Anda di halaman 1dari 13

“Karakteristik Berfilsafat dan Sistematika Filsafat”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Umum


Dosen Pengampuh: Dr. Syukri, M.A/Faisal Siregar
Pemakalah : Hamka Ghozali/Rahmat Hidayat Hasibuan

STUDY PROGRAM AQIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDUIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
TP. 2021
KATA PENGANTAR
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT. kami dapat


menyelesaikan penyusunan makalah “Karakteristik Berfilsafat dan Sistematika
Filsafat” sesuai waktu yang telah ditentukan. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membimbing umatnya ke
jalan yang benar dan diridhoi-Nya.

Sehubung dengan penyusunan makalah ini, diperuntukkan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Filsafat Umum yang dibimbing oleh bapak Dr. Syukri M.A dan
Bapak Paisal Siregar di UIN Sumatera Utara khususnya Fakultas Ushuluddin dan
Studi Islam.

Dalam pembelajaran tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
kami. Terima Kasih.

Medan, 29 Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
BAB III PEMBAHASAN 2
A. PENGERTIAN KARAKTERISTIK FILSAFAT 2
B. KARAKTERISTIK FILSAFAT 3
C. SISTEMATIKA FILSAFAT 6
1. Epistemology 6
2. Otology 6
3. Aksiologi 7
BAB IV PENUTUP 8
KESIMPULAN 8
SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengulas pengertian filsafat tidak akan lepas dari objek-objek yang
dijadikan bahan dari filsafat itu sendiri. Dari ulasan tersebut memunculkan
berbagai pembahasan yang mengarah pada filsafat itu sendiri. Salah satu
indikator untuk mencapai hal tersbut ialah mengenal karakteristik berfilsafat.
Dari segala problematika yang diulas di dalam kehidupan tidak semua hal
yang dipikirkan telah mencapai pada taraf pemikiran filsafat. Maka, dalam titik
ini untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam pemikiran filsafat
dibutuhkan untuk memahami sistematika filsafat sebagai tolak ukurnya.

B. Rumusan Masalah
Untuk meringkas pemaparan dan penyusunan dalam makalah ini maka
pembahasan akan diategorikan di antaranya:
a. Apa yang dimaksud karakteristik filsafat ?
b. Bagaimana karakteristik filsafat ?
c. Bagaimana sistematika filsafat ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian karakteristik filsafat
b. Memahami karakteristik filsafat
c. Memahami sistematika filsafat

1
BABII

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Berfilsafat
Membicarakan karakteristik berarti sama dengan membahas tentang ciri-ciri. Secara
garis besar, karakteristik berfilsafat membicarakan tentang bagaimana berfilsafat
atau lebih tepatnya berfikir filsafat. Filsafat sendiri merupakan cara salah satu cara
manusia dalam menggunakan akal dan pikirannya untuk berpikir atau merenungkan
segala sesuatunya yang muncul akibat adanya suatu pemicu yang memunculkan
pertanyaan demi mendapatkan kepastian yang dapat diterima oleh akal mereka.

Sistematika Filsafat
Sistematika/struktur filsafat muncul sebagai suatu cara dalam mengelompokkan
hasil pemikiran-pemikiran yang telah terkumpul. Karena objek penelitian filsafat
luas sekali dan sifat penelitiannya yang mendalam, hasil penelitian itu bertambah
terus dan tidak ada yang dibuang, maka hasil pemikiran yang terkumpul dalam
sistematika filsafat banyak sekali.
Namun, dalam sistematika/struktur filsafat secara garis besarnya memiliki tiga
cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik Filsafat

2
Membahas karakteristik bisa diartikan juga dengan membahas tentang
kekhususan atau ciri-ciri dari suatu hal yang akan menjadi keidentikan atau
simbol dari hal tersebut.
Filsafat dapat diidentikan dengan berpikir atau merenungkan segala
sesuatu demi mendapat kepastian sebagai jawaban dan filsafat cenderung dengan
pemikirannya yang rasional agar nantinya dapat diterima oeh akal. Menurut
Langeveld, selaku guru besar Rijks Universitiet Utrecht berpendapat bahwa
filsafat merupakan suatu ilmu yang berpikir tentang hakikat yang akhir dan yang
menentukan, yaitu problema yang membahas makna eksistensi, Tuhan,
kebebasan, dan keabadian.1
Perlu digaris bawahi, bahwa segala bentuk pemikiran ataupun perenungan
yang dilakukan oleh manusia dapat dianggap sebagai aktivitas berfilsafat tidak
sepenuhnya benar. Karena dalam berfilsafat sendiri ada standar-standar yang
digunakan sebagai acuan orang dianggap berfilsafat. Dapat disimpulkan bahwa
segala aktivitas berpikir tidak selalu merujuk pada aktivitas berfilsafat, namun
setiap aktivitas berfilsafat sudah tentu berpikir. Oleh karena itu, terdapat
beberapa ciri-ciri atau karakteristik dalam berfilsafat yang akan dibahas pada
makalah kali ini.

B. Karakteristik/Ciri-ciri Berfilsafat
Filsafat lebih diidentikkan dengan berpikir kritis dan mendalam, berpikir
sampai ke akar-akarnya (radix).2 Karena itulah, filsafat dipandang sebagai cara
berpikir radikal. Filsafat juga melibatkan cara berpikir yang sistematik dan

1 Dr. Gunawan Adnan, M.A, “Filsafat Umum”, Ar-Raniry Press, hal 5.


2 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hal.60.

3
terbuka bagi alam semesta (inklusif). Lebih ringkasnya, berikut ini adalah
karakteristik berfilsafat.
❖ Radikal, artinya berpikir sampai ke akar persoalan. Berpikir secara radikal
adalah karakter utama filsafat. Karena filosof berpikir secara radikal, maka ia
tidak akan pernah terpaku hanya pada fenomena suatu entitas tertentu. Ia
tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk
menemukan akar seluruh kenyataan.3
❖ Kritis, artinya tanggap terhadap persoalan yang berkembang dan yang
diketahuinya atau bahkan mendatanginya. Berpikir kritis adalah sebuah skill
kognitif yang memungkinkan seseorang untuk menginvestigasi sebuah
situasi, masalah, pertanyaan, atau fenomena untuk bisa membuat sebuah
penilaian atau keputusan. Berpikir kritis mengombinasikan dan
mengoordinasikan semua aspek kognitif yang dihasilkan berupa persepsi,
emosi, intuisi, mode berpikir linear ataupun non linear, dan jua penalaran
induktif maupun deduktif.4
❖ Konseptual atau konsepsional, artinya konstruksi pemikiran filsafat berusaha
untuk menyusun suatu bagan yang konsepsional dalam arti bahwa konsepsi
(rencana kerja) meruakan suatu hasil generalisasi serta abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu.5 Berpikir
filosofis tak hanya berupaya mengetahui hakikat kenyataan dan ukuran-

3 M. Sidi Ritaudin, “Mengenal Filsafat dan Karakteristiknya”, Vol. 9, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, No. 1, Juni 2015.
4 Nurani Soyomukti, Bab Pengertian Filsafat, Kedudukan, dan Cabang-cabangnya, “Pengantar Filsafat
Umum”, ed. Meita Sandra, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 104.
5
Nurani Soyomukti, Bab Pengertian Filsafat, Kedudukan, dan Cabang-cabangnya, “Pengantar Filsafat
Umum”, ed. Meita Sandra, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 106.

4
ukuran untuk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan
mengenai segala sesuatu, melainkn juga berusaha menemukan kaidah-kaidah
berpikir itu sendiri.
❖ Rasional, yaitu berpikir dengan menggunakan akal. Berpikir secara rasional
berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis itu bukan hanya
sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal
sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan. Berpikir
kritis ialah terus menerus mengevaluasi dan memverifikasi argumen-
argumen yang mengklaim diri benar. Berpikir sistematis-kritis adalah ciri
utama berpikir rasional, dan berpikir rasional adalah salah satu karakteristik
filsafat.6
❖ Reflektif, yaitu mencerminkan pengalaman pribadi. Artinya, filsafat
dihasilkan dari proses perenungan terhadap diri dengan dunia, mengevaluasi
cara pandang diri dikaitkan dengan pandangan-pandangan dan realitas baru
yang dialami dan didapat.7
❖ Metodis, yaitu bahwa pemikiran filsafat diperoleh dengan suatu metode atau
cara agar didapatkan kebenaran yang akan membuat manusia mampu menilai
hidup dan mengambil keputusan tepat dan berpandangan tidak parsial. Untuk
berpikir secara benar, diperlukan metode yang benar, karena ini adalah
hukum filsafat.8

6 M. Sidi Ritaudin, “Mengenal Filsafat dan Karakteristiknya”, Vol. 9, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, No. 1, Juni 2015.
7 Nurani Soyomukti, Bab Pengertian Filsafat, Kedudukan, dan Cabang-cabangnya, “Pengantar Filsafat
Umum”, ed. Meita Sandra, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 107.
8
Nurani Soyomukti, Bab Pengertian Filsafat, Kedudukan, dan Cabang-cabangnya, “Pengantar Filsafat
Umum”, ed. Meita Sandra, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 109.

5
C. Sistematika Filsafat
Berbicara mengenai sistematika berarti juga membahas struktur. Secara
garis besarnya filsafat mempunyai tiga struktur, yaitu teori pengetahuan
(epistemology), teori hakikat (ontology), dan teori nilai (axiology).
1. Epistemology
Epistemology membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana
cara memperoleh pengetahuan. Secara kebahasan (etimologi), istilah
epistemology berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logis. Runes
dalam kamusnya (1971) menjelaskan bahwa epistemology is the branch of
philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of
knowlodge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah filsafat
pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah epistemology
untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun
1854 (Runes, 1971:94).9
Adapun secara terminologis, kita dapat meminjam pendapat dari
beberapa pakar terkait pengertian epistemology ini. Milton D. Hunnex
misalnya yang menyebutkan bahwa epistomologi adalah cabang filsafat
yang membahas sifat dasar, sumber, dan vadilitas pengetahuan
(epistemology comprises the systematic study of the nature, sources, and
validity of knowledge) (Hunnex, 1986: 3).10
2. Ontologi

9 Ahmad Tafsir, Bab Pengantar Kepada Filsafat, “Filsafat Umum”, ed. Tjun Surjaman, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 23.
10
Akhyar Yusuf Lubis, “Filsafat Ilmu”, ed. Tim Pondok Penyuntigan, (Depok, PT. Rajagrafindo Persada :
2014), hal. 31-32.

6
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai
menghadapi objek-objeknya ntuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu
dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah bagian yang
dinamakan teori hakikat.
Kata ontology berasal dari perkataan yunani yaitu, ontos : being, dan
logos : logic. Jadi, ontology adalah the theory of being qua being (teori tetang
keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi
diartikan sebagai satu cabang metafisika yang berhubunggan dengan kajian
mengenai eksistensi itu sendiri.11
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis tersebut diantaranya adalah Thales, Plato dan Aristoteles. Thales
misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di mana-mana, ia
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang
merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita
sesungguhnya bukanlah ajaranya yang mengatakan air itulah asal mula
segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala
sesuatu berasal dari satu substansi belaka”.12
3. Aksiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu
“aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti terori. Jadi, aksiologi
merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain,
aksiologi adalah teori nilai. Aksiologi dalam Kamus Bahasa Indonesia

11 Fatkhul Mubin, “Filsafat Modern : Aspek Ontologis, Epitemologis, dan Aksiologis”, hal. 3.
12 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hal. 49.

7
(1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibi Sono seperti yang dikutip
Surajio (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran,
etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu.13 Kemudian memnurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.14

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Filsafat dapat diidentikan dengan berpikir atau merenungkan segala sesuatu
demi mendapat kepastian sebagai jawaban dan filsafat cenderung dengan
pemikirannya yang rasional agar nantinya dapat diterima oleh akal. Perlu digaris
bawahi, bahwa segala bentuk pemikiran ataupun perenungan yang dilakukan oleh
manusia dapat dianggap sebagai aktivitas berfilsafat tidak sepenuhnya benar. Karena
dalam berfilsafat sendiri ada standar-standar yang digunakan sebagai acuan orang
dianggap berfilsafat. Dapat disimpulkan bahwa segala aktivitas berpikir tidak selalu
merujuk pada aktivitas berfilsafat, namun setiap aktivitas berfilsafat sudah tentu
berpikir.
Secara garis besarnya filsafat mempunyai tiga struktur, yaitu teori
pengetahuan (epistemology), teori hakikat (ontology), dan teori nilai (axiology).

13 Fatkhul Mubin, “Filsafat Modern : Aspek Ontologis, Epitemologis, dan Aksiologis”, hal. 9.
14 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hal. 164.

8
Epistemology membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. Kemudian, ontologi diartikan sebagai satu cabang metafisika yang
berhubunggan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Dan adapun,
memnurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Saran
Penulis menyadari bahwasannya makalah di atas masih memiliki banyak
kesalahan dan kekurangan, baik kesalahan penulisan maupun kekurangan referensi.
Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
demi menjadikan makalah ini lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003).


M. Sidi Ritaudin, “Mengenal Filsafat dan Karakteristiknya”, Vol. 9, Jurnal Studi
Agama dan Pemikiran Islam, No. 1, Juni 2015.
Dr. Gunawan Adnan, M.A, “Filsafat Umum”, Ar-Raniry Press.
Nurani Soyomukti, Bab Pengertian Filsafat, Kedudukan, dan Cabang-cabangnya,
“Pengantar Filsafat Umum”, ed. Meita Sandra, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011).
Ahmad Tafsir, Bab Pengantar Kepada Filsafat, “Filsafat Umum”, ed. Tjun Surjaman, (Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 1990),

9
10

Anda mungkin juga menyukai