Anda di halaman 1dari 2

A.

Evaluasi Insident Rate HAIs dan Benchmarking Triwulan I Tahun 2019


Tabel dan grafik adalah data dari ruangan rawat inap yang diakumulasikan dan
dibagi jumlahnya per item di kalikan 1000. Jika kita melihat Standart Pelayanan Minimal
(SPM) Kemenkes tahun 2008 untuk angka infeksi tidak boleh lebih dari 1,5% atau jika
dijadikan permil maka untuk angka infeksi tidak boleh lebih dari 15‰.
Berikut ini benchmarking / Perbandingan data HAIs RSK Bhakti Wara dengan
RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
RSK Bhakti Wara RSUD Depati Hamzah
Jenis Infeksi Angka Infeksi (‰) Angka Infeksi (‰)
No
Januari Februari Maret Januari Februari Maret
1 Phlebitis 8,7 9,3 6,1 23,36 88,70 43,78
2 ISK 0 0 0 0 0 0
3 Decubitus 0 0 0 0 0 0
4 ILO 0 0 0 0 0 0

Benchmarking HAIs Phlebitis


di RSK Bhakti Wara Pangkalpinang
dengan RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
Triwulan I Tahun 2019
100
Februari; 88.7
90
80
70
60
50 Maret; 43.78
40
30 Januari; 23.36
20 Januari; 8.7 Februari; 9.3 Maret; 6.1
10
0
Januari Februari Maret

RSK Bhakti Wara RSUD Depati Hamzah

Dari angka yang didapat angka kejadian infeksi di RSUD Depati Hamzah
Pangkalpinang lebih tinggi daripada angka kejadian infeksi di RSK Bhakti Wara
Pangkalpinang. Dengan angka kejadian HAIs phlebitis yang lebih rendah dari
RSUD Depati Hamzah, indicator angka HAIs RSK Bhakti Wara cukup baik
mengingat benchmarking dengan rumah sakit di kota yang sama yaitu kota
Pangkalpinang.

1
1. Analisa :
a. Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan aseptic 
masih sangat rendah
b. Pasien yang tidak mau mengganti IV Catheter di satu tempat yang melebihi 2-3
hari walaupun sudah diedukasi oleh perawat. Ditemukan dilapangan hampir
semua pasien menolak untuk diganti baru.
c. Tingkat osmolaritas obat/antibiotika yang masih tinggi dan waktu injeksi yang
terlalu cepat untuk jenis antibiotika yang memerlukan pengenceran dengan
cairan lain sehingga mengiritasi dinding vena yang mempercepat terjadinya
phlebitis.
d. Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan  IV Catheter.
e. Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) serta Rekomendasi
a. Tisu hand towel untuk mengeringkan tangan setelah mencuci tangan / hand
washing yang sudah terealisasi sebelumnya sudah tidak pernah ada lagi di
tempat tisu/box tisu karena mengeringkan tangan sudah tidak direkomendasikan
dengan menggunakan handuk yang sehari ganti. Maka diharapkan untuk bagian
logistic untuk pengadaan kembali tisu hand towel tersebut.
b. Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan
penangan pasien menular
c. Kepada Komite Medik segera membuat usulan penggunaan antibiotic dan
antimikroba yang wajar, bila belum mungkin dilaksanakan peta kuman maka
boleh kita buat secara empiris.
d. Edukasi yang lebih giat lagi ke pasien tentang penggunaan IV Catheter site yang
melebihi waktu 2-3 hari dan harus diganti, dan dilakukan pemantauan dan
perawatan.
e. Pengumpulan data / pelaporan harus sesuai dengan kejadiannya dan harus
dipahami kapan kita laporkan sebagai infeksi, sehingga tidak ada yang ditutupi
atau bahkan dilebihkan.
f. Perlu pemahaman semua pihak tentang pembatasan kunjungan dimana waktu
belum terkontrol dengan baik dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak
yang masuk keruangan rawat inap. 
g. Dukungan manajemen yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk
pelayanan yang baik dan berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai