Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).

Penyakit Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

prevalens penyakit ini terus meningkat terutama di negara sedang berkembang dan

negara yang telah memasuki budaya industrialisasi (Arisman, 2013).

Global Report on Diabetes (2016) melaporkan bahwa diabetes melitus

menyebabkan 1,5 juta orang meninggal pada tahun 2012. Diabetes melitus

bertanggung jawab dalam 2,2 juta kematian sebagai akibat dari peningkatan risiko

penyakit kardiovaskuler dan lainnya, dengan total 3,7 juta orang meninggal dimana

sebesar 43% meninggal sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017

melaporkan bahwa jumlah penderita DM di Seluruh Dunia pada tahun 2017

mencapai 425 juta orang Dewasa berusia antara umur 20-79 tahun. Lebih dari 79%

penderita hidup diwilayah negara yang berkembang dan diperkirakan tahun 2045,

jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 629 juta orang. IDF juga melaporkan

bahwa Indonesia masuk kedalam 10 besar negara dengan jumlah penderita DM

tertinggi dengan jumlah 10,3 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi

16,7 juta orang pada tahun 2045. Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas)

menunjukkan bahwa prevalensi penderita DM Provinsi Jawa Timur masuk 10 besar


se Indonesia dengan Prevalensi 6,8% (Kominfo, 2015). Data yang didapatkan

peneliti dari dinas kesehatan, kecamatan kota sumenep, pada bulan januari sampai

bulan mei tahun 2017 tercatat sebanyak 1.203 orang baru terdiagnosa terkena DM.

dengan rata-rata kadar gula darah puasa >126 mg/dL. Dari hasil pengambilan data

awal di puskesmas pamolokan yang pada saat ini terbanyak di seluruh kecamatan di

sumenep, pada tahun 2016 di desa pangarangan terdapat sekitar 86 orang baru

terdiagnosis DM dengan kadar gula darah rata-rata >250 mg/dL dan 40%

diantaranya sudah mengalami komplikasi.

Menurut Lauralee 2014, defisiensi sekresi insulin dalam jumlah normal dan

penurunan sentivitas kerja insulin yang dihasilkan pancreas merupakan penyebab

dari penyakit kronis Diabetes Mellitus. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh

sebagian besar sel melalui rekrutmen transporter glukosa atau biasa disebut GLUT.

Terdapat 14 bentuk GLUT yang dinamai sesuai dengan urutan ditemukannya

dengan GLUT-1, GLUT-2, GLUT-3, GLUT-4, dan seterusnya. Setiap GLUT

memiliki fungsi yang berbeda-beda, GLUT-1 memindahkan glukosa membran

sawar darah-otak,GLUT-2 memindahkan gukosa yang masuk ke ginjal dan usus ke

aliran darah sekitar melalui pembawa kontraspoter glukosa dan natrium, GLUT-3

adalah pengangkut utama glukosa kedalam neuron sedangkan GLUT-4 adalah

transporter yang bertanggung jawab atas sebagian besar glukosa oleh mayoritas sel

tubuh bekerja hanya setelah beritan oleh insulin. GLUT-4 dapat dapat ditemukan

sel-sel yang kebutuhannya untuk menyerap glukosa paling besar selama keadaan

pasca absortif, yaitu pada otot rangka dalam keadaan istirahat dan pada sel jaringan

lemak. Kerja GLUT-4 sebagai rekrutment transpoter, pada saat sel-sel dependent
insulin mengirimkan sinyal pada vesikel-vesikel yang mengandung GLUT-4. Ketika

insulin sudah berikatan dengan reseptor GLUT-4 di permukaan membrane sel yang

dituju, selanjutnya sinyal tersebut membuat vesikel-vesikel yang mengandung

GLUT-4 bergerak dan menyatu dengan membran plasma tersebut , dan membuat

jalan untuk glukosa masuk menuju pada sel jaringan. Ketika sekresi insulin

berkuran, maka GLUT-4 akan ditarik kembali dari membrane plasma ke dalam

vesikel intraseluler melalui endositosis (Lauralee,2014). Akibatnya saat terjadi

defisiensi sekresi insulin atau ketidak efektifan insulin tidak ada sinyal dari sel-sel

dependent pada vesikel-vesikel yang mengandung GLUT-4 untuk bergerak, karena

hal itu GLUT-4 tidak dapat disisipkan kedalam membran plasma sehingga glukosa

tidak bisa masuk ke dalam sel jaringan, dan terjadinya peningkatan glukosa darah

atau biasa disebut hiperglikemia.

Pada daun kelor mengandung senyawa Flavonoid, salah satunya kuersetin,

zat ini dapat menghambat GLUT-2 pada mukosa usus sehingga dapat menurunkan

absorbsi glukosa, hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan

fruktosa dari usus sehingga kadar gula darh menurun (Kwon et al. 2007). Selain itu

flavonoid juga dapat menghambat fosfodiesterase sehingga meningkatkan Camp

pada sel beta pancreas, peningkatan Camp akan menstimulus pengeluaran protein

kinase A (PKA) yang merangsang sekresi insulin semakin meningkat (Ajie 2015).

Selain senyawa Flavonoid pada kedua daun tersebut juga mengandung senyawa

saponin. Saponin berfungsi sebagai inhibitor enzim a-glukosidase. Enzim tersebut

berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi glukosa, apabila enzim ini dihambat

maka kadar glukosa darah dalam tubuh akan menurun. (Fiana et al. 2016).
Pada penelitian sebelumnya dengan judul “Pemberian rebusan daun kelor

terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien penderita Diabetes Mellitus

(DM)” yang dilakukan pada bulan September 2017, dalam pemberian ini, air

rebusan daun kelor di berikan pada penderita Diabetes Mellitus (DM) secara

konsisten dari hari pertama sampai hari ke tiga, di hari ke empat sebelum pemberian

air rebusan daun kelor tingkat kadar gula darah yang awalnya sebesar 202 mg/dl

mengalami penurunan selama mengonsumsi air rebusan daun kelor menjadi 191

mg/dl. (Arleni Syamra, Andi Indrawati, dan Andi Auliyah 2018). Dan Pada

penelitian sebelumnya juga seduhan daun kelor digunakan oleh pasien

hiperglikemik, kadar gula darah turun secara signifikan pada tes kadar glukosa 2

jam setelah makan. Rata-rata penurunan kadar Glukosa adalah 28,15 mg/Dl (Ples &

Ho 2007). Dari hasil penelitian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk

melihat manfaat Rebusan Daun Kelor dalam Penurunan Kadar gula darah, Maka

diambil judul “ Pengaruh Rebusan Daun Kelor Terhadap Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus di..”

1.2. Rumusan Masalah

Apakah rebusan daun kelor memberikan pengaruh dalam penurunan kadar gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar

gula darah pada pasien DM.


1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penurunan kadar glukosa darah pada klien DM yang

mendapatkan rebusan daun kelor.

2. Menganalisis penurunan kadar glukosa darah pada klien yang mendapatkan

rebusan daun kelor.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu keperawatan

medikal bedah khususnya dalam pengembangan terapi komplementer.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi pelayanan kesehatan

Sebagai pengembangan keilmuan dibidang keperawatan komplementer untuk

pemegang program Diabetes Mellitus di…

2. Peneliti selanjutnya

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian

tanaman herbal daun kelor untuk menurunkan kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai