Ak Bab 7 Akuntansi Pajak Penghasilan
Ak Bab 7 Akuntansi Pajak Penghasilan
BAB 7
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
PENDAHULUAN
Suatu entitas memilik kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang- undangan. Salah
satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah peraturan perpajakan.Setiap entitas terikat
dengan peraturan pajak yang berlaku dimana entitas tersebut beroperasi. Entitas yang didirikan di
Indonesia memiliki kewajiban perpajakan sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia antara
lain, UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, UU 42 Tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Jasa dan Pajak
Penjualan Barang Mewah, UU Pajak Bumi dan Bangunan, dan lainnya. Pajak tersebut disetorkan
ke kas negara, dan bagi Negara pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran pemerintah.
Kewajiban pajak setiap entitas berbeda-beda bergantung pada tipe bisnis suatu entitas,
namun ada pajak yang berlaku di semua entitas walaupun dengan pengaturan yang berbeda.
Misalnya entitas pada industri konstruksi dikenakan pajak final yang dihitung dari nilai
penjualan. Namun secara umum pajak penghasilan dikenakan atas laba sebelum pajak yang
dihitung dari pendapatan dikurangi dengan beban yang menurutg pajak diperkenankan. Entitas
usaha dalam UU Pajak Penghasilan termasuk subjek pajak yang dalam istilah pajak disebut
badan. Penghasilan yang diterima oleh entitas merupakan objek pajak, namun penghasilan
tersebut dapat dikurangkan dengan beban yang boleh dikurangkan. Artinya, entitas akan
dikenakan pajak atas laba menurut pajak yang merupakan penghsailan dikurangi beban menurut
ketuntuan pajak.
Selain kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya,
entitas juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pihak lain. Misalnya atas
pembayaran gaji karyawan entitas memotong PPh Pasal 21, atas pembayaran jasa audit entitas
memotong PPh pasal 23 dan atas penghasilan yang diterima konsultan asing entitas memotong
PPh pasal 26. Kewajiban ini harus dilaksanakan entitas walaupun tidak terkait dengan
penghasilan entitas, namun lebih
terkait dengan memotong pajak atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas.
Kewajiban memotong pajak pihak lain (pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak witholding.
Pajak pihak lain yang telah dipotong tersebut akan dicatat sebagai utang pajak dan akan
dibayarkan ke kas negara sebelum jatuh tempo. Sesuai regulasi yang saat ini berlaku,
kewajiban pajak witholdingakan terutang pada setiap akhir bulan dan akan dibayarkan pada
awal bulan berikutnya. Jika pada tanggal pelaporan pajak yang telah dipotong tersebut belum
disetorkanke kas negaraakan diakui sebagai utang pajak. Salah satu kewajiban
pajak entitas adalah membayar pajak dan
mengadministrasikan pajak atas penghasilan entitas. Pajak yang telah dibayarkan tersebut secara
akuntansi akan dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Namun secara akuntansi, atas
laba yang diperoleh sebuah entitas juga harus diperhitungkan
pajaknya sesuai dengan konsep dasar matching cost against revenue.
Pajak penghasilan dalam laporan keuangan diatur dalam PSAK 46 (Revisi 2013) Pajak
Penghasilan.PSAK ini hanya membahas tentang beban pajak penghasilan yang disajikan dalam
laporan keuangan dan aset atau liabilitas yang timbul akibat pengakuan beban pajak penghasilan
entitas. Beban pajak akan muncul di semua laporan keuangan, namun masih sedikit pihak yang
memahami bagaimana menghitung beban pajak sebuah entitas dengan benar sesuai dengan
regulasi pajak dan juga sesuai dengan PSAK. Perhitungan beban pajak perusahaan memerlukan
pemahaman PSAK 46 (Revisi 2013) dan juga regulasi pajak penghasilan, karena nilai beban
pihak juga dipengaruhi oleh perhitungan pajak menurut regulasi pajak.
Perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak tidak sama, karena laba menurut pajak
dihitung berdasarkan ketentuan dalam regulasi perpajakan.Laba menurut akuntansi dihitung
berdasarkan konsep pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi.Perbedaan
pengakuan tersebut dapat bersifat temporer dan permanen. Perbedaan yang bersifat temporer
akan terpulihkan di masa mendatang sehingga secara total nilainya sama hanya terdapat
perbedaan pada setiap periode pengakuan. Perbedaan permanen adalah perbedaan yang tidak
akan pernah terpulihkan. Perbedaan temporer tersebut akan diakui sebagai pajak tangguhan
dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif maupun laporan posisi keuangan.
Perbedaan pengaturan menurut pajak dan akuntansi berlaku umum hampir di setiap
negara. Perbedaan ini juga mengundang perhatian para peneliti akuntansi untuk menganalisis
factor factor yang menyebabkan perbedaan tersebut.Dalam penelitian perpajakan, perbedaan
antara akuntansi dan pajak sering disebut sebagai book tax gap atau book tax
difference.Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai bentuk perencanaan pajak atau dapat juga
dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak.
PAJAK PENGHASILAN
Akuntansi Pajak Penghasilan
Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak pada laporan laba rugi.
Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau liabiltas
dalam laporan posisi keunangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban pajak kini
maupun beban pajak tangguhan.
Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana menghitung
konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian tercatat aset (liabilitas)
mengandung konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga transaksi atau peristiwa lain pada
periode berjalan yang diakui dalam laporan pposisi keuangan entitas dapat memiliki kosekuensi
pembayaran atau pengurangan pembayaran pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau
aset pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan atas konsekuensi
pajak akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan atau
baban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan pendapatan pajak tangguhan.
Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan beban pajak
tangguhan.
Pengakuan konsekuensi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan. Jika peristiwa atau
transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak penghasilannya akan diakui
dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan transaksi tersebut diakui sebagai penghasilan
komprehensif lain maka konsekuensi pajaknya akan diakui dalam penghasilan komprehensif
lain. Dalam beberapa hal pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi
pajak di masa depan, maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak tangguhannya.
Sementara pajak yang ditangguhkan di luar periode pelaporan akan tercermin dalam
beban/pendapatan pajak tangguhan. Pada penerapan awal PSAK 46 ini, banyak kebingungan
para penyusun dan pembaca laporan keuangan memaknai pajak tangguhan dan konsekuensi
munculnya aset/liabilitas pajak tangguhan.Namun dengan berlalunya waktu, kesulitan penerapan
dan juga pemahaman PSAK 46 semakin meningkat sehingga tidak menimbulkan masalah dalam
praktik.
PSAK 46 1997 direvisi dengan mengeluarkan PSAK 46 (Revisi 2010).Revisi tersebut
dimaksudkan untuk menyelaraskan PSAK 46 (1997) dengan ketentuan dalam IAS 12 Income
Tax.Walaupun referensi dalam penyusunan PSAK 46 (1997) adalah IAS, namun tidak
dilakukan adopsi secara penuh dan menambahkan beberapa ketentuan pajak di Indonesia seperti
pajak final dan Surat Ketetapan Pajak (SKP).PSAK
46 (Revisi 2010) tetap mempertahankan aturan pajak final, Surat Ketetapan Pajak,
menambahkan contoh-contoh yang ada dalam lampiran IAS 12 dan penyesuaian beberapa
paragraph sesuai dengan IAS 12.
PSAK 46 (Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46 (Revisi 2010) dengan perubahan dalam
IAS 12 Income tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013. Perubahan dalam Revisi 2013 adalah
penghapusan pengaturan mengenai pajak final, Surat Ketentuan Pajak, pengaturan aset dan
liabilitas pajak tangguhan atas aset yang tidak disusutkan yang dikukur dengan menggunakan
model revaluasi dan property investasi yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.
ditangguhkan. Konsekuensi pajak atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak
akan memunculkan pajak tangguhan. Sementara pajak yang terutang menurut fiskalakan diakui
sebagai pajak kini.
Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama
satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak.Laba kena
pajak dalam UU Pajak Penghasilan disebut sebagai penghasilan kena pajak (PKP).Penghasilan
kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban yang boleh dikurangkan menurut
peraturan perpajakan.Pajak terutang dalam satu tahun fiskal merupakan hasil perkalian
penghasilan kena pajak dengan tarif.Pajak terutang dalam satu tahun fiskal menurut pengertian
dalam standar akuntansi keuangan merupakan beban pajak kini.
Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang
diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban pajak akan dipadankan
dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut.Pajak kini adalah jumlah pajak
penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode.
Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan
yang diperoleh entitas dalam satu periode.Pajak kini untuk entitas tersendiri (bukan
konsolidasian) merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan.Untuk entitas yang terkonsolidasi dengan anak perusahaan pajak kini
merupakan penjumlahan semua pajakterutang seluruh entitas yang terkonsolidasi.Pajak tidak
mengenal konsep konsolidasi, pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas.Pajak kini untuk
entitas yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui dalam
periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat pengakuan
aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer dengan dasar
pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas perbedaan temporer,
maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang. Secara total pengakuan menurut
akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan pengakuan pada setiap periode.
Pendapatan pajak tangguhan juuga dapat terjadi karena kompensasi kerugian yang menurut
ketentuan pajak dapat dikompensasikan di masa mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak kini, sehingga
total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban pajak kini. Namun
sebaliknya pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari beban pajak kini, sehingga total
beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.
dalam satu tahun pajak dikenakan pajak.Penghasilan yang dikenakan pajak disebut dalam istilah
perpajakan sebagai Penghasilan Kena Pajak (PKP).Penghasilan kena pajak dihitung dari
penghasilan bruto dikurangi beban yang boleh dikurangkan.
Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan bruto menurut
pajak tidak sama dengan pendapatan menurut akuntansi. Ada penghasilan yang menurut pajak
bukan objek pajak, misalnya penghasilan dari anak perusahaan atau investasi pada asosiasi
dengan kepemilikan diatas 25% sampai dengan 50%.Terdapat juga penghasilan yang diakui
menurut pajak dengan basis kas sedangkan menurut akuntansi diakui dengan basis akrual.
Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan beban. Pajak
mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung penghasilan kena
pajak.Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban menurut pajak atau boleh
menjadi beban namun dengan jumlahnya berbeda.Perbedaan antara laba akuntansi dan pajak
dapat terjadi karena perbedaan waktu pengakuan sedangkan perbedaan permanen terjadi karena
esensi pengaturan yang berbeda.
Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu, baik untuk tujuan perpajakan
maupun tujuan akuntansi. Untuk memperoleh penghasilan kena pajak, entitas akan melakukan
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal. Pembukuan yang telah dilakukan menurut standar
akuntansi akan dikoreksi yang menurut pajak harus diakui. Koreksi fiskal ini akan dilaporkan
dalam laporan pajak. Koreksi fiskal juga harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.Hasil rekonsiliasi fiskal adalah penghasilan kena pajak untuk satu badan.
Koreksi fiskal juga dapat diklasifikasikan atas koreksi positif atau koreksi
negative.Koreksi positif adalah koreksi yang menambah penghasilan kena pajak, sedangkan
koreksi negative adalah koreksi yang mengurangi penghasilan kena pajak.Koreksi beban yang
tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan pajak merupakan contoh koreksi positif.Koreksi atas
penghasilan yang dikenakan pajak adalah contoh koreksi negative, karena penghasilan final
dikeluarkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak dikalikan dengan
tarif akan menghasilkan pajak terutang untuk satu tahun fiskal.
Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga memiliki kewajiban
membayar pajak atas penghasilan pajak yang dikenakan pajak final. Penghasilan yang dikenakan
pajak final merupakan penghasilan yang perhitungan, tarif dan cara pemajakan tidak mengikuti
ketentuan umum perhitungan pajak atas badan. Pajak final biasanya menggunakan tarif khusus
sesuai jenis penghasilannya dan dikenakan secara gross dari total penghasilan. Jadi pajak final
merupakan perkalian total penghasilan (gross) dikalikan dengan tarif pajak finalnya. Penghasilan
yang dikenakan pajak final penghasilannya dikeluarkan pada saat melakukan koreksi fiskal.
Istilah final sering
diartikan bahwa pemajakannya telah selesai sehingga atas penghasilan tersebut tidak akan
diperhitungkan kembali pajaknya.
Penghasilan yang telah dikenakan tariff pajak final, bebannya tidak boleh dikurangkan
karena pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto. Contoh penghasilan yang dikenakan
pajak final antara lain pendapatan bunga deposito, hadiah, transaksi di pasar modal, sewa, serta
penjualan tanah dan bangunan. Terdapat juga jasa tertantu yang dikenakan pajak final, misalnya
jasa perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.Untuk entitas yang menyelenggarakan jasa ini
misalnya perusahaan konstruksi, maka sebagian atau seluruh penghasilannya dikenakan pajak
final.Dalam SPT perusahaan konstruksi penghasilan yang dilaporkan hanyalah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak final dikurangi dengan beban yang terkait dengan penghasilan
tersebut.Untuk penghasilan yang dikenakan pajak final dilaporkan dalam laporan/formulir
tersendiri pajak. Ilustrasi pajak final dapat dilihat pada Contoh 18.1
Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum, sehingga untuk entitas
konsolidasikewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing masing badan atau entitas. Rekonsiliasi
fiskal akan dilakukan untuk masing masing perusahaan, untuk menghitung pajak masing masing
entitas. Namun atas laba dari anak perusahaan dan laba dari investasi entitas asosiasi (lebih dari
25% sampai dengan 50%) bukan merupakan laba induk atau investor sehingga tidak terjadi
pemajakan ganda.
kurang bayar (PPh Pasal 29), yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai utang
pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar (PPh Pasal 28) akan disajikan sebagai pajak
bayar di muka. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, pajak dibayar di muka dalam direstitusi
atau dikompensasikan untuk pembayaran pajak periode berikutnya. Namun sebelum keputusan
tersebut diiberikan, akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan jumlah
kompensasi atau restitusinya telah dihitung dengan tepat. Dalam beberapa kasus, tidak semua
pajak dibayar di muka akibat lebih bayar dapat direstitusi/kompensasi semuanya.
Pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang diterima, baik
penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia .namun atas penghasilan yang telah
diterima dari luar negeri dan pajaknya telah dibayarkan, maka pajak yang telah dibayarkan
tersebut akan diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan ketentuan PPh Pasal 24 UU
Pajak Penghasilan.
Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang pajak penghasilan
atau utang PPh Badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain lebih besar akan
disajikan sebagai pajak dibayar di muka atau PPh badan dibayar di muka. Untuk gambaran
bagaimana beban pajak kini dan liabilitas pajak kini dicatatdalam sebuah entitas, dapat dilihat
dalam Contoh 18.2
Contoh 18.1 Pencatatan Pajak Penghasilan Kini
PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh laba sebelum pajak
sebesar Rp. 80.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi positif
sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi temporer sebesar Rp. 3.000.000.000 koreksi negative
dan koreksi positif Rp. 5.000.000.000. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp.
1.700.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain adalah sebagai berikut.
PPh final sebesar Rp. 1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp.
15.000.000.000, PPh 23 tidak final sebesar Rp. 1.000.000.000 atas penghasilan sebesar
Rp. 50.000.000.000
Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp. 200.000.000.000. Pajak yang telah
dipotongg di luar negeri sebesar Rp. 6.000.000.000, PPh 24 boleh dikreditkan terkait
penghasilan luar negeri sebesar Rp. 5.000.000.000.
Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp. 10.000.000.000.
Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp. 2.000.000.000 atas impor.
Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final maupun tidak final
sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan penyesuaian
yang dibuat untuk mengakui utang pajak penghasilan kini.Tarif pajak yang berlaku 25%.
Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat penghasilan
dan pajak dibayar di muka. Dalam mencatat harus diberikan identifikasi final dan tidak final
karena dampaknya berbeda terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang pajak), sebagai alternative
dapat juga dicatat sebagai beban pajak.
Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000
Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (Tidak Final) 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000
Kas 140.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000
Pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik angsuran pajak dan pajak
yang dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar di muka. Dalam praktik jurnal ini akan dibuat
sesuai dengan waktu pembayarannya.
Pada akhir tahun, akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah pajak
terutang. Jika jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayar, akan diakui
sebagai liabilitas pajak kini. Dalam laporan keuangan disajikan dengan nama utang PPh Badan.
Utang ini menurut ketentuan pajak harus dibayarkan paling lambat bulang akhir keempat setelah
tanggal laporan keuangan.
Perhitungan pajak terhutang:
Penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000
+ Rp. 5.000.000.000 = Rp. 84.000.000.000.
Pajak terutang = 25% x Rp. 84.000.000.000 = Rp. 21.000.000.000.
Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp. 21.000.000.000 + final Rp. 1.500.000.000 +
Rp. 1.000.000.000 LN = Rp. 23.500.000.
Beban Pajak Kini 2.500.000.000
Beda temporer net Rp. 5.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000 = Rp. 2.000.000.000 positif. Pajak
tangguhan 25% x Rp. 2.000.000.000 = Rp. 500.000.000. Penghasilan kena pajak lebih besar
dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Sehingga pengenaan pajak akan mendahului
pengakuan menurut akuntansi. Karena sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan, maka
pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas pajak tangguhan. Saldo liabilitas pajak
tangguhan sebesar
Rp. 1.700.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 1.200.000.000.
PAJAK TANGGUHAN
Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda.Pajak
dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba akuntansi dihitung
sesuai kaidah dalam standar akuntansi.Perbedaan antara keduanya berlaku umum hampir
disemua peraturan perpajakan di berbagai negara. Walaupun letak perbedaan tersebut sebenarnya
relative umum dan sama, namun memiliki cara pengaturan yang berbeda.Perbedaan yang muncul
misalnya terkait dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan
yang menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut pajak
diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut pajak tidak
diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan positif atau
negatif.Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih besar dari laba pajak dan
sebaliknya. Perbedaan yang mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan menurut
akuntansi adalah perbedaan penghasilan kena pajak, dapat dilihat dalam Contoh Perbedaan
Temporer Penghasilan Kena Pajak dan Laba Sebelum Pajak . PT Kencana menurut
akuntansi melaporkan pendapatan yang sama selama tahun 2015, 2016 dan 2017 sebesar
Rp. 300.000.000 per tahun dan beban sebesar Rp. 200.000.000 per tahun. Untuk tujuan
pajak, terdapat perbedaan temporer terkait dengan pengakuan pendapatan sehingga
penghasilan untuk 2015, 2016 dan 2017 secara berurutan sebesar Rp. 240.000.000, Rp.
320.000.000 dan Rp. 340.000.000.
Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam laporan keuangan entitas.
tangguhan
Total beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000
2. Depresiasi dengan masa manfaat yang lebih pendek menurut akuntansi dibandingkan
dengan masa manfaat depresiasi menurut pajak.
3. Pengakuan beban penyisihan piutang yang diakui saat terdapat bukti objektif sedangkan
menurut pajak diakui sesuai dengan ketentuan dan biasanya terjadi pada periode setelah
pengakuan menurut akuntansi.
4. Pengakuan penurunan nilai aset yang menurut pajak akan diakui saat aset tersebut dijual
atau dilepaskan, sedangkan menurut akuntansi diakui saat terdapat indikasi penurunan
nilai.
5. Pengakuan beban yang jumlahnya diestimasi atau menurut akuntansi disebuut provisi,
sedangkan menurut pajak baru dilakukan pengakuan pada saat beban tersebut telah
direalisasikan.
6. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut pajak dibandingkan pengakuan beban
menurut akuntansi, akibat perbedaan temporer.
7. Pengakuan penghasilan lebih besar manurut akuntansi dibandingkan pengakuan menurut
akuntansi akibat perbedaan temporer, contoh pendapatan diterima di muka menurut pajak
diakui seluruhnya saat diterima, menurut akuntansi diakui secara akrual.
Untuk menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dapat dilihat pada Contoh
18.5.Dalam contoh ini hanya dijelaskan atas transaksi perolehan aset dan dampak
perbedaandepresiasi tetapi tidak diperlihatkan gambaran umum seluruh entitas untuk
memudahkanpemahaman.
Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi) dengan
penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan. Perbedaan ini secara
permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi dalam pengaturan pajak dan
akuntansi. Perbedaan tersebut akan membuat laba menurut akuntansi berbeda dengan laba
menurut pajak, namun perbedaan tersebut tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.
Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan
pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan menurut pajak
tidak diperkenankan antara lainbeban sumbangan yang tidak diiperkenankan oleh
regulasi,beban yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagihdan memelihara
penghasilan misalnya entertainment yangtidak ada daftar nominatifnya, beban untuk
keperluanpribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan misalnya
laba dari entitas asosiasidengan kepemilikan 25-50%
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.
Tabel 18.5 Perhitungan Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini
2015 Perbedaan Perbedaan
dapat kena pajak
dikurangkan
Laba sebelum pajak (a) 900.000.000
Perbedaan temporer
Beban depresiasi (negatif) (20.000.000) 20.000.000
Beban garansi (positif) 80.000.000 80.000.000
Total perbedaan temporer (b) 60.000.000
Perbedaan permanen
Beban sumbangan (positif) 30.000.000
Penghasilan sewa final (negatif) (50.000.000)
Total perbedaan permanen (c) (20.000.000)
Penghasilan kena pajak (a) + (b) + 940.000.000
(c)
Pajak terutang dalam satu tahun 235.000.000
fiskal (25%)
Pajak tangguhan (15.000.000) 20.000.000 5.000.000
Pajak kini karena penghasilan final 12.500.000
Total beban pajak 232.500.000
Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih besar. Hal
tersebut memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp. 20.000.000. liabilitas pajak tangguhan
yang diakui sebesar Rp. 5.000.000 (25 % x 20 000 000).
Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih kecil atau
penghasilan kena pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat dikurangkan sebesar
Rp. 80.000.000 aset pajak tangguhan diakui sebesar Rp.20.000.000. Kedua perbedaan tersebut
menghasilkan pendapatan pajak tangguhan Rp. 15.000.000. Beban sumbangan tidak boleh diakui
sehingga koreksi positif, menambah penghasilan kena pajak.Penghasilan final tidak
diperhitungkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak sehingga dilakukan koreksi negatif.
Beban pajak kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak atas
penghasilan yang dikenakan pajak final = Rp. 23.500.000 +12.500.000 = Rp.247.500.000.
Total beban pajak entitas merupakan penjumlahan beban pajak kini dan pajak tangguhan sebesar
: Rp. 247.500.000 – Rp. 15.000.000 = Rp. 232.500.000.
Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam penyajian akan disajikan neto
sehingga akan disajikan sebagai aset pajak tangguhan Rp. 15.000.000 (20.000.000 - 5.000.000).
Tarif efektif pajak entitas dihitung dari total beban pajak dibagi laba sebelum pajak sebesar
25,83% (232.500.000 / 900.000.000). Jika tarif pajak efektif dihitung dari beban pajak kini,
sebesar 27.5%(247.500.000 / 900.000.000), sering
disebut sebagati current effective tax rate. Perbedaan tarif pajak efektif dengan tarif pajak
pemerintah karena terdapat perbedaan permanen.
Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan pengakuan pajak
tangguhan adalah:
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 235.000.000
Pajak Dibayar di Muka Angsuran PPh 25
180.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Utang PPh Badan 35.000.000
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 12.500.000
Pajak Dibayare di Muka 12.500.000
Aset Pajak Tangguhan 20.000.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 5.000.000
KOMPENSASI KERUGIAN
dapat memperoleh dana saat mengalami kerugian sehingga dapat digunakanuntuk memperbaiki
kinerjanya di masa mendatang. Untuk loss carry back tidak dibahas dalambab ini karena
ketentuan ini walaupun diperkenan oleh standar namun tidak berlaku diIndonesia.
Sebagai contoh suatu entitas mengalami kerugian pada tahun 2015 sebesar
Rp.500.000.000maka pada tahun 2015 entitas tidak membayar pajak karena mengalami
kerugian. Jika padatahun 2016 entitas memperoleh keuntungan Rp.200.000.000 entitas tidak
perlu membayarpajak, karena keuntungan tersebut dikompensasi dengan kerugian tahun
2015.Selamamasih ada sisa kompensasi maka entitas tidak membayar pajak, setelah kerugian
semuanyadikompensasi entitas baru membayar pajak. Misalnya 2017 entitas memperoleh
keuntungan Rp.400.000.000 maka entitas hanya akan membayar pajak atas penghasilannya
sebesar Rp.100.000.000 karena masih memiliki sisa kompensasi Rp.300.000.000 sehingga yang
perludibayarkan pajaknya hanya sisanya.
terjadi. Jika kompensasi dilakukan ke periode sebelumnya maka entitas akan memperoleh
restitusi dari pemerintah sebesar pajak yang telah dibayar. Manfaat kompensasi akan diakui
sebagai bagian dari beban pajak namun bersaldo negatif karena berupa pendapatan. Sebagai
lawan jurnalnya akan diakui sebagai piutang restitusi.
2018 Terdapat perbedaan kena pajak Rp 10.000.000 tiap tahun pada 2015-2018 dan akan
diselesaikan pada tahun 2019. Misalnya tarif pajak yang berlaku 2015-2018 sebesar 25%, dan
pada 2019 tarif pajak 30%, maka perhitungan liabilitas pajak tangguhan akan diukur dengan
menggunakan tarif yang berlaku pada 2019 sebesar 30%. Setiap tahun dari 2015-2018 akan
diakui beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp 3.000.000 Jumlah
tersebut akan terakumulasi selama 4 tahun dan pada tahun 2019 akan diselesaikan sebesar Rp
12.000.000.
Konsekuensi dari ketentuan di atas, dalam laporan konsolidasi, pajak akan disajikan atas
seluruh laba entitas terkonsolidasi. Namun cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan
menambahkan pajak kini dan pajak tangguhan dari masing-masing entitas yang bergabung
karena dalam pajak, pemajakan dikenakan atas masing-masing bentuk hukum. Pemajakan untuk
masing-masing entitas ini tidak menimbulkan pajak ganda karena menurut regulasi pajak,
penghasilan dari investasi dengan jumlah kepemilikan lebih dari 25% bukan merupakan
penghasilan.
Pengertian entitas asosiasi menurut akuntansi adalah lebih besar atau sama dengan 20%
sampai dengan 50%. Terdapat perbedaan karena menurut pajak ketentuan bukan penghasilan
atas hasil investasi lebih dari 25%. Untuk itu hasil investasi dari investasi 25% atau kurang akan
dikenakan pajak, sehingga terjadi
pemajakan ganda. Hasil investasi tersebut telah dikenakan pajak saat menjadi laba di entitas
investee dan dikenakan pajak lagi pajak saat menjadi hasil investasi di entitas induk.Hasil
investasi menurut pajak adalah dividen yang diberikan kepada investor, sedangkan menurut
akuntansi penghasilan adalah bagian laba. Untuk hasil investasi dan transaksi investasi saham
yang diperdagangkan di pasar modal akan dikenakan pajak final.
Konsekuensi pengaturan pajak tersebut dalam pelaporan akuntansi, untuk anak perusahaan,
pajak kini dan pajak tangguhannya dihitung masing-masing untuk kemudian digabungkan saat
konsolidasi. Untuk investasi pada asosiasi dengna kepemilikan 25% atau lebih sampai dengan
25% akan dikoreksi karena bukan merupakan penghasilan. Pajak tangguhan atas investasi ini
juga tidak diperhitungkan karena penghasilan ini bukan merupakan objek pajak menurut pajak
sehingga tidak ada konsekuensi pembayaran pajak yang harus dilakukan induk atas investasi
yang diperoleh. Permasalahannya muncul atas investasi sebesar 20% sampai dengan 25% dan
tidak dilakukan di pasar modal, karena pengakuan menurut akuntansi dengan menggunakan
metode ekuitas akan mengakui pendapatan atas bagian laba sementara menurut pajak sebesar
dividen. Perbedaan pengakuan pendapatan dan nilai investasi dalam asosiasi ini umumnya tidak
diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan karena kewajiban membayar pajak atas dividen di masa
depan tidak dapat dipastikan waktu terpulihkannya.
Untuk investasi kurang dari 20% yang menurut akuntansi dicatat dengan metode biaya tidak
terdapat perbedaan pengakuan pendapatan.Khusus untuk investasi yang dilakukan di pasar
modal pajaknya dikenakan secara final atas dividen yang diterima dan atas transaksi penjualan
jika investasi tersebut dijual.Untuk itu perlu perhatian saat melakukan koreksi fiskal atas
penghasilan investasi karena perbedaan pengaturan pajak dan standar akuntansi.
Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih dalam kombinasi bisnis diakui
dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan temporer timbul apabila dasar pengenaan
pajak aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih tidak terpengaruh oleh
kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda. Misalnya, apabila jumlah tercatat aset
disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak aset tersebut tetap sebesar harga
perolehan sebelumnya, maka timbul perbedaan temporer yang mengakibatkan timbulnya
liabilitas pajak tangguhan.
Apabila jumlah tercatat goodwill yang timbul pada transaksi kombinasi bisnis lebih
rendah daripada dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut menimbulkan aset pajak
tangguhan Aset pajak tangguhan yang ditimbulkan dari pengakuan awal goodwill diakui sebagai
bagian akuntansi atas kombinasi bisnis sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak
tersedia dalam jumlah yang cukup
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi
kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau berbeda, di
luarLaporan laba rugi baik dalam penghasilan komprehensif lain maupun secara
langsungdalam ekuitas;atau
2. kombinasi bisnis.
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi apabila pajak terkait pada
pos-pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui di luar laperan laba rugi Oleh
karena itu, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan
pos pos yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain, harus diakui pada penghasilan
komprehensif lain.
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal disapkan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif. Jika entitas menyaikan
komponen laba rugi pada laporan laporan laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan)
pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal pada laporan keuangan disajikan terpisah.
Selisih kurs dari penjabaran aset atau liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari
penjabaran laporan keuangan entitas asing diakui dalam sebagai laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif.Selisih tersebut diklasifikasikan sebagai beban (penghasilan) pajak
tangguhan, jika penyajian seperti itu dianggap paling bermanfaat untuk pengguna laporan
keuangan.
Kebijakan Akuntansi
Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan tersendiri pada
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Dalam penyajian dalam laporan keuangan
penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan.namun ada juga yang menyajikan satu baris saja beban pajak penghasilan.
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan rincian beban pajak kini
dan pajak tangguhannya.
menjelaskan dasar perhitungan pajak kini menggunakan laba kena pajak tahun berjalan, karena
laporan pajak belum diselesaikan saatlaporan keuangan diterbitkan.Kebijakan akuntansi juga
menjelaskan bagaimana pengakuan kewajiban perpajakan terkait dengan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.
Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak Penghasilan. Entitas akan
menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk merinci angka-angka yang disajikan dalam
laporan keuangan terkait dengan perpajakan. Rincian dapat dilakukan atas nilai pajak dibayar di
muka, utang pajak, beban pajak penghasilan, pajak kini, pajak tangguhan dan penjelasan surat
ketetapan pajak jika entitas menerima surat ketetapan pajak dari pemerintah. Surat Ketetapan
Pajak (SKP) adalah surat yang dikeluarkan oleh otoritas pajak yang menetapkan jumlah pajak
entitas.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain:
1. beban (penghasilan) pajak kini
2. penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya:
3. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaantemporer maupun dari realisasinya;
4. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak
ataupenerapan peraturan perpajakan yang baru:
5. jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya,
kreditpajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangibeban pajak kini;
6. jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atauperbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
bebanpajak tangguhan;
Informasi yang penting untuk diketahui pembaca laporan keuangan adalah berapa besar pajak
yang secara efektif dibayarkan atau ditanggung oleh entitas.Perbedaan akuntansi dan pajak
menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas menjadi lebih rendah atau lebih tinggi
dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku untuk entitas tersebut. Misalnya tarif pajak
penghasilan 25% namun secara efektif pajak yang ditanggung entitas 28% karena ada beban
yang tidak diakui menurut ketentuan pajak sehingga laba menurut pajak menjadi lebih besar.
Sebaliknya, tarif pajak efektif 21% kemungkinan ada beban menurut pajak lebih besar
dibandingkan menurut akuntansi, sehingga mengakibatkan laba menurut pajak lebih kecil.
Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
JikaJika menggunakan total beban pajak disebut sebagai tarif efektif pajak atau dikenal sebagai
effective tax rate (ETR). Sementara jika pajak dihitung hanya atas
pajak kini disebut tarif efektif pajak kini atau sering disebut sebagai current effective tax rate
(CETR). Perhitungan CETR menekankan tarif pajak yang saat ini telah menjadi kewajiban
kepada otoritas pajak yang akan diselesaikan pada periode berjalan atau periode berikutnya.
Tarif efektif pajak kini = Beban pajak kini
Laba sebelum pajak
Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi pembaca, karena dapat diketahui berapa
sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. Perbedaan akuntansi dan pajak akan
menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan tarif pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi banyak penelitian perpajakan.Dalam
penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan tarif pajak yang berlaku dapat dipandang sebagai
bentuk penghindaran pajak namun dapat juga dipandang sebagai bentuk perencanaan pajak yang
dilakukan oleh entitas.
Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga mengoptimalkan pajak
yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan perpajakan.Misalnya dengan menghindari
biaya yang menurut pajak tidak diperbolehkan sehingga koreksi positif yang berdampak
penghasilan kena pajak dapat diminimalkan. Hal yang tidak dibolehkan adalah tax evasian
yaitu melakukan upaya untuk menghindari pajak dengan cara yang melanggar peraturan
perpajakan.
RANGKUMAN
Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam laporan
keuangan, jurnal untuk mengakui pajak penghasilan, rekonsiliasi fiscal, dan pengaplikasian
penyajian pajak dalam laporan keuangan.
Evaluasi Diri
Setelah mempelajari bab ini, saya dapat:
Menjelaskan pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam laporan
keuangan.
Membuat jurnal untuk mengakui pajak penghasilan.
Menjelaskan rekonsiliasi fiscal.
Mengaplikasikan penyajian pajak dalam laporan keuangan
Beri tanda:
√ Bila anda dapat menjawab evaluasi ini.
? Bila ada belum dapat menjawab evaluasi ini, berarti anda diharapkan untuk mempelajari
kembali bagian tersebut dalam bab ini.
PENILAIAN
- Untuk bab ini penilaian akan dilakukan dengan tes pada saat Ujian Tengah
Semester
- Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini diminta untuk melengkapi portofolio yang
ditugaskan yaitu:
o membuat rangkuman mengenai akuntansi pajak penghasilan untuk
dikumpulkan pada pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester.
o mengerjakan soal latihan L19-14, L19-16, L19-21 di buku Kieso,
Weygandt dan Warfield (2018)
Latihan Mandiri
1. Tahun ini Gumowski Co. memiliki item-item berikut dalam laporan laba rugi :
1) pendapatan penjualan angsuran; 2) pendapatan untuk kontrak konstruksi jangka panjang;
3) estimasi biaya kontrak garansi produk; 4) bunga obligasi bebas pajak. Diminta :
a. Dalam kondisi apa pajak penghasilan tangguhan harus dilaporkan dalam laporan
keuangan?
b. Tentukan kapan pajak penghasilan tangguhan harus diakui untuk masing- masing item
di atas, dan berikan alasan untuk pengakuan tersebut!
2. Pada tanggal 31 Desember 2010, Higley Co. memiliki satu perbedaan temporer yang akan
dibalikkan dan menyebabkan jumlah kena pajak pada tahun 2011. Pada tahun 2010,
peraturan pajak baru menetapkan pajak sebesar 45% untuk tahun 2010, 40% untuk tahun
2011, dan 34% untuk tahun 2012 dan setelahnya.
Diminta :
Jelaskan keadaan apa yang akan membuat Higley menghitung liabilitas pajak tangguhan
pada akhir tahun 2010 dengan mengalikan perbedaan temporer kumulatif dengan :
a. 45%.
b. 40%.
c. 34%.
DAFTAR BACAAN
Kieso, Weygandt, and Warfield. 2018. Intermediate Accounting IFRS 3rd edition. John Wiley &
Sonss, Inc. China.
Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, dan Tanujaya. 2014. Akuntansi Keuangan berdasarkan
SAK berbasis IFRS Jilid 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.