Anda di halaman 1dari 23

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA (Punica


granatum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
EPIDERMIDIS PENYEBAB BAU BADAN: SCOPING REVIEW
Karya Tulis Ilmiah

Scoping Review

untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Program Studi Kedokteran


Program Sarjana

Oleh:

Ratu Syifa Qolbuna


16711139

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA (Punica


granatum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
EPIDERMIDIS PENYEBAB BAU BADAN: SCOPING REVIEW

Karya Tulis Ilmiah

Scoping Review

Disusun dan diajukan oleh:

Ratu Syifa Qolbuna


16711139

Telah diseminarkan tanggal: 25 Januari 2022


dan telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dr. dr. Betty Ekawati S, Sp.KK


NIK 047110403

2
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA (Punica
granatum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
EPIDERMIDIS PENYEBAB BAU BADAN: SCOPING REVIEW

Scoping Review

Ratu Syifa Qolbuna1, Betty Ekawati Suryaningsih2


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia
2
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Indonesia
Email : 16711139@students.uii.ac.id

INTISARI

Latar Belakang: Bau badan disebabkan oleh dekomposisi bakteri


Staphylococcus epidermidis pada hasil sekresi kelenjar apokrin. Sediaan
topikal seperti deodoran, antiperspiran dan antibiotik yang biasa digunakan
untuk mengatasi kondisi tersebut, dapat menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan. Sehingga, dibutuhkan alternatif bahan yang lebih aman,
dengan menggunakan bahan alami yaitu ekstrak kulit buah delima (Punica
granatum L.). Scoping review ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab bau badan.
Metode: Sumber informasi didapatkan melalui database PubMed,
EBSCOhost, Sciencedirect dan Google Scholar. Penelitian ini menggunakan
Original artikel yang membahas aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima
(Punica granatum L.) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis secara in
vitro, berbahasa inggris, dengan tahun publikasi antara 2010-2021. Alur
seleksi artikel dilakukan berdasarkan algoritma PRISMA-ScR.
Hasil: Secara total, 684 artikel berhasil teridentifikasi. Penyaringan selanjutnya
menghasilkan 6 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Artikel-artikel ini
melaporkan aktivitas antibakteri yang signifikan dari ekstrak kulit buah delima
(Punica graatum L.) terhadap Staphylococcus epidermidis. Satu dari enam
artikel melaporkan bahwa kemampuan penghambatan ekstrak kulit buah
delima lebih baik dari antibiotik standar.
Kesimpulan: Ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap infeksi Staphylococcus epidermidis secara
umum. Namun tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis penyebab bau badan.

3
ANTIBACTERIAL EFFECTIVENESS OF POMEGRANATE (Punica garanatum
L.) PEEL EXTRACT ON THE GROWTH OF STAPHYLOCOCCUS
EPIDERMIDIS BACTERIA CAUSES OF BODY ODOR: SCOPING REVIEW

Scoping Review

Ratu Syifa Qolbuna1, Betty Ekawati Suryaningsih2


1
Student of the Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia
2
Departement of Dermatology and Venereology Faculty of Medicine, Universitas
Islam Indonesia
Email : 16711139@students.uii.ac.id

ABSTRACT

Background: Body odor is caused by the decomposition of Staphylococcus


epidermidis bacteria in the secretions of the apocrine glands. Topical
preparations such as deodorants, antiperspirants and antibiotics which are
commonly used to treat this condition, can cause various health problems.
Thus, there is a need for safer alternative materials, by using natural
ingredients, namely pomegranate skin extract (Punica granatum L.). This
scoping review aims to determine the antibacterial effectiveness of
pomegranate peel extract (Punica granatum L.) in inhibiting the growth of
Staphylococcus epidermidis bacteria that causes body odor.
Methods: Sources of information were obtained through the PubMed,
EBSCOhost, Sciencedirect and Google Scholar databases. This study uses an
original article that discusses the antibacterial activity of pomegranate peel
extract (Punica granatum L.) against Staphylococcus epidermidis bacteria in
vitro, in English, with the publication year betwee 2010-2021. The flow of
article selection is based on the PRISMA-ScR algorithm.
Results: In total, 684 articles were identified. Subsequent screening resulted
in 6 articles that met the inclusion criteria. These articles report the significant
antibacterial activity of pomegranate peel extract (Punica graatum L.) against
Staphylococcus epidermidis. One in six articles reported that the inhibitory
ability of pomegranate peel extract was better than standard antibiotics.
Conclusion: Pomegranate peel extract (Punica granatum L.) showed
antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis infection in general.
However, it did not show antibacterial activity against Staphylococcus
epidermidis which causes body odor.

4
PENDAHULUAN
Berbagai aktivitas manusia, baik ringan maupun berat dapat memicu
terjadinya sekresi keringat dalam tubuh. Keringat pada manusia disekresikan
oleh kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin dan apokrin (1). Kelenjar ekrin terdapat
hampir diseluruh permukaan tubuh (2). Komponen keringat ekrin, sebagian besar
terdiri dari air dan sejumlah kecil mineral, metabolit serta obat-obatan farmasi
yang tidak dimetabolisme (3). Sedangkan, kelenjar apokrin terbatas pada daerah
aksila, periumbikal, areola, labia, skrotum, kulup, pubis, perianal, tepi kelopak
mata, dan saluran telinga (4). Keringat apokrin merupakan cairan berminyak
yang terdiri dari protein, lipid, dan steroid, tetapi mengandung mineral dan
metabolit yang sama dengan ekrin (3). Kandungan lemak dan protein apabila di
uraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak, bau inilah yang
dikenal sebagai bau badan (5).
Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan flora normal
yang dominan pada kulit, terutama kulit ketiak yang menyebabkan bau badan
(8,9). Staphylococcus epidermidis pada permukaan kulit ketiak akan
memfermentasi gliserol dan asam laktat menjadi, asam lemak volatil rantai
pendek yaitu E-3-methyl-2-hexenoic acid (E-3M2H), asam asetat dan asam
propionat yang merupakan penyebab bau ketiak atau bau badan. Selain itu, S.
epidermidis mampu untuk mengubah asam amino menjadi asam lemak volatil
rantai pendek yang sangat berbau, yaitu asam isovalerik yang berperan pada
bau aksila (2). Enzim asetolaktat sintase (ALS) dan transaminase pada S.
epidermidis diketahui berperan dalam degradasi asam amino rantai cabang
seperti leusin, valin, dan isoleusin (8)
Fenomena bau badan menjadi salah satu masalah yang dapat
mengganggu aktivitas manusia dalam berhubungan sosial. Seseorang dengan
bau badan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, karena dikucilkan oleh
lingkungan sekitarnya. Kondisi ini memotivasi penggunaan antiperspiran dan
deodoran untuk mengurangi bau badan (9). Saat ini antimikroba kimia seperti
triklosan, benzalkonium klorida dan garam aluminium telah ditambahkan ke
dalam deodoran dan antiperspiran untuk mengurangi tingkat bakteri pembentuk
bau (10). Namun, kandungan antimikroba kimia tersebut belum dipastikan
kemanannya dan dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius (11).
Sejumlah kecil garam aluminium pada antipersipran berpotensi untuk melewati

5
sawar darah otak. Apabila terakumulasi didalam neuron piramidal korteks
hipokampus, dapat menyebabkan perkembangan penyakit Alzheimer (12). Selain
itu, dapat menyebabkan osteoporosis apabila terakumulasi didalam tulang (13).
Penggunaan garam alumunium juga dikaitkan dengan risiko terjadinya kanker
payudara, meskipun belum terbukti secara definitive (10). Demikian pula
kekhawatiran tentang paparan kronis triklosan, agen antibakteri yang terkandung
dalam deodoran. Triklosan telah dilaporkan menyebabkan berbagai masalah
kesehatan termasuk, iritasi kulit dan alergi (11). Triklosan juga mampu untuk
mempercepat pertumbuhan sel kanker ovarium, melalui jalur pensinyalan yang
dimediasi reseptor estrogen (14). Pengguanaan antibiotik topikal seperti
klindamisin dan eritromisin juga dapat digunakan dalam menekan bau badan,
apabila bahan antiseptik tidak mampu mengurangi keluhan (2). Namun,
penggunaan antibiotik topikal dapat meningkatkan risiko resistensi apabila tidak
digunakan dengan hati-hati (2). Melihat banyaknya masalah kesehatan dan risiko
resistensi yang ditimbulkan, maka diperlukan suatu bahan alternatif yang lebih
aman dengan memanfaatkan bahan alami.
Kulit buah delima (Punica granatum L.) telah banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional dan direkomendasikan untuk pengobatan diare, disentri,
tukak lambung, gangguan perdarahan, radang gusi, dan beberapa infeksi (15).
Kulit buah delima juga dapat digunakan sebagai bahan antibakteri terhadap
infeksi rongga mulut khususnya karies gigi (16). Ekstrak metanol kulit buah
delima menunjukkan aktivitas spektrum luas yang kuat terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif (17). Tingginya kandungan tanin seperti punikalagin yang
ditemukan dalam ekstrak kulit buah delima menjadi faktor kunci yang
bertanggung jawab atas aktivitas antimikroba (18). Selain itu, senyawa flavonoid
dan alkaloid yang terdapat pada kulit buah delima juga dapat dikaitkan dengan
aktivitas antibakteri (16). Berdasarkan uraian diatas, tidak menutup kemungkinan
bahwa ekstrak kulit buah delima dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
epidermidis penyebab bau badan. Scoping review ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis penyebab bau badan.
METODE PENELITIAN
1) Kriteria Kelayakan

6
Artikel disaring oleh penulis dengan menggunakan kriteria inklusi yaitu 1)
cakupan topik artikel terkait aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica
granatum L.) terhadap bakteri S. epidermidis, 2) studi in vitro, 3) tahun publikasi
artikel yaitu antara 2010-2021, 4) artikel berbahasa Inggris, 5) original article
dengan metode eksperimental. Dari keseluruhan artikel yang memenuhi kriteria
inklusi dilakukan pemilahan berdasarkan beberapa aspek sebagai kriteria
eksklusi. Aspek-aspek tersebut meliputi 1) artikel yang identik, 2) artikel
berbahasa Indonesia, 3) artikel yang tidak dapat diakses secara full text, 4)
artikel yang tidak lengkap dalam penulisan.
2) Sumber Informasi dan Strategi Pencarian
Scoping review ini dilakukan dengan menggunakan mesin pencarian
elektronik secara online dari empat basis data PubMed, EBSCOhost,
Sciencedirect dan Google scholar. Strategi pencarian dilakukan dengan
menggunakan kata kunci yang ditetapkan dengan format Population, Concept
and Context (PCC). Format PCC yang digunakan yaitu P: body odor,
Staphylococcus epidermidis, C: Punica granatum, peel, antibacterial dan C: tidak
ada. Sehingga pada keempat basis data, digunakan kata kunci yaitu “body odor”
AND “Staphylococcus epidermidis” AND “Punica granatum” AND “peel” AND
“antibacterial”. Selain itu, digunakan kata kunci alternatif untuk menambah hasil
pencarian. Kata “bromhidrosis”, “human odor” dan “axillary odor” digunakan
sebagai kata kunci alternatif dari “body odor”. Kata “pomegranate” digunakan
sebagai kata kunci alternatif dari “Punica granatum”. Kata “rind” dan “husk”
digunakan sebagai kata kunci alternatif dari “peel”. Filter yang digunakan pada
basis data PubMed yaitu Abstract, free full text, full text, english, from 2010 -
2021. Sedangkan, filter yang digunakan pada basis data EBSCOhost,
Sciencedirect dan Google scholar yaitu tahun publikasi 2010 - 2021.
3) Proses Seleksi Artikel
Proses seleksi artikel dilakukan berdasarkan algoritma Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses extension for
Scoping Review (PRISMA-ScR) (Gambar 1).

7
Gambar 1. Algoritma seleksi artikel berdasarkan PRISMA-ScR (19).

4) Ekstraksi Data
Proses ektraksi data pada penelitian ini dilakukan secara independen
oleh penulis. Hasil ekstraksi data dari setiap artikel akan dirangkum dalam tabel
aplikasi Microsoft Office Word dengan komponen data seperti pada Tabel 3.
Tabel 1. Formulir ekstraksi data

Penulis dan tahun:


Judul:
Tujuan Penelitian:
Metode Metode pelarut Konsentrasi Hasil penelitian
uji ekstraksi sampel

5) Item Data
Item data merupakan proses identifikasi semua variabel yang akan
dianalisis sesuai dengan tujuan review. Variabel-variabel yang akan dianalisis
dalam scoping review ini meliputi metode ekstraksi, jenis pelarut, konsentrasi

8
sampel, diameter zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
pembanding. Data disatukan dalam tabel, kemudian dijabarkan dalam kajian
naratif yang membahas efektivitas ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis penyebab bau badan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Secara keseluruhan, skema seleksi artikel berdasarkan algoritma
PRISMA-ScR dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil pencarian dengan
menggunakan kata kunci pada seluruh basis data, sebanyak 684 artikel berhasil
teridentifikasi. Setelah melalui tahap skrining dan pengecekan full text untuk
menilai kriteria kelayakan, terdapat enam artikel yang memenuhi kriteria inklusi.
Selanjutnya, keenam artikel tersebut dianalisis dan dilakukan ekstraksi data
dalam bentuk tabel. Karakteristik dari setiap artikel yang diinklusikan pada review
ini disajikan pada tabel 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.

Gambar 2. Hasil Seleksi Artikel

9
Tabel 2. Formulir ekstraksi data artikel 1

Penulis dan tahun: (Kaci et al., 2021)


Judul: Evaluasi aktivitas sitotoksik dan antibakteri ekstrak etanol kulit Punica granatum L.
Tujuan penelitian: Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima dan sitotoksisitasnya terhadap sel primer
fibroblas dermal manusia

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Soxhlet Etanol 100 µg/ml - 500 µg/ml Ofloksasin 13 mm


cakram
10 µg/disk
dan
mikrodilusi
200 µg/ml - Netilmisin 12 mm
30µg/disk

300 µg/ml - Cefsulodin 12 mm


30µg/disk
400 µg/ml -

500 µg/ml 8 mm

600 µg/ml 8.5 mm

10
Tabel 3. Formulir ekstraksi data artikel 2

Penulis dan tahun: (Masa’ud et al., 2020)


Judul: Sifat antibakteri ekstrak aril dan kulit buah delima dari tiga pelarut berbeda
Tujuan penelitian: Menyelidiki potensi antibakteri dari ekstrak kulit dan aril buah delima terhadap beberapa patogen
dermatologis tropis umum

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Maserasi Etanol 3.13 mg/ml 9.5 mm 0.781 Penisilin G 10 IU 25 mm


cakram mg/ml
dan 6.25 mg/ml 12 mm
mikrodilusi
12.50 mg/ml 13.5 mm

25 mg/ml 16 mm

50 mg/ml 18.5 mm

100 mg/ml 21 mm

Etil asetat 3.13 mg/ml 10.5 mm

6.25 mg/ml 12 mm

11
Tabel 3. Lanjutan

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Maserasi Etil asetat 12.50 mg/ml 13 mm 0.781 Penisilin G 10 IU 25 mm


cakram mg/ml
dan 25 mg/ml 16.5 mm
mikrodilusi
50 mg/ml 19 mm

100 mg/ml 23.5 mm

Heksana 3.13 mg/ml 9 mm

6.25 mg/ml 11 mm

12.50 mg/ml 12.5 mm

25 mg/ml 15 mm

50 mg/ml 18 mm

100 mg/ml 23 mm

12
Tabel 4. Formulir ekstraksi data artikel 3

Penulis dan tahun: (Abdollahzadeh et al., 2011)


Judul: Aktivitas antibakteri dan antijamur ekstrak kulit Punica granatum terhadap patogen oral
Tujuan penelitian: Mengevaluasi pengaruh ekstrak metanol kulit Punica granatum (MEPGP) terhadap Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, Streptococcus salivarius, Streptococcus sanguinis, Staphylococcus epidermidis, Actynomyces
viscosus, Lactobacillus acidophilus dan Candida albicans

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat S. Pembanding Diameter


ekstraksi sampel epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Maserasi Metanol 4 mg/ml 11.5 mm - Ciprofloksasin 29 mm


cakram
8 mg/ml 13.5 mm Nistatin 29 mm

12 mg/ml 13.5 mm

13
Tabel 5. Formulir ekstraksi data artikel 4

Penulis dan tahun: (Salmen et al., 2012)


Judul: Aktivitas antibakteri ekstrak metanol kulit buah delima (Punica granatum L.)
Tujuan penelitian: Menguji aktivitas antibakteri ekstrak metanol kulit buah delima terhadap beberapa bakteri gram positif dan
negatif

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi agar Soxhlet Metanol 0.5 mg 0 mm 2 mg/ml - -


dan dilusi
cair 1 mg 8 mm

2 mg 10 mm

4 mg 14 mm

14
Tabel 6. Formulir ekstraksi data artikel 5

Penulis dan tahun: (Barathikannan et al., 2016)


Judul: Analisis kimia kulit buah Punica granatum dan sifat biologisnya secara in vitro dan in vivo
Tujuan penelitian: Mengevaluasi penghambatan α-glukosidase, antimikroba, sifat antioksidan in vitro dan aktivitas
antihiperglikemik in vivo ekstrak kulit buah Punica granatum (delima) menggunakan Caenorhabditis elegans

Metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Maserasi Heksana - - - Streptomisin 10 16 mm


cakram μg/disk
Etil asetat 2.5 mg/ml 10 mm

Metanol - -

15
Tabel 7. Formulir ekstraksi data artikel 6

Penulis dan tahun: (Chebaibi dan Filali, 2013)


Judul: Aktivitas bakterisida dan skrining fitokimia ekstrak air kulit buah delima Maroko (Punica granatum Linn.)
Tujuan penelitian: Menjelaskan khasiat antibakteri sediaan tradisional ekstrak kulit buah delima

metode uji Metode Pelarut Konsentrasi Kemampuan menghambat Pembanding Diameter


ekstraksi sampel S. epidermidis zona
hambat
Diameter zona KHM
hambat

Difusi Dekokta Air 200 mg/ml 22.3 mm 0.097 Gentamisin 15 µg 9 mm


cakram mg/ml
dan
mikrodilusi
Infusa 16.3 mm Oksakilin 5 µg 16 mm

Maserasi 14 mm Ciprofloksasin 5 µg 0 mm

Eritromisin 15 µg 10 mm

Vankomisin 30 µg 15 mm

16
Pembahasan
Bau badan merupakan suatu masalah yang dapat menganggu seseorang
dalam beraktivitas sehari-hari. Masalah ini disebabkan oleh bakteri permukaan kulit
yaitu S. epidermidis (6). Penanganan bau badan secara medikamentosa, diatasi
dengan penggunaan sediaan topikal seperti deodoran, antiperspiran dan antibiotik
topikal (2). Namun, penggunaan dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan. Sehingga, diperlukan bahan alternatif seperti
kulit buah delima yang lebih aman untuk mengatasi kondisi kronis tersebut.
Sebanyak enam artikel telah melaporkan aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah
delima terhadap bakteri S. epidermidis.
Penelitian Kaci et al. (2021) melaporkan bahwa, ekstrak etanol kulit buah
delima konsentrasi 600 µg/ml, menghasilkan diameter zona hambat terbesar
terhadap bakteri S. epidermidis sebesar 8.5 mm. Pada penelitian Masa’ud et al.
(2020), ekstrak etanol, etil asetat dan heksana menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap S. epidermidis. Aktivitas antibakteri tertinggi dihasilkan oleh dihasilkan oleh
ekstrak etil asetat kulit buah delima pada konsentrasi 100 mg/ml. Pada penelitian
Abdollahzadeh et al. (2011), semua konsentrasi ekstrak metanol kulit buah delima
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis. Kemampuan
penghambatan terbaik terlihat pada konsentrasi tertinggi 8 dan 12 mg/ml, dengan
diameter zona hambat sebesar 13.5 mm. Pada penelitian Salmen et al. (2012),
ekstrak metanol kulit buah delima konsentrasi 1, 2 dan 4 mg, menghasilkan zona
hambat terhadap bakteri S. epidermidis sebesar 8, 10 dan 14 mm. Pada keempat
artikel ini juga didapatkan bahwa, peningkatan konsentrasi ekstrak menyebabkan
peningkatan efektivitas antibakteri kulit buah delima. Hal ini, disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi fitokimia dan gugus aktif, seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak (26).
Pada penelitian Chebaibi dan Filali (2013), ekstrak air kulit buah delima yang
dihasilkan melalui metode ekstraksi dekokta, menghasilkan zona hambat tertinggi
terhadap bakteri S. epidermidis sebesar 22.3 mm. Hal ini dikaitkan dengan tingginya
suhu ekstraksi pada metode dekokta yaitu 100°C. Peningkatkan suhu ekstraksi dari
100°C sampai 160°C akan meningkatkan kandungan senyawa fenolik total dan

17
flavonoid total ekstrak kulit buah delima (27). Namun, peningkatan suhu 190°C atau
lebih menyebabkan penurunan kandungan senyawa tersebut. Hal ini disebabkan
oleh adanya proses degradasi akibat suhu yang terlalu tinggi (28). Peningkatan suhu
ekstraksi akan menurunkan konstanta dielektrik pelarut dan meningkatan kelarutan
senyawa fenolik. Selain itu, peningkatan suhu juga dapat mendorong perpindahan
massa senyawa fenolik dengan meningkatkan difusivitas dan menurunkan viskositas
(29).
Pada penelitian Barathikannan et al. (2016) hanya ekstrak etil asetat kulit
buah delima yang menunjukkan akitivitas antibakteri terhadap bakteri S. epidermidis.
ekstrak etil asetat konsentrasi 2.5 mg/ml menghasilkan zona hambat sebesar 10
mm. Sedangkan, ekstrak heksana dan metanol kulit buah delima tidak menghasilkan
zona hambat terhadap bakteri S. epidermidis. Hal ini, disebabkan oleh tingginya
kandungan fenol dan flavonoid dalam ekstrak etil asetat kulit buah delima. Senyawa
aktif ini, berperan sebagai antimikroba spektrum luas dengan melawan bakteri gram
positif dan gram negatif. Fenol sebagai antibakteri, memiliki mekanisme toksisitas
terhadap bakteri melalui inhibisi enzim dan merusak dinding sel. Sedangkan,
mekanisme flavonoid sebagai antibakteri terdiri dari tiga cara yaitu menghambat
fungsi membran sel, menghambat metabolisme energi bakteri dan menghambat
sintesis asam nukleat (30). Flavonoid menghambat sitokrom C reduktase dan
penggunaan oksigen oleh bakteri. Sehinga, menyebabkan terganggunya
metabolisme energi bakteri. Flavonoid juga dapat membentuk kompleks dengan
protein ekstraseluler maupun yang terlarut, sehingga menyebabkan kerusakan
membran sel bakteri (31).
Selain fenol dan flavonoid, kelima artikel lainnya melaporkan bahwa, kulit
buah delima mengandung tanin terhidrolisis (punikalagin) yang berperan sebagai
agen antibakteri. Menurut Abdollahzadeh et al. (2011), tanin bekerja dengan
mengendapkan protein di membran sel bakteri. Sehingga, menyebabkan kebocoran
membran, yang pada akhirnya menyebabkan lisis dan kematian sel bakteri. Selain
itu, sumber lain melaporkan bahwa, tanin dapat menurunkan ketersediaan ion logam
untuk bakteri, ketika membentuk kompleks yang stabil dengan ion logam tersebut.
Sehingga, penipisan logam dapat mempengaruhi aktivitas metaloenzim dalam sel

18
mikroba (15). Tanin juga memiliki bagian hidrofilik yang akan berinteraksi dengan
bagian polar membran bakteri. Sedangkan, bagian hidrofobik terbenam dibagian
dalam non polar membran bakteri. Sehingga, menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan membran dan mempengaruhi pengangkutan substrat kedalam sel
(32). Penelitian Chebaibi dan Filali (2013) dan Salmen et al. (2012) melaporkan
bahwa, kulit buah delima mengandung senyawa saponin yang menyebabkan
penurunan tegangan permukaan dinding sel bakteri. Sehingga, mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding dan keluarnya senyawa intraseluler
(33).
Kualitas dan kuantitas senyawa aktif ekstrak kulit buah delima dapat
dipengaruhi oleh proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk memisahkan fraksi jaringan tanaman aktif secara medis dari
komponen tidak aktif atau inert, dengan menggunakan pelarut selektif dan teknologi
ekstraksi (34). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi
ekstraksi seperti ukuran partikel, waktu ekstraksi, pelarut yang digunakan, dan suhu
(35). Diantara faktor-faktor tersebut, pemilihan pelarut menjadi salah satu tahapan
yang krusial untuk mendapatkan hasil ekstraksi terbaik. Selektivitas, kelarutan, biaya
dan keamanan harus dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut. Berdasarkan prinsip
polarisasi, suatu senyawa akan larut dalam pelarut yang mempunyai kepolaran yang
sama (36).
Meskipun hasil penelitian keenam artikel membuktikan bahwa, ekstrak kulit
buah delima dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang aman untuk
menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis. Namun, hasil dari keenam artikel
tersebut tidak membuktikan bahwa ekstrak kulit buah delima dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S. epidermidis penyebab bau badan. Hal ini, dikarenakan
belum adanya artikel yang spesifik membahas topik tersebut. Sehingga, perlu
dilakukan lebih banyak penelitian terkait kemampuan ekstrak kulit buah delima
menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis penyebab bau badan secara in
vitro.
Pada scoping review ini, terdapat beberapa kekurangan diantaranya, tidak
dilakukan telaah kritis terhadap artikel, sehingga tidak mengetahui kualitas artikel

19
yang didapatkan. Sumber informasi yang digunakan hanya berasal dari empat
database online, dan kemungkinan masih banyak artikel yang tidak terjaring dari
database online lainnya. Selain itu, artikel berbahasa Indonesia tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Sehingga, mengurangi jumlah artikel dan informasi terkait
aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) terhadap S.
epidermidis penyebab bau badan.
SIMPULAN DAN SARAN
Ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap infeksi bakteri S. epidermidis secara umum. Tetapi, tidak
menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis penyebab bau badan. Hal
ini, dikarenakan belum adanya sumber bukti atau penelitian yang mengkaitkan
aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) terhadap
pertumbuhan bakteri penyebab bau badan yaitu S. epidermidis.
Berdasarkan temuan diatas, penulis menyarankan untuk dilakukan lebih
banyak penelitian terkait efektivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica
granatum L.) terhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis penyebab bau badan
secara in vitro. Sehingga, dapat menambah sumber informasi untuk penelitian
scoping review selanjutnya. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam
bentuk formula, untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit buah delima benar-benar
dapat digunakan sebagai penghilang bau badan. Penulis juga merekomendasikan
bagi penelitian selanjutnya, untuk memperbanyak sumber informasi. Sehingga, hasil
penelitian yang diperoleh lebih akurat dan informasi menjadi lebih lengkap.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia, Dr. dr. Betty Ekawati S, Sp.KK. selaku dosen pembimbing penulis
dan pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam penyusunan scoping review ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Baker LB. Physiology of sweat gland function : The roles of sweating and
sweat composition in human health. Temperature [Internet]. 2019;6(3):211–
59. Available from: https://doi.org/10.1080/23328940.2019.1632145
2. Siskawati Y, Bernadette I, Menaldi SL. BAU BADAN : PATOGENESIS DAN
PENATALAKSANAAN. 2014;(71):32–41.

20
3. Chen Y, Kuan W, Liu C. Comparative Study of the Composition of Sweat from
Eccrine and Apocrine Sweat Glands during Exercise and in Heat. 2020;
4. Gilaberte Y, Pastushenko I, Juarranz Á. Chapter 1 - Anatomy and Function of
the Skin [Internet]. Nanoscience in Dermatology. Elsevier Inc.; 2016. 1–14 p.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-802926-8.00001-X
5. Huang RY. Metabolomic Analysis of Skin Malodor-Associated Compounds
and Structure-based Prediction of Acetolactate Synthase Selective
Sulfonylurea Inhibitors. 2021;
6. Access O. Clinical characteristics of Staphylococcus epidermidis : a
systematic review Klinische Charakterisierung von Staphylococcus
epidermidis : ein systematisches Review. 2014;9(3):1–10.
7. Komala O, Wiendarlina IY, Rizqiyana N. Antibacterial activity roll on deodorant
with Pluchea indica (L.) leaf extract against Staphylococcus epidermidis
(Evans 1916 ) in vitro. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. 2019;293(1):1–8.
8. Kumar M, Myagmardoloonjin B, Keshari S, Negari IP, Huang CM. 5-Methyl
Furfural Reduces the Production of Malodors by Inhibiting Sodium l -Lactate
Fermentation of Staphylococcus epidermidis : Implication for Deodorants
Targeting the Fermenting Skin Microbiome. 2019;1–12.
9. Urban J, Fergus DJ, Savage AM, Ehlers M, Menninger HL, Dunn RR, et al.
The effect of habitual and experimental antiperspirant and deodorant product
use on the armpit microbiome. 2016;1–20.
10. Patel NB, Science PN. Natural Deodorants : A way towards sustainable
cosmetics. 2021;3(11):1–6.
11. Mcmanus K, Wood A, Wright MH, Matthews B, Carlson A, Cock IE, et al.
Terminalia ferdinandiana Exell. extracts inhibit the growth of body odour
forming bacteria. 2017;0–2.
12. Walton JR. Aluminum Disruption of Calcium Homeostasis and Signal
Transduction Resembles Change that Occurs in Aging and Alzheimer ’ s
Disease. 2012;29:255–73.
13. Willhite CC, Ball GL, Mclellan CJ. Total allowable concentrations of
monomeric inorganic aluminum and hydrated aluminum silicates in drinking
water. 2012;42(October 2011):358–442.
14. Kim J, Yi B, Go R, Hwang K. Methoxychlor and triclosan stimulates ovarian
cancer growth by regulating cell cycle- and apoptosis-related genes via an
estrogen receptor-dependent pathway. Environ Toxicol Pharmacol [Internet].
2014;37(3):1264–74. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.etap.2014.04.013
15. Singh B, Singh JP, Kaur A, Singh N. Antimicrobial potential of pomegranate
peel: a review. Int J Food Sci Technol. 2019 Apr 1;54(4):959–65.

21
16. Sukmawati VO, Ayu ID, Dewanti R, Gigi FK, Jember U. Daya Antibakteri
Dekokta Kulit Buah Delima Putih ( Granati fructus cortex ) terhadap
Streptococcus mutans ( Antibacterial of Decocta Granati Fructus Cortex to
Streptococcus mutans ). 2013;
17. Fawole, Makunga N, Opara U. Antibacterial, antioxidant and tyrosinase-
inhibition activities of pomegranate fruit peel methanolic extract. BMC
Complement Altern Med [Internet]. 2012;12(1):1. Available from: BMC
Complementary and Alternative Medicine
18. Taha AEEM. Pomegranate peel methanolic-extract improves the shelf-life of
edible-oils under accelerated oxidation conditions. 2020;(November
2019):1798–811.
19. Tricco AC, Lillie E, Zarin W, Brien KKO, Colquhoun H, Levac D, et al. R
ESEARCH AND R EPORTING M ETHODS PRISMA Extension for Scoping
Reviews ( PRISMA-ScR ): Checklist and Explanation. 2018;(August 2016).
20. Kaci F, Ruzgar D, Gormez A, Efe D. The Evaluation of Cytotoxic and
Antibacterial Activity of the Ethanol Extract of Punica granatum L. Peels. J Inst
Sci Technol. 2021;11(3):2319–27.
21. Masa’ud I, Khalili R, Aminu S, Nasir M. Antibacterial Property Of Pomegranate
Aril And Peel Extracts. 2020;(January).
22. Abdollahzadeh S, Mashouf R, Mortazavi H, Moghaddam M, Roozbahani N,
Vahedi M. Antibacterial and antifungal activities of Punica granatum peel
extracts against oral pathogens. ncbi.nlm.nih.gov [Internet]. 2011 [cited 2021
Nov 5]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3184731/
23. Salmen S, Aloufi A, Wainwright M, Alatar A, Alharbi S. Antibacterial Activity of
Methanol Extract of Pomegranate (Punica granatum L.) Peels. biotech-
asia.org [Internet]. 2012 [cited 2021 Nov 5]; Available from:
http://www.biotech-asia.org/vol9no1/antibacterial-activity-of-methanol-extract-
of-pomegranate-punica-granatum-l-peels/
24. Barathikannan K, Venkatadri B, Khusro A, Al-Dhabi A, Agastian P, Arasu M,
et al. Chemical analysis of Punica granatum fruit peel and its in vitro and in
vivo biological properties. bmccomplementmedtherapies … [Internet]. 2016
[cited 2021 Nov 4];16:264. Available from:
https://bmccomplementmedtherapies.biomedcentral.com/articles/10.1186/
s12906-016-1237-3
25. Chebaibi A, Filali F. Bactericidal activity and phytochemical screening of
Moroccan pomegranate (Punica granatum Linn.) peel aqueous extracts.
academicjournals.org [Internet]. 2013 [cited 2021 Nov 5]; Available from:
https://academicjournals.org/journal/JMPR/article-abstract/89A971E22797
26. Al-Sa’ady AT. Antibacterial screening for five local medicinal plants against

22
nosocomial pathogens: Klebsiella pneumoniae and staphylococcus
epidermidis. EurAsian J Biosci. 2020;14(1):553–9.
27. Rahnemoon P, Sarabi Jamab M, Javanmard Dakheli M, Bostan A, Safari O.
Comparison of two methods of solvent extraction of phenolic compounds from
pomegranate (Punica granatum L.) peels. J Agric Sci Technol.
2018;20(5):939–52.
28. Xu H, Wang W, Jiang J. Subcritical water extraction and antioxidant activity
evaluation with on-line HPLC-ABTS · + assay of phenolic compounds from
marigold ( Tagetes erecta L .) flower residues. 2015;52(June):3803–11.
29. Aliakbarian B, Fathi A, Perego P, Dehghani F. The Journal of Supercritical
Fluids Extraction of antioxidants from winery wastes using subcritical water. J
Supercrit Fluids [Internet]. 2012;65:18–24. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.supflu.2012.02.022
30. Prestiandari E, Hernawati S, Dewi LR. Daya Hambat Ekstrak Buah Delima
Merah (Punica granatum Linn) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
(The Inhibition of Red Pomegranate Fruit Extract (Punica granatum Linn) on
The Growth of Staphylococcus aureus). Pustaka Kesehat. 2018;6(1):192.
31. Panche AN, Diwan AD, Chandra SR. Flavonoids: an overview. J Nutr Sci
[Internet]. 2022 [cited 2022 Feb 7];5:1–15. Available from:
https://doi.org/10.1017/jns.2016.41
32. Betanzos-Cabrera G, Montes-Rubio PY, Fabela-Illescas HE, Belefant-Miller
H, Cancino-Diaz JC. Antibacterial activity of fresh pomegranate juice against
clinical strains of Staphylococcus epidermidis. Taylor Fr [Internet]. 2015 May
20 [cited 2021 Nov 5];59. Available from:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3402/fnr.v59.27620
33. Adelia F. Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima Merah (Punica granatum L)
Terhadap Staphylococcus aureus ATCC. 2021;000.
34. Das K, Tiwari RKS, Shrivastava DK. Techniques for evaluation of medicinal
plant products as antimicrobial agent : Current methods and future trends.
2010;4(2):104–11.
35. Cleary M. Effects of particle size, extraction time, and solvent on daidzein
yield extracted from tempeh. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.
36. Suryani N, Permana D, Jambe A. PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP
KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK DAUN MATOA (Pometia pinnata). 2015;1–10.

23

Anda mungkin juga menyukai