Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PERCOBAAN X

DEGRADASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN KATALISATOR

OKSIDA LOGAM

OLEH :

NAMA : MUH YAQUB S. RIJAL

STAMBUK : F1C1 20 034

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : JIHAN RA’AINA

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin banyaknya industri-industri yang dibangun maka samakin banyak

pula limbah yang dihasilkan. Salah satu limbah yang masih menjadi permasalahan

adalah limbah zat warna. Zat warna dipergunakan banyak dalam bentuk larutan

dengan dicampurkan pada bahan lain sehingga memberikan warna pada bahan

tersebut. Saat ini, produksi zat warna banyak dititik beratkan pada produksi tekstil

misal pada pembuatan kain untuk baju. Namun tanpa disadari, dengan semakin

luasnya penggunaan zat warna ini maka makin meningkat pula potensi

pencemaran oleh zat warna tersebut. Pencemaran zat warna dapat berakibat fatal

bagi lingkungan serta mahluk hidup.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah limbah zat

warna ini mencemari lingkungan adalah dengan mengolah limbah zat warna

dengan cara degradasi melalui proses fotokatalisis. Cara ini digunakan untuk

menyederhanakan senyawa kompleks yang beracun menjadi senyawa yang lebih

sederhana. Matode ini memiliki beberapa keunggulan yaitu polutan organik dapat

didegradasi menjadi senyawa yang tidak berbahaya, lebih hemat pemakaian bahan

kimia dan energinya. Fotokatalitik merupakan kombinasi antara proses fotokimia

dan katalis. Mede fotodegradasi banyak dipakai dalam degradasi warna karena

relatif murah dan mudah dengan menggunakan semikonduktor fotokatalis dan

sinar ultraviolet.

Salah satu senyawa yang biasa digunakan adalah besi (III) oksida (Fe 2O3).

Fe2O3 merupakan salah satu senyawa oksida logam dan berbahan semikonduktor
sehingga dapat di fotokalisis Melalu percobaan Degradasi Zat Warna

Menggunakan Katalisator Oksida Logam, kita bisa memahami prinsip dari

degradasi untuk meluruhkan zat warna sehingga bisa mencegah bahaya yang

ditimbulkan oleh pencemaran zat warna. Berdasarkan latar belakang diatas maka

dilakukan percobaan mengenai degradasi zat warna menggunakan katalisator

oksida logam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mendasari percobaan Degradasi Zat Warna

Menggunakan Katalisator Oksida Logam adalah bagaimana memahami prinsip

degradasi fotokatalisis menggunakan bahan semikonduktor?

C. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai pada percobaan Degradasi Zat Warna

Menggunakan Katalisator Oksida Logam adalah untuk memahami prinsip

degradasi fotokatalisis menggunakan bahan semikonduktor.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan Degradasi Zat Warna

Menggunakan Katalisator Oksida Logam adalah dapat memahami prinsip

degradasi fotokatalisis menggunakan bahan semikonduktor.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Fotokatalisis adalah reaksi kimia yang dipercepat oleh katalis dengan

adanya cahaya dikenal sebagai reaksi, contohnya fotosintesis buatan dimana

bahan bakar matahari dapat dihasilkan melalui reduksi CO 2 atau pemisahan air,

dan lain-lain. Fotokatalisis adalah kombinasi reaksi fotokimia dan katalisis yang

terinspirasi dan meniru proses fotosintesis alami, dimana bahan sintetis bertindak

sebagai katalis menggantikan katalis biologis (klorofil). Singkatnya, proses

fotokatalisis telah berkembang dari fotolisis dan reaksi fotokimia. Terlepas dari

kemudahan, efisiensi dan kenyamanan yang diberikan oleh fotokatalisis homogen,

karena hambatan dan kesulitan dalam mengidentifikasi dan membangun

mekanisme reaksi, fotokatalisis diarahkan dari fotokatalisis homogen ke heterogen

atau hibrida/kompleks (Thongam dan Harsh, 2021).

Semikonduktor adalah bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan

elektronik termasuk dioda, transistor dan sirkuit terpadu.Kemungkinan aplikasi

katalitik bahan-bahan ini menerima jauh lebih sedikit perhatian.Terutama, banyak

upaya dilakukan untuk menyelidiki fotokatalitik, yaitu ketika aktivitas katalitik

semikonduktor dibawa oleh pembawa muatan bebas yang dihasilkan pada

penyerapan foton.Namun demikian, katalisis pada semikonduktor tersebar luas

dengan tingkat yang lebih besar.Hal ini karena kebanyakan logam, bila terkena

udara (atau agen oksidatif lainnya), memiliki permukaan untuk ditutupi dengan

film oksida tipis. Oleh karena itu, reaksi kimia dianggap terjadi pada permukaan

katalis aktif logam, pada kenyataannya, dapat dilanjutkan pada lapisan

semikonduktor (Shtyka dkk., 2022).


Spektrofotometer UV-Vis adalah metode untuk mengukur panjang

gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diserap oleh

suatu sampel. Prinsip dasar metode uji spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada

pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak

yang diserap sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Eksitasi elektron yang

terjadi pada spektrofotometer UV-Vis dicatat dalam bentuk spektrum yang

dinyatakan sebagai panjang gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis

elektron yang ada dalam molekul yang dianalisis. Spektrofotometer UV-Vis dapat

digunakan untuk menentukan sampel dalam bentuk larutan, gas atau uap (Pratiwi

dan Asep, 2021).

Metil jingga (dimetilaminoazobenzenasulfonat) adalah pewarna anionik

azo yang umum dan khas. Pewarna sintetik organik yang larut dalam air ini

memiliki daya pewarnaan yang sangat tinggi dan memberikan warna jingga terang

ketika dilarutkan dalam air. Pewarna azo seperti metil jingga mengandung gugus

aromatik dan –N=N– dalam molekulnya, yang sangat beracun, karsinogenik dan

teratogenik dan berbahaya bagi lingkungan dan organisme. Metil jingga memiliki

diameter molekul diperkirakan sekitar 6-8 nm sesuai dengan berat molekul dan

strukturnya. Metil jingga merupakan pewarna yang berbahaya bagi lingkungan

dan biologi, sehingga harus dibuat tidak berbahaya sebelum dibuang (Wu dkk.,

2021).

Besi (III) oksida (Fe2O3) merupakan bahan semikonduktor yang memiliki

kemampuan sebagai fotokatalis sehingga dapat mempercepat reaksi oksidasi yang

diinduksi cahaya. Kemampuan ini dimiliki oleh Fe2O3 karena celah pitanya
sebesar 2,2 eV yang memudahkan terjadinya eksitasi elektron dari pita valensi ke

pita konduksi. Bijih besi (Fe2O3) terus dikembangkan agar dengan jumlah yang

besar tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Proses fotokatalisis

Fe2O3 sangat diperlukan pengotor (dopan), pengotor yang digunakan adalah

polistirena agar energi unsur yang ada pada pita valensi dapat tereksitasi ke pita

konduksi sehingga memiliki kemurnian dan kualitas yang lebih baik. Katalis

terbagi menjadi 2 jenis yaitu dopan non logam dan dopan logam. Oksida logam

transisi, misalnya Fe2O3 dengan Eg = 2,2 eV (Putri dkk., 2022).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan degradasi zat warna menggunakan katalisator oksida logam

dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Juni 2022 pukul 13.00-15.29 WITA dan

bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan degradasi zat warna meng

gunakan katalisator oksida logam adalah spektrofotometer UV-Vis, lampu UV,

gelas kimia 50 mL dan 100 mL, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan analitik

dan spatula.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan degradasi zat warna

menggunakan katalisator oksida logam adalah besi (III) oksida (Fe 2O3), metil

jingga (C14H14N3NaO3S), akuades (H2O), plastic wrap, tisu dan aluminium foil.
C. Prosedur kerja

Metil Jingga

- dibuat larutan dengan masing-


masing konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6
ppm dan 8 ppm
- dicampur 0,1 g Fe2O3
- diaduk
- disaring
- diukur nilai absorbansinya sebelum
fotokatalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
- dicatat nilai absorbansinya
- dihitung persentase zat warna yang
terdegradasi
- dimasukkan dalam lampu UV
selama 10 menit secara bersamaan
metil jingga yang telah terdegradasi

- dimasukkan ke dalam alat


spektrofotometer UV-Vis
- dicatat nilai absorbansinya
- dihitung persentase zat warna yang
terdegradasi

2 ppm = 9,58%

4 ppm = -14,95%

6 ppm = 6,24%

8 ppm = -2,43%
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, R. A. dan Asep B. D. N., 2021, How to Read and Interpret UV-Vis
Spectrophotometric Results in Determining the Structure of Chemical
Compounds, Indonesian Journal of Educational Research and Technology,
2(1).
Putri, S. R., Elsa O., Dafri Z., Ratnawulan, Firmansyah K. K., 2022, Photocatalyst
Coating of MnO-Fe2O3/PS from Natural Materials, Spectrum, 1(1).
Shtyka, O., Ciesielski R., Kedziora A., Dubkov S., Gromov D., Zakrzewski T. dan
Maniecki M., 2022, Catalytic activity of semiconductors under the
influence of electric fields, Applied Catalysis a General, 1(1).
Thongam, D. D. dan Harsh C., 2021, Advances in Nanomaterials for
Heterogeneous Photocatalysis, Nano Express, 2(1).
Wu, L., Xuewen L., Guocheng L., Runliang Z., Lintao T., Meng L., Yuxin L.,
Wenxiu R., Tianming L. dan Libing L., 2021, Study on the Adsorption
Properties of Methyl Orange by Natural One-Dimensional Nano-Mineral
Materials with Diferent Structures, Scientifc Reports, 11(1).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

Sebelum Fotokatalisis Sesudah Fotokatalisis

Metil Jingga Metil Jingga


Absorbansi Absorbansi
(ppm) (ppm)

2 0,3567 2 0,4227

4 0,5746 4 0,5873

6 0,6366 6 0,6479

8 0,6915 8 0,7995

2. Analisis Data

a. Sebelum Fotokatalisis

Grafik Sebelum Fotokatalisis


0.8
f(x) = 0.05332 x + 0.29825
0.6
R² = 0.880059594702163
Absorbansi

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentasi (ppm)
 Konsentrasi 2 ppm

y = 0,053x + 0,298

0,3567 = 0,053x + 0,298

x = 1,1075

Konsentrasi metil jingga = 1,1075

Konsentrasi 2 ppm = (2 – 1,1075) ppm

= 0,8925 ppm

0,8925 ppm
% degradasi = x 100%
2 ppm

= 44,62%

Dengan cara yang sama. Nilai % degradasi untuk konsentrasi 4,6 dan 8 ppm

disajikan dalam tabel berikut.

Konsentrasi Absorbansi % Degradasi

2 ppm 0,3567 44,62%

4 ppm 0,5746 -30,47%

6 ppm 0,6366 -6,47%

8 ppm 0,6915 7,19%


b. Sesudah Fotokatalisis

Grafik Sesudah Fotokatalisis


1

0.8
f(x) = 0.05955 x + 0.3166
0.6 R² = 0.973328319670416
Asorbansi

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (ppm)

 Konsentrasi 2 ppm

y = 0,059x + 0,316

0,4227 = 0,059x + 0,316

x = 1,8084

Konsentrasi metil jingga = 1,8084

Konsentrasi 2 ppm = (2 - 1,8084) ppm

= 0,1916 ppm

0,1916 ppm
% degradasi = x 100 %
2 ppm

= 9,58%

Dengan cara yang sama, nilai % degradasi untuk konsentrasi 4,6 dan 8 ppm

disajikan dalam tabel berikut.

Konsentrasi Adsorbansi % Degradasi


2 ppm 0,4227 9,58%

4 ppm 0,5873 -14,95%

6 ppm 0,6479 6,24%

8 ppm 0,7995 -2,43%

B. Pembahasan

Fotokatalisis adalah reaksi perpaduan antara fotokimia dan katalis. Proses

reaksi fotokimia melibatkan suatu cahaya (foto). Fotokatalisis adalah suatu proses

yang dibantu oleh adanya cahaya dan material katalis. Katalis adalah suatu zat

yang mempengaruhi proses laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia. Katalis

dapat mempercepat fotoreaksi melalui interaksinya dengan substrat baik keadaan

dasar maupun tereksitasi atau dengan fotoproduk utamanya, tergantung pada

mekanisme fotoreaksi tersebut.

Percobaan degradasi zat warna menggunakan katalisator oksida logam

diawali dengan membuatan larutan metil jingga dengan variasi konsentrasi, tujuan

dari pemvariasian konsentrasi adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi terhadap

terhadap proses fotokatilisis. Selanjutnya metil jingga direaksikan dengan Fe 2O3

dan dilakukan pengadukan, tujuan dari pengadukkan untuk mempercepat terjadi

proses degradasi. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan antara

residu dan filtratnya. Filtrat yang diperoleh kemudian diukur nilai adsorbansi dan

dihitung persen zat warna yang terdegradasi. Selanjutnya larutan tersebut disinari

dengan sinar UV, tujuan dari penyinaran ini untuk mengaktifkan fotokatalis
semikondiktor pada Fe2O3. Radiasi sinar ultraviolet tersebut kemudian melewati

bagian monokromatik dalam larutan, sesuai dengan hukum Lambert-Berr, ada tiga

kemungkinan ketika sinar ultraviolet tersebut melewati larutan yaitu cahaya

dipantulkan, cahaya di teruskan atau cahaya di serap.

Perlakuan selanjutnya adalah larutan yang telah terdegradasi dengan

bantuan fotokatalis dihitung nilai adsorbansinya dan dihitung persen zat

warnanya. Nilai absorbansi yang di dapat sebelum dilakukan fotokatalis dari

metilen jingga 2 ppm, 4 ppm, 6 pmm dan 8 ppm secara berturut-turut yaitu

0,3567, 0,5746, 0,6366, dan 0,6915. Sedangkan untuk persen zat warnanya secara

berturut-turut adalah 44,62%, -30,47%, -6,47% dan 7,19%. Setelah di lakukan

fotokatalis nilai absorbansi pada metil jingga 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm

secara berturut-turut yaitu 0,4227, 0,5873, 0,6479, dan 0,7995. Dengan nilai

persen zat warna sebesar secara berturut-turut -7,6%, 1,475%, 5,65% dan -0,03%.

Berdasarkan data larutan zat warna diketahui bahwa terjadi kenaikan

konsentrasi zat warna setelah mengalami proses fotokatalisis. Menurut hukum

Lambeert-Beer bahwa cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansinya (A)

sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi. Data menunjukan

bahwa setelah di lakukan fotokatalis semikonduktor pada Fe2O3 mulai aktif hal ini

dapat dilihat dari perbedaan absorbansi tiap-tiap konsentrasi. Setelah dilakukan

fotolatalis nilai absorbansi tiap-tiap konsentrasi meningkat. Hal ini sesuai dengan

prinsip spektofotometri dimana salah satu syaratnya yaitu konsentrasi analit harus

termasuk rendah, jika tinggi maka bisa menggangu kelineiran dari grafik

absorbansi dengan konsentrasi.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan percobaan degradasi zat warna

menggunakan katalisator oksida logam maka dapat disimpulkan bahwa prinsip

degradasi fotokatalisis menggunakan bahan semikonduktor besi (III) oksida

(Fe2O3) dapat dilakukan dengan mengaktifkan bahan semikonduktor

menggunakan sinar UV. Persentase degradasi dapat ditentukan berdasarkan

konsentrasi larutan dan nilai absorbansi yang diperoleh. Sebelum fotokatalisis

diperoleh persen degradasi pada konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm yaitu berturut-turut

44,62%, -30,47%, -6,47% dan 7,19% sedangkan persen degradasi setelah

fotokatalisis yaitu 9,58%, -14,95%, 6,24% dan -2,43%.

Anda mungkin juga menyukai