Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


TERHADAP PELAYANAN PRIMA
DI SMK NEGERI 1 SELAYAR

THE INFLUENCE OF THE PRINCIPAL’S LEADRSHIP ON


IMPROVING EXCELLENT SERVICE AT SMK NEGERI 1
SELAYAR

NUR SAKINAH AKMAL


200606501031

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL & HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR
FEBRUARI 2024
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap


Peningkatan Pelayanan Prima di SMK Negeri 1 Selayar

Nama : Nur Sakinah Akmal

Nomor Induk Mahasiswa : 200606501031

Jurusan : Ilmu Administrasi

Program Studi : Pendidikan Administrasi Perkantoran

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Sitti Hardiyanti Arhas, S.Pd., M.Pd., QPOA Jamaluddin, S.Pd., M.Si


NIP. 199201042019032021 NIP. 198009062007101001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Ilmu Administrasi Fakultas Pendidikan Administrasi Perkantoran
Ilmu Sosial dan Hukum

Prof. Dr. H. Haedar Akib, M.Si Dr. Sirajuddin Saleh, S.Pd., M.Pd
NIP. 196505221990031002 NIP. 197111212000121001

ii
DAFTAR ISI

PROPOSAL PENELITIAN ............................................................................... i


PENGESAHAN PROPOSAL ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR HIPOTESIS .................... 10
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 10
B. Kerangka Pikir .............................................................................................. 23
C. Hipotesis ....................................................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................... 27
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 28
C. Variabel dan Desain Penelitian ...................................................................... 28
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................................. 29
E. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 34
F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 35
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 37
H. Teknik Analisis ............................................................................................. 38
JADWAL PENELITIAN ................................................................................. 43
RENCANA BIAYA .......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi………….……………………………….41
3.2 Jadwal Penelitian………………………….…………………………….43
3.3 Rencana Biaya Penelitian………………………..………………………44

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pikir….….…………………………………………...25

3.1 Desain Penelitian……………………………………………….28

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada era globalisasi menjadi suatu kebutuhan yang primer,

karena pendidikan merupakan akar dari peradaban suatu bangsa. Bangsa yang maju

adalah bangsa yang sangat menghargai pentingnya pendidikan. Pendidikan banyak

digunakan umat manusia untuk menjawab tantangan zaman. Pendidikan dapat

diperoleh dengan berbagai cara, baik pendidikan formal maupun pendidikan

informal. Pendidikan formal yaitu dengan kita mengikuti pembelajaran disebuah

lembaga pendidikan, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh dengan

belajar di lingkungan, perpustakaan, atau tempat kursus dan les. Tanpa adanya

pendidikan maka manusia tidak akan bisa berkembang dan berbudaya sehigga

kehidupan tidak akan terarah dan tidak ada kemajuan, bahkan dapat mengalamai

kemunduran zaman maupun kepunahan. Maka dari itu, menjadi fakta yang tak

terbantahkan bahwa pendidikan mutlak bagi manusia.

Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan dibawah naungan dinas pendidikan atau kementerian agama. Sebuah

lembaga pendidikan berdiri dengan dipimpin oleh seseorang yang bisa dikenal

dengan kepala sekolah bagi sekolah umum yang dinaungi pendidikan nasional dan

sebutan kepala madrasah untuk madrasah yang dinaungi kementerian agama.

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang

tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pribadi, karena pemerintah telah

menetapkan kualifikasi untuk kepala sekolah

1
2

Mudyahardjo (2016) mengemukakan bahwa “Pendidikan ialah hidup. Pendidikan

itu segala pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam segala lingkungan dan

sepanjang hidup”. Pendidikan adalah situasi hidup yang mempengaruhi

pertumbuhan individu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk menciptakan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar serta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Dalam lembaga pendidikan Indonesia yaitu persekolahan, kepala sekolah

sebagai manejer pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting dalam

menentukan atau membawa sekolah yang dipimpinnya memperoleh pelayanan

yang baik dan memiliki cara yang tepat untuk memberdayakan sumber daya

manusia dan sumber daya lainya melalui kerja sama dengan semua civitas akademi

di sekolah. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk

mengembangkan pendidikan. Keadaan tersebut tentunya dapat diwujudkan dengan

baik apabila kepala sekolah mampu menjalankan kepemimpinannya dengan baik

pula. Sejalan dengan yang dikemukakan Wahjosumidjo (2013, h.95) bahwa

“Seorang manajer atau kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana,

organisator, pemimpin, dan seorang pengendali”.

Selama ini pelayanan prima menjadi salah satu prinsip utama yang telah

dipegang oleh sekolah, perusahaan komersil dan organisasi lainnya dalam menjaga
3

kualitas dan kerja sama. Ketika memasuki sebuah dealer mobil, konsumen akan

disambut dengan keramah tamahan pemberi layanan (customers service). Memiliki

standar operasional khusus tentang bagaimana cara menyapa konsumen hingga

menawarkan pelayanan yang mampu membuat konsumen merasa senang dan

nyaman. Akan tetapi dalam dunia pendidikan, konsep ini justru sering terlupakan.

Lemahnya komunikasi yang dibangun kepala sekolah dan masyarakat, sekolah

dengan komite, seringkali muncul. Sedangkan sebenarnya masyarakat merupakan

pemasar terbaik yang dimiliki sekolah.

Sejalan dengan pendapat Hidayati et al. (2018) bahwa “Dalam praktikum

organisasi, kata “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan,

membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, dan sebagainya”.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala

sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Setiap

kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan

pendidikan secara terarah, terencana, dan berkesinambungan. Kepala sekolah

sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan

sekolah harus memiliki kemampuan pengambilan keputusan, penyusunan strategi

yang tepat, administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam

melaksanakan tugasnya. Menurut Nasrullah et al. (2017) bahwa “Kepala sekolah

harus mengetahui keadaan sekolah, mengenal karakteristik setiap bawahannya,

serta mampu adil dan tidak berpihak kepada siapapun”. Oleh karena itu, seorang

kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat sifat dan kemampuan serta

keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.


4

Sekolah yang memiliki penilaian baik di mata masyarakat akan membawa

dampak baik pada sekolah tersebut. Misalkan jumlah pendaftar peserta didik

melebihi kuota yang telah disiapkan. Mulyasa (2015, h. 36) menyatakan bahwa:

Memberi layanan prima merupakan tujuan utama dan modal untuk menarik
minat peserta didik dan calon peserta didik. Layanan juga jangan setengah-
setengah, tetapi harus tuntas (stick to the knitting) agar peserta didik sebagai
pihak yang dilayani merasa puas (consumers satisfaction), yang akan
meningkatkan kepercayaan terhadap sekolah.

Hal tersebut merupakan bukti bahwa sekolah atau madrasah mendapatkan

kepercayaan dari pelanggan pendidikan. Ada banyak strategi kepemimpinan yang

bisa dilakukan oleh kepala sekolah agar sekolah yang dipimpinnya menjadi favorit,

kemampuan memimpin dan pemikiran strategis sangat diperlukan untuk melakukan

inovasi kedepannya. Kelley (2021) menyatakan bahwa ada 10 pilar dalam

mewujudkan pelayanan prima, salah satu diantaranya yaitu:

1. Leadership (kepemimpinan); Hal pertama yang dibutuhkan dalam suatu


organisasi sekolah untuk menghasilkan pelayanan prima adalah
kepemimpinan yang inspirasional dan visioner agar dapat menggerakkan
seluruh sendi-sendi kehidupan organisasi sekolah. Sama seperti ketika
tidak dapat membangun rumah tanpa fondasi, tentu tidak dapat
membangun tim tanpa kepemimpinan yang luar biasa.
2. Right fit talent (bakat yang tepat); menempatkan seseorang yang tepat
dalam peran yang tepat.
3. Imployee training and satisfaction (pelatihan dan kepuasan karyawan);
menciptakan dan memupuk rasa bangga dan memiliki terhadap
pekerjannya. Ketika orang merasa dihargai, mereka akan selalu siap
membantu dan memberikan hasil terbaik untuk anda.
4. The guest experience (pengalaman pelanggan); pastikan bawahanmu
mengerti dengan baik apa itu pelayanan prima. Terus latih mereka agar
bisa menciptakan kenangan baik yang dapat diingat.
5. Solicit feedback (meminta umpan balik); kamu bisa mendapatkan umpan
balik dari wawancara langsung dengan beberapa pelanggan ynag sudah
berkunjung. Anda harus menunjukkan bahwa anda siap bekerja dan
berkembang.
6. Operational platform (platform operasional); pastikan operasi anda
dinamis dan gesit serta dapat mendukung pertumbuhan di masa depan.
Memiliki platform operasional yang tepat menjamin kepuasan
5

pelanggan, kepuasan karyawan, peningkatan matriks dan kemampuan


tumbuh dan berkembang.
7. “One team” mentality (mentalitas “satu tim”); ciptakan satu pengalaman
menyeluruh, bukan pengalaman individual dari departemen atau orang
independent.
8. Empower your employees (memberdayakan karyawan); buat mereka
nyaman dalam bekerja. Beri mereka ide entang bagaimana mengubah
transaksi menjadi interaksi. Bekali mereka pengetahuan untuk
mengambil keputusan sendiri sehingga pelanggan merasa puas.
9. Eliminate lines and hassles (menghilangkan jarak dan kerumitan);
jadikan pengalaman anda bebas stress, hilangkan proses ynag
menghambat operasi dan penawaran anda.
10. Contingency planning (kontingensi perencanaan); miliki cadangan
system dan proses agar ketika hal tidak direncanakan terjadi maka anda
tidak akan kebingungan. Latih anggota anda secara berkala mengenai
strategi tersebut dan praktikkan dalam aktivitas bermain peran hingga
semua orang merasa nyaman, percaya diri dan tahu apa yang harus
dilakukan saat menghadapi situasi atau peran tersebut.

Pelayanan prima dan kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dan tidak dapat

dipisahkan karena kepemimpinan yang baik dapat mempengaruhi kualitas dari

pelayanan prima yang diberikan. Dengan memprioritaskan pelayanan prima maka

akan tercipta budaya kerja untuk memberikan yang terbaik kepada para pelanggan.

Dalam sudut pandang pihak yang melayani tidak akan mengetahui apakah

sebenarnya pihak yang kita layani tersebut merasa puas atau tidak puas dikarenakan

yang dapat merasakannya hanyalah pihak yang bersangkutan itu sendiri. Biasanya

standar kualitas yang ditentukan oleh para pelanggan belum tentu sama dengan

ukuran standar yang telah ditentukan oleh penyedia layanan. Misalnya, apabila kita

memberikan layanan kepada dua orang yang berbeda maka dapat dipastikan bahwa

tingkat kepuasan kedua pelanggan berbeda. Pelanggan “1” menyatakan puas, “2”

mengatakan kurang puas, jadi kita tidak dapat mengetahui kepuasan masing-masing

dari pernyataan pelanggan itu sendiri yang dalam hal ini tentu saja bersifat subjektif
6

tanpa pernah tahu pernyataan dari pelanggan tersebut mengada-ada atau benar-

benar tulus.

Siswa merupakan individu yang berusaha untuk menuntut ilmu demi masa

depannya sehingga memerlukan layanan pembelajaran yang berkualitas. Oleh

karena itulah, siswa membutuhkan banyak bantuan dari orang lain terutama dari

seluruh civitas akademika termasuk guru dan tenaga administrasi. Bantuan layanan

yang terbaik dalam dalam proses pembelajaran akan menjadikan siswa memiliki

kompetensi yang unggul yang dapat dibanggakan oleh lembaga pendidikan itu

sendiri. Jika pelayanan prima dikaitkan dengan pelayanan pembelajaran, berarti

pemberian pelayanan prima kepada siswa merupakan perwujudan dari kewajiban

lembaga pendidikan terhadap siswanya. Terutama dari pelayanan pembelajaran

baik dari pendidik maupun tenaga kependidikan lainnya dan seluruh civitas

akademika sekolah yang ada. Adanya proses pembelajaran dengan layanan yang

terbaik akan memberikan dampak positif terhadap harapan orangtua akan

pendidikan anak yang terbaik. Sejalan dengan yang dikemukakan Yaqien (2020)

“Setiap orangtua dapat dipastikan membutuhkan layanan yang terbaik dari lembaga

pendidikan untuk memberikan layanan kepada putri-putrinya dalam meraih cita-

citanya”.

SMK Negeri 1 Selayar merupakan SMK rujukan yang memiliki banyak

akses jaringan kerjasama dengan industri. Sejalan dengan visi dari SMK 1 Selayar

ini yaitu menjadi SMK terpadu untuk menghasilkan tamatan yang memiliki ilmu

pengetahuan dan keterampilan ynag berlandaskan iman dan taqwa, berwawasan

lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan dunia kerja sekarang maupun ynag
7

akan datang. Hal yang menarik diteliti di SMK Negeri 1 Selayar adalah mengenai

penerapan kepemimpinan kepala sekolah yang mampu meningkatkan pelayanan

prima di sekolah tersebut karena setelah dilakukan studi pendahuluan, maka dapat

dilihat bahwa salah satu strategi yang dipilih kepala sekolah SMK Negeri 1 selayar

adalah memberikan pelayanan prima yaitu melalui pelayanan tenaga administrasi

dan ketersediaan sarana dan prasarana yang selalu diusahakan baik dan memadai,

seperti yang dikemukakan Andi Ahmad ( 8 Januari 2024)

Pihak sekolah berusaha memberikan yang terbaik pada pelayanan


administrasi dan juga peningkatan pelayanan prima dan sarana dan
prasarana yang memadai. Semuanya disiapkan karena para siswa sedang
menjalankan full day school. Baik para orangtua maupun siswa itu sendiri
dan semua pihak yang bekaitan atau memiliki kepentingan
berkunjung ke sekolah bisa merasa puas dan nyaman dengan pelayanan
yang baik dan sarana prasarana yang memuaskan.

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada saat melakukan

observasi awal yakni masih adanya staff yang kurang komunikatif, terdapat guru

yang datang tidak tepat waktunya, atribut pendukung sarana prasarana yang kurang

memadai serta kurangnya motivasi dan pembinaan terhadap guru dapat berdampak

pada rendahya kinerja guru. Kepala sekolah dan pemangku kepentingan lainnya

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan prima dengan merancang strategi dan

kebijakan kepemimpinan yang tepat. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian diatas

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Pelayanan Prima di

SMK Negeri 1 Selayar”


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah

yang akan diteliti dalam penelititan ini yaitu:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMKN 1 Selayar?

2. Bagaimana peningkatan pelayanan prima di SMK Negeri 1 Selayar?

3. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan

pelayanan prima di SMK Negeri 1 Selayar?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menjawab dari masalah yang

telah dirumuskan yakni:

1. Untuk mengetahui gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMKN 1 Selayar.

2. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan prima di SMKN 1 Selayar.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

peningkatan pelayanan prima di SMKN 1 Selayar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat teoretis:

Dapat membantu mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang

konsep pelayanan prima yang tekait dengan kepemimpinan kepala sekolah.


9

2. Manfaat praktis:

a. Bagi sekolah yang diteliti

Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengisi kesenjangan

pengetahuan, serta mempengaruhi kebijakan di masa yang akan datang. Dan

juga, sebagai acuan untuk bahan meningkatkan kepemimpinan dalam

peningkatan pelayanan prima.

b. Bagi guru dan siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pelayanan guru di

sekolah dan sebagai bahan acuan bagi guru siswa yang memiliki

kepentingan dengan Pendidikan.

c. Bagi peneliti

Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk peneliti lainnya yang berminat

untuk menganalisis mengenai pelayanan prima melalui sarana dan

prasarana. Juga, mampu mengukur pengetahuan peneliti mengenai

pelayanan prima.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah

Konsep kepemimpinan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai

sistem dalam suatu proses memengeruhi orang lain untuk melakukan suatu kegiatan

dalam kelompok maupun perorangan yang terstruktur maupun tidak terstruktur

untuk mencapai tujuan organisasi.

a. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Hutahaean (2021, h.1) “Kepemimpinan merupakan kemampuan

memengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok serta kemampuan mengarahkan

tingkah laku bawahan atau kelompok”. Kemampuan memengaruhi orang lain

maksudnya yaitu kemampuan seorang pemimpin dalam menggerakkan dan

memimpin anggotanya melibatkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan

kemampun membangun hubungan yang baik dengan anggota tim atau bawahannya.

Berbeda dengan pendapat Mu’ah et al. (2019, h. 43) “Kepemimpinan adalah

tentang memengaruhi, memobilisasi, memotivasi, menginspirasi, dan

memungkinkan semua orang untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya”.

Sedangkan menurut Assegaf dalam Musdiani et al. (2020, h. 15) bahwa

“Kepemimpinan adalah cara berperilaku yang khas dari seorang pemimpin terhadap

para anggota kelompoknya”. Kepemimpinan juga bisa berarti suatu keputusan,

selaras dengan yang dikemukakan Sutikno (2018, h. 10) bahwa “Kepemimpinan

adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan

10
11

seseorang untuk mau menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, dan

lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sekolah dan bahkan bagi

negerinya”.

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yaitu ilmu memotivasi,

mempengaruhi, menanamkan keyakinan dan memberdayakan anggota atau

bawahan yang ada hubungannya dengan peningkatan pelayanan dan

pengembangan ilmu pendidikan sebagai usaha untuk menggerakkannnya agar maju

dan bisa mencapai potensi maksimal mereka, serta mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberikan tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah atau tempat dimana terselenggaranya proses belajar

mengajar. Menurut Wahjosumidjo (2013, h. 83) bahwa “kepala sekolah dapat

didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau

tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran”. Sejalan dengan pendapat Musdiani et al. (2020, h. 76)

“Kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai jabatan sebagai pimpinan

di dalam suatu organisasi sekolah”. Sedangkan menurut Latifah (2022) “Kepala

sekolah adalah seorang perencana, yang bisa merencanakan segala hal yang

dibutuhkan oleh sekolah dalam menunjang pembelajaran untuk meningkatkan

mutu”.
12

Berdasarkan pengertian kepala sekolah diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang ditunjuk sebagai pimpinan

tertinggi di sekolah yang menjadi otak dan ikut andil bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang terjadi dan akan dilakukan di sekolah mulai dari merancang hingga

pengawasan.

c. Nilai kepemimpinan

Nilai-nilai kepemimpinan yaitu sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin sehingga kepemimpinannya bisa efektif dan efisien. Menurut ada 5 poin

yang harus diperhatikan yaitu:

1) Adil (fairness)
2) Terbuka (transparency)
3) Tanggung jawab (responsibility)
4) Efisiensi (eficiency)
5) Tidak ada kepentingan individu (no conflict of interest)

Lebih rinci, Hutahaean (2021, h. 42) menjelaskan beberapa nilai

kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yatiu:

1) Integritas dan moralitas


Itegritas menyangkut mutu, sifat dan keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran menyangkut ahlak, budi pekerti Susila dan
ajaran atentang baik buruk
2) Tanggung jawab
Pemimpin harus bertanggunng jawab atas apa yang dilakukan dan tidak
dilakukannya untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan
dalam organisasi.
3) Visi pemimpin
Kepemimpinan seorang pemimpin nyaris identik dengan visi
kepemimpinannya. Visi adalah arah kemana organisasi dan orang-orang
yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin.
4) Kebijaksanaan
Kebijaksanaan yaitu kearifan seorang pemimpin dalam memutuskan
sesuatu sehingga keputusannya adil dan bijaksana
13

5) Keteladanan
Keteladanan seorang pemimpin adalah sikap dan tingkah laku yang dapat
menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya. Keteladanan berkaitan
dengan kehormatan, integritas dan moralitas pemimpin.
6) Menjaga kehormatan
Seorang pemimpin harus menjaga kehormatan dengan tidak melakukan
perbuatan tercela karena semua perbuatannya menjadi contoh bagi bawahan
dan orang-orang yang ddipimpinnya
7) Beriman
Beriman kepada Tuhan YME sangat penting karena pemimpin adalah
manusia biasa dengan semua keterbatasannya secara fisik, pikiran dan akal
budi sehingga banyak masalah yang tidak akan mampu dipecahkan dengna
kemampuan nya sendiri
8) Kemampuan berkomunikasi
Antara pemimpin dan yang dipimpin terdapat suatu ikatan kuat sebagai
suatu keutuhan dan memiliki ketergantungan satu sama lain.
9) Komitmen meningkatkan kualitas SDM
SDM adalah faktor strategis dan penentu dalam kemajuan organisasi, dan
pemimpin harus memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kualitas
SDM.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, nilai-nilai

kepemimpinan yang baik menentukan keberhasilan dari kepemimpinan tersebut.

Jika nilai-nilai kepemimpinan tidak terpenuhi akan menyebabkan terjadinya

ketidakstabilan, ketidakpercayaan terhadap pemimpin, ketidakpuasan, dan konflik

antar anggota atau bawahan yang dapat merugikan organisasi dan menghalangi

pencapaian tujuan bersama.

d. Gaya Kepemimpinan

Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda dan mempengaruh gaya

kepemimpinannya. Berikut beberapa gaya kepemimpinan menurut Hutahaean

(2021, h. 7) :

1) Kepemimpinan demokratis
Adalah kepemimpinan yang dapat mewadahi semua kepentingan orang
yang dipimpin, sehingga mereka merasa keinginannya dapat terwadahi oleh
pemimpinnya
14

2) Kepemimpinan kharismatik
Adalah kepemimpinan yang disegani karena ketokohannya, perilakunya
sehingga dapat memberikan perintah dan contoh kepada orang disekitarnya.
3) Kepemimpinan otoriter
Adalah pemimpin yang menginginkan semua keinginan dan perintahnya
harus dipenuhi tanpa harus memahami kepentingan orang yang dipimpin
4) Kepemimpinan militer
Adalah kepemimpinan yang dapat memerintah bawahannya dan orang
tersebut wajib melaksanakan perintah atasannya berdasarkan asas komando
5) Kepemimpinan paternalistis
Adalah peimpin yang tumbuh karena kemampuan memberi contoh dan
teladan bagi orang dalam organisasi tersebut.
6) Kepemimpinan birokratis
Adalah kepemimpinan yang terbentuk karena hirarki kepangkatan dan
jabatan dalam suatu organisasi, di mana pangkat lebih tinggi dapat
memerintah pangkat yang berada dibawahnya.

Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Syukur (2015, h. 22-23) ada 3

yaitu:

1) Pemimpin otokratis
Pemimpin otokratis meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber
kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang
sebagai orang yang melaksaakan perintah dan tidak diperkenankan
membantah maupun mengeluarkan ide. Tipe kepemimpinan ini segala
sesuatu ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak
pada pimpinan.
2) Pemimpin demokratis
Pemimpin ini memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada semua
pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberikan
kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan
organisasi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk
mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.
3) Pemimpin laissez faire
Pada prinsipnya gaya pemimpin ini memberikan kebebasan mutlak kepada
para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan
diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Pemimpin bersifat pasif tanpa
memberi keteladanan atau contoh.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap gaya

kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung situasi dan

kebutuhan organisasi tersebut. Pemimpin yang efektif bisa menggabungkan


15

beberapa gaya kepemimpinan guna mencapai konteks sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

e. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah

Secara umum peranan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya menurut

Wahjosumidjo (2013, h. 84-129) yaitu:

1) Kepala sekolah sebagai pejabat formal


Kepala sekolah adalah jabatan yang tidak bisa diisi tanpa pertimbangan -
pertimbangan. Sebagai pejabat formal pengangkatan seorang kepaal
sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
2) Kepala sekolah sebagai manajer
Seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah
seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali.
Keberadaan seorang manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan
sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang
berbagai macam pengetahuan.
3) Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
Bertanggungjawab agar para guru, staff dan siswa dengan semangat
melksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus memberikan bimbingan,
mengadakan koordinasi kegiatan, mengadakan pengendalian/pengawasan
dan mengadakan pembinaan agar masing-masing anggota memperoleh
tugas dan beban kerja yang wajar.
4) Kepala sekolah sebagai pendidik
Pendidik seperti yang kita ketahui adala sebagai seorang penididik. Sebagai
seorang pendidik, kepala seolah paling tidak mampu menanamkan,
memajukan dan meningkatkan palintidak mental; moral; fisik; dan artistik
siswa.
5) Kepala sekolah sebagai staf
Keberadaan kepala sekolah di dalam lingkungan organisasi yang lebih luas
atau di luar sekolah berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik
langsung mau pun tidak langsung (subordinated). Yang berperan sebagai
atasan kepala sekolah.

Menurut Rapang et al. (2022) peranan kepala sekolah dalam menerapkan

aturan-aturan “Yaitu dengan sosialisasi perumusan kebijakan yang di buat dalam

organisasi, melakukan evaluasi terhadap program visi dan misi serta membuat
16

strategi pencapaian sebagai pedoman untuk perbaikan sekolah di masa yang akan

datang”.

Mulyasa (2018, h. 98) mengemukakan bahwa “Sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah setidaknya harus mampu

berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya”. Adapun

indikator pada penelitian ini adalah merujuk pada pendapat Mulyasa (2019, h. 98-

120) berpendapat bahwa dalam paradigma baru manajemen kepala sekolah

sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai Educator, Manager, Administrator,

Supervisor, Leader, Innovator, Motivator (EMASLIM) yaitu:

1) Kepala sekolah sebagai educator


Dengan meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya,
menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada
warga sekolah, memberikan motivasi, serta memberikan motivasi, serta
mengadakan model dan metode pembelajaran yang menarik.
2) Kepala sekolah sebagai manager
Kepala sekolah harus memiliki teknik kepemimpinan yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui Kerjasama juga dapat
memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk
dapat melaksanakan kegiatan pengembangan dan pelatihan profesi agar
kulitas kinerja guru meningkat.
3) Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hunungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan dan pendataan seluruh program yang ada.
4) Kepala sekolah sebagai supervisor
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan terhadap tenaga
kepenidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran
yang efektif dan inovatif dengan memperhatikan prinsip-prinsipnya.
5) Kepala sekolah sebagai leader
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat
dilihat dari kepribadian, pengetahuan yang luas terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan
dalam suatu masalah dan komunikasi yang baik dengan seluruh pendidik
dan tenaga kependidikan.
17

6) Kepala sekolah sebagai innovator


Sebagai seorang innovator kepla sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan warga sekolah, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh warga sekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.

Berdasarkan peranan kepala sekolah tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa peran kepala sekolah adalah sebagai pemimpin utama sekolah mengontrol

segala kegiatan atau aktivitas yang terjadi di dalam lingkup persekolahan dan

memastikan keberhasilan sekolah dengan menyeluruh. Kepala sekolah memainkan

peran sentral untuk membentuk budaya sekolah dan juga bertanggung jawab

terhadap pengelolaan dan pengembangan kualitas pendidikan dan pelayanan prima

bagi masyarakat sekolah, siswa dan orang tua siswa. Kualitas pendidikan dan

pengalaman siswa di sekolah dapat diraih dengan kepemimpinan yang efektfif oleh

seorang kepala sekolah.

2. Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan salah satu faktor pendukung bagi keberhasilan

pendidikan di sekolah, bukan hanya diluar proses pembelajaran tetapi juga

termasuk dalam proses pembelajaran. Pelayanan yang baik dapat menciptakan

hubungan jangka panjang antara pemberi layanan dan penerima layanan.

a. Pengertian Pelayanan Prima

Pelayanan prima adalah melakukan segala yang terbaik kepada para

pelanggan agar pelanggan merasa puas. Menurut Daryanto & Setyabudi (2014, h.

1) menyebutkan bahwa menurutnya “pelayanan prima itu ialah pelayanan terbaik


18

yang diberikan oleh perusahaan agar harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi,

baik itu pelanggan didalam maupun diluar perusahaan”.

Pelayanan prima memiliki makna pelayanan terbaik. Menurut Rahmawaty

(2020, h. 17) pelayanan prima adalah:

1) Pelayanan yang sangat baik dan melampaui harapan pelanggan.


2) Pelayanan yang memiliki ciri khas kualitas (quality nice).
3) Pelayanan dengan standar kualitas tinggi dan selalu mengikuti
perkembangan kebutuhan pelanggan setiap saat, secara konsisten dan
akurat (handal).
4) Pelayanan yang memenuhi kebutuhan praktis (practical needs) dan
kebutuhan emosional (emotional needs) pelanggan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pelayanan prima itu merupakan pelayanan yang bisa memberikan dan

memuaskan ekspektasi melebihi dari apa yang diharapkan. Pelayanan diharuskan

memiliki standar kualitas yang mumpuni. Pelayanan prima dapat diartikan sebuah

proses dari perkenalan dan mengembangkan pribadi dikarenakan dalam memberi

pelayanan seorang pemberi layanan diharuskan mampu melakukan perbaikan

terhadap dirinya sendiri.

b. Tujuan pelayanan prima

Pelayanan prima akan bermanfaat untuk upaya peningkatan kualitas

pelayanan pememrintah kepada masyarakat sekolah maupun masyarakat luar yang

bereran sebagai pelanggan dan juga menjadi acuan untuk mengembangkan

penyusunan standar pelayanan. Mulai dari pelayan, pelanggan ataupun stakeholder

kegiatan pelayanan akan mempunyai acuan mengenai apa, mengapa, kapan, dengan

siapa, di mana dan bagaimana pelayanan itu semestinya dilakukan. Seperti yang

dikatakan Daryanto & Setyabudi (2014, h. 1) ada 7 tujuan pelayanan prima yaitu:
19

1) Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pelanggan


2) Untuk menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera
mengambil barang/jasa yang ditawarkan pada saat itu juga.
3) Untuk menambahkan kepercayaan pelanggan terhadap barang/jasa yang
ditawarkan.
4) Untuk menghindai terjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu.
5) Untuk menjaga agar pelanggan merasa diperhatikan segala
kebutuhannya.
6) Untuk mempertahankan pelanggan

Sedangkan menurut Pamekas (2021) “tujuan pelayanan prima antara lain,

adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan

atau masyarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pelayanan prima adalah untuk memuaskan pelanggan dan selalu mementingkan

kepuasan pelanggan agar menambah kepercayaan pelanggan terhadap instansi atau

organisasi.

c. Fungsi Pelayanan Prima

Pelayanan prima akan bermanfaat sebagai upaya peningkatan kualitas

pelayanan sekolah kepada masyarakat sekolah maupun masyarakat luas. Daryanto

& Setyabudi (2014, h. 2) menyatakan bahwa fungsi dari pelayanan prima itu

sebagai berikut:

1) Melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.


2) Menciptakan susasana agar pelanggan merasa dipentingkan.
3) Menempatkan pelanggan sebagai mitra usaha.
4) Menciptakan pangsa pasar yang baik terhadap produk/jasa.
5) Memenangkan persaingan pasar.
6) Memuaskan pelanggan agarmau berbisnis lagi dengan
perusahaan/instansi.
7) Memberikan keuntungan perusahaan/instansi.
20

Sedangkan menurut Rahmawaty (2020, h. 12) fungsi pelayanan prima yaitu

“pelayanan prima dapat memberikan rasa puas dan kepercayaan pada

konsumennya. Dalam pelaksanaannya pelayanan prima merupakan pelayanan

yang sangat baikdan melampaui harapan pelanggan dengan pelayanan yang

memiliki ciri khas kualitas”. Maka dapat dikatakan bahwa fungsi dari pelayanan

prima yaitu memertahankan pelanggan sehingga bisa memberikan rasa percaya

untuk pelanggan. Pelayanan prima juga bisa menciptakan citra postif dan

meningkatkan reputasi sekolah sehingga membantu memenangkan persaingan

pasar.

d. Prinsip pelayanan Prima

Daryanto & Setyabudi (2014, h. 119) mengemukakan mengenai prinsip

pelayanan prima sebagai berikut.

1) Melayani itu ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta dan semangat yang
membara didalam hati pada setiap tindakan pelayanan kita terhdap orang
lain.
2) Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return on Service
Exellent)
3) Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
4) Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu, dan kelak anda akan menerima
kebahagiaan lebih dari apa yang anda harapkan.
5) Menghargai orang lain sebagaimana anda ingin dihargai. Lakukan empati
yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.

Sedangkan prinsip-prinsip pelayanan prima menurut Rahmadana et al. (2020, h.

162) yaitu:

1) Responsif terhadapat pelanggan/memahami pelanggan


2) Membangun visi dan misi pelayanan
3) Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai dasar
pemberian pelayanan
21

4) Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana


memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi
organisasi
5) Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas
pelayanannya dengan baik.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip dari

pelayanan itu ialah pelayanan prima harus selalu memikirkan dan menjadikan

pelanggan sebagai prioritas dalam pengambilan keputusan, segala yang dilakukan

harus memikirkan dampaknya terhadap pelanggan.

e. Indikator Pelayanan Prima

Gasperz dalam Daryanto & Setyabudi (2014, h. 128) menyatakan bahwa

ada beberapa dimensi yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu pelayanan

atau pelayanan prima yaitu:

1) Ketepatan waktu pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini terkait


dengan waktu tunggu dan waktu proses;
2) Akurasi pelayanan. Berkaitan dengan realibilitas pelayanan dan bebas dari
kesalahan pelayanan;
3) Tanggung jawab. Berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan
keluhan dari pelanggan eksternal;
4) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Terutama bagi
mereka yang berinteraksi dengan pelanggan eksternal seperti operator
telepon, petugas keamanan (satpam), pengemudi, staff administrasi, kasir,
petugas penerima tamu, perawat dan lain-lain;
5) Kelengkapan. Berkaitan dengan lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana
pendukung.
6) Variasi model pelayanan. Berkaitan dengan “inovasi” untuk memberikan
pola-pola baru dalam pelayanan;
7) Pelayanan pribadi. Berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan-
permintaan khusus, dan lain-lain;
8) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Berkaitan dengan lokasi, ruang
dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan,
ketersediaan informasi, petunjuk petunjuk, dan lain-lain;
9) Atribut pendukung pelayanan lainnya. Seperti lingkungan, kebersihan ruang
tunggu, fasilitas music, AC dan lain-lain.
22

Barata (2003, h. 26)megemukakan “pada pelayanan prima, upaya

memberikan layanan terbaik dapat diwujudkan apabila kita dapat menonjolkan

kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab yng

baik dan terkoordinasi”. Maka indikator pelayanan prima yang digunakan disini

merupakan indikator yang telah dikembangkan menjadi A6 oleh Barata (2003,

h. 31-32) yaitu:

1) Kemampuan (ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima yang dapat meliputi
kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni untuk melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembankan motivasi dan menggunakan public
relation sebagai instrument dalam membawa hubungan kedalam dan keluar
organisasi/perusahaan.
2) Sikap (attitude)
Sikap adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kemauan nasabah.
3) Penampilan (appearance)
Penampilan adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kemauan nasabah.
4) Perhatian (attention)
Penampilan adalah kemampuan seseorang baik yang bersifat fisik maupun
non fisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari
pihak lain.
5) Tindakan (action)
Tindakan adalh suatu perbuatan dalam berbagai kegiatan yang nyata yang
harus dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
6) Tanggung jawab (accountibility)
Tanggung jawab yaitu suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai
wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau
ketidak puasan pelanggan.
23

B. Kerangka Pikir

Kepemimpinan adalah kunci sukses untuk mencapai tujuan sekolah.

Kepemimpinan berkaitan erat dan tidak dapat dilepaskan dengan pelayanan prima.

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mampu untuk membimbing

dan mengarahkan. Kepala sekolah harus menganalisis terlebih dahulu strategi yang

akan diterapkan. Kepala sekolah melakukan rapat bersama dan memberi arahan

bagi para pegawai tata usaha mengenai pelaksanaan pelayanan sesuai dengan SOP

yang berlaku dan telah ditetapkan. Salah satu dimensinya yaitu ketepatan waktu

dalam pelayanan yang sangat penting untuk memberikan layanan yang berkualitas.

Ketika penyedia layanan berkomitmen dan berdedikasi sepenuh hati terhadap

konsep layanan mereka, maka dapat dipastikan bahwa pelanggan mendapatkan

pengalaman pelayanan terbaik. Ketepatan waktu dan dedikasi merupakan

komponen kunci dalam memberikan layanan yang berkualitas.

Akan tetapi dalam melakukan pelayanan juga tidak boleh terburu-buru dan

tergesa-gesa. Tidak hanya mementingkan ketepatan waktu pelayanan yang asal

cepat, tetapi juga mementingkan akurasi ketepatan kerja pelayanan. Apabila

dikerjakan dengan terburu-buru maka ada kemungkinan penyedia layanan

melakukan kesalahan dan malah memperburuk keadaan. Jika hal buruk yang tidak

diinginkan terjadi, maka penyedia layanan harus bersedia bertanggung jawab atas

kelalaiannya tersebut dan dengan telinga terbuka dapat mendengarkan segala

keluhan dari pelanggan serta memberikan solusi yang solutif dengan tutur kata yang

baik dan mudah dipahami.


24

Pelaksanaan pelayanan prima harus rutin diawasi dan dikontrol langsung

oleh kepala sekolah dan menegur staff penyedia pelayanan atau pegawai

administrasi saat melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan SOP. Bukan hanya

menegur, kepala sekolah juga diharapkan memberikan apresiasi Ketika proses

pelayanan yang dilakukan berjalan sesuai tujuan Bersama. Ketika penyedia layanan

administrasi sekolah bersikap ramah, penuh perhatian, dan tanggap terhadap

kebutuhan siswa dan orang tua siswa, maka ini akan berdampak positif terhadap

gambaran lingkungan dan layanan sekolah.

Dalam pelayanan prima terdapat peran dan fungsi kepala sekolah yang

cukup signifikan, baik dari gaya memanajemen sekolah maupun pendidik. Ketika

kompetensi kepala sekolah yang diperlukan mencukupi maka guru dan pemberi

layanan lainnya menjadi terkontrol dalam melaksanakan kerjanya, terlebih kepada

kepala sekolah yang memiliki kemampuan maksimal. Begitu pula sebaliknya ketika

seorang kepala sekolah tidak memiliki kompetensi manajemen sekolah yang baik

akan berdampak negatif pada kualitas pelayanan prima dan lainnya. Maka dari itu

diperlukan seorang pemimpin dengan proses kepemimpinan yang efektif agar kerja

tim dapat berjalan secara lancar dan maksimal.


25

Berdasarkan penjelasan tersebut, adapun kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

SMK Negeri 1 Selayar

Kepemimpinan Kepala Pelayanan Prima

Sekolah
1. Ability
1. Educator 2. Attitude
2. Manager 3. Appearance
3. Administrator 4. Attention
4. Supervisor 5. Action
5. Leader 6. Accountability
6. Innovator
7. Motivator

(Mulyasa 2019) (Barata 2003)

Gambar 2.1 kerangka pikir

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

masih harus diuji kebenarannya dan disusun berdasarkan pemahaman proses hingga
8. Leader
terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan
9. Innovator
rumusan masalah dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu
10. Motivator
“Diduga Terdapat Pengaruh yang signifikan pada Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Peningkatan Pelayanan Prima di SMK Negeri 1 Selayar”. Adapun


(Dalam buku Mulyasa)
hipotesis statistiknya, yaitu:
26

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

kepala sekolah terhadap peningkatan pelayanan prima di SMK Negeri 1

Selayar

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah terhadap peningkatan pelayanan prima di SMK Negeri 1 Selayar


III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendektatan

kuantitatif. Maksudnya data yang dikumpulkan berbentuk analisis data angka-

angka statistik untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Sugiyono, (2022,

h. 8) menjelaskan bahwa:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial untuk menguji

hipotesis. Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui

besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan pelayanan

prima.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian

bivariat. Penelitian bivariat dapat memberikan pemahan tentang pengaruh langsung

antara kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan pelayanan prima dan dapat

memeriksa sejauh mana variasi dalam satu variabel terkait variabel lainnya.

27
28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan setelah diterbitkannya surat

izin penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Selayar yang beralamat

di Jl. Pahlawan No. 31 Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi

Selatan.

C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2022, h. 38) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen. Kepemimpinan kepala sekolah

(X) sebagai variabel independen (variabel bebas) dan pelayanan prima (Y) sebagai

variabel dependen (terikat). Dimana variabel bebas merupakan variabel yang

dipengaruhi sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian

bivariat yang memungkinkan untuk menganalisis hubungan langsung antara

variabel kepemimpinan kepala sekolah (independen) dan pelayanan prima

(dependen) tanpa melibatkan variabel tambahan. Ini membantu menilai apakah ada

hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut.


29

Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan penelitiannya adalah pendekatan

penelitian kuantitatif dengan model

X Y

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

X: Kepemimpinan Kepala Sekolah

Y: Pelayanan Prima

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan yang dipakai oleh peneliti untuk

menghindari adanya interpretasi yang berbeda terhadap variabel yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah terhadap peningkatan pelayanan prima. Variabel yang diamati dalam

penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah yaitu kemampuan memberikan arahan,

motivasi dan inovsi yang jelas kepada seluruh anggota sekolah serta mampu

menginspirasi staf dan siswa untuk mencapai tujuan Bersama. Adapun

indikator dari kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut:


30

1) Kepala sekolah sebagai educator

Peran kepala sekolah sebagai educator ini mencakup tanggung jawabnya

dalam memberikan pengarahan pedagogis, selalu mendukung tenaga pendidik,

memastikan kualitas pembelajaran disekolah dan pastinya seorang kepala

sekolah juga harrus menjadi teladan yang baik bagi semua orang.

2) Kepala sekolah sebagai manager

Peran kepala sekolah sebai seorang manajer yaitu bertanggung jawab untuk

mengembangkan kebijakan-kebijakan sekolah, memimpin tim pendidik dan

juga berperan penting dalam pengelolaan SDM, keuangan, dan sarana

prasarana sekolah. Kepala sekolah seharusnya memberikan dukungan kepada

seluruh komunitas pendidikan.

3) Kepala sekolah sebagai administrator

Sebagai seorang administrator sangat penting bagaimana kepala sekoah dapat

mengontrol kinerja para tenaga pendidik dan lainnya mulai dari perencanaan,

penngorganisasian, pelaksanaan, pembinaan hingga evaluasi.

4) Kepala sekolah sebagai supervisor

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor dikaitkan erat dengan perannya

sebagai administrator, padahal kedua peran ini berbeda satu sama lain. Kepla

sekolah berperan penting dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan supervise di sekolah, misalnya berfungsi untuk membimbing,

membantu dan pengarahkan para tenaga pendidik dan kependidikan untuk

melaksanakan prosedur secara sistematis agar menunjang terwujudnya

pelayanan prima dan mutu pendidikan.


31

5) Kepala sekolah sebagai leader

Sebagai leader, seorang pemimpin disekolah pastinya bertanggung jawab

penuh dalam membimbing proses pendidikan di sekolahnya. Kepala sekolah

harus mampu menjadi teladan bagi bawahannya, dan haus memiliki visi misi

yang baik karena visi misi tersebut yang akan menentukan kearah mana

lembaga tersebut dibawa.

6) Kepala sekolah sebagai innovator

Kepala sekolah sebagai seorang innovator memiliki peran dalam

mengembangkan ide-ide dan terobosan baru di ekolah untuk meningkatkan

evektifitas pendidikan misalnya saja meng-inovasi kurikulum, peningkatan

teknologi pendidikan, peningkatan pelayanan prima, menemukan solusi

pemecahan masalah dan lainnya.

7) Kepala sekolah sebagai motivator

Seorang pemimpin harus mampu mejandi motivative dan berperan sebagai

motivator yang bisa menyemngi dan mendorong guru, membesarkan hatti

guru, pefawai, dan tenaga pendidik lainnya serta siswa agar bisa mencapai

tujuan sekolah. Misalnya dengan memberi penghargaan, pujian, dan juga selalu

memberikan kesempatan untuk maju.

b. Pelayanan Prima

Pelayanan primayaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan pelayanan

yang baik dan maksimal dengan tujuan agar pelanggan atau masyarakat puas

dan terpenuhi kebutuhannya dengan baik. Adapun indikator pelayanan prima

antara lain:
32

1) Kemampuan (abbility)

Kemampuan yang dimaksu disini meliputi kemampuan atau keterampilan

komunikasi dengan ramah dan jelas serta efektif sehingga pemberian layanan

menjadi efektif. Yang paling penting yaitu mengetahui tentang layanan yang

ditawarkan sehingga bisa memberi informasi yang akurat bukan ceplas ceplos.

2) Sikap (attitude)

Sebagai seorang penyedia layanan esopanan dan keramahan dalam

memberikan pelayanan saat melakukan pelayanan adalah hal yang utama, agar

pelayanan tersebut dapat dikatakan prima maka pada dasarnya harus

memperhatikan kesopanan dan keramahan pada saat berbicara dengan

pelanggan. Sapa dengan ramah dan dengarkan baik- baik ketika berbicara

dengan sisa ataupun orangtua siswa dan penerima layanan lannya serta berikan

informasi dengan jelas, singkat dan mudah dipahami.

3) Penampilan (appearance)

Penampilan disini bisa berarti fisik dan non-fisik.mulai dari pakaian yang

sebaiknya rapi, penampilan fisik yang bersih, ekspresi wajah yang rileks dan

senyum tulus serta gaya berkomunikai yang sopan, jelas dan ramah.

4) Perhatian (attention)

Dalam konteks pelayanan prima, perhatian ini dimaksudkandalam

mendengarkan permintaan pelanggan kita harus penuh perhatian dan fokus

pada permintaan atau keluhan pelanggan, menanggapi permintaan dengan

efisien, memahami perktaannya dan tidak membedakan pelayanan dengan

memandang latar belakang.


33

5) Tindakan (action)

Tindakan dalam pelayanan prima diartikan mengenai Langkah-langkah yang

responsif dalam memberikan tanggapan yang cepat, sigap dan solutif terhadap

permintaan dan permasalahan pelanggan.

6) Tanggung jawab (accountability)

Tanggung jawab yang dimaksudkan disini berkaitan dengan penerimaan

pesanan atau hal yang diinginkan atau penanganan keluhan dari penerima

layanan atau pelanggan. Ketika pesanan terkait Pendidikan diterima dan

keluhan ditangani dengan baik, maka dapat meningkatkan reputasi sekolah dan

sekolah dapat dengan sesegera mungkin mendeteksi masalah lebih awal

sehingga bisa mencegah masalah yang lebih fatal atau serius di kemudian hari.

2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel adalah satuan ukuran yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Variabel ini diukur dengan metode

pengukuran skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang berpedoman

pada indikator-indikator yang telah ditentukan dimana setiap pertanyaan-

pertanyaan memuat jawaban yang memiliki nilai berbeda-beda antara satu dengan

yang lain.
34

Sama halnya terkait dengan pemberian bobot yang dikemukakan bahwa

untuk keperluan analisis kuantitatif, maka pemberian Sugiyono (2022, h. 94)bobot

setiap jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:

1. Selalu diberi skor 5


2. Sering diberi skor 4
3. Kadang-kadang diberi skor 3
4. Hampir tidak pernah diberi skor 2
5. Tidak pernah diberi skor 1

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2022, h. 80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Obyek/subyek penelitian harus bisa diakses untuk pengumpulan data, dalam hal ini

obyek/subyek penelitiannya adalah para guru.

Populasi penelitian ditentukan berdasarkan karakteristik tertentu yang ingin

dipelajari atau di analisis yang relevan dengan tujuan penelitian. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah guru SMK Negeri 1 Selayar yang berjumlah sebanyak

78 orang (termasuk PNS dan GTT non PNS).

2. Sampel

Pada penelitian ini, pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple

random sampling (pengambilan sampel acak sederhana) yaitu pengambilan sampel

yang setiap anggotanya memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, tanpa

memperhatikan karakteristik khusus dalam populasi yang akan diteliti. Penentuan


35

jumlah sampel yaitu menurut Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2022, h. 86)

penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu untuk tingkat kesalahan 1%, 5%,

dan 10%, rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui

adalah sebagai berikut:

𝜆2 . 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠 =
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝜆2 . 𝑃. 𝑄

Dimana:

𝜆2 dengan dk =1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%

P = Q = 0.5.

d = 0,05.

s = jumlah sampel

Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi yang

dikembangkan dari Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan 5% dengan jumlah

populasi sebesar 78 guru, maka diperoleh sampel berjumlah 62 guru.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sehubungan dengan masalah

yang akan dikaji ada tiga teknik yaitu:

a. Angket (Kuesioner)

Angket adalah alat penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dari responden dengan cara memberikan pertanyaan – pertanyaan tertulis. Angket

menjadi metode efektif untuk merinci pendapat, sikap, informasi dari sekelompok
36

orang untuk keperluan penelitian. Adapun yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah siswa dan guru SMK Negeri 1 Selayar.

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket tertutup yang

disusun dengan media google form dengan cara mencentang pilihan yang telah

disediakan oleh peneliti pada media tersebut.

b. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2022, h. 114) mendefiniskan interview sebagai

“a meeting of two persons to exchange information and idea through question and

responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

maakna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk

mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam lagi terkait dengan situasi atau

fenomena yang diteliti. Penting untuk memperhatikan wawancara dengan baik dan

menghargai dan menjaga interaksi yang ramah selama prosesnya. Dalam hal ini

yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah, para wakasek, beberapa guru dan

siswa SMK Negeri 1 Selayar. Wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak

terstruktur atau wawancara bebas dimana tidak digunakan pedoman wawancara

yang berisi pertanyaan – pertanyaan spesifik melainkan hanya memuat poin – poin

penting dari masalah yang ingin digali dari responden. Peneliti juga dapat

menggunakan alat bantu seperti handphone sebagai perekam suara, gambar, dan

material lain yang sekiranya dapat membantu keberlangsungan wawancara menjadi

lancar.
37

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan melihat dan mencatat laporan

yang sudah tersedia. dokumentasi yang dilakukan seputar pengambilan gambar

berupa fotoo saat wawancara dan gambar-gambar yang berkaitan dengan sumber

data sebagai upaya melengkapi data sekunder dibutuhkan. Data yang melengkapi

atau data sekunder yang dimaksud bisa berupa sejarah singkat sekolah, profil

sekolah, visi misi sekolah, ataupun dokumen lainnya.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Menurut Janna & Herianto (2021) “Uji validitas adalah uji yang berfungsi

melihat apakah suatu alat ukur tersebut dikatakan valid atau tidak valid”. Alat ukur

yang dimaksud yaitu pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket/kuesioner.

Dengan uji validitas akan membantu dalam mengidentifikasi apakah alat

pengukuran tersebut benar mengukur variabel

Kriteria pengujiannya yaitu:

a. H0 diterima apabila r hitung > r tabel, (alat ukur yang digunakan valid
atau sahih)
b. H0 ditolak apabila r statistik ≤ r table, (alat ukur yang digunakan tidak
valid atau tidak sahih)
c. Cara menentukan besar nilai R table, R table = df (N-2) untuk tingkat
signifikansi uji dua arah
38

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur indikator atau pernyataan suatu

kuesioner. Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan SPSS dengan Teknik

Cronbach Alpha, dimana variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,6. Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

a. Jika nilai Cronbach Alpha >0,6 maka instrumen dikatakan reliabel

b. Jika nilai Cronbach Alpha <0,6 maka instrumen dikatakan tidak reliabel

H. Teknik Analisis

Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisi statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial yang bertujuan

untuk mengkaji variabel penelitian.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis deskriptif adalah suatu jenis analisi data yang dimaksudkan

untuk mengungkapkan atau menggambarkan keadaan atau karakteristik masing-

masing variabel penelitian sebagai standar dengan menggunakan analisis distribusi

frekuensi, persentase, rata-rata (mean) dan standar deviasi.

a. Persentase

Rumus persentase yaitu:

𝑓
𝑃= × 100%
𝑁

Dimana:

P= Angka Persentase

F= frekuensi Jawaban Responden


39

N= Jumlah Responden

b. Analisis rata-rata (mean)

Menurut Siregar (2017, h. 137)rumus rata-rata adalah:

∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑛

Dimana:

𝑥̅ = Mean

∑ 𝑥𝑖 = Nilai tiap data

n = Jumlah data

c. Standar deviasi

Menurut Siregar (2017, h. 141) rumus standar deviasi adalah:

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠=√
(𝑛 − 1)

Dimana:

s= simpangan baku

n= jumlah sampel

x= nilai harga

2. Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui kenormalan data tentang Kepemimpinan (variabel X)

dan Peningkatan Pelayanan Prima (variabel y) yang telah dikumpulkan, maka


40

dilakukan suatu uji normalitas data. Uji normalitas data ini menggunkan rumu Chi

Kuadrat oleh Sugiyono (2022, h. 172) yaitu:

(𝑓0 − 𝑓ℎ )2
𝑋ℎ2 =
𝑓ℎ

Dimana:

𝑋ℎ2 = Harga Chi Kuadrat

𝑓𝑜 = Frekuensi yang diobservasi

𝑓ℎ = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian ini dilakukan dengan membandingkan harga Chi Kuadrat

hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau

sama dengan Chi Kuadrat tabel (𝑋ℎ2 ≤ 𝑋𝑡2 ) maka distribusi data dinyatakan normal,

dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal dengan menggunakan derajat

kebebasa, dkk =(k-1) dan taraf kesalahan 5%.

b. Analisi Korelasi Product Moment

Analisis korelasi product moment yaitu untuk megetahui derajat hubungan

signifikan anatara variabel X dan variabel Y. Menurut Sugiyono (202, h. 183)

rumus yang digunakan adalah:

n ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 − (∑ 𝑥𝑖 )(∑ 𝑦𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 =
√{n ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 2 )}{n ∑ 𝑦𝑖 2 − (∑ 𝑦1 2 )]

Dimana:

r𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

∑x = data dari angket variabel metode pembelajaran diskusi


41

∑ = data dari angket variabel minat belajar

n= jumlah sampel

Selanjutnya pengujian koefisien korelasi dengan menguji hipotesis, yaitu,

H0:P =0 lawan H1 :P≠ 0. Kriteria pengujian adalah ketentuan apabila bilangan r

hitung > r tabel pada sampel (N) tertentu pada taraf signifikan 5% berrati ada

hubungan yang signifikan begitu pula sebaliknya. Untuk mengetahui besarnya

hubungan antara kedua variabel, maka digunakan patokan interpretasi nilai r.

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah


0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2016, h. 184)

c. Uji Hipotesis (Uji T)

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent

secara parsial berpengaruh signifikan atau tdiak terhadap variabel dpenden. Adapun

rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2016, h. 184) sebagai berikut:

𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
42

Derajat kebebasan yang digunakan adalah 0,005. Derajat kebebasan (degree

of freedom) pada Uji T adalah n-1. Adapun pengambilan Keputusan pada uji T ialah

sebagai berikut:

Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (signifikan)

Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak signifikan)

Atau nilai signifikansi:

Jika Sig <o,05 maka H0 ditolak sehingga H1 diterima (signifikan)

Jika Sig > 0,005 maka H0 diterima sehingga H1 ditolak (tidak signifikan)

H0: variabel bebas secara parsial tidak signifikanmempengaruhi variabel terikat

H1: variabel bebas secara parsial signifikan memengaruhi variabel terikat.

d. Analisis Regresi Linear Sederhana

Adapun teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

uji hipotesis dengan analisis regeresi linear sederhana. Menurut rumus regresi linear

sederhana ialah:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥

Dimana:

Y = nilai yang diprediksi

a = harga Y bila x=0 (harga konstanta)

b = koefisien regresi

x = nilai independent yang mempunyai nilai tertentu


43

JADWAL PENELITIAN

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV


Uraian
No
kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pengajuan
judul dan
1
penyusunan
proposal
Seminar
2
proposal
Revisi
3
Proposal
Persiapan
4
Penelitian
Pelaksanaan
5
penelitian
Penyusunan
6 hasil
penelitian
Seminar
7 hasil
penelitian
Revisi hasil
8
penelitian
44

RENCANA BIAYA

Tabel 3.4
Biaya yang Diusulkan
No Jenis Pengeluaran
(Rp.)

1. Pembelian bahan habis pakai Rp. 500.000,-

2. Akomodasi Rp. 200.000,-

3. Perjalanan Rp.600.000,-

4. Sewa peralatan Rp. 100.000,-

5. Pengeluaran lainnya Rp. 300.000,-

Total Rp. 1.700.000,-


DAFTAR PUSTAKA

Barata, A. A. (2003). Dasar Dasar Pelayanan Prima: Persiapan


Membangun Budaya Pelayanan Prima Untuk Meningkatkan Kepuasan
dan Loyalitas Pelanggan (R. L. Toruan, Ed.). PT Elex Media
Komputindo .
Daryanto, & Setyabudi, I. (2014). Konsumen dan Pelayanan Prima (MT.
Drs. Bintoro, S.t., Ed.; 1st ed.). Penerbit Gava Medika.
Hidayati, R., Aunnurrahman, & Radiana, U. (2018). Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru di SD Negeri 67
Sungai Raya.
Hutahaean, W. S. (2021). Filsafat Dan Teori Kepemimpinan (L. L.
Mabruroh, Ed.; 1st ed.). Ahlimedia Press.
Janna, N. M., & Herianto. (2021). Konsep Uji Validitas Dan Reliabilitas
Dengan Menggunakan SPSS. Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI)
(18210047), 1–12.
Kelley, R. (2021). The 10 Pillars Of Exceptional Customer Service dalam
https://robertkelleyconsulting.com/the-10-pillars-of-exceptional-
customer-service. .
latifah, nor. (2022). Peran kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Inovasi Dan Tenaga Kerja Pendidik.
Mu’ah, Indrayani, T. I., Masram, & Sulton, M. (2019). Kepemimpinan (P.
Vita, Ed.; 1st ed.). PT. Raja Grafindo Persada.
Mudyahardjo, R. (2016). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umunya dan Pendidikan di Indonesia. In
Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umunya dan Pendidikan di Indonesia.
Mulyasa. (2015). Manajemen Kepemimpinan kepala Sekolah (5th ed.). PT.
Bumi Aksara.
Mulyasa, E. (2018). Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Muchlis, Ed.; 13th
ed.). PT Remaja Rosdakarya.
Musdiani, Gunawan, & Ibrahim. (2020). Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru (M. Hamid & Jalaluddin,
Eds.; 1st ed., Vol. 105).
Nasrullah, Muh., Rumingan, M., Nasaruddin, & Niswaty, R. (2017).
Pengaruh Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja

45
46

Guru di SMK Negeri 1 Makassar. Jurnal Pemikiran Ilmiah Dan


Pendidikan Administrasi Perkantoran.
Pamekas, M. (2021). Pelayanan Prima (Mukson, Ed.; 1st ed.). Penerbit
Lakeisha.
Rahmadana, Muh. F., Mawati, A. T., Siagian, N., Perangin-angin, M. A.,
Refelino, J., Tojiri, M. Y., Siagian, V., Nugraha, N. A., Manullang, S.
orba, Silalahi, M., Yendrianof, D., Sari, A. P., Supriadi, M. N., Sari, M.
H. N., & Bahri, S. (2020). Pelayanan Publik (J. Simarmata, Ed.; 1st ed.).
Yayasan Kita Menulis.
Rahmawaty, N. (2020). Manajemen Pelayanan Prima. graha ilmu.
Rapang, R., Yunus, M., & Apriyanti, E. (2022). Peran Kepala Sekolah dalam
Menerapkan Peraturan-Peraturan di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4.
Siregar, S. (2017). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Bumi
Aksara.
Sugiyono. (2016). metode penelitian kuantitatif. alfabeta.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D (2nd
ed.). alfabeta.
Sutikno, S. (2018). Pemimpin dan Kepemimpinan: Praktis Untuk Menjadi
Pemimpin Yang Diidolakan (P. Hadisaputra, Ed.). Holistica Lombok.
Syukur, I. (2015). Kriteria Pemimpin Teladan Dalam Islam (Analisi Kritis
Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi SAW).
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN
Raden Intan.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Indonesia.
Wahjosumidjo. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya. PT. Rajagrafindo Persada.
Yaqien, N. (2020). Urgensi Pelayanan Prima Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Di Lembaga Pendidikan Islam. Manajemen Pendidikan
Islam, 11.

Anda mungkin juga menyukai