PENDAHULUAN
1
memberdayakan semua komponen mahasiswa melalui peran serta
dalam menyelanggarakan dan mengandalikan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, praktik praktik pengalaman lapangan diisyaratkan
bagi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling sebagai
praktik akademik wajib sebelum masa perkuliahan berakhir. Dalam
kaitan dalam misi, fungsi dan tugas lembaga pendidikan tinggi
maka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Buton dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan
Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan Dan
Konseling disekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang
bersifat intrakurikurel sehingga harus di laksanakan oleh setiap
mahasiswa program studi bimbimgan dan konseling. Kegiatan ini
dalam rangka peningkatan keterampilan dan pemahaman mengenai
berbagai aspek kependidikan dan pemberian berbagai bentuk
program layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan
oleh seorang guru pembimbing, dalam rangka memenuhi
persyaratan pembentukan tenaga kependidikan yang bertugas
memberikan layanan bimbingan disekolah yang profesional
2
jawabnya kelak sebagai guru pembimbing dalam rangka membantu
tercapainnya tujuan pendidikan.
B. Analisis Situasi
Analisis situasi dilakukan dengan maksud untuk menggali
semua potensi yang bisa dikembangkan serta kelemahan yang
terdapat di SMP Negeri 3 Batauga Kabupaten Buton Selatan. Dari
hasil observasi yang telah dilaksanakan, didapatkan berbagai
informasi mengenai kondisi SMP Negeri 3 Batauga, dari berbagai
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk
menyusun program kerja Bimbingan dan Konseling selama
kegiatan program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)/Magang
III itu berlangsung.
Di SMP Negeri 3 Batauga merupakan salah satu sekolah
menengah pertama yang berada dikecamatan Batauga, didalam
sekolah SMP Negeri 3 Batauga penerapan kedisiplinan sangat
dijunjung tinggi dan siswa diharuskan untuk mengikuti setiap tata
tertib yang berlaku disekolah tersebut. Dengan diterapkannya
kedisiplinan tingkat tinggi tersebut sekolah berhasil menjadikan 80
3
% siswa-nya sebagai siswa yang disiplin. Walaupun sudah
diterapkan sikap disiplin tetap masih ada saja yang datang
terlambat hal ini justru mengganggu proses pelaksanaan apel pagi
disetiap harinya. Hukuman bagi siswa yang terlambat biasanya di
perintahkan untuk membersihkan halaman sekolah dan di awasi
oleh guru piket setiap harinya
Ada berbagai macam karakter dan sikap siswa yang dapat di
jumpai disekolah ini, mulai dari siswa yang disiplin, rajin, ulet,
acuh-tak acuh, malas, dan lain-lain. Hal ini merupakan sebuah
tantangan besar bagi seorang guru BK untuk dapat mendisiplinkan
karakter-karakter siswa yang kurang baik menjadi lebih baik lagi,
tetapi tidak diberikannya jam pelajaran pada jadwal pelajaran
sekolah (roster) menyebabkan kurang berjalannya program BK
yang telah disusun sedemikian rupa oleh guru BK. Guru BK hanya
mengisi jam-jam kosong dikelas saja, sehingga hal ini kurang
efektif untuk kelancaran program BK di SMP Negeri 3 Batauga.
Ada beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang berjalan aktif di
SMP Negeri 3 Batauga dan dari berbagai macam bidang di
antaranya Pramuka, bidang kesenian seperti Tari, di bidang
Olahraga seperti Bola Voly, Bulu Tangkis (Badminton), Kempo
dan berbagai macam bidang Atletik. Kegiatan Ekstrakulikuler di
laksanakan pada sore hari dan di latih oleh guru-guru di SMP
Negeri 3 Batauga dan juga ada beberapa di latih oleh pelatih
profesional seperti Marcing Band, Kempo dan lain-lain. Karena
dampak pandemik ada beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang
harus di berhentikan sementara dan harus di ubah/dikurangi jadwal
latihannya, seperti Marcing Band, Olahraga atletik, dan lain lain
Usia SMP merupakan usia yang masih labil. Remaja pada usia
ini dikenal sebagai usia remaja yang penuh permasalahan. Di
katakan usia yang bermasalah karena pada usia ini, remaja
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
4
Tentu ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam beradaptasi
kembali dengan lingkungan barunya. Oleh karena itu muncullah
permasalahan-permasalahan baru yang harus di hadapi oleh setiap
siswa. Sebetulnya permasalahan yang di hadapi oleh siswa ini
bukanlah permasalahan yang sulit untuk di selesaikan, akan tetapi
remaja pada usia ini, belum bisa mandiri untuk menyelesaikan
permasalahan nya. Mereka butuh orang lain untuk memfasilitasi
mendampingi dan mengarahkan mereka agar dapat menemukan
solusi dari permasalahan yang di hadapinya. Disinilah peran
konselor sekolah sebagai guru bimbingan dan konseling di
laksanakan.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya,
untuk mendapatkan informasi-informasi yang di butuhkan.
Kegiatan ini meliputi pengamatan langsung, wawancara
dengan guru pembimbing dan peserta didik di SMP Negeri 3
Batauga. Hal ini mencakup antara lain:
a. Kondisi fisik sekolah dan administrasi
b. Fasilitas KBM, media, perpustakaan dan laboratorium
c. Ekstrakulikuler dan organisasi siswa
d. Proses layanan dalam Bimbingan dan Konseling
e. Proses pembelajaran
f. Perilaku setiap peserta didik
g. Koperasi, kantin, tempat ibadah, kesehatan lingkungan dan
UKS.
5
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara, yang
dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan dari
pewawancara kepada narasumber. Seiring dengan perkembangan
teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui
media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype.
Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui
dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber
di lapangan. Pada kondisi ini peneliti biasanya sudah membuat
daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa
menggunakan berbagai intrumen penelitian seperti alat bantu
recorder, kamera untuk foto, serta instrument-instrumen lain.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas.
Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi
pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-
poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.
3. Metode dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk
menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti
yang akurat dan pencatatan informasi khusus berupa data
administrasi audio, dokumen, foto dan lain-lain.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan social, kehidupan
belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Terdapat berbagai macam layanan bimbingan dan konseling yang
dapat diberikan kepada individu di sekolah yang menunjang serta
membantu mengoptimalkan pribadi siswa.
Pada program Magang III yang dilaksanakan di SMP Negeri 3
Batauga terkhusus mahasiswa Bimbingan dan Konseling
memfokuskan diri pada proses identifikasi masalah belajar siswa
yang berlangsung disetiap sesi proses pembelajaran itu berlangsung.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
mengunakan metode observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
mahasiswa Bimbingan dan Konseling kepada guru mata pelajaran
dan peserta didik. Hasil dari proses observasi dan wawancara
tersebut peneliti/mahasiswa menemukan permasalahan pada aspek
keterampilan belajar, saran belajar, dan keadaan diri siswa banyak
memiliki masalah belajar yang cukup besar hal ini tentunya sangat
berpengaruh bagi siswa sehingga menyebabkan motivasi belajar
siswa di SMP Negeri 3 Batauga menurun.
Motivasi belajar menurut Djamarah (2008: 149), motivasi yang
berasal dari dalam diri pribadi seseorang “motivasi intrinsik”, yaitu
motif-motif menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar.
7
Motivasi belajar merupakan serangkaian dorongan yang timbul
dari dalam diri siswa (intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrinsik)
untuk melakukan sesuatu dalam proses belajarnya.
Tak dapat dipungkiri bahwa motivasi belajar merupakan salah
satu aspek yang berperan signifikan dalam proses tercapainya tujuan
pembelajaran dan motivasi belajar juga akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aspek kognitif, efektif dan psikomotor peserta
didik.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang
rendah atau menurun. Ini dapat dikenali melalui proses belajar
mengajar dikelas antara lain sebagai berikut :
1. Tidak tertarik pada guru, artinya siswa tersebut bersikap acuh;
2. Tidak tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan;
3. Mempunyai antusias belajar yang kurang;
4. Selalu menghindar dengan kelompok belajarnya;
5. Tidak berkeinginan identitasnya diakui orang lain;
6. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu tidak dapat terkontrol;
7. Merasa malas dalam mengingat pelajaran yang diberikan.
B. Diagnosis
Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang sangat
penting bagi siswa, karena motivasi tersebut akan menggugah siswa
untuk tetap bersemangat dalam belajar. Sebaliknya, tanpa motivasi
tersebut siswa akan merasa sulit untuk memahami materi yang telah
dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi
kualitas dirinya juga masa depannya.
8
penjelasan guru, siswa lebih asyik dengan gawai ketimbang
membaca buku, dan lain-lain.
9
4. Kurangnya perhatian orang tua
Orangtua menempati peran yang sangat penting sebagai
motivator bagi pendidikan anak, karena secara tidak sadar apapun
yang berasal dari orangtua baik sifat maupun sikap akan menjadi
panutan anak begitu pula dalam masalah pendidikan anak. Saat
ini, banyak orangtua yang kerap menyalahkan kenakalan anaknya
kepada pihak sekolah. Padahal letak kesalahannya adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Kebanyakan orangtua tidak menyadari hal tersebut dikarenakan
mereka sibuk bekerja dan beranggapan bahwa semua proses
pembelajaran ditanggung oleh pihak sekolah.
5. Pergaulan yang bebas
Mereka melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan oleh
pelajar, seperti pelecehan anak di bawah umur, mencuri, berjudi,
merokok dan sebagainya. Mereka beranggapan bahwa begitulah
seharusnya menikmati masa remaja. Waktu yang seharusnya
digunakan untuk belajar pun terbuang sia-sia, sehingga siswa
tidak sadar keinginan untuk belajar semakin menurun.
Walaupun tidak semua siswa yang bergaul dengan lingkungan
yang kurang baik akan terbentuk menjadi anak yang tidak baik,
tetapi mayoritas siswa yang sudah terjerumus dalam lingkungan
yang bebas, maka perilaku dan pemikirannya bisa saja
terpengaruhi oleh lingkungan luar yang saat ini semakin
mengkhawatirkan. Sebagai guru dan orangtua, sebaiknya mereka
memberi pemahaman yang lebih terkait dengan lingkungan yang
hendak mereka masuki. Pengawasan yang baik dari kedua
orangtua tentunya sangat penting agar anak merasa dirinya
diperhatikan.
6. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang tidak bisa dipungkiri memang
membawa kemudahan pada setiap aktivitas manusia. Meski
10
demikian, kemajuan teknologi juga membawa dampak buruk
terutama dalam hal pendidikan. Budaya-budaya luar yang terselip
dalam fasilitas internet, program-program kurang mendidik, dan
masih banyak hal lainnya dapat menghipnotis siswa untuk asyik
bermain daripada belajar. Semua itu memperbanyak aktivitas
siswa sehari-hari sampai melupakan belajar dan secara perlahan
kemajuan hebat peradaban manusia melemahkan motivasi belajar
dalam diri siswa. Kita bisa berasumsi bahwa siswa mampu
bertahan lebih dari lima jam bermain games daripada satu jam
belajar di sekolah. Jika siswa tersebut terus terbuai dan tidak bisa
membatasi diri dari fasilitas teknologi yang kian menarik, maka
permasalahan yang timbul tidak hanya melemahnya keinginan
untuk belajar saja, tetapi siswa tersebut akan kecanduan yang
dapat membahayakan pemikiran juga kesehatannya.
C. Pelaksanaan Treatment
Setiap sekolah pasti mempunyai siswa yang bermasalah. Mulai
dari siswa yang melanggar peraturan kategori ringan hingga berat.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi
siswa yang memiliki masalah dibidang belajarnya salah satunya
adalah pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling yang dimana
guru BK lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan
interpersonal yang saling percaya antara guru BK dan siswa yang
bermasalah, sehingga selangkah demi selangkah siswa tersebut dapat
memahami dan menerima diri dan lingkungannya serta dapat
mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik
terhadap masalah yang dihadapinya. Jika tanpa intervensi bimbingan
dan konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan
meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru
yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi, dengan
adanya intervensi guru bimbingan dan konseling didalamnya
11
diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan
pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya.
Setelah melakukan kegiatan observasi dan wawancara
peneliti/mahasiswa menemukan masalah yang dialami oleh siswa
yakni motivasi belajar yang menurun, hal ini dialami oleh beberapa
siswa dari kelas VII B di SMP Negeri 3 Batauga. Oleh karena itu,
mahasiswa sekaligus guru BK disekolah tersebut mencari cara untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa-siswi di
kelas VII B tersebut, yakni dengan cara melakukan Layanan Klasikal
terhadap kelas tersebut dengan tujuan agar motivasi belajar siswa di
kelas VII B tersebut bisa meningkat.
Menurut Samisih (2003:8) Bimbingan klasikal merupakan
layanan bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa dalam
jumlah yang begitu besar antara 30-40 orang siswa (sekelas).
Sedangkan menurut Supriono (2010:5) Bimbingan klasikal
merupakan layanan bimbingan yang sasarannya pada seluru siswa
dalam kelas atau gabungan beberapa kelas.
Menurut Santoso (2011:139) Bimbingan kelas (klasikal)
adalah program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan
kontak langsung dengan para peserta didik dikelas. Secara terjadwal
konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik.
Kegiatan bibingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain
stroming (curah pendapat).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan yang diberikan
kepada siswa dalam jumlah satuan kelas atau suatu layanan
bimbingan yang diberikan oleh guru bimbingan dan
konseling/konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan
kelas yang dilaksanakan dalam ruang kelas.
Layanan Bimbingan klasikal mempunyai beberapa fungsi
antara lain sebagai berikut:
12
1. Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru
bimbingan dan konseling atau konselor dengan para peserta didik
atau konseli
2. Menjadi sebuah wadah atau media terjadinya komunikasi
langsung antara guru BK dengan peserta didik, khusus bagi
peserta didk dapat menyampaikan permasalahan kelas atau
pribadi atau curhat dikelas
3. Dapat terjadinya kesempatan bagi guru BK melakukan tatap
muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta didik
dan suasana belajar di kelas
4. Sebagai upaya pemahaman peserta didik dan upaya pencegahan,
penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan
pikiran, perasaan dan kehendak serta perilaku peserta didik
13
layanan bimbingan konseling yang memandirikan peserta didik
atau konseli.
14
7. Evaluasi pemberian layan bimbingan klasikal perlu dilakukan
untuk mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang
diberikan atau perkembangan sikap dan perilaku atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan. Secara umum aspek
yang dievaluasi meliputi : kesesuaian program dalam
pelaksanaan, keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang
dijumpai, dampak terhadap kegiatan belajar mengajar, dan respon
peserta didik personal sekolah dan orang tua serta perubahan
perkembangan peserta didik (tugas-tugas perkembangannya) atau
perkembangan belajar, pribadi, sosial dan karirnya.
15
fokus terhadap apa yang sedang diberikan. Siswa menyimak dan
mengikuti dinamika dikelas dengan tertib dan antusias. Proses
pelaksanaan layanan berlangsung cukup interaktif antara mahasiswa
dan siswa/i, beberapa pertanyaan sesekali dilontarkan oleh
mahasiswa kepada siswa/i dan beberapa siswa/i yang antusias
menjawabnya. konselor juga memberikan ice breaking berupa games
hitungan yang membuat siswa terlihat cukup riang, bersemangat dan
diselingi oleh canda tawa ketika games hitungannya ketika salah
disebutkan.
Hasil pelaksanaan sebagian besar siswa sangat antusias dan
bersemangat utamanya ketua kelas yang begitu interaktif ketika
pertanyaan dilemparkan oleh konselor. Dalam Proses layanan dan
ada sekitar 7 orang siswa yang merasa perlu untuk pendalaman
materi lebih lanjut dan ada beberapa orang siswa yang terlihat seperti
Autis dalam pelaksanaan layanan bimbingan klasikal. Banyak siswa
yang bertanya dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan sesama
siswa/i, diakhir siswa bersama mahasiswa menyimpulkan secara
bersama tentang apa yang telah dipelajari.
Teknik dalam menstimulasi konseling kelompok dapat dipilih
tergantung perkembangan yang terjadi dalam kelompok. Hal ini
bertujuan menstimulasi interaksi dalam kelompok agar semua
anggota mendapat kesempatan mengungkapkan dirinya, mendorong
anggota agar berani atau lebih spontan menyatakan pendapatnya.
Kelompok seperti juga individu memiliki kebutuhan yang berbeda.
Jadi, penting bagi konselor atau guru BK untuk mengenal karakter
anggota kelompok yang mengikuti proses konseling.
Adapun beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan
dalam menstimulasi layanan bimbingan klasikal yaitu :
1. Ability Potential
Dalam suatu ability potential response, konselor
menampilkan dan menunjukkan potensi konseli pada saat itu
16
untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu ability
potential response merupakan suatu respon yang penuh support
dari konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui
potensi atau kapabilitas konseli untuk melakukan sesuatu.
Tujuannya yaitu untuk mendorong konseli yang ingin
melakukan sesuatu namun kurang mempunyai inisiatif, dorongan
atau kepercayaan diri untuk memulainya dan dapat
mengembangkan kesadaran konseli akan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki atau kualitas positif yang dimiliki.
2. Teknik Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana
konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok.
Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau dua sesi konseling
kelompok untuk menanyakan informasi yang penting.
Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal
yang belum dipahami oleh kelompok. Caranya :
a. Bagi kelompok besar menjadi kelompok kecil
Hal ini dilakukan agar anggota kelompok menjadi lebih
produktif dalam tujuan mencapai suatu pemecahan masalah.
Sebab pada kelompok besar, anggota yang paling aktif akan
terpisah dengan anggota kelompok lain. Hal ini menjadi
hambatan partisipasi bagi yang lain, akibatnya ada beberapa
anggota kelompok yang kehilangan minta untuk berkontribusi
dalam diskusi. Dengan kelompok kecil, maka konselor lebih
bisa mengontrol arah diskusi dan mendorong semua anggota
kelompok terlibat.
b. Bentuk kelompok homogen
Pisahkan anggota kelompok sehingga pada kelompok
kecil tersebut terbentuk kelompok yang homogen, misal dari
jenis permasalahan, usia, jenis kelamin, bahkan tingkat
kemampuan anggota kelompok. Dengan berada pada situasi
17
dan suhu lingkungan yang sama, maka para anggota kelompok
lebih terdorong untuk berani mengungkapkan
permasalahannya, dan lebih mampu merasakan masalah
terhadap teman satu kelompoknya, sehingga bisa berperan
aktif dalam diskusi pemecahan masalah.
c. Fokuskan masalah
Konselor berperan dengan menentukan pokok
permasalahan yang akan dibahas, tentunya diawali dengan
musyawarah dan persetujuan anggota kelompok. Pembahasan
pada satu topik memudahkan konselor mengarahkan seluruh
anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam dinamika
interaksi sosial kelompok. Topik yang dipilih untuk dibahas,
seyogyanya topik yang hangat, merangsang dan menantang
bagi anggota kelompok, disesuaikan dengan tingkat
kemampuan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka
merasa terpanggil untuk ikut membicarakannya.
3. Teknik Ceramah-Tugas-Diskusi
Teknik ceramah tugas diskusi merupakan teknik yang pada
umumnya hampir sama dengan cara guru mata pelajaran
mengajar dikelas pada umumnya. Teknik ini merupakan teknik
dimana guru Bimbingan konseling/konselor menjelaskan secara
umum apa saja tema layanan yang akan dia berikan dan setelah
itu memberikan tugas berupa pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan materi layanan yang dia berikan setelah itu mereka
mendiskusikannya secara bersama-sama guna mencari jalan
keluar atau solusi dari keresahan mereka.
18
D. Evaluasi
19
secara kelompok guna meningkatkan kesadaran mereka akan
pentingnya menjaga motivasi belajar.
20
selama kurang lebih 24 hari yakni dimulai Tanggal 18 Maret 2021
sampai dengan Tanggal 10 April 2021, penulis merasakan banyak
hal yang perlu menjadi pembelajaran bagi diri sendiri, utamanya
terkait penguasaan materi yang terkadang membuat penulis lupa dan
harus kembali melihat materi pada buku, serta terkait need assesment
sekolah dimana penulis tidak memiliki instrument Alat Ungkap
Masalah / Daftar Cek Masalah yang membuat penulis cukup
kesulitan dalam memetakan persoalan dan permasalahan yang
dimiliki oleh siswa. Penulis mengharapkan kedepannya agar
Pengembangan instrument menjadi pembelajaran yang tidak kalah
pentingnya dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
penulis mengamati dan menilai bahwa dalam proses pelaksanaan
Bimbingan dan konseling di sekolah masih sangat jauh dari apa yang
diharapkan. Dalam hal ini terkadang dalam sistem pendidikan
sekolah masih menganggap pelaksanaan bimbingan dan konseling
masih sebatas pertemuan tatap muka antara guru BK dan siswa yang
bermasalah saja serta kurangnya pelaksanaan need asessment dalam
setiap tahun ajaran baru dan bahkan disekolahpun tidak memiliki
data need asessment siswa.
21
Penulis memiliki beberapa asumsi potensi permasalahan yang
mungkin dapat diangkat dalam skripsi antara lain pengaruh layanan
konseling individual melalui teknik self manajemen terhadap rasa
percaya diri siswa dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa
kelas VII A dan kelas VII B SMP Negeri 3 Batauga, Efektivitas
layanan bimbingan kelompok melalui metode karyawisata dalam
meningkatkan pemahaman perencanaan karir pada siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Batauga.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Setelah penulis (mahasiswa) melakukan kegiatan magang di
sekolah mitra, maka penulis memberikan sedikit saran kepada beberapa
pihak diantarannya:
1. Perlu ditingkatkan lagi tata tertib untuk siswa, terutama tata tertib
kedisplinan, dan kehadiran siswa agar tidak ada lagi keterlambatan
oleh siswa-siswa.
2. Saran saya untuk para guru di sekolah yaitu diharapkan guru-guru
SMP Negeri 3 Batauga utuk lebih antusias lagi terhadap mahasiswa
magang agar bisa terjalin komunikasi yang lebih baik lagi.
23
LAMPIRAN
24
H. Karakter yang di kembangkan
I. Materi Sulit belajar?
Gejala kesulitan belajar
Faktor – faktor yang
menyebabkan kesulitan
belajar
Langkah mengatasi kesulitan
belajar
J. Langkah-langkah pelayanan
1. Awal Memberikan Salam
Memperkenalkan Diri
Memotivasi siswa
Menjelaskan Tujuan
Layanan
25
M. Penyelenggaraan Konselor
N. Pihak yang di sertakan
O. Media dan Bahan yang digunakan Laptop, LCD
P. Penilaian
Penilaian Hasil
Penilaian segera (Laiseg) Siswa mengetahui tentang
kesulitan belajar.
Laijapen Siswa dapat mengetahui
kesulitan belajar dalam
Laijapang dirinya.
Siswa mampu mengatadi
kesulitan belajar yang
dialaminya.
Q. Keterkaitan layanan dengan Bimbingan Kelompok
kegiatan pendukung
26
MATERI LAYANAN
KESULITAN BELAJAR
27
1. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pandangan dan gangguan
psikomotorik
2. Cacat tubuh serius (tetap) buta, tuli, bisu, hilang ingatan dan
kakinya.
b. Faktor Minat.
28
Faktor minat dalam belajar sangat penting. Hasil belajar akan lebih
optimal bila disertai dengan minat. Dengan adanya minat mendorong
kearah keberhasialan, anak yang berminat terhadap suatu pelajaran akan
lebih mudah untuk mempelajarinya dan sebaliknya anak yang kurang
berminat akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Dari pendapat
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa minat sangat diperlukan
dalam belajar, karena minat itu sendiri sebagai pendorong dalam belajar
dan sebaliknya anak yang kurang bermitat terhadap belajarnya akan
cenderung mengalami kesulitan dalam belajarnya.
c. Faktor Bakat.
Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini kurang
mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menjelaskan bahwa: bakat setiap orang berbeda-beda, orang tua kadang-
kadang tidak memperhatikan faktor bakat ini(Singgih Gunarsa,
Psikologi Keluarga (Jakarta : PT. Bina Rena Pertama, 1992), 13.). Anak
sering diarahkan sesuai dengan kemauan orang tuanya, akibatnya bagi
anak merupakan sesuatu beban, tekanan dan nilai-nilai yang ditetapkan
oleh anak buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk belajar.Dari
pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa adanya pemaksaan dari orang
tua didalam mengarahkan anak yang tidak sesuai dengan bakatnya dapat
membebani anak, memunculkan nilai-nilai yang kurang baik, bahkan
dirasakan menjadi tekanan bagi anak yang akhirnya akan berakibat
kurang baik terhadap belajar anak di sekolah.
d. Faktor Kepribadian.
Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika tidak
memperhatikan fase-fase perkembangan (kepribadian) seseorang. Hal
ini sebagaimana pendapatmenjelaskan bahwa: fase perkembangan
kepribadian seseorang tidak selalu sama (Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), 13). Fase pembentuk
29
kepribadian ada beberapa fase yang harus dilalui. Seorang anak yang
belum mencapai suatu fase tertentu akan mengalami kesulitan dalam
berbagai hal termasuk dalam hal belajar.Dari pendapat tersebut,
menunjukkan bahwa tidak semua fase-fase perkembangan
(keperibadian) ini akan berjalan dengan begitu saja tanpa menimbulkan
masalah, malah ada fase tertentu yang menimbulkan berbagai persoalan
termasuk dalam hal kesulitan dalam belajar.
30
mempercayai, tidak adil dan tidak mau menerima anaknya secara wajar,
broken home, perceraian, percekcokan dan orang tua yang tidak tau
kemampuan anaknya.
31
C. MENGATASI KESULITAN BELAJAR
32
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
33
3. Foto bersama dengan Dosen pembimbing
34
5. Foto bersama dengan guru pamong SMPN 3 Batauga
35