Kep - JIWA Kel. 5 DISTRES SPIRITUAL Fix
Kep - JIWA Kel. 5 DISTRES SPIRITUAL Fix
SPRITUAL
Di Susun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang DISTRES SPIRITUAL. Shalawat serta salam
senantiasa kami curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DISTRES SPIRITUAL ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................2
2.1 Definisi.................................................................................................3
2.3 Etiologi.................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.........................................................................................5
2.5.1 Pengkajian......................................................................................6
2.5.4 Intervensi......................................................................................11
iii
3.4 Peran & Fungsi Perawat.....................................................................16
3.5.1 Pengkajian....................................................................................18
3.5.3 Diagnosa.......................................................................................24
3.5.5 Intervensi......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan
diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas kami dapat menarik kesimpulan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu distres spiritual.
2. Untuk mengetahui tentang penyebab distres spiritual.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan distres spiritual.
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan (PPNI, 2016)
Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan terintegrasi serta melebihi sifat alamiah biologis dan
psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)
3
Objektif
1. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat / pemimpin spiritual
2. Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
3. Koping tidak efektif
4. Tidak berminat pada alam/literatur spiritual (PPNI, 2016)
2.3 Etiologi
Menjelang ajal
Kondisi penyakit kronis
Kematian orang terdekat
Perubahan pola hidup
Kesepian
Pengasingan diri
Pengasingan sosial
Gangguan sosio-kultural
Peningkatan ketergantungan pada orang lain
Kejadian hidup yang tidak diharapkan (PPNI, 2016)
4
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapakan melakukan penyesuaian
terhadap perubahan akibat stress. Ketika kita mengalami stress, otak kita akan
berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,
W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan
atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang
menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress.
Stress akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulus saraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem
limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab
terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan
perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status
mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi,
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan
dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai
dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,
sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme
patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap
terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
5
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada
kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya
termasuk kebutuhan spritual.
6
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Distres Spiritual
2.5.1 Pengkajian
Identitas pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Tanggal pengkajian
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara
memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa
yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan
perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara
cintai atua begini penting bagi saudara?
4. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
5. Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
a. Perasaan ketika seseorang gagal
b. Perasaan tidak stabil
c. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
7
d. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
e. Perasaan hampa.
Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang
pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,
keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Precipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi
karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang
yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan
baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha
tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual
keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan
peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
8
Penilaian Terhadap Stressor :
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
Sumber Koping :
Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan
pada kepentingan orang lain.
Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi
spiritual.
Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan
balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara
tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual
tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu,
dua, tiga, empat atau lima.
9
2.5.2 Diagnosa Keperawatan
1. Distres Spiritual
Batasan karakteristik:
1) Ansietas
2) Insomnia
3) Letih
4) Menangis
5) Menyakan identitas
6) Menanyakan makna hidup
7) Menyakan makna penderitaan
8) Takut.
10
2.5.3 Pohon Masalah
Distres Spiritual
2.5.4 Intervensi
11
kondisi spiritual. keperawatan.
4) Keterbatasan yang
berhubungan dengan
proses penyakit atau
aturan tindakan.
5) Pemisahan dari artikel
kitab suci, atau
lingkungan spiritual
bermakna.
6) Rasa takut menentang
atau rasa malu.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
laki-laki yang mempunyai pengaruh buruk untuk Ny D, ia jadi sering pulang malam,
bahkan Ny D yang dulunya memakai jilbab sekarang sering melepas jilbabnya ketika
bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan
kamarnya dan semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan orang tuanya.
Keesokan harinya Ny D tidak mau keluar kamar karena cemas dan takut saat
diperbuatnya salah, tapi ia tidak berani keluar kamar karena merasa hidupnya
13
kembali mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali solat
Tuhan YME.
a) Faktor predisposisi
b) Faktor precipitasi
14
kehidupan dengan yang baru. Seperti dikasus yang sudah mulai
d) Koping
Proses terapeutik
15
Hubungan antara terapis dank lien yang penuh rasa percaya
situasi terapi.
Pencegahan Primer
untuk klien.
b. Health Education
Peran dan fungsi perawat pada health education ini yakni pemberian
16
Dengan perawat memberikan dukungan sosial, diharapkan tingkat
Pencegahan Sekunder
Dengan tujuan agar ansietas yang dialami oleh klien dapat berkurang
Pencegahan Tersier
kembali.
17
3.5 Proses Keperawatan
3.5.1 Pengkajian
I. Identitas pasien
1) Nama : Ny. D
2) Usia : 19 tahun
Kesadaran Composmentis
TTV
TD : 130/90 mmHg
Nadi 80x/mnt
RR 20x/mnt
Suhu 36oC
Berat Badan : 50 kg
18
IV. Psikososial
Genogram
jiwa
Konsep Diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Peran
d) Ideal diri
sebelumnya.
e) Harga diri
19
Masalah keperawatan : harga diri rendah situasi
Hubungan Sosial
Spiritual
o Kegiatan ibadah
V. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, klien memakai pakaian dengan
sesuai.
2. Pembicaraan
Klien bicara dengan suara lambat, halus tapi jelas, inisiatif untuk
memulai pembicaraan kurang namun sudah sesuai dengan topik
pembicaraan.
3. Aktivitas Motorik
20
Tingkat motorik klien glisah karena klien cemas dengan masalah
yang dihadapinya.
Masalah keperawatan : defisit aktivitas deversional.
4. Alam Perasaan
Klien mengatakan sedih dan bersalah ketika memikirkan perkataan
orang tuanya.
5. Afek
Klien mengalami kesepian karena merasa tidak ada yang
menyanginya dan tidak mempedulikannya.
Masalah keperawatan : ansietas
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara respon klien mau menceritakan masalahnya
kepada perawat, dan klien merasa nyaman saat bercerita serta
menyadari kesalahannya.
7. Persepsi halusinasi
Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
8. Proses pikir
Klien mampu bercerita masalahnya dengan benar.
9. Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien composmentis, pasien menyadari bahwa dirinya
ada di Rumah, klien mengetauhi hari, klien mengenal nama orang
tuanya.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien sangat berkonsentrasi saat selama dilakukannya wawancara.
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan pada kemampuan penilaian
karena klien bisa mengambil keputusan untuk berubah kembali
seperti dulu setelah berkonsultasi kepada perawat.
21
12. Daya titik diri
Klien tidak mengingkari bahwa dirinya bersalah dan mengakuinya.
3) Mandi
4) Berpakaian
5) Istirahat tidur
kelakuannya
masalahnya.
22
Masalah dengan dukungan sosial, spesifiknya setelah klien mengenal
23
3.5.3 Diagnosa
1) Distres Spiritual
couse
3.5.5 Intervensi
24
Mengekspresikan penyebab dan
penurunan penunjang, bila
perasaan bersalah mungkin.
dan ansietas. Pembatasan
Mengekspresikan dimungkinkan
kepuasan dengan oleh rumah sakit
kondisi spiritual. atau lingkungan
keperawatan.
Keterbatasan yang
berhubungan
dengan proses
penyakit atau
aturan tindakan.
Pemisahan dari
artikel kitab suci,
atau lingkungan
spiritual
bermakna.
Rasa takut
menentang atau
rasa malu.
25
3.5.6 Implementasi dan Evaluasi
untuk berubah.
P : Menganjurkan klien
bersama.
lingkungan
26
keperawatan. menerima kesalahannya.
A : Klien mampu
mepertahankan ibadahnya.
P : Menganjurkan klien
lebih istiqomah.
27
BAB IV
SP 1
Pertemuan ke : Pertama
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
28
memasuki kamarnya dan semalaman tidak bisa tidur karena
Diagnosa Keperawatan
Distress Spiritual
Tujuan Khusus
Tindakan Keperawatan
29
B. Strategi Komunikasi Orientasi
Salam Terapeutik
Evaluasi Validasi
depan?
1. Bagaimana keadaan mbak saat ini ? Apakah ada masalah ? Jika iya,
D. Terminasi
ibadah yang mbak lakukan serta belajar cara ibadah yang lain.
30
SP 2
Pertemuan ke : Kedua
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
Distress Spiritual
Tujuan Khusus
Tindakan Keperawatan
lingkungan keperawatan.
31
B. Strategi Komunikasi Orientasi
Salam Terapeutik
Evaluasi Validasi
kepada mbak
ngobrol dimana ?
maupun diri kita ? dalam sehari berapakah solat wajib yang harus
dilakukan ?
D. Terminasi
32
SP 3
Pertemuan ke : Ketiga
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
Distress Spiritual
Tujuan Khusus
teratasi.
Tindakan Keperawatan
bermakna.
33
B. Strategi Komunikasi Orientasi
Salam Terapeutik
Evaluasi Validasi
kepada mbak
musholah?
D. Terminasi
34
DAFTAR PUSTAKA
Kim, M. J., McFarland, G. K. & Mclane, A. M., 1995. Diagnosa Keperawatan. 5 ed.