K6 Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Ke Provinsi Lampung 7 9 Februari 2020 1597808004

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIKASI DI LAMPUNG


PT BUKIT ASAM TBK
PADA MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2019-2020
7 - 9 Februari 2020

I. PENDAHULUAN

A. Dasar

Pasal 67 dan 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis


Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), sebagaimana diubah terkahir kali
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MD3, diatur bahwa DPR RI memilki
3 (tiga) fungsi, yakni Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan.
Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut, dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan
kunjungan kerja, baik di dalam maupun ke luar negeri, sebagaimana diatur dalam
Pasal 98 UU MD3.

B. Maksud dan Tujuan

Kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI bertujuan untuk meninjau perkembangan


PT Bukit Asam Tbk sebagai salah satu BUMN yang bergerak di bidang
pertambangan. Perusahaan dan entitas anaknya (bersama-sama disebut “Kelompok
Usaha”) bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan
dan perdagangan, pengelolaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk
keperluan sendirimaupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap
baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi
dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan
batubara beserta hasil olahannya, bidang pengembangan perkebunan, dan bidang
pelayanan kesehatan.
C. Sasaran dan Obyek Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI

Sasaran dari kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke PT Bukit Asam Tbk ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bisnis terkait rencana operasi
perusahaan, laporan keuangan terakhir dan konstribusinya bagi pendapatan
pemerintah serta peranannya bagi prekonomian daerah, perekonomian masyarakat
serta CSR bagi pemberdayaan masyarakat. Sehingga segenap program dan
kebijakan yang telah ditetapkan mitra Komisi VI DPR RI akan dapat lebih mencapai
sasaran serta memberi kontribusi bagi peningkatan daya saing industri dan
perekonomian nasional.

D. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke


Provinsi Lampung

Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI, yakni :

NO NO. ANGGOTA N A M A KETERANGAN


1. A-189 ARIA BIMA PIMPINAN/F.PDIP
2. A-196 ADISATRYA SURYO SULISTO F.PDIP
3. A-181 Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc. F.PDIP
4. A-251 Ir. DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, MA. F.PDIP
5. A-348 TRIFENA M. TINAL, B.Sc. F.PG
6. A-135 HENDRIK LEWERISSA, SH., LLM. F.GERINDRA
7. A-357 Hj. PERCHA LEANPURI, B.Bus., M.B.A. F.NASDEM
8. A-11 TOMMY KURNIAWAN F.PKB
9. A-25 SITI MUKAROMAH, S.Ag., MAP. F.PKB
10. A-536 Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI F.PD
11. A-563 PUTU SUPADMA RUDANA F.PD
12. A-409 RAFLI F.PKS
13. A-481 H. NASRIL BAHAR, S.E. F.PAN
14. A-493 EKO HENDRO PURNOMO, S.Sos. F.PAN

II. Hasil Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI di PT Bukit Asam Tbk

A. Temuan Lapangan
1. Eksplorasi batubara sudah dimulai oleh kongsi dagang bernama Lematang
Maatschappij. 1895 Ir. Ziegler: penyelidikan di sekitar Sungai Lematang
dimulai. 1915 Eksplorasi dilakukan oleh Ir. Manhaart dengan produksi sekitar
9.765 ton pada 1917 dan 50.312 ton pada1918. 1916 - 1918 Lematang
Maatschappij diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Namanya berganti
dengan Bukit Asam Mijnbouw (BAM). 1919 Tambang Air Laya mulai
menggunakan metode penambangan bawah tanah. 1923 - 1940 Produksi
untuk komersial dengan menggunakan metode penambangan open pit
mining. 1938 2 Maret 1981 PN TABA berubah menjadi PT Tambang Batubara
Bukit Asam (PTBA) 1981 Ditetapkan menjadi Perusahaan Negara (PN)

2
dengan nama PN Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA) 1950 Tambang
Batubara Tertua dan Berpengalaman di Indonesia

2. Total Sumber Daya Batu Bara sebesar 8, 17 Milyar Ton sedangkan total
cadangan tertambang 3, 25 milyar ton dengan lokasi operasi yaitu :
a. Pelabuhan Teluk Bayur, kemampulaluan dengan kapasitas 2,5 juta ton
pertahun
b. Dermaga Kertapati, kemampulaluan dengan kapasitas 5 juta ton per tahun
c. Pelabuhan Tarahan, kemampulaluan dengan kapasitas 25 juta ton per
tahun

3. Sumber Daya Tambang


a. Tambang Peranap, sumber daya 0,635 juta ton, cadangan tertambang
0,27 juta ton
b. Tambang Ombilin, sumber daya, 0,102 juta ton , cadangan tertambang,
0,02 juta ton
c. Tambang TanjungEnim, sumber daya 4,64 juta ton, cadangan tertambang
22,84 juta ton
d. Tambang IPC Bantuas, sumber daya , 0,024 milyar ton, cadangan
tambang 0,006 milyar ton
e. Tambang IPC Tabalonh, sumber daya 0,29 milyar ton, cadangan
tertambang 0,11 milyar ton
f. Lahat Mine, sumber daya 2,8 milyar ton

4. Ijin Usaha Pertambangan (IUP)


a. Tambang Tanjung Enim seluas 40.347 Ha
b. Tambang Ombilin seluas 2.935 Ha
c. Tambang Peranap seluas 18.230 Ha
d. Tambang IPC seluas 6.383 Ha

5. Jarak dan kapasitas angkut dari Tanjung Enim ke Demaga Kertapati dengan
5 Mtpa dengan jarak 160,9 KM, sedangkan jarak Tanjung Enim Pelabuhan
Tarahan (Pelabuhan batu bara terbesar di Indonesiandan mampu disandari
“Capesize” bulkcarrier 210,000WT) dengan 20,3bMtpa (22019), 25 Mtpa
(2020) dengan jarak 09, 5 km

6. Dalam perjalanan pengangkutan Tanjung Enim dengan rel kereta api ke


Pelabuhan Tarahan memiliki masalah :
a. Meskipun sudah double track namun masih harus memutar melalui
Prabumulih untuk sampai baturaja, sehingga diperlukan short cut antara
muara enim langsung ke batu raja dengn membuar lintasan rel langsung.
b. Dari baturaja menuju pelabuhan tarahan lintasan rel kereta api masih
single track sehingga membutuhkan waktu lama dan biaya pengangkutan
yang lebih besar, karenanya lintasan rel perlu dibuat double trak antara
baturaja ke pelabuhan tarahan.
c. Dengan adanya short cut dari muara enim langsung baturaja dan
membangun double track maka bisa menghemat jarak tempuh 120 km

3
7. Kinerja perusahaan

Kinerja 2017 2018 2019


2016
Kapasitas Angkut (juta 17,7 21,4 22,7 17,8
ton)
Pendapatan (trilyun) 14,6 19,47 221,17 16,25
Laba Bersih (trilyun) 2,01 4,48 5,02 3,10

8. Proses Hilirisasi, melalui proses gasifikasi menjadi Syngas menuju tahap


Crude methanol akan menghasilkan
a. Dimethil Ether (DME) akan memenuhi pasar bahan bakar substitusi LPG
b. AA Grade Methanol akam memenuhi pasar bahan baku industry kimia dan
komponen bahan baku biodiesel (untuk mendukung program 830)
c. Bahan baku akan memenuhi pembuatan Polyyeter (bahan baku tekstil,
kemasan botol palstik).

B. Pertanyaan dari Anggota Komisi VI DPR RI

1. Hendrik Lewwrissa, SH, LL.M (A-135), Produksi batu bara dari PT Bukit
Asam (Persero), Tbk bagaimana perkembangan penjualan dan sasaran
pemasaran?
2. Ir. Deddy Yefri Hanteru Sitorus, MA (251), rencana adanya hilirisasi
dibandingkan dengan produksi batu bara merupakan peluang, berkah
ataukah musibah?Bagaimana dengan rencana pembangunan smelter di
Kalimantan? Perlu ada paradigma CSR perusahaan sebagai tanggung
jawab perusahaan terhadap masyarakat bukan bagian dari rasa kasian
ataukegiatan social perusahaan?karena kegiatan penambangan batu bara
faktanya bisa merusak lingkungan sama seperti kejadian pertambangan
emas di samarinda karena terbukti merusak lingkungan akhirnya ada
penutupan tambang emas.
3. Hj. Percha Leanpuri, B.Bus, M.B.A (A-357), sebagai daerah dapil, sering
mendengar bahwa batu bara di daerah operasi PT Bukit Asam (Persero),
Tbk memiliki deposit yan sangat banyak dari dulu, hingga sekarang masih
banyak, tidak habis-habis. Sangat setuju dengan hilirisasi. Setuju dengan
usulan short cut dengan lintasan rel kereta api double track dari Muara
Enim untuk menghemat jarak tempuh dan menghindarkan dan
mengurangi kejadian kecelakaan. Bagaimana dengan pemulihan lahan
bekas tambang? CSR PT Bukit Asam (Persero) di Sumatera Selatan.
4. Adisatrya Suryo Sulisto (A-159), Bagaimana hitung-hitungan bisnis
pengangkutan batu bara dengan short cut atau double track dari batu raja
ke Pelabuhan Tarahan dan pengaruhnya terhadap harga batu bara, biaya
investasi dan jaminan keuntungan, dengan adanya discout harga hingga
50%?
5. Tommy Kurniawan (A-11), Inovasi penting untuk mendukung kualitas
produk, efesiensi dan produktifitas, namun perlu dihitung lama waktu
perencanaan inovasi yang akan memberikan peringkat industry terbaik
dikawasan regional Asia?

4
6. Dr. Evita Nursanty, M.Sc (A-181), sebaiknya BUMN konsisten di usaha
sesuai core bisnisnya, mengapa PT Bukit Asam (Persero) keluar dari core
bisnis misalnya melakukan investasi property dan lain-lain?

C. Jawaban dari PT Bukit Asam (Persero)

1. Peningkatan kinerja berhasil ditunjukkan oleh Bukit Asam, baik dari sisi
operasionalmaupun keuangan di tengah kondisi ekonomi yang penuh
tantangan. Pencapaian pada kinerja tahun 2018 laba bersih berhasil
menembus angka Rp 5,02 T yang merupakan pencapaian laba tertinggi sejak
perseroan beroperasi. Hingga Triwulan III 2019 Bukit Asam mencatatkan
kenaikan penjualan batubara menjadi 20,6 juita ton atau naik 10,7% dari
periode yang sama. Kenaikan penjualan batubara ini tak lepas dari strategi
penjulan yang diterapkan oleh Perseroan dengan menyasar ekspor batubara
ke India, Hong Kong, Filipina, dan penjualan batubara medium to high calorie
ke premium market. Sampai dengan Triwulan III 2019, Bukit Asam
mencatakan pendapatan usaha sebesar Rp 16,3 T yang terdiri dari
pendapatan penjualan batubara domestic 56% dan ekspor 42%
2. Project Pengembangan Project Hilirisasi Batubara Coal to DMM di Tanjung
Enim
Produk : Hilirisasi Batubara menjadi Dimethyl Ether, Methanol, dan MEG
Project cost : USD 3 Billion (exc.IDC)
Skema pembiayaan:
• DER 70:30
• Limited Resource Project Financing
Kapasitas :
• DME 1400 KTA
• Methanol 300 KTA
• MEG 250 KTA
Challenge :
• Gasifikasi batubara adalah industry pionir di Indonesi yang membutuhkan
dukungan peemrintah dan pemberian insentif serta fasilitas khusus
• Pembebasan lahan (tambang & pabrik)
3. Rencana Penanganan :
Proses usulan ke KESDM (pengurangan tarif Royalti, kebijakan harga
batubara dan harga DME), ke Kemenkeu (Pembebasan PPN jasa gasifikasi,
penyediaan fasilitas fiscal & non fiscal secara khusus bagi Non KEK);
percepatan penyelesaian lahan.
Progress :
MoU, Pokok-Pokok JVA, Pencanangan pembangunan, FS, Surat Kemenko
ke KESDM
(royalty), Perjanjian Tambang tentang JVC, Surat Dirut ke MBUMN (insentif &
penugasan)
PLTU Mulut Tambang Sumsel 8
Investasi proyek : USD 1.680 juta
Kapasitas : 2x621,72 MW
Estimasi masa konstruksi : 45 bulan

5
4. Pengembangan digital mining 4.0. Salah satunya pencatatan dan pelaporan
kegiatan penambangan dari hulu ke hiir (pit to port) secara real time.
Melaksanakan pengelolaan timbunan secara swakelola (dengan dozer milik
sendiri).
Melakukan inovasi dalam bidang operasional seperti pembangunan PLTU
sendiri dan pemanfaatan alat berbasis listrik, yang jauh lebih hemat
dibandingkan dengan pemakaian BBM, selain itu juga menghemat biaya
penambangan karena jarak angkut yang lebih dekat. Dengan adanya PLTU
milik PTBA sendiri, alat elektrifikasi seperti BWE,excavator bertenaga listrik,
conveyor, TLS ditenagai oleh batubara dari tambang PTBA juga sehingga
mengoptimalkan penggunaan batubara yang ada.
5. Melaksanakan operasional selalu berdasarkan good mining practice dengan
berasaskan efektivitas dan efisiensi
Melakukan sinergi dengan holding industri pertambangan (MIND ID) untuk
mendapatkan peningkatan nilai penghematan di operasional, contoh: sinergi
BBMantar anggota MIND ID yang dapat menghemat harga BBM menjadi
lebih murah sekitar 10%-an.
6. Komitmen Bukit Asam yang sejalan dengan pemenuhan terhadap regulasi
Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2015 tentang Program Kemitraan
dan Bina LingkunganBUMN sebagaimana diubah terakhir melalui Peraturan
Menteri BUMN Nomor 02/MBU/2017 dengan melaksanakn program kemitran
dan bina lingkungan.Melalui program kemitraan yang merupakan program
penyaluran dana kemitraan untuk usaha kecil dan menengah serta
pembinaan pengembangan usaha Mitra Binaan (capacity building) pada multi
sector; Industri, perdagangan, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan,
jasa dan sector lainnya untuk capacity building agar menjadi tangguh dan
mandiri. Sampai dengan Tahun 2019 jumlah mitra binaan dalam
programkemitraan sebanyak 7.252 Mitra Binaan (termasuk yang telah lunas
dan mandiri). Program pembinaan usaha mitra binaan telah memberikan
dampak terhadap peningkatan usaha yang ditandai dengan peningkatan
asset, omset, serta jumlah serapan tenaga kerja dari UMKM. Khusus untuk
Wilayah Lampung tahun 2019 telah dilakukan penyaluran sejumlah Rp700
juta untuk UMKM dan penyaluran melalui sinergi BUMN (kerjsasama dengan
PT PNM) sebesar Rp 1.000.000,-.

D. Rekomendasi

Dalam kesempatan Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI ini, rekomendasi yang


diberikan kepada PT. Bukit Asam, Tbk sebagai berikut :

1. Melihat potensi batu bara PT Bukit Asam, Tbk kualitas terbaik dengan
potensi dan cadangan batu bara yang belum digunakan 5 milyar maka
perlu dipertimbangkan untuk tetap mempertahankan produksi batu bara
sebagai pemasok bahan bakar untuki PLTU yang akan didirikan di
lampung untuk menerangi kebutuhan listrk pulau Sumatra karena PLTU
terbukti penyedia listrik dengan harga murah.
2. Melakukan kajian terkait kebutuhan investasi yang sangat besar dengan
adanya adanya rencana short cut rel kereta api dari Muara Enim ke
Baturaja serta kebutuhan double track dari Baturaja ke pelabuhan Tarahan
6
terkait tujuan efesiensi dan manfaat jangka panjang serta penggunaan batu
bara sebagai produk senjakala yang dianggap tidak mendukung energi
ramah lingkungan.
3. Rencana hilirisasi harus dikaji terkait pilihan untuk memanfaatkan batu bara
sebagai bahan bakar energy nasional yang murah dan keuntungan yang
didapat jika melakukan hilirisasi

Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke PT. Bukit Asam, Tbk di
Provinsi Lampung. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh
dalam laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam
rapat-rapat Komisi VI DPR RI.

Jakarta, Februari 2020


Ketua Tim Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI
Ke PT. Bukit Asam, Tbk
di Provinsi Lampung

TTD.

Aria Bima
A–189

Anda mungkin juga menyukai