Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang putih atau yang dikenal dengan Alium Sativum merupakan salah satu
tanaman umbi yang sering digunakan sebagai salah satu bahan rempah utama
dalam berbagai masakan. Bawang putih juga merupakan salah satu rempah-
rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain dikenal sebagai salah satu
bumbu masakan, bawang putih juga memiliki berbagai khasiat seperti mengurangi
resiko terkena kanker, dapat menurunkan kolesterol dalam darah, dapat
menangkal radikal bebas, dapat menurunkan tekanan darah tinggi, meringankan
sakit lambung, dan lain-lain (Anonim, 2011).
Pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran pada makhluk hidup yang
bersifat irreversible, artinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perubahan
ukuran yang terjadi pada tumbuhan adalah perubahan ukuran, volume, tinggi, dan
massa. Sedangkan perkembangan merupakan proses menuju kedewasaan atau
tingkat yang lebih sempurna pada makhluk hidup. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan hanya
dapat dinyatakan secara kualitatif. Perkembangan pada tumbuhan dilihat dari
perubahan tumbuhan menjadi tumbuhan dewasa dan semakin kompleks
(Saktiyono, 2007, pp. 3-4).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan bawang putih dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya media tanam. Media tanam merupakan media yang
digunakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman. Media tanam
yang digunakan dapat berupa tanah, pasir, kapas, air, arang, dan sejenisnya. Saat
ini media tanam yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah tanah.
Namun, dalam kegiatan penelitian pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan
dan perkembangan bawang putih, penulis tidak hanya menggunakan media tanam
tanah tapi juga pasir dan kapas. Setiap media tanam memberikan pengaruh yang
berbeda-beda terhadap pertumbuhan dan perkembangan bawang putih. Media
tanam dengan kualitas baik akan menghasilkan tanaman bawang putih yang
berkualitas baik pula (Adi, 2012).

1
Besarnya peranan dan manfaat dari bawang putih mendorong penulis untuk
melakukan penelitian, sehingga dapat mengetahui media tanam apa yang paling
efektif dalam pertumbuhan dan perkembangan bawang putih.
Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah “Pengaruh Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Bawang Putih”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah media tanam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?
1.2.2 Apakah media tanam pasir dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?
1.2.3 Apakah media tanam kapas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?
1.2.4 Bagaimana pengaruh media tanam tanah terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?
1.2.5 Bagaimana pengaruh media tanam pasir terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?
1.2.6 Bagaimana pengaruh media tanam kapas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih?

1.3 Hipotesis
H0 : Media tanam tidak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
bawang putih.
H1 : Media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bawang
putih.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Untuk dapat mengetahui apakah media tanam tanah dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.
1.4.2 Untuk dapat mengetahui apakah media tanam pasir dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.

2
1.4.3 Untuk dapat mengetahui apakah media tanam kapas dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.
1.4.4 Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh media tanam tanah terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.
1.4.5 Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh media tanam pasir terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.
1.4.6 Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh media tanam kapas terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Untuk menambah wawasan bagi para pembaca.
1.5.2 Sebagai bahan materi bagi para pembaca untuk melakukan penelitian
terkait pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman bawang putih.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bawang Putih


Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi
lapis. Pada umumnya bawang putih tumbuh di dataran tinggi, tapi ada juga
varietas yang mampu tumbuh di dataran rendah. Tanaman ini tumbuh secara
berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di
atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah-pelepah daun.
Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal batang
tumbuh akar terbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10
cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat rudimenter, berfungsi sebagai
alat penghisap makanan (Santoso, 2000).
Bawang putih membentuk umbi lapis berwarna putih. Satu umbi tersebut
terbentuk dari 8-12 siung. Antara siung satu dengan yang lainnya, dipisahkan oleh
kulit tipis. Dalam siung tersebut terdapat lembaga yang merupakan pucuk siung
dan akan bertumbuh menjadi tunas baru (Santoso, 2000). Terdapat daging
pembungkus lembaga yang melindungi sekaligus gudang persediaan makanan.
Bagian dasar umbi merupakan batang pokok yang mengalami rudimentasi atau
pertumbuhan (Zhang, 1999).
Helaian daun bawang putih berbentuk pita, panjangnya dapat mencapai 30-60
cm dan lebar 1-2,5 cm dan jumlah daunnya dapat mencapai 7-10 helai setiap
tanaman. Bunga bawang putih merupakan bunga majemuk yang tersusun
membulat berbentuk seperti payung dengan diameter 4-9 cm (Becker dan
Bakhuizen Van Den Brink, 1963). Perhiasan bunga berupa tenda bunga dengan 6
kepala dan berbentuk bulat telur. Dan ovarium superior, tersusun atas tiga ruangan
(Zhang, 1999).

4
2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Bawang Putih
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Alliaceae
Upafamili : Allioideae
Bangsa : Allieae
Genus : Allium
Spesies : A.sativum
Nama Binomial : Allium sativum

2.1.2 Manfaat dan Kegunaan Bawang Putih


Bawang putih merupakan jenis tanaman budidaya yang umumnya
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Hampir semua jenis masakam
indonesia menggunakan umbi ini. Selain untuk di konsumsi, bawang putih
dapat dimanfaatkan secara tradisional untuk mengobati tekanan darah tinggi,
gangguan pernafasan, insomnia, sakit kepala, ambeien, sembelit, dan lain-lain.
Menurut penelitian-penelitian ilmiah yang telah dilakukan, bawang putih
juga dapat digunakan sebagai obat anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-
kolesterol, anti-atherosklerosis, anti-oksidan, anti-agregasi, anti-virus, anti-
mikroba, dan anti-kanker. Senyawa bioaktif utama bawang putih adalah alliin,
allisin, ajoene, kelompok allil sulfida, dan allil sistein (Azzamy, 2016).

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Saktiyono, pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran
pada makhluk hidup yang bersifat irreversible, artinya tidak dapat kembali ke
bentuk semula. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif (Saktiyono,
2007).

5
Menurut Saktiyono, perkembangan merupakan proses menuju kedewasaan
atau tingkat yang lebih sempurna pada makhluk hidup. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Perkembangan hanya dapat dinyatakan secara kualitatif (Saktiyono, 2007).
Menurut Isahi, pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat
irreversible (tidak dapat balik), dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel
dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai dengan
terjadinya perubahan bentuk. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif (Isahi, 2011).
Menurut Isahi, perkembangan adalah proses menuju dewasa. Proses
perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur. Dengan
kata lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat dinyatakan dengan angka
(Isahi, 2011).
Menurut Asnawati, pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran,
baik volume, bobot, jumlah sel atau protoplasma yang bersifat irreversible atau
tidak dapat kembali ke asal (Asnawati, 2015).
Menurut Asnawati, perkembangan adalah proses menuju dewasa. Dengan kata
lain berkembang adalah penyempurnaan atau perubahan struktur  dan fungsi
organ yang menyertai proses pertumbuhan (Asnawati, 2015).
Jadi berdasarkan ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
adalah proses perubahan ukuran baik massa, volume, tinggi, dan jumlah sel yang
bersifat irreversible atau tidak dapat kembali kebentuk semula. Pertumbuhan
dapat dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan perkembangan merupakan proses
pematangan atau perubahan struktur dan fungsi organ untuk menuju kedewasaan.
Perkembangan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan hanya
dapat dinyatakan secara kualitatif.

2.3 Media Tanam


Media tanam merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya tanaman. Selain digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya tanaman, media tanam juga memiliki fungsi antara lain sebagai

6
penopang tanaman, penyedia unsur hara bagi tanaman, dan penyedia air bagi
tanaman. Media tanam terbagi menjadi beberapa jenis, seperti tanah, pasir, dan
kapas (Adi, 2012).
2.3.1 Tanah
Tanah merupakan media tanam yang sering digunakan dalam kegiatan
pertanian. Makhluk-makhluk hidup yang terdapat dalam tanah membantu
memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang
kemudian diserap oleh akar tumbuhan sebagai nutrisi. Campuran bahan
padat organik dan anorganik, serta udara. Bahan organik yang terdapat
dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman tapi juga
mempengaruhi sifat fisik tanah. Bahan organik yang terdapat dalam tanah
tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman tapi juga mempengaruhi
sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting dalam menciptakan
struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kapasitas
infiltrasi. Unsur hara yang terkandung dalam tanah, antara lain Karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Molibden (Mo), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl) (Huda, 2015).
Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu profil, warna, dan tekstur tanah
sehingga tanah sering dipakai sebagai media tanam:

a. Profil Tanah
Profil tanah merupakan sebuah irisan melintang pada tubuh tanah,
dibuat dengan menggali tanah. Horizon merupakan lapisan atau zona pada
tanah yang terbentuk karena adanya variasi komposisi, tekstur, dan
struktur tanah. Profil tanah pada dasarnyadapat dibagi menjadi 4 macam
horizon. Mulai dari yang teratas ke bagian terdalam. Mulai dari zona
O,A,B, dan C.
Horison O adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah
tanah atau bahan organik tanah yang masih segar, lapisan ini merupakan
guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi lapisan atas

7
tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari
beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.
Horison A merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi
pelarutan unsur-unsur hara dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke
lapisan dibawahnya. Terjadi proses leaching yaitu proses pencucian unsur
hara oleh air.
Horison B merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan
mikrobia hampir tidak ada, lebih padat dan warnannya lebih merah.
Sebagai horison akumulasi unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa
horison pencucian yang tercuci.
Horison C adalah horison yang terdiri dari bahan induk tanah,
merupakan batuan yang sebagian sudah mengalami pelapukan (Graha,
2015).

b. Warna Tanah
Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan
organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana
kandungan bahan organik umumnya rendah, berwarna lebih cerah. Warna
tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam
tanah (Hardjowigeno, 2013).

c. Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butiran-butiran yang berbeda baik dalam ukuran
maupun   bentuk. Besarnya partikel tanah relatif sangat kecil, yang
biasanya diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunujukkan sifat halus dan
kasarnya butiran-butiran tanah. Lebih khusus lagi, tekstur ditentukan oleh
perbandingan antara kandungan pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam
tanah. Tekstur tanah erat hubungannya dengan kekerasan, permeabilitas,

8
plastisitas, kesuburan, dan produktivitas tanah pada daerah tertentu
(Hanafiah, 2012).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah)
ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari
kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih
kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi
kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus,
berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus
(Hardjowigeno, 2013).

2.3.2 Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
tanah dalam pertanian. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk tempat pertumbuhan dan perkembangan bibit
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media
lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya
setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan
dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase
media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka
pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi
dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut
yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara
tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan
dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas
tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai
media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar

9
garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi
kesulitan bertumbuh. Hal ini ditunjukkan dengan organ-organ tanaman,
seperti akar dan daun, yang memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan atau nekrosis (Huda, 2015).

2.3.3 Kapas
Kapas memiliki struktur yang lembut dan memiliki daya serap air yang
rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya,
serta memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama. Kandungan
kapas yang paling banyak terdiri atas serat – serat tumbuhan (selulosa).
Sedangkan zat – zat hara lainnnya sangat sedikit. Alasan utama pemakaian
kapas sebagai media tanam adalah karena kapas dapat menjaga kelembapan
yang lebih lama dan lebih baik daripada media tanah, sehingga tanaman yang
ditanam di media kapas dapat tumbuh lebih cepat daripada di tanah. Selain itu
terkstur kapas yang lembut sangat cocok untuk akar tanaman yang masih
muda dan lemah sehingga akar muda tersebut dapat berkembang lebih baik
untuk jangka waktu tertentu.
Kekurangannya adalah kapas tidak mengandung unsur – unsur hara yang
dapat mendukung kehidupan tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama.
Oleh karena itu, jika tanaman ingin bertahan hidup lebih lama, maka tanaman
tersebut harus segera dipindahkan ke media lain, tanah misalnya, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Lain halnya jika media kapas tersebut
diberi unsur – unsur hara yang dapat menunjang kehidupan tanaman tersebut
maka tanaman kapas dapat tumbuh lebih lama tanpa harus dilakukan
pemindahan media tanam (Huda, 2015).

2.4 Hubungan antara Media Tanam dengan Pertumbuhan dan


Perkembangan Bawang Putih
Media tanam merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan bawang putih. Perkecambahan benih tanaman
merupakan titik awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu
pembibitan, maka perlu diperhatikan masalah pemilihan dan formulasi media

10
tanamnya. Media yang baik untuk perakaran tanaman harus mudah untuk dilalui
oleh air, menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, dan dapat
mempertahankan kelembaban. Selain itu media perakaran yang berfungsi
memegang tanaman pada tempatnya selama pertumbuhan akar, harus cukup
berpori-pori, agar aliran udara baik, mempunyai daya menahan air tinggi, mudah
dilalui oleh air, bebas hama dan penyakit, serta tidak mengandung zat yang
meracuni tanaman (Rofi, 2015).
Media tanam tanah merupakan salah satu faktor pertumbuhan dan
perkembangan dari suatu tanaman, khususnya bawang putih. Makhluk-makhluk
hidup yang terdapat dalam tanah yaitu tumbuhan dan hewan, membantu memecah
materi sisa bangkai menjadi zat hara, dan kemudian diserap oleh bawang putih
sebagai nutrisi atau makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan bawang putih
(Huda, 2015).
Media tanam pasir mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman bawang putih karena sifat pasir yang cepat kering oleh karena
penguapan, sehingga air dalam media tanam tidak tergenang. Jika air dalam media
tanam terlalu banyak, hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
bawang putih (Huda, 2015).
Media tanam kapas sering digunakan untuk penanaman suatu tanaman, seperti
bawang putih. Kapas dapat menjaga kelembaban yang lebih lama dibandingkan
dengan media tanam tanah. Hal tersebut menyebabkan kapas dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bawang putih, karena suatu tanaman
membutuhkan tempat bertumbuh yang lembab (Huda, 2015).

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat : Sekolah Dian Harapan Manado
3.1.2 Waktu : Selasa, 8 Agustus 2017 – Rabu, 16 Agustus 2017

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian dilakukan dengan eksperimen atau percobaan. Metode
eksperimen adalah suatu metode penyajian pembelajaran dimana, peserta didik
melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajarinya. (Nursalam & Efendi, 2008)

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat : - Gelas Aqua (3)
- Penutup Botol
- Paku
- Penggaris
3.3.2. Bahan : - Bawang Putih (3)
- Tanah
- Pasir
- Kapas
- Air

3.4 Prosedur Penelitian


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Melubangi ketiga gelas aqua sebagai lubang untuk keluarnya air.
3. Masukkan media tanam ke dalam masing-masing gelas. Gelas pertama
tanah, gelas kedua pasir, dan gelas ketiga kapas.
4. Kemudian masukkan 3 biji bawang putih ke dalam masing-masing gelas
yang sudah di isi media tanam.

12
5. Menyiram tanaman dengan rutin setiap hari dengan volume yang sama
pada jam yang sama.
6. Mengukur dan mencatat pertumbuhan dan perkembangan bawang putih
setiap hari.
7. Menyusun laporan ilmiah dan menarik kesimpulan.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel Pertumbuhan dan Perkembangan Bawang Putih
Hari/Tanggal Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Keterangan
Selasa, 8 Belum terjadi Belum terjadi Belum terjadi
Agustus 2017 pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
Rabu, 9 Belum terjadi Belum terjadi Belum terjadi
Agustus 2017 pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
Kamis, 10 Belum terjadi Belum terjadi Mulai
Agustus 2017 pertumbuhan pertumbuhan membusuk
Jumat, 11 Belum terjadi Mulai tumbuh Mulai
Agustus 2017 pertumbuhan jamur membusuk
Mulai
Sabtu, 12 Tumbuh Mulai
bertumbuh
Agustus 2017 jamur membusuk
akar
Mulai
Minggu, 13 Mulai
bertumbuh Berjamur
Agustus 2017 membusuk
akar
Senin, 14 Mulai Mulai Mulai
Agustus 2017 bertunas bertunas membusuk
Selasa, 15 Tumbuh 1.5
Bertunas Membusuk
Agustus 2017 cm
Rabu, 16 Tumbuh 1.8
Tumbuh 2 cm Membusuk
Agustus 2017 cm

Pada hari pertama, peneliti melakukan penanaman bawang putih dengan


tiga perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama tanaman ditanam di tanah.
Perlakuan kedua tanaman ditanam di pasir. Sedangkan perlakuan ketiga ditanam
dalam kapas. Peneliti melakukan penyiraman setiap hari pada pukul 12:40 WITA.
Pada hari pertama, ketiga tanaman ini belum menunjukkan pertumbuhan.

14
Pada hari kedua dan ketiga, ketiga tanaman ini belum menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Namun, pada hari yang ketiga tanaman pada
perlakuan ketiga mulai terlihat bercak-bercak yang berwarna coklat. Hal ini
disebabkan karena adanya patogen yang menyerang bawang putih.
Pada hari keempat, tanaman pada perlakuan pertama belum menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Pada tanaman perlakuan kedua, tanaman tersebut
mulai bertumbuh jamur. Hal ini disebabkan karena kurangnya unsur hara dalam
pasir yang membantu tanaman agar kebal terhadap patogen yang menyebabkan
penyakit. Sedangkan, pada tanaman perlakuan ketiga bercak-bercak yang
berwarna coklat semakin banyak.
Pada hari kelima dan keenam, bawang putih yang ditanam dalam media
tanam tanah mulai bertumbuh akar. Walaupun akar bawang putih terdapat dalam
tanah, ujung akar yang tumbuh dapat terlihat di atas permukaan tanah. Hal ini
disebabkan karena posisi bawang putih yang sedikit miring dan tidak tertanam
dengan baik di dalam tanah. Bawang putih yang ditanam dalam media tanam pasir
semakin bertumbuh jamur. Sedangkan bawang putih yang ditanam dalam media
tanam kapas mulai membusuk.
Pada hari ketujuh, tanaman pada perlakuan pertama dan kedua mulai
bertunas dan akarnya mengalami pertambahan panjang. Sedangkan tanaman pada
perlakuan ketiga, tanaman sudah membusuk.
Pada hari kedelapan, tanaman pada perlakuan pertama sudah bertumbuh
dan memiliki tunas setinggi 1.5 cm. Pada tanaman perlakuan kedua tanaman
tersebut sudah bertunas. Sedangkan pada tanaman perlakuan ketiga, tanaman itu
sudah membusuk.
Pada hari kesembilan, tanaman pada perlakuan pertama mengalami
pertambahan panjang tunas setinggi 0.5 cm hingga menjadi 2 cm. Pada tanaman
perlakuan kedua, tanaman juga sudah mengalami pertambahan panjang tunas
setinggi 1.5 cm. Sedangkan tanaman pada perlakuan ketiga, tanaman semakin
membusuk.

15
4.2 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan, setiap media tanam memberikan pengaruh
yang berbeda-beda pada tanaman bawang putih. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan kemampuan untuk menyerap air dan unsur-unsur hara yang terkandung
dalam setiap media tanam.
Pada tanaman perlakuan pertama, media tanam tanah memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan bawang putih. Hal ini
disebabkan oleh kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah. Kandungan
tanah yang kaya akan unsur hara antara lain Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibden (Mo), Tembaga
(Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl), membantu tanaman merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, membantu proses fotosintesis, serta meningkatkan daya tahan
terhadap penyakit. Selain itu juga, kemampuan tanah untuk menahan air dan
meningkatkan kapasitas infiltrasi membantu menunjang pertumbuhan dan
perkembangan bawang putih yang baik. Jadi berdasarkan penelitian yang
dilakukan, media tanam tanah sudah cocok sebagai media tanam yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan bawang putih (Huda, 2015).
Pada tanaman perlakuan kedua, media tanam pasir cukup berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan bawang putih. Hal tersebut dikarenakan
sifat pasir yang memiliki pori-pori besar maka pasir menjadi mudah basah dan
cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan
demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih
intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media
tanam secara tunggal. Jadi berdasarkan penelitian yang dilakukan, media tanam
pasir sudah cocok, namun diperlukan penyiraman yang lebih intensif.
Teori yang dikemukakan oleh Huda (2015) menyatakan bahwa kapas
memiliki struktur yang lembut dan memiliki daya serap air yang rendah.
Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, kapas juga
memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama, namun kapas tidak
mengandung unsur-unsur hara yang dapat mendukung kehidupan tanaman dalam

16
jangka waktu yang lebih lama. Namun pada percobaan yang kami lakukan,
hasilnya bertentangan dengan teori yang ada. Pada percobaan kami, media tanam
kapas tidak mempengaruhi pertumbuhan bawang putih tersebut. Setelah di
analisis, peneliti menemukan hasil bahwa ketidaksamaan antara teori yang ada
dengan percobaan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kualitas bawang putih tersebut kurang baik maupun penyiraman yang dilakukan
terlalu sering dimana seharusnya media tanam kapas tidak perlu disirami dengan
banyak air karena sifatnya yang sukar untuk menyerap air. Sehingga ketika terlalu
banyak disiram, maka tanaman tersebut akan kelebihan air atau tenggelam karena
air.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini membuktikan bahwa media tanam tanah
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bawang putih dimana media
tanam tanah memiliki banyak unsur hara yang dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan bawang putih, selain itu tanah juga memiliki kemampuan untuk
tetap menjaga kelembapan air di dalam tanah sehingga tanah tidak akan
kekeringan.
Pada penelitian ini membuktikan bahwa media tanam pasir cukup
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bawang putih, namun
pengaruhnya tidak sebaik media tanah. Hal ini dikarenakan oleh sifat pasir yang
mudah basah dan cepat kering akibat pori-porinya yang besar, jadi apabila ingin
menggunakan media tanam pasir, diperlukan penyiraman yang intensif.
Pada penelitian ini membuktikan bahwa media tanam kapas tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bawang putih, hal ini disebabkan
karena kemampuan kapas yang kurang baik dalam menyerap air serta penyiraman
yang kami lakukan pada kapas terlalu banyak, sehingga bawang putih membusuk.
Jadi apabila ingin menggunakan media tanam kapas, tidak perlu disiram dengan
banyak air atau terlalu sering disiram. Kapas juga bukan media yang cocok karena
kapas tidak memiliki unsur-unsur hara yang diperlukan tumbuhan untuk
bertumbuh.

5.2 Saran
5.2.1 Perlu dilakukan penelitian ulang untuk memperkuat hasil penelitian.
5.2.2 Lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bawang putih.
5.2.3 Dalam proses penanaman tanaman bawang putih sebaiknya dilakukan
pemberian bibit unggul yang baik

18
DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. A. (2012). Media Tanam. Retrieved Agustus 15, 2017, from Scribd:
https://www.scribd.com/doc/93472972/Media-Tanam

Anonim. (2011). Bawang Putih (Allium Sativum). Retrieved Agustus 8, 2017,


from Bawang Putih: http://www.bawangputih.org/bawang-putih-allium-
sativum/

Asnawati, Y. (2015). Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan.


Retrieved Agustus 18, 2017, from Pengetahuan Alam:
http://www.pengetahuanalam.com/2015/12/pertumbuhan-dan-
perkembangan-pada-tumbuhan.html

Azzamy. (2016, Juni 25). Sekilas Tentang Bawang Putih dan Sejarah
Persebarannya. Retrieved Agustus 15, 2017, from Mitalom:
http://mitalom.com/sekilas-tentang-bawang-putih-dan-sejarah-
persebarannya/

Bojonegoro. (2012, September 8). Memahami Ketrampilan Proses Dalam


Pembelajaran IPA. Retrieved Agustus 23, 2017, from Wordpress:
https://kkgsatubojonegoro.wordpress.com/2012/09/08/memahami-
ketrampilan-proses-dalam-pembelajaran-ipa/

Graha, G. (2015). Pengertian Profil Tanah. Retrieved Agustus 18, 2017, from
Pengertian Ilmu: http://www.pengertianilmu.com/2015/07/normal-0-false-
false-false-en-us-x-none29.html

Hanafiah, K. A. (2012). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Hardjowigeno, S. (2013). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Huda, M. S. (2015, Januari 24). Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap


Pertumbuhan dan Perkecambahan Kacang Hijau. Retrieved Agustus 18,
2017, from Wordpress:

19
https://saysyai.wordpress.com/2015/01/24/pengaruh-jenis-media-tanam-
terhadap-pertumbuhan-dan-perkecambahan-kacang-hijau/

Indrajit, D. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Fisika. (A. Saripudin, Ed.) Jakarta:
PT. Setia Purna Inves.

Isahi, D. S. (2011, Juli 10). Pertumbuhan dan Perkembangan. Retrieved Agustus


18, 2017, from Biologi Media Centre:
http://biologimediacentre.com/pertumbuhan-dan-perkembangan-1-
pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan/

Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Rofi, K. A. (2015, Mei 27). Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Kacang Hijau. Retrieved Agustus 18, 2017, from
Wordpress: https://khanifainurrofi.wordpress.com/2015/05/27/proposal-
penelitian-pengaruh-media-tanam-terhadap-pertumbuhan-tanaman-
kacang-hijau/

Saktiyono. (2007). IPA Biologi SMP dan MTs Untuk Kelas VIII. Jakarta:
Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai