Ayu Ratih
Ayu Ratih
Oleh :
NI WAYAN AYU RATIH DAMAYANTI
NIM. P07134017017
36
ABSTRACT
Hematocrit examination is one of the special blood tests that is often done in
laboratories useful to help diagnose various diseases and the hematocrit value
can be expressed in units of percent (%). Determination of the hematocrit value
can be done by manual and automatic methods. This research is intended to
determine the comparison of the results of hematocrit microhematocrit and
automatic methods. This type of research is analytic research with cross sectional
design. Hematocrit examination was performed by microhematocrit and
automatic methods of 14 EDTA blood samples. The average results of hematocrit
levels with the microhematocrit method in EDTA blood obtained by 39.93%, while
the hematocrit levels with automatic methods on EDTA blood obtained an
average of 41.09%. Independent sampel T-test obtained p value of 0.609 so with
the result that p > ɑ (p > 0,05) means that there is no difference in the hematocrit
level of the microhematocrit and automatic methods. Microhematocrit methods
can be considered as a way to examine hematocrit in addition to automatically.
Keywords: Hematocrit; microhematocrit method; automatic method; EDTA
blood.
ABSTRAK
RINGKASAN PENELITIAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah
dengan judul “Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan
Otomatis” dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan bukan hanya karena
usaha penulis sendiri melainkan berkat bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik secara material
maupun moril. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan Program Diploma III di Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah.
3. Ibu IGA. Sri Dhyanaputri, SKM, MPH, selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis
sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Ibu Ni Nyoman Astika Dewi, S.Gz, M.Biomed selaku pembimbing utama
dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
5. Bapak Heri Setiyo Bekti, S.ST, M.Biomed selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan koreksi dan saran dalam menyelesaikan penulisan
karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh keluarga serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan dorongan dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan Karya tulis ilmiah ini. Akhir kata semoga Karya tulis ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v
RIWAYAT PENULIS vi
ABSTRACT vii
ABSTRAK viii
RINGKASAN PENELITIAN ix
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
DAFTAR SINGKATAN xx
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat Penelitian 5
1. Manfaat Teoritis 5
2. Manfaat Praktis 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Umum Tentang Darah 6
1. Definisi Darah 6
2. Struktur Darah 7
3. Karakteristik Darah 8
4. Jenis-Jenis Sel Darah 8
5. Fungsi Darah 10
6. Macam-Macam Darah 10
B. Tinjauan Tentang Hematokrit 11
1. Definisi Hematokrit 11
2. Metode Pemeriksaan Hematokrit 12
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Hematokrit 13
4. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit 16
5. Faktor yang Memengaruhi Hasil Pemeriksaan Laboratorium. 17
BAB III KERANGKA KONSEP 19
A. Kerangka Konsep 19
B. Variabel dan Definisi Operasional 20
1. Variabel penelitian 20
2. Definisi operasional 22
3. Hipotesis 23
BAB IV METODE PENELITIAN 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian 24
1. Tempat Penelitian 24
2. Waktu Penelitian 24
C. Sampel Penelitian 24
1. Populasi penelitian 24
2. Sampel penelitian 25
a. Unit Analisis dan Responden 25
b. Besar Sampel 25
c. Teknik Sampling 26
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 26
1. Jenis Data yang Dikumpulkan 26
2. Cara Pengumpulan Data 26
3. Instrumen Pengumpulan Data 27
E. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja 27
1. Pengambilan Sampel Darah Vena 27
2. Pemeriksaan Hematokrit Metode Mikrohematokrit 28
3. Pemeriksaan Hematokrit MetodeOtomatis 28
F. Pengolahan dan Analisis Data 28
1. Teknik Pengolahan Data 28
2. Analisis Data 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30
A. Hasil 30
1.Kondisi lokasi penelitian 30
2. Karakteristik subjek penelitian 30
3. Hasil pemeriksaan kadar hematokrit 31
4. Analisis data 32
B.Pembahasan 32
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 36
A. Simpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep 19
Gambar 2. Hubungan Antar Variabel 20
Gambar 3. Kadar Hematokrit Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar 31
Gambar 4. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Sampel Darah Vena 47
Gambar 5. Sentrifus Mikrohematokrit dan Hematology Analyzer 47
Gambar 6. Proses Pengambilan Sampel Darah Vena 48
Gambar 7. Pemeriksaan Kadar Hematokrit 48
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional 22
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel 27
Tabel 3. Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit
dan Otomatis ………………………………………………………..
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Rekomendasi 40
DAFTAR SINGKATAN
36
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan pemeriksaan kadar hematokrit metode
mikrohematokrit dan otomatis.
2. Tujuan khusus
1. Manfaat teoritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1. Definisi darah
Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair
berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain,
mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga
dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran tersebut harus
terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat
menjangkau seluruh jaringan didalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut
dengan sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan pembuluh darah.
Dengan sistem tersebut darah akan diakomodasikan secara teratur dan diedarkan
menuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh (Nugraha, 2015).
Darah merupakan pengangkut jarak jauh, transportasi massal bahan-bahan
antara sel dan lingkungan eksternal atau diantara sel itu sendiri. Transportasi yang
demikian penting untuk mempertahankan hemeostasis. Darah terdiri dari cairan
kompleks plasma tempat elemen-elemen selular berada. Eritrosit secara esensial
merupakan membran plasma-kantong tertutup hemoglobin yang mengangkut O2
didalam darah. Leukosit, unit pertahanan mobil sistem imun, diangkut melalui
darah ke tempat terjadinya luka atau invasi oleh mikroorganisme penyebab
penyakit. Platelet (trombosit) penting bagi hemeostasis untuk menghentikan
perdarahan akibat pembuluh yang cedera (Sherwood, 2014).
Komponen non-selular berupa cairan yang disebut plasma dan membentuk
sekitar 55% bagian dari darah. Dalam plasma terkandung berbagai macam
molekul makro dan mikro, baik yang bersifat larutan air (hidrofilik) maupun tidak
larut air (hidrofobik), berupa organik maupun anorganik, serta atom-atom maupun
ionik. Plasma yang tidak mengandung faktor-faktor pembekuan darah disebut
serum. Plasma darah terdiri dari air, protein, karbohidrat, lipid, asam amino,
vitamin, mineral dan lain sebagainya. Komponen tersebut ikut mengalir dalam
sirkulasi Bersama darah, baik bebas atau diperantarai molekul lain agar dapat
terlarut di dalam plasma (Nugraha, 2015).
2. Struktur darah
a. Plasma
Plasma adalah cairan darah (55%) sebagian besar terdiri dari air ( 95%),
7% protein, 1% nutrient. Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi
(imunoglobulin) seperti: IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan
tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat faktor pembeku
darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzim,
polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit,
hormon dan vitamin-vitamin (Desmawati, 2013).
b. Sel-sel darah
Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas eritrosit
atau sel darah merah, leukosit, dan trombosit. Sel darah merah merupakan unsur
terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1%. Sel
darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit
(Desmawati, 2013).
3. Karakteristik darah
Adapun karakteristik darah menurut Desmawati, 2013 yaitu sebagai berikut :
a. Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan
dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna merah tua /
gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah Arteri.
b. Viskositas
Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas
air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
c. pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45
d. Volume
Sel darah merah disebut juga sebagai eritrosit, berbeda dengan sebagian
sel tubuh lainnya karena eritrosit tidak memiliki inti sel. Inti sel eritrosit terlepas
pada saat meninggalkan sumsum tulang. Eritrosit matang normal berbentuk
diskus dank arena tidak memiliki nukleus, sel lini menjadi fleksibel. Eritrosit
dapat berubah bentuk dan mengecilkan diri ketika melewati pembuluh kapiler.
Eritrosit memiliki fungsi utama yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan
perifer, mengangkut CO2 dari jaringan ke paru dan berperan dalam pengangkutan
dan metabolism nitrit oksida (NO) sehingga membantu pembentukan NO dan
vasodilatasi pada kondisi hipoksia. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari (Jane,
2012).
5. Fungsi darah
Darah memiliki fungsi sebagai berikut (Pearce, 2009) :
a. Berperan sebagai sistem transport dalam tubuh, yaitu menghantarkan semua
bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil
buangan lain.
b. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan
sebagian karbondioksida.
c. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung melalui mekanisme
fagositosis dari beberapa sel sehingga tubuh terlindung dari serangan bakteri.
d. Pengaturan kesimbangan asam basa.
6. Macam–Macam Darah
a. Darah kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dengan diameter antara
5 -10 mikrometer yang memungkinkan terjadinya pertukaran air, oksigen, karbon
dioksida, nutrient serta limbah dengan sel disekitarnya. Kapiler hanya terdiri dari
satu lapisan endothelium dan sebuah membran basal. Arteri pada akhirnya akan
bercabang ke bagian-bagian kecil yang disebut arteriol dan kemudian menuju
kapiler. Kapiler juga berfungsi membawa darah ke dalam vena (Kirnanoro, 2010).
b. Darah vena
Pembuluh darah vena atau pembuluh balik adalah pembuluh darah kecil
yang umumnya membawa darah terdeoksigenasi ke jantung dari jaringan.
Umumnya, vena membawa darah yang mengandung karbon dioksida, namun ada
vena umbikalis yang membawa darah beroksigen dari paru-paru ke jantung.
Setelah darah melalui jaringan tubuh,kapiler akan bergabung ke venula dan
selanjutnya bergabung ke vena. Semua vena pada akhirnya tergabung menjadi dua
vena utama yaitu vena cava superior (dari bagian tubuh diatas jantung) dan vena
cava interior(dari bagian tubuh dibawah jantung). Kedua vena tersebut masuk ke
serambi kanan pada jantung (Kirnanoro, 2010).
B. Hematokrit
1. Definisi hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada di dalam
darah dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu
yang nilainya dinyatakan dalam persen (%), nilai untuk pria 40-48 vol % dan
untuk wanita 37-43 vol %. Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan
antara volume eritrosit dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit
dapat dinyatakan sebagai presentase atau sebagai pecahan desimal (unit SI),
liter/liter (L/L) (Sadikin, 2014).
2. Metode pemeriksaan hematokrit
a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara mikrohematokrit
2) Ukuran eritrosit
Faktor terpenting pada pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah
merah dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka
nilai hematokrit juga akan tinggi (Syafaati, 2017).
3) Jumlah eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemia maka nilai
hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (anemia) maka nilai
hematokrit akan menurun (Syafaati, 2017).
4) Bentuk eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped
plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan meningkat
(Syafaati, 2017).
5) Viskositas darah
Pengambilan sampel idealnya dilakukan waktu pagi hari. Tehnik atau cara
pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai Standard Operating
Procedure (SOP) yang ada. Jika darah diambil dari ekstermitas yang terpasang
jalur IV, nilai hematokrit cenderung rendah. Oleh sebab itu, hindari penggunaan
ekstremitas tersebut. Jika darah diambil untuk tujuan pemantauan hematokrit,
segera setelah pengeluaran darah tahap sedang ke berat terjadi dan setelah
pemberian transfusi, hematokrit mungkin berkadar normal.
3) Spesimen
Spesimen yang akan diperiksa volume mencukupi, kondisi baik tidak lisis,
segar atau tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat, ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat dan identitas sesuai dengan data pasien
b. Tahap Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan. Tahap analitik perlu memperhatikan reagen, alat, metode
pemeriksaan, pencampuran sampel dan proses pemeriksaan.
c. Tahap Pasca Analitik atau tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk
meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar –benar valid
atau benar (Widyastuti, 2018).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Gambar 1
Kerangka Konsep Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan
Otomatis
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
b. Variabel terikat
c. Variabel penganggu
Gambar 2
Hubungan Antar Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Tabel 1
Definisi Operasional
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Analisis Hasil
3 Metode otomatis Merupakan suatu metode Pengukuran dengan Rasio
Pemeriksaan
pemeriksaan hematokrit membaca skala
yang cara yang ada pada alat
penghitungannya yaitu otomatis
dengan menggunakan menggunakan
alat otomatis yang hematology
bekerja berdasarkan analyzer.
prinsip impedansi listrik.
D. Hipotesis Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
1) Dibersihkan bagian tangan yang akan diambil darahnya tepat di bagian vena
fossa cubiti dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering
2) Jika memakai vena dalam fossa cubiti pasanglah ikatan pembendung pada
lengan-atas dan mintalah orang itu mengepal dan mebuka tangannya berkali
kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan
erat-erat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan
agak menonjolkan vena
3) Ditegangkan bagian kulit di atas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena
tidak bergerak
4) Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung
jarum masuk kedalam luman vena.
5) Dilapaskan atau direnggakan torniquet secara perlahan dan ditarik penghisap
spuit sampai didapat jumlah darah yang dikehendaki
6) Diletakan kapas kering di atas jarum dan ditarik jarum secara perlahan lalu
ditekan tempat bekas penusukan jarum beberapa saat
7) Dipindahkan darah dari dalam spuit ke dalam wadah lalu dibuang spuit,
BAB V
1. Lokasi penelitian
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis merupakan salah satu jurusan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang menjalankan program studi
Diploma III. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar berdiri
pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.03.05/I/II/4/00255/2009, Tanggal 22 Januari 2009. Pada tahun 2015,
berdasarkan penilaian dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT), Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar
berhak atas akreditasi B berdasarkan Keputusan Ketua Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi No.771/SK/BAN-PT/Akred/Dpl-III/VII/2015 tanggal 10 Juli
2015. Beberapa laboratorium sebagai sarana pendukung pendidikan yaitu,
Laboratorium Kimia Klinik, Laboratorium Hematologi, Laboratorium
Sitohistoteknologi, Laboratorium Bakteriologi, Laboratorium Kimia Terapan,
Laboratorium Kimia Dasar, Laboratorium Parasitologi, Laboratorium
Immunologi, dan Laboratorium Biologi Molekuler. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang terletak di Jalan Sanitasi No.1 Sidakarya, Denpasar.
Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Poltekkes Kemenkes
Denpasar memiliki fasilitas yang memadai untuk digunakan sebagai tempat
penelitian dari proses pra-analitik, analitik dan post-analitik. Kondisi ruangan
laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis pada saat
melakukan penelitian berada dalam kondisi yang baik dan bersih.
RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada
tanggal 30 Desember 1959. Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami
beberapa kali perubahan status, pada tahun 1993 menjadi rumah sakit swadana
(SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994). Kemudian tahun 1997 menjadi
Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah
status menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun
2000. Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI
NO.1243 tahun 2005 tgl 11 Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan
Tipe A sesuai Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005. RSUP
Sanglah Denpasar sebagai rumah sakit type A memiliki pelayanan kesehatan
terlengkap di Bali seperti adanya beberapa instalasi yaitu instalasi Wing Amerta,
rawat inap dan jalan, pelayanan jantung terpadu, instalasi kanker terpadu,
instalasi bedah sentral, radioterapi, gawat darurat, rehabilitasi medis dan instalasi
laboratorium (Sanglah, 2019). Pemeriksaan sampel darah secara otomatis
dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
dengan pertimbangan bahwa Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah
memiliki fasilitas yang memadai yang diperlukan dalam penelitian ini serta jarak
antara lokasi pengambilan sampel dan pemeriksaan yang tidak jauh. Laboratorium
Patologi Klinik RSUP Sanglah terletak di Jalan Diponegoro, Denpasar.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan pada tanggal 8 dan 9 April 2020.
4. Analisis data
a. Perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Kolmogorov
Smirnov dan diiperoleh hasil p>0,05 sehingga data kadar hematokrit berdistribusi
normal. Oleh karena itu, data dianalisis menggunakan uji Independent Sample T
Test untuk mengetahui perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan
otomatis.
Tabel 3.
Perbedaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan Otomatis
Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu p = 0,609. Hal
ini berarti p>a (a= 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar
hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.
B. Pembahasan
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan
otomatis dapat disimpulkan:
1. Kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit pada darah EDTA diperoleh
rata-rata sebesar 39,93 % (±5,797).
2. Kadar hematokrit dengan metode otomatis pada darah EDTA diperoleh rata-rata
sebesar 41,09 % (±6,108).
3. Tidak ada perbedaan kadar hematokrit metode mikrohematokrit dan otomatis.
B. Saran
1. Metode mikrohematokrit lebih ekonomis sehingga dapat dipertimbangkan
menjadi cara pemeriksaan untuk hematokrit
2. Diperlukan penelitian mengenai metode pemeriksaan hematokrit dengan jumlah
sampel yang lebih besar.
3. Diperlukan penelitian mengenai pemeriksaan hematokrit dari segi faktor
kecepatan sentrifugasi, variasi volume darah serta waktu penundaan
pemeriksaan yang memungkinkan memengaruhi hasil pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariati. 2013. Perbedaan kadar Hemoglobin, Hematokrit, dan Jumlah Eritrosit
Berdasarkan Usia Kehamilan. Jurusan Analis Kesehatan.
Brian S. Bull MD, John A. Koepke MD, Elkin Simson, M.B., Ch.B. MM, Onno
W. van Assendelft, M.D. P.. 2017. Procedure for Determining Packed Cell
Volume by the Microhematocrit Method. Approved Standard—Third
Edition. Vol 20. Tersedia dalam
http://www.zxyjhjy.com/upload/attached/file/20170406/20170406163017_
4871.pdf. diakses pada 20 November 2019
Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Lampiran 1
SURAT REKOMENDASI
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responenden Penelitian,
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis
Dengan hormat,
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian dan kesediannya saya
sampaikan terimakasih.
Denpasar, 2020
Peneliti
Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti
NIM. P07134017017
44
Lampiran 3
Informed Consent
(Surat Pernyataan)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lampiran pertama, dengan
ini saya menyatakan bersedia/tidak bersedia*) berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian mengenai “Perbedaan Kadar Hematokrit Metode
Mikrohematokrit dan Otomatis”.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
paksaan. Saya memahami keikutsertaan saya ini akan memberikan manfaat dan
tidak merugikan bagi saya. Oleh karena itu saya bersedia/tidak*) menjadi
responden dalam penelitian ini.
Denpasar, 2020
Responden
(………………………….………)
45
Data Responden
Nama responden :
Alamat :
No. telp :
Umur :
Tanggal Lahir :
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
46
Lampiran 4
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Alamat: Jl. Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar. Telp: (0361) 710527, Website :
www.poltekkes-denpasar.ac.id/analiskesehatan
Email: analiskesehatandenpasar@yahoo.co.id
Mengetahui,
i.n Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Ka. Sub Unit Laboratorium
Lampiran 5
50
Lampiran 6
Hasil Uji Independent Sampel T Test
Group Statistics
Metode Hematokrit N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit 14 39.9286 5.79740 1.54942
Metode Otomatis 14 41.0929 6.10884 1.63266
51
Lampiran 7