Anda di halaman 1dari 12

BIDANG ILMU PERIODONSIA

LAPORAN KASUS
GINGIVEKTOMI

Disusun Oleh:
Suci Nourmaliza
G4B017044

Supervisor Klinik:
Drg. Inneke Cahyani, M.D.Sc, Sp. Perio

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO

2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembesaran Gingiva
Gingiva merupakan salah satu jaringan periodontal yang terlihat dari luar.
Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur berstipling, berbentuk
tajam seperti kerah baju, dan konsistensi kenyal. Salah satu penyakit periodontal
yang sering dijumpai adalah pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva ditandai
dengan bertambahnya ukuran gingiva dan dapat menimbulkan efek negatif berupa
gangguan fungsi. Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi
pertumbuhan yang berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga
disebut hiperplasi gingiva. Gambaran klinis inflamasi kronis pembesaran gingiva
adalah pada tahap awal merupakan tonjolan sekitar gigi pada papila dan marginal
gingival. Tonjolan tersebut dapat bertambah ukurannya sampai menutup mahkota.
Dapat secara lokal ataupun general dan progresnya lambat. Tekstur gingiva
menjadi halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak, edema, fibrotik,
biasanya disertai tendensi perdarahan, terbentuknya poket, dan juga tampak
adanya eksudat inflamasi. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi biasanya
terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak tampak. Pembesaran
gingiva dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi
fungsi bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu
estetik (Newman, 2012 ; Goldman dan Cohen, 1980).
Pembesaran gingiva menurut Goldhman dan Cohen (1980) dapat
diklasifikasikan berdasarkan faktor etiologinya, yaitu sebagai berikut.
1. Inflamatory enlargement kronis dan akut
2. Obat-obatan penyebab pembesaran gingiva, misalnya phenythoin,
cyclosporine, calcium chanel blokers
3. Pembesaran pada kondisi tertentu misalnya penyakit sistemik
kehamilan atau pubertas
4. Defisiensi vitamin C
5. Non spesifik (piogenik granuloma)
6. penyakit sistemik misalnya leukimia dan penyakit granulomatous
(wegner’s granuloma, sarcoidosis)
7. Neoplasma enlargement (tumor gingiva) berupa tumor benigna atau
tumor maligna
8. False enlargement
Pembesaran gingiva merupakan suatu manifestasi umum penyakit
periodontal. Penyakit yang menyebabkan kondisi pembesaran gingiva dapat
bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Pada dasarnya,
perdarahan pada pemeriksaan mengindikasikan adanya lesi inflamatori pada epitel
dan jaringan ikat yang memperlihatkan perbedaan histologi yang spesifik
dibandingkan dengan gingiva sehat. Faktor-faktor yang menyebabkan pembesaran
gingiva diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor lokal (ekstrinsik) antara lain
faktor iritasi dan faktor fungsional (maloklusi, malposisi gigi, mouth breathing)
dan faktor sistemik (intrinsik) antara lain endokrin obat-obatan, psikologis,
penyakit metabolik (Newman, 2012). Faktor lokal juga dapat diakibatkan oleh
alat orthodontik, alat ortodontik adalah alat yang digunakan untuk
mengaplikasikan daya pada gigi dan struktur pendukungnya sehingga dapat
mengubah hubungan antar gigi dan struktur tulang pendukungnya (Harty dan
Ogston, 1995). Alat ortodontk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat ortodontik
lepasan dan alat ortodontik cekat. Penggunaan alat ortodontik cekat dapat
menimbulkan beberapa masalah, khususnya masalah kesehatan rongga mulut.
Alat ini dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit dibersihkan daripada alat
lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu lebih sulit dipertahankan selama
perawatan dengan alat ini. Selain itu, alat ortodontik cekat juga bisa menghasilkan
gerakan gigi yang merugikan. Karena alat ini dicekatkan pada gigi-gigi, tekanan
yang terlalu besar tidak akan menyebabkan pesawat terungkit tetapi justru dapat
merusak struktur pendukung gigi (Foster, 1993).

Perawatan periodontal untuk menangani kasus tersebut diawali dengan initial


phase therapy yang meliputi dental health education (DHE), scaling subgingiva
dan suprangingiva (Newman dkk., 2011). Perawatan gingivitis hiperplasi dengan
scaling dilakukan apabila gingiva tampak lunak, terdapat perubahan warna, terjadi
edema dan infiltrasi seluler serta dengan syarvat ukuran pembesaran tidak
mengganggu pengambilan deposit pada permukaan gigi. Kondisi gingivitis
hiperplasi yang terdiri dari komponen fibrotik yang tidak mengecil setelah
dilakukan prosedur scaling atau ukuran pembesaran gingiva menutupi deposit
pada permukaan gigi dan mengganggu akses pengambilan deposit maka dilakukan
perawatan secara bedah gingivektomi (Newman dkk., 2011).

B. Gingivektomi
Gingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang bertujuan
menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang periodontal untuk
menciptakan suatu gingiva normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika (Newman,
2012). Sedangkan menurut Harty dan Ogston (1995), gingivektomi adalah eksisi
jaringan gingiva yang berlebih untuk menciptakan gingiva margin yang baru.
Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak berhasil dirawat dengan
perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus hiperplasi gingiva.
Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser, maupun kimia
namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel.
Menurut Suryono (2014), menyatakan bahwa indikasi gingivektomi adalah
adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, adanya
pembengkakan gingiva yang menetap, mengeliminasi abses periodontal
supraboni, mengubah bentuk tepi gingiva membulat menjadi bentuk fisiologis,
memperpanjang mahkota klinis. Kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk.
(2004) adalah kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari
pertautan mukogingiva, dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa
alveolar, frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah,
indikasi perawatan cacat infraboni, tidak menghasilkan estetik yang baik, gingiva
cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia sehingga jika gingivektomi dilakukan,
tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar.
Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan pocket
marker, jaringan gingiva kemudian dieksisi dengan sudut 45 derajat kemudian
gingiva dibentuk sesuai kontur gingiva normal. Gingivektomi selalu diikuti
dengan gingivoplasti untuk mendapatkan kontur dan bentuk ketajaman tepi
gingiva yang normal baik anatomis maupun fisiologis. Menurut Fedi, dkk (2004)
teknik gingivektomi adalah:
1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.
2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe
terkalibrasi. Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan
gingiva dengan pocket marker untuk membuat titik-titik perdarahan.
Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dan ditandai dengan
lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk outline insisi yang
harus dilakukan menandai dasar poket dengan pocket marker.
3. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan
berakhir pada ujung atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan
epitel. Apabila gingiva cukup tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk
menghilangkan bahu atau plato. Kadang-kadang, akses sangat terbatas
atau sulit dicapai sehingga bevel yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi
awal. Pada keadaan ini, bevel dapat diperbaiki nantinya, menggunakan
pisau bermata lebar untuk mengerok atau diamond bur.
4. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang
5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan
skeling dan root planning. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan
lunak poket periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai
dan memperluas lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap
lain. Pembersihan permukaan akar pada tahap ini menentukan
keberhasilan seluruh prosedur bedah.
6. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan diamond
bur atau pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.
7. Irigasi daerah bedah dengan larutan saline steril untuk membersihkan
pertikel-partikel yang tersisa.
8. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air
steril atau larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan
perdarahan.
9. Memasang periodontal dressing, mula-mula yang berukuran kecil,
bersudut di daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik.
Selanjutnya, pasang gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian
fasial, lingual, dan palatal serta hubungkan dengan dressing yang telah
terpasang dengan di daerah tanpa interproksimal. Seluruh daerah luka
ditutup dressing mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot.
Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang terlalu lebar
sehingga terasa mengganggu.
10. Mengganti dressing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu
sampai jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh
pasien.
11. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi, dan instruksikan pasien untuk
melakukan pengendalian plak dengan baik.
12. Setelah seluruh prosedur gingivektomi dilaksanakan, pasien perlu diberi
informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan pascaoperasi,
instruksi berikut ini dapat diberikan kepada pasien pascaoperasi, yaitu:
a. Menghindari makan atau minum selama satu jam
b. Dilarang minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Dilarang
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c. Dilarang makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan
mengunyah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d. Minum analgesik bila merasa sakit setelah efek anestesi hilang.
e. Menggunakan larutan kumur saline hangat setelah satu hari.
f. Apabila terjadi perdarahan, dressing ditekan selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan dan dilarang
berkumur.
g. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Pasien
1. Inisial Pasien :CYP
2. Umur : 24 tahun
3. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan utama : Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke
RSGMP Unsoed dengan keluhan gusi bengkak pada bagian depan
atas.
b. Riwayat perjalanan penyakit : Pasien merasa gusinya membesar
menutupi hampir setengah gigi dan menyentuh alat orthodontik
cekat
c. Riwayat kesehatan oral : Pasien dalam perawatan orthodontik.
d. Riwayat kesehatan umum : Pasien sehat, tidak dicurigai menderita
penyakit sistemik.

4. Pemeriksaan Obyektif
a. Tensi : 120/80
b. Nadi : 80/ menit
c. Respirasi : 20 kali / menit
d. Suhu : 36ºC

5. Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Kepala : Normal T.A.K
b. Leher : Normal T.A.K
c. TMJ : Normal T.A.K
d. Wajah : Simetris

6. Pemeriksaan Intra Oral


a. Mukosa j.Lidah : Normal T.A.K
b. Mukosa Pipi : Normal T.A.K
c. Mukosa Bibir : Normal T.A.K
d. Gigi Geligi : Normal T.A.K menggunakan alat orthodontik cekat
e. Mukosa Palatum : Normal T.A.K

7. Gingiva
a. Warna : Pink coral, Normal.
b. Tekstur : Lembut, Berstippling, Menutupi 2/3 gigi
c. Konsistensi : Kenyal
d. BOP : BOP (-)
e. Probing dan Sisa Mahkota klinis

Elemen 13 12 11 21 22
Gigi
Probing 222 333 322 222 333
Sisa 6.5 5.5 6.5 7.5 6.5
Mahkota
klinis
(mm)

Gambaran Intraoral Pasien

8. Diagnosa : Gingival Enlargement


9. Prognosis : Baik, karena usia pasien masih muda, kesehatan yang baik,
sikap pasien yang kooperatif dan komunikatif.

10. Rencana Perawatan :


Gingivektomi

11. Alat dan Bahan

a. Alat 13) Pinset anatomis


1) Spuit 14) Slabber
2) Pehacain 15) Masker
3) kaca mulut 16) Gelas kumur
4) pinset 17) Glass plat
5) sonde 18) Spatula & Low speed
6) excavator
7) saliva ejector b. Bahan
8) water syringe 1) Larutan anaestesi
9) pocket market 2) Kapas dan kasa steril
10) Probe 3) Povidone iodine
11) Scalpel 4) Larutan saline
12) Blade no. 12 5) Periodontal dressing

12. Prosedur Perawatan


a. Asepsis area dengan povidone iodine dan anestesi lokal dengan
infiltrasi area vestibulum dan papila interdental
b. Menandai kedalaman poket menggunakan pocket marker atau
dengan probe universal sehingga terbentuk outline insisi. Caranya
dengan menginsersikan ujung probe ke bawah poket dan tandai
kedalaman dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva hingga
muncul titik-titik perdarahan.
Gambar 3. Penandaan dengan pocket marking

c. Insisi jaringan dengan external bevel menggunakan pisau no.


15/12. Insisi awal sedikit lebih ke apikal dari titik titik tersebut dan
mengarah korona ke titik antara dasar poket dan alveolar crest.
Insisi harus dibevel 45o terhadap permukaan gigi kemudian
dibentuk ke pola normal festooned gingiva. Macam insisi yang
dilakukan dapat berupa continuous dan discontinuous.
1) Discontinuous incision merupakan insisi yang terputus-putus
dilakukan dari permukaan fasial dari sudut distal gigi terakhir
ke bagian distal gigi selanjutnya. Insisi selanjutnya diawali dari
ruang interdental ke distofasial gigi sebelahnya.
2) Continuous merupakan insisi yang tidak terputus-putus sampai
daerah yang dilakukan gingivektomi selesai. Insisi diawali dari
permukaan fasial dari area distoangular dan dibawa melewati
anterior mengikuti poket tanpa interupsi atau berhenti.

Gambar 4. Insisi dengan external bevel; a. Discontinuous; b. Continuous

d. Selanjutnya eksisi daerah interproksimal


e. Buang dinding poket yang telah dieksisi
f. Bersihkan sisa jaringan granulasi dan deposit yang tertinggal
dengan kuret dan scaler. Pada tahap ini, pembuangan dinding
jaringan lunak poket periodontal membuat permukaan akar lebih
mudah dicapai dan memperluas lapang pandang operator
g. Melakukan gingivoplasti yaitu merapikan sobekan dengan gunting
atau nipper untuk memperoleh kontur, bentuk, dan ketajaman
gingiva yang normal
h. Irigasi dengan saline dan tekan daerah luka dengan kasa yang
dibasahi saline steril selama 2-3 menit untuk menghentikan
perdarahan
i. Tutup area insisi dengan periodontal dressing
Gunakan bahan dressing free eugenol agar tidak merangsang
reaksi alergi seperti Coe-pack, Peripak, dan Septopak. Tujuan
dari dressing antara lain meningkatkan kenyamanan pasca-
operasi, menghalangi pembentukan jaringan granulasi yang
berlebihan dan melindungi luka dari trauma mekanis dan kimia.
Penempatan dressing harus menutupi daerah luka,
menempati sepanjang leher gigi dan tidak menutupi oklusal serta
membentuk kerucut pada daerah interdental. Dressing juga tidak
boleh menutup perlekatan otot atau mukosa orovestibular.

Gambar 5. Pemasangan periodontal dressing

j. Instruksi dan Medikasi Pasca-gingivektomi


1. Hindari makan dan minum, bekumur-kumur, dan aktifitas yang
dapat merangsang terjadinya perdarahan selama satu jam
2. Jangan minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam.
3. Jangan makan makanan yang keras, kasar, lengket. Mengunyah
makanan menggunakan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minum analgesik bila merasa sakit setelah efek anastesi hilang.
Tetapi jangan menggunakan aspirin, karena aspirin
kontraindikasi selama 24 jam.
k. Kontrol 3-5 hari pasca pembedahan untuk membuka periodontal
dressing.

DAFTAR PUSTAKA

Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta

Foster, T.D., 1993, Buku Ajar Ortodonsi, EGC, Jakarta

Goldman H.M., Cohen D.W., 1980, Periodontal Therapy, The CV.Mosby


Company, Phildelphia.

Harty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, Hipocrates, Jakarta.

Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 2012, Carranza’s Clinical


Periodontology, Saunders Comp., Phildelphia.

Suryono, 2014, Bedah Dasar Periodonsia, Deepublish, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai