Anda di halaman 1dari 5

To Loviety Ananda Junianty Amir

“You’ll Probably Never See me again, If i”

Halo Titi ,
apa kabar setelah 2 hari ini? Terima kasih sudah mau menunggu dan Saya berharap Titi sehat
selalu serta selalu diberikan kebahagiaan dan tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa
tanpa terbebani oleh fikiran tentang hal yang saya lakukan sebelumnya. Sebelum melanjutkan
essay ini izinkan saya melantunkan permohonan maaf jauh dari lubuk hati saya yang paling
dalam kalau saya menuliskan isi hati dan kepala saya yang saya rasakan hingga saat ini pada
essay ini dan saya juga meminta izin untuk menggunakan judul buku yang menurut Titi cocok
yang sebelumnya Titi pernah sebut di percakapan jauh hari dan saya gunakan pada essay ini
hehe. dari lubuk hati saya paling dalam saya merasa tenang, sedih, senang dan marah selama
menuliskan beberapa hal pada essay ini dan harapan saya essay ini bisa menjadi pertimbangan-
pertimbangan agar situasi dan kondisi bisa menjadi lebih baik lagi, I hope u enjoy reading this
essay :) tapi ini bukan sebuah essay yang sempat trending di twitter pada desember 2021 lalu
yang titi ceritakan kesaya sebelumnya (if u wanna date me write me an essay explaining why
you deserve me) namun dari trending ini saya sangat tertarik juga untuk menulis hal demikian
tapi dengan isi yang berbeda :D baca dengan fokus dan sampai akhir ya hehe.

Dalam 2 hari ini waktu yang sangat bermanfaat untuk saya agar bisa intropeksi diri secara
mendalam tentang diri saya yang kadang masih abstrak menurut penilaian Titi, dan sesuatu hal
yang relate dengan diri saya tentang “apakah keberadaan saya pantas dengan semesta hingga
sampai saat ini? Akankah saya lari dari dunia suatu hari nanti?”. Di hari pertama pada tanggal 9
Mei 2022 saya mulai mencoba mengingat dan membaca Kembali semua hal yang pernah saya
ucapkan ternyata saya sadar bahwa ucapan dan Tindakan saya tidak selaras, kemudian saya
mulai paham dengan maksud dari pembicaraan Titi dan saya mulai mengerti apa sebenarnya
yang jadi penilaian Titi terhadap saya dan secara tidak langsung saya sama saja seperti
pembohong karena berjanji dan tidak menepati. Sampai saat ini saya mulai menyadari banyak
hal yang belum saya lakukan dan ceritakan ke Titi entah mungkin karena waktu yang tidak tepat
atau ada hal yang mendesak yang perlu dilakukan terlebih dahulu sehingga luput untuk
melakukan hal tersebut sehingga menurut Titi effort saya tidak ada apa-apanya dibandingkan
yang lain yang mungkin lebih tinggi effortnya daripada saya, saya juga mengerti seharusnya
sekarang waktu yang tepat untuk membangun effort lebih tapi semua Kembali lagi apakah saya
akan diberikan kesempatan atau tidak. Seperti yang selalu saya katakan ke Titi bahwa "saya
percaya sama Titi" saya percaya kalau Titi berfikir dan mempertimbangkan semua hal yang
menjadi pembicaraan kemarin bisa berpengaruh terhadap semua hal yang akan dilakukan
kedepannya, saya percaya dengan Titi kalau semuanya sudah dipertimbangkan dengan tidak
meninggikan ego, saya percaya dengan Titi semua yang sudah dibicarakan sebelumnya menjadi
bahan pertimbangan, saya percaya dengan Titi kalau Titi tetap Objektif dalam melakukan
penilaian terhadap seseorang dan saya percaya dengan Titi kalau Titi adalah orang yang dengan
mudah memaafkan dengan segala pertimbangan-pertimbangan. Dan perlu saya jelaskan juga
semua hal yang telah saya lakukan sebelumnya yang membuat Titi kecewa dengan saya, saya
sangat mengakui bahwa perbuatan saya sebelumnya memang sangat salah dan tindakan
tersebut memang agak susah untuk di maafkan tetapi ada hal yang buat saya dengan secara
sengaja melakukan perbuatan saya sebelumnya, saya kurang teliti dalam mempertimbangkan
setelah saya mengajak Titi untuk ketemu ada hal yang diluar dugaan saya dan saya tidak bisa
menolak kalau keluarga saya yang meminta sesuatu, seperti yang selalu dikatakan “family first”
tapi keluarga bukan jadi benteng saya untuk permasalahan ini, titi juga bisa nilai bahwa ini
bukan sebuah pertimbangan untuk Titi tapi saya hanya mengatakan yang sejujurnya tentang hal
ini, dan jadinya saya seperti menyepelekan janji dengan Titi dan ditambah alasan saya pada saat
itu lupa yang mungkin menurut titi make sense tapi memang yang Titi bilang betul, seolah olah
saya hanya memikirkan diri saya sendiri tanpa fikir perasaan Titi :( sebetulnya saya malu
sekarang untuk ketemu dan bicara dengan Titi tapi semua tergantung setelah Titi baca essay ini,
dan menurut saya hal itu sangat fatal terhadap penilaiannya Titi terhadap saya karena saya
tidak bisa menepati janji, semua yang sudah saya jelaskan akan jadi penyesalan terbesar saya
untuk kedepannya dan mungkin akan tersimpan baik dalam ingatan saya, saya juga berharap
bisa berdamai dengan diri saya sendiri. Dengan sehubungan hal ini saya berharap diantara saya
dan Titi tidak ada silent treatment yang terjadi, semua hal yang bisa dibicarakan sebaiknya
dibicarakan langsung dengan suasana hati yang baik dan menurunkan ego. sempat terfikirkan
juga kalau ternyata selama ini saya yang terlalu egois dan bahkan seringkali Titi
memperingatkan kalau mau menyerah lebih bagus menyerah saja dari sekarang dan hal itu
yang jadi kefikiran apakah saya harus lari dari dunia ini? Ternyata setelah saya fikir dengan
tenang saya akhirnya menemukan kesimpulan, sepertinya berjuang butuh keselarasan
perbuatan dan perkataan, hati dan fikiran, serta jiwa dan raga. Dan akhirnya saya memutuskan
untuk tetap berjuang walaupun Titi sudah tidak punya lagi harapan disaya. Mungkin saya juga
terlalu cepat mengungkapkan perasaan saya ke Titi sehingga Titi berekspektasi lebih terhadap
ucapan dan perbuatan saya dan Ketika ekspektasi tidak tercapai maka timbullah hal-hal
penilaian terhadap saya, akhirnya saya berfikir untuk mencari solusi yang terbaik yang tidak
menitikberatkan di antara saya dan Titi.

Pada tanggal 10 Mei 2022, tepat jam 06.21 saya mendengar lagu.

There I was, an empty piece of a shell


Just minding my own world
Without even knowing what love and life were all about
Then you came
You brought me out of the shell
You gave the world to me
And before I knew
There I was, so in love with you
You gave me a reason for my being
And I love what I'm feeling
You gave me a meaning to my life
Yes, I've gone beyond existing
And it all began when I met you
Beberapa baris lirik lagu dengan judul when I met you di atas berasal dari grup musik yang
Bernama APO Hiking Society berasal dari negara filipina popular di negaranya sendiri pada
tahun 70-80an, entah setiap saya mendengar lagu ini rasa-rasanya saya tidak bisa berhenti
memperjuangkan satu orang yang muncul di hadapan saya dan menjadi salah satu orang spesial
di hidup saya, lagi-lagi ini bukan sebuah pertimbangan dan hanya intermezzo untuk essay ini
biar Titi tidak merasa bosan membaca essay ini hehe. Lanjut, pada Jam 8 pagi saya menemukan
sebuah solusi, solusi tersebut saya harus mencoba go out dari kehidupan Titi tapi menurut saya
berlawanan dengan hal yang sebelumnya saya ucapkan kalau saya mau tetap berjuang dan jika
saya go out mungkin saya butuh beberapa bulan tidak bertemu dengan Titi yang dimana jika hal
tersebut saya lakukan akan membuat beberapa hal yang akan dilakukan kedepannya pasti tidak
berjalan sebagaimana mestinya dan setelah mempertimbangkan solusi ini ternyata bukan yang
terbaik bagi kita berdua karena sepertinya saya yang tidak bertanggungjawab dan tidak
professional yang dimana hal tersebut kontradiksi dengan etos kehidupan saya. Kemudian saya
rehat sejenak dan membaca beberapa bacaan ringan untuk memikirkan solusi lainnya, dan
kemudian saya teringat kutipan bacaan yang mungkin bisa Titi ingat “take good care of yourself,
if u need me just call me, I’m always here for you”, dan pada jam 11.58 saya memikirkan
sebuah solusi, dimana saya mengharapkan Titi dengan sepenuh hati memaafkan semua hal
yang telah saya perbuat tapi jika saya meminta Titi untuk memikirkan solusi ini rasanya saya
sangat egois tanpa mengerti sedikitpun perasaan Titi sedikitpun tapi saya rasa solusi ini
bukanlah solusi terbaik. Kemudian saya rehat sejenak untuk memikirkan Kembali sebuah solusi
yang adil seadil adilnya untuk kedua belah pihak, lalu saya teringat dengan Filosofi laying-layang
dengan Bahasa Makassar.

Nakke anne singkammaji layang-layang


(Diri ini selayaknya layang-layang)
Kauji poeng ti'gala'ki bannanna
(Kau yang memegang benangnya)
Ero’-ero’nu mami
(Semaumu saja)
Lanu beso’ maeri kiri anjari tong
(Mau kau tarik ke kiri bisa)
Lanu beso’ maeri kanan anjari tong
(Mau kau tarik ke kanan bisa)
Lanu oloro’ A’genna langika anjari tong
(Mau kau ulur sampai ke langit juga bisa)
lanu pabuccu naung nampa marrokko anjari tong
(Mau kau percepat kebawah lalu berteriak juga bisa)
Tenaja nakke, battu rikau mami
(Aku tidak apa-apa, Semua terserah padamu)
Tapi u’rangi pasangku
(Tapi ingat pesanku)
Kiti’galaki baji’-baji’ bannanna
(Peganglah benangnya baik-baik)
Kijagai baji’-baji’
(Jagalah baik-baik)
Kajai antu langondangi punna tappu
(Karna banyak yang mengejarnya ketika putus)
gassingka
(Jangan sampai)
nagappapi tau maraeng
(Orang lain mendapatkannya)
Nampa marrangko ngkana
(Lalu kau berteriak berkata)
I nakke anjo pata
(Itu milik saya)

Lagi lagi ini hanya bacaan ringan buat Titi, bukan sebagai pertimbangan haha. Pada. Jam 15.13
saya Kembali memikirkan sebuah solusi yang mungkin solusi ini solusi yang bisa adil seadil-
adilnya untuk kedua belah pihak. Yang dimana saya dan Titi Kembali menjalin komunikasi
menjalani semuanya apa adanya dengan segala sesuatu yang telah terjadi sebelumnya dengan
menurunkan ego diri, saling memperingati walaupun hal ini sangat berat buat Titi tapi sekarang
saya juga mulai membatasi diri dalam beberapa hal untuk tidak mengeluarkan statement yang
mungkin bisa membuat penilaian Titi semakin tidak percaya dengan saya, saya juga membatasi
segala hal yang membuat Titi kecewa, saya juga membatasi diri saya untuk semua hal yang
tidak baik, jadi sampai pada kesimpulan, semua hal yang saya sampaikan di essay ini murni dari
hati saya yang paling dalam dan beberapa hal perkataan saya dalam essay ini ada yang bisa
menjadi pertimbangan dan ada yang tidak bisa menjadi pertimbangan, semoga semua hal yang
saya tulis dalam essay ini bisa mengubah penilaian Titi terhadap saya tetapi dari essay ini juga
saya tidak terlalu banyak berharap untuk Titi bisa memaafkan saya, semuanya Kembali lagi
dengan Titi walaupun saya mengeluarkan 1000 alasan semuanya percuma Ketika perkataan dan
dan perlakuan saya tidak selaras dan tidak seimbang berjalan sebagaimana mestinya.

Pada paragraph ini semua yang saya tulis bukanlah pertimbangan dan mungkin bisa Titi baca
dan dengar juga untuk mendapatkan inspirasi ataupun healing haha. Saya menuliskan essay ini
dengan mendengar lagu yang bisa menjadi inspirasi beberapa lagu tersebut sebagai berikut :
1. APO Hiking Society - When I Met You
2. Utha Likumahuwa-sesaat kau hadir
3. Miki Matsubara - 真夜中のドア/Stay With Me
4. AURORA - runaway
5. Bon Iver - Minnesota, WI
6. Bon Iver - Holocene
7. Kunto Aji - Pilu Membiru
8. Sigur Ros - Hoppipolla
9. Sigur Ros - Olsen Olsen
10. Bruno Mars, Anderson .Paak, Silk Sonic - Leave the Door Open
11. Sparkle - OST. Kimi No Nawa
Ada bacaan ringan yang sebelumnya pernah saya baca dan bacaan itu tentang ikhlas yang
hakiki, bacaan tersebut menjelaskan level tertinggi dalam mengikhlaskan adalah merelakan
pergi, namun saya kurang setuju dengan pendapat tersebut, menurut saya merdeka dengan
ikhlas adalah ikhlas dalam memaafkan walaupun hal tersebut berat dilakukan tapi bukankah
memaafkan mengajarkan kita menjadi orang yang paling bijak? We don’t know apakah bisa
menjadi bijak atau tidak, tetapi hal tersebut menjadi dasar saya mengambil keputusan terhadap
kesalahan yang orang lakukan ataupun yang saya lakukan. Dan kadang kita luput juga untuk
memaafkan diri sendiri karena memaksakan kehendak terhadap sesuatu hal. Mungkin Titi
berfikir selama 2 hari ini saya bisa tanpa Titi tapi sebenarnya semua yang tulis disini saya hanya
memikirkan Titi, walaupun mungkin menurut Titi bilang agak lebay tapi biarlah yang jelas
sebagai saya bisa menulis semua ini karena keberadaan Titi.

Sebagai penutup, saya harap semua hal pada essay ini adalah dari ingatan saya yang kemudian
menjadi perspektif saya tersendiri selama ini dan saya berharap semoga tidak ada terlewatkan
sedikitpun dari 1969 kata dalam essay ini sebagai pertimbangan Titi kedepannya untuk menilai
saya dan 62 kali saya menyebutkan Nama Titi di dalam essay ini walaupun informasi ini tidak
begitu berarti :), terima kasih banyak Titi dan Mohon maaf sebesar-besarnya apabila dalam
essay ini ada kata-kata saya yang menyinggung Titi walaupun saya tidak bermaksud melakukan
hal demikian. semoga Titi selalu, Wishing u blessed and peaceful everyday, everytime and
everywhere.

Warm Regard

Muh. Try Wahyudhi

Anda mungkin juga menyukai