Anda di halaman 1dari 26

Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

BAB 7
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

Kemampuan Akhir : Mahasiswa dapat menerapkan konsep akuntansi pajak


penghasilan dengan benar sesuai SAK yang berlaku.
Indikator : Mahasiswa diharapkan mampu
1. Menjelaskan pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam
laporan keuangan.
2. Menyusun jurnal untuk mengakui pajak penghasilan.
3. Menyusun rekonsiliasi fiscal.
4. Mengaplikasikan penyajian pajak dalam laporan keuangan

PENDAHULUAN

Suatu entitas memilik kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang- undangan. Salah
satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah peraturan perpajakan.Setiap entitas terikat
dengan peraturan pajak yang berlaku dimana entitas tersebut beroperasi. Entitas yang didirikan di
Indonesia memiliki kewajiban perpajakan sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia antara
lain, UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, UU 42 Tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Jasa dan Pajak
Penjualan Barang Mewah, UU Pajak Bumi dan Bangunan, dan lainnya. Pajak tersebut disetorkan
ke kas negara, dan bagi Negara pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran pemerintah.
Kewajiban pajak setiap entitas berbeda-beda bergantung pada tipe bisnis suatu entitas,
namun ada pajak yang berlaku di semua entitas walaupun dengan pengaturan yang berbeda.
Misalnya entitas pada industri konstruksi dikenakan pajak final yang dihitung dari nilai
penjualan. Namun secara umum pajak penghasilan dikenakan atas laba sebelum pajak yang
dihitung dari pendapatan dikurangi dengan beban yang menurutg pajak diperkenankan. Entitas
usaha dalam UU Pajak Penghasilan termasuk subjek pajak yang dalam istilah pajak disebut
badan. Penghasilan yang diterima oleh entitas merupakan objek pajak, namun penghasilan
tersebut dapat dikurangkan dengan beban yang boleh dikurangkan. Artinya, entitas akan
dikenakan pajak atas laba menurut pajak yang merupakan penghsailan dikurangi beban menurut
ketuntuan pajak.
Selain kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya,
entitas juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pihak lain. Misalnya atas
pembayaran gaji karyawan entitas memotong PPh Pasal 21, atas pembayaran jasa audit entitas
memotong PPh pasal 23 dan atas penghasilan yang diterima konsultan asing entitas memotong
PPh pasal 26. Kewajiban ini harus dilaksanakan entitas walaupun tidak terkait dengan
penghasilan entitas, namun lebih

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

terkait dengan memotong pajak atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas.
Kewajiban memotong pajak pihak lain (pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak witholding.
Pajak pihak lain yang telah dipotong tersebut akan dicatat sebagai utang pajak dan akan
dibayarkan ke kas negara sebelum jatuh tempo. Sesuai regulasi yang saat ini berlaku,
kewajiban pajak witholdingakan terutang pada setiap akhir bulan dan akan dibayarkan pada
awal bulan berikutnya. Jika pada tanggal pelaporan pajak yang telah dipotong tersebut belum
disetorkanke kas negaraakan diakui sebagai utang pajak. Salah satu kewajiban
pajak entitas adalah membayar pajak dan
mengadministrasikan pajak atas penghasilan entitas. Pajak yang telah dibayarkan tersebut secara
akuntansi akan dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Namun secara akuntansi, atas
laba yang diperoleh sebuah entitas juga harus diperhitungkan
pajaknya sesuai dengan konsep dasar matching cost against revenue.
Pajak penghasilan dalam laporan keuangan diatur dalam PSAK 46 (Revisi 2013) Pajak
Penghasilan.PSAK ini hanya membahas tentang beban pajak penghasilan yang disajikan dalam
laporan keuangan dan aset atau liabilitas yang timbul akibat pengakuan beban pajak penghasilan
entitas. Beban pajak akan muncul di semua laporan keuangan, namun masih sedikit pihak yang
memahami bagaimana menghitung beban pajak sebuah entitas dengan benar sesuai dengan
regulasi pajak dan juga sesuai dengan PSAK. Perhitungan beban pajak perusahaan memerlukan
pemahaman PSAK 46 (Revisi 2013) dan juga regulasi pajak penghasilan, karena nilai beban
pihak juga dipengaruhi oleh perhitungan pajak menurut regulasi pajak.
Perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak tidak sama, karena laba menurut pajak
dihitung berdasarkan ketentuan dalam regulasi perpajakan.Laba menurut akuntansi dihitung
berdasarkan konsep pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi.Perbedaan
pengakuan tersebut dapat bersifat temporer dan permanen. Perbedaan yang bersifat temporer
akan terpulihkan di masa mendatang sehingga secara total nilainya sama hanya terdapat
perbedaan pada setiap periode pengakuan. Perbedaan permanen adalah perbedaan yang tidak
akan pernah terpulihkan. Perbedaan temporer tersebut akan diakui sebagai pajak tangguhan
dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif maupun laporan posisi keuangan.
Perbedaan pengaturan menurut pajak dan akuntansi berlaku umum hampir di setiap
negara. Perbedaan ini juga mengundang perhatian para peneliti akuntansi untuk menganalisis
factor factor yang menyebabkan perbedaan tersebut.Dalam penelitian perpajakan, perbedaan
antara akuntansi dan pajak sering disebut sebagai book tax gap atau book tax
difference.Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai bentuk perencanaan pajak atau dapat juga
dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak.

PAJAK PENGHASILAN
Akuntansi Pajak Penghasilan
Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak pada laporan laba rugi.
Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau liabiltas

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

dalam laporan posisi keunangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban pajak kini
maupun beban pajak tangguhan.
Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana menghitung
konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian tercatat aset (liabilitas)
mengandung konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga transaksi atau peristiwa lain pada
periode berjalan yang diakui dalam laporan pposisi keuangan entitas dapat memiliki kosekuensi
pembayaran atau pengurangan pembayaran pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau
aset pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan atas konsekuensi
pajak akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan atau
baban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan pendapatan pajak tangguhan.
Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan beban pajak
tangguhan.
Pengakuan konsekuensi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan. Jika peristiwa atau
transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak penghasilannya akan diakui
dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan transaksi tersebut diakui sebagai penghasilan
komprehensif lain maka konsekuensi pajaknya akan diakui dalam penghasilan komprehensif
lain. Dalam beberapa hal pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi
pajak di masa depan, maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak tangguhannya.

Standar Akuntansi Pajak Penghasilan


PSAK 46 pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 yang efektif diterapkan untuk
perusahaan yang menerbitkan saham/surat berharga di pasar modal pada 1 Januari 1999.Untuk
perusahaan lainnyatanggal efektif 1 Januari 2001.Standar ini menggunakan dua tanggal efektif
untuk dua kelompok entitas yang berbeda.Penggunaan dua tanggal efektif tersebut karena
pengaturan dalam PSAK 46 tahun 1999 mengubah praktik yang pada saat itu berlaku.
Sebelum PSAK 46 tahun 1997, beban pajak yang disajikan dalam laporan keuangan
merupakan pajak terutang menurut peraturan pajak.Standar tidak mengakui beban/pendapatan
pajak tangguhan dan konsekuensinya juga tidak mengakui aset/liabilitas pajak
tangguhan.Pengaturan beban pajak hanya sebesar pajak terutang dalam satu tahun fiskal, saat ini
digunakan dalam SAK ETAP.Dalam SAK ETAP disebutkan bahwa beban pajak diakui atas
seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar.Secara
tegas SAK ETAP menyebutkan tidak ada pengakuan atas pajak tangguhan.
PSAK 46 (1997) bertujuan mengatur perlakuan akuntansi pajak penghasilan terutama
untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode
mendatang.Pajak periode berjalan tercermin dalam beban pajak kini.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Sementara pajak yang ditangguhkan di luar periode pelaporan akan tercermin dalam
beban/pendapatan pajak tangguhan. Pada penerapan awal PSAK 46 ini, banyak kebingungan
para penyusun dan pembaca laporan keuangan memaknai pajak tangguhan dan konsekuensi
munculnya aset/liabilitas pajak tangguhan.Namun dengan berlalunya waktu, kesulitan penerapan
dan juga pemahaman PSAK 46 semakin meningkat sehingga tidak menimbulkan masalah dalam
praktik.
PSAK 46 1997 direvisi dengan mengeluarkan PSAK 46 (Revisi 2010).Revisi tersebut
dimaksudkan untuk menyelaraskan PSAK 46 (1997) dengan ketentuan dalam IAS 12 Income
Tax.Walaupun referensi dalam penyusunan PSAK 46 (1997) adalah IAS, namun tidak
dilakukan adopsi secara penuh dan menambahkan beberapa ketentuan pajak di Indonesia seperti
pajak final dan Surat Ketetapan Pajak (SKP).PSAK
46 (Revisi 2010) tetap mempertahankan aturan pajak final, Surat Ketetapan Pajak,
menambahkan contoh-contoh yang ada dalam lampiran IAS 12 dan penyesuaian beberapa
paragraph sesuai dengan IAS 12.
PSAK 46 (Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46 (Revisi 2010) dengan perubahan dalam
IAS 12 Income tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013. Perubahan dalam Revisi 2013 adalah
penghapusan pengaturan mengenai pajak final, Surat Ketentuan Pajak, pengaturan aset dan
liabilitas pajak tangguhan atas aset yang tidak disusutkan yang dikukur dengan menggunakan
model revaluasi dan property investasi yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.

Laba Sebelum Pajak dan Laba Kena Pajak


Dalam laporan keuangan, laba sebelum pajak disajikan sebelum beban pajak penghasilan.
Laba sebelum pajak dikurangi beban pajak akan menghasilkan laba bersih/laba setelah pajak.
Dalam beberapa ilustrasi laporan keuangan dalam matakuliah pengantar akuntansi dan
manajemen keuangan, sering dicantumkan beban pajak dihitung dari tarif pajak dikalikan dengan
laba sebelum pajak.Namun dalam matakuliah akuntansi keuangan, penyusun harus menyajikan
besarnya beban pajak menurut ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
sesuai ketentuan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
Laba akuntansi adala laba atau rugi selama satu periode akuntansi sebelum dikurangi
beban pajak.Laba akuntansi biasanya dihitung dari laba operasi dikurangi dengan pendapatan
dan beban lain-lain.Laba akuntansi merupakan laba yang dihitung berdasarkan kebijakan dan
standar akuntansi. Laba akuntansi tersebut sesuai dengan konsep matching principlesakan
dibebani dengan pajak penghasilan. Berdasarkan ini setiap laba sebelum pajak yang telah diakui
harus dipadankan dengan kewajiban pajaknya. Untuk itu beban pajak akan diakru pada periode
laba tersebut diakui menurut akuntansi, sehingga muncul beban pajak tangguhan dan liabilitas
pajak tangguhan. Namun karena kewajiban pajaknya dihitung sesuai dengan ketentuan
perpajakan, maka pajaknya belum menjadi liabilitas kini pada periode tersebut. Sebaliknya jika
pajak penghasilan telah dibayarkan namun laba menurut akuntansi belum diakui pada periode
berjalan maka pembebanan pajak tersebut secara akuntansi akan

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

ditangguhkan. Konsekuensi pajak atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak
akan memunculkan pajak tangguhan. Sementara pajak yang terutang menurut fiskalakan diakui
sebagai pajak kini.
Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama
satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak.Laba kena
pajak dalam UU Pajak Penghasilan disebut sebagai penghasilan kena pajak (PKP).Penghasilan
kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban yang boleh dikurangkan menurut
peraturan perpajakan.Pajak terutang dalam satu tahun fiskal merupakan hasil perkalian
penghasilan kena pajak dengan tarif.Pajak terutang dalam satu tahun fiskal menurut pengertian
dalam standar akuntansi keuangan merupakan beban pajak kini.

Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang
diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban pajak akan dipadankan
dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut.Pajak kini adalah jumlah pajak
penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode.
Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan
yang diperoleh entitas dalam satu periode.Pajak kini untuk entitas tersendiri (bukan
konsolidasian) merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan.Untuk entitas yang terkonsolidasi dengan anak perusahaan pajak kini
merupakan penjumlahan semua pajakterutang seluruh entitas yang terkonsolidasi.Pajak tidak
mengenal konsep konsolidasi, pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas.Pajak kini untuk
entitas yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui dalam
periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat pengakuan
aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer dengan dasar
pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas perbedaan temporer,
maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang. Secara total pengakuan menurut
akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan pengakuan pada setiap periode.
Pendapatan pajak tangguhan juuga dapat terjadi karena kompensasi kerugian yang menurut
ketentuan pajak dapat dikompensasikan di masa mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak kini, sehingga
total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban pajak kini. Namun
sebaliknya pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari beban pajak kini, sehingga total
beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.

Beban Pajak Kini


Entitas termasuk subjek pajak yang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan disebut Badan.Penghasilan yang diperoleh badan

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

dalam satu tahun pajak dikenakan pajak.Penghasilan yang dikenakan pajak disebut dalam istilah
perpajakan sebagai Penghasilan Kena Pajak (PKP).Penghasilan kena pajak dihitung dari
penghasilan bruto dikurangi beban yang boleh dikurangkan.
Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan bruto menurut
pajak tidak sama dengan pendapatan menurut akuntansi. Ada penghasilan yang menurut pajak
bukan objek pajak, misalnya penghasilan dari anak perusahaan atau investasi pada asosiasi
dengan kepemilikan diatas 25% sampai dengan 50%.Terdapat juga penghasilan yang diakui
menurut pajak dengan basis kas sedangkan menurut akuntansi diakui dengan basis akrual.
Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan beban. Pajak
mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung penghasilan kena
pajak.Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban menurut pajak atau boleh
menjadi beban namun dengan jumlahnya berbeda.Perbedaan antara laba akuntansi dan pajak
dapat terjadi karena perbedaan waktu pengakuan sedangkan perbedaan permanen terjadi karena
esensi pengaturan yang berbeda.
Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu, baik untuk tujuan perpajakan
maupun tujuan akuntansi. Untuk memperoleh penghasilan kena pajak, entitas akan melakukan
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal. Pembukuan yang telah dilakukan menurut standar
akuntansi akan dikoreksi yang menurut pajak harus diakui. Koreksi fiskal ini akan dilaporkan
dalam laporan pajak. Koreksi fiskal juga harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.Hasil rekonsiliasi fiskal adalah penghasilan kena pajak untuk satu badan.
Koreksi fiskal juga dapat diklasifikasikan atas koreksi positif atau koreksi
negative.Koreksi positif adalah koreksi yang menambah penghasilan kena pajak, sedangkan
koreksi negative adalah koreksi yang mengurangi penghasilan kena pajak.Koreksi beban yang
tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan pajak merupakan contoh koreksi positif.Koreksi atas
penghasilan yang dikenakan pajak adalah contoh koreksi negative, karena penghasilan final
dikeluarkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak dikalikan dengan
tarif akan menghasilkan pajak terutang untuk satu tahun fiskal.
Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga memiliki kewajiban
membayar pajak atas penghasilan pajak yang dikenakan pajak final. Penghasilan yang dikenakan
pajak final merupakan penghasilan yang perhitungan, tarif dan cara pemajakan tidak mengikuti
ketentuan umum perhitungan pajak atas badan. Pajak final biasanya menggunakan tarif khusus
sesuai jenis penghasilannya dan dikenakan secara gross dari total penghasilan. Jadi pajak final
merupakan perkalian total penghasilan (gross) dikalikan dengan tarif pajak finalnya. Penghasilan
yang dikenakan pajak final penghasilannya dikeluarkan pada saat melakukan koreksi fiskal.
Istilah final sering

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

diartikan bahwa pemajakannya telah selesai sehingga atas penghasilan tersebut tidak akan
diperhitungkan kembali pajaknya.
Penghasilan yang telah dikenakan tariff pajak final, bebannya tidak boleh dikurangkan
karena pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto. Contoh penghasilan yang dikenakan
pajak final antara lain pendapatan bunga deposito, hadiah, transaksi di pasar modal, sewa, serta
penjualan tanah dan bangunan. Terdapat juga jasa tertantu yang dikenakan pajak final, misalnya
jasa perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.Untuk entitas yang menyelenggarakan jasa ini
misalnya perusahaan konstruksi, maka sebagian atau seluruh penghasilannya dikenakan pajak
final.Dalam SPT perusahaan konstruksi penghasilan yang dilaporkan hanyalah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak final dikurangi dengan beban yang terkait dengan penghasilan
tersebut.Untuk penghasilan yang dikenakan pajak final dilaporkan dalam laporan/formulir
tersendiri pajak. Ilustrasi pajak final dapat dilihat pada Contoh 18.1
Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum, sehingga untuk entitas
konsolidasikewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing masing badan atau entitas. Rekonsiliasi
fiskal akan dilakukan untuk masing masing perusahaan, untuk menghitung pajak masing masing
entitas. Namun atas laba dari anak perusahaan dan laba dari investasi entitas asosiasi (lebih dari
25% sampai dengan 50%) bukan merupakan laba induk atau investor sehingga tidak terjadi
pemajakan ganda.

Liabilitas Pajak Kini


Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk satu periode.Pajak terutang ini harus dibayarkan oleh perusahaan sesuai ketentuan
pajak.Jika pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya yang belum dibayar diakui
sebagai liabilitas pajak kini. Sebaliknya juka jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode kini
dan periode periode sebelumnyaa melebihi jumlah pajak terutang, akan diakui sebagai pajak
dibayar di muka.
Pajak terutang menurut ketentuan perpajakan akan dibayarkan oleh sebuah entitas
melalui pembayaran angsuran pajak setiap tahun (PPh Pasal 25), pemotongan oleh pihak ketiga
(PPh Pasal 22 atau 23) maupun pembayaran pajak di akhir tahun pajak (PPh pasal 29). Setiap
bulan, entitas wajib melakukan pembayaran angsuran pajak (PPH Pasal 25) yang dihitung
berdasarkan pajak tahun lalu dibagi dengan dua belas atau dengan rumus tersendiri jika ada
penghasilan tidak teratur atau kondisi khusus. Atas penghasilan yang diterima oleh entitas ada
yang telah dipotong pajak oleh pihak lain. Misalnya perusahaan konsultan IT, atas jasa
konsultasi yang telah dilakukan dipotong pajak oleh entitas.
Angsuran pajak dan pajak yang telah dibayar entitas dalam satu tahun merupakan pajak
dibayar di muka atau dalam istilah pajak disebut sebagai kredit pajak. Pajak terutang dalam satu
tahun fiskal akan dihitung setiap tahun, pajak penghasilan ini menurut standar akuntansi
keuangan disebut sebagai beban pajak ini. Jumlah pajak terutang akan dikurangkan dengan
kredit pajak untuk mendapatkan pajak kurang atau lebih bayar pajak. Jika pajak terutang lebih
besar dari kredit pajak akan muncul pajak

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

kurang bayar (PPh Pasal 29), yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai utang
pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar (PPh Pasal 28) akan disajikan sebagai pajak
bayar di muka. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, pajak dibayar di muka dalam direstitusi
atau dikompensasikan untuk pembayaran pajak periode berikutnya. Namun sebelum keputusan
tersebut diiberikan, akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan jumlah
kompensasi atau restitusinya telah dihitung dengan tepat. Dalam beberapa kasus, tidak semua
pajak dibayar di muka akibat lebih bayar dapat direstitusi/kompensasi semuanya.
Pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang diterima, baik
penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia .namun atas penghasilan yang telah
diterima dari luar negeri dan pajaknya telah dibayarkan, maka pajak yang telah dibayarkan
tersebut akan diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan ketentuan PPh Pasal 24 UU
Pajak Penghasilan.
Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang pajak penghasilan
atau utang PPh Badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain lebih besar akan
disajikan sebagai pajak dibayar di muka atau PPh badan dibayar di muka. Untuk gambaran
bagaimana beban pajak kini dan liabilitas pajak kini dicatatdalam sebuah entitas, dapat dilihat
dalam Contoh 18.2
Contoh 18.1 Pencatatan Pajak Penghasilan Kini
PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh laba sebelum pajak
sebesar Rp. 80.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi positif
sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi temporer sebesar Rp. 3.000.000.000 koreksi negative
dan koreksi positif Rp. 5.000.000.000. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp.
1.700.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain adalah sebagai berikut.
 PPh final sebesar Rp. 1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp.
15.000.000.000, PPh 23 tidak final sebesar Rp. 1.000.000.000 atas penghasilan sebesar
Rp. 50.000.000.000
 Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp. 200.000.000.000. Pajak yang telah
dipotongg di luar negeri sebesar Rp. 6.000.000.000, PPh 24 boleh dikreditkan terkait
penghasilan luar negeri sebesar Rp. 5.000.000.000.
 Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp. 10.000.000.000.
 Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp. 2.000.000.000 atas impor.
Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final maupun tidak final
sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan penyesuaian
yang dibuat untuk mengakui utang pajak penghasilan kini.Tarif pajak yang berlaku 25%.
Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat penghasilan
dan pajak dibayar di muka. Dalam mencatat harus diberikan identifikasi final dan tidak final
karena dampaknya berbeda terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang pajak), sebagai alternative
dapat juga dicatat sebagai beban pajak.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000

Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (Tidak Final) 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000

Kas 140.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000

Pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik angsuran pajak dan pajak
yang dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar di muka. Dalam praktik jurnal ini akan dibuat
sesuai dengan waktu pembayarannya.

Pajak Dibayar di Muka PPh 22 2.000.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Kas 200.000.000.000

Pada akhir tahun, akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah pajak
terutang. Jika jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayar, akan diakui
sebagai liabilitas pajak kini. Dalam laporan keuangan disajikan dengan nama utang PPh Badan.
Utang ini menurut ketentuan pajak harus dibayarkan paling lambat bulang akhir keempat setelah
tanggal laporan keuangan.
Perhitungan pajak terhutang:
Penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000
+ Rp. 5.000.000.000 = Rp. 84.000.000.000.
Pajak terutang = 25% x Rp. 84.000.000.000 = Rp. 21.000.000.000.

Beban Pajak Kini 21.000.000.000

Pajak Dibayar di Muka PPh 22 2.000.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 23 1.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 24 5.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Utang PPh Badan (29) 3.000.000.000
Total beban pajak kini merupakan penjumlahan semua pajak yang dibayarkan
yaitu pajak final dan pajak tidak final, termasuk juga pajak LN yang tidak boleh
dikreditkan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp. 21.000.000.000 + final Rp. 1.500.000.000 +
Rp. 1.000.000.000 LN = Rp. 23.500.000.
Beban Pajak Kini 2.500.000.000

Pajak Dibayar di Muka PPh Final 1.500.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 24 1.000.000.000

Beda temporer net Rp. 5.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000 = Rp. 2.000.000.000 positif. Pajak
tangguhan 25% x Rp. 2.000.000.000 = Rp. 500.000.000. Penghasilan kena pajak lebih besar
dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Sehingga pengenaan pajak akan mendahului
pengakuan menurut akuntansi. Karena sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan, maka
pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas pajak tangguhan. Saldo liabilitas pajak
tangguhan sebesar
Rp. 1.700.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 1.200.000.000.

Liabilitas Pajak Tangguhan 2.500.000.000

Pendapatan Pajak Tangguhan 500.000.000


Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak tangguhan
= Rp. 13.500.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 13.000.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
Laba sebelum pajak Rp. 80.000.000.000
Beban pajak:
Beban pajak kini Rp. 23.500.000.000
Pendapatan pajak tangguhan ( 500.000.000)
Total beban pajak Rp. 23.000.000.000
Laba bersih Rp. 57.000.000.000
Laporan posisi keuangan
Utang PPh Badan (liabilitas pajak kini) Rp. 3.000.000.000
Liabilitas pajak tangguhan Rp. 1.700.000.000
Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang bayar
dalam satu tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPh 29. Utang PPh
Badan merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entitas. Utang pajak yang lain
merupakan utang pajak terkait dengan kewajiban entitas untuk memotongpajak pihak lain
sehingga tidak akan memengaruhi nilai beban pajaki. Entitas dapet menyajikan dalam laporan
posisi keuangan hanya satu baris utang pajak dan rincian jenis-jenis pajaknya di catatan atas
laporan keuangan, atau menampilkan rincian utang pajak dalam laporan posisi keuangan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

PAJAK TANGGUHAN
Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda.Pajak
dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba akuntansi dihitung
sesuai kaidah dalam standar akuntansi.Perbedaan antara keduanya berlaku umum hampir
disemua peraturan perpajakan di berbagai negara. Walaupun letak perbedaan tersebut sebenarnya
relative umum dan sama, namun memiliki cara pengaturan yang berbeda.Perbedaan yang muncul
misalnya terkait dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan
yang menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut pajak
diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut pajak tidak
diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan positif atau
negatif.Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih besar dari laba pajak dan
sebaliknya. Perbedaan yang mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan menurut
akuntansi adalah perbedaan penghasilan kena pajak, dapat dilihat dalam Contoh Perbedaan
Temporer Penghasilan Kena Pajak dan Laba Sebelum Pajak . PT Kencana menurut
akuntansi melaporkan pendapatan yang sama selama tahun 2015, 2016 dan 2017 sebesar
Rp. 300.000.000 per tahun dan beban sebesar Rp. 200.000.000 per tahun. Untuk tujuan
pajak, terdapat perbedaan temporer terkait dengan pengakuan pendapatan sehingga
penghasilan untuk 2015, 2016 dan 2017 secara berurutan sebesar Rp. 240.000.000, Rp.
320.000.000 dan Rp. 340.000.000.
Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam laporan keuangan entitas.

Tabel 7.1 Laporan Keuangan Entitas


Laporan Keuangan 2015 2016 2017 Total
Pendapatan 300.000.000 300.000.000 300.000.000 900.000.000
Beban 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Laba sebelum pajak 100.000.000 100.000.000 100.000.000 300.000.000
Beban pajak penghasilan 25% 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000

Laporan Pajak 2015 2016 2017 Total


Penghasilan 240.000.000 320.000.000 340.000.000 900.000.000
Beban yang dapat dikurangkan 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Penghasilan kena pajak 40.000.000 120.000.000 140.000.000 300.000.000
Beban pajak kini (pajak 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
terutang 25%)
Penyajian dalam laporan
keuangan
Beban pajak kini 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
Beban (pendapatan) pajak 15.000.000 (5.000.000) (10.000.000) -

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

tangguhan
Total beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000

Liabilitas pajak tangguhan 15.000.000 10.000.000 - -


Dalam kasus ini perbedaan yang muncul hanya perbedaan temporer sehingga beban pajak
menurut akuntansi dibagi laba sebelum pajak (tarif pajak efektif) sama dengan tariff pajak yang
berlaku yaitu 25%. Jika terdapat perbedaan permanen tariff pajak efektif tidak sama dengan tariff
pajak yang berlaku.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi
keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya.Perbedaan temporer dapat berupa perbedaan
temporer kena pajak dan perbedaan temporer dapat dikurangkan. Perbedaan temporer terjadi
karena perbedaan waktu pengakuan namun secara total nilai penghasilan dan beban yang diakui
jumlahnya sama. Perbedaan temporer akan diakui sebagai pendapatan atau beban pajak
tangguhan dan sebagai konsekuensinya akan diakui sebagai aset dan liabilitas pajak tangguhan
dalam laporan posisi keuangan. Perbedaan temporer akan dipulihkan atau diselesaikan di masa
mendatang, sehingga konsekuensi perbedaan atas pengakuan aset/liabilitas tertantu akan hilang
ketika perbedaan tersebut tidak ada lagi.

Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan dan Aset Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer yang dapat dkurangkan adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak)
periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan yang
tercantum dala PSAK 46 (Revisi 2013). Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan terjadi saat
laba akuntansi lebih kecil dibandingkan laba menurut pajak atau penghasilan kena pajak, akibat
dari perbedaan temporer.Penghasilan kena pajak yang lebih tinggi mengharuskan entitas menurut
regulasi pajak melakukan pembayaran pajak lebih dahulu sebelum pengakuan pajak menurut
akuntansi. Pembayaran pajak yang lebih dahulu tersebut akan diakui sebagai aset pajak
tangguhan. Pembayaran pajak tersebut akan ditangguhkan pembebanannya menurut akuntansi
dan baru diakui saat laba menurut akuntansi diakui.
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan,
sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup
memadai sehingga perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan.
Pengakuan aset pajak tangguhan tidak dilakukan atas pengakuan awal aset dan liabilitas atas
transaksi kombinasi bisnis dan transaksi yang tidak memengaruhi laba akuntansi dan laba kena
pajak.
Perbedaan yang dapat dikurangkan umumnya terjadi saat penghasilan kena pajak lebih
tinggi dibandingkan dengan laba menurut akuntansi.Beberapa kejadian berikut ini merupakan
bentuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan.
1. Pengakuan beban provisi garansi secara akrual pada saat terjadi penjualan sedangkan
menurut pajak pembebanan dilakukan pada saat garansi diberikan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

2. Depresiasi dengan masa manfaat yang lebih pendek menurut akuntansi dibandingkan
dengan masa manfaat depresiasi menurut pajak.
3. Pengakuan beban penyisihan piutang yang diakui saat terdapat bukti objektif sedangkan
menurut pajak diakui sesuai dengan ketentuan dan biasanya terjadi pada periode setelah
pengakuan menurut akuntansi.
4. Pengakuan penurunan nilai aset yang menurut pajak akan diakui saat aset tersebut dijual
atau dilepaskan, sedangkan menurut akuntansi diakui saat terdapat indikasi penurunan
nilai.
5. Pengakuan beban yang jumlahnya diestimasi atau menurut akuntansi disebuut provisi,
sedangkan menurut pajak baru dilakukan pengakuan pada saat beban tersebut telah
direalisasikan.
6. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut pajak dibandingkan pengakuan beban
menurut akuntansi, akibat perbedaan temporer.
7. Pengakuan penghasilan lebih besar manurut akuntansi dibandingkan pengakuan menurut
akuntansi akibat perbedaan temporer, contoh pendapatan diterima di muka menurut pajak
diakui seluruhnya saat diterima, menurut akuntansi diakui secara akrual.

Perbedaan Temporer Kena Pajak dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer kena pajak menurut PSAK 46 (Revisi 2013) adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak) periode
masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas pajak diselesaikan. Perbedaan temporer
kena pajak akan menyebabkan diakuinya beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan.
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa
depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Pengakuan liabilitas pajak
tangguhan dikecualikan atas perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari pengakuan awal
goodwill; atau pengakuan awal aset atau liabilitas dari transaksi bukan kombinasi bisnis dan
transaksi yang tidak memengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak.
Perbedaan temporer kena pajak terjadi ketika pengakuan laba menurut akuntansi lebih
besar dibandingkan dengan laba menurut pajak.Laba yang telah diakui menurut akuntansi
tersebut beban pajaknya harus diakui walaupun pajaknya belum diakui menurut regulasi
pajak.Beberapa kejadian berikut merupakan contoh perbedaan temporer kena pajak.
1. Depresiasi menurut akuntansi dengan masa manfaat lebih panjang dibandingkan
masa
manfaat menurut pajak.
2. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut akuntansi dibandingkan pengakuan
beban
menurut pajak, akibat perbedaan temporer.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Untuk menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dapat dilihat pada Contoh
18.5.Dalam contoh ini hanya dijelaskan atas transaksi perolehan aset dan dampak
perbedaandepresiasi tetapi tidak diperlihatkan gambaran umum seluruh entitas untuk
memudahkanpemahaman.

Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi) dengan
penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan. Perbedaan ini secara
permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi dalam pengaturan pajak dan
akuntansi. Perbedaan tersebut akan membuat laba menurut akuntansi berbeda dengan laba
menurut pajak, namun perbedaan tersebut tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.
Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan
pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan menurut pajak
tidak diperkenankan antara lainbeban sumbangan yang tidak diiperkenankan oleh
regulasi,beban yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagihdan memelihara
penghasilan misalnya entertainment yangtidak ada daftar nominatifnya, beban untuk
keperluanpribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan misalnya
laba dari entitas asosiasidengan kepemilikan 25-50%
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.

Contoh Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini .


PT Sindoro pada tahun 2015 melaporkan laba sebelum pajak sebesar
Rp. 900.000.000. Dalam rekonsiliasifiskal terdapat perbedaan antara akuntansi dan pajak
yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Beban depresiasi menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan menurut pajak sebesar Rp.
20.000.000
2. Beban garansi menurut akuntansi lebih besar Rp. 80.000.000 dibandingkan menurut
pajak.
3. Beban sumbangan sebesar Rp. 10.000.000 tidak diperkenankan menurut pajak.
4. Penghasilan sewa tanah dan bangunan sebesar Rp. 70.000.000 dikenakan pajak final
sebesar 10%.
Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%. Entitas belum memiliki saldo awal aset/liabilitas
pajak tangguhan. Pajak dibayar di muka terdiri atas angsuran pajak (PPh 25) Rp. 180.000.000,
PPh 23 sebesar Rp. 20.000.000, dan pajak final atas sewa Rp.12.500.000. Entitas menyusun
laporan keuangan tahunan, sehingga jurnal penyesuaian beban pajak dilakukan di akhir tahun.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Tabel 18.5 Perhitungan Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini
2015 Perbedaan Perbedaan
dapat kena pajak
dikurangkan
Laba sebelum pajak (a) 900.000.000
Perbedaan temporer
Beban depresiasi (negatif) (20.000.000) 20.000.000
Beban garansi (positif) 80.000.000 80.000.000
Total perbedaan temporer (b) 60.000.000
Perbedaan permanen
Beban sumbangan (positif) 30.000.000
Penghasilan sewa final (negatif) (50.000.000)
Total perbedaan permanen (c) (20.000.000)
Penghasilan kena pajak (a) + (b) + 940.000.000
(c)
Pajak terutang dalam satu tahun 235.000.000
fiskal (25%)
Pajak tangguhan (15.000.000) 20.000.000 5.000.000
Pajak kini karena penghasilan final 12.500.000
Total beban pajak 232.500.000
Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih besar. Hal
tersebut memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp. 20.000.000. liabilitas pajak tangguhan
yang diakui sebesar Rp. 5.000.000 (25 % x 20 000 000).
Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih kecil atau
penghasilan kena pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat dikurangkan sebesar
Rp. 80.000.000 aset pajak tangguhan diakui sebesar Rp.20.000.000. Kedua perbedaan tersebut
menghasilkan pendapatan pajak tangguhan Rp. 15.000.000. Beban sumbangan tidak boleh diakui
sehingga koreksi positif, menambah penghasilan kena pajak.Penghasilan final tidak
diperhitungkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak sehingga dilakukan koreksi negatif.
Beban pajak kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak atas
penghasilan yang dikenakan pajak final = Rp. 23.500.000 +12.500.000 = Rp.247.500.000.
Total beban pajak entitas merupakan penjumlahan beban pajak kini dan pajak tangguhan sebesar
: Rp. 247.500.000 – Rp. 15.000.000 = Rp. 232.500.000.
Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam penyajian akan disajikan neto
sehingga akan disajikan sebagai aset pajak tangguhan Rp. 15.000.000 (20.000.000 - 5.000.000).
Tarif efektif pajak entitas dihitung dari total beban pajak dibagi laba sebelum pajak sebesar
25,83% (232.500.000 / 900.000.000). Jika tarif pajak efektif dihitung dari beban pajak kini,
sebesar 27.5%(247.500.000 / 900.000.000), sering

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

disebut sebagati current effective tax rate. Perbedaan tarif pajak efektif dengan tarif pajak
pemerintah karena terdapat perbedaan permanen.
Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan pengakuan pajak
tangguhan adalah:
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 235.000.000
Pajak Dibayar di Muka Angsuran PPh 25
180.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Utang PPh Badan 35.000.000
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 12.500.000
Pajak Dibayare di Muka 12.500.000
Aset Pajak Tangguhan 20.000.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 5.000.000

Penyajian dalam laporan laba rugi


Laba sebelum pajak Rp. 900.000.000
Beban pajak penghasilan
Pajak kini Rp. 247.500.000
Pajak tangguhan Rp. (15.000.000)
Total beban pajak penghasilan Rp. 232.500.000
Laba bersih Rp. 667.500.000
Penyajian dalam laporan posisi keuangan
Aset pajak tangguhan Rp. 15.000.000

KOMPENSASI KERUGIAN

Definisi dan Ketentuan Kompensasi Kerugian


Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami
kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah
diakui atau dibatasi oleh waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak di Indonesia menyebutkan
bahwa entitas diberikan kompensasi kerugian sampai dengan lima tahun. Artinya jika sebuah
entitas pada tahun ini mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan
sampai dengan 5 (lima) tahun ke depan. Regulasi di Indonesia hanya membolehkan melakukan
kompensasi kerugian ke periode setelahnya atau sering disebut dengan istilah loss carry
forward.
Regulasi di negara lain ada yang membolehkan kompensasi dilakukan atas periode
yangtelah lalu atau sering disebut dengan istilah loss carry back. Amerika Serikat misalnya,
membolehkan kompensasi dengancarry back selama 2 (dua) tahun dan carry forward selama
20 tahun ke depan. Berdasarkan ketentuan ini, jika entitas tahun ini mengalami kerugian, maka
kerugian tersebut dapat digunakan untuk memperoleh kembali pembayaran pajak yangpernah
dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Kompensasi kedepan akan menyebabkan entitas
menerima restitusi pajak padasaat entitas mengalami kerugian. Salah satu keuntungan model ini
adalah entitas

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

dapat memperoleh dana saat mengalami kerugian sehingga dapat digunakanuntuk memperbaiki
kinerjanya di masa mendatang. Untuk loss carry back tidak dibahas dalambab ini karena
ketentuan ini walaupun diperkenan oleh standar namun tidak berlaku diIndonesia.
Sebagai contoh suatu entitas mengalami kerugian pada tahun 2015 sebesar
Rp.500.000.000maka pada tahun 2015 entitas tidak membayar pajak karena mengalami
kerugian. Jika padatahun 2016 entitas memperoleh keuntungan Rp.200.000.000 entitas tidak
perlu membayarpajak, karena keuntungan tersebut dikompensasi dengan kerugian tahun
2015.Selamamasih ada sisa kompensasi maka entitas tidak membayar pajak, setelah kerugian
semuanyadikompensasi entitas baru membayar pajak. Misalnya 2017 entitas memperoleh
keuntungan Rp.400.000.000 maka entitas hanya akan membayar pajak atas penghasilannya
sebesar Rp.100.000.000 karena masih memiliki sisa kompensasi Rp.300.000.000 sehingga yang
perludibayarkan pajaknya hanya sisanya.

Tabel Perhitungan Kompensasi Kerugian Entitas


2015 2016 2017
Laba (rugi) (500.000.000) 200.000.000 400.000.000
Kompensasi yang (200.000.000) (300.000.000)
digunakan
Sisa kompensasi (500.000.000) (300.000.000) 0
Laba kena pajak 0 0 100.000.000

Kompensasi kerugian dibatasi waktunya. Di Indonesia kompensasi hanya dapat


dilakukanke depan selama lima tahun. Artinya kompensasi hanya dapat dimanfaatkan lima tahun
setelahtahun kerugian. Untuk contoh di atas kerugian tersebut hanya dapat dimanfaatkan
untukmelakukan kompensasi sampai dengan tahun 2020. Jika selama tahun 2016-2020
akumulasi keuntungan yang diperoleh entitas kurang dari Rp.500.000.000 jumlah kerugian tahun
2015) maka kompensasi tersebut tidak dapat dimanfaatkan pada tahun 2020 dan setelahnya.

Pajak Tangguhan akibat kompensasi Kerugian


Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit
pajak belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan
memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum
dimanfaatkan. Artinya pada saat entitas mengalami kerugian, maka manfaat kompensasi yang
akan diterima di masa depan tersebut akan diakui sebagai aset pajak tangguhan. Manfaat
kompensasi tersebut akan diakui sebagai pendapatan pajak tangguhan atau manfaat kompensasi
kerugian dan disajikan sebagai bagian beban pajak
Praktik di negara lain, kompensasi dapat dilakukan pada periode sebelumnya. Namun di
Indonesia kompensasi hanya diperkenankan pada periode setelah kerugian

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

terjadi. Jika kompensasi dilakukan ke periode sebelumnya maka entitas akan memperoleh
restitusi dari pemerintah sebesar pajak yang telah dibayar. Manfaat kompensasi akan diakui
sebagai bagian dari beban pajak namun bersaldo negatif karena berupa pendapatan. Sebagai
lawan jurnalnya akan diakui sebagai piutang restitusi.

Penyesuaian atas Aset Pajak Tangguhan


Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak tangguhan. Entitas
mengakui aset pajak tangguhan yang tidak diakui sebelumnya apabila kemungkinan besar laba
kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan. Sebagai contoh, perbaikan kondisi
perekonomian meningkatkan kemampuan entitas untuk menghasilkan laba kena pajak dalam
jumlah yang memadai pada periode masa depan sehingga aset pajak tangguhan yang sebelumnya
tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan. PerubahanPerubahan kondisi perekonomian
yang semakin memburuk atau perubahan struktur bisnis entitas dapat menyebabkan kemampuan
entitas menghasilkan laba menjadi berkurang Misalnya entitas pada awalnya memprediksi bahwa
atas kerugian yang terjadi di tahun tertentu hanya terjadi sementara dan tidak berkelanjutan,
sehingga pada tahun berikutnya diprediksi entitas dapat memanfaatkan kompensasi kerugian
yang telah diakui. Namun ternyata dengan berjalannya waktu entitas tidak dapat memanfaatkan
kompensasi kerugian tersebut sehingga pengakuan saldo aset pajak tangguhan perlu disesuaikan.

ISU DALAM PAJAK PENGHASILAN

Perubahan Tarif Pajak


Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah
yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas perpajakan, yang dihitung
menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif
berlaku pada periode pelaporan.Untuk pengukuran liabilitas pajak kini, perhitungan
menggunakan tarif yang berlaku sesuai dengan ketentuan perundangan. Misalnya untuk
menghitung pajak terutang tahun 2015, entitas menggunakan tarif pajak dan semua ketentuan
yang berlaku pada tahun tersebut.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang
akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan
peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan Aset dan liabilitas pajak tangguhan akan dipulihkan dan diselesaikan di masa depan,
sehingga tarif yang digunakan untuk melakukan pengukuran bukan tarif yang berlaku pada tahun
tersebut tetapi tarif yang berlaku saat perbedaan temporer tersebut diselesaikan datau dipulihkan.
Misalnya entitas membeli aset tetap pada tahun 2015 dan didepresiasi selama 2015-2019
menurut akuntansi sedangkan menurut pajak didepresiasikan selama 2015-

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

2018 Terdapat perbedaan kena pajak Rp 10.000.000 tiap tahun pada 2015-2018 dan akan
diselesaikan pada tahun 2019. Misalnya tarif pajak yang berlaku 2015-2018 sebesar 25%, dan
pada 2019 tarif pajak 30%, maka perhitungan liabilitas pajak tangguhan akan diukur dengan
menggunakan tarif yang berlaku pada 2019 sebesar 30%. Setiap tahun dari 2015-2018 akan
diakui beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp 3.000.000 Jumlah
tersebut akan terakumulasi selama 4 tahun dan pada tahun 2019 akan diselesaikan sebesar Rp
12.000.000.

Pajak atas Entitas Asosiasi dan Anak

Regulasi pajak di Indonesia menghitung pajak untuk masing-masing entitas badan,


sehingga tidak dikenal pajak untuk entitas konsolidasi.Pajak kini atas entitas konsolidasi
merupakan gabungan pajak dari induk dan semua entitas yang dikendalikan oleh induk. Akibat
konsolidasi laporan tersebut akan diakui juga aset dan liabilitas pajak tangguhan. Menurut PSAK
46 (Revisi 2013), entitas mengakui liabilitas untuk semua perbedaan temporer kena pajak
terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang, dan asosiasi, serta bagian partisipasi dalam
ventura bersama, kecuali sepanjang kedua
kondisi berikut telah terpenuhi:
1. entitas induk, investor atau venturer mampu mengendalikan waktu pemulihan
perbedaantemporer; dan
2. kemungkinkan besar perbedaan temporer akan terpulihkan di masa depan yang
dapatdiperkirakan.
Entitas juga harus mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer dapat
dikurangkan yang ditimbulkan dari entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, serta bagian
partisipasi dalam ventura bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi:
1. perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang dapat diperkirakan; dan
2. laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan
temporerdapat dimanfaatkan.

Konsekuensi dari ketentuan di atas, dalam laporan konsolidasi, pajak akan disajikan atas
seluruh laba entitas terkonsolidasi. Namun cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan
menambahkan pajak kini dan pajak tangguhan dari masing-masing entitas yang bergabung
karena dalam pajak, pemajakan dikenakan atas masing-masing bentuk hukum. Pemajakan untuk
masing-masing entitas ini tidak menimbulkan pajak ganda karena menurut regulasi pajak,
penghasilan dari investasi dengan jumlah kepemilikan lebih dari 25% bukan merupakan
penghasilan.
Pengertian entitas asosiasi menurut akuntansi adalah lebih besar atau sama dengan 20%
sampai dengan 50%. Terdapat perbedaan karena menurut pajak ketentuan bukan penghasilan
atas hasil investasi lebih dari 25%. Untuk itu hasil investasi dari investasi 25% atau kurang akan
dikenakan pajak, sehingga terjadi

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

pemajakan ganda. Hasil investasi tersebut telah dikenakan pajak saat menjadi laba di entitas
investee dan dikenakan pajak lagi pajak saat menjadi hasil investasi di entitas induk.Hasil
investasi menurut pajak adalah dividen yang diberikan kepada investor, sedangkan menurut
akuntansi penghasilan adalah bagian laba. Untuk hasil investasi dan transaksi investasi saham
yang diperdagangkan di pasar modal akan dikenakan pajak final.
Konsekuensi pengaturan pajak tersebut dalam pelaporan akuntansi, untuk anak perusahaan,
pajak kini dan pajak tangguhannya dihitung masing-masing untuk kemudian digabungkan saat
konsolidasi. Untuk investasi pada asosiasi dengna kepemilikan 25% atau lebih sampai dengan
25% akan dikoreksi karena bukan merupakan penghasilan. Pajak tangguhan atas investasi ini
juga tidak diperhitungkan karena penghasilan ini bukan merupakan objek pajak menurut pajak
sehingga tidak ada konsekuensi pembayaran pajak yang harus dilakukan induk atas investasi
yang diperoleh. Permasalahannya muncul atas investasi sebesar 20% sampai dengan 25% dan
tidak dilakukan di pasar modal, karena pengakuan menurut akuntansi dengan menggunakan
metode ekuitas akan mengakui pendapatan atas bagian laba sementara menurut pajak sebesar
dividen. Perbedaan pengakuan pendapatan dan nilai investasi dalam asosiasi ini umumnya tidak
diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan karena kewajiban membayar pajak atas dividen di masa
depan tidak dapat dipastikan waktu terpulihkannya.
Untuk investasi kurang dari 20% yang menurut akuntansi dicatat dengan metode biaya tidak
terdapat perbedaan pengakuan pendapatan.Khusus untuk investasi yang dilakukan di pasar
modal pajaknya dikenakan secara final atas dividen yang diterima dan atas transaksi penjualan
jika investasi tersebut dijual.Untuk itu perlu perhatian saat melakukan koreksi fiskal atas
penghasilan investasi karena perbedaan pengaturan pajak dan standar akuntansi.

Kombinasi Bisnis dan Goodwill

Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih dalam kombinasi bisnis diakui
dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan temporer timbul apabila dasar pengenaan
pajak aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih tidak terpengaruh oleh
kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda. Misalnya, apabila jumlah tercatat aset
disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak aset tersebut tetap sebesar harga
perolehan sebelumnya, maka timbul perbedaan temporer yang mengakibatkan timbulnya
liabilitas pajak tangguhan.
Apabila jumlah tercatat goodwill yang timbul pada transaksi kombinasi bisnis lebih
rendah daripada dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut menimbulkan aset pajak
tangguhan Aset pajak tangguhan yang ditimbulkan dari pengakuan awal goodwill diakui sebagai
bagian akuntansi atas kombinasi bisnis sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak
tersedia dalam jumlah yang cukup

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan.

Laba Operasi Normal dan Laba Komprehensif

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi
kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau berbeda, di
luarLaporan laba rugi baik dalam penghasilan komprehensif lain maupun secara
langsungdalam ekuitas;atau
2. kombinasi bisnis.

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi apabila pajak terkait pada
pos-pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui di luar laperan laba rugi Oleh
karena itu, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan
pos pos yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain, harus diakui pada penghasilan
komprehensif lain.
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal disapkan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif. Jika entitas menyaikan
komponen laba rugi pada laporan laporan laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan)
pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal pada laporan keuangan disajikan terpisah.
Selisih kurs dari penjabaran aset atau liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari
penjabaran laporan keuangan entitas asing diakui dalam sebagai laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif.Selisih tersebut diklasifikasikan sebagai beban (penghasilan) pajak
tangguhan, jika penyajian seperti itu dianggap paling bermanfaat untuk pengguna laporan
keuangan.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Kebijakan Akuntansi

Laporan keuangan mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi, pengakuan dan pengukuran


pajak penghasilan. Informasi yang dijelaskan dalam kebijakan akuntansi tersebut antara
lainmetode yang digunakan untuk menentukan pajak tangguhan tarif yang digunakan dalam
menghitung pajak jika tidak menggunakan tarif umum. Jika entitas memiliki liabilitas pajak kini
yang masih dalam sengketa pajak, informasi tersebut harus diungkapkan misalnnya terkait
dengan bagaimana pengakuan pajak atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak, proses keberatan
atau banding yang saat ini sedang berjalan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan tersendiri pada
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Dalam penyajian dalam laporan keuangan
penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan.namun ada juga yang menyajikan satu baris saja beban pajak penghasilan.
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan rincian beban pajak kini
dan pajak tangguhannya.

Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Entitas melakukan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya jika
entitas memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui; dan
berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan
menyelesaikanbliabilitas secara bersamaan.Utang pajak dan pajak dibayar di muka dapat muncul
tersendiri tidak saling hapus karena terkait dengan objek pajak yang berbeda sehingga tidak
dapat diselesaikan secara bersamaan.
Menurut PSAK 46 (Revisi 2013), entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan
dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika entitas memiliki hak secara hukum untuk
saling hapus, dan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak
penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak yang sama baik atas entitas yang sama atau
entitas yang berbeda yang akan merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara
bersamaan.
Dalam laporan keuangan entitas, ada kalanya muncul liabilitas dan aset pajak tangguhan
secara terpisah.Jika itu terjadi kemungkinan aset dan pajak tangguhan tersebut muncul dari
entitas hukum yang berbeda (misalnya anak dan induk) atau muncul dari entitas dengan otoritas
pajak yang berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan saling hapus. Jika aset dan liabilitas pajak
tangguhan muncul dalam satu badan dan dari otoritas pajak yang sama, penyajiannya akan
muncul salah satu karena akan dilakukan saling hapus. Misalnya dalam satu entitas tunggal
(badan) depresiasi menurut pajak untuk bangunan menurut akuntansi lebih kecil, namun
depresiasi peralatan lebih besar, keduanya dapat saling hapus karena keduanya akan dijadikan
satu dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Namun jika muncul dari entitas badan yang
berbeda maka tidak akan dilakukan saling hapus.

Pengungkapan Pajak Penghasilan


Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam laporan
keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digabungkan menjadi satu atas beban pajak
kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok Perpajakan. Pengungkapan terdiri
atas dua yaitu pengungkapan atas kebijakan akuntansi dan pengungkapan detail rincian dan
penjelasan lain yang diharuskan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
Pengungkapan kebijakan akuntansi menjelaskan metode dan dasar perhitungan yang
digunakan untuk menentukan beban pajak penghasilan. Misalnya entitas

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

menjelaskan dasar perhitungan pajak kini menggunakan laba kena pajak tahun berjalan, karena
laporan pajak belum diselesaikan saatlaporan keuangan diterbitkan.Kebijakan akuntansi juga
menjelaskan bagaimana pengakuan kewajiban perpajakan terkait dengan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.
Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak Penghasilan. Entitas akan
menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk merinci angka-angka yang disajikan dalam
laporan keuangan terkait dengan perpajakan. Rincian dapat dilakukan atas nilai pajak dibayar di
muka, utang pajak, beban pajak penghasilan, pajak kini, pajak tangguhan dan penjelasan surat
ketetapan pajak jika entitas menerima surat ketetapan pajak dari pemerintah. Surat Ketetapan
Pajak (SKP) adalah surat yang dikeluarkan oleh otoritas pajak yang menetapkan jumlah pajak
entitas.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain:
1. beban (penghasilan) pajak kini
2. penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya:
3. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaantemporer maupun dari realisasinya;
4. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak
ataupenerapan peraturan perpajakan yang baru:
5. jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya,
kreditpajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangibeban pajak kini;
6. jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atauperbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
bebanpajak tangguhan;

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Informasi yang penting untuk diketahui pembaca laporan keuangan adalah berapa besar pajak
yang secara efektif dibayarkan atau ditanggung oleh entitas.Perbedaan akuntansi dan pajak
menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas menjadi lebih rendah atau lebih tinggi
dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku untuk entitas tersebut. Misalnya tarif pajak
penghasilan 25% namun secara efektif pajak yang ditanggung entitas 28% karena ada beban
yang tidak diakui menurut ketentuan pajak sehingga laba menurut pajak menjadi lebih besar.
Sebaliknya, tarif pajak efektif 21% kemungkinan ada beban menurut pajak lebih besar
dibandingkan menurut akuntansi, sehingga mengakibatkan laba menurut pajak lebih kecil.
Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
JikaJika menggunakan total beban pajak disebut sebagai tarif efektif pajak atau dikenal sebagai
effective tax rate (ETR). Sementara jika pajak dihitung hanya atas

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

pajak kini disebut tarif efektif pajak kini atau sering disebut sebagai current effective tax rate
(CETR). Perhitungan CETR menekankan tarif pajak yang saat ini telah menjadi kewajiban
kepada otoritas pajak yang akan diselesaikan pada periode berjalan atau periode berikutnya.
Tarif efektif pajak kini = Beban pajak kini
Laba sebelum pajak

Tarif efektif pajak = Total beban pajak


Laba sebelum pajak

Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi pembaca, karena dapat diketahui berapa
sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. Perbedaan akuntansi dan pajak akan
menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan tarif pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi banyak penelitian perpajakan.Dalam
penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan tarif pajak yang berlaku dapat dipandang sebagai
bentuk penghindaran pajak namun dapat juga dipandang sebagai bentuk perencanaan pajak yang
dilakukan oleh entitas.
Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga mengoptimalkan pajak
yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan perpajakan.Misalnya dengan menghindari
biaya yang menurut pajak tidak diperbolehkan sehingga koreksi positif yang berdampak
penghasilan kena pajak dapat diminimalkan. Hal yang tidak dibolehkan adalah tax evasian
yaitu melakukan upaya untuk menghindari pajak dengan cara yang melanggar peraturan
perpajakan.

RANGKUMAN

Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam laporan
keuangan, jurnal untuk mengakui pajak penghasilan, rekonsiliasi fiscal, dan pengaplikasian
penyajian pajak dalam laporan keuangan.

Evaluasi Diri
Setelah mempelajari bab ini, saya dapat:
Menjelaskan pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam laporan
keuangan.
Membuat jurnal untuk mengakui pajak penghasilan.
Menjelaskan rekonsiliasi fiscal.
Mengaplikasikan penyajian pajak dalam laporan keuangan
Beri tanda:
√ Bila anda dapat menjawab evaluasi ini.
? Bila ada belum dapat menjawab evaluasi ini, berarti anda diharapkan untuk mempelajari
kembali bagian tersebut dalam bab ini.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

PENILAIAN

- Untuk bab ini penilaian akan dilakukan dengan tes pada saat Ujian Tengah
Semester
- Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini diminta untuk melengkapi portofolio yang
ditugaskan yaitu:
o membuat rangkuman mengenai akuntansi pajak penghasilan untuk
dikumpulkan pada pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester.
o mengerjakan soal latihan L19-14, L19-16, L19-21 di buku Kieso,
Weygandt dan Warfield (2018)

Latihan Mandiri

1. Tahun ini Gumowski Co. memiliki item-item berikut dalam laporan laba rugi :
1) pendapatan penjualan angsuran; 2) pendapatan untuk kontrak konstruksi jangka panjang;
3) estimasi biaya kontrak garansi produk; 4) bunga obligasi bebas pajak. Diminta :
a. Dalam kondisi apa pajak penghasilan tangguhan harus dilaporkan dalam laporan
keuangan?
b. Tentukan kapan pajak penghasilan tangguhan harus diakui untuk masing- masing item
di atas, dan berikan alasan untuk pengakuan tersebut!
2. Pada tanggal 31 Desember 2010, Higley Co. memiliki satu perbedaan temporer yang akan
dibalikkan dan menyebabkan jumlah kena pajak pada tahun 2011. Pada tahun 2010,
peraturan pajak baru menetapkan pajak sebesar 45% untuk tahun 2010, 40% untuk tahun
2011, dan 34% untuk tahun 2012 dan setelahnya.
Diminta :
Jelaskan keadaan apa yang akan membuat Higley menghitung liabilitas pajak tangguhan
pada akhir tahun 2010 dengan mengalikan perbedaan temporer kumulatif dengan :
a. 45%.
b. 40%.
c. 34%.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani


Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan

DAFTAR BACAAN

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2018. Intermediate Accounting IFRS 3rd edition. John Wiley &
Sonss, Inc. China.

Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, dan Tanujaya. 2014. Akuntansi Keuangan berdasarkan
SAK berbasis IFRS Jilid 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

PSAK 46. Pajak Penghasilan

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani

Anda mungkin juga menyukai