan Teknologi


Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar dengan jumlah populasi
sebanyak 81 orang dengan kriteria tertentu yaitu tidak sedang sakit, tidak sedang
mengalami menstruasi, tidak sedang mengonsumsi obat-obatan serta bersedia
untuk diambil sampel darah sehingga didapatkan sebanyak 14 orang. Sampel
yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan pada vena mediana
cubiti yang ditampung dalam tabung warna ungu yang berisi antikoagulan EDTA
dan digunakan untuk pemeriksaan hematokrit.
3. Hasil pemeriksaan kadar hematokrit

Gambar 3. Kadar Hematokrit Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium


Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat perbedaan kadar hematokrit pada


14 sampel darah. Kadar hematokrit yang diperiksa dengan metode
mikrohematokrit dan otomatis menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan dari kedua
metode tidak jauh berbeda.
a. Kadar hematokrit metode mikrohematokrit

Rata-rata hasil kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit sebesar


39,93 % (±5,797). Kadar hematokrit darah terendah yang diperoleh yaitu 32.00 %
dan hasil tertinggi yaitu 51.00 %.

b. Kadar hematokrit metode otomatis

Rata-rata hasil kadar hematokrit dengan metode otomatis sebesar 41,09 %


(±6,108). Kadar hematokrit darah terendah yang diperoleh yaitu 30.89 % dan
hasil tertinggi yaitu 52.21 %.

4. Analisis data
a. Perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Kolmogorov
Smirnov dan diiperoleh hasil p>0,05 sehingga data kadar hematokrit berdistribusi
normal. Oleh karena itu, data dianalisis menggunakan uji Independent Sample T
Test untuk mengetahui perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan
otomatis.
Tabel 3.
Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan Otomatis

Metode Rata-Rata Kadar SD (Standar p


Hematokrit Deviasi)

Mikrohematokrit 39.92 5.79 0,609


Otomatis 41.09 6.10

Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu p = 0,609. Hal
ini berarti p>a (a= 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar
hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.

B. Pembahasan

Pemeriksaan darah sangat bermanfaat dalam pemantauan kondisi pasien


dan penentuan prognosis. Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu
pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk
membantu diagnosa berbagai penyakit. Hematokrit dianggap sebagai bagian
integral dari jumlah sel darah lengkap seseorang, bersama dengan konsentrasi
hemoglobin, jumlah sel darah putih dan jumlah trombosit (Gebretsadkan, 2015).
Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan dua metode yaitu metode
mikrohematokrit dan metode otomatis.
1. Kadar hematokrit metode mikrohematokrit

Berdasarkan International Council for Standardization in Haematology


(ICSH), metode mikrohematokrit merupakan suatu prosedur yang keandalan yang
telah divalidasi oleh studi kolaboratif dan direkomendasikan oleh otoritas yang
ditentukan berdasarkan keakuratan, ketepatan, tenaga kerja dan bahan yang
sedikit, serta kemudahan penggunaan untuk digunakan dalam analisis
laboratorium (Bull et al., 2017).
Pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit memiliki beberapa
kelebihan yaitu memiliki teknik pemeriksaan yang lebih sederhana, waktu
pemeriksaan lebih cepat dan sampel yang digunakan sedikit. Kekurangan jika
menggunakan metode mikrohematokrit adalah penutupan ujung tabung kapiler
yang tidak rapat dapat menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus
sehingga dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun (Meilanie, 2019).

Apabila hasil pemeriksaan hematokrit didapatkan diatas 50% maka


dilakukan sentrifugasi kembali karena seperti halnya nilai sel darah merah
lainnya, hematokrit dapat berubah oleh banyak faktor selain produksi RBC.
Misalnya, pada pasien dehidrasi maka volume darah total berkontraksi. Sel darah
merah membuat proporsi yang lebih besar dari total volume darah sehingga
pengukuran hematokrit menjadi tinggi palsu(Deska dan Pagana, 2014). Hasil
yang didapatkan setelah dilakukan sentrifugasi harus sama seperti sebelumnya
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jika hasil yang didapatkan berkurang
secara signifikan maka dilakukan sentrifugasi kembali selama 5 menit hingga
mendapat nilai konstan (Bansal, 2015).

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa kadar hematokrit menggunakan


metode manual mendapatkan rata-rata hasil yang cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan metode otomatis. Adapun penelitian yang telah dilakukan
oleh Kakel (2013) juga melaporkan bahwa pemeriksaan hematokrit metode
manual memiliki nilai yang lebih rendah daripada nilai otomatis, meskipun tidak
ada perbedaan signifikan yang diamati. Nilai hematokrit yang lebih rendah (30%
kebawah) terjadi karena nilai hematokrit berputar lebih cepat sebesar 1 - 3% dari
normal, hal ini memungkinkan leukosit dan plasma yang terperangkap ditengah
hematokrit. Hal ini bisa terjadi sebanyak 6% pada kelainan seperti polisitemia,
makrositosis, spherositosis, anemia hipokromik, anemia sel sabit dan luka bakar.
2. Kadar hematokrit metode otomatis

Metode otomatis dalam penelitian ini menggunakan alat hematology


analyser Cell-Dyn Ruby. Cell-Dyn Ruby adalah multi-parameter otomatisasi
hematology analyzer yang digunakan sebagai diagnostik in vitro di laboratorium
klinik. Cell-Dyn Ruby dirancang untuk menganalisa sel darah dan melaporkan
parameter hematologi (RBC, PLT, WBC, HGB) yang bekerja berdasarkan prinsip
flowcytometry.
Adapun faktor yang dapat memengaruhi pemeriksaan hematokrit secara
otomatis yaitu jika hasil perhitungan hematokrit menyimpang dalam kurang lebih
3% dari hematokrit yang diukur, kesalahan pengukuran atau kerusakan instrumen
bisa terjadi, atau pasien dapat memiliki patologi yang membutuhkan
penyelidikan. Kalibrasi biasanya semua analisa hematologi otomatis dapat dilacak
dengan cara tertentu kembali ke hematokrit yang mencakup penetapan rentang
referensi indeks hematokrit dan sel darah merah, untuk menetapkan nilai target
atau kalibrator dan kontrol yang diharapkan dengan menghindari kemungkinan
kesalahan seperti plasma trap, kontaminasi lapisan sel darah merah, margin tidak
jelas dari lapisan sel putih, segel tabung tidak datar, dehidrasi sel merah dan
keadaan oksigenasi (Birhanu, 2019).
3. Kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis

Berdasarkan uji Independent Sample T Test diperoleh hasil yaitu p =


0,609, hal ini berarti p>a (a= 0,05) sehingga menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis. Hasil pada
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Wulandari (2017) dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Pemeriksaan
Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan Analyzer” serta penelitian yang
dilakukan oleh Kakel(2013) dengan judul “The Evaluation Of Traditional And
Automatic Coulter Method In Estimation Of Haematological Parameters In Adult
Rats”yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan diantara kedua
metode.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit


diantaranya adalah kelainan bentuk eritrosit (poikilositosis) akan mengakibatkan
terjadinya plasma trap yaitu plasma yang terperangkap sehingga mengakibatkan
nilai hematokrit meningkat, ukuran eritrosit dapat mempengaruhi viskositas darah
sehingga viskositas darah yang tinggi dapat menyebabkan nilai hematokrit juga
tinggi. Waktu sentrifugasi juga berpengaruh terhadap nilai hematokrit.Waktu
sentrifugasi harus diatur secara tepat. Kecepatan putaran sentrifus dan pengaturan
waktu dimaksudkan agar eritrosit dapat memadat dengan sempurna (Meilanie,
2019).

Menurut Gandasoebrata (2008), Padatnya kolom eritrosit yang didapat


dengan memusing darah di tentukan oleh faktor radius sentrifus, kecepatan
sentrifuge dan lamanya pemusingan. Kecepatan sentrifus berpengaruh karena
semakin tinggi kecepatan semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit dan
begitu pula sebaliknya. Selain kecepatan sentrifus, waktu sentrifugasi juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Disamping itu, perbandingan
darah dengan antikoagulan harus tepat. Bila pemakaian EDTA lebih dari satu
mg/ml darah akan mempengaruhi bentuk eritrosit sehingga eritrosit akan
mengkerut maka nilai hematokrit menjadi rendah.

Nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan, faktor suhu,


lama penundaan, perdarahan, pemusingan, antikoagulan, kesalahan pembacaan,
jumlah eritrosit, ukuran dan bentuk eritrosit. jumlah lekosit yang cukup tinggi,
nilai glukosa dan natrium darah yang tinggi, hemolisis (Nuryati, 2016). Menurut
Clinical and Laboratory Standards Institute (2004), Tubes and additives for
venous blood specimen collection, menyatakan jumlah aditif yang ditempatkan ke
dalam tabung dimaksudkan untuk volume darah tertentu. Jika darah yang masuk
lebih sedikit dari yang dibutuhkan, maka kelebihan jumlah aditif memiliki potensi
untuk mempengaruhi keakuratan hasil tes.
Dilihat dari segi ekonomis, pemeriksaan hematokrit metode
mikrohematokrit lebih efektif untuk digunakan. Namun sangat bergantung pada
daya sentrifugal alat yang dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun.
Sedangkan pada metode otomatis dengan hematology analyzer memiliki
kelebihan yaitu hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis dan hasil
pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan mempunyai derajat
ketepatan yang tinggi. Namun, pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis
menggunakan hematology analyzer kurang efisien dari segi dana dan
membutuhkan sampel darah dengan volume yang lebih banyak.

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan
otomatis dapat disimpulkan:
1. Kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit pada darah EDTA diperoleh
rata-rata sebesar 39,93 % (±5,797).
2. Kadar hematokrit dengan metode otomatis pada darah EDTA diperoleh rata-rata
sebesar 41,09 % (±6,108).
3. Tidak ada perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.

B. Saran
1. Metode mikrohematokrit lebih ekonomis sehingga dapat dipertimbangkan
menjadi cara pemeriksaan untuk hematokrit
2. Diperlukan penelitian mengenai metode pemeriksaan hematokrit dengan jumlah
sampel yang lebih besar.
3. Diperlukan penelitian mengenai pemeriksaan hematokrit dari segi faktor
kecepatan sentrifugasi, variasi volume darah serta waktu penundaan
pemeriksaan yang memungkinkan memengaruhi hasil pemeriksaan.

DAFTAR PUSTAKA
Ariati. 2013. Perbedaan kadar Hemoglobin, Hematokrit, dan Jumlah Eritrosit
Berdasarkan Usia Kehamilan. Jurusan Analis Kesehatan.

Bansal, B. 2015.Practical Hematology Record Book. Horizon Books. Tersedia


dalam: https://books.google.co.id diakses pada 14 Mei 2020
Birhanu, H. 2019. Comparison of Microhematocrit Methods ( Commercial versus
Window Clay Sealant ) and Automated Hematology Analyzer ( Sysmex
XT-4000i ) for Determination of Hematocrit and Mean Cell Volume (
MCV ) at Tikur Anbessa Specialized hospital.Addis Ababa University.
Tersedia dalam http://etd.aau.edu.et/handle/123456789/20539 diakses pada
3 Mei 2020

Brian S. Bull MD, John A. Koepke MD, Elkin Simson, M.B., Ch.B. MM, Onno
W. van Assendelft, M.D. P.. 2017. Procedure for Determining Packed Cell
Volume by the Microhematocrit Method. Approved Standard—Third
Edition. Vol 20. Tersedia dalam
http://www.zxyjhjy.com/upload/attached/file/20170406/20170406163017_
4871.pdf. diakses pada 20 November 2019
Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3rd edn. Jakarta: EGC.

Deska, K. and Pagana, T. 2014.Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory


Tests. 6th edn. Canada: Elsevier Inc. Tersedia dalam:
https://books.google.co.id/ diakses pada 14 Mei 2020

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan imunologi. Jakarta: In Madia.


Gebretsadkan, G. 2015. The Comparison between Microhematocrit and
Automated Methods for Hematocrit Determination. International Journal
of Blood Research and Disorders, 2(1), pp. 1–3. doi: 10.23937/2469-
5696/1410012.
Gnyba, M. 2011. Optical Investigation of Hematocrit Level in Human
Blood.ACTA PHYSICA POLONICA A, 120(4), pp. 642–646. tersedia
dalam http://przyrbwn.icm.edu.pl/APP/PDF/120/a120z4p17.pdf. diakses
pada 23 Januari 2020.
Guyton, H. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th edn. Jakarta: EGC.

Kakel, S. J. 2013. The Evaluation Of Traditional And Automatic Coulter Method


In Estimation Of Haematological Parameters In Adult Rats. Beni-Suef
University Journal of Basic and Applied Sciences. Elsevier Ltd, 2(1), pp.
31–35. doi: 10.1016/j.bjbas.2013.09.004. Tersedia dalam
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2314853513000218
diakses pada 4 Mei 2020
Kirnanoro. 2010.Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Meilanie, A. D. R. 2019.Perbedaan Nilai Hematokrit Metode Mikrohematokrit


Dan Metode Otomatis Pada Pasien Demam Berdarah Dengue Dengan
Hemokonsentrasi.Journal of Vocational Health Studies, 03, pp. 67–71. doi:
10.20473/jvhs.V3I2.2019.67.
Nugraha, G. 2015.Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.
Jakarta: TIM.

Nurlela, R. 2016. Perbedaan Variasi Volume Darah Dalam Tabung Wintrobe


Terhadap Nilai Hematokrit Skripsi.Universitas Muhammadiyah
Semarang,.

Nuryati, A. 2016. Pengaruh Volume , Lama Pendiaman Dan Suhu Penyimpanan


Darah Pada Pemeriksaan Mikrohematokrit. Jurnal Teknologi Kesehatan,
12(2), pp. 141–146.

Pearce, E. 2009.Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.


Rosidah dan Wibowo, C. 2018.Perbedaan Antara Pemeriksaan Antikoagulan Edta
Dan Heparin Terhadap Nilai Hematokrit (HCT).Jurnal Sains ISSN 2087-
0725, 8(16), pp. 16–21.
Sacher, R. dan Mcpherson, R. 2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. 11th edn. Edited by Pendit and Wulandar. Jakarta: EGC.

Sadikin, M. 2014.Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.


Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th edn. Edited by dr
H. O. Ong, dr A. A. Mahode, and dr D. Ramadhani. Jakarta: EGC.

Syafa’ati, F. L. 2017. Perbedaan Hasil Kadar Hematokrit Metode


Mikrohematokrit Dengan Antikoagulan Edta Cair Dan Serbuk, pp. 5–18.
tersedia dalam http://repository.unimus.ac.id/1046/. diakses pada 15
November 2020

Tumpuk, S. dan Edy, S. 2018. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikro Hematokrit


Menggu- Nakan Makrosentrifus Dengan Mikrosentrifus.Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa, 1(1), pp. 89–83. tersedia pada
http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JLK/article/download/152/pdf. diakses pada 15
November 2019

WHO. 2011. Laboratory Quality Standards and their Implementation. tersedia


dalam
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/205405/B4741.pdf?
sequence=1&isAllowed=y. diakses pada 25 Januari 2020
Widyastuti, S. V. 2018. Perbedaan Jumlah Trombosit Darah Yang Segera
Diperiksa, Di Tunda 4 Jam Pada Suhu 22°C Dan 28°C. Universitas
Muhammadiyah Semarang, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004. tersedia dalam
http://repository.unimus.ac.id/1915/. diakses pada: 25 Januari 2020.

Lampiran 1

SURAT REKOMENDASI
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responenden Penelitian,
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama ​ ​ ​: Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti
NIM ​ ​ ​: P07134017017
Tempat Kuliah ​: Politeknik Kesehatan Denpasar
Bersama ini saya mohon saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian
saya yang berjudul “Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan
Otomatis”. Selanjutnya saya menjamin bahwa pendapat serta identitas saudara
akan tetap dirahasiakan.

Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian dan kesediannya saya
sampaikan terimakasih.

Denpasar, ​ ​ ​2020
​ ​Peneliti ​ ​
Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti
NIM. P07134017017

44

Lampiran 3

Informed Consent

(Surat Pernyataan)
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama ​ ​:
Umur ​ ​:
Alamat ​ ​:
Jenis Kelamin ​:
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lampiran pertama, dengan
ini saya menyatakan bersedia/tidak bersedia*) berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian mengenai “Perbedaan Kadar Hematokrit Metode
Mikrohematokrit dan Otomatis”.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
paksaan. Saya memahami keikutsertaan saya ini akan memberikan manfaat dan
tidak merugikan bagi saya. Oleh karena itu saya bersedia/tidak*) menjadi
responden dalam penelitian ini.

Denpasar, ​ ​ ​2020
Responden ​ ​

(………………………….………)

45

Data Pengisian Responden

LEMBAR PENGISIAN DATA RESPONDEN

Data Responden

Nama responden ​:
Alamat ​ ​ ​:
No. telp ​ ​:
Umur ​ ​ ​:
Tanggal Lahir ​ ​:
Jenis kelamin ​ ​: Laki-laki / Perempuan

46

Lampiran 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Alamat: Jl. Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar. Telp: (0361) 710527, Website :
www.poltekkes-denpasar.ac.id/analiskesehatan
Email: analiskesehatandenpasar@yahoo.co.id

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Nama : Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti


NIM : P07134017017
Institusi : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Denpasar
Judul Penelitian : Perbedaan Kadar Hematokrit Metode
Mikrohematokrit dan Otomatis

Hasil Pemeriksaan Hematokrit Metode Mikrohematokrit


Kode Sampel Jenis Kelamin Umur (th) Hasil Satuan
Mikrohematokrit

001 Perempuan 20 37.00 %

002 Perempuan 20 38.00 %

003 Perempuan 20 39.00 %

004 Perempuan 20 33.00 %

005 Perempuan 21 46.00 %

006 Perempuan 20 41.00 %

007 Perempuan 20 39.00 %

008 Perempuan 20 35.00 %

009 Perempuan 20 38.00 %

010 Perempuan 20 51.00 %

011 Perempuan 20 45.00 %

012 Perempuan 21 36.00 %


013 Perempuan 20 32.00 %

014 Perempuan 21 49.00 %

Mengetahui,
i.n Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Ka. Sub Unit Laboratorium

Luh Putu Rinawati, S.Si


NIP.198512242010122003

Kode Jenis Umur Hasil Hasil Satuan


Sampel Kelamin (th)
Mikrohematokrit Otomatis

001 P 20 37.00 41.40 %

002 P 20 38.00 41.78 %

003 P 20 39.00 40.33 %

004 P 20 33.00 35.05 %

005 P 21 46.00 44.89 %

006 P 20 41.00 41.90 %

007 P 20 39.00 42.78 %

008 P 20 35.00 34.55 %

009 P 20 38.00 36.37 %

010 P 20 51.00 52.21 %

011 P 20 45.00 44.83 %

012 P 21 36.00 36.95 %

013 P 20 32.00 30.89 %

014 P 21 49.00 51.37 %

Lampiran 5

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Metode Metode
Mikrohematokrit Otomatis
N 14 14
a,b
Normal Parameters Mean 39.9286 41.0929
Std. Deviation 5.79740 6.10884
Most Extreme Differences Absolute .206 .124
Positive .206 .124

Negative -.095 -.097


Kolmogorov-Smirnov Z .773 .465
Asymp. Sig. (2-tailed) .589 .982
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

50

Lampiran 6
Hasil Uji Independent Sampel T Test
Group Statistics
Metode Hematokrit N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit 14 39.9286 5.79740 1.54942
Metode Otomatis 14 41.0929 6.10884 1.63266

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. Error 95% Confidence
(2- Difference Difference Interval of the
tailed) Difference
Lower Upper
Equal .000 .995 -.517 26 .609 -1.16429 2.25084 -5.79095 3.46238
Kadar
variances
Hematokrit
assumed
Equal -.517 25.929 .609 -1.16429 2.25084 -5.79157 3.46300
variances
not
assumed

51
Lampiran 7

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 4. Alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah vena

Gambar 5. Sentrifus mikrohematokrit dan alat hematology analyser

Gambar 6. Proses pengambilan darah vena


Gambar 7. Pemeriksaan kadar hematocrit

SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS


ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama ​ ​ ​: Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti
NIM ​ ​ ​: P07134017017
Program Studi ​ ​: Diploma III Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan ​ ​: Teknologi Laboratorium Medis
Alamat ​ ​ :​ Jl. Supratman Gg Gn Sari No.4, Denpasar
No. Hp / Email ​: 085943419436 / damayantiayuratih@gmail.com
Dengan ini menyerahkan Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
“PERBEDAAN KADAR HEMATOKRIT METODE
MIKROHEMATOKRIT DAN OTOMATIS”
Dan menyetujuinya menjadi hak milik Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
serta memberikan Hak Bebas Royalti Non.ekslusif untuk disimpan,
dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikan di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama
penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari
terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam Karya Tulis Ilmiah ini,
maka segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara
pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Denpasar, 17 Juli 2020


Yang menyatakan

Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti


54

Anda mungkin juga menyukai