Anda di halaman 1dari 70

Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Gunungkidul, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan, dan Laporan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan merupakan beberapa dokumen yang
memuat indikator pembangunan khususnya pembangunan dibidang kesehatan yang
akan dicapai dalam suatu kurun waktu tertentu.
Pusat Kesehatan Masyarakat atau puskesmas sebagai pelaksana teknis
pembangunan bidang kesehatan di masyarakat mempunyai peran besar dalam
pencapaian indikator pembangunan kesehatan melalui upaya kegiatan wajibnya yang
meliputi : Upaya Promosi kesehatan termasuk didalamnya konseling di Klinik Sehat,
Upaya Kesehatan Ibu Anak dan KB, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Kesehatan
Lingkungan, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, serta Upaya pengobatan.
Disamping itu juga melalui Upaya Kesehatan Pengembangan seperti Upaya Kesehatan
Masyarakat, Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya
Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya
Kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pembinaan Pengobat
Tradisional. Gambaran hasil kegiatan tersebut dalam setahun di potret dalam bentuk
Profil Kesehatan Puskesmas Semanu II.
Profil Kesehatan ini menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah
UPT Puskesmas Semanu II Kecamatan Semanu dan menjadi bahan evaluasi tahunan
capaian indikator pembangunan dibidang kesehatan. Sumber data yang menjadi dasar
pembuatan profil ini berasal dari laporan hasil program yang dilaksanakan oleh
masing-masing programer di tingkat puskesmas dan laporan bulanan Puskesmas serta
berbagai sumber dari Lintas Sektor terkait.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan profil ini adalah menyediakan informasi kesehatan secara
berkala / tahunan kepada publik. Tujuannya adalah tersaji dan tersebarnya informasi
kesehatan beserta data dukung yang telah dianalisa secara deskriptif, sebagai capaian
hasil Pembangunan Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Kecamatan Semanu
Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2020.

1
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

C. Sistematika Penyusunan
Sistematika Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Gunungkidul ini disusun
sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika penyusunan
profil kesehatan.
2. Bab II Gambaran Umum
Bab ini berisi penjelasan tabel 1-3 lampiran profil yaitu : letak geografis,
administratif dan informasi umum lainnya, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan (biasa disebut determinant of health) yaitu
kependudukan/demografi, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan
lingkungan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
3. Bab III Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi penjelasan tabel 4-28 lampiran profil yaitu: angka kematian
(mortalitas); angka kesakitan (morbiditas) baik penyakit menular (communicable
diseases) maupun penyakit tidak menular (non communicable diseases/NCD’s);
dan angka status gizi masyarakat.
4. Bab IV Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini berisi penjelasan tabel 29-65 lampiran profil yaitu: pelayanan kesehatan
dasar, rujukan, dan penunjang akses dan mutu pelayanan kesehatan;pemberantasan
penyakit menular; pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar; perbaikan
gizi masyarakat; pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan; serta pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan
dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang
diselenggarakan oleh kabupaten/kota.
5. Bab V Situasi Sumberdaya Kesehatan
Bab ini berisi penjelasan tabel 66-81 lampiran profil yaitu : obat, fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sumber daya kesehatan
lainnya.
6. Bab VI Kesimpulan
Bab ini berisi hal-hal penting, dan perlu ditelaah lebih lanjut, keberhasilan-
keberhasilan yang perlu dicatat, serta hal-hal yang dianggap masih kurang dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
7. Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian UPT Puskesmas Semanu
II dan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.

2
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Keterkaitan indikator antar tabel, yaitu :


a. Jumlah Penduduk berdasarkan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Semanu II :
Tabel 1 dan 2
b. Jumlah Penduduk berdasarkan Desa: Tabel 7, 13, 59, 61
c. Jumlah Lahir Hidup: Tabel 4 dan 6
d. Jumlah Bayi: Tabel 33, 38, 40, 43 dan 44
e. Jumlah Anak Balita: Tabel 44 dan 46
f. Jumlah Penderita Kusta: Tabel 14 dan 15
g. Jumlah Ibu Hamil: Tabel 29, 30, 32, dan 33
h. Jumlah Peserta KB Aktif: Tabel 34 dan 36
i. Jumlah Peserta KB Baru: Tabel 35 dan 36
j. Jumlah Desa/Kelurahan: Tabel 41, 62, 70, dan 71
k. Jumlah Pasien Keluar: Tabel 55 dan 56

3
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Geografi
1. Kondisi Wilayah
Kecamatan Semanu merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Gunungkidul yang terletak pada zona selatan bersama Kecamatan Girisubo,
Rongkop, Tepus, Saptosari, dan Wonosari. Daerah ini terletak di ketinggian 150
m – 350 m diatas permukaan air laut dengan curah hujan rata - rata 34.434 mm,
daerah ini juga dikenal dengan nama Pegunungan Selatan/Seribu. UPT Puskesmas
Semanu II merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kecamatan Semanu, luas
wilayah UPT Puskesmas Semanu II mencapai 52,78 km2 dengan wilayah kerja
meliputi 2 Desa, dan 48 Dusun. Secara administratif wilayah UPT Puskesmas
Semanu II berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Wonosari
SebelahTimur : Desa Semanu
Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjungsari
Sebelah Barat : Kecamatan Wonosari
Jarak pusat pemerintahan Desa dengan Pemerintahan Kecamatan berkisar
antara 1,5 - 7 Km.
TABEL 2.1
DATA GEOGRAFIS WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS SEMANU II

Variabel Geografis Angka


Luas wilayah 52,78 km2
Jumlah Desa 2
Jumlah Dusun 48
Jumlah musim 2 (Kemarau-penghujan)
Curahhujan 34.434mm
Jumlah hari hujan 122 hari
Suhu 220- 340 C
Kelembaban rata-rata Tinggi
Jenis Tanah Kapur/batumuga
Ketinggian 150-350 dpl

Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah UPT Puskesmas Semanu


II terdiri dari :
a. Puskesmas Induk
b. Puskesmas Pembantu, ada 2 yaitu :

4
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

1) Pustu Pacarejo
2) Pustu Candirejo
c. Poskesdes ada 3 yaitu :
1) Poskesdes Kropak
2) Poskesdes Jetis
3) Poskesdes Plebengan
d. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai
masyarakat yang sehat. Pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya yaitu
pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari kematian dini,
kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas
penduduk.
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Tabel berikut adalah daftar posyandu di wilayah UPT Puskesmas
Semanu II :
TABEL 2.2
DAFTAR POSYANDU BALITA DESA PACAREJO

NAMA TANGGA
NO DUSUN DESA PUKUL
POSYANDU L BUKA
1 Ceria Piyuyon Pacarejo 09 10.00
2 Wasesa Manik Banyumanik Pacarejo 09 11.00
3 Cinta Anak Serpeng Kidul Pacarejo 10 8.00
4 Amanah Serpeng Wetan Pacarejo 10 8.00
5 Pelita Hati serpeng Lor Pacarejo 10 8.00
6 Melati Pacing Kidul Pacarejo 12 10.00
7 Melati Pacing Lor Pacarejo 12 10.00
8 Ngudi Waras Dengok Kidul Pacarejo 12 12.00
9 Mawar Dengok Lor Pacarejo 10 10.00
10 Ngudi Kewarasan Ngampo Pacarejo 11 12.30
11 Bina Sehat Trukan Ngampo Pacarejo 17 12.30
12 Melati Jasem Lor Pacarejo 09 12.30
13 Tunas Harapan Jasem Kidul Pacarejo 12 12.30
14 Melati Wilayu Pacarejo 12 10.00
15 Mekar Sari Ngelak Pacarejo 14 13.00
16 Mawar Kepuh Pacarejo 14 13.00
17 Kamboja Kenteng Pacarejo 14 10.00
18 Mutiara Bunda Kuwon Lor Pacarejo 15 12.00
19 Mutiara Ananda Kuwon Tengah Pacarejo 10 12.30
20 Setiabudi Cempluk Pacarejo 15 10.00
21 Delima Kuwon Kidul Pacarejo 10 12.30
22 Ngudi Sehat Tonggor Pacarejo 17 11.00

5
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

23 Sari Asih Kwangen Kidul Pacarejo 11 10.00


24 Bunga Kanthil Kwangen Lor Pacarejo 12 12.30
25 Lestari Jonge Pacarejo 09 09.00
26 Menur Jelok Pacarejo 14 10.00
27 Kasih Ibu Jetis Kulon Pacarejo 11 10.00
28 Kuncup mekar Jetis Wetan Pacarejo 14 11.00

TABEL 2.3
DAFTAR POSYANDU BALITA DESA CANDIREJO

TANGGAL
NO NAMA POSYANDU DUSUN DESA PUKUL
BUKA
1 Mawar Pucangsari Candirejo  01  11.00
2 Anggrek Soga Candirejo  10  10.00
3 Kenanga Nangsri Lor Candirejo  01  10.00
4 Dahlia Nangsri Kidul Candirejo  14  12.00
5 Matahari Gunungkunir Candirejo  06  10.00
6 Kanthil Panggul Kulon Candirejo  12  12.00
7 Flamboyan Panggul Tengah Candirejo  11  12.00
8 Melati Panggul Wetan Candirejo  11  12.00
9 Tulip Soka Candirejo  06  10.00
10 Teratai Gebang Candirejo  08 10.00
11 Bougenville Cuwelo Kidul Candirejo  08  09.00
12 Amarilis Cuwelo Lor Candirejo 08  12.00
13 Cempaka Kropak Candirejo  13  12.00
14 Garberra Mranggen Candirejo  10  13.00
15 Sakura Bulu Candirejo 13  12.00
16 Aster Jati Candirejo  08  13.00
17 Lavender Pace Candirejo  14  11.00
18 Menur Plebengan Kidul Candirejo  12  12.00
19 Kamboja Plebengan Tengah Candirejo  13  10.00
20 Himawari Plebengan Lor Candirejo  13  10.00

2) Posyandu Lansia
Selain Posyandu balita, UPT Puskesmas Semanu II juga mempunyai posyandu
Lansia, seperti pada tabel berikut ini :

TABEL 2.4
DAFTAR POSYANDU LANSIA

NO NAMA POSYANDU DUSUN DESA HARI / JAM


LANSIA TANGGAL
BUKA
1 Guyup Rukun Dengok Lor Pacarejo Sabtu Pahing 12.00
2 Ngudhi Waras Kuwon Lor Pacarejo Selasa Kliwon 12.00
3 Kropak Kropak Candirejo Tanggal 7 11.30
4 Nangsri Kidul Nangsri Kidul Candirejo Tanggal 24 12.30
5 Jetis Kulon Jetis Kulon Pacarejo 13.00

6
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

6 Nangsri Lor Nangsri lor Candirejo Tanggal 25 10.00


7 Pace Pace Candirejo Tanggal 17 10.00
8 Ngampo Ngampo Pacarejo
9 Sejahtera Kwangen kidul Pacarejo

3) Posyandu Remaja
TABEL 2.5
DAFTAR POSYANDU REMAJA

NO NAMA POSYANDU DUSUN DESA HARI JAM


REMAJA BUKA
1 Sehati (sehat Dengok Lor Pacarejo Sabtu Legi 11.00
Berprestasi)

4) Posbindu
UPT Puskesmas Semanu II telah terbentuk Posbindu di beberapa dusun, namun
terkait pandemi covid 19 tidak dapat aktif melaksanakan kegiatan. Daftar
Posbindu di UPT Puskesmas Semanu II adalah sebagai berikut :

TABEL 2.6
DAFTAR POSBINDU

NO NAMA POSBINDU DUSUN DESA TGL/ HARI JAM


BUKA
1 Rahayu Dengok Lor Pacarejo Sabtu 11.00
Pahing
2 Nangsri Lor Nangsri Lor Candirejo Tiap Tgl 20 12.00
3 Kuwon Lor Kuwon Lor Pacarejo Sabtu Wage 12.00
4 Ngudi Waras Kropak Candirejo - -
5 Pace Pace Candirejo - -
6 Dengok Ngampo Dengok Pacarejo - -
Ngampo
7 Instansi UPT Serpeng Wetan Pacarejo Tiap 3 bulan 12.00
Puskesmas Semanu II

5) Pelatihan Bersumberdaya masyarakat


Beberapa dusun telah mendapat pelatihan berbasis masyarakat dengan harapan
kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan dapat berkembang dan
dapat berintegrasi dengan sektor lain seperti pertanian dan peternakan maupun
sektor pariwisata sehingga dapat mendukung tempat wisata sehat berseri.

TABEL 2.7

7
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

DAFTAR PELATIHAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT

NO PELATIHAN DESA DUSUN TERLATIH


1 Pemberdayaan Pacarejo Dengok Lor
Masyarakat Candirejo Nangsri Lor
2 STBM Candirejo Gunungkunir, Kropak, Nangsri
Lor
Pacarejo Piyuyon, Banyumanik, Serpeng
Kidul, Serpeng Lor, Serpeng
Wetan, Pacing kidul, Pacing Lor,
Dengok Ngampo, Dengok Lor,
Dengok Kidul, Dengok Trukan,
Jasem Lor, Jasem Kidul, Kuwon
Lor, Kuwon Tengah, Kuwon
Kidul, Kwangen Lor, Kwangen
Kidul, Tonggor, Kenteng, Kepuh,
Jelok, Jonge, Jetis Wetan, dan
Jetis Kulon.
3 KTR Candirejo Soga, Plebengan Tengah, Nangsri
Lor, Gunungkunir, Kropak.
Pacarejo Kuwon Lor, Pacing lor, Dengok
Lor, Serpeng Lor, Serpeng Wetan,
Serpeng Kidul, Ngampo, Trukan
Ngampo, Kuwon Kidul, Jetis
Wetan.

TABEL 2.8
KETENAGAAN DI UPT PUSKESMAS SEMANU II

JENIS KETENAGAAN JUMLAH KETERANGAN


Struktural 2 Ka. Pusk,dan Ka Sub Bag TU
Medis 3 2 dokter umum dan 1 dokter gigi
Perawat 6
Perawat Gigi 1
Bidan 5
Nutrisionis 1
Pranata Laboratorium 1
Pramu kantor 1
Pengadministrasi Umum 6 4 PNS, 2 THL ( 1 TI, 1 Akuntan)
Sanitarian 1
Promkes 1 Tenaga Kontrak
Asisten Apoteker 1 THL
Apoteker 1
Perekam Medis 1 Tenaga Kontrak
Penjaga Malam 1
Jumlah 32

TABEL 2.9

8
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

DAFTAR PETUGAS PEMBINA WILAYAH

NO NAMA PETUGAS DESA DESA CANDIREJO


PACAREJO
1 Sulisti, AMd. Keb Piyuyon Cuwelo Lor
2 Tuwiyem Banyumanik
3 Erna Setianingsih Serpeng kidul
4 Asri Wulan M, AMd.AK Serpeng Lor
Hery Sudaryanto, S. Kep.,
5 MM Serpeng wetan
6 Widarsih Pacing kidul
7 Dr Agnes F.G Pacing Lor
8 Desita Purnamawti, AMK Dengok Ngampo Panggul Kulon
9 Nastiti Mulyani, AMG Dengok Lor Nangsri Lor
10 Dr. Anita F.R Dengok Kidul Nangsri Kidul
11 Drg Erla Asmalasari Dengok Trukan
Retno Handayani, SKM.,
12 MM Jasem Lor
13 Suryatini, AMd.Keb Jasem Kidul Panggul Tengah
14 Yuliati, AMd.Keb Kuwon Lor Plebengan Lor
Rizky Ary Saputri, A. Md.
15 Kep Kuwon Tengah Gunungkunir
16 Suwardiyah, S.Kep Kuwon Kidul Mranggen
Rosita Olimpia B., S.
17 Farm. Apt Kuwon Cempluk Gebang
18 Istiqomah N. Amd. Keb Plebengan Tengah
19 Lina Susanti, Amd. Keb Kwangen Kidul Plebengan Kidul
20 Aditya Purwa W Tonggor Gebang
Dyka Nugrahaningsih,
21 A.Md.KL Kenteng Kropak
22 Sarlan Kepuh
23 Tri Joko Yuntarto Wilayu
24 Wagirah Jelok
25 Aniek Nurrohmah, Jonge Soka
AMd.Keb
26 Eltantoro, AMK Jetis Wetan Jati
27 Nunik Mardiyem,S.Kep Jetis Kulon Soga
28 Anung Yulianta, S. Kep, Ngelak Bulu
Ns
29 Eko Heriyanto Pucangsari
30 Devi Aprilia, Amd MR Panggul Wetan
31 Waita Pace
32 Dihana Wardani Cuwelo kidul

2. Kependudukan
Pertumbuhan penduduk (baik bayi lahir maupun pendatang) lebih besar dari
jumlah warga yang meninggalkan wilayah UPT Puskesmas Semanu 2, sehingga
mengakibatkan jumlah penduduk setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan.
Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Semanu II adalah 25.472 jiwa
(http://kependudukan.jogjaprov.go.id/).

3. Sosial Budaya

9
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hampir semua kelompok
masyarakat, hal ini terlihat ketika masyarakat kerjabakti untuk membangun
wilayah desa atau membangun tempat tinggal. Selain gotong royong, budaya
“nyumbang” kepada mereka yang mempunyai hajatan cukup tinggi. Setiap tahun
hampir disemua dusun ada budaya lokal ‘Rasulan”/bersih dusun, serta bersih
telaga di sejumlah telaga yang ada wilayah UPT Puskesmas Semanu II seperti
telaga Jonge maupun telaga Nangsri. Budaya warisan leluhur ini tetap terpelihara
dengan baik sampai sekarang. Namun demikian acara yang mengumpulkan massa
pada tahun ini tidak dapat dilaksanakan seperti tahun – tahun sebelumnya karena
adanya pandemi Covid -19. Adapun acara yang tetap dilaksanakan secara
sederhana dan memperhatian protocol kesehatan.
Destinasi wisata di wilayah UPT Puskesmas Semanu II juga mulai tertata
seperti cave tubing Kali Suci dan Goa jomblang yang terletak di Dusun Jetis
Wetan, wisata Batu Giring di Dusun Jelok, Telaga Jonge dengan pasar digitalnya,
Bendungan Jowinantang di Dusun Ngampo dan Telaga Nangsri di Dusun Nangsri
Lor menjadi daya tarik tersendiri. Destinasi wisata tersebut sangat butuh
dukungan dari sektor kesehatan, dalam hal ini adalah UPT Puskesmas Semanu II,
sehingga akan terwujud kawasan wisata yang sehat.
Masyarakat di wilayah UPT Puskesmas Semanu II merupakan masyarakat
agraris dan umumnya memelihara ternak. Dalam bercocok tanam, masyarakat
sangat tergantung pada curah hujan. Sehingga pada musim kemarau panjang maka
ladang tidak ditanami, yang mengakibatkan tidak adanya hasil dari ladang dan
kurangnya Hijauan Makanan Ternak (HMT). Dalam memelihara ternak,
penempatan kandang ternak dan pemeliharaan unggas sangat dekat, bahkan ada
yang masih menyatu/menempel dengan rumah induk, sehingga tidak memenuhi
kriteria rumah sehat, serta resiko penularan penyakit dari ternak/unggas yang
dipelihara dapat terjadi.
Karakteristik lain di wilayah UPT Puskesmas Semanu II adalah adanya
tandon air berupa Penampungan Air Hujan (PAH) pada sebagian rumah
penduduk. Keberadaan PAH dan tandon air memungkinkan menjadi tempat
perindukan nyamuk apabila tidak menerapkan ikanisasi dan tidak rutin dikuras.
Demikian pula dengan keberadaan telaga sebagai reservoir air untuk keperluan
masyarakat. Hampir semua telaga dimanfaatkan secara komunal baik untuk
manusia maupun hewan, baik untuk mandi maupun mencuci pakaian sehingga
tidak memenuhi syarat kesehatan.
Budaya pernikahan usia dini juga masih dijumpai di beberapa dusun.
Masyarakat kurang menyadari perihal masalah yang dapat timbul jika pernikahan

10
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

dini terjadi, seperti ibu hamil resiko tinggi (Bumil Resti), rawan gizi, Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, kematian ibu/bayi dan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).
Peran dukun bayi sudah banyak berkurang karena berbagai upaya telah
dilakukan untuk mendukung pengurangan terhadap peran dukun bayi dalam
persalinan, diantaranya melalui kegiatan pertemuan dan rujukan kemitraan dukun-
bidan.
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi mulai meningkat bahkan
menduduki 10 besar penyakit di wilayah UPT Puskesmas Semanu II. Penyakit
tidak menular tersebut sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat seperti kurang berolah raga, pola makan yang tidak sehat atau asupan gizi
yang tidak seimbang, kebiasaan merokok, dan lain-lain. Pola hidup yang tidak
sehat tersebut menjadi masalah tersendiri dan perlu segera dievaluasi dan
dicarikan pemecahan masalahnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsinya, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

11
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan


cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
UPT Puskesmas Semanu II memiliki visi misi dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, yaitu :
a. Visi organisasi
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan menuju
masyarakat yang sehat dan mandiri demi tercapainya Kecamatan Semanu
sebagai kawasan wisata sehat.
b. Misi organisasi
1) Mengembangkan pelayanan kesehatan yang bermutu, berkeadilan dan
terjangkau oleh masyarakat.
2) Menumbuh kembangkan kemitraan dan kemandirian masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
3) Menggerakkan kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
dalam mendukung terciptanya kawasan wisata yang sehat.
c. Struktur organisasi
Terlampir
d. Motto
Motto UPT Puskesmas Semanu II adalah Sehat Bersama Anda.
e. Tata nilai
Tata nilai UPT Puskesmas Semanu II adalah SENADA.
1) Santun
Dalam memberi pelayanan seluruh karyawan senantiasa bertingkah laku
dan bertutur kata dengan halus dan baik, sabar, tenang dan sopan.
2) Empati
Dalam memberikan pelayanan seluruh karyawan senantiasa berusaha
memahami perasaan dan kebutuhan pelanggan.
3) Normatif
Dalam memberikan pelayanan seluruh karyawan senantiasa berpegang
teguh pada norma, aturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dengan
sikap, loyalitas dan kesetiaan pada aturan atau kaidah yang berlaku di
lingkungan masyarakat.

4) Adil

12
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Dalam memberikan pelayanan seluruh karyawan senantiasa bersikap adil


tanpa membeda-bedakan status sosial.
5) Dedikasi
Dalam memberikan pelayanan seluruh karyawan senantiasa
mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya demi tercapainya tujuan
bersama.
6) Akutabel
Dalam memberikan pelayanan seluruh karyawan senantiasa berpegang
teguh pada pedoman dan standar pelayanan yang ditetapkan, dapat
diukur dan dipertanggung jawabkan.
f. Kebijakan mutu
1) Jajaran pengelola dan seluruh karyawan UPT Puskesmas Semanu II
berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan serta
memperbaiki proses pelayanan berdasarkan fakta.
2) Kebijakan teknis dalam perbaikan mutu dan keselamatan pasien adalah
sebagai berikut :
a) Memberikan pelayanan yang ramah, cepat dan tepat.
b) Memberikan informasi dan intervensi terhadap permasalahan
kesehatan masyarakat di wilayah kecamatan Semanu II.
c) Menyediakan karyawan yang berkompeten.
d) Menerapkan System manajemen mutu, secara efektif dan efisien.

Gambar 2.1

13
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

B. Demografi

Berdasar data dari http://kependudukan.jogjaprov.go.id/ jumlah penduduk di


wilayah UPT Puskesmas Semanu II pada tahun 2020 adalah 25.472 jiwa, yang terdiri
dari laki-laki 12.574 jiwa dan perempuan 12.898 jiwa. Jumlah rumah tangga (KK)
terdaftar sebanyak 8.214 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga (family size) sebesar
3,10 jiwa yang berarti setiap rumah tangga dihuni antara 3-4 orang (sumber data KK :
http://kependudukan.jogjaprov.go.id/). Rata-rata kepadatan penduduk (Man Land
Ratio) di wilayah UPT Puskesmas Semanu II adalah sebesar 482,61 jiwa/km². (Tabel
1 Lampiran profil).

14
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Dependency Ratio merupakan perbandingan antara penduduk non produktif


(belum dan tidak produktif) dengan penduduk produktif (usia 15–64 tahun). Tabel 2
pada lampiran profil menunjukkan angka beban tanggungan (Dependency Ratio)
penduduk di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020 adalah sebesar 45%. Berarti setiap
45 orang penduduk usia produktif (umur 14–64 tahun) menanggung 100 orang
penduduk usia non produktif. Data indikator kependudukan di UPT Puskesmas
Semanu II dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

TABEL 2.10
JUMLAH PENDUDUK DAN KK PER DESA
UPT PUSKESMAS SEMANU II TAHUN 2020

Jml Jml penduduk Jml


No Desa Jml KK
Pedukuhan L P Penduduk

1 Pacarejo 28 8.515 8.788 17.303 5.464

2 Candirejo 20 4.059 4.110 8.169 2.750

Jumlah 48 12.496 12.815 25.472 8.214


Sumber data : http://kependudukan.jogjaprov.go.id

Jumlah kelahiran hidup pada tahun 2020 tercatat 264 jiwa. Angka kelahiran kasar
(Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada
tahun tertentu per 1.000 penduduk.

C. Sosial Ekonomi, Pendidikan, dan Agama


1. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di wilayah UPT Puskesmas Semanu II sebagian
besar adalah pada sektor pertanian / perkebunan / peternakan. Dari total penduduk
usia kerja 20.861 jiwa, 46,58% atau sejumlah 9.718 jiwa merupakan penduduk
dengan mata pencaharian pertanian / perkebunan / peternakan. Pada sektor buruh
atau tukang berkeahlian khusus, tercatat 3.237 orang (15,51%) menggeluti sektor
tersebut. Sebanyak 1.884 orang (9,00%) bekerja di sektor swasta, serta 942 orang
(4,51%) memilih mata pencaharian sebagai pelaku usaha atau wiraswasta. Sisanya
1,54% atau sejumlah 322 orang adalah pensiunan, Aparat Sipil Negara (ASN),
ABRI, polisi, BUMD, tenaga medis dan pekerjaan lainnya. Dan masih sekitar
5,17% penduduk (1078 orang) belum memiliki pekerjaan. Jumlah ini meningkat
dari tahun 2019 yaitu sebanyak 4,86% penduduk (959 orang), yang tentu
merupakan masalah tersendiri dan perlu penyelesaian oleh pihak-pihak terkait.
(Sumber : http://kependudukan.jogjaprov.go.id.)

15
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

2. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan penduduk berpengaruh terhadap derajad kesehatan
masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan DIY, sekitar 17.061 atau
81,8 % meningkat dari tahun 2019 yaitu 75,57% penduduk usia diatas 10 tahun
melek huruf. Hal ini tentu saja akan memudahkan penduduk dalam menerima
informasi kesehatan dimasyarakat. Tingkat pendidikan penduduk di wilayah UPT
Puskesmas Semanu II adalah sebagai berikut, sekitar :
a. 41,9% lulusan SD/sederajad
b. 25,7% lulusan SMP/sederajad
c. 12,4% lulusan SMA/sederajad
d. 0,3% lulusan Diploma I/Diploma II
e. 0,4% lulusan Akademi/Diploma III
f. 1,0% berpendidikan setara dengan sarjana
g. 0,1% berpendidikan S2/S3
3. Jarak Pustu dan Poskesdes ke Puskesmas Induk
Jarak Pustu dan Poskesdes ke Puskesmas Induk dapat dilihat pada tabel 2.11
beikut ini :
TABEL 2.11
JARAK PUSTU DAN POSKESDES KE PUSKESMAS INDUK

No Pustu / Poskesdes Jarak (±km) ke Puskesmas Induk

1 Pustu Pacarejo 2,6 km


2 Pustu Candirejo 7,7 km
3 Poskesdes Jetis 4,2 km
4 Poskesdes Kropak 11 km
5 Poskesdes Plebengan 13 km

4. Jarak ke Rumah Sakit Rujukan


Jarak dari pusat desa ke rumah sakit rujukan dapat dilihat pada tabel 2.11
berikut ini :
TABEL 2.12
JARAK RUMAH SAKIT RUJUKAN

16
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

No Desa RS Rujukan Jarak (±km)

1 Pacarejo RSUD Wonosari 9


Panti Rahayu 11
Pelita Husada 4
Nurohmah 15
PKU Wonosari 14
Sudirman 47
2 Candirejo RSUD Wonosari 16
Panti Rahayu 18
Pelita Husada 11
Nurohmah 22
PKU Wonosari 21
Sudirman 54

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Angka Harapan Hidup (AHH)

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Harapan


Hidup (AHH). Demikian pula untuk mengukur indikator Indek Pembangunan

17
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Manusia (IPM) salah satu indikator yang mewakili bidang kesehatan adalah AHH.
Capaian AHH di Kabupaten Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan dengan
AHH rata-rata di Indonesia. Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Gunungkidul
pada tahun 2020 adalah 74,12 tahun. Angka tersebut naik atau meningkat dari AHH
tahun 2019 yaitu 74,03 tahun.

B. Mortalitas
Jumlah kematian bayi di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020 adalah 3
neonatal. Kematian tersebut terdiri dari 3 neonatal laki-laki dari Desa Pacarejo .
Penyebab kematian adalah 1 neonatal laki-laki dikarenakan ibu bayi menderita
hipertensi. Hal tersebut menyebabkan pre eklamsi sehingga mengakibatkan kematian
pada bayi. Sedangkan kematian 1 bayi neonatal laki-laki lainnya disebabkan posterm
(lebih bulan) yang membahayakan bayi sehingga saat lahir bayi sudah tidak
menangis. Pada saat periksa mendekati HPL ibu sudah disarankan untuk periksa ke
RSUD, namun tidak dilakukan karena masih berharap melahirkan secara normal.
Saat gerakan janin lambat baru dimintakan rujukan ke Puskesmas dan operasi Sectio
Cesaria di RSUD Wonosari. 15 menit setelah dilahirkan bayi dinyatakan meninggal
dunia. Sedangkan kematian bayi dengan umur 1 bulan laki – laki di Desa Pacarejo
lainnya disebabkan oleh penyakit Demam Berdarah.
Pada tahun 2020 tidak terdapat kematian dalam skala yang besar, ataupun
kematian karena penyebab spesifik pada suatu populasi. Hanya saja terdapat
kematian neonatal. Data lebih rinci kematian tersebut tersaji dalam Tabel 31
lampiran profil.

C. Morbiditas
Berikut ini urutan 10 besar penyakit di UPT Puskesmas Semanu II yang tercatat di
sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (Sisfomas)

TABEL 3.1
SEPULUH BESAR PENYAKIT DI UPT PUSKESMAS SEMANU II
TAHUN 2020

No Nama Penyakit Jumlah


1 I10 Essential (Primary) Hypertention 1.252
2 E11.9 Non- Insulin Dependent Diabetus Millitus 950

18
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

without complication
3 KO4.1 Necrosis of Pulp 650
4 J00 Acute Nasopharyngitis (Common Cold) 601
5 M25.5 Pain in joint 553
6 L23.9 Allergic Contatc Dermatitis Unsepcifield Cause 362
7 E11.7 Non Insulin Dependent Diabetes Millitus with
Multiple Complication 266
8 I50.0 Heart Failure 225
9 K00.6 Disturbances of Tooth Eruption 216
10 K29.7 Gastritis, Unspecified 205
Sumber: SP2TP UPT Puskesmas Semanu II

D. Status Gizi
Ada empat masalah gizi masyarakat yaitu: Kurang Energi Protein (KEP),
Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Cakupan Program Perbaikan Gizi di Kabupaten
Gunungkidul selama 2 tahun terakhir pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2
CAKUPAN HASIL PSG, ANEMIA DAN BBLR
TAHUN 2019 - 2020

INDIKATOR Target (%) 2019 2020


1. Status Gizi Balita BB/U
 Ber
<1% 0,26 0,64
at badan sangat kurang
 Be
< 20 % 6,06 8,44
rat badan Kurang
 Be
> 80 % 91,20 83,85
rat badan Normal
 Be
< 3% 2,48 7,06
rat badan resiko Lebih
2. Kurang Energi Protein (KEP)
 K
<1 % 0,26 0,47
EP Nyata (BGM)
 un
<15 % 6,32 9,08
derweight
3. Status Gizi Balita TB/U
 San
<5 % 1,62 2,48
gat Pendek
 Pe
<15 % 13,41 16,42
ndek
 No
>80 % 83,43 81,01
rmal
 Ti
>2 % 1,54 0,09
nggi

19
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

 St
<20 % 15,03 18,90
unted pada balita
 St
29,67 22,47
unting pada bayi
4. Status Gizi Balita BB/TB
 Gi
<0,5% 0 0
zi buruk
 Gi
<5% 1,71 3,03
zi kurang
 Gi
>90% 91,97 80,83
zi Baik
 Be
<2,5% 6,32 11,01
resiko gizi lebih
 Gi
3,39
zi lebih
 Ob
1,74
esitas
 W
<5% 1,71 3,03
asted pada balita
5. Anemia ibu hamil <30 % 4,64 6,73
6. Bumil KEK <20 % 13,66 11,70
7. BBLR <5 % 8,24 5,99

Mulai Tahun 2020 penentuan status gizi balita menggunakan standar


Antrhropometri sesuai Kemenkes No 2 tahun 2020 yang sedikit berbeda dengan
standar anthropometri yang digunakan selama ini. Dari Tabel di atas dapat dilihat
bahwa jika dibandingkan tahun lalu kasus balita dengan berat badan sangat kurang
indikator BB/U mengalami kenaikan sekitar 0,38% dibanding tahun lalu. Begitu juga
dengan balita dengan berat badan kurang dan balita dengan resiko berat badan lebih
juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,38% dan 4,58% sedangkan balita
dengan berat badan normal mengalami penurunan 7,35%.
Disamping permasalahan tersebut diatas ternyata stunting pada balita juga
mengalami peningkatan yaitu 15,03 di tahun 2019 menjadi 18,90 di tahun 2020. (naik
sekitar 3,87%). Situasi pandemi sepanjang tahun 2020 yang tidak cepat selesai ikut
berpengaruh terhadap pengentasan balita stunting maupun balita dengan berat badan
kurang. Kegiatan posyandu yang sempat terhenti untuk beberapa saat karena adanya
kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi kegiatan di
masyarakat ikut berdampak terhadap kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di
posyandu. Upaya Perbaikan gizi melalui educasi gizi dan sanitasi ikut menjadi tidak
maksimal dimana kontak petugas dengan ibu balita menjadi sangat terbatas. Termasuk

20
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

educasi tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai salah satu upaya
penurunan stunting juga tidak bisa dilaksanakan secara maksimal.
Selain masalah gizi pada balita kasus Anemia pada ibu hamil juga mengalami
peningkatan sebesar 2,09%. Selama masa pandemic kegiatan ANC terpadu pada ibu
hamil juga mengalami pembatasan kunjungan sehingga edukasi tentang anemia tidak
bisa dimaksimalkan pada saat ANC terpadu. Konsumsi lauk hewani yang masih
rendah, konsumsi tablet tambah darah yang belum sesuai anjuran turut menyokong
peningkatan anemia pada ibu hamil. Buku KIA sebagai sarana informasi lengkap bagi
ibu hamil ternyata belum dimanfaatkan dengan baik oleh ibu hamil karena sebagian
besar ibu hamil tidak membaca ataupun mempelajari informasi-informasi yang
terdapat dalam buku KIA.

21
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak


1. Upaya Kesehatan Ibu
Upaya kesehatan ibu dilaksanakan dengan sasaran utama adalah ibu hamil, ibu
nifas dan ibu menyusui. Selain itu juga pelayanan terhadap Wanita Usia Subur
(WUS) terutama pelayanan kontrasepsi (KB).
Setiap ibu hamil mendapatkan antenatal sesuai standar. Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi standar kuantitas dan kualitasnya. Standar kuantitasnya
adalah kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan:
b. Satu kali pada trimester pertama
c. Satu kali pada trimester kedua
d. Dua kali pada trimester ketiga
Sedangkan standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T,
meliputi:
a. Pengukuran berat badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pengukuran lingkar lengan atas
d. Pengukuran tinggi puncak rahim
e. Penentuan Presentasi Janin san Denyut Jantung Janin (DJJ)
f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
g. Pemberian tablet tambah darah 90 tablet
h. Tes Laboratorium
i. Tatalaksana/penanganan kasus
j. Temu wicara (konseling)
Cakupan K4 di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020 belum mencapai 100%,
yaitu sebesar 77,8%, namun demikian sudah meningkat dari tahun 2019 yaitu
sebesar 74,32%. Hal ini disebabkan ada ibu hamil yang belum memasuki K4
sehingga kunjungan 4 kali selama periode kehamilan belum terlaksanakan.
Cakupan kunjungan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di UPT Puskesmas
Semanu II dapat dilihat pada tabel 23 lampiran profil.

22
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai


kompetensi kebidanan telah mencapai 100%, yang artinya semua pertolongan
persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Sasaran kepesertaan KB aktif adalah pasangan usia subur. Tahun 2020 jumlah
peserta KB aktif di wilayah UPT Puskesmas Semanu II mencapai 83%. Angka
tersebut menurun jika dibandingkan dengan jumlah peserta KB pada tahun 2019
yang hanya sebesar 83,3%. Sebanyak 20,7% PUS memilih Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP), yang terdiri dari IUD (AKDR) 7,1%, MOW 1,7% dan
Implan 11,9%.
Sedangkan peserta KB Non MKJP sebesar 79,4% didominasi oleh suntik depo
sebesar 61,6%. Sisanya yaitu 2,4% jenis kondom, dan 15,4% dengan
mengkonsumsi pil KB (Lampiran Tabel 28). Dalam pelaksanaan program KB,
fungsi Puskesmas adalah sebagai pelayanan dalam pemasangan alat kontrasepsi,
sedangkan ketersediaan alat kontrasepsi menjadi tanggung jawab Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP-KB).
2. Upaya Kesehatan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Neonatus, Bayi dan Balita
Sasaran pelayanan kesehatan anak diantaranya adalah neonatus (umur 0-28
hari), bayi (0-12 bulan), Balita dan anak pra-sekolah. Pelayanan dilaksanakan
melalui kegiatan preventif, promotif dan kuratif. Pelayanan kesehatan bayi
baru lahir sesuai standar meliputi standar kuantitas maupun standar kualitas.
Standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal
dengan ketentuan :
1) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6-48 jam
2) Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3-7 hari
3) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8-28 hari
Standar kualitas :
1) Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) yang meliputi:
a) Pemotongan dan perawatan tali pusat
b) Inisiasi Menyusu Dini
c) Injeksi vitamin K
d) Pemberian salep/tetes mata antibiotic
e) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin HB0)
2) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 – 28 hari) meliputi :
a) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI Eksklusif
b) Pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
c) Pemberian vitamin K bagi yang lahir di luar faskes

23
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

d) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi < 24 jam yang lahir tidak
ditolong tenaga kesehatan
e) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

3) Pelayanan Neonatal
a) Bayi Baru Lahir yang Mendapat IMD
Inisiasi Menyusui Dini dalam 1 jam pertama setelah lahir
merupakan langkah awal keberhasilan menyusui bayi secara eklusif
sejak lahir sampai umur 6 bulan. Untuk itu setiap fasilitas kesehatan
yang menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti Rumah
Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas dan jaringannya, bidan
praktek swasta perlu melakukan IMD dalam melakukan pertolongan
persalinan.
Di UPT Puskesmas Semanu II belum semua bayi baru lahir
mendapat IMD karena beberapa bayi dengan kelahiran melalui proses
operasi caesar seperti pada kasus dengan tindakan khusus, sehingga
tidak mendapat IMD.
Cakupan bayi mendapat IMD di UPT Puskesmas Semanu II tahun
2020 adalah 84,27%. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan
cakupan IMD tahun 2019 (86,81%). Penurunan capaian ini antara lain
disebabkan oleh kelahiran yang memerlukan tindakan kelahiran
sacesar, bayi gemili, bayi BBLR, preeklamsi, dan lain-lain termasuk
situasi pandemik yang membuat pembatasan kontak nakes dengan
pasien/ibu melahirkan.
Pada tahun 2020 persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di
UPT Puskesmas Semanu II sebesar 5,99%. Ini lebih rendah
dibandingkan dengan angka BBLR tahun 2019 (8,42%). Intervensi
PMT pada Ibu hamil KEK berhasil menekan angka BBLR namun
demikian tidak meningkatkan cakupan IMD pada bayi baru lahir.
Gambaran lebih jelas mengenai cakupan bayi mendapat IMD
dapat dilihat pada grafik berikut ini.

24
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

GAMBAR 4.1
CAKUPAN BAYI MENDAPAT IMD

Cakupan Bayi dapat IMD


300

250

200
Jumlah bayi

150

100

50

0
Bayi Lahir hidup Bayi lahir hidup di IMD Cakupan (%)

Bayi yang tidak mendapat IMD sebesar 15,73%. Hal tersebut


disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya persalinan dengan
komplikasi, kelahiran Gemili/kembar. Selain itu pengetahuan ibu tentang
IMD juga masih kurang, serta kurangnya dukungan intensif dari
lingkungan sekitar terutama keluarga juga sangat mempengaruhi
keberhasilan IMD. Oleh karena itu perlu meningkatkan pengetahuan ibu
hamil atau calon ibu tentang IMD pada saat kunjungan ANC, terutama
pada trimester akhir kehamilannya atau ketika mendapatkan pelayanan
konsultasi ANC terpadu di puskesmas. Pada saat konsultasi ANC
tersebut seyogyanya juga melibatkan anggota keluarga yang lain (suami,
orang tua, saudara) sehingga terbentuk sebuah dukungan di lingkungan
keluarga. Selain itu keberhasilan IMD juga perlu dukungan dari petugas
penolong persalinan antara lain :

25
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

i. Memperkenankan adanya pendampingan ibu saat persalinan dari


keluarga atau orang yang dapat dipercayainya (suami,ibu,keluarga).
ii. Meletakan bayi diatas perut ibu segera setelah lahir dan dikeringan.
iii. Tidak memisahkan bayi dan ibu sampai bayi berhasil menemukan
puting susu ibunya dan selesai menyusui.
iv. Memperkenankan ibu dan bayi bersama dalam satu ruangan (rawat
gabung) sehingga ibu dapat menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan.
Sehingga perlu jauh-jauh hari sebelum persalinan tiba ibu harus
memastikan bahwa petugas penolong persalinannya nanti mendukung
dan telah terlatih untuk pelaksanaan IMD.
4) ASI Eksklusif
Pemberian ASI bukan semata-mata soal gizi atau makanan untuk bayi,
Praktek pemberian ASI secara optimal, terutama ASI Eksklusif 6 bulan
merupakan strategi tunggal yang paling efektif untuk meningkatkan
kelangsungan hidup anak serta dapat mencegah kematian balita.
a) Metode recall pada bayi usia 0 – 6 bulan
Menyusui merupakan hak seorang ibu dan hak anak untuk
mendapatkan ASI dan ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak dapat digantikan
dengan makanan/minuman /susu yang lain. ASI merupakan satu-
satunya makanan yang paling sempurna bagi bayi. Sempurna bukan
hanya kandungan zat gizi namun juga zat kekebalan yang mampu
melindungi bayi dari berbagai macam penyakit infeksi serta ASI
memberikan sentuhan emosional bagi bayi dan ibu yaitu rasa
terlindungi, aman dan damai.
Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan
dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan merupakan
cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar. Memberikan
ASI Eksklusif 6 bulan artinya hanya memberikan ASI saja kepada
bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa tambahan minuman maupun
makanan lain (contohnya air putih, air gula, jus buah, madu, kurma,
susu formula dan sebagainya). Bayi tetap dapat dikatakan mendapat
ASI Eksklusif bila mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh
tenaga kesehatan, imunisasi dan oralit saat diare. Secara singkat
menyusui secara Eksklusif berarti tidak memberi bayi makanan atau

26
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

minuman lain termasuk air putih kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral.
Salah satu metode yang digunakan di UPT Puskesmas Semanu II
dalam menghitung cakupan ASI Eksklusif yaitu dengan cara
menanyakan makanan yang diberikan pada bayi selama 24 jam yang
lalu (Recall 24 jam) dengan sasaran bayi umur 0 – 6 bulan yang
datang di posyandu, dicatat di KMS setiap bulan dan direkap di bulan
Februari dan Agustus.
Cakupan ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Semanu II seperti
terlihat pada gambar grafik dibawah ini.

GAMBAR 4.2
CAKUPAN BAYI MENDAPAT ASIE

180 Bayi Mendapat


179 ASIE
160 UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
130
140
Jumlah bayi

120 115
88
100
64 65.625
80 76.521739130434 72.625698324022
8 4
60 42

40
20
0
Bayi 0-6 bulan Bayi dapat ASIE Cakupan (%)

Dari gambar grafik 4.2 dapat dilihat bahwa 72,63 % bayi


umur 0-6 bulan telah mendapat ASI Eksklusif (target >60%). Data
capaian ASIE tahun 2019 sebesar 65,57%, sehingga jika
dibandingkan tahun lalu, capaian ASIE tahun 2020 ini meningkat
cukup signifikan yaitu sebesar 7,06 %. Peningkatan ini disebabkan
oleh keberhasilan kader PMBA dalam melakukan promosi dan
pendampingan terhadap ibu menyusui, serta meningkatnya
kesadaran ibu bayi tentang manfaat ASI bagi kesehatan bayinya.
Disamping itu dilakukannya juga sosialisasi PP Nomor 33/tahun
2012 dan juga Perbup Kabupaten Gunungkidul No. 9 Tahun 2014
tentang Pemberian Susu Ibu Eksklusif diberbagai kesempatan.

27
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Namun demikian angka cakupan ASI Eksklusif 72,63% itu masih


perlu di tingkatkan. Untuk itu peran keluarga, kelompok
pendukung ibu, konselor ASI, dalam memberikan dukungkan
terhadap pejuang-pejuang ASI (ibu-ibu menyusui) perlu terus
digalakkan terutama dalam mengawal ASI di 6 bulan pertama
kehidupan. Juga peningkatan konseling menyusui oleh tenaga
kesehatan sejak masa kehamilan melalui ANC terpadu di
Puskesmas.
b) Pemetaan/kohort pada bayi usia 6 bulan
Pemetaan ini dilakukan dengan sasaran bayi yang sudah usia lebih
dari 6 bulan (5 bulan 29 hari). Target dari kegiatan ini adalah >
40% bayi mendapat mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan.
Cakupan ASI Eksklusif bisa dilihat pada gambar grafik 3.3 berikut
ini :

Gambar 4.3
CAKUPAN BAYI 5 BULAN 29 HARI MENDAPAT ASIE

Bayi Usia 5 bulan 29 hari dapat ASI Eksklusif


500
450 430
400
350
308
300 290
Jumlah bayi

250
206
200
150 140
102 71.627906976744
71.034482758620
72.857142857142
100 7 2
9
50
0
Jumlah Bayi 5 bln 29 hari ASI E Cakupan (%)

Grafik tersebut menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 6 bulan di


UPT Puskesmas Semanu II sebesar 72,63%. Angka tersebut jika
dibandingkan dengan cakupan tahun 2019 (51,70%) mengalami
peningkatan yang signifikan dan telah memenuhi target karena telah lebih
dari 40%.
Namun demikian capaian ASI Eksklusif masih perlu ditingkatkan lagi
mengingat praktek pemberian ASI Eksklusif merupakan cara efektif untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak dan merupakan bagian penting dari

28
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

upaya memberikan gizi yang optimal pada masa dua tahun pertama
kehidupan manusia yang merupakan masa kritis untuk membentuk fondasi
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal dalam jangka
panjang.
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif 6 bulan walaupun telah dilakukan
penyuluhan pada ibu juga karena adanya faktor-faktor penghambat
berkenaan dengan praktek menyusui bayi yang tidak dapat diatasi hanya
dengan meningkatkan pengetahuan ibu. Sikap ibu yang dipengaruhi oleh
berbagai persepsi kurang tepat mengenai kondisi-kondisi seputar menyusui
serta perilaku bayi juga ikut adil dalam kegagalan menyusui eksklusif.
Adanya persepsi bahwa ASI ibu tidak cukup, tangisan bayi yang
mengindikasikan bahwa si bayi lapar, membuat ibu memberikan makanan
dan minuman lain selain ASI. Persepsi pemberian susu formula bayi akan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak, ASI tidak keluar pada
hari pertama setelah kelahiran membuat ibu memberikan makanan dan
minuman pengganti ASI lebih dini. Persepsi - persepsi yang kurang tepat
tersebut diperkuat dengan informasi yang kurang berimbang dari promosi
agresif produsen susu formula bayi. Untuk itu ibu perlu dukungan dari
lingkungan sekitarnya untuk dapat melaksanakan praktek pemberian ASI
secara optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI di UPT Puskesmas
Semanu II antara lain disebabkan oleh :
i. Tingginya/gencarnya promosi susu formula melalui media TV, sponsor
event-event tertentu, kegiatan minumsusu bersama, dan lain – lain.
ii. Kurangnya pengetahuan tentang ASI Eksklusif
iii. Kurangnya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua, saudara)
iv. Ibu tidak percaya diri (ibu sakit,ASI tdk cukup, payudara kecil,trauma
pasca scecar, bayi kembar)
v. Ibu sibuk
vi. Ibu bekerja di luar kota/urban
vii. Belum tersosialisasinya Perbup tentang ASI Eksklusif di masyarakat
viii. Belum adanya KP Ibu
ix. Kurang berperannya konselor ASI (jarang mendapat rujukan)
x. Praktek Pemberian Makan bagi Bayi umur 0-6 bulan yang kurang tepat
xi. Belum semua kader dilatih PMBA
xii. Belum berjalannya konseling PMBA secara maksimal oleh kader
terlatih

29
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

xiii. Belum berperannya KP-PMBA


Upaya yang telah dilakukan oleh puskesmas selama tahun 2019 untuk
mendongkrak cakupan ASI Eksklusif diantaranya :
i. Penyuluhan dan sosialisasi ASI Eksklusif di masyarakat melalui
pertemuan/forum yang ada seperti pertemuan rutin PKK, pertemuan
kader, posyandu dan lain – lain
ii. Mengadakan sosialisasi PMBA
iii. Menyelenggarakan pelatihan kader SI PEKA DAMPINGI BULITA
iv. Melakukan konsultasi gizi tentang IMD maupun pemberian ASI
Eksklusif pada saat pemeriksaan ANC terpadu ibu hamil di puskesmas
maupun di posyandu
v. Konseling PMBA oleh kader PMBA
vi. Melakukan refreshing kader PMBA bersama Puskesmas
vii. Meningkatkan peran konselor ASI di puskesmas baik oleh petugas yang
bersangkutan maupun petugas lintas program (bidan)
Untuk selanjutnya kedepannya selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas
perlu dilakukan:
i. Advokasi ke BPM/BPS tentang program ASI Eksklusif
ii. Sosialisasi Berpub ASI Eksklusif melalui pertemuan di forum-forum
yang ada di masyarakat
iii. Refreshing kader PMBA dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA)
iv. Sosialisasi PMBA bagi kader
v. Peningkatan peran kader dalam melakukan konseling PMBA baik
melalui sosialisasi maupun kunjungan rumah ke sasaran
vi. Pendampingan ibu menyusui oleh kader PMBA terlatih/kader
vii. Penyebarluasan informasi tentang menyusui melalui pembagian
leaflet ke ibu bayi
b) Bayi Lahir dengan BBLR (<2.500 gram)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor-faktor penyebab BBLR antara lain:
i. Faktor ibu : status gizi ibu,umur (kurang dari 20 tahun), paritas,
komplikasi kehamilan (perdarahan antepartum,pre eklamsi berat, kelahiran
pretern), ibu terinfeksi penyakit malaria, anemia,sipilis,infeksi TORCH,

30
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Faktor kebiasaan ibu seperti perokok, pecandu alkohol, ibu pengguna


narkotik, faktor plasenta seperti penyakit vaskuler.
ii. Faktor janin: prematur, hidromion, kehamilan kembar/ganda
(gemeli),kelainan kromosom.
iii. Faktor lingkungan: sosio ekonomi (kemiskinan), sanitasi lingkungan,
paparan zat-zat beracun.
iv. Konsumsi Fe < 90 tablet selama hamil.
Komplikasi langsung dari BBLR adalah : hiportemia, hipoglikemia,
gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, infeksi, anemia dan lain-
lain. Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain:
gangguan perkembangan, gangguan pertumbuhan, kenaikan angka kesakitan
dan sering masuk rumah sakit, kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
Pada tahun 2020 terdapat 16 kasus bayi BBLR di wilayah UPT Puskesmas
Semanu II, atau sebesar 5,99% dari 267 bayi lahir hidup. Angka tersebut diatas
sudah sesuai dengan target surveilans < 8%. Jika dibanding dengan capaian
tahun 2019, kasus BBLR tahun 2019 mengalami penurunan (2019 : 8,42%).
Penurunan tersebut sebagai keberhasilan dalam upaya pencegahan yang telah
dilakukan oleh UPT Puskesmas Semanu II seperti penanganan kasus ibu hamil
KEK melalui intervensi PMT maupun pelayanan Konseling ANC. Selain itu
kegiatan pencegahan lain yang perlu dilakukan antara lain:
i. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kehamilan. Ibu hamil beresiko BBLR dipantau dan dirujuk ke
yankes yang lebih mampu.
ii. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar dapat menjaga kesehatan ibu dan janinnya.
iii. Merencanakan persalinan pada umur reproduksi 20-34 tahun.
iv. Menggalang dukungan sektor lain yang terkait untuk ikut berperan dalam
meningkatkan pendidikan dan pengetahuan ibu, status ekonomi keluarga,
akses pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
v. Pembekalan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja
melalui program peer konselor dan pemberian tablet besi bagi remaja putri
untuk mencegah anemia zat besi pada remaja.
vi. Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sayur dan buah.
vii. Pengaktifan kembali desa siaga, pembentukan KP ibu maupun perbaikan
status gizi ibu hamil melalui pemberian PMT ibu hamil KEK.

31
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

viii. Kampanye minum tablet tambah darah untuk remaja putri guna mencegah
WUS anemia.

GAMBAR 4.4
CAKUPAN BAYI LAHIR BBLR

Bayi Lahir BBLR di UPT Puskesmas Semanu II


Tahun 2020
300 267
Jumlah bayi lahir hidup

250
194
200

150

100 73

50 16
9 7 9.58904109589041
5.99250936329588
4.63917525773196
0
Bayi Lahir Hidup BBLR Cakupan (%)

Upaya – upaya yang telah dilakukan UPT Puskesmas Semanu II selama


tahun 2020 untuk mengatasi BBLR antara lain:
i. Konseling reproduksi bagi caten.
ii. Penyuluhan kespro remaja di sekolah/karangtaruna melalui peer konselor.
iii. ANC terpadu dan penyuluhan gizi ibu hamil.
iv. Pertemuan kelas ibu hamil.
v. Deteksi dini bumil resti oleh petugas kesehatan pada saat pemeriksaan
antenatal.
vi. Program pemanfaatan pekarangan untuk tanaman sayuran di dusun yang
dilatih pemberdayaan masyarakat.
vii. Perbaikan status gizi ibu hamil melalui pemberian PMT ibu hamil KEK

32
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

viii. Kampanye minum tablet tambah darah untuk remaja putri guna mencegah
WUS anemia.
ix. Sekrening WUS untuk mengetahui resiko KEK secara dini dan lain-lain.
Upaya lain yang perlu dilakukan tetapi belum dilakukan secara maksimal :
i. Memperberdayakan keluarga (suami, orang tua, saudara) dalam
pendampingan minum TTD.
ii. Menggalang dukungan lintas sektor (BPM, PKK, Penyuluh Pertanian,
BPMPKB, Depag, dan lain - lain).
iii. Deteksi dini bumil resti oleh masyarakat.
iv. Pemanfaatan pekarangan untuk tanaman sayur dan buah secara maksimal.
v. Meningkatkanpembinaan desa siaga melalui pertemuan-petemuan secara
rutin dan berkala.
vi. Pendampingan oleh kader dan petugas terhadap sasaran bumil resti.
c) Bayi Lahir Stunting (PB < 48 Cm)
Stunting adalah keadaan tubuh sangat pendek, dilihat dengan standar baku
WHO-MGRS (Multicentre growth). Bayi stunting/pendek adalah bayi yang
lahir dengan panjang badan < 48 cm. Tahun 2020 angka bayi stunting di
wilayah UPT Puskesmas Semanu II mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2017 kasus bayi lahir stunting sebesar
9,05%, tahun 2018 meningkat drastis menjadi 20,91%, tahun 2019 meningkat
menjadi 29,67% dan tahun 2020 turun menjadi 22,47%. Pada umumnya bayi
stunting disebabkan beberapa hal seperti:
i. Kelahiran premature (kehamilan sebelum 37 minggu)
ii. Kelahiran kembar/gemeli
iii. Status gizi ibu saat hamil (KEK/anemia)
iv. Konsumsi tablet Fe kurang dari 90 tablet selama hamil
v. Umur kurang dari 20 th saat melahirkan
vi. Kurangnya pengetahuan ibu mengenal kesehatan dan gizi sebelum dan
masa kehamilan
vii. Terbatasnya layanan kesehatan ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan ibu pada masa kehamilan ), post natal.
viii. Kurangnya akses ke makanan bergizi
ix. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Dari hasil pelacakan bayi stunting di wilayah UPT Puskesmas Semanu II
banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada bayi-bayi tersebut
diantaranya:
i. Kelahiran premature

33
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

ii. Status gizi ibu saat hamil (KEK/anemia)


iii. Konsumsi tablet Fe kurang dari 90 tablet selama hamil
iv. Usia ibu kurang dari 20 tahun saat melahirkan
v. Kurangnya pengetahuan ibu mengenal kesehatan dan gizi sebelum dan
masa kehamilan
vi. Rendahnya sanitasi lingkungan rumah termasuk ketersediaan air bersih
dan sehat

Cakupan bayi stunting di UPT Puskesmas Semanu II dapat dilihat pada


tabel berikut ini :
TABEL 4.1
CAKUPAN BAYI LAHIR STUNTING

Bayi lahir hidup Cakupan


No Desa diukur PB nya PB < 48 cm (%)
1 Pacarejo 194 43 22,16
2 Candirejo 73 17 23,29
3 Puskesmas 267 60 22,47
Sumber data : Data integrasi KIA-Gizi tahun 2020

d) Pemantauan Status Gizi


Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah kegiatan penilaian status gizi untuk
memperoleh informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun
kronis, khususnya pada balita. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh
informasi status gizi dan capaian kinerja kegiatan perbaikan gizi secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan. Penentuan status gizi balita mulai tahun 2020
menggunakan standar anthropometri terbaru sesuai Kemenkes No.2 tahun 2020
dengan 4 indikator BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U. Dalam Anthropometri
terbaru ini ada perubahan kategori di setiap indikatornya.
Status Gizi berdasarkan Indikator BB/U adalah Berat Badan Sangat
Kurang, Berat Badan Kurang, Berat Badan Normal dan Resiko Berat Badan
Lebih. Untuk Indikator TB/U tidak ada perubahan kategori yaitu Sangat
Pendek, Pendek, Normal dan Tinggi. Indikator BB/TB terdiri dari 6 kategori
Gizi Buruk, Gizi Kurang, Gizi Baik, Beresiko Gizi Lebih, Gizi Lebih, dan
obesitas.
Kegiatan PSG di UPT Puskesmas Semanu II dilakukan dua kali dalam
setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus 2020. Berikut adalah hasil
kegiatan PSG UPT Puskesmas Semanu II Semester II tahun 2020 :

34
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

i. Indikator BB/U
GAMBAR 4.5
STATUS BALITA BB/U

1000 Grafik Status Gizi Balita BB/U


900
800
700 639 914
Jumlah balita

600
500
400
275
300
200 92 77 83.85
68 54
100 5 2 24 23 7 8.44 7.06
0 0.64
Pacarejo Candirejo Puskesmas Cakupan Pusk
(%)

Sumber data: Data primer terolah (PSG, Semester 2 tahun 2020)

Status gizi dengan indikator BB/U menggambarkan keadaan status


gizi balita pada saat ini. Dari gambar diatas menunjukan 0,64% dari 1.090
balita yang diukur mengalami berat badan sangat kurang dan 7,06%
mengalami resiko berat badan lebih. Serta sebesar 9,08 % balita di UPT
Puskesmas Semanu II mengalami KEP.

35
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

ii. Indikator TB/U


GAMBAR 4.6
STATUS GIZI BALITA TB/U

Grafik Status Gizi Balita TB/U


700

608
600

500
Jumlah Balita

400

300 275

200

100
23 68 22 81.01
4 1 0
0 2.48 16.42 0.09
Sangat pendek Pendek Normal Tinggi

Sumber data: Data primer terolah (PSG, Semester 2 tahun 2020)

Status gizi dengan indikator TB/U menggambarkan keadaan status


gizi balita pada masa lampau. Dari gambar diatas menunjukan 18,90%
balita yang diukur mengalami masalah gizi di masa lampau. (Stunted)
iii. Indikator BB/TB
GAMBAR 4.7
STATUS GIZI BALITA BB/TB

36
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Grafik Status Gizi Balita BB/TB

700 619
600

Jumlah Balita
500
400
262
300
200 80.83 83
100 0 0
0 23103.03 37 11.01
29 83.39 12 71.74
0
Gizi Buruk Gizi Gizi Baik Berisiko Gizi Lebih Obesitas
Kurang Gizi Lebih

Sumber data: Data primer terolah (PSG, Semester 2 tahun 2020)


Status gizi dengan indikator BB/TB menggambarkan keadaan status
gizi balita pada masa lampau dan masa kini. Dari gambar diatas
menunjukan sebanyak 33 balita dari 1.090 balita yang diukuratau sekitar
3,03% balita termasuk dalam kategori gizi kurang dan wasting. Selain gizi
lebih dan obesitas, 11,01% balita beresiko gizi lebih. Hal ini perlu segera
diatasi karena resiko gizi lebih pada balita merupakan rambu-rambu akan
terjadinya gizi lebih dan obesitas pada bayi dan anak yang tentunya sangat
berbahaya bagi kesehatan karena dapat meningkatkan risiko terkena
penyakit jantung, stroke dan diabetes mellitus dikemudian hari.
Penyebab terjadinya kegemukan antara lain karena kurangnya aktifitas
fisik dan gaya hidup seperti hobi main gadget, makanan olahan cepat saji
(junk food), makan terlalu banyak kalori dan lemak, terlalu banyak makan
gula, dan genetika.Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah
kegemukan pada bayi dan balita antara lain:
(1) Ibu hamil harus menjaga pola makan dengan baik
(2) Memberikan MP ASI berupa biscuit selama 90 HMA
(3) Memberikan PMT-Pemulihan selama 90 HMA dari sumber dana
BOK
(4) Melakukan pemantauan terhadap daya terima PMT-pemulihan yang
diberikan
(5) Memberikan konseling gizi kepada ibu balita
(6) Memberikan konseling pemberian makan bayi dan anak oleh petugas
maupun kader PMBA
(7) Melakukan kunjungan rumah balita

37
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

(8) Melakukan koordinasi dengan kepala desa maupun ketua tim


penggerak PKK Desa, kader posyandu
(9) Memberikan ASI Eksklusif pada bayi
(10) Menjaga dan mengatur pola makan anak
(11) Menerapkan gaya hidup sehat
(12) Memberi kesempatan pada bayi/anak untuk melakukan aktifitas fisik
seperti bermain di luar rumah
e) Kasus Gizi Buruk
Tidak ada kasus gizi buruk yang ditemukan sepanjang tahun 2020. Namun
demikian perlu diwaspadai dan dipantau secara berkala balita-balita kurus yang
status gizinya mendekati -3 SD. Hal-hal yang telah dilakukan UPT Puskesmas
Semanu II terhadap balita gizi kurang adalah :

i. Melakukan pendampingan baik oleh petugas maupun oleh kader posyandu


setempat
ii. Melakukan pemantauan pertumbuhan melalui posyandu
iii. Melakukan validasi data timbang
iv. Memberi dukungan dan motivasi ke ibu balita untuk tidak putus asa dan
selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada balita pada waktu
bertemu ibu balita (saat pengambilan PMT, kunjungan rumah,
penimbangan posyandu)
f) Balita Kurus Mendapat PMT
Semua balita kurus (indikator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score -2
SD sampai dengan <-3 SD) dari keluarga miskin harus mendapatkan PMT
Pemulihan selama 90 hari sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status
gizinya disamping mendapat konseling oleh kader maupun petugas puskesmas.
PMT Pemulihan Balita adalah makanan bergizi yang diperuntukan bagi balita
usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi. Keluarga
miskin adalah keluarga yang tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki
pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah
berlantai tanah dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana
kesehatan namun dalam hal ini keluarga miskin adalah yang orang tuanya
memiliki Kartu JKN/KIS dan menurut masyarakat secara umum tergolong
keluarga prasejahtera.
Seratus persen (100%) balita kurus miskin di UPT Puskesmas Semanu II
mendapat Penanganan berupa pemberian Makanan Tambahan (PMT). Jumlah
seluruh balita kurus menurut hasil PSG bulan Agustus 2020 adalah 33 anak dan

38
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

semuanya telah mendapatkan PMT pemulihan. Hasil monitoring dan evaluasi


pemberian PMT-P menunjukkan bahwa 10 anak (30,30%) mengalami
perbaikan status gizi, dan 23 anak (69,70%) tidak menunjukan perubahan
status gizi (status gizi tetap gizi kurang/kurus).
Hasil wawancara dan pengamatan terhadap sasaran faktor–faktor yang
mempengaruhi ketidak berhasilan PMT Pemulihan di UPT Puskesmas Semanu
II antara lain :
i. Adanya infeksi penyakit (batuk pilek, diare), gangguan fungsi gigi
pengunyah makanan
ii. Lingkungan (sanitasi/hiegyne rumah,Pola asuh), ketersediaan sumber air
bersih bebas cemaran
iii. Faktor ekonomi (kemiskinan)
iv. Asupan makanan yang kurang (porsi makan tidak sesuai dengan umur)
v. Paket PMT Pemulihan tidak dimakan habis oleh sasaran (anggota keluarga
lain ikut makan)
vi. Daya terima sasaran terhadap paket PMT kurang (bubuk proten)

GAMBAR 4.8
GRAFIK PERKEMBANGAN STATUS GIZI BALITA MENDAPAT PMT-P

Grafik Perkembangan Status gizi balita dapat PMT-P


Memburuk tetap membaik

30%

70%

Grafik diatas adalah perkembangan status gizi balita setelah mendapat


PMT Pemulihan, dimana 69,7% dari balita yang diberi PMT status gizinya
tetap. Hal ini disebabkan selain PMT yang diberikan tidak dikonsumsi habis,
juga karena balita tersebut terinfeksi penyakit seperti batuk pilek selama kurun
waktu pemebrian PMT.

g) Pertumbuhan Balita di Posyandu

39
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program


perbaikan gizi di yang menitik beratkan pada upaya pencegahan dan
peningkatan keadaan gizi anak. Pemantauan pertumbuhan merupakan
rangkaian kegiatan yang terdiri: (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur
melalui penimbangan tiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat, Penilaian
status gizi berdasarkan kenaikan berat badan,(2) tindak lanjut setiap kasus
gangguan pertumbuhan (konseling, rujukan, PMT), (3) tindak lanjut berupa
kebijakan dan program di tingkat masyarakat, serta meningkatkan motivasi
untuk memberdayakan keluarga. Hasil kegiatan pemantauan pertumbuahan di
UPT Puskesmas Semanu II dapat dilihat pada gambar 4.10 dan tabel berikut ini
:

GAMBAR 4.9
GRAFIK HASIL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

Grafik Hasil Pemantauan Pertumbuhan di


Posyandu

1400
1205 1205
1200 1053

1000
Jumlah Balita

841 841
800 720

600 510
364 364 333 336
400
174
200

0
S K D N

Sumber data : Laporan kinerja posyandu tahun 2020

TABEL 4.2
HASIL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
DI POSYANDU

Desa S K D N T 2T BGM K/S D/S N/D BGM/D T/D 2T/D


841 841 720 336 240 56 2 100 85,61 58,43 0,28 33,33 7,78
Pacarejo
364 364 333 174 102 23 3 100 91,48 63,04 0,90 30,63 6,90
Candirejo
1205 1205 1053 510 342 79 5 100 87,39 48,43 0,47 32,48 7,50
Puskesmas

40
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Hasil pemantauan pertumbuhan balita di posyandu UPT Puskesmas


Semanu II menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penimbangan
(D/S) 87,39% meningkat jika dibanding tahun 2019 sebesar 84,63 dan tahun
2018 sebesar 82,78%. Namun angka tersebut masih dibawah target yang
ditetapkan yaitu 85 %. Tidak tercapainya cakupan penimbangan balita di
posyandu ini disebabkan antara lain :
i. Situasi pandemic yang menyebabkan masyarakat takut tertular covid-19
ii. Adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
iii. Belum optimalnya dukungan para pemangku kepentingan diberbagai
tingkat (Pemda/satuan kerja perangkat daerah terkait, camat, lurah,
RT/RW, Organisasi kemasyarakatan (TP-PKK, organisasi kewanitaan,
organisasi keagamaan, dll), LSM, Pelaku usaha dll
iv. Rendahnya partisipasi keluarga: keluarga urban,warga enggan datang ke
posyandu (kepercayaan terhadap program posyandu mulai berkurang)
v. Rendahnya kapasitas kader
vi. Belum optimalnya kualitas pelayanan posyandu: peran kader tdk
maksimal, berkurangnya kepercayaan ibu balita terhadap pengelola
posyandu
vii. Belum tersedianya dana operasional posyandu:tidak adanya PMT/makanan
tambahan
viii. Jam buka posyandu bersamaan dengan musim rasulan hajatan, pertanian
Upaya-upaya yang yang perlu dilakukan antara lain:
i. Advokasi untuk peningkatan kerjasama lintas program/lintas sektor yang
melibatkan seluruh komponen masyarakat baik itu petugas, kader, tomasy,
pemangku jabatan setempat maupun ibu-ibu balita dalam kegiatan
posyandu, organisasi kemasyarakatan, sarana pelayanan dasar swasta
termasuk klinik swasta, Bidan Praktek Swasta agar berperan dalam
menggerakan warga untuk datang ke posyandu dalam rangka
meningkatkan kunjungan balita ke posyandu.
ii. Menyesuaikan waktu buka posyandu dengan penjadwalan kembali waktu
penimbangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat saat
itu.
iii. Kegiatan inovatif dan kreatif selain penimbangan sebagai daya tarik
masyarakat sehingga memotivasi keluarga untuk membawa balita ke
posyandu (misal warung posyandu/bazar, membagi cindera mata yang
aman bagi anak-anak seperti balon dll, memberikan hadiah yang sederhana

41
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

pada keluarga yang rutin menimbang), adanya alat permainan edukatif


(APE) di posyandu.
iv. Memotivasi keluarga melalui kunjungan rumah oleh kader,tomasy dan
tokoh agama yang bertujuan untuk memotivasi keluarga agar membawa
balitanya ke posyandu
v. Meningkatkan kapasitas kader melalui penyegaran, jambore kader untuk
menambah pengetahuan, ketrampilan dan wawasan para kader serta
meningkatkan kinerja kader sehingga kader tetap semangat, tetap percaya
diri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pemberian
penghargaan kepada kader berupa uang transport. Kegiatan lain yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kader adalah dengan kunjungan
antar posyandu (mengunjungi posyandu yang cakupan penimbangan
balitanya tinggi)
vi. Meningkatkan kualitas posyandu melalui pembinaan teknis
penyelenggaraan posyandu secara berkala dan berkesinambungan oleh
pemangku kepentingan dari berbagai lintas sektor dan lintas program yaitu
dengan melakukan kegiatan pembinan ke posyandu secara terpadu yang
melibatkan berbagai lintas sektor terkait (Satuan kerja perangkat daerah
terkait: camat,Lurah,Rt/RW), TP-PKK, BKKBN, Dep.pertanian dll) yang
dimotori oleh Puskesmas sehingga semua merasa memiliki dan
bertanggungjawab terhadap kelangsungan posyandu.
ix. Menggerakan petugas daerah/dusun binaan agar lebih maksimal dan aktif
berkunjungkeposyandu di daerah binaannya.
x. Mengadakan PMT Penyuluhan yang rutin setiap bulan dengan variasi
menu yang berbeda
xi. Mengintegrasikan kegitan Posyandu dengan PAUD.
xii. Melakukan bulan penimbangan balita bersamaan dengan bulan vitamin A
dan kegiatan Pemantauan Status Gizi
Upaya yang telah dilakukan UPT Puskesmas Semanu II tahun 2019 untuk
meningkatkan cakupan D/S adalah :
i. Melakukan pembinaan posyandu
ii. Advokasi ke lintas sektor: desa, PKK, untuk melakukan pembinaan
bersama-sama di posyandu
iii. Pemberian PMT Penyuluhan 2 kali setahun
iv. Melakukan bulan penimbangan balita secara terpadu dengan program lain:
kampanye MR di posyandu, obat cacing
v. Pelatihan/ Refreshing Kader

42
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

vi. Pembinaan kader, transfer ilmu melalui pertemuan rutin kader


vii. Pemberian honor pemantauan pertumbuhan di posyandu bagi kader
setahun sekali
Upaya yang belum dilakukan oleh puskesmas secara maksimal antara lain:
i. Menggerakan petugas pembina wilayah untuk melakukan pembinaan
posyandu secara rutin setiap bulan
ii. Mengintegrasikan kegiatan posyandu dengan PAUD, BKB
iii. Memotivasi keluarga dengan kunjungan rumah yang melibatkan tokoh
masyarkat, pemangku kebijakan setempat
iv. Mengadakan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk menarik balita
berkunjung ke posyandu, dan lain-lain.

h) Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia,
karena zat gizi ini sangat penting dan tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga
harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui :
1) Bahan makanan seperti bayam,daun singkong, pepaya matang, hati,
kuning telur dan juga ASI.
2) Bahan makanan yang diperkaya dengan vitamin A
3) Kapsul vitamin A dosis tinggi
Pada anak balita akibat KVA akan meningkatkan kesakitan dan kematian,
mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan
akhirnya kematian. Dampak lain adalah buta senja dan manifestasi lain dari
xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan (keratomalasia) dan kebutaan.
Oleh karena itu perlu Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada balita yang
dilaksanakan secara periodik, setahun 2 kali di pada bulan Februari atau
Agustus dengan sasaran bayi umur 6-11 bulan untuk vitamin A warna biru
100.000 SI dan tiap bulan Februari dan Agustus untuk balita umur 12-59 bulan
dengan vitamin A warna merah 200.000 yang bertujuan untuk pencegahan
kekurangan vitamin A.
i. Vitamin A Balita
TABEL 4.3
CAKUPAN TAHUNAN PEMBERIAN VITAMIN A BALITA
Bayi 6-11 bulan Balita 12-59 bulan
No Desa Jml Minum Cakupan Jml Minum Cakupan
Sasaran Vit A % Sasaran Vit A %

43
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

1 Pacarejo 189 189 100,00 699 669 100,00

2 Candirejo 83 83 100,00 302 302 100,00

Total 272 272 100,00 1001 1001 100,00

ii. Vitamin A Ibu Nifas


Pemberian kapsul vitamin A 200.000 UI kepada ibu nifas (0-42 hari)
setelah melahirkan sebanyak 2 kapsul. Satu kapsul segera setelah
melahirkan dan selang waktu minimal 24 jam kemudian 1 kapsul.
Pemberian vitamin A pada ibu nifas menjadi penting karena akan
meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi
yang disusui lebih kebal terhadap penyakit serta kesehatan ibu cepat pulih
setelah melahirkan. Pemberian vitamin A ibu nifas di Puskesmas Semanu II
dilakukan pada waktu pertolongan bersalin oleh BPM/BPS maupun RS
bersalin/RS dimana sasaran melahirkan.
Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Puskesmas Semanu II
tahun 2020 hampir 100% atau sekitar 99,63%. Dari 267 ibu nifas 266
mendapat kapsul vitamin A sebanyak 2 kapsul vitamin A dosis tinggi
200.000 UI. Cakupan tahunan vitamin A Bufas berturut-turut dari 2016,
2017, 2018, 2019 dan 2020 adalah sebagai berikut 94,63%; 100 %; 98,62 %,
100%dan 99,63%.
i) Anemia
i. Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang
penting karena berperan dalam tingginya angka kematian ibu, keguguran,
BBLR, pendarahan sebelum dan pada saat melahirkan dan angka kematian
bayi. Ibu hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar Hb < 11 gr%.
Gambaran anemia pada ibu hamil di UPT Puskesmas Semanu II dapat
dilihat pada grafik berikut ini.

GAMBAR 4.10
CAKUPAN ANEMIA IBU HAMIL

44
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Cakupan Anemia Ibu hamil


342 342
350

300 261 261

Prosentase 250

200

150
81 81
100

50 14 9 23 5.36 11.11 6.73


0
Jumlah bumil bumil diperiksa Anemia Cakupan (%)
Hb

Dari grafik tersebut di atas menunujukan bahwa cakupan anemia bumil


di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020 sebesar 6,73%, meningkat
disbanding tahun 2019 yang sebesar 4,64%. Sedangkan cakupan anemia
tahun 2018 sebesar 8,63%, tahun 2017 yang 9,68%. Dari tahun 2017
sampai dengan 2020 cakupan anemia masih dibawah target < 15%.
Hasil konseling pada saat ANC terpadu (food frekwensi) menunjukan
bahwa kasus anemia bumil disebabkan antara lain :
(1) Kebutuhan zat besi yang meningkat karena kehamilan
(2) Kurangnya konsumsi makanan sumber zat besi terutama yang berasal
dari hewani
(3) Kurangnya konsumsi makanan sumber zat besi dari sayuran berwarna
hijau tua
(4) Rendahnya konsumsi buah sumber vitamin C yang membantu
penyerapan Fe
(5) Konsumsi Tablet tambah darah (TTD) tidak sesuai anjuran (diminum
secara tidak teratur, cara minum TTD yang kurang tepat yaitu masih
dekat dengan waktu minum air teh/susu)
(6) Kebiasaan “wedangan” (minum air teh) pada ibu hamil
(7) Kurangnya dukungan suami/keluarga dalam minum TTD
Untuk itu perlu adanya konseling/penyuluhan gizi mengenai
pentingnya TTD bagi ibu hamil, bahan makanan sumber Fe, bagaimana
cara minum TTD yang benar, terutama pada saat kunjungan pertama
kehamilan (K1) maupun pembentukan KP ibu yang melibatkan suami
siaga.

45
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Salah satu upaya yang dilakukan puskesmas untuk mengatasi masalah


anemia pada ibu hamil di tahun 2020 adalah evaluasi pelatihan
pemberdayaan masyarakat berupa pemanfaatan pekarangan dengan
program kelorisasi di Dusun Dengok Lor. Hasil monev terhadap program
tersebut adalah selain pemanfaatan pekarangan untuk kelorisasi, warga
masyarakat juga memanfaatkan pekarangan untuk tanaman obat keluarga
(Toga). Toga yang ditanam antara lain serai bumbu, serai minyak, jahe,
kunyit, kencur, jahe wangi, temu lawak, dlingo, daun mint, papper mint,
tapak liman, krokot, daun ungu, rosella, tujuh duri, ginseng, kumis kucing,
sirih merah, sirih biasa, dan lain – lain. Keberagaman toga yang ditanam
sangat banyak, akan tetapi pembinaan dari sektor terkait belum maksimal.
ii. Anemia Pada Remaja
Remaja putri /anak sekolah dikatakan anemia apabila Hb < 12 mg/dl.
Gejala-gejala yang menyertai biasanya adalah :
(1) 5L (Letih, Lelah, Lesu, Lemah dan Lunglai)
(2) Pucat pada wajah, telapak tangan,kuku,selaput dalam kelopak mata
serta bibir
(3) Sering pusing
(4) Sering mengantuk
(5) Penglihatan berkunang-kunang
Anemia pada remaja biasanya disebabkan oleh :
(1) Makanan sehari-hari kurang mengandung zat besi
(2) Meningkatnya kebutuhan zat besi pada masapertumbuhan cepat usia
6- 18 tahun
(3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak karena menstruasi /haid yang
berlebihan
(4) Kecacingan, seperti cacing gelang dan cacing tambang
Jika dibiarkan maka akan berakibat :
(1) Remaja tidak mudah berkonsentrasi, daya tangkap menurun, prestasi
belajar rendah
(2) Daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit rendah sehingga mudah
sakit
(3) Pertumbuhan tubuh terhambat sehingga tinggi badan tidak maksimal.
Mengingat dampak yang ditimbulkan akibat anemia maka perlu
dilakukan pencegahan melalui pemberian tablet tambah darah (TTD) pada
remaja putri. TTD adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara
dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat.

46
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Hasil Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
GAMBAR 4.11
CAKUPAN REMAJA PUTRI MINUM TTD

Cakupan Remaja Putri Minum TTD

800 714 714


700
Jumlah Remaja

600 494 494


500
400
300 220 220
200 100 100 100
100
0
Jumlah remaja putri remaja putri minum Cakupan (%)
TTD

Sasaran pemberian Tablet Tambah Darah untuk tahun ini adalah


adalah remaja putri usia 12-19 tahun diwilayah puskesmas. Berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya, penentuan sasaran penerima TTD
Rematri bukan siswi SMP ataupun SMA diwilayah kerja puskesmas, tetapi
remaja putri di wilayah kalurahan Pacarejo dan Candirejo.
Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembelajaran selama masa
pandemi menggunakan system daring. TTD diberikan kepada rematri
setiap sebulan sekali untuk diminum seminggu sekali. Pemberian TTD
dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2020 terhadap
rematri di wilayah kerja UPT Puskesmas Semanu II. Monitoring terhadap
konsumsi TTD dilakukan setiap sebulan sekali oleh kader dengan bantuan
buku register minum TTD Rematri. Dari hasil monitoring ternyata TTD
tidak diminum secara rutin oleh rematri dengan berbagai alasan
diantaranya: merasa mual dan muntah ketika habis minum TTD, takut
kelebihan obat, merasa tidak perlu karena belum mengalami menstruasi
dan sebagainya.
Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi
TTD antara lain :
(1) Sosialisasi program TTD Rematri pada sasaran langsung
(2) Mengkonsumsi TTD pada malam hari menjelang tidur untuk
mengurangi mual atau gejala lainnya seperti nyeri lambung.

47
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

(3) Perlu disampaikan bahwa gejala-gejala yang timbul pada saat minum
TTD seperti mual, nyeri di daerah lambung,muntah,dan kadang-kadang
terjadi diare atau sulit buang air besar tidak berbahaya, dan tubuh akan
menyesuaikan sehingga gejala semakin berkurang seiring dengan
waktu.
(4) Mengkonsumsi TTD bersamaan dengan buah-buahan sumber vitamin
C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji) untuk meningkatkan penyerapan
zat besi.
(5) Menghindari makanan atau obat yang mengganggu penyerapan zat besi
seperti susu (tinggi kalsium dapat menurunkan penyerapan besi di
mukosa usus, teh/kopi (senyawa fitat dan tanin yang mengikat zat besi
menjadi senyawa komplek sehingga tidak dapat diserap, obat
lambung/maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga
penyerapan besi terhambat, tablet kalsium (kalk) dosis tinggi dapat
menghambat penyerapan zat besi.

j) KEK Pada Ibu Hamil


Cara mengetahui keadaan gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA
(Lingkar Lengan Atas) menggunakan Pita LILA tau meteran jahit pakaian
dengan ukuran yang sama. Bila hasil pengukuran LILA berada dibagian warna
merah < 23,5 cm berarti sangat kurus atau berisiko kekurangan energi kronis
(KEK).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan ibu dengan tanda-tanda/gejala antara lain badan
lemah dan muka pucat. Ibu hamil dinyatakan KEK apabila ukuran LILA nya <
23,5 cm.
GAMBAR 4.12
GRAFIK STATUS GIZI IBU HAMIL DIBERI PMT

48
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Grafik status gizi bumil diberi PMT


35
31
30

25
Bumil KEK dapat PMT

20
16
15
15

10
6
5 4
2
0 0 0
0
Memburuk Tetap Membaik

Dari Grafik diatas dari 37 bumil yang diberi PMT 83,78% bumil status
gizinya membaik.
k) Ibu Hamil KEK Mendapat PMT
Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) akan meningkatkan angka
kesakitan ibu dan berpengaruh terhadap kualitas bayi yang dilahirkan. Oleh
karena itu perlu segera diatasi sedini mungkin salah satunya yaitu dengan
pemberian PMT pada bumil KEK.
PMT ibu hamil adalah pemberian tambahan makanan bagi ibu hamil
disamping makanan yang dimakan sehari-hari dengan tujuan untuk
memulihkan kondisi gizi kesehatan ibu, berupa makanan yang mengandung
300-400 kalori.

l) Pemberian Tablet Fe Ibu Hamil


Suplementasi Tablet Besi dan sirup besi merupakan salah satu upaya
penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia
yang banyak dijumpai adalah anemia kekurangan besi. Suplemen tablet besi
merupakan cara yang efektif dan efisien untuk menanggulangi dan mencegah
anemia karena harga tablet besi relatif murah. Ibu hamil sebagai salah satu
kelompok yang rawan anemia perlu mengkonsumsi tablet besi sebanyak 90
tablet selama kehamilan untuk mencegah anemia.
TABEL 4.4
CAKUPAN Fe1 DAN Fe3

Jumlah Jumlah Ibu Hamil Mendapat Fe


No Desa Ibu Hamil Fe1 Fe3
N % n %

49
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

1 Pacarejo 261 261 100.00 171 65,52

2 Candirejo 81 81 100.00 60 74,07

Total 342 342 100,00 231 67,54

Dari tabel diatas menunjukan bahwa cakupan pemberian Fe1 pada ibu
hamil di Puskesmas Semanu II sudah memenuhi target yang ditetapkan.
Cakupan Fe1 100,00% (target=100%) sedangkan Fe3 belum memenuhi target
bahkan menurun dibanding cakupan tahun 2019 yaitu 74,04% sehingga perlu
ditingkatkan kerjasama dengan BPS/BPM/klinik swasta berkaitan dengan
pelaporan Fe1 dan Fe3 serta pencantuman catatan jumlah Fe yang diberikan
pada buku KIA ibu hamil.
b. Pelayanan Anak Balita
Pelayanan anak balita berusia 0- 59 bulan sesuai standar, meliputi:
1) Pelayanan kesehatan balita sehat
Pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita usia 0-11
bulan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh kembang, meliputi:
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun
b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun
d) Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun
e) Pemberian imunisasi dasar lengkap
2) Pelayanan kesehatan balita usia 12-23 bulan, meliputi
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam 6 bulan)
b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun
d) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun
e) Pemberian imunisasi lanjutan
3) Pelayanankesehatan balita usia 24-59 bulan, meliputi
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam 6 bulan)
b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun
d) Edukasi dan informasi
Cakupan Pelayanan anak balita UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
adalah sebesar 759 balita dari 938 jumlah balita yang ada, sehingga
cakupan Pelayanan Kesehatan Balita sebesar 80,90 %. (Tabel 42).

50
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

4) Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan


pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Hasil cakupan pelayanan anak balita di UPT Puskesmas Semanu II tahun
2020 belum 100% yaitu sebesar 65,63%. Hal ini disebabkan antara lain :
a) Kurangnya informasi tentang pelayanan balita
b) Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta
puskesmas
c) Balita mendapat pelayanan di luar fasyankes puskesmas
c. Pelayanan Anak pada Usia Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs)
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar meliputi:
1) Skrining kesehatan
2) Tindak lanjut hasil skrining kesehatan
Pelayanan ini dilakukan pada anak kelas 1-9 di sekolah, minimal 1 kali dalam
satu tahun ajaran dan usia 7-15 tahun di luar sekolah. Namun karena pandemi
Covid 19 skrining tahun 2020 tidak dapat dilaksanakan semua karena sekolah
tutup dan meminimalisir kontak. Skrining dilakukan menggunkan mobscreen
sehingga orangtua dapat mengisi dirumah. Namun aplikasi mobscreen tidak dapat
dikategorikan skrining sensual standard karena pemeriksaan tidak dilakukan
secara langsung. Skrining secara langsung hanya dilakukan pada kelas 1 sekolah
dasar terintegrasi dengan program imunisasi.
Pelaksanaan skrining kesehatan di UPT Puskesmas Semanu II dilaksanakan
di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP) sebanyak 18 sekolah, dengan
sasaran siswa SD/MI dari kelas I – VI dan siswa SMP dari kelas VII – IX
sebanyak 3 sekolah. Cakupan penjaringan kesehatan pada murid SD kelas 1 di
UPT Puskesmas Semanu II pada Tahun 2019 sebesar 100% baik untuk anak laki-
laki maupun anak perempuan. Selengkapnya ada di Tabel 45 di lampiran.
Skrining meliputi:
a) Penilaian status gizi
b) Penilaian tanda vital
c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut
d) Penilaian ketajaman indera
Sedangkan tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi :
a) Memberikan umpan balik hasil skrining
b) Melakukan rujukan kalau diperlukan
c) Memberikan penyuluhan kesehatan

51
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

d. Pelayanan Usia Lanjut


Setiap warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan kesehatan usia
lanjut sesuai standar. Yaitu :
1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Edukasi ini dilaksanakan di fasyankes dan/atau UKBM dan/atau kunjungan
rumah
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Skrining dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular
maupun tidak menular meliputi :
Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
a) Pengukuran tekanan darah
b) Pemeriksaan gula darah
c) Pemeriksaan gangguan mental
d) Pemeriksaan gangguan kognitif
e) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
f) Anamnesa perilaku berisiko
Tindak lanjut hasil skrining meliputi :
a) Melakukan rujukan jika diperlukan
b) Memberikan penyuluhan kesehatan
Hasil Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di UPT Puskesmas Semanu II
tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun 2019 yaitu sebanyak 9% dari 6 %.
Artinya, dari 6.143 usia lanjut yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar sebanyak 583 orang (tabel 49 lampiran). Cakupan yang rendah ini
disebabkan beberapa hal, antara lain :
1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan kesehatan usia lanjut
2) Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan jejaring puskesmas seperti
yankes swasta ke Puskesmas Semanu II
3) Adanya usia lanjut yang mendapat pelayanan diluar wilayah kerja Puskesmas
Semanu II
4) Terbatasnya biaya
5) Ketersediaan sumber daya terbatasnya (SDM, Reagen laboratorium)
6) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat yang salah satunya disebabkan
faktor sosial budaya
7) Adanya mortalitas/kematian usia lanjut
8) Adanya pandemi Covid 19 sehingga mengumpulkan massa tidak
diperbolehkan, sedangkan lansia adalah orang dengan resiko tinggi.

52
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

B. Imunisasi
Sasaran program imunisasi meliputi bayi, anak sekolah dan ibu hamil serta calon
pengantin. Sebagai sasaran utama adalah bayi dengan indikator Desa dengan UCI
(Universal Child Imunization) merupakan target yang akan dicapai dalam Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Desa UCI adalah desa dengan cakupan
imunisasi dasar > 97%. Imunisasi dasar terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak dan Hepatisis B dengan sasaran utama adalah bayi. Cakupan imunisasi dasar
lengkap tahun 2020 telah mencapai 100%. Artinya, semua bayi (Surviving Infant) di
wilayah UPT Puskesmas Semanu II telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yaitu
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatisis B. Angka tersebut sama dengan
cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2019 lalu. Selain itu, cakupan Desa dengan
UCI di UPT Puskesmas Semanu II pada tahun 2020 juga telah mencapai 100% sesuai
Tabel 37 pada lampiran.

C. Pemberantasan Penyakit
1. Pemberantasan Penyakit Menular
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus Demam Berdarah di UPT Puskesmas Semanu II pada tahun
2020 adalah 65 kasus. Jumlah kasus ini meningkat jika dibandingkan dengan
tahun 2019 yang hanya 22 kasus. Kegiatan PSN telah digalakkan baik melalui
pertemuan kader ataupun penyuluhan langsung kepada sasaran masyarakat.
Juga siaran keliling setiap hari Jum’at mulai dilaksanakan kembali pada akhir
tahun 2019 lalu. Akan tetapi, kegiatan pematauan jentik belum dapat
dilaksanakan dengan maksimal. Sosialisai Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
(G1R1J) telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir, tetapi pemantauan jentik
dan pelaporan hasil pemantauan tidak terlaporkan secara rutin ke Puskesmas.
Sebagai tindak lanjut terhadap adanya kasus DBD adalah dengan
melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Kegiatan tersebut
dilaksanakan di rumah penderita dan sekitar rumah penderita untuk mengetahui
apakah terjadi penularan atau tidak. Tetapi kegiatan PE tersebut beberapa
terkendala dengan keterlambatan KDRS sampai di Puskesmas. Selain itu,
meningkatnya kasus menyebabkan keterbatasan personil dalam melaksanakan
PE sehingga dibantu oleh petugas lain.
Peningkatan kasus maupun penurunan kasus mengindikasikan adanya
peran dari terdapatnya vektor (nyamuk aedes aegypti), dan virus penyebab
penyakit DBD (virus Dengue) serta perilaku masyarakat yang tidak sehat atau
mungkin juga pemberantasan sarang nyamuk yang kurang berhasil. Pola

53
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

penyakit yang tidak menentu ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
Penyelidikan Epidemiologi (PE) lebih lanjut.
Kasus DBD sangat erat kaitannya dengan curah hujan. Selain itu, masalah
lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi, serta kepadatan penduduk juga
sangat berperan dalam proses penularan penyakit Demam Berdarah.
b. Malaria
Pada Tahun 2020 sesuai Tabel 66 lampiran profil selama beberapa tahun
terakhir di UPT Puskesmas Semanu II tidak ditemukan kasus baru penyakit
Malaria. Walaupun tidak ditemukan kasus Malaria, namun kegiatan surveilans
penyakit menular tetap dilaksanakan, karena mobilitas penduduk yang berasal
dari daerah kasus Malaria maupun tempat perindukan nyamuk Malaria masih
memungkinkan timbulnya kasus baru.
c. Kusta
Tidak ditemukan kasus baru penyakit Kusta pada tahun 2020 sesuai pada
lampiran Tabel 57. Pada tahun 2019 tercatat 2 kasus Kusta (akumulasi tahun
2018 dan 2019) di UPT Puskesmas Semanu II, yang keduanya merupakan
Kusta Basah. Akan tetapi, pada akhir tahun 2019 kedua kasus tersebut telah
selesai pengobatan dan dinyatakan sembuh.
d. TBC-Paru
Penanggulangan penyakit TBC di UPT Puskesmas Semanu II
dilaksanakan dengan berbagai program yang melibatkan fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah, fasilitas kesehatan swasta dan masyarakat umum.
Prioritas program TBC-paru adalah pada golongan umur >15 tahun dengan
hasil pemeriksaan laboratorium dahak dengan BTA (+). Namun demikian, bila
ditemukan kasus TB pada anak tetap harus ditangani.
Case Detection Rate (CDR) atau Angka Penemuan Kasus merupakan
persentase jumlah pasien baru BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibanding
jumlah pasien baru BTA (+) yang diperkirakan di suatu wilayah. Sesuai Tabel
51 dan 52 di lampiran profil, pada tahun 2020 dari target penderita klinis TBC
yang diperiksa dahaknya, telah ditemukan kasus baru TB BTA+ sejumlah 1
kasus. Kasus baru yang didapatkan tersebut berasal dari 56 suspek yang
diperiksa. Dengan demikian jumlah kasus TB yang masih dalam pengobatan
seluruhnya adalah 7 kasus.
Pelayanan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali dalam setahun
yaitu pemeriksaan gejala dan tanda. Sedangkan pemeriksaan penunjang adalah
pemeriksaan dahak dan/atau bakteriologis dan/atau radiologis. Hasil

54
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

pemeriksaan terhadap 56 suspek menunjukkan hasil 1 suspek dinyatakan


BTA+.
Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TB dengan BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan. Atau hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan lanjutan (2
bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan) diperiksa dahaknya bila
negatif dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa dahaknya maka
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka kesembuhan yang baik adalah
bila >85 %. Pada tahun 2020 diperoleh angka kesembuhan pengobatan
penderita TB sebesar 80 %. Angka kesembuhan tersebut merupakan angka
kesembuhan dari kasus pada tahun 2019 yang telah selesai pengobatan.
Sedangkan kasus baru 2020 masih dalam proses pengobatan, karena kasus
tersebut ditemukan pada akhir tahun 2020. Dari 5 kasus TBC yang diobati ada
1 kasus yang tidak selesai pengobati karena pasien berkeja di luar kota.
Keteraturan minum obat pada penderita TB sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan penyakit TBC. Sehingga peran Pendamping Minum
Obat (PMO) sangat penting dan diperlukan.
e. Penyakit HIV-AIDS
Penyakit HIV-AIDS di wilayah UPT Puskesmas Semanu II merupakan
penyakit yg sulit untuk dilakukan pendataan. Hal itu dapat terjadi karena
identitas penderita HIV AIDS dirahasiakan, dan pengobatanya langsung ke
Rumah Sakit. Serta pemantauannya dilakukan oleh LSM. Akan tetapi program
surveilans mencatat terdapat 7 kasus HIV dan 2 kasus AIDS di UPT
Puskesmas Semanu II (Tabel 54 dan 55 lampiran profil).
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit HIV-
AIDS ini UPT Puskesmas Semanu II melalui dana DAK/BOK melakukan
Edukasi perilaku beresiko seperti sosialisasi/penyuluhan HIV AIDS baik di
sekolah-sekolah, maupun di pertemuan organisasi masyarakat di wilayah kerja,
dan juga skrining/ pemeriksaan HIV yang dilakukan pada orang dengan risiko
terinfeksi virus HIV yaitu: ibu hamil saat ANC terpadu, pasien TBC yaitu
pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan sedang mendapat pelayanan terkait
TBC, pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), para pekerja maupun pengunjung
tempat wisata.
f. PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi)
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang dilaksanakan di
Puskesmas dapat dilihat pada tabel 62 di lampiran profil, antara lain: Diptheri,

55
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Portusis, Tetanus Neonatorum (3), Campak (4), Hepatitis B dan Polio. Pada
tahun 2020 tidak ditemukan kasus PD3I.
2. Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan di beberapa tahun
terakhir dikarenakan pola hidup yang kurang sehat. Penyakit tidak menular pada
tahun 2020 diantaranya adalah : Hipertensi Primer, nyeri sendi, Dermatitis kontak
alergi, Nekrosis pulpa, Gastritis, Faringitis akut, Reumatisme, Diabetes Melitus,
Laringofaringitis akut, dan lain-lain.
a. Hipertensi
Setiap penderita hipertensi usia 15 tahun keatas harus mendapatkan
pelayanan sesuai standar, yaitu pengukuran dan monitoring tekanan darah,
edukasi, dan terapi farmakologi. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal
satu kali dalam satu bulan di fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan
edukasi yaitu mengenai perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat.
Kunjungan pasien atau penderita hipertensi di UPT Puskesmas Semanu II
pada tahun 2020 adalah sebesar 1.005 penderita. Angka tersebut merupakan
jumlah tertinggi penyakit tidak menular di UPT Puskesmas Semanu II pada
tahun 2020.
b. Diabetes Melitus
Kasus diabetes melitus di UPT Puskesmas Semanu II termasuk 10 besar
penyakit (urutan 2) dengan jumlah kasus pada tahun 2020 adalah sebanyak 56
kasus. Semua penderita DM usia diatas 15 tahun perlu diberikan pelayanan
standar sebagai pencegahan sekunder yang meliputi :
1) Pengukuran gula darah yang dilakukan minimal satu kali sebulan di
fasyankes
2) Edukasi perubahan pelayanan kesehatan dan/atau Nutrisi
3) Melakukan rujukan jika diperlukan
4) Terapi farmakologi
Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan prolanis yang
merupakan pemberian pelayanan bagi penderita hipertensi dan diabetes
mellitus. Kegiatan prolanis ini rutin dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
c. Gastritis
Gastritis adalah peradangan, iritasi, atau erosi pada lapisan lambung. Gastritis
bisa bersifat aku (mendadak) atau bisa menjadi kronis (menahun). Gejalanya
meliputi :
1. Gangguan pencernaan, rasa sakit seperti terbakar di perut bagian atas /ulu
hati

56
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

2. Mual muntah
3. Nyeri perut bagian atas
Jumlah kasus gastritis sepanjang tahun 2020 di UPT Puskesmas Semanu II
adalah sebanyak 205 kasus dan menduduki peringkat ke sepuluh dari sepuluh
besar penyakit. Gaya hidup dan perilaku hidup sehat akan membantu penderita
gastritis kambuh kembali.
d. Gangguan sendi
Persendian merupakan hal yang penting dalam fungsi gerak. Seiring
dengan bertambahnya usia, resiko untuk mengalami gangguan pada
persendian/arthritis pun semakin meningkat. Gangguan dapat ditandai dengan
nyeri, bengkak, dan peradangan pada bagian-bagian tubuh tertentu. Gangguan
sendi dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain genetik, pola makan, dan
lain-lain.
Kasus gangguan sendi di UPT Puskesmas Semanu II menduduki peringkat
lima dari sepuluh besar penyakit, dengan jumlah kasus di tahun 2020 adalah
sebanyak 553 kasus. Gaya hidup masyarakat terutama dalam hal pemilihan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari harus lebih diperhatikan lagi, demi
menekan meningkatnya kasus gangguan sendi. Selain itu pekerjaan masyarakat
berpengaruh terhadap gangguan sendi yang sebagian besar masyarakat
berprofesi sebagai buruh dan bertani.
e. Pelayanan kesehatan Penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Penyakit tidak menular lain yang harus diwaspadai dan jumlah penderita
semakin terlihat mencolok adalah gangguan jiwa. Untuk mencegah terjadinya
gangguan jiwa perlu deteksi dini keswa yang dilakukan baik oleh petugas
kesehatan maupun oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat
sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia meliputi:
1) Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi pemeriksaan status mental dan
wawancara
2) Edukasi kepatuhan minum obat
3) Melakukan rujukan jika diperlukan
Permasalahan yang ada dan perlu penyelesaian dari semua sektor terkait
adalah ODGJ yang berkeliaran di jalan, menjadi tanggungjawab bersama
antara Kepolisian, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial.
3. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2020 terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks dan Covid - 19,
dengan penderita kasus antraks 1 orang dari desa Candirejo. Kejadian tersebut
terjadi pada tanggal 15 Januari 2020. Sedangkan kasus Covid – 19 dengan

57
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

penderita 43 orang positif, sampai saat ini kasus positif Covid - 19 masih
bertambah.

D. Penyehatan Lingkungan
1. Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Sumber air minum komunal di UPT Puskesmas Semanu II terdiri dari sumur
bor, Spamdus, PDAM, dan Depot Air Minum. Berdasar hasil kegiatan kesehatan
lingkungan pada tahun 2020, sarana air minum komunal yang dilakukan
pengawasan adalah sebagaimana Tabel 4.5 berikut.

TABEL 4.5
SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN PENGAWASAN

No Jenis Sumber Air Jumlah Jumlah Sarana Jumlah Sarana Jumlah


Minum Sarana dengan Resiko yang diambil sarana yang
Rendah + Sedang sampel Memenuhi
Syarat
1 Sumur Bor 3 1 1 1
2 PDAM 1 0 - -
3 Spamdus 1 0 - -
4 Depot Air Minum 2 2 1 0
Sumber : Program Kesling UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
Tabel di atas merupakan sumber air yang digunakan penduduk di wilayah
UPT Puskesmas Semanu II. Sumber air minum yang dilakukan pengawasan
adalah sumber air minum komunal atau sumber air minum yang digunakan oleh
mayoritas penduduk. Hasil kegiatan Kesehatan Lingkungan tahun 2020
menunjukkan bahwa dari 7 sarana air minum komunal, 42,9% sarana memiliki
resiko sedang. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan sarana yang kurang
memadai, seperti tidak adanya tempat sampah, dan kurangnya kebersihan
lingkungan di sekitar sarana. Akan tetapi, seluruh masyarakat di wilayah UPT
Puskesmas Semanu II telah memiliki akses terhadap sarana air bersih, baik
sumber air bersih komunal maupun non komunal.
Dari 7 sarana air minum komunal yang ada, belum seluruhnya dilakukan
pengambilan sampel untuk diperiksa kualitasnya di laboratorium. Hal tersebut
disebabkan oleh belum adanya anggaran Puskesmas untuk biaya pemeriksaan
kualitas air minum komunal. Anggaran yang ada baru digunakan untuk
pemeriksaan kualitas air minum pada balita stunting. Rencana tindak lanjut yang
akan dilakukan adalah perlunya menganggarkan biaya pemeriksaan kualitas air

58
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

minum komunal, serta meningkatkan komunikasi dengan Dinas Kesehatan


setempat mengenai penganggaran biaya pemeriksaan air.
Sarana air minum komunal di wilayah UPT Puskesmas Semanu II yang
dilakukan pemeriksaan air baru 2 sarana, yaitu 1 sumur bor dan 1 Depot Air
Minum (DAM). Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa kualitas air
minum pada sumur bor memenuhi syarat kesehatan, sedangkan Depot Air
Minum (DAM) tidak memenuhi syarat kesehatan. Faktor yang menyebabkan
DAM tidak memenuhi syarat kesehatan adalah belum dilaksanakannya
penggantian filter secara rutin minimal 1 bulan sekali. Tindak lanjut yang telah
dilakukan adalah pembinaan terhadap pemilik Depot Air Minum (DAM),
kemudian direncanakan pengambilan sampel ulang pada semester atau tahun
yang akan datang untuk memantau kualitas DAM tersebut telah memenuhi
syarat kesehatan atau belum.
2. Jamban Sehat
Sanitasi dasar berkaitan dengan kepemilikan jamban keluarga, kepemilikan
saluran pembuangan air limbah, tempat sampah maupun penggunaan air bersih.
Jenis kepemilikan jamban keluarga di UPT Puskesmas Semanu II terdiri dari
Jamban Sehat Permanen (JSP), Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP), dan
Sharing. Jamban Sehat Permanen meliputi jamban leher angsa dan jamban duduk.
Jamban Sehat Semi Permanen meliputi jamban plengsengan dan jamban
cemplung. Sedangkan sharing merupakan jamban yang digunakan bersama-sama
atau bisa disebut dengan komunal. Jenis jamban yang sesuai dengan persyaratan
kesehatan lingkungan adalah jenis jamban yang tertutup, kedap air, terdapat septic
tank dan sumur resapan, atau yang disebut dengan Jamban Sehat Permanen (JSP).
Kepemilikan jamban yang sehat berpengaruh terhadap status kesehatan
keluarga. Karena penyakit menular berbasis lingkungan salah satunya dipengaruhi
oleh tercemarnya air, makanan, dan air bersih yang disebabkan oleh pencemar
tinja. Kepemilikan jamban sehat juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kasus balita/bayi pendek (stunting). Jenis jamban yang digunakan
oleh penduduk di wilayah UPT Puskesmas Semanu II dapat dilihat pada tabel 61
lampiran profil dan grafik di bawah ini :

GAMBAR 4.13
GRAFIK AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK (JAMBAN SEHAT)

59
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Persentase KK dengan Akses terhadap Sanitasi


Layak (Jamban Sehat) di UPT Puskesmas Semanu
II tahun 2020
13%
3%
Sharing
JSSP
JSP

84%

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jenis jamban yang dimiliki
penduduk di UPT Puskesmas Semanu II adalah 84% Jamban Sehat Permanen
(JSP). Dan dari 7400 KK di wilayah UPT Puskesmas Semanu II tersebut, 3% KK
masih memiliki akses terhadap Jamban Sehat Semi Permanen (JSPP) dan 13%
masih menggunakan jamban secara bersama (sharing). Akan tetapi, jenis jamban
yang digunakan secara bersama tersebut adalah jenis Jamban Sehat Permanen
berupa jamban leher angsa.
Upaya yang dilakukan oleh UPT Puskesmas Semanu II untuk meningkatkan
cakupan jamban sehat adalah dengan Pemicuan STBM yang salah satu pilarnya
adalah mengenai jamban. Pemicuan STBM ini telah dan akan dilaksanakan setiap
tahun sampai target Desa Ber-STBM dapat tercapai.
3. Desa STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang
dilakukan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. STBM
terdiri terdiri dari 5 pilar, yaitu stop buang air besar sembarangan (Stop BABS),
cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan makanan dan minuman,
pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga.
Wilayah UPT Puskesmas Semanu II terdiri dari 2 desa/kalurahan, yaitu
Kalurahan Pacarejo dan Candirejo. Kedua kalurahan ini telah sukses
melaksanakan dan mendapatkan predikat Desa Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS). Akan tetapi, dari 2 desa tersebut belum ada Desa STBM.
Desa STBM merupakan desa yang telah melaksanakan 5 pilar STBM di semua
padukuhan dan telah melaksanakan Deklarasi 5 Pilar STBM.
Di wilayah UPT Puskesmas Semanu II, jumlah padukuhan pada masing-
masing desa tergolong sangat banyak. Desa Pacarejo terdiri dari 28 padukuhan,

60
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

dan Desa Candirejo terdiri dari 20 padukuhan. Hal tersebut adalah salah satu
penyebab belum tercapainya Desa STBM, karena untuk mencapai Desa STBM,
semua padukuhan pada masing-masing desa harus melalui tahap Pemicuan,
Verifikasi, baru kemudian Deklarasi tingkat desa.
Upaya yang telah dilakukan UPT Puskesmas Semanu 2 untuk percepatan
Desa STBM adalah dengan melaksanakan pemicuan STBM setiap tahun, dengan
sasaran 2 padukuhan setiap pemicuan. Dengan langkah tersebut, diharapkan
semua padukuhan di wilayah UPT Puskesmas Semanu 2 dapat dengan cepat
tersasar Pemicuan dan Verifikas 5 Pilar STBM, serta Deklarasi Tingkat Desa.
4. Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat-tempat umum yang sehat merupakan salah satu indikator dasar dari
program kesehatan lingkungan. Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
berdasar data yang peroleh dari Puskesmas disajikan pada tabel 75 lampiran
profil.

GAMBAR 4.14
GRAFIK TEMPAT-TEMPAT UMUM YANG MEMENUHI SYARAT
KESEHATAN

Tempat-Tempat Umum yang Memenuhi Syarat


Kesehatan
di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
80
70 72
(100%)
60
50
51
40 (100%)

30
20
10 13
(81,3%)
0
Jumlah TTU Sarana Pendidikan Sarana 1Kesehatan
(100%) Tempat Ibadah

Tempat-tempat umum terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan,


tempat ibadah, dan pasar. Sarana pendidikan di UPT Puskesmas Semanu II terdiri
dari 16 SD/MI dan 3 SMP. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa, 81,3% sarana
pendidikan yang ada telah memenuhi syarat kesehatan. Sebanyak 18,7% sarana
pendidikan yang tidak memenuhi syarat kesehatan disebabkan oleh tidak
tersedianya faslitas sanitasi yang lengkap dan memadai seperti sarana cuci tangan,

61
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

tempat sampah dengan jumlah yang cukup, sarana pembuangan air limbah, tempat
pembuangan sampah sementara (TPS), dan kamar mandi/toilet yang bersih serta
jumlahnya cukup.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan capaian sarana pendidikan
yang memenuhi syarat kesehatan adalah dengan melaksanakan pemantauan dan
pembinaan berkala terhadap sarana pendidikan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan).
Dengan melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan secara berkala maka akan
diketahui kondisi kesehatan lingkungan sarana pendidikan tersebut, dan jika
terdapat kekurangan dapat segera direkomendasikan kepada sekolah untuk
dilakukan perbaikan.
Tempat-tempat Umum (TTU) lain yang terdapat di wilayah UPT Puskesmas
Semanu II adalah sarana kesehatan berupa Puskesmas dan tempat ibadah. Untuk
TTU jenis pasar, di wilayah UPT Puskesmas Semanu II tidak terdapat pasar yang
besar dan buka setiap hari. Dari 1 sarana kesehatan dan 51 tempat ibadah,
seluruhnya memenuhi syarat kesehatan. Akan tetapi perlu upaya untuk
mempertahankan pencapaian tersebut, yaitu dengan melaksanakan pemantauan
dan pembinaan secara berkala pada sarana tersebut. Dengan dilaksanakannya
upaya tersebut, diharapkan sarana kesehatan dan tempat ibadah dapat
memepertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungannya sehingga
selalu dapat memenuhi syarat kesehatan. Karena dengan adanya TTU yang
memenuhi syarat kesehatan maka akan berpengaruh juga terhadap kesehatan
masyarakat pengguna TTU tersebut.
5. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang Memenuhi Syarat
Tempat Pengelolaan makanan (TPM) terdiri dari jasa boga, rumah makan
atau restoran, depot air minum (DAM), serta makanan jajanan / kantin / sentra
makanan jajanan. TPM di wilayah UPT Puskesmas Semanu II yang dipantau dan
dibina meliputi 5 jasa boga, 2 Depot Air Minum, dan 9 makanan jajanan.

GAMBAR 4.15
GRAFIK TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) YANG
MEMENUHI SYARAT

62
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang Memenuhi


Syarat
di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
18
100%
16
14
12
10
8
66,7%
6 100%
4
100%
2
0
Jumlah TPM Jasa Boga DAM Makjan

Grafik diatas menunjukkan bahwa dari 16 TPM yang ada, jenis TPM jasa
boga dan Depot Air Minum (DAM) seluruhnya memenuhi syarat kesehatan. Akan
tetapi, TPM jenis makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan hanya
sebesar 66,7%. Faktor yang menyebabkan 33,3% TPM makanan jajanan tidak
memenuhi syarat adalah tidak tersedianya fasilitas sanitasi seperti tempat cuci
tangan, tempat sampah, dan SPAL. Selain itu, perilaku penjamah makanan juga
kurang tepat, seperti tidak menutup makanan yang sudah siap saji dan tidak
menggunakan alat pelindung diri seperti penutup kepala, sarung tangan plastik,
dan celemek. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan capaian TPM yang
memenuhi syarat kesehatan adalah dengan Inseksi Kesehatan Lingkungan dan
peningkatan kapasitas pengelola TPM.

E. Pelayanan Farmasi
Upaya pengobatan sebagai pelayanan penunjang kesehatan didalamnya terdapat
perlayanan kefarmasian yang meliputi permintaan, pengadaan, penyimpanan,
pemakaian dan distribusi obat, serta pemusnahan obat kadaluwarsa. Dalam hal
kecukupan obat di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) menurut jenisnya prioritas
utama adalah memenuhi obat essensial, termasuk didalamnya obat program, dan obat
generik.

63
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

F. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
a. Akses Pelayanan Kesehatan Bagi Gakin
Pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Semanu II bisa diakses oleh
masyarakat miskin maupun non miskin yang bertempat tinggal di wilayah UPT
Puskesmas Semanu II maupun di berbagai wilayah sekitar UPT Puskesmas
Semanu II / daerah perbatasan.
b. Kunjungan Puskesmas
Kunjungan rawat jalan Puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif.
Kunjungan aktif dilakukan Puskesmas melalui kegiatan Puskesmas Keliling
yang biasanya dipadukan dengan kunjungan ke Posyandu Balita, Posyandu
Usila, atau di Posbindu. Kunjungan pasien rawat jalan di UPT Puskesmas
Semanu II pada tahun 2020 adalah 7.948 kunjungan menurun dari tahun 2019
dikarenakan pandemi.
c. Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan merupakan hal pokok yang menentukan kepuasan pelanggan.
Pelanggan di Puskesmas meliputi pelanggan internal (kayawan Puskesmas) dan
pelanggan eksternal (masyarakat). Mutu pelayanan di evaluasi setiap semester
dengan survey kepuasan pelanggan dan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM).
Hasil survey pada tahun 2020 menunjukkan bahwa masyarakat atau pelanggan
menyatakan Puas dengan pelayanan yang diberikan oleh UPT Puskesmas
Semanu II.

64
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan merupakan input bagi berlangsungnya sistem pelayanan
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi : fasilitas kesehatan yang dimiliki
pemerintah, fasilitas kesehatan bersumberdaya masyarakat dan fasilitas kesehatan
swasta.
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar di UPT Puskesmas Semanu II adalah 1 (satu)
puskesmas induk, 2 (dua) Puskesmas Pembantu, 3 (tiga) poskesdes.
Selain fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, di wilayah UPT Puskesmas
Semanu II juga terdapat fasilitas pelayanan kesehatan swasta yang meliputi : Klinik
Pratama dan Bidan Praktek swasta (BPS). Sedangkan fasilitas kesehatan yang
bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu balita ada 48 Posyandu, 7 Posbindu dan
9 posyandu Lansia, 1 Posyandu Remaja.

B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah tenaga yang bekerja di instansi kesehatan pemerintah
dan berlatar belakang pendidikan kesehatan. Pemenuhan tenaga kesehatan menjadi
agenda dalam upaya pencapaian target-target program pembangunan kesehatan seperti
yang tercantum dalam target RPJM maupun target SPM Bidang Kesehatan dan target
program maupun kegiatan.
Tenaga kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Semanu II terdiri dari 2 orang
Dokter Umum, 1 orang dokter gigi, 5 orang Bidan, 6 orang Perawat, 1 orang Analis
Kesehatan, 1 orang Nutrisionis, 1 orang Sanitarian, 1 orang Apoteker, 1 orang Asisten
Apoteker (THL), 1 orang Promotor Kesehatan (THL), 1 orang asisten Apoteker
(THL), dan 1 orang perekam medis (THL).
Paramedis terdiri dari paramedis keperawatan dan non keperawatan. Paramedis
keperawatan meliputi bidan dan perawat, sedangkan paramedis non keperawatan
meliputi tenaga gizi/nutrisionis, sanitarian, laboran, farmasi, dan promkes.

C. Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan yang bersumber dari pemerintah di UPT Puskesmas Semanu II tahun
2020 adalah 78,87% berasal dari dana alokasi umum / DAU Rp. 744.799.081,-
(60,34%) dan dari DAK Non Fisik Rp. 489.357.000,- (39,65%) .

65
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

D. Sumber Daya Kesehatan Lainnya


1. Posyandu
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan bisa kita lihat antara lain dari
kegiatan Posyandu. Posyandu yang ada di masyarakat adalah posyandu balita dan
posyandu lansia. Kegiatan posyandu yang banyak dilakukan di masyarakat adalah
penimbangan balita yang didukung dengan program peningkatan gizi berupa
pemberian makanan tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada balita
banyak ditemukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu. Selain itu kegiatan
pemberian Vitamin A juga banyak disalurkan melalui posyandu.
Jumlah posyandu balita aktif yang terdaftar di UPT Puskesmas Semanu II
adalah 48 posyandu. Strata Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu
Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Tingkatan perkembangan
posyandu yang menjadi harapan adalah tingkat Purnama dan Mandiri.
Dari 48 posyandu di wilayah puskesmas Semanu II, 60,4 % merupakan
posyandu purnama dan sekitar 16,7% atau 8 posyandu sudah pada tingkatan
mandiri. Cakupan kegiatan Posyandu telah mencapai > 50 % (KIA, KB, Imunisasi,
cakupan D/S). Selain itu masih ada indikator tambahan lain yaitu adanya program
tambahan dan dana sehat. Data selengkapnya dapat dilihat tabel 10 lampiran profil.
2. Desa Siaga
Cakupan Desa Siaga aktif di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020 telah
mencapai 100 %. Artinya, 2 desa di wilayah UPT Puskesmas Semanu II telah aktif
dalam Desa Siaga dengan strata Purnama untuk Desa Pacarejo dan Madya untuk
Desa Candirejo.

66
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

BAB VI
KESIMPULAN

1. Kondisi Umum Daerah


UPT Puskesmas Semanu II merupakan daerah dataran dan pegunungan yang berbukit-
bukit dengan luas wilayah hampir setengah dari luas Kecamatan Semanu. Secara
administratif wilayah UPT Puskesmas Semanu II terbagi menjadi 2 desa. Mata
pencaharian penduduk yang sebagian besar adalah petani yang mengandalkan
pengolahan tanah pertanian dengan air hujan.
2. Angka Kematian ibu dan bayi
Ada 3 kasus kematian neonatal UPT Puskesmas Semanu II.
3. Angka Kesakitan
Dominasi penyakit yang terjangkit pada penduduk wilayah UPT Puskesmas Semanu II
adalah Essential (Primary) Hypertention, Non- Insulin Dependent Diabetus Millitus
without complication, dan Necrosis of Pulp.
4. Status Gizi
Persentase stunting pada bayi mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya yaitu
dari 29,67% pada tahun 2019 dan meningkat menjadi 22,47% pada tahun 2020 (batas
target <20%). Sedangkan persentase stunting pada balita mengalami penurunan dari
15,03 % pada tahun 2019 dan menurun menjadi 18,90 % pada tahun 2020.
5. Upaya Kesehatan Anak
Cakupan bayi 0-6 bulan diberi ASI ekslusif pada tahun 2020 adalah 72,63 % dan
cakupan Pelayanan Kesehatan Balita sebesar 80,90 %.
6. Imunisasi
Cakupan imunisasi dasar di UPT Puskesmas Semanu II pada tahun 2020 yaitu 100%.
Juga cakupan Desa UCI (Universal Child Imunization) mencapai angka 100% .
7. Pelayanan Pengobatan/perawatan
Angka kunjungan rawat jalan di dominasi oleh pasien miskin yang ditanggung oleh
jaminan kesehatan (KIS).
8. Pemberantasan Penyakit
Penyakit menular yang dipantau intensif di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
meliputi : DBD, Diare, TBC Paru, HIV-AIDS, ISPA khususnya Pneumonia, dan
Coronarius Virus 2019. Untuk penyakit menular yang lain tidak ada kasus.

9. Penyehatan Lingkungan
Pengawasan terhadap sarana air minum komunal dilaksanakan pada 7 sarana yaitu
PDAM, sumur bor, dan depot air minum. Akses masyarakat di UPT Puskesmas

67
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

Semanu 2 terhadap sanitasi yang layak berupa jamban sehat telah mencapai 84% untuk
jenis JSP, 3% JSSP, dan 13% sharing. Pengawasan kesehatan lingkungan juga
dilaksanakan terhadap tempat – tempat umum (TTU) dan tempat pengelolan makanan
(TPM). Hasilnya 95,8 % TTU memenuhi syarat kesehatan dan 81,3% TPM memenuhi
syarat kesehatan.
10. Perbaikan Gizi Masyarakat
Cakupan pemberian Vit A pada Balita di UPT Puskesmas Semanu II tahun 2020
menunjukkan angka 100% dan pemberian Fe 3 pada ibu hamil sebesar 67,54%.
11. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi berupa obat dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas
Semanu II sudah tercukupi termasuk APD dalam menangani pandemic Covid 19.
12. Akses dan Mutu Pelayanan
Akses pelayanan kesehatan dari segi biaya untuk penduduk di wilayah UPT Puskesmas
Semanu II tahun 2020 bisa difasilitasi dari BPJS.
13. Sumberdaya Kesehatan
Sumberdaya kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana prasarana dan
dana. Kebutuhan tenaga perekam medis, tenaga promkes dan Asisten Apoteker
dipenuhi dengan mempekerjakan THL yang menggunakan anggaran BLUD dan DAK
non fisik.

68
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

LAMPIRAN

69
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Semanu II Tahun 2021

70

Anda mungkin juga menyukai