Anda di halaman 1dari 56

LITERATURE REVIEW DAMPAK INFEKSI CORONA

VIRUS DISEASE 19 COVID19 PADA KEHAMILAN

MELANI LUTHER
NH0220023

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
D. Manfaat penelitian........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
A. Tinjauan Umum tentang Corona Virus Disease 19...................... 6
B. Tinjauan Umum tentang Kehamilan............................................ 25
C. Kerangka Teori............................................................................. 30
BAB III METODE......................................................................................... 31
A. Desain Penelitian.......................................................................... 31
B. Tahapan Literature Review.......................................................... 31
C. Proses Pengumpulan Data............................................................ 32
D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas............................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 37
A. Hasil penelitian............................................................................. 37
B. Pembahasan.................................................................................. 46
C. Keterbatasan Penelitian................................................................ 49
D. Implikasi Penelitian...................................................................... 49
BAB V PENUTUP......................................................................................... 50
A. Kesimpulan................................................................................... 50
B. Saran............................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan virus baru yang
merebaknya hingga seluruh negara di Dunia. Diketahui, asalmula virus ini
berasal dari Wuhan, Tiongkok yang ditemukan pada akhir bulan Desember
2019 (Yuliana, 2020). Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas
karena dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia. Hingga saat
ini, berita seputar COVID-19 masih menjadi perhatian utama semua negara
untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19 yang belum
ditemukan obat dan vaksinnya (PDPI, 2020).
China merespons dengan cepat bekerjasama World Health
Organization (WHO) tentang wabah dan berbagi informasi urutan dengan
komunitas internasional setelah ditemukannya agen penyebab. WHO
merespons dengan cepat dengan mengoordinasikan pengembangan
diagnostik, menerbitkan panduan tentang pemantauan pasien, pengumpulan
spesimen, dan perawatan, dan memberikan informasi terkini tentang wabah.
Beberapa negara di wilayah tersebut serta Amerika Serikat sedang menyaring

pelancong dari Wuhan untuk demam, bertujuan untuk mendeteksi kasus
2019-nCoV sebelum virus menyebar lebih lanjut. Pembaruan dari Cina,
Thailand, Korea, dan Jepang menunjukkan bahwa penyakit yang terkait
dengan 2019-nCoV tampaknya relatif ringan dibandingkan dengan SARS dan
MERS (Unhale et al., 2020).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) per tanggal 1
November 2020 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang terdiagnosa
COVID-19 sebanyak 45.942.902 orang dengan jumlah kematian sekitar
1.192.644 orang. Adapun kasus tertinggi yaitu di Amerika Serikat sekitar
8.952.086 kasus, India 8.184.082 kasus, Brasil 5.516.658 kasus dan
Rusia1.636.781 kasus (WHO, 2020).

1
2

Di Indonesia sendiri per tanggal 1 November 2020, diperoleh jumlah


kasus COVID-19 sebanyak 412.784 kasus dengan 341.942 pasien yang
sembuh dan 13.943 pasien yang meninggal, dimana jumlah kasus tertinggi
berada di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 106.205 kasus, diikuti Jawa Timur
sebanyak 52.718 kasus, Jawa Barat sebanyak 36.583 kasus, Jawa Tengah
sebanyak 34.370 kasus, dan Sulawesi Selatan sebanyak 18.370 kasus
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Data di Provinsi Sulawesi Selatan per tanggal 1 November 2020,
diperoleh jumlah kasus COVID-19 sebanyak 18.370 kasus dengan 16.551
pasien yang sembuh dan 467 pasien yang meninggal, dimana jumlah kasus
tertinggi berada di Kota Makassar sebanyak 13.747 kasus, diikuti Kabupaten.
Gowa sebanyak 2.344 kasus, dan Kabupaten. Luwu Timur sebanyak 2.069
kasus, sedangkan kasus terendah berada di Kabupaten. Barru sebanyak 184
kasus, diikuti Kabupaten. TorajaUtara sebanyak 221 kasus, dan Kabupaten.
Wajo sebanyak 246 kasus (Dinkes Prov. Sulawesi Selatan, 2020).
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2 yang merupakan
penyakit baru dan penelitian terkait penyakit ini masih sedikit. Diperlukan
informasi yang berbasis bukti (evidence base) tentang pencegahan,
perawatan, pengobatan, maupun informasi lainnya terkait penyakit COVID-
19 ini. Pada masa pandemi corona atau COVID-19, penting bagi kita untuk
melakukan berbagai tindakan pencegahan, termasuk menjaga jarak sosial,
tetap tinggal di rumah, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, gerakan
menggunakan masker, serta penggunaan antiseptik dan desinfektan dalam
kehidupan sehari-hari (Malik et al., 2020).
Dalam menjamin keberhasilan akhir dari pandemi COVID-19, perilaku
dalam mengontrol pencegahan COVID-19 sangat penting (Zhong et al.,
2020).WHO juga merekomendasikan dalam menghadapi wabah COVID-19
adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang
memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan
berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi
3

jarak yang harus dijaga adalah satu meter. Pasien rawat inap dengan
kecurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter dari pasien
lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan
cuci tangan (Susilo et al., 2020).
Wanita hamil merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan
kesehatan khususnya penyakit infeksi dikarenakan adanya perubahan fisiologi
tubuh dan mekanisme respon imun di dalam tubuhnya(Rohmah & Nurdianto,
2020).Melalui evaluasi yang dilakukan dalam wabah sebelumnya (SARSdan
MERS), ibu hamil telah terbukti memilikirisiko kematian yang tinggi,
keguguran spontan,kelahiran prematur, dan IUGR (Intra Uterine Growth
Restriction). Tingkat fatalitas SARS dan MERS diantara pasien hamil adalah
25% dan 40%, masing-masing terdapat beberapa risiko seperti ketubanpecah
dini, kelahiran prematur, takikardia janin,dan gawat janin(Pradana et al.,
2020). Namun, saat ini masih sedikit penelitian yang meneliti status COVID-
19 pada populasi ibuhamil dan perinatal. Selain itu, sebagian besar penelitian
yang diterbitkan adalah laporan kasus/kasus serial, yang ditulis dalam
bahasaCina, yang menghasilkan ketidakakutratanpenjelasan(Ramadhani et
al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Ceulemans et al., (2020), menunjukkan
bahwa secara keseluruhan, 0,3% dari semua responden yang dilaporkan dites
positif SARS-CoV-2, tidak menunjukkan kerentanan wanita hamil yang lebih
tinggi untuk tertular COVID-19. Penelitian Khan et al., (2020), menunjukkan
bahwa dari 3 pasien yang diteliti hanya 1 pasien yang melahirkan bayi
prematur. Namun, bayi prematur dites negatif untuk SARS-CoV-2, yang
menunjukkan bahwa kelahiran prematur tidak disebabkan oleh penularan
vertikal SARS-CoV-2. Namun, persalinan prematur mungkin disebabkan
oleh tekanan psikologis selama kehamilan terkait pneumonia COVID-19.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit COVID-19
mengalami peningkatan yang signifikan sejak muncul Desember 2019 dan
mengakibatkan banyak kematian di dunia. Dalam upaya menekan angka
kematian penyakit akibat COVID-19, WHO juga merekomendasikan proteksi
4

dasar dalam menghadapi wabah COVID-19dalam mengontrol pencegahan


COVID-19 khusus pada ibu hamil karena sangat rentan tertular dikarenakan
adanya perubahan fisiologi tubuh dan mekanisme respon imun di dalam
tubuhnya. Namun, saat ini masih sedikit penelitian yang meneliti dampak
COVID-19 pada populasi ibu hamil dan perinatal. Dari uraian tersebut, maka
perlu dilakukan tinjauan studi literatur tentang Dampak Infeksi Corona Virus
Disease 19 (COVID-19) pada Kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulisan rumusan masalah
penelitian “Bagaimana dampak infeksi Corona Virus Disease 19 (COVID-19)
pada kehamilan?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentiikasidampak
infeksi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) pada kehamilan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan keperawatan maternitas khususnya dampak infeksi Corona
Virus Disease 19 (COVID-19) pada kehamilan.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat ibu hamil
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ibu hamil
untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya pelaksanaan
protokol kesehatan demi mencegah COVID-19pada ibu hamil.
b. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman
khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khusus
pada ibu hamil yang diagnosa COVID-19.
5

c. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
dan bahan data dasar informasi tentang dampak infeksi Corona Virus
Disease 19 (COVID-19) pada kehamilan.
d. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya, serta dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam lagi mengenai dampak infeksi Corona Virus Disease 19
(COVID-19) pada kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Corona Virus Disease 19 (COVID-19)
1. Pengertian
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus
yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang,
seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu
kali dalam hidupnya. Namun, beberapa jenis virus corona jug bisa
menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) dan Pneumonia.SARS yang muncul
pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara
lain.Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia,
Inggris, Italia, Swedia, Swiss,Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi
SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098
orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa
akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.Sampai saat ini
terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu
HCoV-229E, HCoV-OC43, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, SARS-CoV
(yang menyebabkan sindrom pernapasan akut), MERS-COV (sindrom
pernapasan Timur Tengah) dan COVID-19 atau dikenal juga dengan
Novel Coronavirus (menyebabkan wabah pneumonia) di kota Wuhan,
Tiongkok pada Desember 2019, dan menyebar ke negara lainnya mulai
Januari 2020 (Fadli, 2020).
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen.Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,
keluarga Coronaviridae. Struktur coronavirus membentukstruktur seperti
kubus dengan protein S berlokasi dipermukaan virus. Protein S atau
spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus
danmerupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan
dalam penempelan danmasuknya virus kedalam sel host (interaksi
protein S dengan reseptornya di sel inang). Coronavirus bersifat sensitif

6
7

terhadap panas dan secara efektif dapat dinonaktifkan olehdesinfektan


mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus (Yuliana, 2020).
2. Etiologi
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi
dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif
merupakan faktor risiko dariinfeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis
kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan
prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi,dan
diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (Susilo
et al., 2020).
Diaz JH menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19
yang lebih berat. Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology
(ESC) menegaskan bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk
menyimpulkan manfaat positf atau negatif obat golongan ACE-i atau
ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap
melanjutkan pengobatannya (Susilo et al., 2020).
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap
infeksi SARS-CoV-2. Kanker diasosiasikan dengan reaksi
imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen
proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritk. Pasien dengan sirosis
atau penyakit hati kronik juga mengalami penurunan respons imun,
sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19, dan dapat mengalami luaran
yang lebih buruk. Studi Guan, dkk. Menemukan bahwa dari 261 pasien
COVID-19 yang memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah
dengan kanker dan 23 pasien dengan hepatitis B (Susilo et al., 2020).
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tdak
8

HIV. Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV
dengan infeksi SARS-CoV-2. Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan
hipersensitvitas dan penyakit autoimun juga belum dilaporkan. Belum
ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma dengan
kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis yang
dilakukan oleh Yang, dkk, menunjukkan bahwa pasien COVID-19
dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki
manifestasi klinis yang lebih parah (Susilo et al., 2020).
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for
Disease Control and Preventon (CDC) adalah kontak erat, termasuk
tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke
area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat
(dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis
merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia,
sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari
3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%
(Susilo et al., 2020).
Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Coronavirus jenis
baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis danpopulasi normal,
bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpaparvirus dalam jumlah
besar dalam satu waktu, dapat menimbulkanpenyakit walaupun sistem
imun tubuh berfungsi normal. Orang-orangdengan sistem imun lemah
seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisilainnya, penyakit dapat
secara progresif lebih cepat dan lebih parah.Infeksi coronavirus
menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemahterhadap virus ini lagi
sehingga dapat terjadi re-infeksi (PDPI, 2020).
3. Patofisiologi
Analisis filogenetik mengungkapkan bahwa virus corona termasuk
dalam subgenus sarbecovirus dari genus betacoronavirus, dengan
panjang cabang yang relatif panjang untuk kerabat terdekat bat-SL-
CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21,dan secara genetik berbeda dari
9

SARS-CoV.Khususnya, pemodelan homologi mengungkapkan bahwa


virus corona memiliki struktur receptor binding domain yang sama
dengan SARS-CoV,meskipun terdapat variasi asam amino padabeberapa
residu utama. Meskipun virus corona lebih dekat ke bat-SL-CoVZC45
dan bat-SLCoVZXC21 di tingkat genom keseluruhan, tetapi melalui
analisis filogenetik dari receptor binding domain ditemukan bahwa virus
corona lebih dekat dengan garis keturunan SARS-CoV. Dewasa iniWHO
memberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab penyakit COVID-19(Parwanto,
2020).
Kebanyakan coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di
hewan. Coronavirus menyebabkansejumlah besar penyakit pada hewan
dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewanseperti
babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virusyang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen danbertindak sebagai vektor
untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta
danmusang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus.
Coronavirus pada kelelawarmerupakan sumber utama untuk kejadian
Severe Acute RespiratorySyndrome (SARS) dan MiddleEast Respiratory
Syndrome (MERS)(PDPI, 2020).
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar
manusia (human to human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak
dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet.Penularan ini terjadi
umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus kemudian virus dapat
masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatuanalisis mencoba mengukur
laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi antara gejala
dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil bahwa
penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasienke orang
sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari pasien
mungkin dapat lebih besar(Handayani et al., 2020).
10

Penularan melalui udara akan menyebabkan tingkat penyebaran


yang tinggi terutama diruang tertutup dengan sistem pendingin, karena
COVID-19 merupakan patogen yang dapat menular melalui transportasi
partikel yang sarat dengan virus di udara. Saat percikan cairan dari
seorang penderita ukurannya menjadi kecil karena mengalami
penguapan, maka transportasi oleh aliran udara lebih berpengaruh dari
pada gaya gravitasi. Partikel kecil tersebut akan bebas berterbangan di
udara dan dapat bertahan sampai jarak puluhan meter dari tempat
asalnya(Morawska & Cao, 2020).
Penularan melalui udara tidak sepenuhnya dapat diterima menjadi
penyebab penyebaran COVID-19,hal ini dijelaskan pada artikel WHO
dalam Nugroho et al., (2020),bahwa secara umum penularan COVID-19
terjadi melalui droplet yaitu penularnnya dapat terjadi jika seseorang
berada dalam jarak yang relatif pendek kurang dari 1 meter dengan
seseorang yang memiliki gejala penyakit pernafasan (misalnya batuk dan
bersin). Percikan droplet sangat berisiko menularkan kepada orang lain
jika terkena mukosa mulut dan hidung atau mukosa konjungtiva mata
berpotensi infektif.Penularan virus COVID-19 dapat terjadi karena
kontak langsung maupun tidak langsung, kontak dengan lingkungan
terdekat atau benda yang digunakan pada penderita. Proses penularan
COVID-19 melalui udara bisa didapatkan dari prosedur perawatan atau
tindakan yang menghasilkan aerosol seperti intubasien dotrakeal,
bronkoskopi, penghisapan terbuka,pemberian obat nebulizer, ventilasi
manual sebelum tindakan intubasi endotrakeal,mengubah posisi tidur
pasien, pemakaian ventilator invasif dan non invasif, trakeostomidan
resusitasi jantung paru.
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.
Virus tidak bisa hidup tanpa selhost. Berikut siklus dari Coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama,penempelan
dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus.Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies
11

host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S


berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2(angiotensin-
converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal,nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal,otak, sel epitel alveolar paru, sel
enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.Setelah
berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
Selanjutnyareplikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui
translasi dan perakitan dari kompleksreplikasi virus. Tahap selanjutnya
adalah perakitan dan rilis virus(Yuliana, 2020).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitelsaluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruhbeberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.
Masa inkubasi virus sampai munculpenyakit sekitar 3-7 hari(PDPI,
2020).
4. Manifestasi klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38ºC), batuk
dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,
fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran
napas lain.Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada
kasus berat perburukan secara cepatdan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,dengan sebagian kecil
dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang
dapatmuncul jika terinfeksi. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul
jika terinfeksi, antara lain (PDPI, 2020):
12

a. Tidak berkomplikasi merupakan kondisi teringan. Gejala yang


muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul
seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,
kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu
diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai
dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien
tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau
napas pendek.
b. Pneumonia ringan dengan gejala utama seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak
dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah
bernapas.
c. Pneumonia berat dengan gejala utama seperti demam atau curiga
infeksi saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi
napas: >30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen
pasien <90% udara luar.
5. Penegakkan diagnosis
Sebagai penyakit yang baru saja muncul, COVID-19 masih
berkembangdengan pesat. Bagi sebagian orang dengan imunitas yang
baik,COVID-19 bisa dilawan dengan sistem imun dalam tubuhnya
sendiri. Karenaorang yang menderita COVID-19 atau terinfeksi virus
corona ini baru bisadiketahui setelah melakukan test tertentu. Untuk
membantu pemerintah danpihak kesehatan menganalisis para pasiennya,
maka setidaknya ada 4 (empat), klasifikasi orang terkait COVID-19,
yaitu(Masrul et al., 2020):
a. Orang Dalam Pemantauan (ODP) merupakan orang yang memenuhi
sejumlah kriteriayaitu demam (suhu ≥ 38°C) atau riwayat demam,
batuk atau pilek, memilikiriwayat perjalanan ke negara yang
memiliki transmisi lokal COVID-19,tinggal di daerah dengan
13

transmisi lokal di Indonesia dalam 14 hari terakhirsebelum timbul


gejala, namun tidak memiliki riwayat kontak dengan orangpositif
COVID-19.
b. Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau suspek merupakan orang
yang memenuhi keriteria yaitu memiliki demam dan atau riwayat
demam dan satu darigejala berikut batuk/pilek/sesak napas tanpa
disertai pneumonia, memilikiriwayat perjalanan/bepergian ke negara
yang memiliki transmisi lokalCOVID-19 atau memiliki riwayat
perjalanan, tinggal di daerah dengantransmisi lokal di Indonesia
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, atauriwayat demam
atau batuk/pilek tanpa disertai pneumonia, dan memilikiriwayat
kontak dengan kasus konfirmasi positif COVID-19.
c. Orang Tanpa Gejala (OTG) merupakan orang-orang yang tidak
menunjukkan gejala tetapimempunyai risiko tertular dari orang yang
terkonfirmasi positif Covid-19.Kategori OTG juga memiliki riwayat
kontak berat, baik kontak fisik atauberada dalam ruangan dengan
radius satu meter dari pasien COVID-19.
d. Positif COVID-19 merupakan seseorang yang terbuktipositif
terinfeksi “SARS-CoV-2” berdasarkan hasil laboratorium.
DiagnosisCOVID-19 harus dikonfirmasikan dengan Reverse
Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) atau
sekuensing gen untuk spesimen pernapasanatau darah, sebagai
indikator kunci untuk rawat inap. Selanjutnya bisadilakukan CT scan
dada yang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untukdiagnosis
COVID-19 dibandingkan dengan RT-PCR dari sampel swab.
Sedangkan menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia(2020),
dalam penegakan diagnosis harus memperhatikan tanda dan gejala dari
pasien, sebagai berikut:

a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek/possible


1) Seseorang yang mengalami:
14

a) Demam (≥38ºC) atau riwayat demam


b) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau
gambaran radiologis dan disertai minimal satukondisi
sebagai berikut:
(1) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum
timbul gejala.
(2) Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama
setelah merawat pasien infeksisaluran pernapasan akut
(ISPA) berat yang tidak diketahui
penyebab/etiologipenyakitnya, tanpa memperhatikan
riwayat bepergian atau tempat tinggal.
2) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan
sampai berat dan salah satuberikut dalam 14 hari sebelum onset
gejala:
a) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau
probableCOVID-19.
b) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
teridentifikasi).
c) Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan
dengan kasus terkonfirmasi atauprobable infeksi COVID-
19di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.
d) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki
demam (suhu ≥38ºC) atau riwayatdemam.
b. Orang dalam pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam
tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok
atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satuatau
lebih riwayat paparan diantaranya:
1) Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.
15

2) Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan


dengan pasien konfirmasiCOVID-19 di Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit.
3) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular
diwilayah/negara yang terjangkit.
c. Kasus probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19
tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang
dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta
coronavirus.
d. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium memiliki hasil
terkonfirmasi COVID-19.
6. Pemeriksaan penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis
COVID-19 adalah sebagai berikut (PDPI, 2020):
a. Pemeriksaan radiologidengan foto toraks, CT-scan toraks, USG
toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan opasitas bilateral,
konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple
plak kecildengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di
periferparu dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple
ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat,
dapatditemukan konsolidasi paru bahkan white-lung dan efusi
pleura.
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dengan swab tenggorok
(nasofaring dan orofaring) dan pemeriksaan spesimen saluran napas
bawah dengan sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal. Untuk
pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, dilakukan pengambilan
spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari
16

saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon
bukan kapas) dan media transportvirus. Pasien yang dicurigai
terinfeksi COVID-19 terutama pneumonia berat, sampel tunggal
saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis, perlu
ditambahankan sampel dari saluran bawah. Kedua sampel (saluran
napas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain, jika
kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, maka diulangipengambilan
sampel dari saluran napas atas dan bawahuntuk petunjuk klirens dari
virus. Frekuensi pemeriksaan 2-4 hari sampai 2 kali hasil negative
dari kedua sampel sertasecara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam.
Jika sampeldiperlukan untuk keperluan pencegahan infeksi
dantransmisi, specimen dapat diambil sesering mungkin yaituharian.
c. Bronkoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengecek bagian dalam paru-paru dan saluran napas. Prosedur ini
melibatkan alat bronkoskop, yakni tabung tipis dengan kamera dan
lampu di ujungnya.Bronkoskop akan dimasukkan melalui hidung
atau mulut ke dalam tenggorokan hingga mencapai paru-paru pasien.
d. Pungsi pleura(torakosintesis) merupakan tindakan invasif dengan
menginsersi jarummelalui dinding toraks untuk mengeluarkan cairan
dari rongga pleura. Tindakan ini memilikitujuan diagnostik yaitu
mendapatkan spesimen cairan pleura untuk pemeriksaan lebih
lanjutdan juga tujuan terapeutik untuk mengurangi tekanan mekanik
terhadap paru. Dengan mendapatkan spesimen cairan pleura dapat
diperiksa lebih lanjut dengan menggolongkan transudat atau eksudat
yang akan membantu dalampenegakan diagnosis penyakit.
e. Pemeriksaan kimia darah untuk mengetahui keadaan tubuh berfungsi
dengan baik dengan mengukur berbagai zat kimia dalam darah.
Pemeriksaan kimia darah antara lain; pemeriksaan leukosit, analisis
gas darah, fungsi hepar, fungsi ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit,
faal hemostasis, prokalsitonin dan laktat.
17

f. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas


dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum
terapiantibiotik.
g. Pemeriksaan feses dan urin untuk investasigasi kemungkinan
penularan.
7. Penatalaksanaan
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi
COVID-19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah
Sakit.Triase merupakan garda terdepan dan titik awal bersentuhan
denganRumah Sakit sehingga penting dalam deteksi dini dan
penangkapan kasus. Selain itu, Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI)
merupakan bagian vital terintegrasi dalam managemen klinis dan harus
diterapkan dari mulai triase dan selama perawatan pasien. Adapun
tatalaksana pada pasien pneumonia menurut Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia(2020), antara lain:
a. Isolasi pada semua kasussesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang.
b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.
d. Suplementasi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas,
hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit
dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95%
pada pasien hamil. Tidakada napas atau obstruksi, distress respirasi
berat, sianosis sentral, syok, koma dan kejang merupakan tanda
gawat padaanak. Kondisi tersebut harus diberikan terapi oksigen
selamaresusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi
gawat target SpO2 ≥ 90%. Semua area pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut berat ditatalaksana harus dilengkapi dengan
oksimetri, sistemoksigen yang berfungsi, disposable, alat pemberian
oksigen seperti nasal kanul, masker simple wajah, dan masker
dengan reservoir. Perhatikan pencegahan infeksi atau penularan
18

droplet atau peralatan ketika mentataksana atau memberikan alat


pemberian oksigen kepada pasien.
e. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat, apabila pasien dengan
distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen termasuk
gagal napas hipoksemia berat. Penggunaan High-Flow Nasal Oxygen
(HFNO) atau Non Invasive Ventilation (NIV) hanya digunakan
untuk pasientertentu. Pada kasus MERS banyak kasus gagal dengan
NIVdan HFNO, sehingga harus dimonitoring ketat terkait
perburukan klinis.
f. Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Pasien
dengan infeksi saluran pernafasan akut berat harus diperhatikan
dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif
dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi.
Disamping itu, harus monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Pemberian antibiotik empiris merupakan terapi awal pasien rawat
jalan dengan Community-Acquired Pneumonia (CAP), namun pada
pasien rawat inap tergantung dari tingkat keparahan pasien.
h. Terapi simptomatikdiberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.
i. Observasi ketat terkait tanda-tandaperburukan klinis, kegagalan
respirasi progresif yang cepat, dansepsis sehingga penanganan
intervensi suportif dapat dilakukandengan cepat.
j. Pahami komorbid pasien dalam tatalaksanakondisi kritis dan
menentukan prognosis. Selama tatalaksanaintensif, tentukan terapi
kronik mana yang perlu dilanjutkan danmana yang harus dihentikan
sementara. Jangan lupakan keluargapasien harus selalu
diinformasikan, memberi dukungan, informed consent serta
informasi prognosis.
Sedangkan untuk tatalaksana spesifik pada pasien COVID-19
dengan antiviral untuk infeksi coronavirus belum terbukti efektif. Studi
terhadap SARS-CoV menunjukkan bahwa kombinasilopinavir dan
19

ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis, namun penggunaan


lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan
pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji hanya boleh
diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komiteetik atau
melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions
Frameworkdengan pemantauan ketat. Selain itu, belum ada vaksin untuk
mencegah COVID-19 ini(PDPI, 2020).
8. Pencegahan
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru.
Mengingat carapenularannya berdasarkan droplet infection dari individu
ke individu, maka penularandapat terjadi baik di rumah, perjalanan,
tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisatamaupun tempat lain dimana
terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahandan
pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan(Kemenkes RI,
2020):
a. Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang
mengandung virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh
melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan
COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapatindakan,
seperti:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabundan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptikberbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 –
30 detik. Hindarimenyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang tidak bersih.
2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidungdan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lainyang tidak diketahui status kesehatannya
(yang mungkin dapatmenularkan COVID-19).
20

3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk


menghindariterkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidakmemungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan denganberbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
4) Membatasi diri terhadap interaksi/kontak dengan orang lain
yang tidakdiketahui status kesehatannya.
5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaiansebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup
bersihdan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang,
aktivitas fisik minimal30 menit sehari, istirahat yang cukup
termasuk pemanfaatan kesehatantradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukandengan
melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional
melaluipemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan
akupresur, yangmeliputi;
a) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
b) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu
makan.
c) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur.
d) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stres.
e) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan
merokok
7) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
8) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari
psikososial dapat tingkatkan melalui emosi positif (gembira
dengan cara melakukan kegiatandan hobi yang disukai, baik
sendiri maupun bersama keluarga), pikiran positif (menjauhkan
21

dari informasi hoax, mengenang semuapengalaman yang


menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentanghal yang positif,
mencari solusi terhadap kejadian, dan selalu yakin bahwa
pandemi akan segera teratasi, dan hubungan sosial yang positif
(memberi pujian, memberi harapanantar sesama, saling
mengingatkan cara-cara positif, meningkatkanikatan emosi
dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusiyang negatif,
tetap melakukan komunikasi secara daring dengankeluarga dan
kerabat).
9) Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut
segeraberkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.
10) Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan
protokolkesehatan dalam setiap aktivitas.
b. Perlindungan kesehatan pada masyarakat
COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya
cukup tinggi,sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan
masyarakat yangdilakukan secara komprehensif. Perlindungan
kesehatan masyarakatbertujuan mencegah terjadinya penularan
dalam skala luas yang dapatmenimbulkan beban besar terhadap
fasyankes. Tingkat penularan COVID-19di masyarakat dipengaruhi
oleh adanya pergerakan orang, interaksi antarmanusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan
kesehatanmasyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada di
masyarakat baikpemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum
serta komponen masyarakatlainnya. Adapun perlindungan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui:

1) Upaya pencegahan (prevent)


a) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan
melaluisosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media
informasiuntuk memberikan pengertian dan pemahaman
22

bagi semua orang,serta keteladanan dari pimpinan, tokoh


masyarakat, dan melaluimedia mainstream.
b) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan
melaluipenyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang
mudah diaksesdan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upayapenapisan kesehatan orang yang akan
masuk ke tempat danfasilitas umum, pengaturan jaga jarak,
disinfeksi terhadappermukaan, ruangan, dan peralatan
secara berkala, sertapenegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisikodalam penularan dan tertularnya
COVID-19 seperti berkerumun,tidak menggunakan masker,
merokok di tempat dan fasilitas umumdan lain sebagainya.
2) Upaya penemuan kasus (detect)
a) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19
dapatdilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat
melaluikoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasyankes.
b) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam,
batuk,pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas)
terhadap semuaorang yang berada di lokasi kegiatan
tertentu seperti tempat kerja,tempat dan fasilitas umum atau
kegiatan lainnya.
3) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya
penyebaran yanglebih luas, antara lain berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempatatau fasyankes untuk melakukan
pelacakan kontak erat, pemeriksaanlaboratorium serta
penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganankesehatan
masyarakat terkait respond adanya kasus COVID-19 meliputi:
a) Pembatasan fisik dan pembatasan sosial
23

Pembatasan fisik harus diterapkan oleh setiap individu


dengan kegiatan jaga jarak fisik (physical distancing) antar
individu.Sedangkan pembatasan sosial atau biasa disebut
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan cara
untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-I9
dengan tetap memperhatikan pembatasan fisik.PSBB
diberlakukan berdasarkan pada pertimbanganepidemiologis,
besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumberdaya,
teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi,
sosial,budaya, pertahanan dan keamanan.
b) Penerapan etika batuk dan bersi
Menerapkan etika batuk dan bersin memakai masker
medis.Gunakan masker dengan tepat, tidak membuka tutup
maskerdan tidak menyentuh permukaan masker. Bila tanpa
sengajamenyentuh segera cuci tangan dengan sabun dan
airmengalir atau menggunakan pembersih tangan
berbasisalkohol. Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan
bersin gunakan tisulalu langsung buang tisu ke tempat
sampah tertutup dansegera cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir ataumenggunakan pembersih tangan berbasis
alkohol. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi
dengan lenganatas bagian dalam.
c) Isolasi mandiri/perawatan di Rumah
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan
terhadap orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi
penyerta seperti (penyakitparu, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromise). Tindakan inidapat dilakukan pada
pasien dalam pengawasan, orang dalampemantauan dan
kontak erat yang bergejala dengan tetapmemperhatikan
kemungkinan terjadinya perburukan. Beberapaalasan pasien
dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidaktersedia
24

atau tidak aman. Pertimbangan tersebut


harusmemperhatikan kondisi klinis dan keamanan
lingkungan pasien.Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di
rumah, fasilitas umum, ataualat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasisetempat. Perlu
dilakukan informed consent sebagaimana formulirterlampir
terhadap pasien yang melakukan perawatan rumah.
d) Pelaksanaan tindakan karantina terhadap populasi berisiko
Tindakan karantina dilakukan untuk mengurangi
risiko penularan dan identifikasi dini COVID-19 melalui
upaya memisahkan individuyang sehat atau belum memiliki
gejala COVID-19, tetapi memilikiriwayat kontak dengan
pasien konfirmasi COVID-19 atau memilikiriwayat
bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi
lokal.Karantina dilakukan terhadap kontak erat untuk
mewaspadaimunculnya gejala sesuai definisi operasional.
Lokasi karantinadapat dilakukan di rumah, fasilitas umum,
atau alat angkut denganmempertimbangkan kondisi dan
situasi setempat.
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi di Fasyankes
1) Prinsip pencegahan dan pengendalian faktor risiko COVID-19
di fasilitaspelayanan kesehatanuntuk meminimalkan risiko
terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2 kepadapetugas kesehatan
dan non kesehatan, pasien dan pengunjung di fasilitas pelayanan
kesehatan.
2) Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanankesehatanuntuk mencegah atau memutuskan rantai
penularan infeksiCOVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan
dapat dicapai dengan penerapanprinsip pencegahan dan
pengendalian risiko penularan COVID-19.
25

3) Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasyankes pra


rujukanmengacu padapanduan bagi petugas pelayanan PSC119
dalam pelayanan COVID-19.
4) Pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pemulasaraan
jenazahperlu dikelola dengan etis dan layak sesuaidengan
agama, nilai, norma dan budaya. Prinsip utama dalam
memberikanpelayanan ini adalah seluruh petugas wajib
menjalankan kewaspadaanstandar dan didukung dengan sarana
prasarana yang memadai.
B. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis,
dimana wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah
mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang
pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan
mengalami kehamilan (Padila, 2017).
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan
bukan patologis. Tetapi kondisi normal dapat menjadi
patologis/abnormal. Masa hamil berlangsung 280 hari atau 40 minggu.
Setiap perempuan berkepribadian unik dan kehamilan unik pula, dimana
terdiri atas bio, psikologis, social yang berbeda pula, sehingga dalam
memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak
boleh disamakan. Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru
terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang
sampai menjadi fetus yang aterm (Lombogia, 2017).
2. Tanda-tanda kehamilan
Tanda hamil adalah perubahan fisiologis yang timbul selama hamil.
Ada 3 tanda kehamilan, yaitu presumtif (perubahan yang dirasakan
wanita), kemungkinan (perubahan yang bisa diobservasi pemeriksa),
belum dan positif hamil. Adapun tanda-tanda kehamilan antara lain
(Padila, 2017):
26

a. Amenorea (tidak dapat haid). Kehamilan menyebabkan dinding


dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorea
atau tidak datangnya haid. Hal ini dianggap sebagai tanda kehamilan.
b. Mual dan muntah (nausea dan emisis) dipengaruh esterogen dan
progesteron terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan. Biasanya
terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama, karena terjadi pada pagi hari disebut morning sickness
(sakit pagi) bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis.
c. Mengidam (ingin makanan khusus) pada bulan-bulan triwulan
pertama.
d. Tidak tahan suatu bau-bauan
e. Pingsan (sinkope)
f. Tidak ada selera makan (anoreksia) hanya berlangsung pada triwulan
pertama, kemudian nafsu makan timbul kembali.
g. Lelah/letih (Fatique)selama periode kehamilan minggu ke lima
sampai minggu ke empat belas.
h. Payudara tegang
i. Miksi seringkarena kandung kemih tertekan oleh pembesaran uterus.
j. Konstipasi/obstipasi dipengaruhi progesteron dapat menghambat
peristaltik usus menyebabkan kesulitan BAB.
k. Quickening (persepsi gerakan janin) pada usia kehamilan antara 16
dan 20 minggu (sejak hari pertama menstruasi berakhir, wanita
hamil mulai menyadari adanya gerakan berdenyut ringan di
perutnya, dan intensitas gerakan ini semakin meningkat secara
bertahap.

3. Faktor fisik yang mempengaruhi kehamilan


Adapun faktor fisik yang mempengaruhi kehamilan, antara lain
sebagai berikut(Mandang et al., 2016):
a. Status kesehatan penyakit
27

Terjadi perubahan hormonal yang dapat menyebabkan


berbagai perubahan dalam tubuh, yang pada sasarannya adalah
normal atau tidak bermasalah yang memiliki pengaruh khususnya
terhadap kehamilan, ibu hamil biasanya sering mengalami mual dan
muntah. Bila berlebihan efek hormonal akan menggangu proses
kehamilan (hiperemesis gravidarum).
b. Status gizi
Status gizi ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita
memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada
yang diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui bahwa janin
membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat
memberikannya. Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup
bergizi agar janin yang dikandungnya memperoleh makanan bergizi
cukup. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang
sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu
saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya.
c. Gaya hidup
Cara hidup yang serba sibuk dan terburu-buru seperti yang
dijalani oleh para wanita pada masa kini, dapat memperbesar
kemungkinan bahkan kadang-kadang langsung menyebabkan salah
satu gejala kehamilan yang tidak enak yaitu rasa mual di pagi hari,
keletihan, sakit punggung dan gangguan pencernaan. Selain itu, ada
beberapa gaya hidup yang mempengaruhi wanita hamil antara
lainkebiasaan minum jamu, kepercayaan tertentu, mitos atau tahayul,
aktivitas seksual, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, exerciseatau
senam hamil, penggunaan obat-obatan selama hamil, merokok
mengkonsumsi alkohol dan kafein dan kehamilan diluar nikah.
d. Stressor
Stressor adalah stress yang terjadi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami
28

keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti


jika stres pada ibu tidak tertangani dengan baik.
e. Dukungan keluarga
Kehidupan keluarga dari seorang ibu yang sedang mengalami
proses kehamilan secara psikologis akan timbul stress dan
kecemasan dari semua anggota keluarga terutama suami sebagai
kepala rumah tanggga. Pada saat seperti itu kehadiran dan dukungan
semua anggota keluarga, kerabat dan handai taulan sangat diperlukan
oleh seorang ibu hamil.
f. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dimana ibu hamil tinggal akan sangat
mempengaruhi dirinya dan janin yang ada dalam kandungannya.
Faktor lingkungan ibu hamil dapt dibagi 2 yaitulingkungan tempat
tinggal ibu hamil dan lingkungan sosial masyarakat ibu hamil.
g. Faktor sosial budaya
Kehamilan dan kelahiran bayi merupakan suatu kejadian
yang wajar dalam kelangsungan keturunan dalam proses regenerasi
kehidupan manusia. Tetapi dibeberapa kelompok manusia dalam
masyarakat tertentu memiliki bemacam persepsi, interpretasi dan
respon yang sangat berbeda dalam menghadapinya.
h. Faktor ekonomi
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses
kehamilan yang sehat. Faktor ekonomi sangat berpengaruh pada
kehamilan seorang ibu karena ketersediaan biaya ibu hamil untuk
perlengkapan bayi bila tiba saat persalinannya, ketersediaan dana
untuk biaya pemeriksaan ibu hamil selama kehamilannya bagi
keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, tetapi bagi kelurga yang kurang mampu
ekonominya pemeriksaan kehamilan mungkin tidak dapat
dilaksanakan sesuai tahapan atau bahkan sama sekali tidak pernah
memeriksakan kelahirannya sampai waktunya melahirkan.
29

4. COVID-19 pada kehamilan


Saat ini masih dilakukan penelitian untuk memahami dampak
infeksi COVID-19 pada ibu hamil. Data yang tersedia masih terbatas,
namun saat ini masih belum ada bukti yang menyatakan bahwa ibu hamil
lebih berisiko terkena penyakit parah dibandingkan populasi
umum.Namun, karena adanya perubahan pada tubuh dan sistem imunitas
ibu hamil, mereka dapat mengalami dampak yang cukup parah karena
beberapa penyakit infeksi saluran pernapasan. Sehingga penting bagi ibu
hamil untuk melakukan langkah pencegahan demi melindungi diri
mereka dari COVID-19, dan melaporkan gejala yang mungkin timbul
(termasuk demam, batuk, atau kesulitan bernapas) ke penyedia layanan
kesehatan.WHO akan terus mengkaji dan memperbarui informasi dan
saran seiring tersedianya bukti-bukti(WHO, 2020).
Wanita hamil merupakan kelompok yang
rentanmengalamigangguankesehatankhususnyapenyakit infeksi
dikarenakan adanyaperubahanfisiologitubuhdan mekanisme respon imun
di dalam tubuhnya(Rohmah & Nurdianto, 2020).Melalui evaluasi yang
dilakukan dalam wabah sebelumnya (SARSdan MERS), ibu hamil telah
terbukti memilikirisiko kematian yang tinggi, keguguran
spontan,kelahiran prematur, dan IUGR (Intra Uterine Growth
Restriction). Tingkat fatalitas SARS dan MERS diantara pasien hamil
adalah 25% dan 40%, masing-masing terdapat beberapa risiko seperti
ketubanpecah dini, kelahiran prematur, takikardia janin,dan gawat
janin(Pradana et al., 2020).
30

C. Virus
Kerangka Teori Perubahan
Kematian, pada
keguguran,
RNA strain
tubuh
Ibudan
hamil
COVID-19
kelahiranDampaksistem dan
prematur,
tunggal positif
imunitas ibu hamil
IUGR

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber: (Pradana et al., 2020; Rohmah & Nurdianto, 2020; Yuliana, 2020)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi
kepustakaan atau literature review. Literature reviewadalah satupenelusuran
dan penelitian kepustakaan denganmembaca berbagai buku, jurnal dan
terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk
menghasilkan satu tulisan berkenaandengan satu topik atau isyu
tertentu.Kajian literatur dilakukan dengan menjelajahi kajian-kajian yang
pernahdilakukan orang tentang satu topik atau isu tertentu. Dalam kajian
literatur untuk kepentinganmenghasilkan sebuah tulisan ilmiah, sepertiskripsi,
tesis dan disertasi, penulis menjelajahiliteratur yang berkaitan dengan topik
danmasalah penelitiannya, tentang masyarakat dandaerah penelitian, tentang
teori-teori yang pernahdigunakan dan dihasilkan orang berkaitandengan topik
penelitian kita, tentang metodepenelitian yang digunakan dalam kajian
tersebutdan seterusnya(Marzali, 2016).
B. Tahapan Literature Review
Ada beberapa tahapan yang harus diikutidalam penulisankajian
literatur, sebagaimana diuraikan berikutini(Marzali, 2016):
1. Tentukan satu topik penelitian secara tentatif
Formulasikan satu masalah atau topik penelitian secara jelas dan
terfokus dalam satu rencana penelitian. Topik review yang baik
adalahseharusnya dalam bentuk pertanyaan masalahpenelitian. Mulai
dengan kata tanya 5W+1H(what, who, where, when, why, how).
2. Susun rancangan strategi penelitian
Tentukan jenis review, keluasan isinya, danjenis materi yang akan
dimasukkan. Berapa lamawaktu dialokasikan untuk penulisan ini,
seberapajauh sejarah masa lampau yang akan dimasukkan, jumlah
minimum laporan penelitian yangakan dibahas, berapa banyak
perpustakaan yangakan dikunjungi.
3. Mencari laporan penelitian terkait

31
32

Dalam mencari laporan penelitian yang terkait dengan topik yang


akan kita teliti, lokasilaporan tergantung jenis laporan. Google
telahmenyediakan online service tentang topik-topikpenelitian. Laporan
semacam ini dapat dicari disalam artikel-artikel dalam jurnal ilmiah,
bukuilmiah, tesis dan disertasi, dokumen pemerintah,laporan kebijakan
dan makalah-makalah dalamseminar.
4. Menulis kajian literatur
Setelah mengumpulkan semua berbagai references dan catatan,
maka diperlukan cara mengorganisasikan bahan ini.Kelompok-
kelompokan bahan tersebut menurutstruktur penelitian sepertinama
peneliti, tahun terbit jurnal, judul penelitian, tujuan penelitian, metode
yang digunakan, dan ringkasan hasil atau temuan. Pengorganisasian
iniakan berkembang sendiri sesuai dengan perkembangan studi.
C. Proses Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil
penelitianyang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data sekunder
yangdidapat berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik
dilakukanmenggunakan database melalui Google Scholar, Pubmed, Science
direct.Penelusuran artikel publikasi pada Google Scholar, Pubmed, Science
direct menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: “COVID-19 AND
Pregnancy”, “COVID-19 AND Pregnant”, “Impact COVID-19 AND
Pregnancy”, “Impact COVID-19 AND Pregnant”.
Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusidiambil untuk
selanjutnya dianalisis. Literature Reviewini menggunakan literatur terbitan
tahun 2019-2020 yang dapatdiakses fulltext dalam format pdf.Jurnal yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan terdapat tema dampak, COVID-19,
kehamilan. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
33

Tabel 3.1
Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi
Jangka waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 2 tahun
(2019-2020)
Bahasa Inggris
Subjek Manusia
Jenis jurnal Original artikel penelitian
Tidak dalam bentuk abstrak saja maupun buku
Tersedia full text
Tema isi jurnal Dampak, COVID-19, kehamilan

D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas


Berdasarkan hasil penelusuran di Google Scholar, Pubmed, Science
direct menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: “COVID-19AND
Pregnant”,“COVID-19AND Pregnancy”,“Impact COVID-19AND
Pregnancy”,“Impact COVID-19AND Pregnant”yang terbit pada tahun 2019-
2020 diperoleh 283 artikel, dimana Google Scholar 19 artikel, Pubmed 121
artikel, dan Science direct 143 artikel. Lalu peneliti melakukan penghapusan
dari literatur-literatur yang memiliki kesamaan karena ada beberapa peneliti
melakukan publikasi jurnal di berbagai tempat yang berbeda, namun
penelitian yang diterbitkan sama sebanyak 97 artikel. Setelah menghapus
literatur yang sama, maka terkumpul artikel yang tidak memiliki kesamaan
satu dengan yang lainnya sebanyak 186 artikel.
Artikel yang tidak relevan dan tidak sesuai dengan kriteria yang
diinginkan oleh peneliti dalam melakukan review dikeluarkan sebanyak 83
artikel. Setelah itu terciptalah kandidat abstrak yang diinginkan oleh peneliti
sebanyak 103 artikel yang selanjutnya penghapusan kembali bagi literatur
yang tidak berfokus pada dampak, COVID-19, kehamilan sebanyak 61
artikel. Setelah itu, muncul penelitian yang menjadi kandidat dalam review
34

yang dimana hal tersebut diinginkan oleh peneliti sebanyak 42


artikel.Kemudian peneliti menghapus kembali artikel yang berisikan review
full text sebanyak 34 artikel. Setelah itu, artikel yang diinginkan telah
terkumpulkan sebanyak 8 artikel. Selanjutnya, dipilah kembali mengenai
artikel yang terpilih atau diterbitkan pada penelitian yang sama yang dimana
ada sebanyak 1 artikel. Kemudian penelitian-penelitian yang diinginkan agar
Pencarian literatur
Artikel ditolak pada review abstrak (n
dijadikan penelitian
Google scholar: telah terkumpulkan Artikel
19 artikel sebanyak 7 artikel.
ditolak pada ulasan judul (n
= 61)
Pubmed: 121 artikel =83) yang
Artikel ditolak pada full pada
diterbitkan text review
studi (n
Artikel
Kandidat(n
Studi unik =186)
abstrak
studi
termasuk (n (n
termasuk = 42)103)
=(n8)
= 7) Duplikat
Tidak dihapus
fokus pada (n = 97)
dampak
Science direct: 143 artikel Tidak
=
yang relevan
34) sama (n = 1)
Tidak fokus pada COVID-19
Total artikel diidentifikasi: 283 Tidak memenuhi kriteria pencarian
Tidak fokus pada kehamilan
artikel

Gambar 3.1. Alur Seleksi Studi


35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan atau literatur review. Pengumpulan artikel dengan penelusuran di
Google Scholar, Pubmed, Science direct menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: “COVID-19AND Pregnant”,“COVID-19AND
Pregnancy”,“Impact COVID-19AND Pregnancy”,“Impact COVID-19AND Pregnant, peneliti menemukan 283 jurnal yang sesuai
dengan kata kunci tersebut, sehingga didapatkan 7 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan review. Analisis artikel
dilakukan berdasarkan nama peneliti, tahun terbit jurnal, judul penelitian, tujuan penelitian, lokasi penelitian, metode yang
digunakan, sampel, dan ringkasan hasil atau temuan.Adapun hasil analisis artikel terhadap hasil penelitian artikel yang menjadi
sampel dalam literature review ini dituangkan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Ekstraksi Data Hasil Penelitian

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
1. (Blitz et al., Maternal Demografi Amerika Case series 462 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
2020) mortality among pasien, 462 ibu hamil yang dikonfirmasi COVID-
women win th komorbiditas 19 terdapat 70 (15%) pasien digolongkan
coronavirus dasar, presentasi parah. Dari 70 pasien ini, total 13 (19%)
disease 2019 klinis, dirawat di ICU karena gagal napas

36
37

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
admitted to the perjalanan hipoksemik akut, 2 (15%) meninggal.Dari
intensive care rumah sakit, dan 2 pasien yang meninggal, 1 menjalani
unit. hasil akhir ibu. perawatan yang lama di ICU, pasien
mengalami kematian janin hal ini karena
adanya gagal organ multipel dan
membutuhkan terapi penggantian ginjal.
2. (Ceulemans SARS-CoV-2 Menilai Belgia Cross- 6.470 Hasil penelitiandari 6470 perempuan
et al., 2020) infections and kerentanan sectional study berpartisipasi (yaitu 2647 ibu hamil dan
impact of the wanita hamil 3823 ibu menyusui). Secara keseluruhan,
COVID-19 terhadap SARS- 0,3% dari semua responden yang
pandemic in CoV-2 dan dilaporkan dites positif SARS-CoV-2,
pregnancy and dampak tidak menunjukkan kerentanan wanita
breastfeeding: pandemi yang hamil yang lebih tinggi untuk tertular
Results from an dirasakan COVID-19.
observational wanita pada
study in primary praktik
care in Belgium. menyusui
38

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
3. (Chen et al., Clinical Mengevaluasi China Retrospective 9 Hasil penelitiandari 9 ibu hamil yang
2020) characteristics karakteristik study didiagnosa COVID-19. Gawat janin
and intrauterine klinis COVID- dipantau dalam dua kasus. 9 kelahiran
vertical 19 pada hidup tercatat. Tidak ada asfiksia neonatal
transmission kehamilan dan yang diamati pada bayi baru lahir.
potential of potensi Kesembilan kelahiran hidup memiliki skor
COVID-19 penularan Apgar 1 menit 8-9 dan skor Apgar 5 menit
infection in nine vertikal infeksi 9-10. Cairan ketuban, darah tali pusat, usap
pregnant women: COVID-19 tenggorokan neonatal, dan sampel ASI dari
a retrospective intrauterin. diuji untuk SARS-CoV-2, dan semua
review of medical sampel dinyatakan negatif untuk virus
records. tersebut.
4. (Khan et al., Impact of Menganalisis China Case study 3 Hasil studi laporan kasus dari 3 wanita
2020) COVID-19 dampak infeksi hamil dengan pneumonia COVID-19 yang
infection on COVID-19 pada dikonfirmasi di laboratorium. Ketiga
pregnancy hasil kehamilan wanita hamil itu melahirkan melalui
outcomes and the dan risiko vagina. Pasien-pasien ini menunjukkan
39

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
risk of maternal- penularan gejala yang ditunjukkan oleh orang dengan
to-neonatal COVID-19 COVID-19. 2 Dari 3 pasien, hanya 1
intrapartum intrapartum ibu- pasien (kasus 1) yang melahirkan bayi
transmission of ke-neonatal prematur. Namun, bayi prematur (kasus 1)
COVID-19 dites negatif untuk SARS-CoV-2, yang
during natural menunjukkan bahwa kelahiran prematur
birth. tidak disebabkan oleh penularan vertikal
SARS-CoV-2. Namun, persalinan
prematur mungkin disebabkan oleh
tekanan psikologis selama kehamilan
terkait dengan pneumonia COVID-19.
5. (Liu et al., Clinical Menganalisis China Retrospective 13 Hasil penelitian dari 13 pasien didapatkan
2020) manifestations manifestasi study 10 pasien (77%) menjalani operasi caesar.
and outcome of klinis dan akibat 5 dari 10 pasien dilahirkan melalui seksio
SARS-CoV-2 infeksi SARS- sesarea darurat karena komplikasi
infection during CoV-2 selama kehamilan termasuk 3pasien gawat janin,
pregnancy. kehamilan. 1pasienketuban pecah dini dan 1 pasien
40

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
lahir mati. 6 pasien (46%) mengalami
persalinan prematur antara 32-36 minggu
kehamilan.12 pasien dipulangkan tanpa
komplikasi, kecuali 1 bayi lahir mati.
Tidak ada bukti klinis atau serologis yang
menunjukkan penularan vertikal SARS-
CoV-2.
6. (Lokken et Clinical Menggambarka Amerika Retrospective 46 Hasil penelitiandidapatkan sebanyak 46
al., 2020) characteristics of n penyakit ibu study pasien hamil dengan infeksi virus
46 pregnant dan hasil coronavirusterdapat 2 pasien dengan
women with a kebidanan pernafasan akut parah. Khususnya, 7
severe acute terkait dengan wanita dirawat di rumah sakit (16%)
respiratory penyakit termasuk 1 dirawat di unit perawatan
syndrome coronavirus intensif. 6 kasus (15%) dikategorikan
coronavirus 2 2019 pada sebagai penyakit Coronavirus parah 2019
infection in kehamilan dengan hampir semua pasien mengalami
Washington untuk kelebihan berat badan atau obesitas
41

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
State. menginformasik sebelum kehamilan atau dengan asma atau
an perawatan penyakit penyerta lainnya. Dari 8
klinis dengan persalinan yang terjadi selama masa
cepat. penelitian, terdapat 1 kelahiran prematur
pada usia kehamilan 33 minggu dan 1 bayi
lahir mati dengan etiologi yang tidak
diketahui.
7. (Yan et al., Coronavirus Mengevaluasi China Retrospective 116 Hasil penelitian dari 116 kasus, terdapat 8
2020) disease 2019 in karakteristik study kasus (6,9%) pneumonia berat tetapi tidak
pregnant women: klinis dan hasil ada kematian ibu. Satu dari 8 pasien yang
a report based on pada kehamilan datang pada trimester pertama dan awal
116 cases. dan potensi trimester kedua mengalami aborsi spontan
penularan yang terlewat. Dari 99 pasien, 21 (21,2%)
vertikal dari yang melahirkan mengalami kelahiran
infeksi prematur, termasuk 6 dengan ketuban
Coronavirus 2 pecah dini. Angka kelahiran prematur
sindrom spontan sebelum usia kehamilan 37
42

Peneliti, Tujuan Lokasi Metode


No. Judul Penelitian Sampel Output
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
pernapasan akut minggu adalah 6,1% (6/99). Satu kasus
parah. asfiksia neonatal berat mengakibatkan
kematian neonatal. Selain itu, 86 dari 100
neonatus yang dites untuk sindrom
pernafasan akut parah virus corona 2
memiliki hasil negatif. Dari jumlah
tersebut, sampel cairan ketuban dan darah
tali pusat dari 10 neonatus yang digunakan
untuk menguji sindrom pernapasan akut
parah virus corona 2 memiliki hasil
negatif.
43

Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan 7 jenis artikel dengan metode


penelitian artikel yang dianalisis hampir sama yakni pendekatan case series, case
study, retrospective study, dan cross-sectional study. Tempat penelitian dariartikel
dilakukan di tempat yang berbeda yaitu Amerika, Belgia, dan China. Hasil
penelitian ketujuh artikel dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Artikel pertama menunjukkan bahwa dari 462 ibu hamil yang dikonfirmasi
COVID-19 terdapat 70 (15%) pasien digolongkan parah. Dari 70 pasien ini,
total 13 (19%) dirawat di ICU karena gagal napas hipoksemik akut, 2 (15%)
meninggal.Dari 2 pasien yang meninggal, 1 menjalani perawatan yang lama
di ICU, pasien mengalami kematian janin hal ini karena adanya gagal organ
multipel dan membutuhkan terapi penggantian ginjal.
2. Artikel kedua menunjukkan bahwa dari 6470 perempuan berpartisipasi (yaitu
2647 ibu hamil dan 3823 ibu menyusui). Secara keseluruhan, 0,3% dari
semua responden yang dilaporkan dites positif SARS-CoV-2, tidak
menunjukkan kerentanan wanita hamil yang lebih tinggi untuk tertular
COVID-19.
3. Artikel ketiga menunjukkan bahwa dari 9 ibu hamil yang didiagnosa COVID-
19. Gawat janin dipantau dalam dua kasus. 9 kelahiran hidup tercatat. Tidak
ada asfiksia neonatal yang diamati pada bayi baru lahir. Kesembilan kelahiran
hidup memiliki skor Apgar 1 menit 8-9 dan skor Apgar 5 menit 9-10. Cairan
ketuban, darah tali pusat, usap tenggorokan neonatal, dan sampel ASI dari
diuji untuk SARS-CoV-2, dan semua sampel dinyatakan negatif untuk virus
tersebut.
4. Artikel keempat menunjukkan bahwa dari 3 wanita hamil dengan pneumonia
COVID-19 yang dikonfirmasi di laboratorium. Ketiga wanita hamil itu
melahirkan melalui vagina. Pasien-pasien ini menunjukkan gejala yang
ditunjukkan oleh orang dengan COVID-19. 2 Dari 3 pasien, hanya 1 pasien
(kasus 1) yang melahirkan bayi prematur. Namun, bayi prematur (kasus 1)
dites negatif untuk SARS-CoV-2, yang menunjukkan bahwa kelahiran
prematur tidak disebabkan oleh penularan vertikal SARS-CoV-2. Namun,
44

persalinan prematur mungkin disebabkan oleh tekanan psikologis selama


kehamilan terkait dengan pneumonia COVID-19.
5. Artikel kelima menunjukkan bahwadari 13 pasien didapatkan 10 pasien
(77%) menjalani operasi caesar. 5 dari 10 pasien dilahirkan melalui seksio
sesarea darurat karena komplikasi kehamilan termasuk 3 pasien gawat janin,
1 pasien ketuban pecah dini dan 1 pasien lahir mati. 6 pasien (46%)
mengalami persalinan prematur antara 32-36 minggu kehamilan.12 pasien
dipulangkan tanpa komplikasi, kecuali 1 bayi lahir mati. Tidak ada bukti
klinis atau serologis yang menunjukkan penularan vertikal SARS-CoV-2.
6. Artikel keenam didapatkan sebanyak 46 pasien hamil dengan infeksi virus
coronavirus terdapat 2 pasien dengan pernafasan akut parah. Khususnya, 7
wanita dirawat di rumah sakit (16%) termasuk 1 dirawat di unit perawatan
intensif. 6 kasus (15%) dikategorikan sebagai penyakit Coronavirus parah
2019 dengan hampir semua pasien mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas sebelum kehamilan atau dengan asma atau penyakit penyerta
lainnya. Dari 8 persalinan yang terjadi selama masa penelitian, terdapat 1
kelahiran prematur pada usia kehamilan 33 minggu dan 1 bayi lahir mati
dengan etiologi yang tidak diketahui.
7. Artikel ketujuh menunjukkan bahwadari 116 kasus, terdapat 8 kasus (6,9%)
pneumonia berat tetapi tidak ada kematian ibu. Satu dari 8 pasien yang datang
pada trimester pertama dan awal trimester kedua mengalami aborsi spontan
yang terlewat. Dari 99 pasien, 21 (21,2%) yang melahirkan mengalami
kelahiran prematur, termasuk 6 dengan ketuban pecah dini. Angka kelahiran
prematur spontan sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah 6,1% (6/99).
Satu kasus asfiksia neonatal berat mengakibatkan kematian neonatal. Selain
itu, 86 dari 100 neonatus yang dites untuk sindrom pernafasan akut parah
virus corona 2 memiliki hasil negatif. Dari jumlah tersebut, sampel cairan
ketuban dan darah tali pusat dari 10 neonatus yang digunakan untuk menguji
sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 memiliki hasil negatif
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Secara garis besar berdasarkan hasil kajian literatur yang telah
dilakukan terhadap 7 hasil penelitian mengenai dampak infeksi Corona Virus
Disease 19 (COVID-19) pada kehamilan didapatkan bahwa dari 7 artikel
menunjukkan fakta penting antara lain; kasusCOVID-19 pada ibu hamil
sebagian besar masih merupakan kategori ringan, potensi abortus ibu hamil
dengan COVID-19 sangat rendah,kondisi obesitas, penyakit penyerta dan
tekanan psikologis pada ibu hamil dengan COVID-19 dapat meningkatkan
risiko bayi lahir prematur bahkan terjadi kematian, dan tidak adanya
penularan COVID-19 secara vertikal dari ibu ke janin.
Jika dibandingkan antara beberapa artikel, temuan yang didapatkan
menunjukkan fakta yang tidak berbeda. Hasil penelitian dari 3 artikel
menyebutkan bahwa kasus COVID-19 tertinggi pada ibu hamil berada pada
tingkatan rendah (mild) dan sebagian kecil dalam ketegori berat atau parah.
Seperti dalam penelitian Blitz et al., (2020), didapatkan hanya 15,0% pasien
digolongkan parah, penelitian Lokken et al., (2020), hanya 15,2% pasien
digolongkan parah, dan penelitian Yan et al., (2020), hanya 6,9% pasien
digolongkan parah. Hasill penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu hamil
yang terdampak COVID-19 masih tergolong masih ringan.
Rohmah & Nurdianto (2020), menjelaskan adapun hal yang mungkin
menyebabkan sebagian besar kasus COVID-19 ringan pada ibu hamil karena
adanya perubahan hormonal dengan progesteron yang dominan menyebabkan
perubahan dominasi sel limfosit Th2 yang lebih banyak memproduksi sitokin
anti-inflamasi. Sitokin antiinflamasi seperti IL-4,IL-10,IL-13,dan TGFβ
mampu menyeimbangkan ekspresi sitokinpro-inflamasi yang menyebabkan
kerusakan organ terutama IL-6, IL-12, IL-1β, dan IFNγ. Kondisi ibu hamil
dengan COVID-19 lebih mudah untuk sembuh dibandingkan dengan wanita
biasa sebab perubahan hormonal memicu terjadi perubahan.

45
46

Hasil penelitian dari 3 artikel menyebutkan bahwa potensi abortus ibu


hamil dengan COVID-19 masih rendah. Seperti dalam penelitian Blitz et al.,
(2020), didapatkan hanya 1 pasien yang mengalami abortus karena adanya
gagal organ multipel dan membutuhkan terapi penggantian ginjal, penelitian
Liu et al., (2020), 1 pasien yang mengalami abortus, dan penelitian Yan et al.,
(2020), 8 pasien yang datang pada trimester pertama dan awal trimester kedua
mengalami. Hasill penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang
terdampak COVID-19 memiliki potensi abortus yangmasih rendah.
Rohmah & Nurdianto (2020), menjelaskan abortus dapat terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor janin (kelainan genetik), faktor ibu (usia,
anemia,hipertensi,solusi oplasenta,diabetes mellitus),infeksi,faktor gaya
hidup, dan lingkungan (gangguan fisik). Ibu hamil dengan COVID-19
memiliki risiko peningkatan Angiotensin II karena ACE2 mengalami
gangguan fungsi oleh SARS-CoV-2.Hal ini menyebabkan ibu hamil dengan
COVID-19 berisiko lebih tinggi mengalami gangguan metabolik yang dapat
memicu terjadinya abortus. Namun dengan adanya peningkatan faktor anti
inflamasi oleh Th2 menyebabkan ibu hamil mampu menurunkan potensi
peradangan dan kerusakan jaringan. Jika dilihat dari segi kemungkinan
terjadinya infeksi,SARS-CoV-2 tidak terbukti dapat tertransmisi secara
vertikal dari ibu kejanin sehingga kecil kemungkinan menjadi faktor pemicu
abortus.
Hasil penelitian dari 4 artikel menyebutkan bahwa kondisi obesitas,
penyakit penyerta dan tekanan psikologis pada ibu hamil dengan COVID-19
dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur bahkan terjadi kematian.
Seperti dalam penelitian Khan et al., (2020), didapatkan hanya 1 pasien yang
melahirkan bayi prematur di tes negatif untuk SARS-CoV-2 dan kelahiran
prematur tidak disebabkan oleh penularan vertikal SARS-CoV-2. Namun,
persalinan prematur mungkin disebabkan oleh tekanan psikologis selama
kehamilan terkait dengan pneumonia COVID-19, penelitian Liu et al., (2020),
6 pasien mengalami persalinan prematur antara 32-36 minggu kehamilan,
penelitian Lokken et al., (2020), 1 kelahiran prematur pada usia kehamilan 33
47

minggu dan 1 bayi lahir mati hal ini dapat dipengaruhi kelebihan berat badan
atau obesitas sebelum kehamilan dan penyakit penyerta seperti asma, dan
penelitian Yan et al., (2020), 21 pasien yang melahirkan mengalami kelahiran
prematur termasuk 6 diantaranya dengan ketuban pecah dini. Hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa kejadian prematur dan kematian pada bayi
bukan disebabkan karena COVID-19 tetapi kondisi obesitas, penyakit
penyerta dan tekanan psikologis pada ibu hamil dengan COVID-19.
Wahyuni & Rohani(2017), mengemukakan bahwa bayi prematur
terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu,mempunyai risiko
kematian 70 kali lebihtinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk
beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidak matangan sistem
organ tubuhnya seperti paru-paru, ginjal, jantung dan sistem
pencernaannya.Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan
preterm seperti faktorpada ibu, faktor janin dan plasenta.
Hasil penelitian dari 7 artikel menyebutkan bahwa tidak adanya
penularan COVID-19 secara vertikal dari ibu ke janin. Transmisi vertikal
COVID-19dari ibu ke janinhampir tidak terjadi dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan Cairan Amnion dan Serum Bayi yang dilahirkan negatif
mengandung asam nukleat COVID-19. Pada sejumlah penelitian yang telah
dipaparkan di atas, terbukti kejadian transmisi vertikal sangat jarang terjadi,
dan ekspresi reseptor ACE-2 sangat rendah baik pada trimester
pertama,kedua dan ketiga.Namun demikian,masih perlu penelitian lebih
banyak lagi berkaitan dengan transmisi vertikal. Proses persalinan normal
tidak terbukti mentransmisikan virus COVID-19dari ibu ke bayi dibuktikan
dari hasil tes swab negatif. Pada persalinan ibu hamil positif COVID-19
diupayakan agar kadar oksigen saturasinya normal yaitu>95%. Asam nukleat
hampir tidak ditemukan pada ASI dari ibu hamil positifCOVID-19.
Menurut asumsi peneliti,infeksi COVID-19 saat ini dirasa sangat
mengkhawatirkan, namun belum ada laporan dan bukti yang cukup mengenai
dampak COVID-19 padaibu hamil dan bayi. Laporan dan bukti tersebut
masih sangat minim dan terbatas.Namun demikian,dari sejumlah laporan
48

kasus dan penelitian, diketahui bahwa pengaruhCOVID-19 pada ibu sangat


jarang menimbulkan pengaruh pada janinya dibuktikan dengan angka dan
bukti yang sangat rendah.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah artikel yang didapatkan untuk
yang melihat dampak infeksi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) pada
kehamilan masih tergolong minim. Sebagian besar penelitian yang diterbitkan
adalah laporan kasus belum memiliki ketidak akutratan penjelasan.
C. Implikasi Penelitian
Penelitian ini menjadi sumber bacaan bagi manajemen rumah sakit
untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit seperti usaha preventif
untuk meminimalisir kejadian penularan COVID-19 pada ibu hamil.
Penelitian ini juga dapat digunakan untuk melakukan studi sehingga hasilnya
dapat dipublikasikan guna menambah wawasan bagi teman sejawat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil literature reviewtentang dampak infeksi Corona
Virus Disease 19 (COVID-19) pada kehamilan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kasus COVID-19 pada ibu hamil sebagian besar masih
merupakan kategori ringan, potensi abortus ibu hamil dengan COVID-19
sangat rendah, kondisi obesitas, penyakit penyerta dan tekanan psikologis
pada ibu hamil dengan COVID-19 dapat meningkatkan risiko bayi lahir
prematur bahkan terjadi kematian, dan tidak adanya penularan COVID-19
secara vertikal dari ibu ke janin.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih
meningkatkan pelayanan dan penyuluhan pada ibu hamil.
2. Bagi perawatdiusahakan dapat melakukan usaha preventif dengan
mensosialisasikan pada ibu hamil cara pencegan COVID-19 dengan
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang
memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan
berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan memperluas
wawasan keilmuan khususnya mengenai infeksi Corona Virus Disease 19
(COVID-19) pada ibu hamil serta dapat membagi pengalaman penelitian
pada orang lain.

49
DAFTAR PUSTAKA

Blitz, M. J., Rochelson, B., Minkoff, H., Meirowitz, N., Prasannan, L., London,
V., Rafael, T. J., Chakravarthy, S., Bracero, L. A., Wasden, S. W.,
Pachtman Shetty, S. L., Santandreu, O., Chervenak, F. A., Schwartz, B.
M., & Nimaroff, M. (2020). Maternal mortality among women with
coronavirus disease 2019 admitted to the intensive care unit. American
Journal of Obstetrics and Gynecology, 223(4), P595-599.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.06.020

Ceulemans, M., Verbakel, J. Y., Van Calsteren, K., Eerdekens, A., Allegaert, K.,
& Foulon, V. (2020). SARS-CoV-2 infections and impact of the COVID-
19 pandemic in pregnancy and breastfeeding: Results from an
observational study in primary care in Belgium. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(18), 1–10.
https://doi.org/10.3390/ijerph17186766

Chen, H., Guo, J., Wang, C., Luo, F., Yu, X., Zhang, W., Li, J., Zhao, D., Xu, D.,
Gong, Q., Liao, J., Yang, H., Hou, W., & Zhang, Y. (2020). Clinical
characteristics and intrauterine vertical transmission potential of COVID-
19 infection in nine pregnant women: a retrospective review of medical
records. The Lancet, 395(10226), 809–815.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30360-3

Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2020). Sulsel tanggap Covid-19. Dinas


Kesehatan Sulawesi Selatan. https://covid19.sulselprov.go.id

Fadli, A. (2020). Mengenal covid-19 dan cegah penyebarannya dengan “peduli


lindungi” aplikasi berbasis andorid. Artikel Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1–7. https://www.researchgate.net

Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).
Penyakit virus corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–
129. https://doi.org/10.36497/jri.v40i2.101
Kemenkes RI. (2020). Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19) revisi-5. Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Situasi covid-19 di Indonesia. Kementrian


Kesehatan RI. https://infeksiemerging.kemkes.go.id

Khan, S., Peng, L., Siddique, R., Nabi, G., Nawsherwan, Xue, M., Liu, J., & Han,
G. (2020). Impact of COVID-19 infection on pregnancy outcomes and
the risk of maternal-to-neonatal intrapartum transmission of COVID-19
during natural birth. Infection Control and Hospital Epidemiology, 41(6),
748–750. https://doi.org/10.1017/ice.2020.84

Liu, Y., Cheg, H., Tang, K., & Guo, Y. (2020). Clinical manifestations and
outcome of SARS-CoV-2 infection during pregnancy. Journal of
Infection, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.02.028

Lokken, E. M., Walker, C. L., Delaney, S., Kachikis, A., Kretzer, N. M.,
Erickson, A., Resnick, R., Vanderhoeven, J., Hwang, J. K., Barnhart, N.,
Rah, J., McCartney, S. A., Ma, K. K., Huebner, E. M., Thomas, C.,
Sheng, J. S., Paek, B. W., Retzlaff, K., Kline, C. R., … Waldorf, K. M.
A. (2020). Clinical characteristics of 46 pregnant women with a severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 infection in Washington State.
American Journal of Obstetrics and Gynecology, 223(6), 911.e1–
911.e14. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.05.031

Lombogia, M. (2017). Buku ajar keperawatan maternitas. Infomedia Pustaka.

Malik, F., Bafadal, M., Wahyuni, & Sahidin. (2020). Edukasi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Menggunakan Masker (GEMAS),
serta penggunaan antiseptik dan desinfektan di Desa La Nipa Nipa,
Kecamatan Katoi, Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(3), 154–159.
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i1.440

Mandang, J., Tombokan, S. G. J., & Tando, N. M. (2016). Asuhan kebidanan


kehamilan. In Media.

Marzali, A. (2016). Menulis kajian literatur. Jurnal Etnografi Indonesia, 1(2), 27.
https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613

Masrul, Abdillah, L. A., Tasnim, T., Simarmata, J., Daud, Sulaiman, O. K.,
Prianto, C., Iqbal, M., Purnomo, A., Febrianty, F., Saputra, D. H., Purba,
D. W., Vinolina, N. S., Napitupulu, D., Soetijono, I. K., Ramadhani, Y.
R., Jamaludin, Sari, D. C., Mastuti, R., … Faried, A. I. (2020). Pandemik
COVID-19: persoalan dan refleksi di Indonesia. Yayasan Kita Menulis.

Morawska, L., & Cao, J. (2020). Airborne transmission of SARS-CoV-2: The


world should face the reality. Environment International, 139, 105730.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2020.105730

Nugroho, W. D., Indah, W., Alanish, Istiqomah, N., Cahyasari, I., Indrastuti, M.,
Sugondo, P., & Isworo, A. (2020). Literature review: Transmisi Covid-19
dari manusia ke manusia di Asia. Jurnal of Bionursing, 2(2), 101–112.
https://doi.org/10.20884/bion.v2i2.51

Nursalam. (2016). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis.


Salemba Medika.

Padila. (2017). Keperawatan maternitas. Nuha Medika.

Parwanto, M. L. E. (2020). Virus Corona (2019-nCoV) penyebab COVID-19.


Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(1), 1–2.
https://doi.org/10.18051/JBiomedKes.2020.v3.1-2

PDPI. (2020). Pneumonia covid-19 (diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia).


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Pradana, A. A., Casman, & Nur’aini. (2020). Pengaruh kebijakan social


distancing pada wabah COVID-19 terhadap kelompok rentan di
Indonesia. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 09(02), 61–67.
https://doi.org/10.22146/jkki.55575

Ramadhani, H. S., Islamy, N., & Yonata, A. (2020). COVID-19 pada kehamilan:
Apakah berbahaya? Jurnal Medula, 10(2), 318–323.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2725

Rohmah, M. K., & Nurdianto, A. R. (2020). Corona virus disease 2019 (COVID-
19) pada wanita hamil dan bayi: Sebuah tinjauan literatur. Journal of
Clinical Medicine, 7(1A), 329–336.
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v7i1a.476

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J.,
Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M.,
Annisa, F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus
disease 2019: tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
7(1), 45–67. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Unhale, S. S., Ansar, Q. B., Sanap, S., Thakhre, S., Wadatkar, S., Bairagi, R.,
Sagrule, S., & Biyani, B. (2020). A review on corona virus (Covid-19 ).
World Journal of Pharmaceutical and Life Sciences, 6(4), 109–115.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/

Wahyuni, R., & Rohani, S. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


preterm. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 61–68.
https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.33

WHO. (2020a). Coronavirus disease (Covid-19); Situation dashboard. World


Health Organization. https://covid19.who.int

WHO. (2020b). QA during pregnancy. World Health Organization.


https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-during-
pregnancy
Yan, J., Guo, J., Fan, C., Juan, J., Yu, X., Li, J., Feng, L., Li, C., Chen, H., Qiao,
Y., Lei, D., Wang, C., Xiong, G., Xiao, F., He, W., Pang, Q., Hu, X.,
Wang, S., Chen, D., … Yang, H. (2020). Coronavirus disease 2019 in
pregnant women: a report based on 116 cases. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 223(1), 111.e1-111.e14.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.04.014

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026

Zhong, B. L., Luo, W., Li, H. M., Zhang, Q. Q., Liu, X. G., Li, W. T., & Li, Y.
(2020). Knowledge, attitudes, and practices towards Covid-19 among
Chinese residents during the rapid rise period of the Covid-19 outbreak: a
quick online cross-sectional survey. International Journal of Biological
Sciences, 16(10), 1745–1752. https://doi.org/10.7150/ijbs.45221

Anda mungkin juga menyukai