Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ISU DAN KONTROVERSI GIZI

REVIEW JURNAL
“Ultra-processed Food Intake and Obesity: What Really Matters for Health –
Processing or Nutrient Content?”

Dosen Pengampu :
Prof.dr.H. Mohammad Sulchan M.Sc,DA Nutr.,Sp.GK(K)
Dr. Etika Ratna Noer S.Gz., M.Si
Rachma Purwanti, SKM, M.Kes

Disusun oleh :
Faiza Fatin Fuadillah
22030119120006
Kelas A (Genap)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
2022
A. Identitas Jurnal
Nama penulis : Jennifer M. Poti, PhD, Bianca Braga, MA, and Bo Qin, PhD
Judul Artikel : Ultra-processed Food Intake and Obesity: What Really Matters
for Health – Processing or Nutrient Content?
Jurnal : Curr Obes Rep
Tahun : 2018
Volume :6
Nomor :4
Halaman : 420-431
DOI : 10.1007/s13679-017-0285-4.
B. Resume Jurnal
Ultra-processed foods merupakan salah satu hal yang sedang banyak
diperbincangkan pada saat ini. Ultra-processed foods merupakan salah satu
kategori makanan berdasarkan NOVA. Klasifikasi makanan tersebut dapat dibagi
menjadi 4 kategori, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Unprocessed/Minimally processed foods, yaitu makanan yang sangat minim
akan pengolahan makanan karena belum diolah secara ‘bertingkat’, belum
ditambahkan beberapa bahan atau bumbu dapur yang biasanya ditambahkan
saat memasak (contoh : minyak, garam dan gula) dan cenderung hanya
membuang beberapa bagian yang tidak dapat dimakan saja. Contohnya
adalah buah-buahan dan sayur-sayuran mentah, susu, dan whole grain.
2. Processed cullinary ingredients, yaitu makanan yang berasal dari
unprocessed foods atau dari alam yang sudah mulai diproses secara industrial
dengan tujuan menciptakan bahan atau bumbu dapur yang biasanya akan
dikonsumsi bersama unprocessed/minimally processed foods. Contohnya
adalah minyak, mentega, cuka, gula, garam, bubuk cabai, dan sebagainya.
3. Processed foods, yaitu minimallu processed foods yang sudah ditambahkan
beberapa bumbu dapur, misalnya garam, minyak, gula, dan lainnya.
Contohnya adalah buah kaleng, keju, dan daging asap.
4. Ultra-processed foods , yaitu makanan yang sudah diolah secara ‘bertingkat’
dengan banyak bahan dan bumbu makanan yang ditambahkan secara
industrial. Contohnya adalah makanan dan minuman tinggi gula (sugar
sweetened beverages (SSBs)), kue kering, makanan ringan, permen, es krim,
dan frozen foods.
Berdasarkan beberapa penelitian, warga yang tinggal di negara dengan
penghasilan menengah ke bawah cenderung lebih rendah dalam konsumsi ultra-
processed foods. Namun, sebagian besar asupan makanan yang dikonsumsi oleh
warga yang tinggal di negara tinggi penghasilan berasal dari ultra-processed
foods, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan negara Eropa lainnya.
Dampak dari konsumsi ultra-processed foods secara berlebihan dapat
menimbulkan beberapa masalah kesehatan, salah satunya adalah obesitas.
Berdasarkan penelitian Asfaw dan Canella et al., terdapat hubungan antara
konsumsiuUltra-processed foods dengan peningkatan IMT dan risiko terjadinya
obesitas pada tingkat rumah tangga. Penelitian Mendonca et al., juga
menyebutkan terdapat hubungan antara konsumsi ultra-processed foods dengan
insiden terjadinya obesitas pada mahasiswa. Orang dewasa merupakan populasi
dengan risiko tertinggi dalam penelitian ini. Namun, berdasarkan penelitian
Adams dan White, ultra-processed foods tidak berhubungan dengan risiko
terjadinya obesitas atau overweight. Akan tetapi, terdapat hubungan antra
konsumsi makanan olahan yang rendah dengan rendahnya risiko terjadinya
overweight dan obesitas sehingga hal ini masih banyak diperdebatkan oleh para
peneliti dan butuh penelitian lebih lanjut.
Selain obesitas, ultra-processed foods juga memiliki dampak pada
kardiometabolik. Rinaldi et al., menemukan bahwa terdapat hubungan antara
konsumsi makanan olahan dengan tingginya glukosa darah puasa, namun beliau
tidak menemukan adanya hubungan antra sindrom metabolik dengan konsumsi
makanan tersebut. Hal ini cukup berbeda dengan hasil Tavares et al., yang
menemukan bahwa konsumsi Ultra-processed foods secara signifikan
berhubungan dengan prevalensi sindrom metabolik. Penelitian lain (Lavigne-
Robichud, et al. dan Rauber, et al.) menyebutkan bahwa konsumsi ultra-processed
foods yang berlebihan berhubungan dengan HDL yang rendah, peningkatan
plasma glukosa puasa, namun tidak berhubungan dengan peningkatan trigliserida,
lingkar pinggang dan tekanan darah. Hal ini juga masih banyak diperdebatkan
oleh para peneliti dan butuh penelitian lebih lanjut.
Terjadinya kedua dampak tersebut disebabkan karena ultra-processed
foods yang cenderung memiliki kandungan gizi yang terbilang kurang baik.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ultra-processed foods memiliki densitas
energi, lemak jenuh, lemak trans, gula sederhana, dan natrium yang tinggi, namun
serat, vitamin D, kalium dan magnesium yang rendah bila dibandingkan dengan
makanan yang lebih sedikit diolah secara ‘bertingkat’. Gula sederhana serta lemak
jenuh dan trans yang tinggi dalam ultra-processed foods dapat mengubah respons
insulin serta memicu penumpukan lemak di jaringan adiposa. Selain itu, ultra-
processed foods juga ditemukan dapat menyebabkan kecanduan sehingga risiko
terjadinya konsumsi yang berlebihan sangat tinggi. Akan tetapi, terdapat pula
penelitian bahwa makanan yang diolah di rumah dan bukan secara industrial juga
memiliki kandungan gizi yang tidak lebih baik dibandingkan dengan makanan
olahan yang diolah secara industrial. Maka dari itu, perlu diperhatikan pula jenis
bahan makanan dan komposisi dari makanan yang akan dikonsumsi sehingga kita
dapat mengonsumsi makanan yang berkualitas gizi baik.
C. Kesimpulan
Ultra-processed foods dapat didefinisikan sebagai makanan yang diolah
dengan banyak proses dan bahan makanan secara industrial. Akibatnya,
kandungan dari makanan ini cenderung lebih tinggi akan gula sederhana, lemak
jenuh dan trans, natrium, dan densitas energi. Hal ini menjadi penyebab dari
beberapa penelitian, yang dimana membuktikan bahwa konsumsi ultra-processed
foods secara berlebihan berhubungan erat dengan obesitas dan kardiometabolik.
Maka dari itu, penting sekali bagi kita untuk memperhatikan makanan yang
dimakan, termasuk jenis, komposisi dan cara pengolahannya agar dapat
dipastikan bahwa kita mengonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai