Anda di halaman 1dari 60

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI HEMATOKRIT

DENGAN HOMOGENISASI MANUAL BOLAK BALIK 2


KALI, 4 KALI, DAN 10 KALI DENGAN
HEMATOLOGY ANALYZER

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun oleh :

Noor Fadillah
G1C220059

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa


Tugas Akhir ini adalah karya sendiri, disusun tanpa tindakan plagiatisme sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Semarang

Nama : Noor Fadillah

NIM : G1C220059

Fakultas : Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Program Studi : D4 Analis Kesehatan

Judul : Perbedaan Hasil Pemeriksaan Nilai Hematokrit dengan


Homogenisasi Manual Bolak-balik 2 kali, 4 kali, dan 10
kali dengan Hematology Analyzer

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiatisme, saya akan
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan Universitas
Muhammadiyah Semarang kepada saya.

Semarang, 09 September 2021

(Noor Fadillah)

iv
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI HEMATOKRIT DENGAN
HOMOGENISASI MANUAL BOLAK-BALIK 8, 9, DAN 10 KALI DENGAN
HEMATOLOGY ANALYZER

Noor Fadillah1 , Andri Sukeksi 2 , M. Ardi Afriansyah 2

1. Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
2. Dosen Program Studi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Homogenisasi merupakan suatu proses pencampuran antara darah dengan


antikoagulan yang masuk dalam tahapan pra-analitik. Homogenisasi memiliki dua
cara yaitu manual dan otomatis. Hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan
yang sangat berpengaruh terhadap proses homogenisasi. Proses homogenisasi yaitu
dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 8-10 kali, homogenisasi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan adanya bekuan maupun pecahnya sel eritrosit/lisis
serta pengkerutan sel eritrosit dan hal tersebut dapat menimbulkan nilai hematokrit
yang rendah palsu. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis
perbedaan hasil pemeriksaan nilai hematokrit dengan homogenisasi manual bolak-
balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional dimana dependent variabel dan independent
variable dilakukan secara bersamaan serta didukung studi pustaka. Hasil penelitian
rerata nilai hematokrit yaitu 38,8%. Data yang telah terdistribusi normal lalu
dilanjutkan uji statistik One-Way Anova dan didapat hasil dengan nilai p = 0,584
(p-value > 0,05) yang artinya tidak ada perbedaan nilai hematokrit, baik pada
perlakuan homogenisasi membolak-balik 2 kali, 4 kali dan 10 kali.

Kata Kunci : Homogenisasi manual bolak-balik, hematology analyzer, nilai


hematokrit

v
DIFFERENCES RESULT OF HEMATOCRITE VALUE WITH MANUAL
HOMOGENIZATION 2, 4, AND 10 TIMES WITH HEMATOLOGY ANALYZER

Noor Fadillah1 , Andri Sukeksi 2 , M. Ardi Afriansyah 2


1. Program Study DIV Health Analyst Faculty of Nursing and Health,
Muhammadiyah University of Semarang
2. Lecture of Four years Diploma of Health Analyst Study Program, Nursing and
Health Faculty, Muhammadiyah University of Semarang

ABSTRACT

Homogenization is a mixing process between blood and anticoagulant is in the pre-


analytic stage. Homogenization has two ways, manual and automatic. Hematocrite
is one of the most influential test on the homogenization process. The
homogenization process is by inverting tube 8-10 times. Inadequate
homogenization process can cause clots, hemolysis, and crenation of morfology
erythrocyte and this can lead false low hematocrite values. The purpose of the study
aimed to determine and analyze the differences result of hematocrite value with
homogenization 2, 4, and 10 times. This type of research is in analytic study with a
cross sectional research design where the dependent variable and independent
variable are carried out simultaneously and are supported by literature studies. The
result of study, average hematocrite values was 38,8%. The data had been normally
distributed were then continued with One Way Anova statistical test and the result
were obtained with p value = 0,584 (p>0,05), which means that there is not
difference in the hematocrite value, both in the homogenization treatment for 2
times, 4 times, and 10 times.

Keywords : Manual homogenization, Hematology analyzer, hematocrite value

vi
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
yang berjudul “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Nilai Hematokrit dengan
Homogenisasi Manual Bolak-balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali dengan Hematology
Analyzer”
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Penulis sangat menyadari bahwa terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak
terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Andri Sukeksi, SKM.,M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan dukungan dan pengarahan kepada penulis,
2. M. Ardi Afriansyah, M.Biomed selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan dukungan dan pengarahan kepada penulis,
3. Fandhi Adi Wardoyo, M.Sc selaku Ketua Program Studi D IV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang,
4. Joko Teguh Isworo, SKM.,M.Kes selaku penguji yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis.
5. Abah, Mama, dan Ading yang selalu mendoakan, dan mensupport
keinginan saya dalam melanjutkan pendidikan ini.
6. Ka Adiya Fedziyasti Bandi yang selalu mensupport pengerjaan skripsi
dan penelitian ini.
7. Bu Dwi Purbayanti, Ka Rinny, dan Windya yang selalu memberikan
semangat, support, serta masukkan dalam pembuatan skripsi ini.

vii
8. Palangka Raya team, Septi, Ayun, Adinda, Yuvita, Elita dan Tio yang
selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari masih banyak ketidak sempurnaan dan kekurangan
dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir
ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan
dalam tugas akhir ini.

Semarang, 09 September 2021

Noor Fadillah
(G1C220059)

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................3
1.4.1 Manfaat Bagi ATLM .................................................................. 3
1.4.2 Manfaat Bagi Instansi ................................................................. 4
1.5 Orisinalitas Penelitian ...........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Hematokrit.............................................................................................5
2.1.1 Definisi Hematokrit .....................................................................5
2.1.2 Nilai Normal Hematokrit .............................................................6
2.1.3 Metode Pemeriksaan Hematokrit.................................................6
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit ................15
2.2 Pra-Analitik .........................................................................................17
2.3 Homogenisasi ......................................................................................19
2.3.1 Homogenisasi Manual ...............................................................20
2.3.2 Homogenisasi Otomatis (Blood Roller Mixer) ..........................21
2.4 Hubungan Homogenisasi dengan Nilai Hematokrit............................22

ix
2.5 Kerangka Teori...................................................................................25
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................25
2.7 Hipotesis ..............................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................27
3.2.1. Tempat ...................................................................................... 27
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 27
3.3 Variabel Penelitian ..............................................................................27
3.3.1. Variabel Bebas (Independent Variabel) .................................... 27
3.3.3. Variabel Terikat (Dependent Variabel) .................................... 27
3.4 Definisi Operasional ............................................................................28
3.5 Populasi dan Sampel ...........................................................................28
3.5.1. Populasi Penelitian.................................................................... 28
3.5.2. Sampel Penelitian ..................................................................... 29
3.6 Alat dan Bahan ....................................................................................30
3.7 Prosedur Penelitian..............................................................................30
3.8 Alur Penelitian.....................................................................................31
3.9 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.....................................31
3.9.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 31
3.9.2 Analisis Data ............................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 33
4.1 Hasil ....................................................................................................33
4.1.1. Gambaran Umum...................................................................... 33
4.1.2. Analisis Data Deskriptif............................................................ 33
4.1.3. Analisis Statistik ....................................................................... 35
4.2 Pembahasan .........................................................................................36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38
5.1 Simpulan..............................................................................................38
5.2 Saran ....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40
LAMPIRAN ......................................................................................................... 43

x
DAFTAR TABEL

1. Originalitas penelitian ......................................................................................... 4


2. Nilai normal hematokrit ...................................................................................... 6
3. Kelebihan 4 metode pemeriksaan hematokrit ................................................... 13
4. Kekurangan 4 metode pemeriksaan hematokrit ................................................ 14
5. Definisi operasional........................................................................................... 28
6. Rerata nilai hematokrit ...................................................................................... 34
7. Uji Normalitas Shapiro-Wilk............................................................................. 35
8. Uji homogenitas dan One-Way Anova .............................................................. 35

xi
DAFTAR GAMBAR

1. Skema Representasi Pengukuran Hematokrit Metode Sentrifugal ..................... 8


2. Skema Representasi Pengukuran Hematokrit Metode Otomatis ........................ 8
3. Skema Representasi Pengukuran Hematokrit High Pulse ................................... 9
4. Kerangka teori ................................................................................................... 25
5. Kerangka konsep ............................................................................................... 25
6. Alur penelitian ................................................................................................... 31
7. Grafik nilai hematokrit ...................................................................................... 34

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil pembacaan kontrol darah ........................................................................43


2. Hasil Uji Statistik One-Way Anova ...................................................................43
3. Dokumentasi Penelitian ....................................................................................44
4. Hasil output Hematology Analyzer....................................................................46

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium terdiri dari tiga tahap yaitu pra analitik, analitik,

dan pasca analitik. Kesalahan terbesar terjadi pada tahap pra analitik. Tahap pra

analitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap persiapan

sangat menentukan kualitas spesimen yang nantinya akan dihasilkan dan

mempengaruhi proses kerja berikutnya, yang termasuk dalam tahapan praanalitik

yaitu kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan spesimen, perlakuan terhadap

proses persiapan spesimen hingga spesimen yang dikerjakan. Salah satu spesimen

yang sering digunakan yaitu darah (Buleti, 2007).

Kesalahan yang biasa terjadi pada tahap pra-analitik yaitu terjadinya bekuan

pada spesimen darah hal ini bisa disebabkan karena didalam darah memiliki

kandungan zat pembeku (koagulan), sedangkan untuk pemeriksaan hematologi

sampel yang digunakan harus bebas dari bekuan. Agar tidak terjadi pembekuan

pada sampel yang digunakan, darah harus dicampur dengan zat anti pembeku darah

yang biasa disebut (antikoagulan). Umumnya untuk pemeriksaan hematologi, jenis

antikoagulan yang sering digunakan adalah EDTA. Proses pencampuran antara

darah dengan antikoagulan disebut dengan homogenisasi (Yudistira Ardi Nugraha,

2010 ; Decie & Lewis, 2017).

Homogenisasi sampel merupakan bagian dari tahap pra analitik. Tujuan

homogenisasi sampel adalah untuk mendapatkan sampel darah yang tercampur

merata dan menghindari terjadinya pembekuan. Homogenisasi dengan baik akan

1
2

menghindari perubahan bentuk dari eritrosit itu sendiri. Menurut Decie dan Lewis

homogenisasi spesimen darah dilakukan sesuai dengan gold standar dengan

menggunakan teknik inversi dengan membolak-balikkan tabung 8 sampai 10 kali

(Gandasoebrata, 2013 ; Decie & Lewis, 2017), hal ini menyebabkan antikoagulan

tersebut dapat larut dengan sempurna serta sel darah yang berada didalam tetap pada

kondisi yang sebenarnya. Namun masih sering dijumpai proses homogenisasi pada

tahap pra-analitik ini dilakukan dengan homogenisasi manual bolak balik tetapi

tidak sesuai dengan standar yang ada.

Beberapa ada yang melakukan homogenisasi dengan mmebolak-balikkan

tabung hanya 2 kali atau 4 kali saja. Padahal dengan menghomogenisasi sampel

yang tidak sesuai standar dikhawatirkan membuat beberapa hasil parameter

hematologi menjadi rendah palsu, hal ini dikarenakan pencampuran antara darah

dengan antikoagulan belum merata sehingga dapat menyebabkan adanya bekuan

dan krenasi atau pengkerutan eritrosit., Adapun menurut Decie & Lewis proses

homogenisasi yang tidak adekuat akan menghasilkan nilai yang tidak akurat (Decie

& Lewis, 2017). Menurut Tetty, 2017 kenyataan di lapangan teknik inversi tidak

semuanya dilakukan oleh ATLM, 70-90 % ATLM menggunakan teknik

homogenisasi dengan membentuk angka delapan (Tetty, 2017).

Hematokrit (Ht) atau packed cell volume (PCV) merupakan salah satu

parameter hematologi yaitu suatu pemeriksaan untuk menentukan perbandingan

eritrosit terhadap volume darah atau volume eritrosit didalam 100ml darah, yang

ditetapkan dalam satuan (Nugraha, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

hematokrit meliputi volume darah, waktu, kecepatan sentrifugasi, volume


3

antikoagulan yang tidak sesuai termasuk proses pencampuran antara keduanya,

serta lama penyimpanan sampel.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

pada penelitian adalah “Adakah perbedaan nilai hematokrit yang dihomogenkan

secara manual dengan membolak balik tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan nilai hematokrit antara sampel yang dihomogenkan

secara manual dengan membolak balik tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur nilai hematokrit pada sampel yang dihomogenkan dengan

membolak-balik tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali menggunakan alat

hematology analyzer.

2. Menganalisis perbedaan nilai hematokrit antara sampel yang dihomogenkan

secara manual dengan membolak-balik tabung 2 kali dan 10 kali, kemudian

4 kali, dan 10 kali menggunakan alat hematology analyzer.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi ATLM

Bagi tenaga ATLM penelitian di harapkan dapat memberikan informasi

tentang perbedaan nilai hematokrit dengan homogenisasi manual bolak balik 2

kali, 4 kali, dan 10 kali sehingga pemeriksaan tersebut memberikan gambaran dan

informasi terhadap nilai hematokrit.


4

1.4.2 Manfaat Bagi Instansi


Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada Laboratorium

Klinik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya mengenai nilai hematokrit yang

dihomogenisasikan manual bolak balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali.

1.5 Orisinalitas Penelitian


Tabel 1. Orisinalitas Penelitian perbedaan nilai hematokrit dengan homogenisasi
manual bolak balik dan diputar dengan alat hematology analyzer.
No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Tulus Aryadi dan Profil Darah Vena Pada Berdasarkan uji one sampel t-tes (uji-t)
Budi Santosa Proses Homogenisasi tidak ada perbedaan hasil jumlah, eritosit,
(2021), Program Manual dan Menggunakan kadar hematokrit, dan ada perbedaan
Studi D-III Alat Roller Mixer pada pemeriksaan LED ketika di
Analis Kesehatan homogenkan manual bolak balik 8 kali
Universitas dengan menggunakan roller mixer
Muhammadiyah kecepatan 35 rpm selama 5 menit.
Semarang.

2 Iva Mar’atus Perbedaan Kadar Berdasarkan hasil uji statistik parametrik


Shiva Wijayanti Hematokrit Berdasarkan t paired sample test tidak ada perbedaan
(2020), Program Homogenisasi Manual dan kadar hematokrit yang dihomogenkan
Studi D-III Menggunakan Alat Blood secara manual dan menggunakan alat
Analis Kesehatan Roller Mixer Blood Roller Mixer.
Universitas
Muhammadiyah
Semarang.

Perbedaan dari kedua penelitan diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan

adalah menganalisa hasil pemeriksaan nilai hematokrit antara sampel yang

dihomogenkan secara manual dengan membolak-balikkan tabung 2 kali, 4 kali, dan

10 kali.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hematokrit

2.1.1 Definisi Hematokrit

Hematokrit yaitu Hemato berasal dari bahasa Yunani Haima (darah) dan

Crit/Krinein (memisahkan) adalah rasio volume sel darah merah yang dikemas

dengan volume darah total biasa dikenal dengan istilah PCV atau Pack Cell Volume

(Wennecke, 2004). Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster new world (2010)

didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah

dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin. Hematokrit adalah

perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit terhadap volume

seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo, 2009).

Hematokrit adalah bagian dari pemeriksaan darah lengkap atau complete

blood count (CBC). Pemeriksaan darah lengkap adalah tes rutin untuk diagnosis

dan memantau pasien sehingga perlu diperhatikan tentang penanganan sampel

(Nadzifah, 2020). Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang

paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Kadar

hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Nilai tersebut

ditetukan dengan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata R, 2008).

5
6

2.1.2 Nilai Normal Hematokrit

Tabel 2. Nilai hematokrit dinyatakan dalam (%), menurut Decie and Lewis Nilai
hematokrit sebagai berikut :
No Karakteristik Nilai Normal
1 Dewasa laki-laki 40-50%
2 Dewasa wanita 36-46%
3 Neonatus 45-75%
4 Bayi 2 bulan 28-42%
5 Bayi 3-6 bulan 30-40%
6 Anak – anak 6-12 tahun 35-40%

2.1.3 Metode Pemeriksaan Hematokrit

1.) Pemeriksaan hematokrit metode makrohematokrit

Metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah EDTA atau heparin dimasukkan

dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2,5 – 3,0

mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifuge selama 30 menit dengan

kecepatan 3000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang

dinyatakan dalam persen. Pemeriksaaan menggunakan metode makro sudah tidak

banyak lagi digunakan (Riswanto, 2013)

Hasil yang dapat dihitung berdasarkan skala yang tertera pada tabung

menggunakan rumus:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ (𝑚𝑚)


Hematokrit (%) : × 100% (Nugraha, 2015)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑚𝑚)

2.) Pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit

Metode mikrohematokrit mrupakan gold standard untuk pemeriksaan

hematokrit, namun pemeriksaan dengan metode ini mungkin kurang akurat karena

dipengaruhi oleh banyak faktor (Gebretsadkan dkk, 2015). Faktor yang

mempengaruhi misalnya adalah volume darah yang kurang dari 2/3 tabung (Nuryati

dan Suhardjono, 2016). Metode mikro, sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
7

kapiler sekali pakai yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1

mm. Tabung kapiler yang dapat digunakan ada dua macam, yaitu tabung yang

dilapisi ammonium heparin dan tabung yang tidak mengandung antikoagulan.

Tabung mikrohematokrit dirancang kecil untuk digunakan dengan mikrosentrifus

khusus (Riswanto, 2013), Setelah dilakukan sentrifuge panjang kolom eritrosit

ditentukan dengan menggunakan skala pembaca. Metode mikrohematokrit lebih

banyak digunakan karena waktunya cukup singkat dan sampel yang digunakan juga

sedikit serta dapat digunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat

diperoleh secara langsung. Teknik mikrohematokrit uga memungkinkan untuk

memperkirakan volume secara visual leukosit dan trombosit yang membentuk

buffycoat di antara eritrosit dan plasma (Riswanto, 2013)

3.) Pemeriksaan hematokrit dengan alat otomatis (Hematology Analyzer)

Pemeriksaan hematokrit dengan hematologic analyzer menggunakan Sysmex

XP-300. Sysmex XP-300 menggunakan 3 detector block dan 2 (dua) jenis reagen

untuk analisis darah. Reagen yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit

menggunakan Sysmex XP-300 adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran

atau diluent, Stromatolyzer dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu metode

deteksi berdasarkan tinggi pulse eritrosit (Cumulative Pulse Height Detection

Methode) merupakan rasio sel darah merah terhadap volume total darah. Kadar

hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah

keseluruhan dinyatakan dalam persen (%).


8

Gambar 1. Skema representasi pengukuran hematokrit menggunakan


metode sentrifugal (Sysmex, 2012)

Gambar 2. Formula untuk pengukuran hematokrit secara otomatis (Sysmex,


2012)
9

Gambar 3. Skema representasi pengukuran hematokrit otomatis


menggunakan deteksi tinggi pulse kumulatif (Sysmex, 2012)

Quality Control (QC) merupakan prosedur untuk mengukur presisi dan

stabilitas dari analyzer. Hasil menunjukkan reabilitas hasil sampel. QC melibatkan

pengukuran bahan dengan karakteristik reagen yang stabil dan diketahui secara

berkala. Analisis hasil dengan metode statistik memungkinkan bahwa hasil sampel

dapat diandalkan. Alat menjalankan program QC setiap hari dengan kontrol whole

blood level rendah, normal dan tinggi. Lot kontrol baru harus dianalisis secara

paralel dengan lot saat ini sebelum habis masa berlakunya, hal ini dapat dilakukan

dengan menjalankan kontrol baru sebanyak dua kali sehari selama lima hari

menggunakan file QC kosong. File QC menghitung mean, standar deviasi dan

koefisien variasi untuk setiap parameter yang dipilih. Sarana yang dihitung

instrument, harus dalam kisaran yang diharapkan berdasarkan dengan yang

diterbitkan oleh pabrik (Manual Book Hematology Analyzer OL-3800).


10

Pemeriksaan dengan hematology analyzer memiliki kelebihan diantaranya :

1. Waktu pemeriksaan lebih cepat

2. Alat yang telah terkoneksi dengan Sistem Informasi Laboratorium (SIL) akan

mengurangi kemungkinan kesalahan saat identifikasi sampel dan

memasukkan data hasil pemeriksaan.

3. Berbagai parameter dapat diukur sekaligus.

4. Parameter yang secara menual tidak dapat dihitung atau diukur, dengan alat

hematology analyzer menjadi mudah diukur

Adapun keterbatasan dari pemeriksaan dengan hematology analyzer yaitu :

1. Tidak dapat menghitung sel abnormal

2. Perawatan secara berkala

3. Gelembung udara mikro atau partikel lain juga dapat dihutung sebagai sel

(Mengko, 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit metode otomatis :

3. Sampel yang tidak terhomogenisasi dengan baik

4. Volume sampel yang kurang

5. Kalibrasi dan pembacaan control yang tidak tepat

6. Reagen yang rusak (expired)

7. Sampel terdapat bekuan.

Namun ada pendapat lain tentang metode pemeriksaan hematokrit ini,

menurut (Wennekce, 2004), pemeriksaan hematokrit terbagi menjadi 4 (empat)

metode yaitu :
11

1) Penentuan hematokrit dengan cara sentrifugasi (Mikrohematokrit)

Metode yang direkomendasikan oleh NCCLS dalam penentuan nilai

hematokrit yaitu dengan sentrifugasi. Hematokrit (PCV) adalah rasio

ukuran volume yang ditempati oleh eritrosit dengan volume darah

keseluruhan. Sampel dimasukkan kedalam pipet kapiler dan

disentrifugasi kemudian rasionya dapat diukur dan dinyatakan sebagai

pecahan decimal atau persentase (%). Adapun keterbatasan dari metode

ini adalah adanya plasma trapping yaitu jumlah plasma intraseluler yang

tersisa didalam tabung hematokrit setelah sentrifugasi.

2) Complate Blood Cell Count (CBC)

Hematokrit ditentukan secara tidak langsung dari rata-rata ukuran dan

jumlah eritrosit dengan prinsip impendansi. Adapun keterbatasan dari

metode ini adalah ketika jumlah retikulosit atau leukosit meningkat,

penentuan hematokrit menggunakan hematologic analyzer dapat

menghasilkan perhitungan yang salah, nilai yang lebih tinggi, karena

volume sel yang lebih tinggi akan mengganggu sel eritrosit dan

hematokrit.

3) Penentuan hematokrit dengan konduktivitas (pengukuran listrik)

Konduktivitas adalah kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan

listrik. Arus listrik akan meningkat sebanding dengan jumlah ion yang

ditemukan dalam larutan. Muatan listrik dan mobilitas yaitu seberapa

kemampuan ion dapat bergerak dalam larutan. Mobilitas suatu ion dalam

larutan juga akan tergantung pada berapa banyak sel (ukuran dan bentuk)
12

tersuspensi dalam larutan. Eritrosit maupun plasma memiliki karakteristik

sifat elektrofisika. Membrane dari eritrosit adalah isolasi listrik, terutama

karena kandungan lipidnya. Plasma cukup konduktif karena isinya

elektrolit dan protein bermuatan utama contributor konduktivitas plasma

adalah Na+, konsentrasi dalam plasma darah kira-kira 140 mmol/L.

Terdapat 3 (tiga) factor yang sangat penting dalam penentuan nilai

hematokrit menggunakan metode konduktivitas yaitu :

1) Elektrolit

2) Suhu

3) Protein

Adapun keterbatasan dari metode ini adalah pada pasien dengan

osmolalitas plasma yang abnormal, misal pasien yang sedang terapi

ekspander plasma, pengencer darah, atau terapi infus masif serta

konsentrasi protein, maka penentuan nilai hematokrit akan menunjukkan

hasil yang sangat rendah.

4) Kalkulasi hematokrit dari haemoglobin

Terdapat hubungan yang linier antara haemoglobin (ctHb) dan hematokrit

seperti yang dijelaskan sebelumnya, dimungkinkan untuk menghitung

hematokrit pada alat analisis yang mengukur haemoglobin. Saat

melakukan konversi, ada dua factor harus dipertimbangkan :

1) Kualitas analitik pengukuran ctHb.

2) Ketepatan persamaan yang mengubah keduanya parameter tersebut.


13

Adapun keterbatasan dari metode kalkulasi ini secara umum diasumsikan

bahwa konversi dari haemoglobin ke hematokrit sangat mudah karena

sebagian besar metode pengukuran ctHB dianggap cukup akurat. Namun

penganalisis yang berbeda dengan menggunakan factor konversi yang

berbeda juga dapat membahayakan keandalan hasil hematokrit.

Hematokrit dan haemoglobin sering digunakan secara bergantian, namun

penelitian yang berbeda telah menunjukkan bahwa dua parameter tidak

sebanding. Tetapi mereka memiliki yang terpisah aplikasi.

Tabel 3. Kelebihan dari 4 (empat) metode pemeriksaan hematokrit menurut


(Wennekce, 2004)
No Metode Kelebihan

1 Mikrohematokrit • Volume sampel yang sedikit


• Analisis relatif lebih cepat
• Hemolisis terdeteksi saat pembacaan hasil
• Tidak perlu pengenceran
2 Complete Blood Cell • Parameter hematokrit bersama dengan parameter
Count hematologi lainnya hanya memerlukan satu sampel darah
• Tidak perlu persiapan
• Tidak diperlukan pengenceran manual
• Pengenceran sampel menghilangkan masalah dengan
sampel hiperosmotik
3 Konduktivitas • Volume sampel yang sedikit
• Waktu pengerjaan singkat
• Parameter hematokrit bersama-sama dengan gas darah, pH,
elektrolit, dan metabolit hanya satu sampel darah yang
diperlukan
• Tidak perlu persiapan
• Tidak perlu pengenceran
• Cocok untuk POCT
4 Kalkulasi dari ctHb • Parameter hematokrit bersama dengan parameter lain
hanya satu sampel darah yang diperlukan
• Beberapa metode cocok untuk POCT
14

Tabel 4. Kekurangan dari 4 (empat) metode pemeriksaan hematokrit menurut


(Wennekce, 2004)
No Metode Kelebihan

1 Mikrohematokrit • Diperlukan persiapan yang memakan waktu dan perlu


kehati-hatian (penyegelan tabung kapiler)
• Pembacaan manual yang tidak pasti dari rasio
• Kebocoran penyegelan memberikan hasil yang sangat
rendah (lebih banyak sel darah merah yang hilang
daripada plasma)
• Pembacaan nilai hematkrit yang tinggi palsu disebabkan
oleh plasma yang terperangkap. Dalam darah normal 1,5-
3,0%
• Dalam darah dengan ukuran atau bentuk sel darah merah
yang tidak normal, lebih banyak plasma yang
terperangkap, menyebabkan bias positif yang lebih tinggi
dari hematokrit
• Kelebihan EDTA (darah tidak cukup untuk jumlah EDTA
yang tetap di dalam tabung) akan menyebabkan
penyusutan sel dan secara salah menurunkan hematokrit.
• Bekuan akan menyebabkan pengepakan sel yang salah,
memberikan hasil yang tinggi palsu.
• Hemolisis akan menghancurkan dinding sel dan
menyebabkan pengepakan sel yang salah memberikan
hasil yang rendah palsu.
• Kondisi hiperosmotik akut akan mengubah volume sel
dan menyebabkan pengepakan sel, memberikan hasil
rendah palsu.Volume sampel yang sedikit
• Analisis relatif lebih cepat
• Hemolisis terdeteksi saat pembacaan hasil
• Tidak perlu pengenceran
4 Complete Blood Cell • Peningkatan jumlah retikulosit atau leukosit
Count menghasilkan nilai hematokrit yang tinggi palsu.
• Autoaglutinasi, dimana dua atau lebih sel dihitung
sebagai satu, akan menyebabkan hasil rendah palsu.
• Hemolisis akan menghancurkan dinding sel, memberikan
hasil rendah palsu.
• Penurunan tingkat MCV karena mikrositosis akan
menyebabkan redahnya hasil hematokrit.
• Pada pasien dengan osmolalitas abnormal, penambahan
larutan isotonik dapat meningkatkan MCV, yang
mengarah ke peningkatan nilai hematokrit yang palsu.
• Penanganan sampel harus dengan hati-hati terutama saat
homogenisasi/pencampuran untuk menghindari
pembacaan yang palsu.
15

Lanjutan Tabel Kekurangan dari 4 (empat) metode pemeriksaan hematokrit


menurut (Wennekce, 2004)
No Metode Kelebihan

3 Konduktivitas • Kondisi hiperosmotik akut akan menyebabkan penyusutan


sel saat air bergerak keluar sel untuk menyamakan tekanan
osmotik, hal ini akan menghasilkan nilai yang rendah palsu
sama seperti metode mikrohematokrit.
• Variasi konsentrasi protein dalam plasma, misal pada
pasien yang menjalani bypass cardiopulmonary dimana
pengenceran plasma dengan elektrolit bebas protein akan
mempengaruhi nilai hematokrit secara signifikan.
• Darah arteri memiliki kira-kira 2% lebih tinggi dari darah
vena.
• Hanya darah yang menggunakan antikoagulan heparin
yang bisa digunakan.
• Homogenisasi harus diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahan pada pembacaan
2 Kalkulasi dari ctHb • Penyimpangan MCHC dari nilai standar, misal pada anak-
anak, akan mempengaruhi henatokrit terhitung.
• Plasma hiperlipemik dapat menyebabkan kadar
hemoglobin yang tinggi palsu.
• Jumlah leukosit yang sangat tinggi dapat menyebabkan
kadar hemoglobin yang tinggi palsu.
• Hemolisis serta homogenisasi yang tidak tepat akan
menyebabkan kadar hemoglobin yang rendah palsu
• Ketidakpastian dalam algoritma perhitungan.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit sebagai

berikut :

1. Faktor Invivo

a) Eritrosit

Eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit

dapat meningkat pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah

merah dan kadar hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan

kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi (Riswanto, 2013).


16

b) Viskositas darah

Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar

persentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak

pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah yang

menentukan viskositas. Viskositas darah meningkat secara drastis ketika

hematokrit meningkat (Riswanto, 2013).

c) Plasma

Pemeriksaan hematokrit bagian plasma dengan metode manual harus

diamati terhadap adanya hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis

pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit (Riswanto,

2013).

2. Faktor Invitro

a) Sentrifugasi

Penempatan tabung kapiler pada sentrifus yang kurang tepat dan

penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan

hematokrit tinggi palsu. Putar sentrifus dan pengaturan waktu

dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Pengaturan

waktu dan kecepatan harus tepat (Riswanto, 2013).

b) Antikoagulan

Pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam antikoagulan yaitu

Heparin dan Ethylen Diamine Tetra Acetate (EDTA). EDTA adalah

jenis antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan

laboratorium hematologi. EDTA sebagai natrium atau kaliumnya.


17

Garam-garam mengubah ion kalsium dari darah menjadi yang bukan

ion. Penambahan antikogulan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka

nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya

(Gandasoebrata,2007).

c) Suhu dan waktu penyimpanan

Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika dilakukan

penundaan pemeriksaan, sampel disimpen pada suhu ruang dapat

ditunda selama 6 jam.

d) Homogenisasi

Sampel yang tidak dihomogenkan dengan baik dan adekuat sebelum

pemeriksaan akan mempengaruhi nilai hematokrit yaitu menjadi rendah

palsu.

e) Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering.

f) Pembacaan yang tidak tepat menggunakan hematokrit reader.

2.2 Pra-Analitik
Kesalahan pada proses pra analitik dalam pemeriksaan laboratorium dapat

memberikan kontribusi sekitar 62% dari total keseluruhan pemeriksaan

Laboratorium (Mengko R, 2013). Proses pra analitik meliputi persiapan pasien,

pengambilan/ pengumpulan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,

penanganan spesimen dan termasuk dalam pemberian antikoagulan serta

penyimpanan spesimen (Riswanto, 2013).


18

1. Persiapan Pasien

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra

analitik yang dapat mempengaruhi pemeriksaan laboratorium seperti aktivitas fisik,

puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi

alkohol, rokok, kopi, obat), usia, jenis kelamin, pasca transfusi, pasca donasi, pasca

operasi dan lainnya, hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap

beberapa pemeriksaan hematologi, maka pasien harus selalu dipertimbangkan

sebelum pengambilan sampel (Riswanto, 2013).

2. Persiapan Pengumpulan Sampel

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi

persyaratan jenis sesuai jenis pemeriksaan, volume mencukupi, kondisi baik : tidak

lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak bentuk, pemakaian antikoagulan atau pengawet

yang tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat identitas benar sesuai

dengan data pasien (Riswanto, 2013).

3. Pengambilan Spesimen

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

a. Teknik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan

dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

b. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung yang harus di

perhatikan meliputi :

1) Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada

yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
19

2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk

mencegah spesimen tumpah.

3) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

4) Melepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar

tidak terjadi hemolisis.

5) Memastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak

keliru.

6) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan

lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak

hemolisis.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1) Pemasangan turniquet terlalu lama

2) Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat

menyebabkan trombosit menurun.

3) Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan eritrosit, leukosit,

dan trombosit menurun.

Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau

keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah (Riswanto,

2013).

2.3 Homogenisasi

Homogenisasi adalah proses penyeragaman ukuran partikel dalam upaya

mempertahankan kestabilan dari sebuah campuran yang terbentuk dari 2 fase yang

tidak dapat menyatu atau biasa disebut emulsi. Penyeragaman ukuran dilakukan
20

dengan proses pengecilan ukuran partikel pada fase terdispersi (Fellows, 2000).

Proses pengecilan ukuran terjadi karena gaya yang timbul akibat perlakuan

mekanik yang diberikan sehingga menyebabkan pemecahan pada partikel

terdispersi. Menurut Bylund, 1995 pada homogenisasi menggunakan kecepatan

putaran tinggi, pemecahan partikel disebabkan oleh aliran turbulensi yang

ditimbulkan. Kecepatan putaran tinggi menghasilkan banyak aliran turbulen kecil

yang memecahkan partikel yang bersentuhan dengan aliran tersebut sehingga

menjadi lebih kecil. Proses homogenisasi biasanya dilakukan dengan bantuan alat

yang disebut homogenizer.

Homogenizer terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain adalah high

pressure homogenizer dan high shear disperser (Weiss, 2010). High pressure

homogenizer adalah homogenizer yang umum digunakan pada skala industri besar,

sementara high shear disperser merupakan homogenizer yang umum digunakan

pada skala laboratorium. Selama ini homogenizer jenis high shear disperser

digunakan secara terbatas dengan kapasitas kecil pada skala laboratorium.

2.3.1 Homogenisasi Manual

Homogenisasi sampel merupakan bagian dari tahap pra analitik. Tujuan

homogenisasi sampel adalah untuk mendapatkan sampel darah yang tercampur

merata dan menghindari terjadinya pembekuan. Homogenisasi darah dengan

antikoagulan yang tidak sempurna dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dan

sel-sel banyak yang bergerombol termasuk trombosit sehingga mempengaruhi hasil

pemeriksaan jumlah trombosit yang mempunyai sifat mudah pecah, aglutinasi dan

agregasi. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara


21

manual yaitu membolak balikkan tabung sampel beberapa kali sesaat sebelum

darah diperiksa (Riswanto, 2013).

Penghomogenan darah harus dilakukan dengan segera. Penghomogenan

darah dilakukan sesuai dengan gold standar, Menurut Decie and Lewis, cara yang

dilakukan untuk menghomogenkan darah yaitu menggunakan teknik inversi dengan

membolak-balikkan tabung 8 sampai 10 kali.

2.3.2 Homogenisasi Otomatis (Blood Roller Mixer)

Blood Roller Mixer berasal dari kata blood yang berarti darah, roller berarti

gulungan berputar dan mixer berarti pengocok, maka dapat disimpulkan bahwa

blood roller mixer merupakan alat pengocok darah dengan gulungan atau rol yang

berputar. Alat roller mixer berfungsi untuk menghomogenkan darah atau mengocok

sampel darah dalam sebuah venoject (tabung hampa udara steril) sebelum diproses

oleh alat hematology analyzer (Nugroho, 2010).

Blood Roller Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mencampur darah.

Selain untuk mencampur darah, alat roller mixer juga difungsikan untuk

mencampur kontrol serum, spesimen hematology, gula darah, reagensia.

Pencampuran ini menggunakan darah yang dicampur dengan antikoagulan. Untuk

memudahkan pengguna dapat langsung mengatur waktu yang dibutuhkan, juga

terdapat alarm ketika proses pencampuran telah selesai. jika listrik padam alat dapat

digunakan untuk menghindari mengeringnya darah. Pencampuran menggunakan

darah yang dicampur dengan antikoagulan. Antikoagulan yang digunakan adalah

heparin, natrium sitrat, campuran ammonium oxalate dan kalium oxalat, EDTA

(ethylene diamine tetra acetate). Antikoagulan yang sering dipakaia dalah EDTA.
22

Alat Roller Mixer digunakan untuk mempermudah petugas laboratorium

dalam melakukan pencampuran darah agar lebih homogen. pengatur kecepatan

yang digunakan yaitu 40 rpm dan 46 rpm, sedangkan pengatur waktu yang

digunakan yaitu 15 menit sampai 20 menit, bila terlalu rendah putaran dan

kecepatannya maka pencampuran darah tidak dapat homogen, begitu juga

sebaliknya, adapun pengaturan lamanya waktu pencampuran antara darah dengan

antikoagulan berkisar 1 menit sampai 5 menit dengan kecepatan 35-45 rpm (Aditra

& Nico, 2017). Sebagian besar alat blood roller mixer yang dijual atau

diperdagangkan memakai range setting kecepatan dan waktu seperti diatas.

Adapula alat roller mixer yang hanya menggunakan tombol on/off dengan

kecepatan yang stabil dan waktu yang digunakan tergantung dari petugas

laboratorium, biasanya digunakan alat ukur waktu (stopwatch).

2.4 Hubungan Homogenisasi dengan Nilai Hematokrit

Tahapan pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan

laboratorium kesehatan. Fase pra analitik meliputi pengumpulan spesimen,

penanganan dan pengelolaan spesimen serta faktor pasien yang berkaitan sebagai

penunjang hasil pemeriksaan laboratorium (Narayanan, 2000). Tahapan pra analitik

yang menentukan apakah akan diperoleh spesimen yang baik untuk pemeriksaan

laboratorium tersebut, sehingga fase pra analitik sangat berpengaruh terhadap

kualitas spesimen yang akan digunakan dalam tahap analitik walaupun tidak dapat

dinyatakan secara kuantitas. Kriteria penanganan dan pengelolaan spesimen yang

buruk akan memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid (Pherson

& Phincus, 2011).


23

Proses yang sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik

dan pasca analitik, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian

(Goswani, 2010). Hal ini sejalan dengan sekumpulan bukti yang dikumpulkan

dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan

berada diluar fase analitik, sedangkan pada fase pra dan pasca analitik didapatkan

lebih rentan untuk terjadi resiko kesalahan. Kesalahan dalam fase pra analitik

menyebabkan sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sedangkan kesalahan

analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14% (Yayuningsih, 2021).

Hasil yang akurat pada pemeriksaan laboratorium dapat dicapai apabila

memperhatikan tahapan-tahapan pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Ketiga

tahapan ini sangat penting karena berhubungan satu dengan yang lain, salah satu

hal yang penting dalam tahap pra analitik adalah saat homogenisasi spesimen.

Spesimen yang tidak dihomogenkan dengan adekuat dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan nilai hematokrit (Decie & Lewis, 2017).

Homogenisasi spesimen sampel darah merupakan bagian dari tahap pra

analitik. Tujuan homogenisasi sampel adalah untuk mendapatkan sampel darah

yang tercampur merata dan menghindari terjadinya pembekuan (Riswanto, 2013).

Menurut Decie and Lewis penghomogenan darah dilakukan sesuai dengan gold

standar. Cara yang dilakukan untuk menghomogenkan darah yaitu menggunakan

teknik inversi atau homogenisasi teknik manual dengan membolak-balikkan tabung

8 sampai 10 kali atau dengan menggunakan alat otomatis. Homogenisasi spesimen

darah yang kurang adekuat atau tidak dilakukan pencampuran akan menyebabkan
24

sel-sel mengkerut sehingga dapat membuat nilai hematokrit menjadi rendah palsu.

(Decie & Lewis, 2017 ; Katharyn, 2008).

Kesalahan yang sering terjadi pada tahap Pra Analitik adalah hemolisis

sampel. Hemolisis didefinisikan sebagai gangguan pada membrane eritrosit dan

menghasilkan lepasnya hemoglobin. Serum menunjukkan bahwa hemolisis terjadi

ketika konsentrasi hemoglobin lebih dari 0,02 g/dl (Budiyono, 2021). Hemolisis

dapat disebabkan berbagai macam hal dalam proses pra analitik seperti tekni

pengambilan, homogenisasi, sentrifugasi berulang, dan pengiriman sampel yang

tidak terjaga dengan baik (Riswanto, 2013).

Homogenisasi yang terlalu kuat dapat menyebabkan hemolisis sehingga

sampel yang hemolisis akan mempengaruhi hampir semua pemeriksaan dan

menyebabkan hasil yang tidak akurat sehingga berpengaruh pada kadar hematokrit,

dan homogenisasi dengan baik akan menghindari eritrosit mengkerut.

Mengkerutnya eritrosit dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun.

Pengkerutan eritrosit tidak diakibatkan oleh penyakit namun karena distori

sel karena ketidak seimbangan osmotik. Faktor seperti kesalahan pada tahap pra

analitik dimana pencampuran atau homogenisasi antikoagulan dengan sampel yang

tidak merata sehingga mengakibatkan krenasi.


25

2.5 Kerangka Teori

Homogenisasi

Darah dan
antikoagulan
tercampur

Menghindari eritrosit
mengkerut

Pengukuran nilai
hematokrit
menggunakan alat
Hematology Analyzer

Nilai Hematokrit

Gambar 4. Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Homogenisasi manual bolak


balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali. Nilai Hematokrit (%)

Gambar 5. Kerangka Konsep


26

2.7 Hipotesis

Adanya perbedaan hasil pemeriksaan nilai hematokrit antara sampel yang

dihomogenkan secara manual bolak balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali berdasarkan

pemeriksaan menggunakan alat hematology analyzer.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian menggunakan metode bersifat analitik dengan rancangan

penelitian studi potong lintang (cross sectional) dimana variabel terikat (dependent

variabel) dan variable bebas (independent variabel) dilakukan secara bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat

Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Klinik Program Studi DIII Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari pembuatan proposal dan analisis sampel dimulai dari

bulan Juni-Agustus 2021. Pengolahan data dan pelaporan hasil penelitian pada

bulan Agustus 2021.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Homogenisasi secara manual bolak balik 2 kali, 4 kali, dan 10 kali.
3.3.3. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Nilai hematokrit.

27
28

3.4 Definisi Operasional


Tabel 5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Satuan Skala Ukur

1 Homogenisasi Sampel yang diambil - Ordinal


secara manual menggunakan tabung
dengan bolak balik vacutainer dihomogenkan
2 kali, 4 kali, dan 10 secara manual dengan
kali. membolak balikan tabung
sebanyak 2 kali, 4 kali, dan
10 kali (Hitungan 1 kali
homogenisasi yaitu dari atas
bolak-balik kebawah dan
kembali lagi keatas)
3. Nilai Hematokrit Sampel yang telah % Rasio
dihomogenkan manual
dengan membolak-balik
tabung 2 kali, 4 kali, dan 10
kali kemudian dianalisis
menggunakan alat
Hematology Analyzer untuk
mengetahui nilai hematokrit
yang terdapat didalam
sampel

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswi Program Studi DIII Analis Kesehatan

Muhammadiyah Palangkaraya.
29

3.5.2. Sampel Penelitian

Sampel responden yang didapat berdasarkan teknik pengambilan sampel

Simpel Random Sampling dengan pengulangan sebanyak 9 kali sesuai rumus

Federer berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1) ≥ 15
3 (r-1) ≥ 15
2r-2 ≥ 15
2r ≥ 15+2
17
r= = 8,5 (Dibulatkan menjadi 9)
2

r≥9
Keterangan : t (treatment) = banyaknya perlakuan
r (repeat) = jumlah pengulangan sampel yang diteliti
15 = factor nilai derajat kebebasan
Sampel yang akan digunakan harus memenuhi kriteria berikut :

1. Kriteria inklusi :

a. Perempuan

b. Tidak memiliki riwayat penyakit kronik

c. Berusia 17-30 tahun

2. Kriteria eksklusi :

a. Anemia

b. Sedang terjadi perdarahan

c. Hb < 12 g/dl

d. Menstruasi
30

Sampel yang digunakan sebanyak 9 sampel yang telah memenuhi kriteria diatas

kemudian diambil sampel darah vena dengan menggunakan 3 tabung EDTA

masing masing diambil sebanyak 3cc.

3.6 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk sampling yaitu tabung vacutainner

(dengan antikoagulan EDTA), jarum dan holder (disposable), tourniquet, kapas

alkohol, kapas kering, dan plester. Alat dan bahan yang digunakan untuk

pemeriksaan jumlah trombosit yaitu Hematology Analyzer Sysmex XP-300, cell

pack, stromatolyzer, cell clean, control darah (low, normal, dan high), sampel darah

EDTA, tisu.

3.7 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dengan cara melakukan analisis terhadap hasil

pemeriksaan nilai hematokrit dengan melakukan wawancara terlebih dahulu dan

pengisian informed concent, apabila responden bersedia menjadi obyek penelitian,

dilakukan pengambilan sampel dengan 3 tabung vacutainner yang berisi

antikoagulan K3EDTA dengan volume sebanyak 3 cc setiap tabungnya dengan

perlakuan sampel yang dihomogenkan secara manual dengan membolak-balikkan

tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali selanjutnya dianalisa menggunakan alat

Hematology Analyzer.
31

3.8 Alur Penelitian

Responden

Informed Concent

Pengambilan Sampel

Homogenisasi
Manual dengan
membolak-balik
tabung 2 kali, 4 kali,
dan 10 kali.

Pemeriksaan
hematokrit dengan
Hematology Analyzer

Hasil pemeriksaan
hematokrit (%)

Gambar 6. Alur penelitian

3.9 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan nilai hematokrit menggunakan alat

Hematology Analyzer yang sebelumnya dilakukan tiga perlakuan terhadap sampel


32

sebelum dilakukan pemeriksaan yaitu pada tahapan pra analitik sampel

dihomogenkan secara manual membolak-balikkan tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali

segera diperiksa dan dianalisa menggunakan alat Hematology Analyzer.

3.9.2 Analisis Data

Data yang terkumpul dilakukan editing dalam bentuk tabel dengan program

SPPS. Dilakukan pengolahan data terlebih dahulu dengan menentukan variabel

view selanjutnya dilakukan pengujian normalitas Shapiro-Wilk, selanjutnya

dilakukan analisis menggunakan uji statistik parametrik One-Way Anova (uji

statistik satu arah).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1. Gambaran Umum


Penelitian dilakukan dilaboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Sampel dari penelitian merupakan

mahasiswi D-III Analis Kesehatan yang diambil secara random dan didapat 9 orang

responden yang telah sesuai dengan kriteria dan bersedia dijadikan sampel pada

penelitian. Sampel darah diambil menggunakan tiga tabung vacutainer yang berisi

antikoagulan K3EDTA masing-masing tabung terisi 3cc darah. Sampel penelitian

yang digunakan masing-masing dibuat 3 perlakuan homogenisasi. Tabung pertama

dilakukan homogenisasi manual dengan membolak-balikan tabung sebanyak 2 kali,

tabung kedua dilakukan homogenisasi manual dengan membolak-balikkan tabung

sebanyak 4 kali dan tabung ketiga dilakukan homogenisasi manual dengan

membolak-balikkan tabung sebanyak 10 kali kemudian diperoleh hasil

pemeriksaan nilai hematokrit dari analisis menggunakan alat hematology analyzer

Sysmex XP-300.

4.1.2. Analisis Data Deskriptif


Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :

33
34

Tabel 6. Rerata Nilai Hematokrit Dengan Perlakuan Homogenisasi

Perlakuan/Homogenisasi N Minimum Maksimum Rerata SD

Bolak-balik 2 kali 9 36,0 40,7 38,400 1,4292


Bolak-balik 4 kali 9 36,3 41,4 38,789 1,5390
Bolak-balik 10 kali 9 36,8 41,6 39,144 1,5461

Berdasarkan Tabel 6 rerata nilai hematokrit dapat dilihat dari 9 sampel

berdasarkan tiga perlakuan homogenisasi yang diperiksa menggunakan alat

hematology analyzer, didapatkan hasil yang bervariasi dengan rerata nilai

hematokrit terendah yaitu pada perlakuan homogenisasi manual bolak balik 2 kali

dan rerata nilai hematokrit tertinggi yaitu pada perlakuan homogenisasi bolak-balik

10 kali.

NILAI HEMATOKRIT
42

40
Nilai Hematokrit

38

36

34

32
DL 1 DL 2 DL 3 DL 4 DL 5 DL 6 DL 7 DL 8 DL 9
Sampel

Homogenosasi 2 kali Homogenisasi 4 kali Homogenisasi 10 kali

Gambar 7. Grafik Nilai Hematokrit

Berdasarkan Gambar 7 grafik nilai hematokrit menunjukan terjadinya

peningkatan nilai hematokrit yaitu dari perlakuan homogenisasi 2 kali, 4 kali, dan
35

10 kali pada sampel DL1, DL2, DL3, DL4, DL5, DL6, DL7, DL8 dan DL9 namun

peningkatan yang terjadi tidak terlalu jauh antar perlakuan.

4.1.3. Analisis Statistik


Tabel 7. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Perlakuan/Homogenisasi Nilai p-value p-value


Nilai Hematokrit
0,878 >0,05
Bolak-balik 2 kali
0,936 >0,05
Bolak-balik 4 kali
0,989 >0,05
Bolak-balik 10 kali

Berdasakan Tabel 7 data yang terkumpul diuji normalitas dengan

menggunakan Shapiro-Wilk, dan didapatkan data pada penelitian ini berdistribusi

normal.

Tabel 8. Uji Homogenitas dan One-Way Anova

Uji statistic Nilai p-value p-value


Nilai Hematokrit
0,971 >0,05
Uji homogenitas
0,584 >0,05
Uji One-Way Anova

Data yang terkumpul diuji homogenitas antara varian antar kelompok

didapatkan data yang homogen. Setelah didapatkan hasil uji homogenitas dilakukan

uji statistik One-Way Anova diperoleh hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan

nilai hematokrit. Hasil pemeriksaan nilai hematokrit tidak terdapat perbedaan antar

kelompok homogenisasi manual bolak-balik 2 kali, homogenisasi manual bolak-

balik 4 kali, dan homogenisasi manual bolak-balik 10 kali.


36

4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbedaan nilai

hematokrit yang dihomogenkan manual dengan membolak-balik tabung 2 kali, 4

kali, dan 10 kali. Hasil penelitian didapat rerata nilai hematokrit yaitu 38,8% dengan

rerata nilai hematokrit terendah pada perlakuan homogenisasi manual bolak-balik

2 kali yaitu 38,4% dan rerata nilai hematokrit tertinggi pada perlakuan

homogenisasi manual bolak-balik 10 kali 39,1%.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat selisih antara perlakuan homogenisasi

bolak-balik 2 kali dan 10 kali sebesar 0,7% dan selisih perlakuan homogenisasi

bolak-balik 4 kali dan 10 kali sebesar 0,3%, hal ini menunjukkan selisih nilai

diantara perlakuan tersebut yang sangat kecil dan secara statistik pun terlihat tidak

ada perbedaan antar perlakuan homogenisasi, sehingga homogenisasi manual

dengan membolak-balikkan tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali masih bisa digunakan

di laboratorium. Homogenisasi manual yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan gold standar menurut Dacie and Lewis 2017, yaitu dengan

membolak-balikkan 8-10 kali sebagai pembanding, sehingga tidak terjadinya lisis

maupun krenasi atau pengerutan eritrosit dan tidak meyebabkan nilai hematokrit

rendah palsu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan Iva Mar’atus Shiva Wijayanti pada tahun 2020, pemeriksaan nilai

hematokrit dengan homogenisasi manual dan otomatis. Rerata homogenisasi

manual lebih rendah dibandingkan rerata dengan alat Blood Roller Mixer dengan

uji statistik Paired T-Test menunjukkan nilai kemaknaan 0,429 yaitu p>0,05

sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan nilai hematokrit yang dihomogenkan


37

secara manual dan menggunakan alat otomatis, walaupun pada penelitian ini

perlakuan yang dilakukan secara keseluruhan adalah manual dengan membolak-

balikkan tabung 2 kali, 4 kali, dan 10 kali.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan tentang perbedaan hasil

pemeriksaan jumlah trombosit antara sampel yang dihomogenkan secara manual

dengan membolak-bolik tabung 2, 4, dan 10 kali sebagai berikut :

1. Rerata hasil pemeriksaan nilai hematokrit yang dihomogenkan manual bolak

balik 2 kali yaitu 38,4%.

2. Rerata hasil pemeriksaan nilai hematokrit yang dihomogenkan manual bolak

balik 4 kali yaitu 38,8%.

3. Rerata hasil pemeriksaan nilai hematokrit yang dihomogenkan manual bolak

balik 10 kali yaitu 39,1%.

4. Selisih rerata antara homogenisasi 2 kali dan 10 kali sebesar 0,7%.

5. Selisih rerata antara homogenisasi 4 kali dan 10 kali sebesar 0,3%.

6. Hasil uji statistik One-Way Anova dengan nilai p = 0,584 (p-value > 0,05)

yang artinya tidak ada perbedaan hasil nilai hematokrit baik yang

dihomogenkan 2 kali, 4 kali, dan 10 kali.

5.2 Saran
1. Petugas laboratorium ataupun peneliti selanjutnya dapat melakukan optimasi

varian homogenisasi baik yang dibolak-balik 2-5 kali maupun 10-15 kali

serta membandingkan dengan alat otomatis

38
39

2. Petugas laboratorium ataupun peneliti selanjutnya dapat melakukan

pemeriksaan nilai hematokrit dengan kondisi abnormal seperti anemia

defisiensi besi, thalassemia, serta mengamati morfologi eritrositnya yang

dilakukan homogenisasi manual bolak-balik 2-4 kali dan 8-10 kali.


40

DAFTAR PUSTAKA

Agus R, 2009. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha


Medika.

Bakta, I Made, 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11.

Decie, SJV, Lewis SM. 1991. Pratical Haematology; Eleventh edition. Logman
Singapore Publisher. Ltd. Singapore.

Depkes RI, 1999. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar. Departemen


Kesehatan RI. Jakarta.

Gandasoebrata R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinis. Edisi 15. Dian Rakyat.


Jakarta.

Hartina, Ardiya G, M.Ihsan Tarmizi, 2018. Perbandingan Teknik Homogenisasi


Darah Edta Dengan Teknik Inversi Dan Teknik Angka Delapan
Terhadap Jumlah Trombosit. JPP Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang.
Vol. 13. No. 2. 150 p-ISSN 2579-5325,e- ISSN 2654-3227.

Joyce, LeFever. 2013 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik Edisi


6. EGC.Jakarta.

Keohane, E.M, Smith, L.J, & Walenga, J.M. 2015. Rodaks's Hematology.
Clinical Principles and Applications. 5th Ed. Elsevier/Saunders. St.
Louis.v Missouri. ISBN 978-0-323-23906-6.

Koeswardani R, Boentoro, Budiman. 2001. Flow Cytometri dan Aplikasi Alat


Hitung Sel Darah Otomatik Technicon H-1 dan H3. Malang.
Laboratorium Patologi Klinik FK Unibraw RSUD Dr. Syaiful Anwar.

M.Biomed C & Lestari E, 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk laboratorium


Kesehatan. Edisi 2, World Health Organization.

Mario P, Laura S, Ada A, & Maria L C. 2013. Harmonization of Pre


Analytical Quality Indicators. Biochemia Medica. Vol 24 (1). 105 – 13

Mc-Pherson R. & Pincus M. 2011. Henry’s Clinical Diagnosis and Management


by Laboratory Methods. 22 ed. Elsevier Sanders. 3. 24 – 36201

Mengko R, 2013. Instrumen Laboratorium Klinik. ITB. Bandung.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Salemba Medika. Jakarta.
41

Narayanan S. 2000. The Pre Analytical Phase An Important Component of


Laboratory Medicine. Am J Clin Pathol. 113. 429 – 52.

Nugroho A.Y. 2010. Prototype Blood Roller Mixer Dilengkapi Dengan


Pengaturan Kecepatan dan Pengaturan Waktu Berbasis Mikrokontroler
AT89s51.Politeknik Kesehatan Surabaya. Jurusan Teknik Elektromedik,
Surabaya.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal


Medika. Yogyakarta.

Sacher, Ronald A, McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil


Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11. EGC. Jakarta.

Sadikin MH, 2002. Biokimia Darah Edisi ke-1. Penerbit Wijaya Medika. Jakarta.

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. EGC. 708-710.
Jakarta.
Sysmex, 2012. Sysmex Educational Enhacncement and Development Europe.

Sysmex, 2013. Automed Hematology Analyzer XN series sysmex corporation


Japan.

Tetty R, Riestina P, Wahyuni, Tantri. 2017. Buku Panduan Praktis Hematologi


Dasar. Learning Center Indonesia. Jakarta.

Tri, P.M. 2014. Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Nusa Medika.
Yogyakarta.

Yahya, Harun. 2008. Pustaka Sains Populer Islami. Sygma Publishing. Bandung

Yusida N. 2011. Identifikasi Jumlah Dan Jenis Kesalahan Pra Analitik di


Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr Moewardi. Surakarta.

Wennecke G,. 2004. Hematocrit – A Review of Different Analytical Methods.


Denmark

Weiss, N.S. Boyko, E.J. Ioannou, G.N. 2010. Association Between Serum Uric
Acid Level and Chronic Liver Disease in the United States. Hepatology.
52 2. 578-589.

Wirawan, Riadi. 2011. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Edisi Pertama,


FKUI. Hal 32-33. Jakarta.
42

World Health Organization, 2006.Guidelines on Standard Operating for Clinical


Chemistry.
43

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kontrol darah

Lampiran 2. Uji statistik One-way Anova


44

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian


45
46

Lampiran 4. Hasil output Hematology Analyzer


47

Anda mungkin juga menyukai