Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MID

MEKANIKA TANAH

“RANGKUMAN RUMUS TEGANGAN GESER”

DOSEN PENGAMPU:

Ir. Fauzy Lebang.ST. MT

Disusun Oleh:
SUARDI PALMABAS
(4520041028)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Tegangan Geser

Tegangan geser berbeda dengan tegangan tarik dan tekan karena tegangan
geser ditimbulkan oleh gaya yang bekerja sejajar atau searah dengan bidang penahan
gaya, sedangkan tegangan tarik dan tekan ditimbulkan oleh gaya yang tegak lurus
terhadap luas bidang penahan gaya. Oleh karena itu, tegangan geser dapat juga
disebut tegangan tangensial, sedangkan tegangan tarik dan tekan disebut tegangan
normal. Tegangan geser terjadi apabila beban terpasang menyebabkan salah satu
penampang benda cenderung menggelincir pada penampang yang bersinggungan.

Sifat-sifat suatu bahan dalam keadaan geser dapat ditentukan secara


eksperimental dari uji-uji geser langsung (direct shear) atau puntiran (torsion). Uji-uji
yang kemudian dilakukan dengan memuntir pipa-pipa berongga, sehingga
menghasilkan suatu keadaan geser murni.
Sebagai contoh dari keadaan praktis dimana terdapat tegangan geser pada
sambungan baut (seperti gambar atas). Diagram benda bebas-nya memperlihatkan ada
kecenderungan untuk menggeser baut sepanjang penampang m n dan p q, kita lihat
bahwa gaya geser (shear force) V haruslah bekerja di permukaan baut yang terpotong,
P
tiap-tiap gaya biasanya ditunjukkan dengan . Untuk tegangan geser biasanya
2
ditunjukkan oleh huruf Yunani  (tau). Tegangan geser rata-rata pada penampang baut
diperoleh dengan membagi gaya geser total V terhadap luas A, dimana ia bekerja.
V P
τ= atau τ=
A A

Dimana:  = tegangan geser rata-rata (N/mm2 )


V atau P = gaya geser (N)
A = luas penampang geseran (mm2 )

Beberapa contoh penggunaan diperlihatkan pada gambar di bawah.Gambar (a)


paku keling menahan geser sepanjang luas penampang. Gambar (b) baut menahan
geser sepanjang kedua luas penampang. Kasus (a) bisa disebut geser tunggal dan kasus
(b) geser ganda. Pada (c) penampang bulat dipikul pelat hingga luas penahan sama
dengan sisi koin yang digiling, kasus ini disebut geser langsung searah yang
berlawanan beban resultan.

2. Tegangan Geser Yang Diizinkan.

Jika kita dihadapkan pada persoalan menentukan gaya maupun ukuran yang
terjadi akibat geseran, maka tegangan geser harus diketahuai terlebih dahulu. Dalam
hal semacam ini, tegangan geser () yang terjadi, biasanya tidak boleh melampaui
nilai yang tertentu, yang disebut tegangan geser yang diizinkan ( )maka rumusnya:

 Batang rusak jika ≥


 Batang aman jika  ≤
3. Regangan Geser
Gaya geser menyebabkan deformasi geser seperti gaya aksial menyebabkan
perpanjangan, tetapi dengan perbedaan penting. Suatu elemen diberi gaya geser
Panjang sisinya tidak berubah, tetapi bentuknya berubah dari segi empat menjadi
parallel logam, seperti pada gambar berikut:

untuk saat ini aksi bisa dilihat sebagai gaya yang terjadi
akibat lapisan tipis dimana satu sama lain bergeser secara
tidak terbatas segingga menghasilkan deformasi geser total
δs
δs dengan L mendifinisakan tan ϒ = . Tetapi, karena
L
sudut ϒ biasanya sangat kecil, maka tan ϒ = ϒ, sehingga kita peroleh

δs
ϒ=
L

Lebih tepat, rengangan geser didegenisikan sebagai perubahan sudut antara dua
permukaan tegag lurus dari elemen di diferensial.

Hubungan antara tegangan geser dan rengangan geser, mengandaikan hukum Hooke
ԏ
berlaku terhadap geser yaitu: ԏ = G ϒ atau ϒ =
G

Dimana G menyatakan modulus elastisitas geser, lebih umum di sebut modulus


kekakuan. Hubungan antara deformasi geser dan gaya besar terpasang. Kemudian
dinyatakan dengan

VL
δs =
A sG

Dimana: V = gaya geser

As = luas geser

Dapat di catat dengan hasil ini sama dengan persamaan pada Tegangan Tarik, yaitu:

FL
δ=
AE

Dimana: F = gaya Tarik


E = modulus elastisitas tarik

A = luas penampang

4. Hubungan Modulus Elastisitas Geser, Modulus Elastisitas, dan Angka Poission’s

Tipe deformasi elastis lain adalah perubahan dimensi melintang yang mengikuti
tegangan aksial atau tekan. Pengujian memperlihatkan bahwa apabila batang
diperpanjang dengan tegangan aksial, maka akan terdapat pengurangan besaran
melintang. Simeon D. Poisson memperlihatkan bahwa ratio satuan deformasi atau
regangan dalam arah ini tetap untuk tegangan dalam daerah batas proporsional.
Dengan demikian, ratio ini diberi namanya sendiri dengan tanda v dan didefinisikan
sebagai

εy εz
V= =-
εx εx

Dimana εx adalah rengaangan hanya karena tegangan dalam arah x, dan ε y dan
εz adalah rengangan disebabkan dalam arah tegak lurus. Arah tegag lurus. Tanda
negative menunjukan dimensi melintang berkurang apabila εx positif, seperti pada
kasus perpanjangan Tarik.

Ratio passion menginjinkan kita mengembangkan hukum Hooke dan tegangan


sesumbu ke kasus tegangan dan sumbu. Berarti, apabila elemen mengalami tegangan
Tarik secara serempak dalam arah x dan y, rengangan dalam arah x akibat tegangan
σx
Tarik σx adalah . Secara serempak tegangan Tarik σy akan menghasilkan
E
σy
pengursangan lateral dalam arah x sebesar v , sehingga resultan satuan deformasi
E
atau rengangan dalam arah x menjadi

σx σy
εx = –v
E E

dengan cara yang sama rengangan total dalam arah y, adalah

σy σx
εx = –v
E E
apabila diinginkan, kedua persamaan dapat diselesaikan untuk menyatakan tegangan
dalam terminology rengangan sebagai berikut:

¿ ¿
σx = εx +V εy ¿ E 1−V ² , σy = εy + V εx ¿ E 1−V ²

sekarang kita lihat hubungan antara modulus geser dengan modulus elastisitas.
Keadaan tegangan seperti pada gambar di bawah, terdiri dari tegangan Tarik σx dan
tegangan σy dengan besar sama.

pada gambar lingkaran Mohr untuk ini


menunjukan pada elemen berputar 45º
berlawanan arah jarum jam seperti pada
gambar, mengalami geser murni dimana ԏ
secara numerik sama dengan σx dan σy.
tegangan geser ini mengubah elemen abcd
menjadi bagian a’b’c’d’. sudut kanan a berkurang sebesar 90º - ϒ. Dimana ϒ adalah
rengangan geser.

Secera serempak sudut kanan b bertambah menjadi 90º + ϒ

Sedangkan perhatikan perubahan bentuk segitiga kanan a.b yang kakinya sama
Panjang karena:

σx = - σy = ԏ, kita peroleh, dengan persamaan di atas, rengangan normal

σx σy σx−V σy
εx = −¿ V =
E E E

ԏ−V (−ԏ) ԏ+Vԏ


εx = =
E E

ԏ(1+V )
εx =
E

σy σx σy−V σx
εx = -V =
E E E

−ԏ−V ԏ −(ԏ+ Vԏ)


εx = =
E E
−ԏ+(1+ V )
εx =
E

oleh karena itu Panjang terdeformasi sisi oa dam ob berturut-turut:

τ (1+ V ) τ ( 1+V )
oa ' = oa ⌊ 1+ ⌋ ; ob ' = ob 1−
E E

Justru itu, dari segitiga kanan oa b’, kita peroleh

τ (1+V )
1−
V ob ' E
Tan oa’b’ = tan (45º - ) = =
2 oa ' τ (1+V )
1+
E

Dari ilmu ukur sudut, bentuk ekspresi garis singgung adalah

ϒ ϒ
tan 45⁰−tan 1−
ϒ 2 2
tan (45º - ) = =
2 ϒ ϒ
1+ tan 45 0 x tan 1+
2 2

ϒ
karena sudut ϒ kecil seperti yang terjadi dengan rengangan geser, tan ( ¿ praktis
2
ϒ
sama dengan yang dinyatakan dalam radian. Menyamakan harga ekspansi tan (45º -
2
ϒ
) ke sisi kanan persamaan di atas memberikan;
2

ϒ τ (1+V )
1− 1−
2 E
=
ϒ τ (1+V )
1+ 1+
2 E

Dimana, dengan sedikit aljabar, menjadi:

ԏ E
2ԏ (1+ v )
ϒ= atau = 2 ( 1+ v )
E ϒ ¿
¿

ԏ
Dengan mengganti dengan G, seperti di tunjukan pada hukum Hooke untuk geser,
ϒ
kita akhirnya memperoleh
E
G = , yang menyakan hubungan yang diinginkan antar konstanta
2(1+V )
elastis G, E, dan V.

5. Hubungan Tegangan Geser dengan Tegangan Normal

Sebuah batang dengan luas penampang A ditarik oleh gaya F, maka penampang
batang akan cenderung putus. Kecenderungan putusnya akan membentuk sudut α
terhadap bidang penampang asli batang. Hal ini disebabkan kekuatan tarik molekul-
molekul bahan di sembarang titik pada penampang tidak sama besar, dimana kekuatan
geser molekul lebih kecil daripada kekuatan tariknya. Akibatnya kecenderungan
putusnya batang membentuk sudut kemiringan α. Keadaan tegangan yang diuraikan di
atas disebut tegangan uniaksial,
karena batangnya hanya dikenakan tarik atau tekan yang sederhana. Ada dua orientasi
penting dari elemen-elemen tegangan untuk tegangan uniaksial, yaitu θ = 0 dan θ =
45°. Yang pertama memiliki tegangan normal maksimum, dan yang terakhir memiliki
tegangan geser maksimum.

Luas penampang m – m dalam Am

Luas penampang n – n dalam Am

An
Am =
cos α

Tegangan Tarik yang terjadi pada penampang m – m adalah

F cos α
σm =
Am

Tegangan geser yang terjadi pada penampang m – m adalah

F sin 2 α
τm =
2 An

jika sudut α = 0º, maka tegangan normal maksimum akan menjadi sebesar:

F cos α F cos 0 F
σm = =
An An = An
Tegangan gesernya menjadi minimum:

F sin 2 0
τm = =0
2 An

Anda mungkin juga menyukai