Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WAKTU PERDARAHAN


(BLEEDING TIME) METODE IVY DENGAN PEMBENDUNGAN
MENGGUNAKAN SFIGMOMANOMETER TEKANAN
30 40 DAN 50 MMHG PADA MAHASISWA
POLTEKKESKEMENKES MAKASSAR

NUR AZIZAH
PO713203191027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WAKTU PERDARAHAN

(BLEEDING TIME) METODE IVY DENGAN PEMBENDUNGAN

MENGGUNAKAN SFIGMOMANOMETER TEKANAN 30 MMHG 40

MMHG DAN 50 MMHG PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMEMKES

MAKASSAR

Disusun dan Diajukan Oleh :

Nur Azizah

PO.71.3.203.19.1.027

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

Penguji

Proposal Tugas Akhir pada tanggal

Pada Program Studi Diploma III Teknologi Laboratorium Medis

Makassar,
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Azizah

NIM : PO.71.3.203.19.1.027

Prodi/ Jurusan : D.III/ Teknologi Laboratorium Medis

Dengan ini saya menyatakan bahwa Proposal Tugas Akhir ini yang

telah saya buat dengan judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Waktu

Perdarahan (Bleeding Time) Metode IVY Dengan Pembendungan

Menggunakan Sfigmomanometer Tekanan 30 mmHg 40 mmHg dan 50

mmHg Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Makassar” benar-benar

hasil karya sendiri dan bukan hasil menjiplak karya orang lain kecuali yang

saya nyatakan sebagai kutipan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan isi

Proposal Tugas Akhir ini adalah hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 16 Februari 2022

Yang menyatakan

Nur Azizah
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan anugrah, rahmat, pertolongan dan kasih-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang

berjudul “ Gambaran Hasil Pemeriksaan Waktu Perdarahan (Bleeding

Time) Metode IVY dengan Pembendungan Menggunakan

Sfigmomanometer Tekanan 30 mmHg 40 mmHg dan 50 mmHg Pada

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Makassar”.

Penyusunan proposal ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam meyelesaikan program studi Diploma III di Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.

Penulis berharap Proposal ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Terimakasih.

Makassar, 20 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menentukan suatu penyakit atau diagnosis, membantu

diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor

pengobatan serta memantau jalannya suatu penyakit, perlu dilakukan

suatu pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium (Hardjoeno,

dalam Paerah, 2019).

Dengan melakukan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan

suatu data ilmiah yang digunakan untuk menghadapi permasalahan

yang diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian

esensial dari data pasien (Ronald dan Richard dalam Paerah, 2019).

Darah merupakan cairan terbesar yang sangat berperan penting

dalam tubuh. Darah diedarkan melalui pembuluh darah, pada orang

dewasa terdapat kurang lebih 5 liter darah yang mengalir karena

kinerja pompa jantung. Darah diedarkan ke seluruh tubuh karena

memiliki fungsi sebagai sistem transportasi (Pearce, 2004).

Hemostasis merupakan suatu mekanisme untuk menjaga

keseimbangan dalam menghentikan dan mencegah perdarahan.

Vasokontriksi pembuluh darah akan terjadi apabila pembuluh darah

luka, kemudian trombosit berkumpul dan melekat pada pembuluh

darah yang luka membentuk sumbat trombosit. Faktor koagulasi akan


diaktifkan sehingga membentuk benang fibrin yang membuat sumbat

trombosit menjadi stabil maka dari itu pendarahan dapat dihentikan.

Gangguan hemostasis terdiri dari BT, CT, aPTT, PT, dan TAT (Prima

Astiawanti, 2008).

Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) merupakan uji laboratorium

untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat

trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur

hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari

ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi

pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini memiliki 3

keutamaan mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk

adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi

(Juliantisilaen, 2014).

Masa perdarahan memanjang pada keadaan trombositopenia,

penyakit Von Willebrand, penyakit Glanzmann trombastenia, penyakit

Bernard-Soulier, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah

minum obat aspirin (Suparno, 2012).

Pemeriksaan waktu perdarahan terdapat beberapa metode yaitu

metode Ivy dan Duke. Metode Ivy dinyatanyan normal apabila waktu

perdarahannya antara 1-6 menit. Perdarahan yang berlangsung lebih

dari 10 menit telah membuktikan adanya sesuatu kelainan dalam

mekanisme hemostasis. Namun perlu juga menyadari kemungkinan


tertusuknya satu vena, pada persangkaan ini ulangilah pemeriksaan

pada lengan lain. Metode Duke dinyatakan normal apabila waktu

perdarahannya antara 1-3 menit (R.Gandasoebrata,2010).

Pada penelitian kali ini peneliti akan melakukan pemeriksaan waktu

perdarahan metode IVY dengan pembendungan menggunakan

Sfigmomanometer tekanan 30, 40, dan 50 mmHg karena peneliti ingin

mengetahui apakah ada pengaruh bagi pemeriksaan apabila tekanan

pada sfigmomanometer berubah baik itu menurun ke tekanan 30

mmHg atau meningkat menjadi 50 mmHg. Oleh karena itu peneliti

lebih memilih metode Ivy dibandingkan dengan metode DUKE

dikarenakan ketepatan hasil dari metode IVY lebih dapat dipercaya

meskipun pasien akan merasa pegal saat proses pembendungan

dilakukan dibandingkan dengan metode DUKE. Metode DUKE lebih

baik digunakan hanya pada bayi dan anak kecil saja sedangkan yang

menjadi pasien untuk peneliti nantinya adalah seorang mahasiswa

yang sudah tergolong dewasa.

Namun berdasarkan pengalaman selama praktek laboratorium di

kampus, pemeriksaan bleeding time metode IVY memang

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode DUKE.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji ulang mengenai

pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) metode IVY dengan

pembendungan menggunakan Sfigmomanometer tekanan 30, 40 dan

50 mmHg pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Makassar.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebuut, maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu ; “Bagaimana gambaran hasil

pemeriksaan waktu perdarahan metode ivy dengan pembendungan

menggunakan sfigmomanometer tekanan 30 mmhg, 40 mmhg, dan 50

mmhg pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan waktu

perdarahan (Bleeding Time) metode IVY dengan pembendungan

Sfigmomanometer tekanan 30, 40, dan 50 mmHg pada mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam mengaplikasikan ilmu yang

didapat selama perkuliahan khususnya dalam bidang hematologi

dan sebagai syarat akhir studi Pendidikan Teknologi Laboratorium

Medis.

2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi mata kuliah tentang pemeriksaan waktu

perdarahan (Bleeding Time) metode IVY dengan pembendungan

menggunakan sfigmomanometer.
3. Manfaat Bagi Masyarakat

Menambah informasi kepada masyarakat tentang hasil

pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) metode ivy

dengan pembendungan menggunakan sfigmomanometer tekanan

30, 40, dan 50 mmHg.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Darah

1. Pengertian Darah

Hematologi adalah suatu ilmu kedokteran yang mempelajari

darah, organ pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta

kelainan lain yang timbul dari tubuh manusia. Hematologi

membahas tentang keadaan fisiologik dan patologik organ-

organ manusia. Maka dari itu hematologi dikatakan sebagai ilmu

kedokteran dasar maupun kedokteran klinik (Bakta IM,2013).

Komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam

ruang pembuluh darah tertutup (vaskular) disebut dengan

darah. Darah inilah yang memiliki konsistensi cair yang beredar

dalam suatu sistem vaskular untuk menjalankan fungsi transpor

berbagai bahan metabolik, sistem imunologik serta fungsi

hemostatis dan mengatur sistem hemostatik. Pada umumnya

darah adalah cairan tubuh yang kental, berwarna merah, tidak

transparan berada dalam ruang tertutup (Bakri, 2016).

Darah adalah cairan yang terdapat dalam tubuh manusia

yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah (bagian cair

darah) sebanyak 55% dan korpuskuler/ sel darah (bagian padat

darah) sebanyak 45%. Adapun jenis-jenis sel darah yaitu

eritrosit, leukosit dan trombosit. Untuk orang dewasa ada


perkiraan volume darah yaitu sekitar 5-6 liter atau 7%-8% dari

berat tubuh seseorang (Eva ayu, 2018).

a. Plasma Darah

Komponen penyusun darah yang berupa cairan dan

mempengaruhi sekitar 5% berat badan manusia. Plasma

darah berwarna kekuning-kuningan yang mengandung

90% air, 8% protein, 0,9% (mineral, oksigen, enzim,

antigen) dan sisanya bahan organik (lemak, kolesterol,

urea, asam amino, dan glukosa). Cairan ini berfungsi

untuk mengangkat dan mengedarkan sari-sari makanan

ke seluruh bagian tubuh manusia, serta berfungsi

mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau

dari seluruh jaringan tubuh untuk dibuang ke organ

pengeluaran. Beberapa protein terlarut yang terkandung

pada plasma darah yaitu :

1. Albumin yang berfungsi untuk memelihara tekanan

osmotik.

2. Globulin yang berfungsi untuk pembentukan

antibodi.

3. Faktor pembeku darah yang berbentuk cairan

terdapat sekitar 55% dari darah dan untuk

mendapatkan bagian tersebut perlu dilakukan


sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama

30 menit (Eva ayu, 2018).

b. Korpuskuler

Bagian padat darah atau sel-sel darah terdiri dari :

1. Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah atau sering juga disebut

eritrosit berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythos

yang berarti merah dan kythos yang berarti selubung

atau sel. Eritrosit merupakan bagian darah yang

mengandung Hemoglobin (Hb). Hemoglobin

merupakan biomolekul yang mengikat oksigen,

sedangkan darah yang berwarna merah ini

disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru.

Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,

hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat

karbon dioksida. Jumlah hemoglobin pada orang

dewasa sekitar 11,5 sampai 15,0 gram per cc darah

(Eva ayu, 2018).

Struktur eritrosit yang berubah akan

menimbulkan suatu penyakit seperti membranopati

yaitu kelainan membran dan ensimopati yaitu

kelainan akibat gangguan sistem enzim eritrosit serta


hemoglobinopati kelainan yang disebabkan oleh

gangguan struktur hemoglobin (Bakta IM, 2006).

Komponen eritrosit terdiri atas :

a) Membran eritrosit

b) Sistem enzim yaitu enzim G6PD (Glucose

6-Phosphatedehydrogenase)

c) Hemoglobin, hemoglobin ini memiliki dua

komponen yaitu heme yang berarti

gabungan protoporfirin dengan besi dan

komponen kedua yaitu globin yang berarti

bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa

dan 2 rantai beta (Handayani W, dan

Hariwibowo AS, 2008).

2. Sel darah putih (leukosit)

Leukosit adalah sel darah putih yang dibuat

oleh jaringan hemopoetik yaitu jenis bergranula

(polimorfonuklear) dan jaringan limfatik seperti jenis

tak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem

pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sutedjo AY dalam

Paerah, 2019).

Sel darah putih memiliki ukuran yang lebih

besar daripada sel darah merah. Pada orang dewasa

memiliki jumlah leukosit normal sebanyak 4.000-


10.000 sel leukosit/mm3. Sel leukosit ini memiliki inti

(nukleus) dan sebagian besar leukosit dapat bergerak

seperti amoeba serta dapat menembus dinding

kapiler. Sel darah ini banyak di temukan pada

sumsum tulang, kelenjar limfa dan juga limpa (Eva

ayu, 2018).

Pada keadaan abnormal jenis leukosit yang

ditemukan mungkin sel muda karena pada keadaan

tersebut jenis leukosit disusun menurut urutan

maturasi seri granulosit yaitu blas, promielosit,

metamielosit, batang, segmen, basofil, eosinofil,

limfosit dan monosit (Wirawan dkk dalam Paerah,

2019).

Berdasarkan ada tidaknya granula pada

sitoplasma, leukosit dibagi menjadi :

a. Leukosit bergranula (granulosit)

Mempunyai granula kecil di dalam

protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10-12

mikron. Maka dari itu berdasarkan pewarnaan

granula, granulosit terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Neutrofil

Memiliki granula yang tidak berwarna,

mempunyai inti sel yang terangkai, kadang


terlihat terpisah-pisah, protoplasmanya banyak

dan memiliki bintik-bintik halus, serta

jumlahnya sekitar 60-70%.

2. Eosinofil

Memiliki granula berwarna merah

dengan penggunaan pewarnaan asam, bentuk

dan ukurannya besar serta jumlahnya sekitar

24%.

3. Basofil

Memiliki granula berwarna biru dengan

penggunaan pewarnaan biasa, ukuran sel ini

lebih kecil daripada eosinofil, bentuk intinya

teratur, pada protoplasmanya bergranula

besar, jumlahnya sekitar 0,5% di sumsum

tulang.

b. Leukosit tidak bergranula (agranulosit)

1. Limfosit

Memiliki nukleus yang besar bulat,

ukurannya bervariasi dari 7 sampai 15 mikron.

Jumlahnya 20-25% dan berfungsi untuk

membunuh dan memakan bakteri yang masuk

ke dalam jaringan tubuh.


2. Monosit

Sel ini memiliki ukuran yang lebih besar

dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru

sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik

yang berwarna kemerahan. Intinya bulat atau

panjang. Sel ini dibentuk pada sumsum tulang

dan berfungsi sebagai fagosit. Jumlahnya 34%

dari jumlah komponen yang ada pada sel

darah putih.

3. Keping-keping darah (trombosit)

Memiliki bentuk cembung dengan garis

tengah 0,75-2,25 mm, tidak memiliki inti, tetapi

keping sel ini masih dapat melakukan sintesis

protein meskipun terbatas karena masih

terdapat sejumlah RNA di dalam sitoplasmanya

(Karinta, 2018). Nilai normal trombosit yaitu

200.000-500.000 sel/ul darah (Gandasoebrata

R, 2011).

Trombosit berfungsi sebagai

pertahanan, akan tetapi terutama bukan

terhadap benda atau sel asing. Fungsi penting

trombosit adalah untuk mempertahankan

keutuhan jaringan apabila terjadi luka.


Trombosit akan ikut menutup luka, sehingga

tubuh tidak akan mengalami kehilangan darah

dan akan terlindung dari penyusupan benda

asing. Maka dari itu trombosit berkelompok di

tempat terjadinya luka, ikut membantu

menyumbat luka tersebut secara fisik. Selain

itu, sebagian trombosit akan pecah dan

mengeluarkan isinya yg berfungsi memanggil

trombosit dan sel leukosit dari tempat lain.

Sebagian isi trombosit yang pecah akan aktif

dalam mengkatalisis proses penggumpalan

darah, sehingga luka tersebut akan tersumbat

oleh gumpalan yang terbentuk ( Mohamad

Sadikin. DSc, 2002).

2. Fungsi darah

Darah terbagi menjadi plasma dan sel darah. Bagian-bagian

tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis

besar, tiga fungsi utama darah yaitu :

a. Sebagai transportasi subtansi :

1. Transportasi O2 dan CO2 dengan jalur melalui paru-paru

dan seluruh tubuh

2. Transportasi nutrisi hasil pencernaan ke seluruh tubuh

3. Transportasi hormon dari kelenjar target sel


4. Membantu mengatur suhu tubuh

b. Sebagai proteksi, yang banyak berperan dalam proses

inflamasi yaitu darah :

1. Menghancurkan mikroorganisme patogen dan sel dalam

darah yaitu leukosit

2. Antibodi dan protein berperan menghancurkan /

mengeliminasi substansi patogen

3. Trombosit berperan untuk mengurangi kehilangan darah

c. Sebagai regulator, berperan untuk mengatur :

1. pH untuk interaksi asam dan basa

2. Menjaga keseimbangan air dalam tubuh baik dari

pertukaran air dari luar jaringan atau sebaliknya (Eva

ayu, 2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Hemostasis

Hemostatis adalah kemampuan alami untuk menghentikan

perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi

trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari

endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur

koagulasi. Fungsi utama dari mekanisme koagulasi adalah menjaga

keadaan darah tetap dalam keadaan encer sehingga darah dapat

mengalir dengan baik sesuai dengan sirkulasinya, serta membentuk

hemostatis trombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami

kerusakan. Apabila terdapat luka pada pembuluh darah, maka akan


terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke

pembuluh darah yang terluka berkurang. Pada bagian pembuluh darah

yang terluka akan terdapat trombosit yang berkumpul dan melekat

sehingga membentuk sumbat trombosit. Kemudian akan diaktifkan

faktor pembekuan yang akan membentuk benang-benang fibrin dan

menyebabkan sumbat trombosit menjadi non permeabel yang

menyebabkan penghentian perdarahan.

Terdapat enam komponen utama hemostasis, yaitu : trombosit,

endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural

anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik.

Keenam kompenen tersebut harus tetap dalam jumlah yang cukup,

dan berfungsi dengan baik serta memiliki tempat yang tepat untuk

menjalankan faal hemostasis dengan baik. Keenam interaksi

komponen ini yang memacu terjadinya thrombosis atau sering disebut

sebagai sifat prothrombotik dan yang dapat menghambat proses

thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Jika

terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor

antithrombotik maka faal hemostasis akan berjalan secara normal.

Penyebab dari perdarahan juga bisa karena kelainan pembuluh darah,

trombosit ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan

merupakan kelainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah

satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand.

Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya


mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring

hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, trombosit, dan

koagulasi.

Pemeriksaan hemostasis biasanya dilakukan sebelum operasi.

Beberapa klinisi membutuhkan pemeriksaan hemostasis untuk semua

penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada

penderita dengan gangguan hemostasis yang paling penting adalah

anamnesis riwayat perdarahan. Meskipun hasil pemeriksaan penyaring

normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dilakukan apabila

terdapat riwayat perdarahan (Colman RW, 2006).

C. Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah suatu gaya atau dorongan darah ke dinding

arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh

(Palmer, 2007), sedangkan menurut sheps tekanan darah adalah

tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga

ini mempertahankan alliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata

tekanan darah normal seserang adalah 120/80 dengan satuan

milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).

Tekanan darah atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

dalam arteri. Secara umum, hipertensi adalah keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

resiko penyakit stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung


dan kerusakan ginjal. Pada pengukuran tekanan darah terdapat dua

angka yang akan didapatkan dimana angka yang lebih tinggi

didapatkan pada saat jantung berkontraksi disebut sistolik dan angka

yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut

diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring

tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh

per delapan puluh. Tekanan darah sistolik akan dikatakan tinggi

apabila mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik

dikatakan tinggi apabila mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya

(Depkes Jateng, 2008).

Setiap orang memiliki tekanan darah yang berbeda-beda. Bayi dan

anak-anak secara normal memiliki tekanan darah lebih rendah

dibandingkan dengan orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi

oleh aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika

seseorang beraktivitas dan akan lebih rendah jika beristirahat (Sutanto,

2010).

2. Fisiologi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen akan masuk kedalam jantung kemudian

dipompa ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang

disebut dengan arteri. Pembuluh darah yang lebih besar memiliki

bagian yang bercabang-cabang menjadi pembuluh darah lebih kecil

hingga berukuran mikroskopik dan akhirnya membentuk jaringan


yang terdiri dari pembuluh darah sangat kecil yang disebut dengan

pembuluh darah kapiler (Beevers 2002 dan Jennie, 2007).

D. Tinjauan Umum Tentang Sfigmomanometer

Sfigmomanometer atau tensimeter adalah alat yang digunakan

untuk mengukur tekanan darah pada manusia. Pada umumnya alat ini

dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter analog dan tensimeter digital.

Tensimeter analog ini digunakan secara manual dan bergantung pada

keahlian pemakainya dan alat ini menggunakan metode korotof

dimana untuk menetukan sistole dan diastole pasien berdasarkan

bunyi detak jantung dengan bantuan stetoskop (Hadiyoso, 2015).

Gambar 2.1 Sfigmomanometer Analog

(Sumber : Hadiyoso, 2015)

Sedangkan tensimeter digital adalah jenis tensimeter yang modern

yang kegunaannya sama dengan tensimeter analog yaitu untuk

menentukan tekanan darah manusia tetapi tensimeter ini bekerja


secara digital. Tensimeter ini menggunakan metode oscillometry

dimana untuk menentukan sistole dan diastole pasien menggunakan

sensor tekanan sebagai tranduser yang mendeteksi tekanan darah

dan perubahan sinyal osilasi yang diakibatkan oleh detak jantung

(Fitrilina, 2013).

Selain itu adapun keuntungan dari tensimeter digital ini yaitu hasil

pengukuran yang sudah dilakukan akan tertampil dilayar dan tidak

perlu memperhatikan jarum seperti yang dilakukan pada tensimeter

analog.Tensimeter digital ini memiliki sebuah microcontroller dan

tranduser untuk mendeteksi tekanan darah (Fitrilina, 2013).

Gambar 2.2 Sfigmomanometer Digital

(Sumber : Fitrilina 2013)

Alat ini juga sering digunakan untuk pemeriksaan waktu

perdarahan metode ivy sebagai pembendung sebelum melakukan

penusukan pada lengan seseorang.


E. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Bleeding Time

Pemeriksaan uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh

menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara

laboratoris disebut dengan waktu perdarahan atau bleeding time.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur hemostasis dan koagulasi.

Ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi

pembuluh darah kapiler dan trombosit tergantung dengan masa

perdarahan. Pemeriksaan ini memiliki 3 keutamaan tentang trombosit,

yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel,

dan membentuk agregasi (Juliantisilaen, 2014).

Bleeding time adalah pemeriksaan awal atau skrining yang

dilakukan untuk mengetahui apakah ada gangguan fungsi trombosit

dalam tubuh dan untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan jumlah

trombosit, serta untuk mengetahui kemampuan trombosit membuat

sumbatan, dan melakukan kontraksi pembuluh darah. Untuk

pemeriksaan ini dibutuhkan waktu setiap 30 detik sekali pada saat

pengamatan waktu dilakukan (Nugraha, 2017).

Pemeriksaan bleeding time dapat dilakukan dengan menggunakan

dua metode yaitu : Metode ivy dan metode duke. Metode ivy dilakukan

pada bagian lengan pasien dengan bantuan sfigmomanometer

sebagai pembendung sedangkan untuk metode duke dilakukan pada

bagian cuping telinga pasien.


Gambar 2.3 Pemeriksaan Bleeding Time Metode Duke

( Sumber : Nugraha, 2017)

Metode duke dikatakan kurang teliti dan akurat, sehingga dilakukan

perbaikan dengan menggunakan metode ivy. Pemeriksaan akan

terstandarisasi apabila dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah

dengan melakukan pembendungan menggunakan sfigmomanometer

dengan tekanan 40 mmHg. Metode ivy ini akan dilakukan dengan

penusukan pada lengan bagian bawah pasien menggunakan lanset

(Nugraha, Gilang, 2015).

Pemeriksaan bleeding time lebih baik dilakukan dengan

menggunakan metode ivy, karena metode ini dilakukan pada 8

permukaan volar yang mudah diakses yaitu pada bagian lengan

bawah, mempunyai pasokan darah superfisial yang relatif seragam,

kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh dengan

peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013).


Gambar 2.4 Pemeriksaan Bleeding Time Metode Ivy

( Sumber : Riswanto, 2013)

F. Kerangka Konsep

Mahasiswa adalah seorang pelajar yang menduduki perguruan

tinggi. Mahasiswa dijadikan sebagai sampel bagi peneliti karena

mahasiswa masih kuat untuk menahan rasa keram pada saat

pemeriksaan bleeding time. Bleeding time adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk melihat adanya gangguan fungsi trombosit dan

mendeteksi adanya kelainan jumlah trombosit, kemampuan trombosit

membentuk sumbatan, dan kemampuan kontraksi pembuluh darah.

Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan metode ivy dengan bantuan

alat sfigmomanometer tekanan 30, 40, dan 50 mmHg. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui masa perdarahan seseorang dalam

satuan menit. Tekanan sfigmomanometer pada pemeriksaan ini sangat

berpengaruh pada hasil yang didapatkan. Untuk hasil masa


perdarahan metode ivy ini adalah 1-6 menit dikatakan normal, 6-11

menit dikatakan meragukan dan >11 menit dikatakan tidak normal.

Mahasiswa

Pemeriksaan Bleeding
Time Metode Ivy

Sfigmomanometer
tekanan 30, 40, dan 50
mmHg

Normal Meragukan Tidak normal

Gambar 2.5 Skema Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain study

kasus, dimana penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran hasil

pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) metode ivy dengan

pembendungan menggunakan sfigmomanometer tekanan 30 mmHg,

40 mmHg, dan 50 mmHg pada mahasiswa poltekkes kemenkes

makassar.

B. Waktu dan Tesmpat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan April 2022

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan di Laboratorium

Hematologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Makassar.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

poltekkes kemenkes makassar.


2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50

orang mahasiswa poltekkes kemenkes makassar jurusan teknologi

laboratorium medis.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian adalah teknik accidental sampling.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mahasiswa poltekkes

kemenkes makassar.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gambaran hasil

pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time).

E. Definisi Operasional

1. Bleeding Time adalah pemeriksaan skrining yang dilakukan untuk

mengetahui gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya

kelainan jumlah trombosit, kemampuan trombosit membentuk

sumbatan, dan kemampuan kontraksi pembuluh darah.

Pemeriksaan ini dilakukan setiap 30 detik sekali.

2. Metode IVY adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk

pemeriksaan masa perdarahan atau bleeding time karena metode

ini lebih akurat dibandingkan dengan metode duke. Metode ini juga

dilakukan dengan bantuan alat sfigmomanometer sebagai

pembendung sebelum melakukan pemeriksaan masa perdarahan.


F. Prosedur Penelitian

1. Metode

Metode yang dilakukan untuk menghitung hasil pemeriksaan

waktu perdarahan adalah metode IVY.

2. Prinsip

Mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk terbentuk

sumbatan atau berhentinya perdarahan dan luka yang dibuat.

3. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus

b. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Blood

lancet, kapas alkohol, stopwatch, kertas saring,

sfigmomanometer (Tensimeter).

c. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Darah

4. Analitik

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian

memasang alat sfigmomanometer pada lengan atas pasien,

setelah itu alat tersebut dipompa dengan tekanan 30, 40, dan 50

mmHg, kulit lengan bawah ditegangkan dan diperkirakan 3 jari

dibawah lipatan siku ditusuk dengan lanset, darah yang pertama

keluar dihisap dengan tisu dan dibuang kemudian menyalakan


stopwatch jika darah sudah mulai keluar, darah yang keluar dihisap

dengan kertas saring setiap 30 detik dan mencatat waktu pada saat

darah tidak keluar lagi

5. Pasca Analitik

Interpretasi hasil pemeriksaan

1-6 menit : Normal

6-11 menit : Meragukan

>11 menit : Tidak Normal

G. Analisis Data

Data dari hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk tabel kemudian

dianalisis secara deskriptif dan dibahas secara narasi.


H. Kerangka Operasional

Mahasiswa

Pemeriksaan Bleeding Time


Metode Ivy

Sfigmomanometer Sfigmomanometer Sfigmomanometer


tekanan 30 mmHg tekanan 40 mmHg tekanan 50 mmHg

Penusukan lengan bawah dengan


lanset dan penghisapan darah
dengan kertas saring setiap 30 detik

Hasil

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional


DAFTAR PUSTAKA

Ariani Karinta, 2018. 4 Macam Komponen Darah Manusia dan Fungsinya.


Jakarta

Astiawati, Prima. 2008. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara


Penyakit Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus
dan Non Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Diponegoro

Ayu, E. & Noviar, G. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik.


Immunohematologi dan bank darah. 13-166. Jakarta. Indonesia:
Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Manusia, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan, Sumberdaya Manusia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/201
8/09/Imunohematologi-dan-Bank-Darah_SC.pdf.

Bakri. 2016. Penuntun Praktik Klinik Laboratorium Kesehatan, Makassar

Bakta I Made, 2013. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC


Colman RW, Clowes AW, George JN, Goldhaber SZ, Marder VJ.
Overview of Hemostasis in Hemostasis and Thrombosis: Basic
Principles and Clinical Practice. Fifthh Edition. Lippincott Williams
Wilkins. 2006
Fitrilina. 2013. Implementasi Filter High Pass Butterworth Pada
Tensimeter Digital Menggunakan Arduino Mega2560 dan
Smartphone Android
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat
Gandasoebrata, R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan Ke 15.
Jakarta: Dian Rakyat
Handayani W dan Hariwibowo A.S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba
Hadiyoso, Sugondo. 2015. Instrumentasi Biomedis Berbasis PC
Hardjoeno, H. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
Jakarta: EGC
Juliantisilaen, 2014. Waktu Perdarahan. Palembang
Nugraha, Gilang. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Dasar. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Nugraha, G. 2017. Hematologi Dasar. CV. Trans Info Media. Jakarta
Paerah, Ika NP. 2019. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Clotting Time
Metode Lee and White Dengan Ukuran Diameter Tabung 10 mm
dan 13 mm. Poltekkes Kemenkes Makassar
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. PT.
Gramedia
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi.. Yogyakarta:
Alfamedia & Kanal Medika
Sacher R. A dan Mcperson R.A. 2012, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi ke sebelas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai