Gas-gas yang menyumbang efek rumah kaca diantaranya uap air (H2O), karbondioksida
(CO2), metana (CH4), ozon (O3), nitrous oksida (N2O), CFC (Chloro Fluoro Carbon), serta
HFC (Hydro Fluoro Carbon).
The Black Swan: Rahasia Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Langka yang Tak TerdugaRp 148.000
Pembunuhan di Rumah Miring (Murder in the Crooked House)Rp 105.000
Gas-gas itu sebenarnya diperlukan agar bumi tidak terlalu dingin. Namun, sejak terjadinya
revolusi industri, gas-gas seperti karbon dioksida, methana, dan gas berbahaya lainnya kian
bertambah di atmosfer. Konsentrasinya pun semakin meningkat imbas ulah manusia. Apabila
konsentrasi gas-gas rumah kaca kian meningkat di atmosfer, efek rumah kaca akan semakin
besar.
Panas yang masuk lewat kaca mobil itu sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui kaca,
sementara sebagian lainnya terperangkap di dalam mobil. Hal itu mengakibatkan suhu di
dalam mobil lebih tinggi daripada di luar.
Saat proses terjadinya efek rumah kaca, ada gas kaca yang keluar lalu membentuk lapisan
yang menyelimuti bumi. Gas kaca tersebut berupa karbon dioksida, metana, nitrogen
dioksida, dan beberapa gas lainya dan merupakan reaksi alami industri.
Apabila gas efek rumah kaca tersebut lepas, partikelnya akan mampu naik hingga lapisan
troposfer. Kemudian, terbentuklah lapisan yang menyelimuti bumi. Energi-energi yang
memantul lagi ke bumi di antaranya sebanyak 25% dipantulkan awan dan partikel lain, 25%
terserap awan, 45% terserap permukaan bumi, dan 10% dipantulkan lagi oleh permukaan
bumi.
Perlu diketahui, bumi yang kita tinggali ini dilapisi oleh lapisan atmosfer. Melalui proses
terjadinya efek rumah kaca, terdapat partikel gas yang melayang di antara bumi dan lapisan
atmosfer itu. Hal ini mengakibatkan panas bumi memantul dan harus dibawa keluar.
Pada prosesnya, panas bumi kembali masuk yang mengakibatkan suhu bumi naik lalu
akhirnya menghangat. Mulanya, kondisi bumi hanya akan menghangat saja. Namun apabila
hal ini terus berlanjut, bumi tidak hanya menghangat melainkan juga memanas yang bersifat
global. Hal itu dikenal sebagai pemanasan global (global warming).
Dampak Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca memiliki dampak yang tidak sedikit. Apabila kita tidak segera bergerak
untuk menanggulanginya, efek rumah kaca akan semakin besar dan bisa mengancam
kehidupan.
1. Pemanasan Global
Karena efek rumah kaca bisa menyebabkan pemanasan global, tentu akan mengancam
semua ekosistem lantaran suhu bumi naik yang juga dibahas di dalam buku Pemanasan
Global yang ada dibawah ini.
2. Mencairnya Es di Kutub
Dampak selanjutnya adalah mencairnya es di kutub yang juga berimbas pada
keberlangsungan ekosistem. Mencairnya es tersebut mengakibatkan kenaikan air laut yang
dapat menenggelamkan daerah-daerah rendah.
Tanpa kita sadari, tumbuhan memiliki banyak manfaat bagi manusia. Selain sebagai sumber
makanan, tumbuhan juga berfungsi sebagai media untuk mengurangi efek rumah kaca. Untuk
berfotosintesis, tumbuhan memerlukan karbondioksida dan uap air.
Banyaknya penebangan liar akan mengakibatkan berkurangnya media yang mengurangi efek
rumah kaca. Bahkan, pembakaran hutan secara besar-besaran juga menyebabkan
meningkatnya efek rumah kaca. Apabila hutan dibakar, akan terbentuk gas rumah kaca
seperti CO2. Gas itu akan dilepaskan ke udara, lalu menjadi penahan radiasi sinar matahari.
Selain itu, hutan yang kian sempit juga bisa jadi penyebab efek rumah kaca. Oleh sebab itu,
harus diselidiki pelaku utama terjadinya kebakaran hutan secara besar-besaran. Sebab, lahan
hutan memiliki peran sangat penting untuk makhluk hidup. Hutan juga menjadi paru-paru
dunia yang harus dijaga. Menyempitnya lahan hutan akan mengakibatkan memburuknya
cuaca.
Tanpa keberadaan hutan, tidak ada yang membantu mengubah karbondioksida menjadi
oksigen. Itu akan mengganggu pernapasan dan terjadinya pencemaran udara. Berdasarkan
data dari Bank Dunia dunia, sebanyak 14,5 juta hektar hutan musnah setiap tahunnya. Hal itu
akibat berbagai aktivitas manusia yang ilegal dan legal.
Pembukaan lahan melalui pembakaran untuk area industri dan tempat tinggal juga bisa
menyebabkan efek rumah kaca. Selain itu, pohon yang seharusnya bisa menyerap karbon
dioksida juga akan berkurang yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai bencana
seperti banjir & tragedi pembalakan hutan yang dibahas dalam buku Global Warming.
2.Penggunaan Bahan Bakar Fosil Secara Berlebihan
Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang digunakan secara berlebihan akan
berdampak buruk pada kualitas udara. Selain itu, dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah
kaca pada atmosfer.
3. Pencemaran Laut
Seperti diketahui, lautan bisa menyerap karbon dioksida dalam jumlah banyak. Namun, laut
bisa tercemar akibat limbah industri dan sampah. Akibatnya, banyak ekosistem di dalamnya
yang musnah sehingga laut tidak bisa menyerap karbon dioksida lagi seperti halnya yang
dibahas pada Buku Ajar Pencemaran Laut dibawah ini.
4. Industri Pertanian
Penggunaan pupuk nonorganik untuk meningkatkan hasil pertanian juga berdampak buruk
bagi lingkungan. Sebab, bisa menghasilkan gas rumah kaca, seperti nitrous oksida yang
kemudian dilepaskan ke udara.
6. Industri Peternakan
Limbah industri peternakan seperti kotoran sapi dapat menghasilkan gas rumah kaca,
misalnya karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Semakin banyak limbah peternakan yang
dibiarkan, maka semakin besar pula gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara.
7. Gaya Hidup Konsumtif
Apabila kamu berlebihan dalam mengonsumsi suatu barang, hal itu juga bisa berdampak
buruk terhadap lingkungan. Sebagai infomasi, produk-produk yang digunakan manusia
menyumbang 60% penghasil gas rumah kaca. Bagaimana bisa? Ya, hal itu akibat penggunaan
energi yang sangat banyak untuk memproduksi barang-barang industri atau konsumsi,
misalnya penggunaan listrik dan batu bara.
PBB bahkan memperkiraan konsumen yang membeli pakaian 60 persen lebih banyak dari 15
tahun lalu. Namun, pakain yang dibeli itu hanya disimpan saja. Hal yang sama juga terjadi
pada produk-produk elektronik yang jarang digunakan.
8. Sampah Plastik
Hasil kegiatan manusia juga menyumbang efek rumah kaca, misalnya tumpukan sampah
plastik yang volumenya tak terkendali. Apabila tidak terurai atau didaur ulang, sampah-
sampah itu hanya akan mencemari lingkungan.
Menurut penelitian, plastik mengeluarkan gas metana dan etilen saat terkena sinar matahari
dan berakibat rusak. Gas metana alami atau buatan bisa menjadi penyebab utama perubahan
iklim. Sebab, kedua gas tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pemanasan global.
Gas metana menempati urutan kedua dalam perusakan lingkungan. Gas metana berasal dari
bahan-bahan organic, biasa ditemukan pada hasil pemecahan bakteri pada pertanian,
perkebunan, dan peternakan. Apabila produksi hewan ternak semakin tinggi, maka gas
metana juga semakin meningkat untuk dilepaskan ke permukaan bumi.
Metana merupakan gas rumah kaca. Metana bisa memerangkap panas dalam atmosfer dan
dipancarkan selama kegiatan produksi batu bara, gas alam, serta minyak. Sisa makanan yang
terbuang dan menjadi sampah juga menghasilkan metana. Tahukah kamu? Indonesia
menduduki peringkat nomor dua sebagai negara penghasil sampah makanan.
Untuk mengurangi sampah plastik yang semakin menumpuk, banyak orang yang berusaha
untuk memanfaatkan plastik menjadi barang daur ulang. Seperti salah satunya yang dibahas
pada buku Dari Sampah Plastik Menjadi Bensin & Solar.
Pajak listrik memang sudah dibayar, namun hemat listrik tetap harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya efek rumah kaca. Ini tidak semata-mata karena masalah uang, namun
terkait masalah kesehatan lingkungan. Listrik dapat menambah jumlah gas karbondioksida di
bumi dan menyebabkan pemanasan global. Selain itu, tentu saja dapat merusak lingkungan.
Berbagai efek rumah aca juga dapat Grameds pelajari pada buku Magic Thousand Character
Series: Ancaman Global Warming yang membahas topik tersebut melalui ilustrasi dan
animasi.
Kadar karbon yang dihasilkan oleh kegiatan industri tercatat 412 bagian per juta dalam 150
tahun terakhir. Sementara, karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida menyebabkan
peningkatan suhu bumi selama 50 tahun terakhir. International Energy Agency juga mencatat
antara tahun 2000-2016 Republik Rakyat China menjadi negara yang menyumbang emisi
karbon dioksida terbesar pertama di dunia. Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-6
setelah Rusia dengan nilai 2,053 miliar ton.
5. Menggalakkan Reboisasi
Reboisasi menjadi satu di antara banyak solusi untuk mengatasi emisi gas rumah kaca di
udara. Tumbuhan hasil reboisasi itu akan menyerap karbondioksida dan uap air sebagai
bahan baku fotosintesis.
Unsur ini biasanya digunakan sebagai cairan pendingin pada freezer, lemari
es, AC ruangan, dan mesin pendingin lainnya, kaleng semprot untuk
pengharum ruangan, penyemprot rambut atau parfum. Apabila terpaksa
menggunakan barang-barang pendingin diatas, lakukan pemeriksaan berkala
untuk mencegah dan meminimalisasi kebocoran cairan pendingin tersebut.
Lapisan ozon bisa terancam oleh beberapa faktor hingga mengalami penipisan. Faktor
penyebab menipisnya lapisan ozon adalah ulah manusia di bumi. Pemicunya adalah
peningkatan penggunaan Bahan Perusak Ozon atau dikenal dengan istilah BPO.
Mulai dari penggunaan lemari es, pendingin ruangan, pengharum ruangan, peralatan
kosmetik, cat semprot, semprot nyamuk, asap kendarakan bermotor, pabrik,
penggunaan pupuk kimia, penebangan hutan, dan masih banyak lagi.
Bahayanya, zat-zat ini dapat terus menumpuk dan terkumpul dengan jumlah yang besar
menuju stratosfer. Fungsi utama stratosfer adalah penyerapan sinar ultraviolet. Jika
fungsinya terganggu, maka peningkatan suhu bumi dan krisis alam yang lain bisa
terjadi.
Advertisement
5 dari 5 halaman
Perbesar
Menghimpun data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten,
terdapat hasil pengamatan di tahun 1980-1991 mendapati lubang pada lapisan ozon
yang membesar hingga hampir seluas benua Australia.
Setelahnya, penelitian pada 2011 menunjukkan hasil yang mulai membaik. Lubang
tersebut masih tersisa di atas kutub utara, Rusia, dan Autralia. Pada tahun 2014
kemudian, PBB memperingati Hari Ozon Internasional sebagai kampanye meningkatkan
kepedulian atas bahaya pemanasan global atau global warming.