Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PLKH ACARA PIDANA

PUTUSAN PENGADILAN

Disusun oleh :

Febrilia Rizki K. D. (19.C1.0102)


Mellysa Nofia (19.C1.0125)
M. Krisna Bayu Aji (19.C1.0129)
Yoseffano Christyawan P (19.C1.0146)

FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2021/2022
PUTUSAN
NOMOR 456/Pid.Sus/2006/PN.Smg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara pidana dengan


acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan
sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama lengkap : Boysukro Bin Mulono
Tempat lahir : Semarang
Umur / tgl lahir : 25 Tahun /25 Maret1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl.Kedungsepur no.100 Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

Terdakwa ditahan Polrestabes Semarang mulai tanggal 10 Desember


sampai 19 Desember 2005, Kemudian ditahan oleh Kejaksaan Negeri
Semarang mulai tanggal 19 Desember 2005;
Terdakwa didampingi oleh Penasehat hukum yaitu : M.Krisna Bayu
Aji, SH., MH.,& Yoseffano, SH. Advokat dan Paralegal dari “Lembaga
Bantuan Hukum Negara Akbar” beralamat di Tambak Mayor Baru IV/205
Kota Semarang, berdasarkan Surat Penetapan Ketua Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Semarang tertanggal 8 Januari 2006 Nomor :
456/Pid.Sus/2006/PN.Smg;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca :
- Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Semarang Nomor
456/Pid.Sus/2006/PN Smg tanggal 8 Januari 2006 tentang
penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 456/Pid.Sus/2006/PN Smg tanggal 8
Januari 2006 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi, dan Terdakwa serta
memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di
persidangan;
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Boysukro bin Mulono bersalah melakukan


tindak pidana menyalurkan, menyerahkan dan menjadi perantara
dalam jual beli membeli Narkotika Golongan I, sebagaimana yang
didakwakan pasal 82 ayat (1) dan Pasal 85 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor: 22 tahun 1997 tentang Narkotika
dalam dakwaan Pertama.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Boysukro bin Mulono
berupa pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dengan
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara,
ditambah denda sebesar Rp 1000.000.000,- (satu milyar rupiah),-
Subsidair selama 6 (enam) bulan penjara dengan perintah
terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
bungkusan kecil ganja sebanyak 20 buah, yang mana setiap
bungkusan kecil berisi 10 gr ganja. Agar dirampas untuk
dimusnahkan.
4. Menyatakan agar terdakwa tersebut di atas, membayar biaya
perkara sebesar Rp 1000,- (seribu rupiah);

Setelah mendengar pembelaan dari Penasehat hukum Terdakwa yang


pada pokoknya sebagai berikut :

1. PUTUSAN YANG SEADIL-ADILNYA (ex aequo at bono) dan / atau

2. PUTUSAN YANG SERINGAN-RINGANNYA

Setelah mendengar tanggapan secara lisan dari Penuntut Umum


terhadap pembelaan Penasehat hukum Terdakwa yang pada pokoknya
menyatakan tetap pada Tuntutan pidananya;

Setelah mendengar tanggapan secara lisan dari Penasehat hukum


Terdakwa terhadap tanggapan Penuntut Umum yang pada pokoknya
menyatakan tetap pada pembelaannya;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut


Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut :

PRIMAIR
Bahwa ia terdakwa Boysukro Bin Mulono, pada hari Minggu tanggal
10 Desember 2005 sekitar jam 20.00 wib atau setidak-tidaknya dalam
bulan Desember 2005 atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 2005,
bertempat di cafe Tenda Jl.Sisingamangaraja No.516 Semarang, atau
tempat lain yang masih termasuk ke dalam wilayah hukum Pengadilan
Negeri Semarang, dengan sengaja mengedarkan ganja narkotika golongan I,
yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut:

- Bahwa terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono, membawa tas


pinggang hitam yang berisi bungkusan kecil ganja sebanyak 20 buah,
setiap bungkusan kecil berisi 10 gr ganja.
- Bahwa terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono menawarkan dan
menjual pada pengunjung café Tenda yang bernama Joko Ngawur,
Joko Ngawur berniat untuk membeli dan menyerahkan uang
Rp.50.000, kemudian Boysukro Bin Mulono Bin Mulono
menyerahkan satu bungkusan kecil tersebut.
- Pada saat jual beli tersebut disaksikan oleh Salimin pelayan café, juga
disaksikan oleh pengunjung café Jumadi dan pacarnya yang bernama
Siti Sundari.
- Pada saat itu juga terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono
ditangkap oleh Reserse Narkoba dari Polrestabes Semarang.

Perbuatan terdakwa tersebut, sebagaimana diatur dan


diancam pidana dalam Pasal 82 (1) huruf a UU no.22 tahun 1997
tentang Narkotika.

SUBSIDAIR

Bahwa terdakwa Boysukro Bin Mulono, pada hari Minggu tanggal 10


Desember 2005 sekitar jam 20.00 wib atau setidak-tidaknya dalam bulan
Desember 2005 atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 2005, bertempat
di cafe Tenda Jl.Sisingamangaraja No.516 Semarang, atau tempat lain yang
masih termasuk ke dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Semarang,
dengan sengaja mengedarkan ganja narkotika golongan I yang dilakukan
oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono, membawa tas


pinggang hitam yang berisi bungkusan kecil ganja sebanyak 20 buah,
setiap bungkusan kecil berisi 10 gr ganja.
- Bahwa terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono menawarkan dan
menjual pada pengunjung café Tenda yang bernama Joko Ngawur,
Joko Ngawur berniat untuk membeli dan menyerahkan uang
Rp.50.000, kemudian Boysukro Bin Mulono Bin Mulono
menyerahkan satu bungkusan kecil tersebut.
- Pada saat jual beli tersebut disaksikan oleh Salimin pelayan café, juga
disaksikan oleh pengunjung café Jumadi dan pacarnya yang bernama
Siti Sundari.
Pada saat itu juga terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin Mulono
ditangkap oleh Reserse Narkoba dari Polrestabes Semarang.

Perbuatan terdakwa tersebut, sebagaimana diatur dan


diancam pidana dalam Pasal 85 UU no.22 tahun 1997 tentang
Narkotika.

Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum,


Terdakwa melalui Penasehat hukumnya mengajukan keberatan
(eksepsi) sebagai berikut:
Bahwa sebagaimana diketahui bahwa salah satu asas yang
paling mendasar dalam perkara pidana adalah keharusan pembuatan
surat dakwaan, karena Ia menentukan batas-batas pemeriksaan dan
penilaian hakim yang memuat fakta-fakta yang dituduhkan terhadap
terdakwa dan hakim hanya boleh memutuskan atas dasar fakta-fakta
tersebut, tidak boleh kurang atau lebih sehingga itulah ia dipandang
sebagai Letis Constantie. Bahwa sebagai dasar dari keseluruhan
proses pidana, surat dakwaan selain harus memuat syarat Formil
dan Materiil yang dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, juga
harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan. Karena itu, surat dakwaan harus memuat
suatu uraian secara cermat, dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan. Ini berarti, bahwa surat dakwaan yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dala pasal 142
ayat (2) huruf b batal demi hokum.
Didalam syarat materiil Pasal 143 ayat (2) butir b perlu
diperhatikan rumusan perbuatan yang harus diuraikan secara jelas
dan tegas di dalam surat dakwaan. Sesuatu hal yang sangat penting
dan sering terlupakan dalam penyusunan surat dakwaan khususnya
dalam uraian syarat meteriil tersebut, yaitu setelah menguraikan
syarat formal dan meteriil. Juga harus dapat tersimpulkan asas
pertanggungjawaban pidana yaitu adanya alasan hokumKemudian
menurut Pasal 143 ayat (3) KUHAP dengan tegas menyatakan bahwa
tidak dipenuhinya syarat-syarat materiil, surat dakwaan menjadi
batal demi hukum dalam pengertian secara yuridis sejak semula
tidak pernah ada tindak pidana seperti yang diuraikan dalam surat
dakwaan. Karena itu sebagai implikasi yuridisnya surat dakwa
tersebut batal demi hokum. Bahwa surat dakwaan yang di buat oleh
jaksa penuntut dengan nomor perkara Reg.Perk no.762/kjn
Smg/I/2006 Surat dakwaan tersebut tidak berisi uraian secara jelas
dan lengkap mengenai kronologi kejadian tindak pidana yang
dilakukan. Bahwa menurut ketentuan Pasal 143 ayat (2) dan ayat (3)
KUHAP untuk sahnya suatu surat dakwaan, maka surat dakwaan itu
harus berisi uraian-uraian secara cermat, jelas dan lengkap menganai
tindak pidana yang dilakukan. Bahwa apabila diperhatikan dan
dicermati dengan seksama, maka Surat Dakwaan dalam perkara ini
tidak diuraikan oleh jaksa penuntut umum duduk perkara secara
lengkap dan Pasal yang dikenakan terhadap terdakwa salah.

Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) merupakan aturan-aturan
yang mengatur bagaimana prosedur pemeriksaan seorang yang
disangka/didakwa melakukan tindak pidana hingga ia
diputus/divonis pengadilan. Didalamnya juga mengatur hakhak
tersangka/terdakwa yang wajib dihormati, dan dipenuhi oleh aparat
penegak hukum yang memeriksa agar pemeriksaan terhadap
tersangka/terdakwa berjalan secara adil dan berimbang. Dalam
konteks hak atas bantuan hukum, KUHAP menjamin hak tersangka
atau terdakwa untuk didampingi penasihat hukum dalam setiap
tingkat pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 114 jo Pasal 56
ayat (1) KUHAP. Pasal 114 KUHAP menyatakan : “Dalam hal seorang
disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya
pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan
kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum
atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat
hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHAP”. Pasal 56
ayat (1) KUHAP menyatakan :

“Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa


melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang
tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”

Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata


Jaksa Penuntut Umum selaku Pejabat yang melakukan pemeriksaan
terhadap Tedakwa, tidak menunjuk Penasihat Hukum bagi Terdakwa
secara Cuma-Cuma. Padahal Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa
Tedakwa dengan Dakwaan melanggar Pasal Pasal 82 (1) huruf a atau
Pasal 85 UU no.22 tahun 1997 tentang Narkotika , dengan ancaman
pidana penjara paling lama 20 tahun, yang mengharuskan Jaksa
Penuntut Umum wajib menunjuk Penasihat Hukum secara Cuma-
Cuma sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara
Pidana yang wajib ditaati dalam penegakan hukum pidana dan
memiliki konsekuensi hukum bila dengan sengaja mengabaikan atau
lalai menerapkan hukum acara sebagaimana kaidah hukum dibawah
ini:

- Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28


April 1988, yang menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima
- Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16
September 1993 yang menyatakan : apabila syarat-syarat permintaan
dan/atau hak tersangka/terdakwa tidak terpenuhi seperti halnya
penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi tersangka sejak awal
penyidikan, tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat
diterima
- Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY
tertanggal 07 Maret 2002, menyatakan penuntutan yang dilakukan
oleh penuntut umum tidak dapat diterima karena didasarkan pada
penyidikan yang tidak syah, yaitu melanggar Pasal 56 ayat (1)
KUHAP;
- Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla
tertanggal 13 Februari 2003, menyatakan penuntutan tidak dapat
diterima karena dilakukan atas dasar BAP yang batal demi hukum,
karena dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat (1)
KUHAP;
- Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl
tertanggal 26 Juni 1995 yang menyatakan penyidikan yang dilakukan
oleh Mabes Polri tidak syah karena Pasal 56 ayat (1) KUHAP tidak
diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga penuntutan penuntut
umum tidak dapat diterima.

Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan


pemriksaan terhadap Tedakwa pada tahap Penuntutan tidak
melaksanakan perintah Pasal 56 ayat (1)KUHAP tersebut. Maka Surat
Dakwaan yang dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum
dengan Reg.Perk no.762/kjn Smg/I/2006 tanggal 5 Januari 2006,
adalah hasil dari bentuk pelanggaran formal yuridis dan harus
dinyatakan tidak sah dan batalkan demi hukum. Seperti disebutkan
di atas, Pasal 114 Jo Pasal 56 ayat (1) KUHAP sudah menegaskan
bahwa bantuan hukum itu wajib disediakan (dengan menunjuk
Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa di setiap tingkat
pemeriksaan. Maka berita acara pemeriksaan, dakwaan atau
tuntutan dari penuntut umum adalah tidak sah sehingga batal
demi hukum.

Berkenaan dengan itu mohon agar majelis hakim yang


memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan mempertimbangkan
nota keberatan (eksepsi) ini dan memberikan putusan dalam eksepsi
sebagai berikut:
1. mengabulkan atau menerima eksepsi dari penasihat hukum
tersebut :
2. menyatakan, bahwa surat dakwaan jaksa penuntut umum
batal demi hokum
3. menyatkan bahwa terdakwa tidak BOYSUKRO Bin MULONO
dapat dipersalahkan atau dihukum berdasarkan atas surat
dakwaan yang batal demi hukum tersebut.
4. membebankan biaya perkara kepada Negara.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut


Umum telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut :
1. SALIMIN, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa Saksi sudah pernah diperiksa dikepolisian dan Keterangan
yang saksi berikan dan dituangkan dalam BAP sudah benar
semuanya;
- Bahwa benar saksi tidak mengenal terdakwa dan tidak ada hubungan
keluarga.
- Bahwa benar saksi adalah pelayan café Tenda.
- Bahwa saksi pada waktu menjalankan pekerjaannya melayani
pengunjung café, saksi melihat terdakwa Boysukro bin Mulono
sedang bercakap – cakap dengan seorang pengunjung café
menawarkan dengan maksud menjual sebungkus kecil ganja,
kemudian pengunjung café tersebut menyerahkan uang sebesar Rp
50.000,- dan yang bersangkutan menerima satu bungkus kecil ganja.
- Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat
membenarkannya;

2. JOKO NGAWUR, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan


sebagai berikut:
- Bahwa Saksi sudah pernah diperiksa dikepolisian dan Keterangan
yang saksi berikan dan dituangkan dalam BAP sudah benar
semuanya;
- Bahwa benar saksi mengenal terdakwa tetapi tidak ada hubungan
keluarga.
- Bahwa benar saksi ditawari untuk membeli satu bungkus kecil ganja
seharga Rp 50.000,- dan saksi berniat membeli serta menyerahkan
uang tersebut kepada terdakwa dan saksi menerima satu bungkus
kecil ganja tersebut.
- Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat
membenarkannya;

3. JUMADI, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai


berikut:
- Bahwa Saksi sudah pernah diperiksa dikepolisian dan Keterangan
yang saksi berikan dan dituangkan dalam BAP sudah benar
semuanya;
- Bahwa benar saksi tidak mengenal terdakwa dan tidak ada hubungan
keluarga.
- Bahwa benar saksi pada tanggal 10 Desember 2005 sekitar jam 20.00
WIB sebagai pengunjung café Tenda.
- Bahwa pada saat itu saksi menyaksikan terdakwa menyerahkan
sebungkus kecil ganja kepada seorang pengunjung café yang duduk
satu meja dengan terdakwa dan pengunjung café menyerahkan uang
kepada terdakwa Rp 50.000,- .
- Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat
membenarkannya;

4. SITI SUNDARI, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan


sebagai berikut:
- Bahwa Saksi sudah pernah diperiksa dikepolisian dan Keterangan
yang saksi berikan dan dituangkan dalam BAP sudah benar
semuanya;
- Bahwa benar saksi tidak mengenal terdakwa dan tidak ada hubungan
keluarga.
- Bahwa benar saksi pada tanggal 10 Desember 2005 sekitar jam 20.00
WIB saksi bersama Jumadi (pacar saksi) sedang mengunjungi café
Tenda.
- Bahwa benar saksi melihat terdakwa sedang bercakap – cakap
dengan salah satu pengunjung café, kemudian melihat terdakwa
menyerahkan satu bungkusan kecil kepada salah satu pengunjung
café tersebut dan terdakwa menerima uang sebesar Rp 50.00,- dari
pengunjung café tersebut.
- Bahwa benar saksi melihat karena tempat duduk saksi kira – kira
jaraknya 2 meter dari tempat duduk terdakwa.
- Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat
membenarkannya;

Menimbang bahwa Terdakwa melalui Penasehat hukumnya


tidak mengajukan Saksi yang meringankan (A De Charge).
Menimbang, bahwa Terdakwa Boysukro Bin Mulono Bin
Mulono di persidangan telah memberikan keterangan yang pada
pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa pada saat diperiksa dipersidangan terdakwa dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa benar terdakwa belum pernah dihukum ataupun terlibat
perkara pidana
- Bahwa terdakwa pernah diperiksa dihadapan Penyidik Polisi dan
keterangannya dalam BAP Polisi tersebut benar semua;
- Bahwa terdakwa ditangkap Polisi pada hari Minggu tanggal 10
Desember 2005 sekitar jam 20.00 wib bertempat di cafe Tenda
Jl.Sisingamangaraja No.516 Semarang;
- Bahwa terdakwa saat ditangkap membawa 20 bungkus ganja di
dalam tas pinggangya, kemudia 1 bungkus.
- Bahwa terdakwa mengatakan menawarkan ganja kepada saksi II
dengan harga Rp 50.000,- 1 bungkusnya.
- Bawhwa terdakwa mengatakan saksi II memberikan kepada terdakwa
sebesar Rp 50.000, untuk membeli 1 bungkus kecil ganja.
- Bahwa terdakwa mengatakan saksi II setelah menerima 1 bungkus
kecil ganja dan meninggalkan cafee.
- Bahwa terdakwa melakukan hal itu dalam keadaan terpakasa untuk
mendapatkan uang untuk biaya kuliah.

Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti


sebagai berikut :
- Dua Puluh bungkus kecil ganja dan,
- Uang sebesar Rp 50.000,(Lima Puluh Ribu Rupiah).

Bahwa barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hokum
dan diperlihatkan kepada saksi-saksi dan terdakwa sehingga barang
bukti dapat memperkuat pembuktian;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan


mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut
diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut


Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis
Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas
memilih langsung dakwaan alternatif ke dua sebagaimana diatur
dalam Pasal 82 huruf UU RI No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika Jo
Pasal 85 UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang unsur-
unsurnya adalah sebagai berikut :
1. Unsur setiap orang
2. Unsur tanpa hak atau melawan hokum
3. Unsur menawarkan untuk dijual, menjual, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan I

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam


Persidangan, Maka selanjutnya kami akan menguraikan serta
menganalisa satu persatu unsur Pasal 82 (1) huruf a atau Pasal 85
UU no.22 tahun 1997 tentang Narkotika yang dikaitkan dari fakta-
fakta persidangan dan analisa fakta serta analisa yuridis dalam setiap
unsur pasal dengan mengacu kepada dakwaan yang dituntut oleh
Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa, yaitu sebagai berikut :

Pasal 82 (1) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997


tentang Narkotika berbnyi:
“Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum mengimpor,
mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual,
membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, alat menukar narkotika Golongan I, dipidana dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak RP. 1.000.000.000,00
(satu miyar rupiah);”

Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal ini yaitu :


1. Setiap Orang/Barang Siapa;
2. Tanpa hak atau Melawan Hukum;
3. Menawarkan Untuk Dijual, Menjual, Menerima, Menjadi
Perantara Dalam Jual Beli, Menukar, Atau Menyerahkan
Narkotika Golongan I.

Ad. 1 Unsur Barang Siapa / Setiap Orang

Bahwa “Setiap orang / Barang siapa ditujukan apabila orang


tersebut terbukti memenuhi unsur tindak pidana yang
dituduhkan terhadap Terdakwa, unsur setiap orang/barang
siapa” menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus
bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan
itu atau setidaktidaknya mengenai siapa orangnya yang harus
dijadikan Terdakwa dalam perkara ini. Tegasnya kata “setiap
orang” menurut Buku Pedoman Pelaksanaan tugas dan
Administrasi Buku II edisi revisi cetakan 4 tahun 2003 halaman
209 dari Mahkamah Agung RI dan Putusan Mahkamah Agung
RI Nomor : 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 identik
dengan terminologi kata “barang siapa” atau sebagai siapa saja
yang harus dijadikan Terdakwa / dader atau setiap orang
sebagai subyek Hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang
dapat diminta pertanggung jawaban dalam segala tindakannya,
bahwa surat perintah Penangkapan, surat Penahanan, surat
dakwaan, dan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
kemudian pemeriksaan Identitas Terdakwa pada sidang pertama
yang telah dibenarkan oleh terdakwa adalah benar bernama
Boysukro Bin Mulono sehingga tidak terjadi error in persona,
namun demikian unsur tersebut tidak berdiri sendiri maka
untuk menentukan kapasitas atau dapat dipandang sebagai
pelaku tindak pidana, harus dibuktikan dahulu unsur yang
lainnya, yang ada dirumuskan dalam pasal tersebut;

Ad. 2 Unsur Tanpa Hak atau Melawan Hukum

Bahwa terhadap unsur Tanpa Hak mengandung arti bahwa


perbuatan tersebut adalah tidak sesuai hukum. Bahwa yang
dimaksud Tanpa Hak atau Melawan Hukum adalah tidak
memiliki hak atau tidak mendapat ijin dari pihak yang
berwenang dan larangan tersebut timbul karena undang-
undang melarangnya, dengan demikian unsur ini menunjuk
pada suatu keadaan pada diri seseorang yang melakukan suatu
tindakan tanpa adanya alas hak atau dasar hukum yang sah
untuk melakukan tindakan tersebut. Merujuk pada ilmu hukum
pidana, kesalahan (schuld) terdiri dari kesengajaan
(dolus/opzet) atau kealpaan (culpa). Yang dimaksud dengan
“kesengajaan” ialah perbuatan yang dikehendaki dan si pelaku
menginsafi akan akibat dari perbuatan itu. Sedangkan yang
dimaksud dengan kealpaan adalah sikap tidak hati-hati dalam
melakukan suatu perbuatan sehingga menimbulkan akibat yang
dilarang oleh Undang-Undang disamping dapat menduga akibat
dari perbuatan itu adalah hal yang terlarang. Bahwa yang
dimaksud “tanpa hak dan melawan hukum” adalah tidak ada
hak/kewenangan dalam melakukan sesuatu perbuatan dan
termasuk juga suatu perbuatan dilakukan tanpa izin yang
berwenang atau bertentangan dengan aturan hukum atau
perbuatan yang dilakukan tidak memenuhi prosedur hokum.
Bahwa unsur ini berkaitan erat dengan unsur berikutnya,
sehingga untuk dapat menilai apakah terdakwa melakukan
perbuatannya dengan tanpa hak atau melawan hukum tersebut
haruslah terlebih dahulu dipertimbangkan unsur berikutnya
tersebut, karena unsur ini masih bergantung kepada salah satu
bentuk perbuatan yang terdapat dalam unsur lainnya yaitu
“Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan I”; Bahwa dengan demikian akan
dipertimbangkan.

Ad. 3 Unsur Menawarkan Untuk Dijual, Menjual, Menerima,


Menjadi Perantara Dalam Jual Beli, Menukar, Atau
Menyerahkan Narkotika Golongan I

Bahwa unsur dalam pasal ini berkaitan dengan suatu


perbuatan yang berkaitan dengan tujuan pemindah tanganan
atau penguasaan narkotika yang bersifat alternatif, sehingga
dalam pembuktiannya cukup apabila terpenuhi salah satu
bentuk perbuatannya tersebut di atas sudah cukup bagi Majelis
untuk menyatakan pelakunya bersalah;

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap


dipersidangan, terdakwa telah ditangkap oleh Anggota
Polrestabes Semarang pada hari Selasa tanggal 10 Desember
2006 sekira jam 20.00 WIB di cafe Tenda di Jalan
Sisingamangraja No.16, Semarang, karena diduga menjual atau
mengedarkan ganja; Bahwa dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh anggota Polrestabes Semarang telah ditemukan
20 (dua puluh) buah ganja seberat 200 gram di tas pinggang
warna hitam yang saat itu di pakai, sejumlah uang ditemukan
dalam dompet kulit warna hitam, dan 1 (satu) unit handphone.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi Salimin dan Jumadi


menerangkan bahwa saksi melihat terdakwa sedang bercakap –
cakap dengan salah satu pengunjung café, kemudian melihat
terdakwa menyerahkan satu bungkusan kecil ganja kepada
salah satu pengunjung café tersebut dan terdakwa menerima
uang sebesar Rp 50.00,- dari pengunjung café tersebut.

Bahwa berdasarkan uraian fakta hukum tersebut di atas, dapat


disimpulkan bahwa saksi hanya melihat Terdakwa secara nyata
telah hanya penjual saja tidak melihat terdakwa
mengonsmsinya dan saat di tes juga hasilnya negative. Sehingga
dengan demikian berdasarkan fakta hukum tersebut, Penasihat
Hukum Terdakwa berkeyakinan Bahwa terdakwa Tidak
mengonsmsi narkoba.

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di


persidangan sebagaimana telah diuraikan di atas maka Majelis
Hakim berpendapat perbuatan terdakwa tersebut di atas secara
kontekstual memenuhi maksud dan tujuan dari unsur Pasal 85
UU no.22 tahun 1997 tentang Narkotika atau menurut hemat
Penasihat Hukum unsur ini tidak terpenuhi oleh perbuatan
Terdakwa.

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut


Umum dalam Surat Dakwaannya dengan dakwaan yang
dikonstruksikan berbentuk alternatif yaitu Pertama melanggar Pasal
pasal 82 ayat (1) dan Pasal 85 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor: 22 tahun 1997 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka
Terdakwa dinyatakan terbukti secara sah melakukan tindak pidana
sebagaimana yang telah didakwakan;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap


Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah,
maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di


persidangan untuk selanjutnya akan ditetapkan dalam amar
putusan;
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap
Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan
yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:
- Bahwa perbuatan Terdakwa tidak mendukung program
pemerintah dalam pemeberantasan pemberantasan
Narkotika;

Keadaan yang meringankan:


- Terdakwa bersikap sopan di persidangan;
- Terdakwa merasa menyesal dan mengakui perbuatannya;

Menimbang, bajwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka


haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan, Pasal 82 ayat (1) Jo Pasal 85 Undang –


Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika dan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa BOYSUKRO Bin MULONO terbukti secara


sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Barang
siapa tanpa hak dan melawan hukum : mengimpor, mengekspor,
menawarkan untuk dijual, menyalurkan, membeli, menyerahkan,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar
narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana
seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah);”
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa BOYSUKRO Bin
MULONO dengan pidana penjara selama 10 tahun (Sepuluh
Tahun) dan denda Rp 500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah)
dengan ketentutan apabila tidak dibayar maka diganti pidana
penjara selama …. bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana
penjara tersebut;
4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menyatakan barang bukti berupa :
- Uang sebesar Rp50.000 (Lima Puluh Ribu) sebagai
Tranksanksi
- Bungkusan kecil ganja sebanyak 2 buah, setiap bungkusan
berisi 10 gr (sepuluh gram) ganja
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.5.000 (lima ribu rupiah).;

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang, pada hari Selasa tanggal
27 Desember 2005 oleh kami, Hakim Ketua , Hakim Anggota. Kami
ucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal
itu juga oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota
tersebut, dibantu Panitera pada Pengadilan Negeri Semarang, serta
dihadiri oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kota Semarang
dan Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum.

Hakim Anggota, Hakim Ketua

Febrilia Rizki K.D, S.H. M. Krisna Bayu, S.H, M.H.

Mellysa Nofia, S.H.

Panitera

Yoseffano C.P, S.H.

Anda mungkin juga menyukai