Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

RS TK II PLAMONIA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OP


FRAKTUR FEMUR DEXTRA

DISUSUN OLEH:

TIA CANDRASARI

PO.71.3.241.19.1.045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

PROGRAM STUDI D.III

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus atas nama Tia Candrasari Nim : PO.71.3.241.19.1.045


dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Post Op Fraktur Femur
Dextra” telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan praktek klinik FT. Komprehensif di RS TK II PLAMONIA , mulai
tanggal 9 May – 4 juni 2022.

Makassar, 26 May 2022

Mengetahui,

Cilinical Educator Preceptor

Andi Adrianah.,S,Ft.,Physio Rahmat Nugraha Akib, M.Fis

NIP.19760620 2007122001 NIP.19920425 202012 1 004

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Post Op
Fraktur Femur Dextra”
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas klinik di RS TK II
PLAMONIA. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi
mengenai penatalaksaan fisioterapi untuk kasus tersebut.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak / Ibu dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
2. Bapak/Ibu Pembimbing Lahan RS TK II PLAMONIA
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
Laporan Kasus ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan
selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.

Makassar, 30 April 2022

Penyu
sun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
A. Anatomi Biomekanik...........................................................................................7
A. Tinjaun tentang Post Fraktur Femur.....................................................................9
1. Definisi..................................................................................................................9
2. Etiologi................................................................................................................10
3. Patofisiologi.........................................................................................................11
4. Klasifikasi Fraktur.............................................................................................12
5. Gambaran Klinis................................................................................................17
B. Tinjauan tentang Pengukuran..................................................................................19
1. Visual Analog Scale (VAS)........................................................................................19
2. Goniometer.............................................................................................................20
3. Manual Muscle Testing (MMT)...............................................................................22
C.Tinjauan tentang Intervensi......................................................................................23
1. Infra Red (IR)........................................................................................................23
1. Terapi Latihan....................................................................................................25
3) Streching.............................................................................................................26
4) Hold relax............................................................................................................27
5) Statik kontraksi..................................................................................................27
BAB III...........................................................................................................................29
PROSES FISIOTERAPI...............................................................................................29
BAB IV............................................................................................................................37
INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI.......................................................37
PEMBAHASAN.............................................................................................................42

4
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas jaringan tulang. Fraktur paling

sering ditimbulkan oleh trauma eksternal langsung maupun deformitas tulang

seperti fraktur patologis pada osteoporosis sedangkan fraktur femur biasanya

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (Potter Perry, 2010). Badan kesehatan

dunia (WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari delapan juta orang

meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami

kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaaan yang memiliki angka kejadian

cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sebesar 46,2 % dari

insiden kecelakaan yang terjadi .

Akibat adanya fraktur mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak

(hambatan mobilitas), terutama di daerah sendi yang terjadi fraktur dan sendi yang

ada di daerah sekitarnya. Karena keterbatasan gerak tersebut mengakibatkan

terjadinya keterbatasan lingkup gerak sendi dan mengakibatkan terjadinya

gangguan pada fleksibilitas sendi, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam

atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa jatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775

orang (3,8 %) dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yakni mengalami fraktur

sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang

mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %) .

5
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Anatomi Biomekanik
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi

dengan acetabulum yang konkaf.Hip joint adalah ball and socket

(spheroidal) triaxial joint.Acetabulum terbentuk dari penyatuan os

ilium, ischium, dan pubis.Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago

hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak

yang tertutup oleh membran synovial.

Tulang femur merupakan tulang panjang yang bersendi keatas

dengan acetabulum dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur

terdiri dari epiphysis proximal, diaphysis, dan epiphysis distalis.

Epiphysis merupakan sepasang bulatan yang disebut condilus lateralis

dan medialis. Di bagian proximal tonjolan tersebut terdapat bulatan

kecil yang disebut epycondilus lateralis dan medialis. Di lihat dari

depan, terdapat dataran sendi–sendi yang melebar ke lateral yang

disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella.

Dan di lihat dari belakang, diantara condylus femoralis lateralis dan

condylus lateralis medialis terdapat cekungan disebut fossa

intercondyloidea yang bagian proximalnya terdapat garis yang disebut

linea intercondyloidea

Otot-otot Regio HipHip joint diperkuat oleh otot-otot panggul dan

paha.Otot-otot panggul dan paha terdiri atas otot

6
- Iliopsoas,

- Rectusfemoris,

- SartoriusMedial

- Pectineus

- Adductor magnus

- Adductor longus

- Adductor brevis

- GracilisPosterior

- Gluteus maximus

- Deep rotator

- Semimembranosus

- Semitendinosus

- Biceps femoris

- LateralGluteus medius

- Gluteus minimusT

- ensor fascia latae

A. Tinjaun tentang Post Fraktur Femur


1. Definisi
Fraktur adalah patahan kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan

korteks, biasanya patahan itu lengkap dengan fragmen tulang bergeser.

Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup atau

sederhana, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus,

7
keadaan ini disebut fraktur terbuka atau compound, yang cenderung

mengalami kontaminasi dan infeksi (Appley, 1995)

Fraktur femur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang

paha yang ditandai adanya deformitas yang jelas yaitu pemendekan

tungkai yang mengalami fraktur dan hambatan mobilitas fisik yang nyata

(Brunner & Suddarth, 2008). Akibat adanya fraktur mengakibatkan

terjadinya keterbatasan gerak (hambatan mobilitas), terutama di daerah

sendi yang terjadi fraktur dan sendi yang ada di daerah sekitarnya.

Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis

operasi dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur

tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk

mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,

1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk mempertahankan

posisi

2. Etiologi

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat

fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring (Appley,

1995).

8
2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang

ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah

biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran

vektor kekerasan (Appley, 1995).

3) Fraktur patologik

Fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh

melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses

patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti

vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan

proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang

lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat

keganasan (Appley, 1995).

3. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: a. Peristiwa

trauma tunggal. b. Tekanan yang berulang tulang. c. Kelemahan

abnormal pada tulang. Dalam kondisi post ORIF fraktur femur

kemungkinan mekanisme terjadinya fraktur ada dua cara, yaitu

karena trauma maupun kecelakaan langsung yang mengenai

tungkai atas pada batang femur, sehingga mengakibatkan

perubahan posisi pada fragmen tulang. Tulang bersifat terlalu

rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya tahan pegas

9
untuk menahan tekanan, tapi apabila tekanan ekternal yang dating

lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma

pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya

kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan

pembuluh darah serta saraf dalam korteks, bone marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Fraktur adalah

suatu permasalahan yang kompleks karena pada fraktur tersebut

tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam mereposisi fraktur

tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar tidak

timbul komplikasi selama reposisi (Appley, 1995).

4. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang

dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada

tulang fisis.

Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar Fraktur

dapat dibagi menjadi :

a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo),

yaitu:

Derajat I :

10
- Luka 1 cm

- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

- Fraktur kominutif sedang

- Kontaminasi sedang

Derajat ll :

- Laserasi <1 cm

- Kerusakan jaringan lunak sedkit,

- Fraktur komunitif sedang

- Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,

otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.

- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun

terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat

kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa

melihat besarnya ukuran luka.

Berdasarkan bentuk patahan tulang

a) Transversal

11
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap

sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang.

Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian

gips.

b) Spiral

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang

timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis

ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring

dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

d) Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada

segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.

e) Kominuta

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau

terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen

tulang.

f) Greenstick

12
Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak

lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga

periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak.

g) Fraktur Fissura Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak

tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah

tindakan reduksi.

Stadium Penyembuhan Fraktur


Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu :

- Pembentukan hematom

Fraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum

sehingga timbul hematom.

- Organisasi

Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom

disertai dengan infiltrasi sel – sel peradangan. Dengan demikian, daerah

bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.

- Kalus sementara

13
Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau – pulau kartilago dan jaringan

osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari

metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang

tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam bentuk spikula

ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara.

Tulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus

sementara sebagian besar lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.

- Kalus definitif

Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang

yang teratur dengan susunan havers – kalus definitif.

5. Gambaran Klinis
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan Gambaran klinis klien,

riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis. 8 Tanda dan gejala

terjadinya fraktur antara lain:

a. Deformitas

Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan

deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan

pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.

Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki

deformitas yang nyata.

b. Pembengkakan

14
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi

cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke

jaringan sekitar.

c. Memar

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi

fraktur.

d. Spasme otot

Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk

mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.

e. Nyeri

Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu

mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan

berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus ,

meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme

otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur

sekitarnya.

f. Ketegangan

Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera

yang terjadi.

g. Kehilangan fungsi

Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan

fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada

15
tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera

saraf.

B. Tinjauan tentang Pengukuran

1. Visual Analog Scale (VAS)

Alat ukur merupakan alat untuk mengetahui harga suatu besaran

atau suatu variabel. Prinsip kerja alat ukur harus dipahami agar alat ukur

dapat digunakan dengan cermat dan sesuai dengan pemakaian yang telah

direncankan. Skala analog visual (VAS) adalah ukuran subjektif yang

divalidasi untuk nyeri akut dan kronis. Skor tersebut dicatat dengan

membuat tanda tulisan tangan pada garis 10 cm, yang mewakili kontinum

antara "tanpa nyeri" dan "nyeri tak tertahankan (Delgado, 2018).

Skala analog visual (VAS) adalah skala penilaian nyeri

“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10” yang pertama kali digunakan oleh Hayes dan

Patterson pada tahun 1921. Skor didasarkan pada ukuran gejala yang

dicatat dengan satu tanda tulisan tangan yang ditempatkan pada satu titik

sepanjang garis 10 cm yang mewakili kontinum antara kedua ujung skala

"tidak ada rasa sakit" di ujung kiri (0 cm) skala dan "nyeri paling parah" di

ujung kanan timbangan (10 cm) .10 Pengukuran dari titik awal (ujung kiri)

timbangan hingga tanda pasien dicatat dalam sentimeter dan

diinterpretasikan sebagai nyeri .Nilai dapat digunakan untuk melacak

perkembangan nyeri untuk pasien atau untuk membandingkan nyeri antara

pasien dengan kondisi serupa. (Delgado, 2018)

16
2. Goniometer

Istilah Goniometers berasal dari dua kata Yunani, gonio berarti

sudut dan metron yang berarti mengukur. Dengan demikian, goniometer

adalah alat instrument yang digunakan untuk mengukur sudut. Dalam

fisioterapi, goniometry digunakan untuk mengukur jumlah total gerak

yang terdapat pada sendi tertentu (Aras, Ahmad, & Achmad, 2016).

Goniometers dapat digunakan baik untuk mengukur ROM aktif

maupun pasif, saat ini alat ukur Goniometers diproduksi dalam berbagai

ukuran dan bentuk, dan biasanya terbuat dari plastik atau logam.

Gambar 2.4 Goniometer


Goniometers terdiri dari tiga bagian yaitu :

 Sebuah body. Body goniometer di desain seperti busur derajat dan

dapat membentuk lingkaran penuh atau setengah. Skala

pengekuran terletak disekitar body. Skala dapat terbentang dari 0

hingga 180 derajat dan 180 ke 0 derajat untuk model setengah

lingkaran, atau dari 0 sampai 360 derajat dan dari 360 ke 0 derajat

17
pada model lingkaran penuh. Interval lingkaran pada skala dapat

bervariasi dari 1 sampai 10 derajat.

 Sebuah lengan stasioner. Lengan stasioner secara struktural

merupakan bagian dari body dan karena itu tidak dapat bergerak

secara independen dari body.

 Sebuah lengan bergerak. Lengan bergerak melekat pada titik

tumpu (fulcrum) ditengah body melalui sebuah keling atau sekrup

yang memungkinkan lengan bergerak untuk bergerak bebas pada

body. Dalam beberapa instrumen, perangkat sekrup dapat

diperketat untuk memperbaiki lengan bergerak pada posisi tertentu

atau dilonggarkan guna memungkinkan gerak bebas.

3. Manual Muscle Testing (MMT)

Untuk mengetahui nilai dari kekuatan otot adalah menggunakan

Manual Muscle Testing (MMT). MMT merupakan suatu instrumen untuk

melakukan pengukuran pada kekuatan otot / group otot apakah dapat

berkontraksi secara maksimal atau tidak (Suharti, Sunandi, & Abdullah,

2018)

Pemeriksaan otot dengan menggunakan Manual Muscle Testing


(MMT) memiliki kriteria penilaian otot adalah sebagai berikut ;

 Nilai 0 : Zero/tidak ada pergerakan/kontraksi sama

sekali

 Nilai 1 : Trace/sedikit berkontraksi (otot), tidak ada

gerakan

18
 Nilai 2 : Poor/sudah ada pergerakan tetapi tidak mampu

melawan gravitasi

 Nilai 3 : Fair/ada pergerakan dan mampu melawan

gravitasi

 Nilai 4 : Good/ada pergerakan dan melawan gravitasi

dengan tahanan minimal dari fisioterapi

 Nilai 5 : Normal/ada pergerakan, mampu melawan gravitasi

dan mampu melawan tahanan secara maksimal dari fisioterapi.

C.Tinjauan tentang Intervensi


1. Infra Red (IR)
Infra red adalah salah satu modalitas fisoterapi menggunakan

lampu dengan sinar merah yang langsung dipancarkan atau radiasi

infra merah adalah bentuk energi elektromagnetik yang tak terlihat,

panjang gelombangnya lebih panjang dari pada cahaya yang tampak.

dengan panjang gelombang anatara 780 nm (nano meter) dan 1000

nm. Dan pada kasus ini dipakai mengguanakan gelombang inframerah

jauh (FIR, 5,6– 1000 nm) (Shui et al., 2015).

Tindakan yang dilakukan terhadap pasien menggunakan sinar infra

merah yang di letakan diatas paha bagian depan dan belakang dari

pelat keramik ke kulit atau yang disinari fokus pada otot quadriceps

dan hamstring, dengan jarak kurang lebih 45cm secara bergantian

dengan waktu masing-masing tempat 15 menit,

Indikasi Terapi Infrared

19
Ada beberapa indikasi terapi infrared atau infra merah secara
medis, antara lain adalah pada kasus;

1. Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak


2. Kekakuan sendi atau gerak sendi

3. Ketegangan atau spasme otot

4. Peradangan kronik dengan pembengkakan

5. Terapi pada kasus luka pada kulit

Terapi infra merah merupakan salah satu jenis terapi aman dalam
bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi. Namun demikian ada
beberapa kontraindikasi terapi infrared.

Orang dengan kontraindikasi di bawah ini sebaiknya


menginformasikan kepada dokter atau fisioterapis sebelum terapi.
Kontra indikasi absolut terapi infra merah meliputi:

o Gangguan sensorik seperti perubahan sensitifitas meraba maupun

rasa seperti suhu

 Gangguan mental

 Orang dengan penyakit tumor ganas atau kanker

o Pasien yang sedang menjalani modalitas terapi infrared pada mata

2. Terapi Latihan

Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi

dengan menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif

untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan

kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas,

20
rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.

Indikasi Terapi Latihan. Indikasi terapi latihan berikut ini beberapa

keadaan yang umumnya dapat diperbaiki dengan terapi latihan :

• Nyeri

• Kelemahan dan penurunan ketahanan otot

• Pengurangan jangkauan gerak yang dapat dikarenakan oleh

kekakuan kapsul sendi maupun pengurangan panjang otot.

• Mobilitas sendi yang berlebihan

Jenis-jenis terapi latihan yang diberikan adalah :

a. Latihan mobilitas, dapat berupa latihan pasif, latihan aktif

dengan bantuan, latihan aktif dengan bantuan mandiri, latihan aktif

1) Latihan Pasif

Pada latihan pasif, gerakan dilakukan oleh bantuan luar

tanpa mengandalkan gerakan mandiri otot penderita. Bantuan luar

dapat berasal dari orang lain ataupun dari mesin. Latihan pasif

biasanya dilakukan pada tahap awal rehabilitasi selama struktur

jaringan masih mampu menahan beban gerakan tanpa resiko cedera

lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jangkauan

gerak sendi selama periode tidak aktif. Lebih lanjut, latihan pasif

dapat dikombinasikan dengan latihan penguluran untuk

meningkatkan jangkauan gerak sendi.

2) Latihan Aktif

21
Latihan jenis ini dilakukan secara mandiri. Latihan ini

terutama dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas jatingan

melalui latihan stretching. Latihan penguluran ini dapat

memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan ini

secara alami dibatasi oleh rasa nyeri.

3) Streching
Menurut Nelson dan Kokkonen (2007) stretching

merupakan komponen kebutuhan dari optimalisasi kesehatan dan

aktivitas seseorang. Stretching merupakan penguluran pada otot

yang akan membantu meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas otot

serta memaksimalkan range of motion dari persendian. Stretching

exercise adalah suatu teknik yang bertujuan untuk meningkatkan

ekstensibilitas dari jaringan lunak yang mengalami pemendekan

(Kisner & Colby, 2007).

4) Hold relax

Hold relax merupakan salah satu teknik khusus exercise

dari Proprioceptive Neuromuscular Fasilitation (PNF) yang

menggunakan kontraksi isometric secara optimal pada kelompok

otot antagonis

5) Statik kontraksi

Statik kontraksi Pemberian statik kontraksi memberikan efek

pumping action pembuluh darah balik, yaitu terjadinya

22
peningkatan perifer resistance of blood vessels. Dengan adanya

hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan blood

pressure dan secara otomatis cardiac output meningkat sehingga

mekanisme metabolisme menjadi lancar dan sehingga oedem

menjadi menurun karena bengkak menurun maka tekanan ke

serabut saraf sensoris juga menurun sehingga nyeri berkurang.

23
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Nn.W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 17 Tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat :Mamasa

Vital Sign

Tekanan Darah : 110/90

Denyut Nadi : 75x/ menit

B. Anamnesis Khusus( History Taking)

Keluhan Utama : Nyeri dan keterbatasan gerak

Lama Keluhan : 7 bulan

Riwayat Perjalanan Penyakit : pasien mengalami kecelakaan jatuh dari

pohon bulan desember tahun 2020 yang mengakibatkan fraktur femur kaki

sebelah kanan,pasien tidak langsung melakukan pengobatan medis namum

melakukan pengobatan tradisional terlebih dahulu,sekitar 7 bulan lalu pasien

baru di bawa ke RS TK II PLAMONIA dan dioperasi pemasangan plate and

screw dan setelah itu di rujuk ke poli fisioterapi.

24
C. Inspeksi/Observasi

1. Statis

- Pasien datang dengan menumpuh

2. Dinamis

- Pasien belum bisa memfleksikan (menekuk) lutut secara full

- Tungkai terlihat panjang sebelah kiri dibandingkan sebelah kanan

D. Pemeriksaan fungsi gerak dasar

No Gerakan Gerak aktif Gerak pasif dan Endfeel TIMT

1 Fleksi Nyeri, Nyeri, ROM firm Nyeri, tahanan


terbatas minimal

2 Ekstensi Nyeri, Nyeri, ROM firm Nyeri, tahanan


terbatas minimal

E.Pemeriksaan Spesifik

1) Index Barthel

No. Jenis aktivitas Kriteria Score

1. Mengendalikan rangsang defekasi 0 = tidak terkendali 2


1 = kadang-kadang tak
terkendali
2 = mandiri

2. Mengendalikan rangsang berkemih 0 = Tak terkendali / pakai 2


keteter
1 = kadang-kadang tak
terkendali
2 = mandiri

25
3. Perawatan diri (grooming) 0 = butuh bantuan 1
1 = mandiri

4. Berpakaian (dressing) 0 = tergantung orang lain 2


1 = sebagian dibantu
2 = mandiri

5. Makan 0 = tidak mampu 2


1 = butuh bantuan
2 = mandiri

6. Berubah sikap dan berbaring ke 0 = tidak mampu 3


duduk 1 = perlu banyak bantuan
2 = butuh bantuan minimal 2
orang
3 = mandiri

7. Berpindah berjalan 0 = tidak mampu 2


1 = bisa (pindah) dengan
kursi
2 = butuh bantuan minimal 1
orang
3 = mandiri

8. Penggunaan jamban masuk dan 0 = tergantung 2


keluar 1 = Perlu pertolongan pada
beberapa kegiatan tetapi
dapat mengerjakan sendiri
kegiatan lain
2 = mandiri

9. Mandi 0 = tergantung 1
1 = mandi

10. Naik turun tangga 0 = tidak mampu 1

26
1 = butuh bantuan
2 = mandiri

Jumlah 18

Keterangan

0-4 : Ketergantungan total

5-8 : Ketergantungan berat

9-11 : Ketergantungan sedang

12-19 : Ketergantungan ringan

20 : Mandiri

Hasil : 18 (Ketergantungan ringan)

F. Pemeriksaan penunjang

G. Pengukuran Fisioterapi

1. Antropometri

Panjang tungkai Kiri Kanan

Trochanter - malleolus lateral 78cm 75 cm

Tungkai atas 46 cm 45 cm

27
2. Vas ( Visual Analog Scale )

Pelaksanaan : Intruksikan kepada pasien untuk memberi tanda

titik pada garis skala VAS, yang dapat menggambarkan rasa nyeri

yang dikeluhkan, antara 0 (nyeri ringan) sampai 100 (nyeri berat).

Hasil : 40 mm nyeri ringan (masih bisa ditahan aktifitas

takterganggu)

3. Range of Motion Shoulder (ROM)

Pelaksanaan : Posisi pasien dalam posisi test yang

direkomendasikan sewaktu menstabilkan komponen sendi

proksimal, terapis menggerakan secara lembut komponen sendi

bagian distal sehingga mencapai akhir ROM yang ditentukan.

Letak goniometer epcondilus lateral femur.

Hasil :

Gerakan Rom Pasien Rom Normal

Sinistra :
Fleksi /ekstensi knee S:00-00-1350 S:00-00-1350
Dextra :
S:00-00-500

4. Manual Muscle Testing (MMT)

28
Pelaksanaan : Pada knee pasien menggerakan fleksi-ekstensi

intruksikan lalu diberitakanan tahanan minimal/maksimal/tanpa

tahanan.

Hasil : pasien mampu melawan tahanan minimal

Grade Keterangan

Grade 5 (normal; Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan


100%) gravitasi dengan tahanan maksimal

Grade 4 (good; Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan


75%) graviasi dengan tahanan sedang

Grade 3+ (fair Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan


plus) graviasi dengan tahanan minimal

Grade 3 (fair; Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan


50%) graviasi tanpa tahanan.

Grade 2+ (pool Pasien dapat menggerakan sendi sebatas ROM tertentu


plus) melawan graviasi tetapi tidak bisa menyelesaikan gerakan
secara penuh

Grade 2 (pool; Pasien tidak dapat melakukan gerakan melawan gravitasi


25%) tetapi dapat menyelesaikan ROM ketika gravitasi
ditiadakan.

Grade 2- (pool Pasien hanya dapat melakukan sebagian ROM diawal


minus; 25%) gerakan meski gravitasi ditiadakan.

Grade 1 (trace; Pasien tidak mampu menggerakan sendi meskipun gaya


5%) gravitasi ditiadakan.namun dengan pemeriksaan palpasi
dapat mendeteksi kontraksi otot

Grade 0 (zero; Tidak ada kontrksi otot yang terdeteksi, meski dengan

29
0%) pemeriksaan palpasi

H. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan Aktifitas Berjalan Et Causa Post Op Os Femur Dextra

I. Problematik Fisioterapi

Pemeriksaan/Pengukuran Yang
No. Komponen ICF
Membuktikan

1. IMPAIRMENT

Tes gerak aktif, tes gerak pasif,


Nyeri pada tungkai kanan
skala Vas,

Keterbatasan gerak Pengukuran ROM

Kelemahan otot Pengukuran MMT

2. ACTIVITY LIMITATION

Pasien kesulitan menggerakan tungkai kirinya Tes Isometrik Melawan Tahanan

Gangguan saat berjalanan atau meumpuh


History taking, indeks barthel
berat badan

3. PARTICIPATION RESTRICTION

Kesulitan menyelesaikan pekerjaan


Index barthel
dirumah.

30
BAB IV

INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI

A. Rencana Intervensi Fisioterapi

1. Tujuan Jangka Pendek

a) Mengurangi nyeri

b) Meningkatkan ROM

c) Meningkatkan kekuatan otot

2. Tujuan Jangka Panjang

Memperbaiki kemampuan ambulasi, dan kemampuan dalam

mengerjakan sehari-hari dirumah.

B. Strategi Intervensi Fisioterapi

N Jenis intervensi
Problematika Fisioterapi Tujuan Intervensi
o

1 Impairment

a. Nyeri pada tungkai IR, stretching


Mengurangi nyeri
kanan

b. Keterbatasan gerak Memperbaiki ROM Terapi latihan , IR

Meningkatkan kekuatan
c. Kelemahan otot terapi latihan (Static
otot
contraksi)

2 Aktivity limitation

Streching, terapi
a. Kesulitan untuk Membantu pasien agar

31
menekuk lutut dapat menekuk lutut secara latihan, static
perlahan contraction

b. Kesulitan menggerakkan Terapi latihan


tungkai kiri (Passive Exercise,
Mengembalikan aktivitas
fungsional sebagai pelajar Hold Relax dan
c. Gangguan saat
berjalanan/meumpuh berat Ressisted Exercise)
badan
3 Participation Restriction

Mengembalikan
Kesulitan menyelesaikan
aktivitas pekerjaan IR, streching
pekerjaan dirumah.
sehari-hari dirumah.

C. rosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi


1. Infra Red

a. Persiapan alat

Pastikan kabel dan lampu dalam keadaan baik kemudian hubungkan ke

stop kontak, nyalakan tombol on/off.

b. Persiapan pasien dan terapis

Sebelum melakukan terapi, terlebih dahulu terapis menanyakan hal-hal

yang berkaitan dengan kontra indikasi infra merah kepada pasien beserta

langkah-langkah terapi dan tujuan terapi yang akan dilakukan. Yang perlu

diperhatikan :

32
1) Pasien diposisikan senyaman mungkin tidur telentang diatas bed dan

regio yang akan dilakukan penyinaran dengan infra merah harus

terbebas dari pakaian

2) Posisi terapis berada disamping pasien. Pasien diberikan penjelasan

tentang rasa panas dari penggunaan infra merah.

3) Apabila pasien merasakan rasa panas yang berlebih, pasien diminta

untuk segera memberitahukan kepada terapis.

2. Terapi latihan

1.) Latihan aktif dan pasif

a. Posisi pasien dan terapis :

- Pasien dapat dilatih dengan supine lying atau duduk

- Terapis berada di samping atau depan pasien

b. Teknik pelaksanaan :

- Pada latihan aktif, terapis memeragakan gerakan didepan pasien lalu

diikuti oleh pasien menggerakan sendiri

- Pada gerakan pasif, dilakukan oleh bantuan luar tanpa mengandalkan

gerakan mandiri otot penderita

c. Dosis :

- Frekuensi : 2 x seminggu

- Waktu : 8x repetisi

33
3. Stretching

• Tujuan : Untuk penguluran m. gastrocnemius

• Posisi pasien : supine lying

• Posisi FT : Berada di samping bed

• Teknik : Untuk mengulur m.gastrocnemius, pasien tidur terlentang

fisioterapis secara pasif melakukan dorsofleksi pada ankle pasien tangan

fisioterapis yang satunya memfiksasi pada distal tibialis pasien kemudian

tahan 8 detik.

• Dosis : 8 detik 3x pengulangan

4. Static Contraction

a. Posisi pasien : supine lying dengan kaki extensi dengan posisi dorso

fleksi.

b. Posisi fisioterapi : berada di samping pasien

c. Teknik pelaksanaan : fisioterapis meletakkan handuk/kepalan tangan

di bawah knee joint dan dibawa pergelangan kaki pasien sebagai

bantalan. Pasien diberikan instruksi untuk menekan bantalan tersebut

selama 10 detik dengan rest time 5 detik, dilakukan sebanyak 3x

repitisi.

C. Edukasi dan Home Program


1. Edukasi

Pasien diminta untuk menghindari gerakan mengangkat yang

menambah beban tungkai atas dan menumpuh berat badan di kiri yang

patah .

34
2. Home program

Adapun home program yang diberikan kepada pasien terkait kondisinya

ialah melakukan latihan static contraction dirumah seperti yang sudah

diajarkan gerakan aktif fleski-ekstensi knee sesuai toleransi nyeri pasien.

A. Evaluasi Fisioterapi

Evaluasi
No Problematic Intervensi
Awal terapi Akhir terapi

1. Nyeri Stretching ,IR VAS : 7 VAS : 5

2. Keterbatasn gerak Terapi latihan, Aktif Fleksi :500 Aktif Fleksi : 680

IR
Pasif Fleksi: 550 Pasif Fleksi: 750

Ekstensi : 00 Ekstensi : 00

3. Kelemahan otot Statik 3 4

kontraksi ,terapi

latihan

35
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Assesment Fisioterapi

1. History Taking

History taking merupakan cerita tentang riwayat penyakit yang

diutarakan oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara

kronologis yang memerlukan pemahaman tentang patofisiologi dari

pemeriksa. Untuk mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap

pemeriksa yang sabar dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara

pengambilan history taking dapat mengikuti dua pola umum, yaitu :

a. Pasien dibiarkan dengan bebas mengemukakan semua keluhan

serta kelainan yang dideritanya.

b. Pemeriksa membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau

kelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertentu.

Dari history taking pada pasien dengan kondisi fraktur femur

menjelaskan terkait dengan awal mula kejadian

2. Observasi/Inspeksi

36
Untuk melengkapi data suatu pemeriksaan fisioterapi, diperlukan

pemeriksaan observasi. Observasi memerlukan kecermatan dan kecepatan

menganalisa keadaan pasien dalam waktu yang singkat.

Dalam buku “Orthopedic Physical Assesment : David J.Mage

menjelaskan untuk obsevasi pasien osteoarthritis dapat dilihat dari 3 aspek

yaitu anterior,posterior dan lateral view.

3. Pemeriksaan Fungsi Dasar

Pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan pada alat gerak

tubuh dengan cara melakukan gerekan fungsional dasar pada region

tertentu untuk melacak kelainan struktur region tersebut. Dalam buku

“Orthopedic Physical Assesment : David J.Mage” menjelaskan terkait

pemeriksaan fungsi gerak dasar terkait gerak aktif,gerak pasif,TIMT pada

region knee dan hip serta informasi-informasi apa saja yang didapatkan

dalam pemeriksaan fungsi gerak dasar tersebut.

a. Gerak Aktif

Gerak aktif adalah suatu gerakan pemeriksaan yang dilakukan

sendiri oleh penderita, sesuai petunjuk pemeriksa. Informasi yang

diperoleh dari pemeriksaan ini masih bersifat global sebab masih

melibatkan berbagai struktur seperti neuromuscular, arthrogen,

vegetative mechanism. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi

berupa :

1) Koordinasi gerak

2) Pola gerak

37
3) Nyeri

4) ROM aktif

Ketika dilakukan gerak aktif, pasien dengan kondisi fraktur shaft

femur mengalami keterbatasan pada knee dan hip joint ketika

bergerak.

b. Gerak Pasif

Gerak pasif dalah suatu gerakan pemeriksaan terhadap pasien yang

dilakukan oleh pemeriksa tanpa melibatkan pasien secara pasif.

Dengan demikian pemeriksaan ini banyak ditujukan untuk struktur

athrogen dan myotendinogen secara pasif. sehingga pada satu sisi

akan terjadi penguluran dan pada sisi yang lain mengalami kompresi.

Informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan gerak pasif adalah :

1) ROM Pasif

2) Stabilitas sendi

3) Rasa nyeri

4) End feel

5) Capsular pattern

Ketika dilakukan pemeriksaan gerak pasif, pasien dengan kondisi

fraktur shaft femur tetap mengalami keterbatasan dan endfeel dari

gerakannya

4. Joint Play Movement

38
Dalam tes jpm pada region knee ini terdiri dari backward and

forward movements of tibia on femur, medial and lateral translation of

tibia on femur, medial and lateral displacements of patella, depression

(distal movement) of patella, anteroposterior movement of fibula on tibia.

Dalam buku “Orthopedic Physical Assesment : David J.Mage”

menjelaskan terkait dengan tes JPM pada region knee. Untuk tes jpm

yang dilakukan pada kasus osteoarthritis yaitu

1) Backward glide of tibia on femur

2) Forward glide of tibia on femur

3) Medial translation of tibia on femur

4) Lateral translation of tibia on femur

B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi (kaitannya dengan clinical reasoning)


1. Infra Red

Sinar IR adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang 7.700 – 4.000.000 A (Libriana, 2005). Klasifikasi infra red

berdasarkan panjang gelombang: (1) Gelombang panjang (non penetrating),

panjang gelombang diatas 12.000 A - 150.000 A. Daya penetrasi sinar ini hanya

sampai pada lapisan superficial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm, (2) Gelombang

pendek (penetrating), adalah gelombang yang dengan panjang gelombang antara

7.700 – 12.000 A. Infra red merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang

bertujuan untuk meningkatkan metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah dan

mengurangi nyeri.

2. Free Active movement

39
Free active movement merupakan gerakan yang dihasilkan

kontraksi otot yang melawan gravitasi tanpa bantuan atau tenaga baik

dari luar tubuh ataupun dari dalam tubuh itu sendiri. Tujuan dari active

exercise yaitu a) memelihara dan meningkatkan kekuatan otot, b)

mengembalikan koordinasi dan keterampilan motoric untukaktifitas

fungsional. (Kisner, 2007).

Dosis 3 kali per minggu selama 2 minggu. 10 kali istirahat dengan

waktu yang sama yaitu 60 detik, dilakukan 4x8 hitungan.

3. Static Contraction

Static contraction di mana terjadi kontraksi otot secara statik

maupun dinamik dengan diberikan tahanan dari luar, dengan tujuan

meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan daya tahan otot. Tahanan

dari luar bisa manual atau mekanik. Fungsi latihan ini ialah untuk

meningkatkan kekuatan otot. terjadi peningkatan kekuatan otot karena

motor unit dan reflex activation dari adaptasi neurologi dan ukuran otot,

hipertrofi, muscle fiber tipe transisi dan perubahan dari arsitektur otot

dari adaptasi morfologi mengalami peningkatan (Bompa, 2009).

40
DAFTAR PUSTAKA

Daniels, K. and C. Worthingham,1986; Muscle Testing Techniques of Manual


Examination. 5 ed,

Blahd, WH . 2014.Swelling After a Medical Procedure. Diakses: 22 Juni 2015.


http://www.webmd.com/first-aid/swelling-after-a-medical-procedure
Burhan, EM., Rizal, M & Erkadius, A. 2014. Perbandingan Fungsi Extremitas
Atas pada Fraktur Metafise Distal Radius Intraartikuler Usia Muda Antara
Tindakan Operatif Dan Non Operatif dengan Penilaian Klinis Quickdash
Score. Artikel Penelitian.
Greene, B Walter. 2006. Netter’s Orthopaedics. New York: Saunders Elsevier.
Hartwig, W. 2015.Fundamental Anatomy 1st Edition.Content
Technologies:Cram101 Textbook Reviews.
Hoppenfeld, S & Murthy, VL. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta:
BukuKedokteran EGC.
Kisner, C & Colby LA. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Technique
5th Edition. F.A Davis Company : Philadelpia.
Marlina, TT. 2015. Efektivitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan Intebsitas
Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut di Yogyakarta.Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, Volume 2. Nomor: 1 Januari 2015.
Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa
Aksara.
Sjamsuhidajat & deJong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC.
Singh, J. 2005. Textbook of Electrotherapy. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher (P) Ltd.
Smeltzer & Bare. 2006. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing, edition 10. Lippincott Williams & Willkins.

41
Thomas, Mark A, Stanley Hoppenfeld, and Vasantha L. Murthy. 2011 “Treatment
and Rehabilitation of Fracture : Terapi dan Rehabilitas Fraktur”.
Terjemahan oleh Albertus Agung Mahode, et al. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai