Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN HUMAS SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU

(SDIT) AL USWAH SURABAYA DALAM


MEMPERTAHANKAN CITRA POSITIF DI ERA 4.0

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) di Sekolah Tinggi
Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Kependidikan (S.Pd.)

Oleh:
Mutia Rachmania
NIM : 201631200035

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN
AL HAKIM SURABAYA
2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mutia Rachmania

NIM : 201631200035

Judul : Manajemen Humas Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al


Uswah Surabaya dalam Mempertahankan Citra Positif di Era 4.0.

Telah dipertahankan dalam dewan penguji pada hari ........., .... ............ 2020 dan
direvisi sebagaimana berita acara ujian proposal skripsi.

Mengetahui Kaprodi MPI Pembimbing

(......................................) (......................................)
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1

LEMBAR PENGESAHAN 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
A Latar Belakang Masalah 4

B Rumusan Masalah 9

C Tujuan Penelitian 9

D Manfaat Penelitian 9

E Definisi Operasional 10

1 Manajemen Humas 10

2 Mempertahankan Citra Positif 12

F Penelitian Terdahulu 13

G Metode Penelitian 15

1 Jenis Penelitian 15

2 Tempat dan Waktu Penelitian 17

3 Data dan Sumber Data 17

4 Teknik Pengumpulan Data 18

5 Instrumen Penelitian 20

6 Teknik Analisa Data 22

7 Uji Keabsahan Data 24

H Sistematika Pembahasan 24

Outline 26
4

“MANAJEMEN HUMAS SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)


AL USWAH SURABAYA DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA
POSITIF DI ERA 4.0”

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia telah menjadi suatu hal yang prioritas
sejak negara ini berdiri. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting
untuk memajukan suatu bangsa. Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu
tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Berdasarkan pernyataan tersebut, pendidikan di Indonesia harus
senantiasa melakukan pemerataan akses dan peningkatan mutu agar dapat
dimiliki oleh seluruh warga negara tanpa memandang status sosial, ras,
etnis, agama, dan gender.
Pembangunan pendidikan dasar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan pendidikan secara keselurahan. Pendidikan
dasar diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap, dan
keterampilan bagi peserta didik. Pendidikan dasar merupakan langkah
awal sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Berkembangnya suatu zaman menyebabkan perkembangan
terhadap kebutuhan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi. Masyarakat sebagai konsumen saat ini lebih kritis dan realistis
dalam memilih lembaga pendidikan. Sehingga pendidikan dituntut untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan senantiasa memberikan
pelayanan profesional kepada masyarakat. Mutu pendidikan yang
dimaksudkan adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan belajar seoptimal mungkin.1 Dalam konteks pendidikan,

1
Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 159.
5

menururt Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana dikutip Mulyasa,


pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.2
Mencermati hal di atas, agar pendidikan dasar mampu memberikan
hasil investasinya kepada masyarakat, maka perlu dikelola secara
profesional dari setiap komponen manajemen pendidikan dasar yang ada.
Adapun komponen manajemen tersebut meliputi (a) manajemen
personalia, (b) manajemen sarana dan prasarana, (c) manajemen keuangan,
(d) manajemen kesiswaan, (e) manajemen kurikulum, dan (f) manajemen
hubungan masyarakat atau disebut humas. Berbagai komponen manajemen
tersebut kiranya perlu dimanage secara baik dan profesional. Antara satu
komponen dengan komponen yang lain saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan sebagai upaya mewujudkan peran sosialnya, termasuk di
dalamnya melalui manajemen humas.
Manajemen humas merupakan salah satu fungsi manajemen
disetiap organisasi, termasuk di lembaga pendidikan dasar atau sekolah
dasar. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, humas profesional akan
menggunakan konsep-konsep manajemen seperti membuat perencanaan,
melakukan persiapan-persiapan, melakukan aksi dan komunikasi, dan
terakhir ditutup dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi. 3
Sehingga kegiatan humas harus menyatu dengan visi dan misi organisasi/
lembaga pendidikan, yaitu alasan suatu lembaga pendidikan untuk tetap
hidup guna mecapai tujuan organisasi tersebut.
Sekolah dapat dikenal oleh masyarakat karena peran hubungan
masyarakat sekolah. Melalui humas, sekolah dapat menjalin komunikasi
dua arah dengan masyarakat yang bertujuan untuk menumbuhkan saling
pengertian, saling percaya, dan saling membantu atau kerjasama.
Harapannya melalui fungsi humas ini setiap ada perubahan-perubahan
pada lembaga pendidikan dapat diketahui oleh masyarakat melalui
publikasi yang dilakukan humas tersebut.
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 76.
3
Rahmat, Abdul. (2016). Manajemen Humas Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi, 15-20
6

Tujuan utama hubungan masyarakat adalah menciptakan,


mempertahankan, dan melindungi reputasi organisasi/ lembaga
pendidikan, memperluas prestis, serta menampilkan citra-citra yang
mendukung.4 Citra positif mengandung arti kredibilitas suatu perusahaan,
sehingga konsumen/ pelanggan lebih sering melakukan keputusan
pembelian berdasarkan citra perusahaan. Citra suatu lembaga sangat
penting dan dipertahakan agar tetap baik di mata publik, baik internal
maupun eksternal. Citra harus dikelola dengan baik melalui hubungan
yang harmonis dengan khalayak atau publik, mengingat citra lembaga
merupakan cerminan identitas lembaga tersebut. Citra suatu lembaga
pendidikan ditinjau dari berbagai komponen yang terdapat di dalamnya.
Mulai dari mutu akademis, kinerja lembaga pendidikan, kurikulum, hingga
output/ produk yang dihasilkan dari lembaga pendidikan tersebut.
Urgensi humas dalam sebuah lembaga pendidikan harus disadari
oleh seluruh unit yang terdapat dalam organisasi tersebut. Masih banyak
instansi pendidikan yang menganggap peran humas tidak penting.
Terutama sekolah-sekolah yang berdiri di bawah naungan pemerintah,
padahal peran humas dalam lembaga pendidikan sangat penting untuk
mengelola informasi lembaga, memberikan layanan informasi secara
langsung maupun melalui media, serta mediasi berbabagi masalah yang
dihadapi publik. Sehingga humas diyakini mampu membangun dan
menjaga citra positif, mengingat lembaga pendidikan memiliki publik
internal dan eksternal.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam (Saw) juga telah
mengabarkan bahwa pentingnya menjaga citra positif dan memperhatikan
opini publik. Sebagaimana yang terkutip dalam hadits yang berbunyi:
‫ لَِئ ْن َر َج ْعنَا اِلَي ْال َم ِد ْينَ ِة لَي ُْخ ِر َج َّن اَألع َُّز‬,‫ اَقَ ْد تَدَاعَوْ ا َعلَ ْينَا‬: ‫قال َع ْب ُد هللاِ بْنُ اُبَ ٍّي ابْنُ َسلُو َل‬
َ
‫ فقال النّبي صلى هّللا عليه و سلَّ َم‬,ِ ‫د هّللا‬nِ ‫يث؟ ِل َعب‬ َ ِ‫ َأالَ نَ ْقتُ ُل يَا َرسُو َل هّللا هَ َذا ال َخب‬: ‫ فَقَا َل ُع َم ُر‬,َّ‫ِم ْنهَا اَأل َذل‬
ُ‫ث النَّاسُ َأنَّهُ َكانَ يَ ْقتُ ُل َأصْ َحابَه‬
ُ ‫" الَ يَتَ َح َّد‬:"

4
Ibid., 34-37
7

Artinya: Abdullah bin Ubay bin Salul (salah seorang munafik) berkata:
Apakah mereka (kaum muhajirin) sedang mengumpulkan kekuatan untuk
melawan kami? Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, orang-
orang yang kuat benar-benar akan mengusir orang-orang yang lemah
darinya. Umar bin Khattab berkata: Mengapa tidak kita bunuh saja wahai
Rasulullah orang jelek ini? (maksud Umar adalah Abdulah bin Ubay bin
Salul, orang munafik tersebut). Nabi Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“Jangan sampai orang-orang membicarakan bahwa Muhammad telah
membunuh sahabatnya.”5
Hadits tersebut menjelaskan bahwa hukuman untuk orang munafik
adalah dibunuh, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam
menyetujui perkataan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Akan tetapi
Rasulullah tidak membunuh orang munafik tersebut karena khawatir akan
muncul ekses negatif dari tindakan tersebut sehingga beliau menerima
(membiarkan) apa yang ditunjukkan oleh orang-orang munafik tersebut.
Jadi melalui hadits ini dapat diperoleh pelajaran penting, yakni hendaknya
mempertimbangkan (memperhatikan) pendapat masyarakat (opini publik)
agar tidak merusak citra positif Islam dan kaum muslimin.
Di era 4.0 saat ini yang merupakan pintu masuknya era digitalisasi,
tentunya public relations sebagai ilmu dan praktik mengalami
perkembangan dan harus memiliki perspektif yang mutakhir. Tantangan
dan peluang public relations juga semakin kompleks serta mengalami
transformasi seiring memasuki era industri 4.0.6 Humas memasuki babak
baru dalam aktivitas penyebaran informasi dan publikasi. Jika sebelumnya
humas hanya berfokus pada media cetak, papan pengumuman sebagai
perangkat keras, sementara website dan blog sebagai perangkat lunak.
Pada era digital ini humas haruslah lebih maju dengan menggunakan
berbagai macam aspek digital, seperti mengedepankan platform online,

5
HR. Bukhari no. 351 dan Muslim no. 2584
6
Sujanto, Raditia Yudistira. (2019). Pengantar Publik Relations di Era 4.0: Teori, Konsep, dan
Praktik Kasus Terkini. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 23-35
8

serta media sosial untuk menjangkau ruang virtual dan publik melalui
media maya.
Masyarakat pada era 4.0 ini juga semakin selektif dalam memilih
lembaga pendidikan. Masyarakat semakin menyadari bahwa pendidikan
bermutu adalah suatu investasi yang mahal hingga rela mengeluarkan
investasi besar untuk industri pendidikan. Berdasarkan hal tersebut,
lembaga pendidikan berlomba-lomba untuk memperoleh simpati dari
publik. Lembaga pendidikan harus berupaya menciptakan dan
mempertahankan citra sebaik mungkin dihadapan masyarakat guna
merekrut siswa sebanyak-banyaknya.
Inilah yang menjadi tantangan humas pada era digital, hubungan
masyarakat harus senantiasa melek dan meng-upgrade diri dengan
perkembangan teknologi. Sehingga melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif
dalam menjalankan fungsi humas yang sesuai dengan zamannya. Hal ini
menjadikan lembaga pendidikan mampu bersaing dan menjawab tantangan
zaman dengan tetap mempertahankan citra positif di hadapan publik/
khalayak.
Lembaga pendidikan dasar yang akan diteliti bertempat di Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Uswah Surabaya. Sekolah SDIT Al
Uswah Surabaya memiliki bagian humas di dalam lembaganya. Oleh
karena itu perlu ditelusuri mengenai aktivitas dan kiat-kiat yang dilakukan
humas dalam mempertahankan citra positif terutama di era 4.0 saat ini.
Sehingga pada akhirnya akan diketahui apakah SDIT Al Uswah
memperbarui aktivitas manajemen humas dalam lembaga pendidikannya
atau masih sama seperti sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “Manajemen Humas
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dalam Mempertahankan Citra Positif
di Era 4.0”.
9

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam penelitian.
Dengan perumusan masalah yang jelas dapat memberikan kemudahan
dalam pemecahan masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen humas SDIT Al Uswah Surabaya dalam
mempertahankan citra positif di era 4.0?
2. Bagaimana citra SDIT Al Uswah Surabaya di mata masyarakat
saat ini?

C. Tujuan Penelitian
Setiap usaha yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai dalam setiap
kegiatan yang hendak dijalankan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan manajemen humas SDIT Al Uswah
Surabaya dalam mempertahankan citra positif di era 4.0.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana citra SDIT Al Uswah
Surabaya di mata masyarakat saat ini.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat menghasilkan suatu informasi
yang mempunyai nilai aktual, akurat, dan terperinci yang dapat
memberikan manfaat untuk menjawab permasalahan yang sedang diteliti.
Selain itu diharapkan juga mempunyai manfaat teoritis untuk
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kegunaan
praktis yang berhubungan dengan pemecahan masalah yang akurat,
khususnya mengenai manajemen humas di lembaga pendidikan dalam
rangka mempertahankan citra positif SDIT Al Uswah Surabaya di era 4.0.
10

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan objek kajian ilmiah
lebih lanjut, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai acuan
pada manajemen humas dalam mempertahankan citra positif
sekolah.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu
sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu sekolah dan
penentuan kebijakan yang berkaitan dengan manajemen humas
dalam mempertahankan citra positif sekolah.

E. Definisi Operasional
Demi terciptanya pemahaman dan definisi secara komprehensif
serta mengindari agar tidak terjadi salah pengertian dalam memahami
judul, maka peneliti menganggap perlu memberikan penegasan istilah dan
batasan-batasan masalah yang terkandung dalam judul.
1. Manajemen Humas
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha elemen pendidikan dan
penggunaan sumber daya-sumber daya sekolah agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.7Griffim mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa dalam tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.8Sedangkan menurut Mary Parker Follet
manajemen adalah seni melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-
7
Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Edisi Revisi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),
hlm.5.
8
Griffin, R.. Business, 8th Edition. (NJ: Prentice Hall, 2006) p.23
11

orang. Selain tersebut, manajemen sering pula diartikan sebagai


pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada sehingga hasilnya
maksimal.9
Berdasarkan beberapa pengertian manajemen menurut para ahli
maka penulis dapat menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu
proses mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien
melalui perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian sumber daya organisasi. Jadi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan, perlu menggunakan seluruh sumber
daya yang terdapat di dalamnya. Termasuk pekerjaan para anggotanya,
yang harus direncakan, diorganisasikan, dipimpin, dan dikendalikan.
Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha
yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk
menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/ institusi dengan
masyarakat.10. Scott dan Allen menjelaskan bahwa humas merupakan
fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi
kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan
publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan
untuk memperoleh pengertian, pemahaman, dan dukungan dari
publiknya.11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa humas adalah fungsi
manajemen yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja,
guna membangun dan mempertahankan timbal balik antara organisasi
dan masyarakatnya. Humas merupakan aktivitas komunikasi dua arah
dengan publik yang bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian,
saling percaya, dan saling membantu/ kerjasama sehingga harapannya
dapat mempengaruhi persepsi dari masyarakat.

9
Ati Chayani, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), hlm.6.
10
Zulkaraen Nasution. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan; Konsep, Fenomena, dan
Aplikasinya. Malang: 2010. hlm.9.
11
Ruslan. Rosady. 2005. Kampanye Public Relations.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
12

Jadi manajemen humas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


segala aktivitas humas sekolah yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, hingga pengendalian sumber daya di dalamnya
untuk membangun dan mempertahankan image yang baik, agar
masyarakat mampu percaya kepada lembaga pendidikan tersebut.
2. Mempertahankan Citra Positif
Mempertahankan berasal dari kata dasar tahan yang telah
memperoleh imbuhan. Tahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tetap keadaannya (kedudukannya, dsb) meskipun mengalami
berbagai-bagai hal. Mem-per-ta–han-kan: mengusahakan supaya tetap
tidak berubah dari keadaan semula.12
Citra perusahaan adalah respon konsumen pada keseluruhan
penawaran yang diberikan perusahaan dan didefinisikan sebagai
sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan kesan masyarakat paada suatu
organisasi.13 Citra dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari
adanya pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan
masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan, sehingga aspek fasilitas
yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang disampaikan karyawan
kepada konsumen dapat mempengaruhi konsumen terhadap citra.14
Citra positif mengandung arti kredibilitas suatu lembaga di mata
masyarakat adalah credible (baik). Credible ini mencakup pada dua
hal, yakni: (1) kemampuan (experise) dalam memenuhi kebutuhan,
harapan, maupun kepentingan public; dan (2) kepercayaan (trustworty)
untuk tetap komitemen menjaga kepentingan bersama dalam
mewujudkan investasi sosial (social investment), yaitu program-
program yang ditujukan untuk mendukung kesejahteraan sosial.15

12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka, 2005) Edisi ke-3.
13
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Dua
(Jakarta: Erlangga, 2005). hlm.46.
14
Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Kelima, Terjemahan Daniel Yadin (Jakarta: Erlangga,
2003).hlm.93.
15
Rahmat Kriyantono, “Public Relations Writing: Membangun Publik Relations membangun citra
karporat, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.8-9.
13

Jadi mempertahankan citra positif yang dimaksud dalam penelitian


ini adalah segala usaha yang dilakukan oleh manajemen humas
lembaga pendidikan dalam menjaga hubungan baik dan kepercayaan
dengan masyarakat guna menjaga image baik lembaga pendidikan
yang telah terbentuk.

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai manajemen humas dalam mempertahankan
citra positif sekolah telah banyak dilakukan. Berikut beberapa penelitian
tersebut:
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Siti Raudhatu Jannah, Siti
Muhibah, dan Khairunnas dengan judul “Manajemen Hubungan
Masyarakat: Strategi Mempertahankan Citra Positif Sekolah” yang
diadopsi dalam bentuk jurnal pada tahun 2018. Penelitian ini membahas
tentang peran manajemen hubungan masyarakat dalam mempertahankan
citra positif sekolah yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Insan
Cendekia Jambi (MAN IC). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi
nonpartisipan, wawancara tidak terstuktur, dan dokumentasi. Sedangkan
teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran
manajemen humas dalam mempertahankan citra positif sekolah dilakukan
dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen serta menjalin hubungan
yang harmonis dan kerja sama dengan pihak internal maupun eksternal
sekolah, serta membangun komunikasi yang intens dengan pihak Telkom
dalam mengatasi persoalan akses komunikasi.16
Kedua adalah tesis dengan judul “Strategi Hubungan Masyarakat
dalam Mempertahankan Citra Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus di
SMPN 1 Blitar dan MTsN Blitar)” yang diteliti oleh Choirun Ni’am pada
16
Jannah, S. R., Muhibah, S., & Khairunnas, K. (2018). Manajemen Hubungan Masyarakat:
Strategi Mempertahankan Citra Positif Sekolah. Journal of Management in Education, 3(1), 20-
29.
14

tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (fieldnote)


dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan
rancangan studi kasus. Sedangkan untuk mengumpulkan data, peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peran humas
SMPN 1 Blitar dan MTsN Blitar dalam mempertahankan citra positif
sekolah adalah sebagai berikut: (a) Sebagai mediator dalam
menyampaikan komunikasi secara langsung (komunikasi tatap muka) dan
tidak langsung (melalui media) kepada pemimpin lembaga dan publik
intern (guru, karyawan, atau siswa); (b) Mendukung dan menunjang
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mempublikasi lembaga
pendidikan. Dalam hal ini humas bertindak sebagai pengelola imformasi
kepada publik intern dan publik ekstern; (c) Menciptakan suatu citra yang
positif terhadap lembaga pendidikannya. 17
Ketiga adalah jurnal inspirasi manajemen pendidikan dengan judul
“Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Pencitraan
Sekolah (Studi Kasus di SMP Al Hikmah Surabaya) oleh Ira Nur Harini
pada ahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan,
pelaksanaa, evaluasi hingga usaha-usaha yang dilakukan hubungan
masyarakat dalam upaya peningkatan pencitraan sekolah di SMP Al
Hikmah Surabaya. Penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Hasil
penelitian ini adalah: (1) Perencanaan hubungan masyarakat dalam upaya
peningkatan pencitraan sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya melibatkan
semua pengelola sekolah dengan mengagendakan semua kegiatan humas
serta perencanaan yang baik dan rinci melalui rapat program tahunan; (2)
Pelaksanaan hubungan masyarakat di SMP Al Hikmah Surabaya
dilaksanakan sesuai perencanaan di mana tugas humas mengimformasikan
segala kegiatan sekolah agar dapat diketahui masyarakat; (3) Evaluasi
hubungan masyarakat di SMP Al Hikmah Surabaya dilakukan sesuai
17
Ni’am, C. (2017). Strategi Hubungan Masyarakat dalam Mempertahankan Citra Sekolah
Unggulan Studi Multi Kasus di SMPN NI Blitar dan MTs N Blitar (Doctoral Dissertation, IAIN
Tuluangagung).
15

standar pelayanan sekolah, evaluasi dilakukan oleh pihak eksternal


danpihak internal sekolah; (4) Usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya
peningkatan hubungan masyarakat di SMP Al Hikmah Surabaya dengan
peningkatan penyampaian informasi pada masyarakat, memperbarui
informasi melalui saran informasi yang dimilki sekolah seperti majalah
sekolah, website sekolah, maupun media informasi atau sarana informasi
lain.18
Berdasarkan dari ketiga penelitian terdahulu yang telah dipaparkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan dari penelitian ini adalah
penggunaan metode penelitian yang sama yaitu kualitatif dan objek
penelitian yang sama yaitu citra sekolah. Sedangkan perbedaan terletak
pada tempat penelitian yang bertempat di SDIT Al Uswah Surabaya dan
tahun penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2020.

G. Metode Penelitan
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya
dengan orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.19 Dengan kata
lain metode penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Atau mendeskripsikan,
mencatat, menganalisis, dan menginterprestasikam kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi atau ada.20
Metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih mudah bila
berhadapan dengan pendekatan ganda. Hal ini dilakukan sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Lincoln dan Guba yang dikutib oleh Lexy J.

18
Nur Harini, I. R. A. (2014). Manajemen Hubungan Masyarakat dam Upaya Peningkatan
Pencitraan Sekolah (Studi Kasus di SMP Al Hikmah Surabaya). Insprirasi Manajemen
Pendidikan, 4(4).
19
Lexy J. Moleong, Metodde Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja Roda
Karya, 2008), hlm.17.
20
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.26.
16

Moleong, yaitu karena ontologi alamiah menghendaki adanya


kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika
dipisahkan dari konteksnya.21
Penelitian ini juga untuk menganalisis dan menafsirkan suatu fakta,
gejala, dan peristiwa tentang humas dalam mempertahankan citra
positif di SDIT Al Uswah Surabaya yang terjadi di lapangan
sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi
lingkungan lembaga pendidikan secara alami.
Dalam penelitian yang mengangkat masalah tentang manajemen
humas SDIT Al Uswah Surabaya dalam mempertahankan citra positif
di era 4.0 ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Di
mana peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-
situasi tertentu.22
Pendekatan fenomenologis dapat diartikan sebagai pengalaman
subjektif atau pengalaman fenomenologikal.23 Lebih jauh, dalam
menggambarkan pendekatan ini Lexy J. Moleong mengatakan bahwa
pendekatan fenomenologis ini peneliti berusaha untuk masuk ke dalam
dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa
sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya
sehari-hari.24

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Al Uswah, yang beralamat di Jalan Kejawan Gebang No. 6,

21
Lexy J. Moleong, Metodde Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja Roda
Karya, 2008), hlm.16.
22
Ibid, hlm.9.
23
Ibid, hlm.14.
24
Ibid, hlm.9.
17

Kota Surabaya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020


sampai dengan Desember 2020.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis-jenis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data deskriptiif (kualitatif): Data kualitatif adalah data yang
dinyatakan dalam kata-kata atau kalimat-kalimat, dan
tindakan-tindakan.25
2) Data kuantitatif: Data kuantitatif adalah data yang
dinayatakan dalam bentuk angka, jumlah, dan bilangan.26
b. Sumber Data
Sumber data adalah asal dari mana data dapat diperoleh. Bila
peneliti menggunakan teknik wawancara dalam mengumpulkan data,
maka sumber data disebut informan. Adapun peneliti menggunakan
teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda gerak atau
proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka
yang menjadi sumber datanya adalah dokumen dan catatan-caatatan.27
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.28
1) Data Primer
Dalam hal ini yang menjadi data primer/ data utama adalah
sumber lisan. Hal ini dapat dilakukan dan diperoleh dalam
wawancara dengan kepala sekolah, wakasek kesiswaan,
kehumasan, dan stakeholder atau masyarakat sekitar yang
mengetahui tentang aktivitas manajemen humas SDIT Al

25
Amirul Hadi & Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998)
26
Ibid
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm.107.
28
Lexy J. Moleong, Metodde Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja Roda
Karya, 2008), hlm.17.
18

Uswah Surabaya dalam mempertahankan citra positif di era


4.0.
2) Data Sekunder
Sedangkan datas sekunde/ data tambahan berupa sumber
tertulis yang dapat diperoleh dari dokumen lembaga
tersebut yaitu SDIT Al Uswah Surabaya yang berupa: arsip,
brosur, serta sumber lainnya yang bersifat mendukung
kesempuraan dalam penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.29
Pengumpulan data memerlukan alat yang tepat. Alat pengumpulan
data perlu disiapkan oleh peneliti sebelum melakukan upaya menggali
dan menghimpun data. Oleh karena itu, peneliti perlu memilih dan
menyusun alat pengumpul data yang cocok dan memenuhi syarat
validitasnya dengan mempertimbangkan tujuan, sumber, jenis data,
dan kelancaran pengelolaannya.
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Dalam penelitian kualitatif banyak cara yang dapat dipakai
untuk pengumpulan data, salah satunya adalah observasi.
Observasi berarti pengamatan, peninjauan.30 Observasi sebagai
teknik pengumpulan data memiliki ciri yang spesifik dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

29
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Komunitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.224.
30
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996), hlm. 95.
19

Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang,


sedangkan observasi berkomunikasi dengan orang dan obyek-
obyek yang lainnya. Observasi merupakan suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku menusia, proses kerja,
gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.31
Observasi dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan
pengamatan dan peninjauan secara langsung di SDIT Al Uswah
Surabaya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan citra
positif dimata masyarakat sekitar SDIT Al Uswah Surabaya dan
manajemen humas SDIT Al Uswah Surabaya dalam
mempertahankan citra positif di era 4.0. Kemudian, hasil data dari
observasi tersebut menjadi data penelitian yang akan melengkapi
data dari hasil wawancara dan dokumentasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan
wawancara (interview guide).32
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk
memperoleh data secara detail dan mendalam dari para pengurus
SDIT Al Uswah Surabaya. Di antaranya adalah melalui kepala
sekolah, wakasek kesiswaan, kehumasan, dan komite SDIT Al
Uswah Surabaya.
31
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008), hlm.165.
32
Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 193-194.
20

c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film.
Dokumen terdiri dari: dokumen pribadi, film dokumenter, dan
dokumen resmi yang berisi informasi tentang keadaan atau bahkan
atauran suatu lembaga.33
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data
yang berupa dokumen-dokumen dari SDIT Al Uswah Surabaya.
Seperti gambaran umum tentang SDIT Al Uswah Surabaya, arsip-
arsip mengenai program-program humas dalam mempertahankan
citra positif sekolah, serta data-data lain yang dapat mendukung
dalam penelitian ini.
5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melekukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
tehadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulannya atas temuannya.34
Selanjutnya Nasution (1988) menyatakan:

33
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008), hlm.135
34
Baca Afid Burhanuddin. Rabu, 18 September 2019. Pengumpulan data dan instrumen penelitian.
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian-
2/
21

“dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada


menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.  Dalam keadaan yang
serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya
peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam
penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas
dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi
setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian
serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi peneliti.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan
situasi, kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya
kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita.
22

e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang


diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu
saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.
g. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang
nersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat
dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan
yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan.
6. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data
kualitatif dengan metode deskriptif. Karena penulis akan
menggambarkan kembali data-data yang terkumpul mengenai
manajemen humas di SDIT AL Uswah Surabaya. Menurut Miles dan
Huberman analisa data meliputi:35
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan data,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data "kasar" yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lokasi penelitian. Reduksi data ini berlangsung secara terus
menerus selama kegiatan penelitian. Selama pengumpulan data
berjalan, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisipasi, dan menulis memo).
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

35
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, tahun 2016), hlm. 306-310.
23

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya


bila diperlukan.36 Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara hingga
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi
yang tersususun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian
data, penulis akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang
didapat.
c. Penarikan Kesimpulan lalu Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisa data kualitatif yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan tersebut deskripsi atau gambaran suatu
objek.37

7. Uji Keabsahan Data


Untuk membuktikan apakah penelitian kualitatif ini bersifat ilmiah
atau tidak maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan derajat
kepercayaan.38 Derajat kepercayaan tersebut didapatkan melalui
kredibilitas suatu temuan. Untuk mengetahui kredibilitasnya suatu

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.
247.
37
Ibid, hlm.252-253.
38
Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
320.
24

temuan diperlukan suatu keabsahan data. Teknik untuk memperoleh


keabsahan data dalam penelitian adalah Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling
sering digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.39
Triangulasi yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
triangulasi dengan metode dan sumber, yakni peneliti akan
membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi,
kemudian juga membandingkan data hasil observasi dengan data
dokumentasi.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk memberi gambaran penelitian yang sistematis, maka
penulisan penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I merupakan uraian tentang pendahuluan, yang menjadi
landasan bagi bab-bab selanjutnya. Bab ini memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan, sistematika
pembahasan.
BAB II merupakan bab landasan teori yang berisi tentang
pengertian manajemen humas, citra positif, dan manajemen humas dalam
mempertahankan citra positif di era 4.0.
BAB III merupakan bab yang membahas tentang metodologi
penelitian, meliputi pendekatan penelitian dan jenis penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
analisis data, pengecekan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.
BAB IV merupakan bab yang memaparkan tentang laporan hasil
penelitian atau temuan di lapangan sesuai dengan urutan masalah, yaitu
mencakup tentang pengembangan citra positif dimata masyarakat sekitar

39
Ibid., hlm.330.
25

SDIT Al Uswah Surabaya dan manajemen humas SDIT Al Uswah


Surabaya dalam mempertahankan citra positif di era 4.0
BAB V merupakan penutup. Dalam bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, saran, dan kata
penutup. Kemudian pada bagian akhir penulisan penelitian ini akan
dicantumkan pula daftar pustaka, lampiran-lampiran yang berkaitan
dengan penelitian dan daftar riwayat hidup penulis.

Out Line

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


26

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Sistematika Penelitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Humas
1. Pengertian Manajemen Humas
2. Tujuan dan Manfaat Manajemen Humas
3. Tugas Manajemen Humas
4. Fungsi Manajemen Humas
5. Peran Manajemen Humas
B. Citra Positif
1. Pengertian Citra Positif
2. Konsep Citra dan Cara Memperolehnya
3. Konsep Stakeholder (Masyarakat atau Publik)
C. Manajemen Humas dalam Mempertahankan Citra Positif di Era 4.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
H. Uji Keabsahan Data
27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Profil SDIT Al Uswah Surabaya
2. Sejarah SDIT Al Uswah Surabaya
3. Visi dan Misi SDIT Al Uswah Surabaya
4. Struktur Organisasi SDIT Al Uswah Surabaya
5. Sarana dan Prasarana SDIT Al Uswah Surabaya
6. Keadaan Guru dan Pegawai SDIT Al Uswah Surabaya
7. Keadaan Peserta Didik SDIT Al Uswah Surabaya
B. Deskripsi dan Analisa Data
1. Citra SDIT Al Uswah Surabaya
2. Manajemen Humas SDIT Al Uswah Surabaya dalam
Mempertahankan Citra Positif di Era 4.0.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
28

Anda mungkin juga menyukai