Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik PDAM Giri

Tirta Kab. Gresik ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat di
Kabupaten Gresik. Selain peningkatan pelayanan air bersih bagi masyarakat, adanya pemenuhan
kebutuhan air bersih baik untuk masyarakat ataupun untuk kegiatan di sektor industri, pelabuhan,
dan kegiatan ekonomi lainnya ini diharapkan dapat menunjang serta meningkatkan kegiatan
perekonomian di Kabupaten Gresik. Kegiatan tersebut tentunya juga dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari adanya investor yang masuk ke Kabupaten Gresik karena
meningkatnya pelayanan air bersih dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di
Kabupaten Gresik. Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000
Liter/detik PDAM Giri Tirta Kab. Gresik ini berlokasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik,
Kab. Gresik.

Rencana luasan lahan yang akan digunakan untuk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik ini adalah 53.000 m 2 dan dilengkapi dengan jaringan perpipaan
air bersih sepanjang ±42,6 km. Pelaksanaan kegiatan ini telah mendapatkan Surat dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor HK.02.03-Mn/924 Tanggal 15 September 2017
tentang Penjelasan ALokasi Air Baku untuk SPAM di Bendung Gerak Sembayat.

Pembangunan dan lingkungan merupakan dua hal yang harus dikelola secara beriringan dan tidak
dapat dipertentangkan. Pembangunan berada di dalam suatu lingkungan hidup sehingga
keberlanjutannya memerlukan dukungan dari lingkungannya. Tanpa dukungan dari lingkungannya
maka pembangunan tidak akan dapat berkelanjutan, sehingga setiap dampak yang timbul dari
pembangunan harus dapat dikelola dengan baik demi tercapainya manfaat yang optimum. Dalam
rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup agar tetap dapat mendukung kehidupan masa
kini dan masa mendatang serta melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka Pemerintah membuat instrumen pengelolaan lingkungan berupa UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

I-
1.1.1. Rencana Usaha/Kegiatan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik direncanakan
akan dibangun di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik dengan luas area yang
digunakan seluas ± 53.000 m2 sesuai. Pada kondisi saat ini masih lahan kosong pada rencana lokasi
kegiatan.

Secara administratif, lokasi rencana kegiatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih berada
di Desa Mojopuro Gede, Kecamatan Bungah, sedangkan untuk bangunan reservoir berada di
Kecamatan Manyar. Batas-batas fisik lokasi rencana kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
• Sebelah utara : Desa Padangbandung
• Sebelah selatan : Desa Sidorejo
• Sebelah barat : Sungai Bengawan Solo
• Sebelah timur : Desa Gawerejo

Pemanfaatan lahan di dalam Area Sistem Penyediaan Air Minum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1. Rencana Pemanfaatan Lahan Area Sistem Penyediaan Air Minum
No. Jenis Bangunan Luas (m2) Prosentase (%)
A. INTAKE
1 Bangunan Intake 388,44 0,733%
2 Channel Baru 69,00 0,130%
3 Chamber 21,16 0,040%
4 Box Valve 23,12 0,044%
5 Pos Jaga 30,00 0,057%
6 Operator Building 100,00 0,189%
7 Panel Room 15,00 0,028%
8 Ruang Terbuka 2.353,28 4,440%

B. INSTALASI PENGOLAHAN AIR


1 Pre- Sedimentation 1.244,08 2,347%
2 Flocculation Basin 466,01 0,879%
3 Clarifier 693,00 1,308%
4 Gravity Sand Filter 1.211,28 2,285%
5 Bak Pengumpul 486,64 0,918%
6 Backwash Drain Basin 407,64 0,769%
7 Distribution Pump Room 209,09 0,395%
8 Chemical Shelter 178,75 0,337%
9 Chlorine Building 150,00 0,283%

I-
10 Office & Control Building 167,43 0,316%

11 Power & Electrical Building 375,00 0,708%

12 Warehouse 150,00 0,283%


No. Jenis Bangunan Luas (m2) Prosentase (%)
13 Gardu PLN 35,00 0,066%
14 Security House 60,00 0,113%
15 Sludge Driying Bed 758,81 1,432%
16 Sludge Basin 112,50 0,212%
17 Ruang Terbuka Hijau 6.360,00 12,00%
(RTH)/ Buffer Zone
18 Ruang Terbuka 21.934,77 41,386%

C. RESERVOIR MANYAR

1 Bangunan Reservoir 2.486,00 4,691%


2 Pos Jaga 30,00 0,057%
3 Ruang Operator, 250,00 0,472%
Workshop dan Sistem
Penyediaan Air Minum
Peralatan
4 Ruang Genset, Rumah 150,00 0,283%
Trafo dan Panel Cubicle
5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)/ 5.724,00 10,800%
Buffer Zone
6 Ruang Terbuka 6.360,00 12,00%

Total Luas Lahan 53.000,00 100,000%


Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

Debit Rencana Pengolahan Air


Pembangunan SPAM bagi keempat kecamatan ini akan dilakukan melalui pembangunan IPA

Mojopuro Gede kapasitas 1000 liter/detik. Sumber air baku direncanakan akan memanfaatkan
Sungai Bengawan Solo, dengan intake berada pada bagian hulu dari lokasi rencana Bendung Gerak
Sembayat (BGS) di Desa Sidomukti. PDAM Giri Tirta Kabupaten Gresik sudah mendapatkan Surat
Rekomendasi dari Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR nomor HK.02.03-Mn/924 tanggal 13
September 2017 perihal Penjelasan Alokasi Air Baku untuk SPAM di Bendung Gerak Sembayat,
Sedangkan Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Baku
(SIPPA) sebesar 1.100 liter/detik akan diproses pengurusannya oleh PDAM.

Tabel 1.2. Jumlah dan Jenis Bahan Baku & Bahan Penolong yang Dibutuhkan per Bulan
No Jenis Bahan Jumlah Bentuk Fisik Sifat Bahan Asal Bahan Cara Penyimpanan
(/Bulan) (Padat/Cair/ (DN/Impor)

I-
Gas/Lainnya)
1 PAC 90.576 kg Cair - Larut di DN - Menggunakan
dalam air tangki baja, FRP, atau
- pH : 2-4 plastik.
- Bewarna - Simpan dalam
putih keruh - ruanagn jauh dari panas
Secara perlahan langsung atau sinar
dapat merusak matahari (pada suhu di
logam - Bereaksi bawah 40 °C - Lantai
dengan kalsium tempat
hypochlorite, penyimpananharus tidak
asam, dan alkali mudah terbakar
dan tahan korosi

Bentuk Fisik
Jumlah Asal Bahan
No Jenis Bahan (Padat/Cair/ Sifat Bahan Cara Penyimpanan
(/Bulan) (DN/Impor)
Gas/Lainnya)
2 Koagulant aid 908 kg Cair - Tidak DN - Simpan pada
(polymer) berwarna - suhu di dibawah 35 C
Merupakan - Simpan dalan
senyawa yang wadah tertutup
stabil - Jauhkan dari
sumber
api

3 Gas klorin 14.400 kg gas - pH 14 - Dalam DN - Simpan pada


cairan bewarna wadah tertutup dengan
kunig - Tidak ventilasi ruangan yang
mudah terbakar baik
- Larut dalam - Tabung chlorine
alkali, alkohol, harus disimpan tegak,
dan klorida dengan tutup pelindung
katup terpasang erat. -
Temperatur tempat
penyimpanan tidak
boleh lebih dari 52 °C

4 NaOH 31.104 kg liquid DN - Simpan pada


tempat sejuk kering, dan
berventilasi baik
- Tempat
penyimpanan terbuat
dari bahan yang tahan
korosi. - Tangki
penyimpanan berbahan
FRP atau baja.

Sumber: Data Pemrakarsa, 2019


Tabel 1.3. Unit-Unit Pengolahan Air yang Direncanakan dan Spesifikasinya
No. Kriteria/ Pertimbangan dalam Uraian/ Penjelasan/ Justifikasi Teknis
Desain
Presedimentation Tank Presedimentation Tank didesain dengan tipe Lamella – Rectangular
1. Tank dimensi panjang 20 m, lebar 20 m, dan kedalaman total 7 m,
sejumlah 2 (dua) unit, dengan waktu detensi 1,11 jam. Pada unit ini,
ditambahkan pembubuhan polimer untuk membantu proses
sedimentasi.
Coagulation Tank Coagulation Tank didesain dengan sistem terjunan hidrolis (hydrolis

I-
2. mixing) dengan dimensi lebar channel 3 m, tinggi jatuhan 1,3 m dan
kedalaman total 2 m, sejumlah 1 (satu) unit. Desain Kecepatan dalam
channel 0,6 m/s.
Flocculation Basin Flocculation Basin didesain dengan tipe baffle tank dengan dimensi
3. tiap unit yaitu panjang 10 m, lebar 6 m, dan ketinggian 5 m, sejumlah
4 (empat) unit. Desain hydraulic retention time yaitu 15,5 menit

Sedimentation Tank Sedimentation Tank didesain dengan dimensi tiap unit yaitu panjang
4. 14,5 m, lebar 10 m, dan ketinggian 5 m, sejumlah 4 (empat) unit.
Basic Loading Rate didesain sebesar 173,1 m3/m2.hari. Jarak antar
plate settler yaitu 50 mm dengan inclined angle 55O.
Rapid Sand Filter Rapid Sand Filter tipe Gravity Sand Filter didesain dengan jumlah filter
5. ada 8 (delapan) unit dan tiap unit terdiri dari 2 sel filter. Dimensi
setiap sel filter adalah panjang 7,65 m, lebar 3,75 m dan ketinggian
4,5 m. Nilai filtration rate di desain sebesar 9,0 m3/m2.jam
Chlorination Chlorination didesain dengan injeksi gas chlorine kadar 100 %, dengan
6. dosis pre-chlor 3 ppm dan dosis post-chlor 2 ppm.

Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

Tabel 1.4. Wilayah Administrasi yang Dilewati Jalur Pipa Transmisi dan Pipa Distribusi serta
Lokasi Intake, IPA, Reservoir serta Kegiatan Lainnya
No. Jenis Bangunan/Kegiatan Nama Desa Nama Kecamatan
1 Lokasi Intake Sidomukti Bungah
2 Lokasi IPA Mojopuro Gede Bungah
3 Jalur Transmisi IPA-Reservoir Manyar Sidomukti Bungah
Mojopuro Gede Bungah
Mojopuro Wetan Bungah
Mlirang Bungah
Masangan Bungah
Bungah Bungah
Sukowati Bungah
Sidorejo Bungah

Sembayat Manyar
Banyuwangi Manyar
Betoyoguci Manyar
Betoyo Kauman Manyar
Gumeno Manyar
Manyar Rejo Manyar
4 Jalur Distribusi Reservoir Manyar – Penerima Manyar Sidomukti Manyar
Sukomulyo Manyar

Tlogo Pojok Gresik


Lumpur Gresik
Sukodono Gresik
Kroman Gresik
No. Jenis Bangunan/Kegiatan Nama Desa Nama Kecamatan

I-
Pekelingan Gresik
Kemuteran Gresik
kebungson Gresik
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

Tabel 1.5. Jalan yang Dilalui Pipa Transmisi


No Nama Jalan
1 Jl. Raya Mojopuron Gede
2 Jl. Raya Bungah Dukun
3 Jl. Raya Bungah
4 Jl. Raya Pendopo
5 Jl. Raya Manyar
6 Jl. Raya Embong Baru
7 Jl. Raya Sembayat
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

Tabel 1.6. Jembatan Pipa yang Diperlukan untuk Pipa Transmisi


No Jembatan
1 J. Sembayat
2 J. Tambak Ombo
3 J. Manyar
4 J. Sukomulyo 1
5 J. Sukomulyo 2
6 J. Jl Raya Romo
7 J. Jl Gubernur Suryo
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

1.1.2. Komponen Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak

Proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik meliputi 3
tahapan kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi.
- Kegiatan di Tahap Pra-Konstruksi
Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap pra-konstruksi Proyek Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Perijinan
Sebelum proyek berjalan dilakukan pengurusan perijinan untuk lahan yang akan digunakan
sebagai daerah proyek. Perijinan bertujuan untuk mendapatkan dasar hukum yang
diperlukan terkait dengan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik.
Perizinan lain yang diperlukan antara lain adalah:

I-
 Izin Lokasi/ Izin Pemanfaatan Ruang
 Izin Lingkungan
 IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

2. Sosialisasi Proyek
Pada kegiatan ini akan dilaksanakan sosialisasi proyek yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan mengenai detail rencana kegiatan proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik kepada masyarakat yang ada di sekitar lokasi
proyek sebelum kegiatan konstruksi dimulai.

- Kegiatan di Tahap Konstruksi


Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap konstruksi proyek Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara
Total tenaga kerja yang akan dibutuhkan dalam tahap konstruksi relatif besar jumlahnya yaitu
± 65 orang (30 orang untuk pembangunan jaringan pipa transmisi dan 35 orang untuk
pembangunan IPA), dimana para pekerja terdiri dari tenaga ahli dan pekerja yang tidak
membutuhkan keahlian tertentu (tukang gali dll). Tenaga yang tidak membutuhkan keahlian
khusus akan diprioritaskan dari warga yang tinggal di sekitar kawasan proyek khususnya
warga setempat untuk mencegah terjadinya keresahan masyarakat dan meningkatkan
kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Berikut ini adalah prakiraan jumlah tenaga kerja
pada setiap spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi:
 Site Manager : 2 orang
 Ahli Staf Administrasi : 2 orang
 Civil Engineer : 4 orang
 Werlder : 4 orang
 Mekanik/Elektrik : 10 orang
 Tukang Bangun/Gali : 35 orang
 Logistik : 2 orang
 Keamanan dan Kebersihan : 6 orang
 TOTAL : 65 orang

2. Mobilisasi Peralatan dan Material


Kegiatan mobilisasi peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan proyek meliputi: kendaraan
angkut (dump truck), excavator, bulldozer, vibro roller dan peralatan lain yang
dibutuhkan. Kegiatan ini dilakukan di malam hari secara bertahap sesuai dengan kebutuhan

I-
selama pelaksanaan konstruksi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya
gangguan kenyamanan baik lalu lintas maupun lingkungan sekitar. Beberapa alat yang
rencananya akan digunakan pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7. Jenis Peralatan Kegiatan Konstruksi


No Jenis Alat Jumlah
1 - Excavator 2
2 - Bulldozer 2
3 - Dump Truck 10
4 - Vibro Roller 1
5 - Concrete Pump 1
6 - Mobile Crane 1
7 - Peralatan Las 5

Kegiatan ini juga meliputi pengadaan material seperti, baja, semen, pasir, batu pecah, dan
lain sebagainya untuk keperluan konstruksi dari tempat supplier (Kab. Gresik, dan sekitarnya)
atau dari stockyard menuju ke lokasi proyek. Material diangkut dengan truck dan dump
truck sesuai jenisnya dari tempat asal material ke lokasi proyek yang dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan material. Pada tahap kegiatan ini juga dilakukan
pengangkutan material sisa yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan menuju lokasi
pembuangan. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini akan dilaksanakan di luar jam
sibuk pagi (06.00 – 09.00 WIB) dan sore (15.00 – 18.00 WIB) dimana kondisi jalan tidak terlalu
padat untuk menghindari terjadinya penurunan kinerja jalan. Jenis kendaraan pengangkut
juga wajib disesuaikan dengan kelas jalan.

3. Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa


a. Pembangunan Struktur Bangunan Instalasi Pengolahan Air dan Reservoir

Kegiatan ini berupa pembangunan bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan reservoir
beserta fasilitasnya.

Kegiatan pembangunan struktur dimulai dari kegiatan penyiapan lahan yang terdiri dari
kegiatan pemotongan tanaman yang terdapat di dalam lokasi, pengurugan tanah untuk
peninggian elevasi lokasi dengan menggunakan alat berat berupa buldozer dan vibro
roller.

Kegiatan pembuatan pondasi bangunan dengan kedalaman dan jenis pondasi yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan berdasarkan hasil tes lapangan. Kemudian dilakukan

I-
kegiatan pengecoran pondasi dan bangunan dari intake, IPA, dan reservoir dengan
menggunakan concrete pump dan dibantu mobile crane serta pekerjaan lain yang
termasuk pekerjaan struktur seperti pemasangan rangka atap yang terdiri dari pasangan
baja sesuai perencanaan.

Terdapat beberapa fasilitas penunjang (utilitas) yang akan dibangun. Jenis fasilitas
penunjang yang akan dibangun tersebut antara lain adalah jalan akses, sistem pengelolaan
air limbah, sistem penanganan kebakaran, sistem penyediaan listrik, sistem pengelolaan
sampah, dan fasilitas lainnya.

Sedangkan untuk kegiatan finishing meliputi tahap penyelesaian kelengkapan fasilitas


bangunan yang berada dalam area lokasi kegiatan dengan melakukan pemasangan
instalasi listrik, penerangan, dan penyelesaian interior bagian dalam bangunan dan
kelengkapan infrastruktur lainnya.

b. Gambaran Umum Pemasangan Jaringan Pipa

Pada proyek pengembangan SPAM Gresik ini terdapat jaringan pipa transmisi air baku,
jaringan pipa transmisi air curah dan jaringan pipa distribusi utama. Pipa Transmisi Air
Baku berfungsi mengalirkan air dari intake menuju ke IPA Mojopuro Gede untuk diolah.
Air hasil olahan dari IPA kemudian ditransfer melalui Pipa Transmisi Air Curah menuju ke
Reservoir Manyar dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui Pipa Distribusi.

I-
Gambar 1.4. Jalur Rencana Pipa Transmisi dan Distribusi SPAM Gresik

Jenis Pipa Yang digunakan pada rencana jaringan transmisi adalah sebagai berikut:
- Steel pipe Ø 1000 mm, t=10 mm, dengan inner coating cement lining dan outer
coating aspal enamel. Pipa baja diameter 1000 mm digunakan pada unit pipa
transmisi air baku dari Intake ke IPA

- Steel pipe Ø 1100 mm, t=10 mm, dengan inner coating cement lining dan outer
coating aspal enamel. Pipa baja diameter 1100 mm digunakan pada unit pipa
transmisi air curah dari IPA ke Reservoir Manyar

- HDPE SDR 17 PN 10 Ø 630 mm - Ø 225 mm. Pipa HDPE digunakan pada unit jaringan
pipa distribusi utama (JDU).

Untuk mempermudah pengerjaan dilapangan dilakukan pembagian zoning pekerjaan


untuk pelaksanaan pekerjaan, dapat dibagi sesuai dengan denah sebagai berikut:

I-
Gambar 1.5. Pembagian Zoning Pekerjaan Jalur Pipa Transmisi dan Distribusi SPAM Gresik

Keterangan:

 Untuk pengerjaan pipa steel dibagi menjadi 2 Zona yaitu Zona 1 dan Zona 2. Zona 1
merupakan pipa transmisi mulai dari Jalan Raya Mojopurogede sampai dengan Jalan
Raya Bungah Dukun menuju persimpangan jalan nasional.

 Sedangkan Zona 2 merupakan jalur transmisi yang melewati jalan nasional. Pengerjaan
pemasangan pipa transmisi di Zona 2 ini memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Selain berada pada Jalan Nasional yang sangat ramai, jalur ini juga berseberangan
dengan jalur pipa gas milik PGN. Di jalur ini diperlukan manajemen lalu lintas dan
manajemen K3 yang tinggi.

 Untuk pipa HDPE untuk jalur distribusi dibagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona 3 & Zona
4. Pada Zona 3 ini sebagian besar pemasangan dilakukan di Kawasan Industri.

 Sedangkan Zona 4 merupakan jalur pipa distribusi yang menuju ke ke kota Gresik

Sebelum melakukan pembangunan jaringan pipa transmisi dan distribusi utama, dilakukan
survey terlebih dahulu terhadap jalan eksisting yang akan digunakan sebagai jalur pipa
serta mulai memitigasi hal –hal yang dapat menghambat pekerjaan untuk mengurangi
risiko dan dampak yang diakibatkan oleh pemasangan pipa trasnmisi dan distribusi.

I-
Selain melakukan survey lapangan juga dilakukan pengumpulan data sekunder untuk
memastikan bahwa pemasangan pipa transmisi tidak menimbulkan risiko terhadap pipa
gas eksisting. Berdasarkan pengumpulan data tersebut menunjukan bahwa jalur pipa gas
PGN berdampingan dengan jalur pipa transmisi mulai dari persimpangan Jl Tol Surabaya –
Gresik sampai dengan persimpangan Jalan Nasional Tuban – Gresik dengan Jalan Raya
Bungah.

Sehingga dalam pembangunan pipa transmisi ini direncanakan letak posisi galian pipa
berada berseberangan dengan jalur pipa gas. Jalur pipa gas berada pada sisi sebelah kanan
(Arah dari Bungah menuju Manyar), sedangkan pipa transmisi berada di sebelah kiri.
Selanjutnya juga dilakukan survey terhadap jalur pipa distribusi untuk mengidentifikasi
metode pemasangan pipa yang cocok untuk tiap lokasi.

c. Metode Kerja Pemasangan Pipa

Gambar 1.6. Flowchart Pekerjaan Pemasangan Pipa Transmisi dan Distribusi

 Metode kerja dengan galian terbuka (Open Cut)

Pemasangan pipa dengan metode galian terbuka akan terlebih dahulu melakukan
penggalian tanah di atas struktur pipa untuk mengerjakan jaringan pipa di bawah
tanah.
 Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan dilakukan untuk menyediakan berbagai kebutuhan proyek


sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Pekerjaan persiapan sebagai berikut:

- Melakukan pengukuran dan pemasangan patok galian sesuai dengan yang


disebutkan dalam gambar rencana.

I-
- Melakukan investigasi tanah pada jalur pipa untuk mengetahui karakter tanah
dan kadar air.

- Memasang papan nama proyek, papan tanda, dan papan informasi.

- Mempersiapkan Traffic Management Plan & peralatan pendukung untuk


sekitar area kerja dan berkordinasi dengan instansi/pihak terkait serta
sosialisasi dengan warga sekitar.

- Melakukan mobilisasi alat ke lokasi yang galian yang direncanakan.

 Pembangunan direksi keet dan gudang peralatan sementara


Direksi keet dan gudang dibangun sebagai tempat sarana kebutuhan kantor
proyek dan tempat penyimpanan berbagai peralatan pendukung, spareparts,
tools, obat-obatan, dan lain-lain.

 Pembongkaran lapisan permukaan


Sebelum penggalian semua material yang ada pada lapisan permukaan
dibongkar dan dikumpulkan untuk digunakan pada proses pemugaran nantinya.

 Pekerjaan galian
Pekerjaan galian terdiri dari penggalian dan pengambilan semua bahan sisa dan
diangkut yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu dan yang dapat digali dan
diambil dengan menggunakan peralatan konvensional bergerak tanpa perlu
dilakukan pengeboran dan peledakan atau dapat menggunakan excavator
dengan vibro hammer apabila diperlukan.

- Perlindungan pada struktur yang sudah ada


Penggalian menggunakan tangan dilakukan untuk melindungi struktur yang
sudah ada, fasilitas-fasilitas, tiang-tiang, pohon-pohon, atau trotoar. Pada
batas area jalur bahan bakar dan gas di bawah tanah serta di atas tanah yang
sudah ada, tenaga kerja diberikan peringatan terlebih dahulu untuk
menghindari putusnya, ganguan atau kerusakan lainnya pada jalur dan
fasilitas tersebut.

- Penggalian lahan
Lahan digali sehingga pipa bisa diletakkan pada jajaran dan kedalaman yang
diperlukan, dan lahan itu bisa digali sepanjang pipa yang akan diletakkan
sesuai kebutuhan.

I-
- Lebar dan dalam galian
Lebar dan dalam galian disesuaikan dengan kebutuhan untuk meletakkan dan
menggabungkan pipa sesuai ketentuan, serta pengurugan dan pemadatan
sesuai ketentuan.

- Potongan soket dan flange


Potongan digali pada tiap batang agar bisa menyelesaikan pekerjaan
sambungan dengan baik.

- Panjang dari penggalian terbuka


Galian untuk tiap kru pemasangan pipa tidak boleh lebih dari yang telah
ditentukan oleh Dinas terkait dan konsultan pengawas

- Penggalian parit dan pembersihan pipa


Parit digali pada kedalaman tertentu sehingga menghasilkan penopang dan
bantalan yang sama dan berkesinambungan untuk pipa pada tanah yang
keras dan tidak terganggu pada tiap permukaan antara sambungan soket atau
flange.

- Penggalian pada tanah yang buruk


Bagian bawah galian pada sub-level yang tidak stabil atau terdapat material-
material yang tidak sesuai dikumpulkan pada tempat khusus, dan dibuang ke
TPS atas keputusan konsultan pengawas.

- Penopangan dan pemasangan pelat


Lobang galian ditopang dan dipelat agar tidak runtuh, sehingga para pekerja
bisa bekerja dengan selamat, selain itu juga menjaga keselamatan permukaan
jalan dan struktur lain.

- Penyimpanan material galian


Pekerjaan dilakukan sesuai jadwal pekerjaan yang telah ditentukan sehingga
tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan.

 Pemasangan pipa dan aksesoris kelengkapan pipa

I-
Peralatan dan perlengkapan disediakan dan dirawat dengan baik untuk proses
penanganan dan peletakan pipa, valve dan fitting.

- Penurunan material pipa


Semua pipa, fitting, dan valve diturunkan satu persatu ke dalam lubang galian
(parit) secara hati-hati dan secara manual agar tidak terjadi kerusakan pada
material tersebut.

- Peletakan pipa
Semua tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah material asing masuk
ke dalam pipa ketika sedang ditempatkan pada jalur.

- Penyambungan pipa
Penyambungan pipa dilakukan dengan pengelasan. Terdapat 2 metode pada
pengelasan pipa, yaitu 5G & 6G. Dimana kedua metode ini dibedakan
berdasarkan posisi benda kerja / material pipa yang akan disambung yaitu
mendatar (5G) dan miring (6G).

- Pemeriksaan hasil penyambungan las


Setelah material pipa telah selesai disambungkan dilanjutkan pengecekan
kualitas pemasangan sesuai prosedur pengendalian mutu oleh team QA/QC
untuk memastikan bahwa hasil persiapan hingga pemasangan sesuai dengan
prosedur terkait.

- Coating hasil pengelasan


Setelah sambungan pipa dinyatakan sesuai spesifikasi teknis dilanjutkan
dengan persiapan coating hasil pengelasan.

- Pemotongan pipa
Pemotongan pipa dilakukan untuk memasang Tee atau valve serta
menghasilkan ujung yang rapi dan sudut yang tepat pada proses pipa.

- Pengujian Jaringan Pipa (Commissioning)


Setelah pemasangan jaringan pipa selesai, termasuk pipa saluran air, valve,
persilangan dan fitting, jalur pipa diuji untuk tes tekanan hidrostatis dan tes
kebocoran (pengujian pada sambungan dan tes tekanan).

I-
- Pembilasan pipa
Semua pipa dibersihkan dengan membilas cabang saluran air, dimulai dari
bagian hulu kemudian secara bertahap menuju ke bagian hilir. Perbaikan pipa
dilakukan terhadap semua kebocoran yang ditemukanpada saat membilas.

 Pengurugan dan pemadatan, meliputi:

- Material pengurugan

- Peralatan pengurugan
- Pengurugan parit

 Perbaikan bekas galian

 Metode HDD pada pekerjaan pipa HDPE

Horizontal Directional Drilled adalah metode konstruksi tanpa galian terbuka yaitu
menggunakan mesin bor dan dikombinasikan dengan teknik pembesaran lubang.
Pemasangan pipa dengan sistem Horizontal Directional Drilled adalah suatu teknik
dalam pemasangan pipa di dalam tanah dengan melubangi dengan mesin bor melalui
sebuah lubang masuk (Entry Point) sampai pada lubang keluar (Exit Point). Pada
Proyek SPAM Gresik pemasangan pipa HDPE menggunakan metode HDD
dilaksanakan pada jalur crossing dengan sungai.

Gambar 1.7. Flowchart Pekerjaan Pemasangan Pipa HDPE dengan Metode HDD

 Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi pengukuran dan pemasangan patok, investigasi
tanah, dan mobilisasi alat.

I-
 Pembangunan direksi keet dan gudang peralatan sementara
Direksi keet dan gudang dibangun sebagai tempat sarana kebutuhan kantor
proyek dan tempat penyimpanan berbagai peralatan pendukung, spareparts,
tools, obat-obatan, dan lain-lain.

 Pengadaan material accesoris


Pipa yang datang dan seluruh material yang akan digunakan dalam konstruksi
harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari konsultan atau pemberi kerja
sebelum dibawa ke lapangan.
 Persiapan area pengerjaan
Tim survey akan melakukan peninjauan kelokasi pekerjaan akan dilaksanakan
dan melakukan pendataan ulang kondisi di lokasi / lapangan untuk pemutakhiran
gambar (awal) asl idan memperbarui data/kondisi yang terjadi di lokasi
pekerjaan apabila terdapat perubahan.

 Penyambungan pipa HDPE

- Pemeriksaan awal

- Sambungan percobaan
- Proses penyambungan

 Pelaksanaan HDD

- Pilot boring (membuat lubang/ jalur pembuka), meliputi lotting/ mrking jalur
HDD dan setting mesin HDD.

- Pemasangan mata bor dan pemancar sinyal

- Pengeboran

- Pembesaran lubang boring(reaming)

- Penarikan pipa (pulling)

 Manajemen lalu lintas, meliputi:


 Rambu peringatan
 Rambu kerja (rambu lalu lintas)
 Traffic cone berlampu
 Traffic cone
 Lampu darurat / emergency (flash light / blitz)

I-
 Petugas pengatur lalu lintas (flagmen)
 Kendaraan pengangkut rambu

4. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan ini meliputi pengembalian kendaraan dan alat-alat berat setelah dipergunakan
selama kegiatan konstruksi berlangsung. Kegiatan demobilisasi peralatan ini akan
dilaksanakan pada jam-jam tertentu dimana kondisi jalan tidak terlalu padat untuk
menghindari terjadinya penurunan kinerja jalan.

5. Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara


Kegiatan ini dilakukan dengan mengurangi jumlah tenaga kerja lapangan secara bertahap
setelah berakhirnya proses konstruksi. Pengurangan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan
beban pekerjaan dan kebutuhan jumlah pekerja di tiap tahapnya. Pada awal perekrutan
tenaga kerja sementara telah dilakukan penjelasan mengenai rencana durasi kontrak untuk
meminimalkan terjadinya keresahan pada saat demobilisasi tenaga kerja sementara
dilaksanakan.

- Kegiatan di Tahap Operasi


Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap operasi Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan pengoperasian IPA Mojopuro Gede akan memerlukan tenaga kerja sehingga perlu
dilakukan proses rekruitmen tenaga kerja. Jumlah total personil untuk Operasi dan
Perawatan adalah 35 orang. Jumlah personil dalam level manajemen berjumlah 7 orang
atau sebesar 20% yang terdiri dari Direktur, Manajer, dan Supervisor yang akan fokus di
bagian Operasi dan Perawatan serta seorang Manajer Proyek yang akan bertanggung jawab
terhadap progres pekerjaan konstruksi. Jumlah staf terbesar (15 orang, atau sebesar 49%
dari total personil BUP) berada pada bagian Operasi dikarenakan beban kerja yang paling
berat dibandungkan dengan unit lainnya. Jumlah staf di bagian Engineering dan Perawatan
berjumlah 3 orang atau sebesar 9% dari total seluruh personil, diikuti oleh bagian General
Affairs/SCM/Keuangan dengan jumlah staf 3 orang atau sebesar 9% yang membawahi OB,
driver dan security (7 orang, atau sebesar 20%).

Ditinjau dari latar belakang pendidikan, staf dengan lulusan universitas (minimal S1) adalah
10 orang atau sekitar 29%, lulusan sekolah sarjana muda/diploma (minimal D3) adalah 18

I-
orang (51%), dan lulusan sekolah menengah atas (SMA/SMK/STM) adalah mayoritas dengan
jumlah 7 orang atau 20%. Disamping pegawai tetap (staf) yang bersifat organik, BUP juga
akan merekrut sejumlah tenaga outsourcing sesuai dengan kebutuhan di lapangan,
misalnya sejumlah pekerja kasar (buruh) dibutuhkan untuk pembuangan/pengerukan
lumpur kering dari sludge dewatering. Para buruh ini akan dipekerjakan secara sementara
(temporary) sesuai dengan kebutuhan, sehingga jumlah buruh tidak dihitung dalam staf
organisasi BUP. Selain itu pula, outsourcing dapat juga digunakan oleh BUP untuk posisi
driver dan security.

Tabel 1.8. Rincian Tenaga Kerja Tahap Operasi


Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
No. Klasifikai Pekerja
L P Jml WNI WNA SMA/SMK D3 Min S1

1 Manajemen (direktur, √ √ 7 √ - 7
manajer, supervisor,
dan manajer proyek)

2 Staf operasi √ √ 15 √ - 14 1
Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
No. Klasifikai Pekerja Min S1
L P Jml WNI WNA SMA/SMK D3
3 Engineering dan √ 3 √ - 2 1
perawatan

4 General √ √ 3 √ - 2 1
affairs/SCM/Keuangan

5 Driver dan security √ 7 √ 7

Total 35 7 18 10
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019

2. Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum

Kegiatan pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum secara umum meliputi kegiatan :

• Pengolahan air baku menjadi air bersih dengan menggunakan Instalasi Pengolahan
Air

• Distribusi Air Bersih yang dihasilkan dari pengolahan dengan menggunakan IPA

Pengolahan Air Baku pada Instalasi Pengolahan Air


Sumber air baku instalasi pengolahan air (IPA) Mojopuro berasal dari Sungai Bengawan
Solo. Proses pengolahan air di IPA meliputi 3 tahapan yaitu :

I-
1. Tahap penghilangan unsur padatan dalam air dengan metode pengendapan dan
penyaringan.
2. Tahap penghilangan unsur kimia dan perbaikan kualitas air dengan proses
presedimentasi, koagulasi flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
3. Tahap penghilangan bakteri patogen atau desinfektan dengan pemberian bahan kimia
untuk membunuh mikroorganisme.
Secara umum proses pengolahan air baku pada instalasi pengolahan air (IPA) Mojopuro
Gede dapat dilihat pada gambar berikut.

. Proses Pengolahan Air Baku pada IPA Mojopuro Gede


Gambar1.8

I-
I-
Gambar 1. 9. Lay Out IPA Mojopuro Gede

I-
Proses pengolahan air baku di IPA Mojopuro Gede secara terperinci adalah sebagai berikut :
 Intake
Bangunan penyadap atau intake berfungsi untuk menyadap atau mengambil air baku
dari badan air sesuai dengan debit yang atau diperlukan untuk pengolahan. Jenis intake
digunakan adalah River Intake. Air baku dari sungai masuk ke dalam sump well melalui
penstock yang dilengkapi dengan penyaring kasar (screen). Aliran air baku kemudian
masuk ke dalam sump well. Sump well berfungsi untuk mengatur ketersediaan air baku
dan penyeimbang level air yang akan di pompa sehingga udara tidak ikut terpompa
karena dapat menyebabkan kavitasi sehingga umur pompa tidak akan bertahan lama.
Kemudian air baku ditransmisikan menggunakan pipa transmisi air baku dengan
diameter 1.000 mm dengan jarak + 1000 m dari intake sampai dengan bak
presedimentasi.

Pada saat di pompakan, air baku di injeksi menggunakan chlorine (prechlorine) untuk
membunuh bakteri, mengurangi warna pada air baku, serta mencegah lumur dan kerak
dalam pipa transmisi. Pada pipa transmisi terdapat air vent (venting) yang berfungsi
membuang gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam pipa untuk menghindari
terjadinya kavitasi pada saat pompa dihidupkan dan dimatikan.
 Prasedimentasi
Prasedimentasi adalah proses pengendapan yang dilakukan sebelum pengolahan unit
IPA untuk menghilangkan partikel diskrit. Fungsi utama dari unit prasedimentasi adalah
untuk menghilangkan/mencegah gravel, pasir, lumpur maupun material kasar lainnya
agar tidak masuk kedalam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Dengan
dibangunnya prasedimentasi, material kasar yang terbawa oleh air baku dapat
direduksi sampai ke tingkat minimal sesuai dengan rancang bangun yang akan
diterapkan.

 Koagulasi
Setelah tahapan prasedimentasi mulai dilakukan pemberian bahan kimia koagulan
untuk melakukan proses koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan
partikel koloid dan tersuspensi dalam air dengan pengadukan cepat, sehingga
terbentuk penggabungan partikel. Pada proses koagulasi dilakukan pengadukan cepat
(rapid mixing) dan pembubuhan bahan kimia yang disebut koagulan. Untuk
mengetahui kondisi operasi pengolahan setiap tahapan proses akan dilakukan
pengecekan kualitas pH, warna, dan kekeruhan.

I-
 Flokuasi
Flokulasi merupakan proses pengadukan lambat untuk mempercepat laju
penggabungan (aglomerasi) partikel koloid yang telah terdestabilisasi sehingga
membentuk flok dengan ukuran yang dapat terendapkan dan tersaring. Pada flokulasi
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing), aliran air disini harus tenang.

Tujuan dari flokulasi adalah agar partikel-partikel dapat melakukan kontak sehingga
mereka akan bertumbukkan, saling menempel, dan membesar ke ukuran yang siap
diendapkan atau disaring. Pengadukan yang cukup harus dilakukan agar flok dapat
melakukan kontak dan mencegah flok mengendap di bak flokulasi. Pengadukan
berlebihan akan mengikis partikel flok sehingga ukuran flok menjadi kecil dan mudah
terdispersi. Oleh karena itu, kecepatan gradien harus dikontrol dalam rentang yang
relative sempit.

 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel tersuspensi dari cairan dengan
menggunakan pengendapan secara gravitasi. Proses pengendapan yang dilakukan di
unit sedimentasi pada prinsipnya membuat partikel yang ada di air dapat mengendap
dan dipisahkan. Oleh karena itu proses pemisahan ini sangat tergantung dari jenis
partikel dalam air yang akan dipisahkan sehingga akan diperoleh cairan yang jernih.
Jenis partikel dalam air dipengaruhi oleh gravitasi. Partikel yang halus akan
mengapung, sedangkan partikel yang besar seperti lumpur akan mengendap atau
bergerak ke bawah. Partikel yang melayang disebut partiket koloid.

Bak sedimentasi terdiri atas zona inlet, zona pengendapan, zona outlet, dan zona
Lumpur. Aliran air dalam bak secara keseluruhan menuju ke permukaan, namun
sebelum itu, air harus melewati plat-plat. Sewaktu air mengalir ke atas melewati plat,
lapisan lumpur yang terjadi pada permukaan plat secara perlahan turun ke ruangan di
bawah plat. Bak pengendap akan memisahkan bagian-bagian yang terapung,
mengendapkan lumpur, dan cairan yang jernih. Lumpur yang diendapkan dikumpulkan
pada dasar bak yang dapat dilakukan dengan pengaturan kemiringan dasar bak.
Lumpur dikeluarkan dari bak secara periodik melalui pipa lumpur khusus yang dapat
pula dioperasikan dengan pompa.

 Filtrasi

I-
Filtrasi merupakan proses pemisahan padatan dari larutan dengan melewatkan larutan
tersebut melalui media berpori untuk menyisihkan sisa-sisa partikel/flok yang masih
terbawa dalam proses pengendapan.

 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pengolahan air dengan tujuan membunuh kuman atau bakteri
yang ada dalam air.Proses desinfeksi dilakukan sebelum air bersih didistribusikan,
sehingga air menjadi aman untuk dikonsumsi.
Chlorination didesain dengan injeksi gas chlorine kadar 100 %, dengan dosis prechlor 3
ppm dan dosis post-chlor 2 ppm.

Distribusi Air Bersih


Air bersih hasil pengolahan dari IPA Mojopuro Gede akan dialirkan menggunakan tenaga
pompa melalui pipa trasmisi ND-1100 mm sepanjang + 15 km menuju reservoir Manyar.
Kondisi topografi antara lokasi intake, IPA, Reservoir Manyar dan daerah pelayanan adalah
relatif datar sehingga perlu tenaga pompa untuk mengalirkannya. Untuk mengalirkan air
minum ke Reservoir Manyar direncanakan akan dipasang 3 pompa (2 unit operasi dan 1 unit
cadangan), dengan kapasitas masing-masing adalah 375 liter/detik dan head pompa 30
meter.

Direncanakan pipa transmisi air curah akan diletakkan mengikuti jalan desa Sidomukti
menuju jalan raya Mojopurogede, jalan raya Bungah, kemudian di persimpangan dengan
jalan raya Daendels/Propinsi belok ke kanan menuju arah kota Gresik, terus mengikuti jalan
raya propinsi sampai ke rencana lokasi Reservoir Manyar di pintu masuk Kawasan Industri
AKR/JIIPE.

Reservoir Manyar ini direncanakan mempunyai volume penampungan 9000 m3 dan akan
dilengkapi dengan 3 unit pompa distribusi dengan debit masing-masing 375 l/det, head 80
m untuk melayani kota dan 2 unit pompa khusus untuk melayani kawasan industri JIIPE,
dengan debit masing-masing 375 l/det, head 50 m.

Dari Reservoir Manyar, selanjutnya air minum akan didistribusikan ke daerah pelayanan
yang terbagi atas 2 zona yaitu pipa JDU khusus melayani kawasan industri JIIPE dan pipa
JDU untuk zona pelayanan kota yang mencakup wilayah Manyar, Kebomas dan Gresik. Pipa
JDU yang akan melayani daerah Manyar, Gresik dan Kebomas, akan diletakkan mengikuti

I-
jalan raya Sukomulya, jalan raya Gubernur Suryo hingga pertemuan dengan jalan Usman
Sadar di Gresik. Pipa JDU direncanakan akan menggunakan bahan jenis HDPE dengan
diameter bervariasi mulai dari ND-600mm hingga 355mm. sebagai pipa JDP dan JDB
menggunakan pipa dengan diameter 200mm – 315mm.

3. Pemeliharaan dan Perawatan

Kegiatan ini mencakup pemeliharaan sarana dan fasilitas pendukungnya, antara lain IPA,
reservoir air bersih, jaringan pipa transmisi, laboratorium dan bangunan kantor.
Kegiatan pemeliharaan tersebut ditujukan untuk memaksimalkan produksi air bersih.

Sarana dan Prasarana Penunjang

Terdapat beberapa fasilitas penunjang (utilitas) yang akan dibangun. Jenis fasilitas
penunjang yang akan dibangun tersebut dijelaskan pada uraian berikut:

Sistem Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air bersih untuk aktifitas domestik tenaga kerja di lingkup Sistem Penyediaan Air
Minum akan disuplai dari air bawah tanah untuk tahap konstruksi dan air bersih dari hasil
pengolahan IPA untuk tahap operasi. Berikut adalah prakiraan kebutuhan air bersih yang
diperlukan untuk tahap konstruksi dan tahap operasi.

TAHAP KONSTRUKSI
Pada tahap konstruksi, kebutuhan tenaga kerja adalah sebanyak 65 orang. Berdasarkan
(sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta), kebutuhan air bersih/orang/hari adalah 200 liter. Maka kebutuhan air
bersih pada tahap konstruksi diperkirakan sesuai perhitungan berikut:
Kebutuhan air untuk kegiatan domestik
Kebutuhan air/orang/hari = 200 liter/orang/hari
Total jumlah tenaga kerja = 65 orang
Total kebutuhan air bersih = ∑ tenaga kerja x ∑ kebutuhan air bersih
= 65 orang x 200 liter/orang/hari
= 13.000 liter/hari = 20 m³/hari
Kebutuhan air untuk proses konstruksi
Kebutuhan air untuk proses mixing material bangunan ini diperkirakan mencapai 5 m 3/hari.
Kebutuhan air untuk penyiraman dan pemadatan lahan
Kebutuhan air untuk ini diperkirakan mencapai 2 m 3/hari. Air ini digunakan terutama jika
kegiatan konstruksi dilakukan pada musim kemarau agar lokasi kegiatan tidak berdebu dan
juga agar tanah stabil dan padat.

I-
Total kebutuhan air pada tahap konstruksi adalah 20 m 3/hari.

TAHAP OPERASI
Untuk kebutuhan air pada tahap operasi adalah sebagai berikut. (Sumber :

Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta). Sumber air bersih adalah dari air sumur dan air tangki. Untuk kebutuhan air tenaga
kerja pada tahap operasi diperkirakan 100 liter/orang/hari.
Kebutuhan Air Tenaga Kerja:
Kebutuhan air/tenaga kerja/hari = 100 liter/orang/hari
Total jumlah tenaga kerja = 35 orang
Total kebutuhan air bersih = ∑ orang x ∑ kebutuhan air bersih

= 35 orang x 100 liter/orang/hari


= 3.500 liter/hari = 3,5 m³/hari

Keperluan Penyiraman Tanaman:


Kebutuhan air untuk penyiraman tanaman = 1 m 3/hari

Pada tabel berikut disajikan penggunaan air bersih secara keseluruhan pada tahap operasi.

Tabel 1.9. Prakiraan Kebutuhan Penggunaan Air Bersih Tahap Operasi


Fungsi Jumlah Kebutuhan Sub Total Keterangan
Air
Kegiatan domestik 35 100 lt/org/hari 3.500 lt/hari Masuk ke dalam
karyawan septic tank
Penyiraman Tanaman - 1.000 lt/hari 1.000 lt/hari Meresap ke dalam
tanah
Total Kebutuhan air 4.500 lt/hari -
(4,5 m3/hari)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Sistem Pengelolaan Air Limbah


Untuk pengolahan air limbah domestik (black water) dari tenaga kerja pada tahap operasi
akan diolah menggunakan septic tank. Diperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan
adalah sebesar 70% dari air bersih yang digunakan. Berikut adalah prakiraan volume limbah
cair yang dihasilkan.

Tabel 1.10. Prakiraan Volume Limbah Cair Yang Dihasilkan


No Bangunan Total Prakiraan Limbah Yang
Penggunaan Air Dihasilkan (m3/hari)

I-
(m3/hari)
TAHAP KONSTRUKSI

1 Kegiatan Domestik Tenaga Kerja 13 9,10


TAHAP OPERASI

1 Kegiatan domestik karyawan 3,5 2,45


Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Pada gambar berikut disajikan neraca air bersih yang dibutuhkan dan air limbah yang
dihasilkan.

Gambar 1.10. Neraca Air

Pengolahan Lumpur IPA


Lumpur basah (slurry) hasil dari proses prasedimentasi dan sedimentasi pada IPA akan
dialirkan secara gravitasi menuju ke Sludge Basin sebelum dipompakan ke area pengolahan
lumpur Sludge Drying Bed (SDB). Air filtrat yang terpisah dari lumpur di SDB nantinya akan
dikembalikan ke dalam proses menuju ke unit Backwash Drain Basin sebelum dipompakan
kembali ke Presedimentation Tank. Skema pengolahan lumpur ada pada gambar dibawah
berikut ini.
a.Sludge Basin
Slurry yang dihasilkan dari prasedimentasi dan sedimentasi dialirkan secara gravitasi
menuju Sludge Basin, ukuran Panjang 15 m Lebar 7,5 m. Material bangunan

I-
direncanakan menggunakan Reinforced Concrete dengan jumlah 1 (satu) unit dan
terdapat 2 (dua) pompa submersible yang akan memompakan slurry menuju Sludge
Drying Bed.

b.Sludge Drying Bed


Unit Sludge Drying Bed berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan dan
memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara proses penguapan
menggunakan energi penyinaran matahari (evaporasi). Material bangunan
direncanakan menggunakan Reinforced Concrete dengan jumlah 6 (enam) unit dengan
masing-masing dimensi ukuran Panjang 20 m Lebar 12,1 m Tinggi 1,5 m.

Gambar 1.11. Sketsa Pengolahan Lumpur

Sistem Penyediaan Energi Listrik


Penyedia daya listrik untuk IPA Mojopuro Gede dan Intake di pasok oleh PLN area setempat
dengan jaringan 20 kV, Trafo yang akan digunakan adalah trafo stepdown 20kV/400 V ;
2000 kVA sebanyak 1 unit untuk Intake dan IPA. Untuk sumber listrik di area intake diambil
dari trafo IPA Mojopuro Gede dengan menarik kabel tanah NYFGBY sepanjang 1 kilo meter.
Sementara untuk back up power yang digunakan adalah generator set dengan kapasitas
1500 kVA. Untuk trafo di Reseservoir Manyar menggunakan Trafo step down 20KV/400V
dengan kapasitas 1500 kVA dengan back up power generator set 1875 kVA apabila terjadi
black out dari PLN.

Hal utama yang harus disediakan adalah ruang panel. Panel ini berfungsi mengatur pasokan
listrik ke dan di dalam bangunan. Genset akan ditempatkan di ruang khusus sehingga bila
beroperasi tidak menyebabkan gangguan seperti getaran dan kebisingan.

I-
Sistem Penanganan Kebakaran
Antisipasi dan pencegahan terjadinya kebakaran dilakukan dengan penyediaan fire
protection berupa APAR (Alat Pemadam Api Ringan) pada setiap bangunan. APAR tersebut
berfungsi untuk penanggulangan awal kebakaran. Sistem pencegahan kebakaran di dalam
lokasi kegiatan terutama di bangunan kantor dilakukan baik secara pasif maupun aktif.
Sistem pencegahan secara pasif dilakukan dengan membuat peraturan yang ditujukan
kepada para pengguna bangunan agar :
 Mengindari penumpukan barang-barang yang mudah terbakar
 Mengatur perencanaan ruang di dalam bangunan sehingga ruangan mendapat
sirkulasi udara yang cukup, mengatur kelembapan udara dan pencahayaan di dalam
ruangan.
 Adanya pedoman Standard Operation Prcedure (SOP) dalam penanggulangan
keadaan darurat kebakaran.
 Disediakan denah jalur evakuasi di dalam lokasi untuk mempermudah evakuasi

Sedangkan sistem pencegahan kebakaran secara aktif dilakukan dengan :


 Memasang alat alarm kebakaran di masing-masing bangunan
 Meletakkan alat pemadam kebakaran pada tempat yang mudah dijangkau dan
dalam jumlah yang cukup.
 Penyediaan fire protection berupa APAR (Alat Pemadam Api Ringan) pada setiap
bangunan.
 Pengecekan kondisi APAR secara berkala.

Buffer Zone
Untuk melengkapi area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di dalam lokasi proyek, akan
ditanam tanaman dengan jenis antara lain adalah Flamboyan (Delonix regia),
Peltophorum pterocarpum (flamboyan kuning), trembesi (Samanea saman), angsana
(Pterocarpum indicum), mangga (Mangifera indica), Akasia (Acacia spp), Cassia (Cassia
spp), Cemara udang (Cassuarina equisetifolia). RTH sebaiknya terletak di sekeliling area
proyek. Tanaman yang berada di dalam area RTH yang mengelilingi area proyek juga dapat
berfungsi sebagai buffer zone dan green belt untuk menyerap polusi udara dan
kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum di dalamnya.

Sistem Pengelolaan Limbah Padat

I-
Sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan menyediakan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) di lokasi kegiatan. Untuk pengangkutan sampah yang terkumpul menuju
TPA akan dikoordinasikan oleh PDAM Giri Tirta Kab. Gresik dengan instansi terkait.
Sedangkan untuk sampah anorganik/sampah kering yang bisa didaur ulang akan disalurkan
kepada pihak ketiga untuk diolah lebih lanjut.

Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah domestik pada tahap konstruksi:

Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi = 100 orang


Jumlah timbulan sampah/ orang = 1,5 – 2,0 l/orang/hari untuk kota sedang

(Sumber : Damanhuri, Prof. Enry, “Pengelolaan Sampah”, Program Studi TL-FTSP, ITB, 2011)
Total jumlah sampah = Jumlah tenaga kerja x timbulan sampah
= 65 orang x 2,0 l/orang/hari
= 130 liter/hari
= 0,13 m3/hari

Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah domestik pada tahap operasi:

Jumlah Tenaga Kerja Tahap Operasi = 35 orang

Jumlah timbulan sampah/ orang = 1,5 – 2,0 l/orang/hari untuk kota sedang

(Sumber : Damanhuri, Prof. Enry, “Pengelolaan Sampah”, Program Studi TL-FTSP, ITB, 2011)
Total jumlah sampah = Jumlah tenaga kerja x timbulan sampah
= 35 orang x 2,0 l/orang/hari
= 70,0 liter/hari
≈ 0,07 m3/hari

1.1.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Proyek


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik dibagi
menjadi 3 (tiga) tahap pelaksanaan, yaitu pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi, yang
kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan operasional. Jadwal selengkapnya dapat dilihat
di tabel berikut.

I-
Tabel 1 . 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Proy ek

I-
1.1.4. Alternatif-Alternatif yang Akan Dikaji dalam ANDAL

Kajian alternatif pada kegiatan proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik ini tidak ada karena lokasi dan teknologi yang digunakan telah dianalisa
dalam studi kelayakan (Feasibility Study). Dari hasil studi kelayakan tersebut telah dipilih
keputusan dari alternatif-alternatif yang ada. Sehingga dalam dokumen AMDAL tidak dipaparkan
kembali alternatif kajiannya.

1.2. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang ditelaah/dikaji


1.2.1. Dampak Potensial
Esensi dari proses identifikasi dampak potensial ini adalah menduga semua dampak yang berpotensi
terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Proses identifikasi
dampak potensial dilakukan dengan matrik dan bagan alir. Berikut adalah matriks identifikasi
dampak potensial yang dihasilkan dari masing-masing tahapan kegiatan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik.

I-
Keterangan : P = Dampak Primer

1 Perijinan 7 Demobilisasi Peralatan


2 Sosialisasi Proyek 8 Demobilisasi Tenaga Kerja
3 Pemagaran Proyek dan Pengoperasian Basecamp 9 Mobilisasi Tenaga Kerja
4 Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara 10 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
5 Mobilisasi Peralatan dan Material 11 Pemeliharaan dan Perawatan
6 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan
Pipa

1.2.2. Dampak Penting Hipotetik

I-
Dampak penting hipotetik dihasilkan dari evaluasi terhadap dampak potensial, pelingkupan pada
tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial yang di anggap tidak
relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting hipotetik yang
dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Berikut disajikan
dampak-dampak penting hipotetik Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas
1.000 Liter/detik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi.

a. Tahap Pra-Konstruksi
Pada tahap pra-konstruksi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap
dampak potensial:
1) Perijinan
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik

2) Sosialisasi Proyek
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik

b. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap
dampak potensial:
1) Pemagaran Proyek dan Pengoperasian Basecamp
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik
2) Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara
• Terciptanya Kesempatan Kerja 3) Mobilisasi Peralatan dan Material
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Pengurangan Umur Jalan
• Penurunan Kinerja Jalan
• Keresahan Masyarakat 4) Penyiapan Lahan
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
5) Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Peningkatan Kebisingan
• Penurunan Kinerja Jalan
• Keresahan Masyarakat
6) Demobilisasi Peralatan

I-
• Penurunan Kinerja Jalan
7) Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik.

c. Tahap Operasi
Pada tahap operasi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap dampak
potensial:
1) Mobilisasi Tenaga Kerja
 Terciptanya Kesempatan Kerja

2) Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Peningkatan Kebisingan
• Peningkatan Ketersediaan Air Bersih
• Penurunan Kualitas Air Permukaan
• Peningkatan Aliran Run Off
• Penurunan Kinerja Jalan
• Terciptanya Kesempatan Berusaha
• Keresahan Masyarakat
• Peningkatan Limbah Padat Domestik
• Timbulnya Limbah B3
3) Pemeliharaan dan Perawatan
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik

Bagan alir dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1.12. Bagan Alir Pelingkupan Dampak

I-
1.3. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Penentuan batas wilayah studi untuk menyusun ANDAL, disesuaikan dengan karakteristik aktivitas
kegiatan dan besaran dampak kegiatan yang diperkirakan timbul serta jangkauan atau
penyebarannya. Batas wilayah studi ditentukan berdasarkan pertimbangan luasnya daerah dampak
yang terpengaruh oleh kegiatan proyek dan jenis dampak penting yang mungkin timbul. Adapun
batas-batas tersebut adalah:

 Batas Proyek
Batas wilayah proyek merupakan ruang tempat suatu rencana kegiatan dimana akan dilakukan
kegiatan, baik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi. Batas wilayah proyek yang
direncanakan untuk membangun Area Sistem Penyediaan Air Minum yang berada di Kec.
Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik (Gambar 1.13).

 Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari kegiatan yang direncanakan, baik
pemukiman, jalan, maupun kegiatan lain di sekitarnya (Gambar 1.14.). Proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan yang mendasar
akibat adanya disperse udara dari kegiatan proyek yang mengikuti arah angin dominan dari timur
menuju ke barat serta mengikuti arah aliran Saluran Penerima dari barat menuju ke timur. Batas ini
ditetapkan berdasarkan proses sebaran dampak terhadap komponen fisikkimia dan biologi.

 Batas Sosial
Yang termasuk dalam batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan dasar akibat terjadinya
suatu usaha. Batas sosial untuk kegiatan proyek ini adalah pemukiman penduduk yang berada di
sekitar lokasi proyek. (Gambar 1.15.).

 Batas Administratif
Batas administratif merupakan batas ruang tempat masyarakat sekitar rencana Pembangunan Area
Sistem Penyediaan Air Minum dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, batas
administrasi yang digunakan dalam studi ini adalah Kec. Bungah, Kec.

I-
Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik yang ditampilkan pada Gambar 1.16.

 Batas Wilayah Studi


Batas wilayah studi merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas namun penentuannya
disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memberikan keterbatasan sumber data,
seperti waktu, dana, tenaga, teknik, dan metode telaah. Dengan demikian, ruang lingkup wilayah
studi bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegiatan, kemudian diperluas ke ruang
ekosistem, ruang sosial, dan ruang administratif yang lebih luas.

I-
 Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian rencana kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik ditetapkan berdasarkan jadwal proyek yang lamanya sesuai dengan
rencana usaha dan/atau kegiatan pada 3 tahap yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi.
Selengkapnya mengenai batas waktu kajian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.13. Batas Waktu Kajian


No Uraian Kegiatan Batas Waktu Alasan
Kajian
Tahap Pra-Konstruksi

1 Perijinan 5 bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

2 Sosialisasi Proyek 1 bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

Tahap Konstruksi

1 Pemagaran Area dan Pengoperasian Basecamp 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

2 Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

3 Mobilisasi Peralatan dan Material 3 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

4 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa 10 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

5 Demobilisasi Peralatan 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

6 Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek

Tahap Operasi

1 Mobilisasi Tenaga Kerja 1 Bulan Prediksi tim tentang waktu yang


dibutuhkan untuk rekruitmen
tenaga kerja
2 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum 3 Tahun Prediksi tim mengenai waktu
yang dibutuhkan agar kegiatan
operasional dapat berjalan
secara maksimal
3 Pemeliharaan dan Perawatan 3 Tahun Prediksi tim mengenai waktu
yang dibutuhkan agar kegiatan
operasional dapat berjalan
secara maksimal. Sehingga
pemeliharaan pun dilakukan
untuk seluruh bangunan yang
ada.

Pada tabel berikut disajikan ringkasan proses pelingkupan dampak yang telah dilakukan.

I-
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Tabel 1.14. Ringkasan Proses Pelingkupan


Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Menimbulkan Wilayah Studi
Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Kajian
Dampak dari Rencana Kegiatan Dampak potensial potensial (DPH)
Lingkungan

Tahap Pra Konstruksi

1 Perijinan - Bekerjasama dengan instansi Komponen Keresahan Hanya melibatkan Disimpulkan tidak menjadi a. Kec. Bungah, Kec. 6 bulan,
terkait sosial masyarakat institusi terkait, tidak DPH. Manyar, dan Kec. mengingat lama
- Koordinasi dengan pihak Desa budaya berpotensi besar Gresik pengurusan
menimbulkan keresahan b. Secara rinci dapat periijinan rata-
masyarakat dilihat pada peta rata 6 bulan.
batas sosial
2 Sosialisasi Menjelaskan rencana kegiatan Sosial, Keresahan Dikarenakan kegiatan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. I bulan
Proyek secara jelas dan transparan Ekonomi, masyarakat sosialisasi proyek hanya Manyar, dan Kec.
Budaya berlangsung sesaat sehingga Gresik
tidak menimbulkan dampak b. Secara rinci dapat
keresahan masyarakat yang dilihat pada peta
signifikan. batas sosial
Tahap Konstruksi

I - 40
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

1a Pemagaran Pembuatan septic tank Fisik Kimia Penurunan Dikarenakan telah Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari,
proyek dan sementara di basecamp Kualitas Air disediakan fasilitas MCK Manyar, dan Kec. mengingat
pengoperasian Permukaan dan penyediaan septic Gresik kegiatan yang
basecamp tank untuk pengolahan b. Secara rinci dapat dilakukan
limbah tersebut dilihat pada peta dalam
batas ekologi basecamp
secara umum
hampir sama
sehingga
pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.
1b Pemagaran Penyediaan TPS di area Kondisi Peningkatan  Akan dibuatkan TPS di Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari,
proyek dan basecamp selama konstruksi Sanitasi Limbah Padat dalam area basecamp Manyar, dan Kec. mengingat

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

pengoperasian Lingkungan Domestik untuk pengelolaan sampah Gresik kegiatan yang


basecamp yang dihasilkan b. Secara rinci dapat dilakukan dalam
 Disediakan grease trap dan dilihat pada peta basecamp
dilakukan pengelolaan batas Ekologi secara umum
terhadap lemak yang hampir sama
terkumpul sebagai limbah sehingga
padat domestik pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.

I - 41
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

1c Pemagaran Penerapan standart K3 dalam Kesehatan Penurunan sanitasi Penerapan K3 oleh Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari,
proyek dan pengelolaan sampah dan limbah Masyarakat lingkungan kontraktor untuk menjaga Manyar, dan Kec. mengingat
pengoperasian cair yang dihasilkan kondisi sanitasi tetap baik Gresik kegiatan yang
basecamp b. Secara rinci dapat dilakukan dalam
dilihat pada peta basecamp
batas sosial secara umum
hampir sama
setiap harinya
sehingga
pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.

2a Mobilisasi Menghimbau kepada Sosial, Terciptanya Jumlah kesempatan kerja Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 minggu,
Tenaga Kerja kontraktor pelaksana proyek Ekonomi, Kesempatan meningkat Manyar, dan Kec. mengingat
agar menggunakan tenaga Budaya Kerja Gresik proses
kerja lokal b. Secara rinci dapat penerimaan
dilihat pada peta batas tenaga kerja
sosial membutuhkan

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

waktu relatif
cepat dan dapat
dipenuhi dalam
waktu
7 hari.

2b Mobilisasi - Sosial, Peningkatan Kegiatan ini tidak Disimpulkan Tidak menjadi a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
Tenaga Kerja Ekonomi, pendapatan signifikan meningkatkan DPH. Namun dampak ini tetap Manyar, dan Kec. peningkatan
dikelola dengan cara: Gresik pendapatan ini

I - 42
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Budaya pendapatan masyarakat - Membayar tenaga kerja b. Secara rinci dapat dapat dilihat
minimal sesuai UMR dilihat pada peta batas dari penghasilan
Kabupaten Gresik sosial rata-rata
bulanan
sebelum dan
sesudah
bekerja.
3a Mobilisasi - Fisik kimia Debu dan Lalu lalang Kendaraan Disimpulkan menjadi DPH a. Batas ekologis untuk 1 hari, dengan
Peralatan dan Penurunan pembawa material dapat debu dari mobilisasi asumsi bahwa
Material Kualitas Udara menurunkan kualitas udara adalah sepanjang dalam masa
untuk parameter debu jalang angkut yang mobilisasi,
berdekatan dengan ritase
pemukiman mobilisasi
Secara rinci dapat dianggap sama
dilihat pada peta sehingga
b. batas Ekologi.
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3b Mobilisasi - Fisik kimia Peningkatan Akan dilakukan Disimpulkan Tidak menjadi a. Batas ekologis untuk 1 hari, dengan
Peralatan dan kebisingan pembatasan kecepatan DPH. kebisingan dari asumsi bahwa
Material kendaraan agar tidak mobilisasi

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

menimbulkan kebisingan b. adalah sepanjang dalam masa


dengan tingkat intensitas jalang angkut yang mobilisasi,
yang tinggi berdekatan dengan ritase
pemukiman mobilisasi
Secara rinci dapat dianggap sama

I - 43
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

dilihat pada peta sehingga


batas Ekologi. besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3c Mobilisasi Penyesuaian kendaraan yang Fisik Kimia Pengurangan Umur Meskipun telah disesuaikan Disimpulkan menjadi DPH a. Batas ekologis 1 hari, dengan
Peralatan dan digunakan dengan kelas jalan Jalan dengan kelas jalan, untuk Pengurangan asumsi bahwa
Material Pengurangan Umur Jalan Umur Jalan dari dalam masa
tetap berpotensi untuk mobilisasi adalah di mobilisasi,
terjadi sepanjang jalan ritase
angkut yang
mobilisasi
berdekatan dengan
dianggap sama
lokasi proyek
Secara rinci dapat sehingga
dilihat pada peta besaran yang
b. perlu dikelola
batas Ekologi.
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3d Mobilisasi Pengaturan waktu mobilisasi Fisik Kimia Penurunan Adanya lalu-lalang kendaraan Disimpulkan menjadi DPH. a. Batas ekologis 1 hari, dengan
Peralatan dan kendaraan (tidak pada saat Kinerja Jalan berat akan menyebabkan untuk peningkatan asumsi bahwa
Material tingkat kepadatan jalan tinggi) Penurunan kepadatan dan dalam masa
Kinerja Jalan kemacetan lalu mobilisasi,
lintas dari mobilisasi ritase
adalah sepanjang mobilisasi
jalan dianggap

No Deskripsi Pengelolaan Lingkungan Komponen Pelingkupan Wilayah Studi Batas Waktu

I - 44
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan
Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
potensial potensial (DPH)
Dampak dari Rencana Kegiatan Dampak
Lingkungan

angkut yang sama sehingga


berdekatan dengan besaran yang
pemukiman perlu dikelola
b. Secara rinci dapat dan dipantau
dilihat pada peta adalah secara
batas Ekologi. harian saja
3e Mobilisasi Penutupan bak truk pengangkut Fisik kimia Tumpahan - Dilakukan penutupan bak Disimpulkan Tidak menjadi DPH a. Batas ekologis untuk 1 hari, dengan
Peralatan dan material Material di Jalan truk selama tumpahan material asumsi bahwa
Material pengangkutan material dari mobilisasi adalah dalam masa
sepanjang jalang mobilisasi,
angkut yang ritase
berdekatan dengan mobilisasi
pemukiman dianggap sama
b. Secara rinci dapat sehingga
dilihat pada peta besaran yang
batas Ekologi. perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3f Mobilisasi Menyediakan posko pengaduan Sosial, Keresahan Adanya Penurunan Kinerja Disimpulkan menjadi DPH. a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari, dengan
Peralatan dan masyarakat ekonomi, Masyarakat Jalan akan menyebabkan Manyar, dan Kec. asumsi bahwa
Material budaya masyarakat menjadi resah Gresik dalam masa
b. Secara rinci dapat mobilisasi,
dilihat pada peta batas ritase
sosial mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau

I - 45
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

adalah secara
harian saja
4a Penyiapan Lahan - Fisik kimia, Debu dan Kegiatan ini akan Disimpulkan menjadi DPH. a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari, dengan
berupa Penurunan menyebabkan debu yang Manyar, dan Kec. asumsi bahwa
kualitas udara Kualitas Udara dapat terbawa angin hingga Gresik dalam
ambient untuk pemukiman warga b. Secara rinci dapat penyiapan
parameter dilihat pada peta batas lahan
debu Ekologi. dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
4b Penyiapan Lahan Penyediaan long storage dan Fisik kimia Peningkatan Aliran Adanya long storage dan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak proyek 6 bulan,
kolam tampung Run Off kolam tampung untuk b. Secara rinci dapat perencanaan
menggantikan hilangnya dilihat pada peta batas dan
lahan resapan Ekologi. pembuatan long
storage dan
sumur resapan
membutuhkan
waktu yang
relatif lama
4c Penyiapan Lahan Menyediakan posko pengaduan Sosial, Keresahan Adanya pengelolaan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
masyarakat ekonomi, Masyarakat terhadap dampak yang Manyar, dan Kec. mengingat
budaya timbul dari kegiatan ini Gresik keresahan
b. Secara rinci dapat masyarakat
dilihat pada peta terkadang

I - 46
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

batas sosial timbul setelah


kegiatan cukup
lama

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

berjalan.

4d Penyiapan Lahan - Biologi Penurunan Kondisi lokasi proyek berupa Disimpulkan idak menjadi DPH a. Lokasi di tapak proyek 3 bulan, sesuai
Keanekaragaman bangunan yang dilengkapi b. Secara rinci dapat jadwal proyek.
Hayati dengan penghjiauan dilihat pada peta batas
ekologi
5a Pembangunan Tidak ada Fisik kimia Debu dan Kegiatan ini akan Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi di sekitar tapak 1 hari, dengan
Struktur Penurunan menyebabkan debu yang proyek pada radius asumsi bahwa
Bangunan dan Kualitas Udara dapat terbawa angin hingga 100 meter dari tapak dalam
Jaringan Pipa pemukiman warga proyek pembangunan
b. Secara rinci dapat bangunan dan
dilihat pada peta batas fasilitasnya
ekologi dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja

I - 47
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

5b Pembangunan - Fisik kimia Peningkatan Terdapat alat-alat berat yang Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi di sekitar tapak 1 hari, dengan
Struktur kebisingan berpotensi menyebabkan proyek pada radius asumsi bahwa
Bangunan dan terjadinya peningkatan 100 meter dari tapak dalam
Jaringan Pipa kebisingan proyek pembangunan
b. Secara rinci dapat bangunan dan
dilihat pada peta fasilitasnya
batas ekologi dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

harian saja

5c Pembangunan - Fisik Kimia Penurunan Adanya kegiatan Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan Kec. sesuai dengan
Struktur Kinerja Jalan pemasangan pipa akan Bungah, Kec. jadwal proyek.
Bangunan dan menyebabkan terjadinya Manyar, dan Kec.
Jaringan Pipa Penurunan Kinerja Jalan Gresik
akibat dari adanya kegiatan b. Secara rinci dapat
di bahu jalan dilihat pada peta batas
ekologis

I - 48
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

5d Pembangunan Menyediakan posko pengaduan Sosial, Keresahan Keresahan masyarakat dapat Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
Struktur masyarakat Ekonomi, Masyarakat terjadi akibat dari adanya Manyar, dan Kec. mengingat
Bangunan dan Budaya getaran yang dihasilkan dan Gresik keresahan
Jaringan Pipa keretakan b. Secara rinci dapat masyarakat
bangunan yang dilihat pada peta batas terkadang
diperkirakan dapat sosial timbul setelah
terjadi kegiatan cukup
lama berjalan.

5e Pembangunan - Kesehatan Gangguan Kegiatan ini tidak signifikan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. sesuai dengan
Struktur Masyarakat Kesehatan menimbulkan gangguan Manyar, dan Kec. jadwal proyek.
Bangunan dan Masyarakat kesehatan pada masyarakat Gresik
Jaringan Pipa b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
5f Pembangunan Disediakan TPS di dalam area Kondisi Timbulnya Timbulnya buangan Disimpulkan tidak menjadi a. Tapak proyek 1 hari, dengan
Struktur basecamp Sanitasi Buangan material dikelola dengan DPH. b. Secara rinci dapat asumsi bahwa
Bangunan dan Lingkungan Material penyediaan TPS di lokasi dilihat pada peta batas dalam
Jaringan Pipa Proyek pembangunan
bangunan dan
fasilitasnya
dianggap sama
sehingga

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

I - 49
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
6a Demobilisasi - Fisik Kimia Peningkatan Jumlah ritasi kendaraan Disimpulkan tidak menjadi a. Batas ekologis 1 hari, dengan
Peralatan Kebisingan tidak signifikan untuk DPH. untuk kebisingan asumsi bahwa
meningkatkan kebisingan dari mobilisasi dalam masa
adalah sepanjang demobilisasi
jalang angkut yang selama 1 bulan,
berdekatan dengan
ritase
pemukiman
mobilisasi
b. Secara rinci dapat
dianggap sama
dilihat pada peta
sehingga
batas Ekologi.
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
6b Demobilisasi - Fisik Kimia Pengurangan Umur Penyesuaian kendaraan Disimpulkan tidak menjadi a. Batas ekologis untuk 1 bulan,
Peralatan Jalan yang digunakan dengan DPH. kebisingan dari mengingat
kelas jalan mobilisasi adalah waktu yang
sepanjang jalang diperlukan
angkut yang untuk kegiatan
berdekatan dengan
demobilisasi
pemukiman
peralatan
b. Secara rinci dapat
memerlukan
dilihat pada peta
waktu 1 bulan
batas Ekologi.
6c Demobilisasi Pengaturan waktu demobilisasi Fisik Kimia Penurunan Adanya lalu-lalang kendaraan Disimpulkan menjadi DPH. a. Batas ekologis untuk 1 hari, dengan
Peralatan kendaraan Kinerja Jalan berat akan menyebabkan peningkatan asumsi bahwa
Penurunan Kinerja Jalan. kepadatan lalu lintas dalam masa
dari

No Deskripsi Pengelolaan Lingkungan Komponen Pelingkupan Wilayah Studi Batas Waktu

I - 50
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan
Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
potensial potensial (DPH)
Dampak dari Rencana Kegiatan Dampak
Lingkungan

mobilisasi adalah demobilisasi


sepanjang jalan angkut selama 1 bulan,
yang berdekatan ritase
dengan mobilisasi
pemukiman dianggap sama
b. Secara rinci dapat sehingga
dilihat pada peta besaran yang
batas Ekologi. perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
6d Demobilisasi Menyediakan posko pengaduan Sosial, Keresahan Adanya petugas keamanan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan, sesuai
Peralatan masyarakat Ekonomi, Masyarakat untuk menjaga Manyar, dan Kec. jadwal proyek.
Budaya stabilitas kamtib masyarakat Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
7a Demobilisasi Penjelasan mengenai masa Sosial, Hilangnya Masa kontrak telah Disimpulkan tidak menjadi a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari, dengan
Tenaga Kerja kontrak Ekonomi, Kesempatan dijelaskan di awal konstruksi DPH. Manyar, dan Kec. asumsi bahwa
Sementara Budaya Kerja Gresik kegiatan
b. Secara rinci dapat demobilisasi
dilihat pada peta batas tenaga kerja
sosial konstruksi
hanya
berlangsung
selama satu
hari.
7b Demobilisasi - Sosial, Penurunan Tidak signifikan dalam Disimpulkan tidak menjadi a. Kec. Bungah, Kec. 1 hari, dengan
Tenaga Kerja Ekonomi, Pendapatan menurunkan pendapatan DPH. Manyar, dan Kec. asumsi bahwa
Sementara Budaya masyarakat Gresik kegiatan

I - 51
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

b. Secara rinci dapat demobilisasi


dilihat pada peta batas tenaga kerja
sosial

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

konstruksi
hanya
berlangsung
selama satu
hari.
Tahap Operasi
1a Mobilisasi Memprioritaskan tenaga kerja Sosial, Terciptanya Jumlah kesempatan kerja Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
tenaga kerja lokal Ekonomi, Kesempatan meningkat cukup Manyar, dan Kec. mengingat
Budaya Kerja signifikan Gresik waktu yang
b. Secara rinci dapat dibutuhkan
dilihat pada peta batas untuk
sosial rekruitmen
tenaga kerja
kurang lebih
satubulan
1b Mobilisasi - Sosial, Peningkatan Kegiatan ini tidak Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
tenaga kerja Ekonomi, Pendapatan signifikan meningkatkan Manyar, dan Kec. mengingat
Budaya pendapatan masyarakat Gresik waktu yang
b. Secara rinci dapat dibutuhkan
dilihat pada peta batas untuk
sosial rekruitmen
tenaga kerja
kurang lebih
satubulan

I - 52
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

1c Mobilisasi Menyediakan posko pengaduan Sosial, Keresahan Keresahan masyarakat dapat Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 1 bulan,
tenaga kerja masyarakat Ekonomi, Masyarakat dicegah melalui Manyar, dan Kec. mengingat
Budaya pemrioritasan tenaga kerja Gresik keresahan
lokal b. Secara rinci dapat masyarakat
dilihat pada peta batas terkadang
sosial timbul setelah
kegiatan cukup
lama berjalan.

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

2a Pengoperasian - Fisik Kimia Debu dan Emisi gas buang kendaraan Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan Kec. 3 tahun,
Sistem Penurunan pengangkut yang keluar Bungah, Kec. kegiatan
Penyediaan Kualitas Udara masuk area proyek dapat Manyar, dan Kec. diprediksi akan
Air Minum menurunkan kualitas udara Gresik stabil dalam
b. Secara rinci dapat kurun waktu 3
dilihat pada peta batas tahun
Ekologi
2b Pengoperasian - Fisik Kimia Peningkatan Tingkat kebisingan yang Disimpulkan tidak menjadi a. Lokasi proyek dan 3 tahun,
Sistem Kebisingan terjadi cukup signifikan DPH. Kec. Bungah, Kec. kegiatan ini
Penyediaan dalam meningkatkan Manyar, dan Kec. diprediksi akan
Air Minum kebisingan di sekitar lokasi Gresik stabil dalam
proyek b. Secara rinci dapat kurun waktu 3
dilihat pada peta tahun
batas Ekologi
2c Pengoperasian - Sosial Peningkatan Peningkatan Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi proyek dan 3 tahun,
Sistem Ekonomi Ketersediaan Air Ketersediaan Air Bersih Kec. Bungah, Kec. kegiatan ini
Penyediaan Bersih Manyar, dan Kec. diprediksi akan
Air Minum Gresik stabil dalam
b. Secara rinci dapat kurun waktu 3

I - 53
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

dilihat pada peta tahun


batas Ekologi
2d Pengoperasian Pembuatan septic tank Fisik Kimia Penurunan Limbah cair yang berasal dari Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan 3 tahun,
Sistem Kualitas Air kegiatan kantin serta kamar Kec. Bungah, Kec. kegiatan ini
Penyediaan Permukaan mandi berpotensi Manyar, dan Kec. diprediksi akan
Air Minum menyebabkan Gresik stabil dalam
pencemaran bila b. Secara rinci dapat kurun waktu 3
langsung dibuang dilihat pada peta tahun
batas Ekologi
2e Pengoperasian - Fisik Kimia Peningkatan Aliran Peningkatan Aliran Run Off Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan 3 tahun,
Sistem Run Off akibat kegiatan ini cukup Kec. Bungah, Kec. kegiatan ini
Penyediaan tinggi sehingga diperlukan Manyar, dan Kec. diprediksi akan
Air Minum pengelolaan dari Gresik stabil dalam
peningkatan run off yang b. Secara rinci dapat kurun waktu 3
terjadi dilihat pada peta

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

batas Ekologi tahun

2f Pengoperasian Penyesuaian kendaraan yang Fisik Kimia Pengurangan Umur Kendaraan disesuaikan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Jalan menuju tapak 3 tahun,
Sistem digunakan dengan kelas jalan Jalan dengan kelas jalan proyek Secara rinci kegiatan ini
Penyediaan b. dapat dilihat pada diprediksi akan
Air Minum peta batas wilayah stabil dalam
studi kurun waktu 3
tahun

I - 54
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

2g Pengoperasian Penyusunan ANDAL Lalin dan Fisik Kimia Penurunan Adanya lalu-lalang kendaraan Disimpulkan menjadi DPH a. Jalan menuju tapak 3 tahun,
Sistem pelaksanaan rekomendasi yang Kinerja Jalan pengangkut barang dan proyek Secara rinci kegiatan ini
Penyediaan tercantum di dalamnya kendaraan pribadi akan b. dapat dilihat pada diprediksi akan
Air Minum menyebabkan Penurunan peta batas wilayah stabil dalam
Kinerja Jalan studi kurun waktu 3
tahun
2h Pengoperasian - Sosial, Terciptanya Adanya pembatasan bagi Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 3 tahun,
Sistem Ekonomi, Kesempatan Buduranng makan/PKL yang Manyar, dan Kec. kegiatan ini
Penyediaan Budaya Berusaha bisa masuk ke dalam Area Gresik diprediksi akan
Air Minum Sistem Penyediaan Air b. Secara rinci dapat stabil dalam
Minum kurun waktu 3
dilihat pada peta batas
tahun
Sosial

2i Pengoperasian - Sosial, Peningkatan PAD Peningkatan PAD tidak Disimpulkan tidak menjadi a. Kec. Bungah, Kec. 3 tahun,
Sistem Ekonomi, signifikan DPH Manyar, dan Kec. kegiatan ini
Penyediaan Budaya Gresik diprediksi akan
Air Minum b. Secara rinci dapat stabil dalam
dilihat pada peta batas kurun waktu 3
Sosial tahun
2j Pengoperasian Menyediakan posko Sosial, Keresahan Keresahan masyarakat Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 3 tahun,

Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Wilayah Studi
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Kajian
dari Rencana Kegiatan potensial potensial (DPH)
Dampak Dampak
Lingkungan

Sistem pengaduan masyarakat Ekonomi, Masyarakat akibat dari potensi Manyar, dan Kec. kegiatan ini
Penyediaan Budaya Peningkatan Aliran Run Gresik diprediksi akan
Air Minum Off dan Penurunan b. Secara rinci dapat stabil dalam
Kinerja Jalan dilihat pada peta batas kurun waktu 3
Sosial tahun

I - 55
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

2k Pengoperasian Disediakan petugas keamanan Sosial, Gangguan Adanya petugas keamanan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak Proyek 3 tahun,
Sistem Ekonomi, Kamtibmas untuk menjaga keamanan b. Secara rinci dapat kegiatan ini
Penyediaan Budaya lokasi proyek dilihat pada peta batas diprediksi akan
Air Minum proyek stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2l Pengoperasian - Kesehatan Gangguan Kegiatan ini tidak signifikan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 3 tahun,
Sistem Masyarakat Kesehatan menimbulkan gangguan Manyar, dan Kec. kegiatan ini
Penyediaan Masyarakat kesehatan pada masyarakat Gresik diprediksi akan
Air Minum b. Secara rinci dapat stabil dalam
dilihat pada peta batas kurun waktu 3
wilayah studi tahun
2m Pengoperasian Pengelolaan sampah di dalam Kesehatan Penurunan Dilakukan pengelolaan Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak Proyek 3 tahun,
Sistem area TPS dan pengelolaan Masyarakat Sanitasi sampah secara terjadwal b. Secara rinci dapat kegiatan ini
Penyediaan limbah cair dengan septic tank Lingkungan dan pengelolaan limbah dilihat pada peta batas diprediksi akan
Air Minum cair proyek stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2n Pengoperasian Pengelolaan di TPS Kondisi Peningkatan Jumlah limbah padat Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek 3 tahun,
Sistem Sanitasi Limbah Padat domestik yang dihasilkan dari b. Secara rinci dapat kegiatan ini
Penyediaan Lingkungan Domestik kegiatan ini diperkirakan dilihat pada peta batas diprediksi akan
Air Minum cukup besar sehingga proyek stabil dalam
diperlukan adanya kurun waktu 3
pengelolaan secara khusus tahun
Deskripsi Pelingkupan
Rencana
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan Komponen
Berpotensi yang Sudah Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Menimbulkan Wilayah Studi
Sejak Awal Sebagai Bagian Terkena Dampak Evaluasi Dampak Dampak Penting Hipotetik Kajian
Dampak dari Rencana Kegiatan Dampak potensial potensial (DPH)
Lingkungan

I - 56
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

2o Pengoperasian - Kondisi Timbulnya Berpotensi menimbulkan Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek 3 tahun,
Sistem Sanitasi Limbah B3 pencemaran lingkungan b. Secara rinci dapat kegiatan ini
Penyediaan Lingkungan akibat limbah B3 dilihat pada peta batas diprediksi akan
Air Minum proyek stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
3a Pemeliharaan Pembuatan septic tank Kesehatan Penurunan Jumlah limbah cair yang Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek 3 tahun,
dan Perawatan Masyarakat Kualitas Air dihasilkan dari kegiatan ini b. Secara rinci dapat kegiatan ini
Permukaan tidak signifikan dilihat pada peta batas diprediksi akan
proyek stabil dalam
kurun waktu 3
tahun

I - 57
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

BAB II
L
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWA

Rona lingkungan hidup awal menguraikan data yang terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin
terjadi dari rencana usaha dan/atau kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik terhadap lingkungan hidup. Adapun komponen lingkungan yang dikaji dalam
studi AMDAL Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik yang
berada di lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :

2.1. Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
2.1.1. Komponen Fisik Kimia
A. Geografis, Iklim, Kualitas Udara, dan Kebisingan
• Tipe Iklim
Tipe iklim berdasarkan schmids ferguson terdapat enam tipe, yaitu:

A = tipe sangat basah, B = tipe basah, C = tipe cukup basah, D = tipe sedang, E = tipe kering, dan F
= tipe sangat kering.
Kabupaten Gresik memiliki tipe iklim sedang (D) dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan
rata-rata jumlah bulan basah (q) adalah 60-100 %. Bulan kering adalah bulan dengan curah hujan
 60 mm, sedangkan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan ±100 mm.

• Curah Hujan
Data curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

II - 1
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Tabel 2.1. Data Curah Hujan Kec. Bungah Tahun 2017

Sumber: Kecamatan Bungah Dalam Angka Tahun 2019

Tabel 2.2. Data Curah Hujan Kec. Gresik Tahun 2017

Sumber: Kecamatan Gresik Dalam Angka Tahun 2019

II - 2
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Tabel 2.3. Data Curah Hujan Kec. Manyar Tahun 2017

Sumber: Kecamatan Manyar Dalam Angka Tahun 2019

• Kualitas Udara dan Kebisingan


Kualitas udara pada suatu wilayah dipengaruhi oleh :

• Kondisi geografis
• Topografi
• Klimatologi
• Meteorologi
• Sumber pencemar yang ada di daerah tersebut atau disekitarnya.

Pada Tanggal 13 Juli 2019 dilaksanakan pengambilan sampel udara dan pengukuran kebisingan.
Sampel yang didapat dianalisa di laboratorium PT. Global Quality Anallitical. Sampling kualitas
udara dan kebisingan dilaksanakan pada area lokasi proyek. Pada tabel berikut ini disajikan hasil
analisa kualitas udara dan kebisingan di lokasi proyek dan sekitarnya.

Tabel 2.4. Kualitas Udara di Lokasi Proyek


Jaringan Lokasi
Lokasi IPA Regulatory
No Parameter Perpipaan Reservoir Unit
(Kec. Bungah) Limit**
(Kec. Gresik) (Kec. Manyar)
Data Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan

Nitrogen Dioxide, NO₂* 11,238 7,548 9,127 92,5 µg/Nm³


1

II - 3
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

2 Sulfur Dioxide, SO₂* 12,459 9,624 10,269 262 µg/Nm³


3 Ammonia, NH₃* 21,238 18,536 20,346 1360 µg/Nm³
Jaringan Lokasi
Lokasi IPA Regulatory
No Parameter Perpipaan Reservoir Unit
(Kec. Bungah) Limit**
(Kec. Gresik) (Kec. Manyar)
4 Hydrogen Sulfide, H₂S <5,23 <5,23 <5,23 42 µg/Nm³
5 Dust 22,67 16,57 19,61 260 µg/Nm³
6 Hydrocarbon, HC <4,27 <4,27 <4,27 160 µg/Nm³
7 Carbon Monoxide, CO <185 <185 <185 22600 µg/Nm³
8 Oxidant, O₃* 0,312 0,251 0,289 200 µg/Nm³
9 Lead, Pb 0,0005 0,0004 0,0004 60 µg/Nm³
10 Tingkat Kebisingan 67 53,1 55 70* dBA
Data Meteorologi

1 Kelembaban 41 47 45 - %
2 Suhu Udara 34 32 34 - °C
3 Kecepatan Angin 2,1 1,1 0,5 - m/s
4 Arah Angin Timur Timur Utara - -
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019

Dari hasil analisa kualitas udara dan kebisingan di titik-titik pengamatan tersebut, tidak terdapat
parameter yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur
No.10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi udara masih berada dalam kondisi yang baik. Lokasi titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, definisi bising adalah
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat atau waktu tertentu yang
dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat berimplikasi terhadap kesehatan
manusia. Tabel berikut menunjukkan Baku Tingkat Kebisingan selengkapnya berdasarkan SK
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP.
48/MENLH/11/1996.

Tabel 2.5. Baku Tingkat Kebisingan


Peruntukan Komplek/Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan
dB(A)
a. Peruntukan Komplek
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 60
8. Khusus : 70

II - 4
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

- Bandar Udara
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut 60
- Cagar Budaya 70
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
55
Sumber: SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996

Berdasarkan data kebisingan yang didapat saat pelaksanaan sampling di lapangan, terlihat bahwa
kebisingan di lokasi proyek masih memenuhi baku mutu untuk zona pemukiman (Lokasi IPA)
dengan baku tingkat kebisingan 55 dBA dan untuk zona industri (lokasi reservoir di Kec. Manyar
dan jaringan Perpipaan di Kec. Gresik) dengan baku tingkat kebisingan 70 dBA.

II - 5
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Gambar 2.1. Peta Lokasi Titik Sampling

II - 6
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

B. Fisiografi dan Geologi


• Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang ada di Kabupaten Gresik meliputi aluvial kelabu, aluvial
hidromort, as. aluvial kelabu dan coklat kekuningan, dan kelabu tua.

• Ketinggian Tanah
Kabupaten Gresik memiliki ketinggian rata-rata minimum adalah 2,0 meter di atas permukaan air
laut (dpl) dan ketinggian rata-rata maksimum adalah 20,0 meter dpl. Berdasarkan data
Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018, ketinggian tanah dari
permukaan laut adalah ±3,0 m di atas permukaan laut.

• Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan di Kabupaten Gresik didominasi untuk kawasan pertanian, perikanan tambak,
perumahan/pemukiman, industri/Sistem Penyediaan Air Minum, perdagangan, dan jasa sesuai
dengan RTRW Kabupaten Gresik 2009-2029.

Kec. Bungah memiliki luas sebesar 7.946,44 Ha. Luas tanah sawah di Kec. Bungah adalah 1.226
Ha, pekarangan/halaman 257,82 Ha, tegal/kebun 1.043,69 Ha, tambak 3.393,08 Ha, dan lainnya
seluas 2.025,85 Ha. Adapun batas-batas Kecamatan Bungah adalah:
 Batas Utara : Kecamatan Sidayu
 Batas Timur : Selat Madura
 Batas Selatan : Kecamatan Manyar
 Batas Barat : Kecamatan Dukun

Kec. Gresik memiliki luas sebesar 554,29 Ha. Luas tanah pekarangan/halaman 438,36 Ha,
tegal/kebun 10,59 Ha, dan lainnya seluas 105,43 Ha. Adapun batas-batas Kec.
Gresik adalah:
 Batas Utara : Kecamatan Manyar
 Batas Timur : Selat Madura
 Batas Selatan : Kecamatan Kebomas
 Batas Barat : Kecamatan Kebomas

Kec. Manyar memiliki luas sebesar 9.542,49 Ha. Luas tanah sawah 356,21 Ha,
pekarangan/halaman 1.257,05 Ha, tegal/kebun 962,30 Ha, dan lainnya seluas 1.133,82 Ha.
Adapun batas-batas Kecamatan Bungah adalah:

II - 7
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

 Batas Utara : Kecamatan Bungah


 Batas Timur : Selat Madura dan Kecamatan Gresik
 Batas Selatan : Kecamatan Kebomas
 Batas Barat : Kecamatan Duduksampeyan

C. Hidrologi
• Air Badan Air
Untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Bengawan Solo sebagai air baku untuk kegiatan
PDAM ini, maka dilakukan analisa kualitas sampel air yang diambil di sungai tersebut.
Pengambilan sampel dilaksanakan pada Tanggal 13 Juli 2019. Berikut ini adalah hasil analisa
kualitas air Sungai Bengawan Solo tersebut.

Tabel 2.6. Kualitas Air Sungai Bengawan Solo


Hasil Analisa Regulatory
No Parameter Satuan
Limit**

Physical Properties:

1 Temperature* 31,7 Air Temp. ± 3 -


2 Total Dissolved Solid, TDS* 261 1000 mg/L
3 Total Suspended Solid, TSS* 324 50 mg/L
Chemical Properties:

1 pH* 7,05 6-9 -


2 Biological oxygen Demand, BOD₅* 5,62 6 mg/L
3 Chemical oxygen Demand, COD* 27,325 50 mg/L
4 Dissolve Oxygen, DO* 4,15 3 mg/L
5 Total Phosphate as P 0,157 1 mg/L
6 Nitrogen, Nitrate as N (NO₃ - N)* 10,163 20 mg/L
7 Ammonia, NH₃ - N* 0,0045 - mg/L
8 Arsen, As <0,00006 1 mg/L
9 Cobalt, Co* <0,020 0,2 mg/L
10 Barrium, Ba* <0,277 - mg/L
11 Boron, B* <0,1 1 mg/L
12 Selenium, Se <0,006 0,05 mg/L
13 Cadmium, Cd* <0,00004 0,01 mg/L
14 Chomium hexavalent, Cr* <0,001 0,05 mg/L
15 Copper, Cu* <0,006 0,02 mg/L
16 Iron, Fe* 0,3127 - mg/L
17 Lead, Pb* <0,0002 0,03 mg/L
18 Manganese, Mn* 0,0671 - mg/L
19 Mercury, Hg* <0,00009 0,002 mg/L
20 Zinc, Zn* <0,004 0,05 mg/L

II - 8
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

21 Chloride, Cr* 36,218 - mg/L


22 Cyanide, CN* <0,002 0,02 mg/L
23 Fluoride, F* 0,712 1,5 mg/L
24 Nitrogen, Nitrite as N (NO₂ - N)* 0,0431 0,06 mg/L
25 Sulphate, SO₄²* 56,529 - mg/L
26 Free Chlorine, CI₂* <0,1 - mg/L
27 Hydrogen Sulfide, H₂S* <0,0007 0,002 mg/L
28 Oil and Grease* <1 1000 mg/L
29 Sulfactants, MBAS* 132 200 mg/L
30 Senyawa Fenol abg Fenol <0,002 1 mg/L
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019

Dari hasil analisa kualitas air Sungai Bengawan Solo tersebut diketahui bahwa tidak terdapat
parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Lokasi titik sampling air
saluran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

 Air Sumur
Untuk mengetahui kondisi kualitas air sumur di sekitar lokasi proyek maka dilakukan sampling
dan analisa sampel air sumur yang diambil di pemukiman penduduk (rumah Ibu Sunaiyah, Dsn.
Tegalsari RT 11 RW 06, Ds. Sidomukti). Pengambilan sampel dilakukan pada Tanggal 13 Juli 2019.

Tabel 2.7. Kualitas Air Sumur Penduduk


Regulatory
No Parameter Hasil Analisa Satuan
Limit**
Physical Properties:

1 Odor Tidak berbau Tidak berbau -


2 Total Dissolved Solid, TDS* 509 1000 mg/L
3 Turbidity* 2,113 25 NTU
4 Taste Tidak Berasa Tidak Berasa -
5 Temperature* 31 Suhu udara ± 3 -
6 Color* 3 50 TCU
Chemical Anorganic Properties:

1 Mercury, Hg* <0,00009 0,001 mg/L


2 Arsenic, As <0,01 0,05 mg/L
3 Iron, Fe* 0,0074 1 mg/L
4 Flouride, F* 0,65 1,5 mg/L
5 Cadmium, Cd* <0,00004 0,005 mg/L
6 Hardness Total as CaCO₃* 281,28 500 mg/L
7 Chloride, Cl -
197,75 - mg/L
8 Chromium hexavalent, Cr⁶* <0,001 0,05 mg/L
9 Manganese, Mn* 0,0624 0,5 mg/L
10 Nitrogen, Nitrate as N (NO₃ - N)* 3,529 10 mg/L
11 Nitrogen, Nitrite as N (NO₂ - N)* 0,136 1 mg/L

II - 9
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

12 pH* 7,00 6.5 - 8.5 -


13 Selenium, Se <0,006 0,01 mg/L
14 Zinc, Zn* <0,004 15 mg/L
15 Cyanide, CN* <0,002 0,1 mg/L
16 Sulphate, SO₄²* 22,49 400 mg/L
17 Lead, Pb* <0,0002 0,05 mg/L
Chemical Organic Properties:

1 Sulfactants, MBAS* <0,014 0,05 mg/L


2 Total Organic Matter, KMnO₄* 3,52 10 mg/L
Blological Properties:

1 Total Coliform <2 50 Jml/100 mL


2 E. Coli <2 0 Jml/100 mL
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019

Dari hasil analisa tersebut tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di dalam PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/90. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas air tanah dalam keadaan baik. Lokasi titik sampling air tanah dapat dilihat pada Gambar
2.2.

2.1.2. Komponen Biologi


A. Flora

Untuk data flora telah dilakukan pengamatan dan inventarisasi jenis flora yang terdapat di lokasi
proyek. Pada tabel berikut disajikan hasil pengamatan di lapangan tentang jenis flora.

Tabel 2.8. Jenis Flora di Lokasi Proyek


No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Jumlah Status
1 Wedelia Wedelia trilobata ASTERACEAE * TD
2 Trembesi Albizia saman ROSACEAE >10 TD
3 Lamtoro Leucaena glauca MIMOSACEAE >10 TD
4 Pucuk merah Syzygium oleana MYRTACEAE >20 TD
5 Widuri Calotropis gigantea ASTERACEAE * TD
6 Palem putri Veitchia merillii ARECACEAE >10 TD
7 Pisang Musa paradisiaca MUSACEAE * TD
8 Bidara laut Zizipus mauritiana RHAMNACEAE >10 TD
9 Waru laut Hibiscus tiliaceus MALVACEAE >10 TD
10 Lerak Sapindus rarak SAPINDACEAE >10 TD
11 Lantana Lantana camara VERBENACEAE * TD
12 Talok/kersen Muntingia calabura ELAEOCARPACEAE >10 TD
13 Kiara payung Filicium decipiens SAPINDACEAE >20 TD
14 Permot Passiflora foetida PASSIFLORACEAE * TD
15 Nyirih Xylocarpus rumphii MELIACEAE >10 TD
16 Api-api Avicennia lanata AVICENIACEAE >20 TD

II - 10
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Keterangan; * = dalam rumpun, tidak bisa dihitung; TD= Tidak dilindungi PP no 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Dari hasil pengamatan tersebut tidak ditemukan adanya jenis flora darat yang dilindungi.

B. Fauna
Untuk data fauna telah dilakukan pengamatan dan inventarisasi jenis fauna yang terdapat di lokasi
proyek dan sekitarnya. Pada tabel berikut disajikan hasil pengamatan di lapangan tentang jenis
fauna.

Tabel 2.9. Jenis Fauna di Lokasi Proyek


No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Jumlah Status
1 Burung gereja erasia Passer montanus PLOCEIDAE >10 TD
2 Bondol jawa Lonchura leucogastroides PLOCEIDAE >10 TD
3 Bondol peking Lonchura punctulata PLOCEIDAE >10 TD
4 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster PYCNONOTIDAE <10 TD
5 Walet sapi Collocalia esculenta APODIDAE >10 TD
Keterangan ; TD= tidak dilindungi PP no 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Dari hasil pengamatan tersebut tidak ditemukan adanya fauna darat yang dilindungi.

2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya


A. Demografi
Lokasi proyek secara administrasi terletak di tiga kecamatan, yaitu Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan
Kec. Manyar yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik. Jumlah penduduk di Kec. Bungah, Kec.
Gresik, dan Kec. Manyar menurut kelompok jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.10. Jumlah Penduduk di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Kelamin Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Laki-laki 34.181 41.298 57.862
2 Perempuan 33.638 41.666 56.194
3 Jumlah 67.819 82.964 114.056
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

Kepadatan penduduk di Kec. Bungah adalah 854 jiwa/km 2, Kec. Gresik adalah 14.975 jiwa/km2, dan
Kec. Manyar adalah 1.195 jiwa/km 2.

Struktur penduduk menurut kelompok agama dapat dilihat pada tabel berikut ini. Agama yang
dianut sebagian besar penduduk di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar adalah Agama Islam.

II - 11
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Tabel 2.11. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Agama di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan
Kec. Manyar
No. Agama Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Islam 67.801 81.110 112.645
2 Katholik 4 1.080 278
3 Protestan 14 36 988
4 Hindu - 36 95
5 Budha - 245 50
6 Konghuchu - 36 -
7 Kepercayaan - 2 -
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

Struktur penduduk menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Jumlah
terbanyak jenis pekerjaan penduduk di Kec. Bungah adalah sektor pertanian, Kec.
Gresik dan Kec. Manyar adalah sektor industri.

Tabel 2.12. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Pekerjaan di Kec. Bungah, Kec. Gresik,
dan Kec. Manyar
No. Jenis Pekerjaan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Pertanian 7.431 336 3.226
2 Industri 2.808 8.303 17.135
3 Konstruksi 2 31 234
4 Perdagangan 3.294 6.775 11.030
5 Angkutan 1.387 69 278
6 Jasa 1.764 2.416 4.212
7 Lainnya 2.472 16.050 11.624
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018
B. Sosial
Penduduk di wilayah studi ditinjau dari latar belakang asal daerah bersifat heterogen (berasal dari
berbagai macam daerah). Bentuk sosialisasi penduduk sudah bercampur dan cenderung meniru
pola kehidupan perkotaan, meskipun masih ada yang memegang teguh pola sosial dan budaya
daerah asalnya, tetapi pertentangan tersebut tidak menjadi masalah. Jenis lembaga pendidikan
yang ada di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.13. Lembaga Pendidikan di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Lembaga Pendidikan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 TK Swasta 33 24 37
2 SD Negeri 19 15 16
3 SD Swasta 1 8 4
4 SLP Negeri 1 4 2
5 SLP Swasta 7 5 8
6 SLA Negeri - 1 1

II - 12
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

7 SLA Swasta 5 5 6
8 PT Swasta 1 2 3
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

Sedangkan pada tabel berikut disajikan data tentang jumlah dan jenis tempat peribadatan yang
tersedia di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar. Tempat peribadatan tersebut didominasi
oleh Masjid dan Surau/Langgar karena mayoritas penduduk Kec. Bungah, Kec.
Gresik, dan Kec. Manyar beragama Islam.

Tabel 2.14. Tempat Peribadatan di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Tempat Peribadatan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Masjid 57 34 67
2 Surau/Langgar 174 170 163
3 Gereja - 6 -
4 Pura - - -
5 Vihara - 1 -
6 Klenteng - 1 -
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat


Penurunan kualitas udara ambien maupun dampak-dampak lainnya sangat mempengaruhi aspek
kesehatan masyarakat di sekitar lokasi proyek. Oleh sebab itu, diperlukan data rona lingkungan
kesehatan masyarakat mengenai penyakit terbanyak dan tenaga kesehatan yang tersedia di Kabupaten
Gresik. Rekapitulasi data ini didapat dari Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar Dalam Angka Tahun
2018 seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.15. Daftar Penyakit Terbanyak di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Penyakit Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Muntaber/Diare 2.287 1.326 981
2 DB 8 27 69
3 Campak 998 - -
4 Malaria - - -
5 Infeksi Saluran Pernapasan 262 2.849 2.897
6 AID - 1 -
7 Flu Burung - - -
8 Antrak - - -
9 Lainnya - - -
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

II - 13
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Tabel 2.16. Tenaga Kesehatan di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Tenaga Kesehatan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Dokter 7 17 30
2 Paramedis 22 18 61
3 Bidan 29 33 46
4 Dukun Bayi 13 - 3
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

2.1.5. Komponen Transportasi

Untuk mengetahui kondisi komponen transportasi yang ada di lokasi proyek dan sekitarnya yang
termasuk di dalam wilayah administrasi Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar, maka dilakukan
pengumpulan data sekunder tentang kondisi jalan dan jumlah kendaraan dari data Kecamatan Bungah,
Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018. Pada tabel berikut disajikan jumlah kendaraan di Kec.
Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar berdasarkan jenisnya.

Tabel 2.17. Jumlah Kendaraan di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Kendaraan Bermotor Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Bus 13 - 28
2 Truk 20 - 285
3 Pick Up 90 - 214
4 Sedan 146 - 659
5 Colt 94 - 467
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

Tabel 2.18. Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan (Km) di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan
Kec. Manyar
No. Jenis Permukaan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Jalan Aspal 16,45 - 36,00
2 Jalan Cor/Paving 92,80 - 14,80
3 Jalan Diperkeras 10,45 - 12,40
4 Jalan Tanah 0,50 - 6,50
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018

2.2. Uraian Kegiatan Sekitar

Jenis kegiatan yang ada di sekitar lokasi kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik adalah sebagai berikut:
1. Jalan Akses

II - 14
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Di sebelah Utara lokasi IPA terdapat jalan akses yang merupakan Jalan Kecamatan Bungah.
Sedangkan di kiri atau kanan lokasi pemasangan pipa adalah jalan nasional, jalan kabupaten yang
ada di sepanjang jalur pipa.
2. Pemukiman Penduduk
Terdapat pemukiman penduduk di sekitar lokasi proyek yang dapat menimbulkan dampak
peningkatan kepadatan lalu-lintas yang dapat terakumulasi dengan dampak dari kegiatan proyek.
3. Kegiatan Industri dan Pergudangan
Di sekitar lokasi pembangunan IPA, reservoir, dan jaringan pipa distribusi air bersih banyak terdapat
kegiatan industri dan pergudangan yang dapat berakumulasi dampak peningkatan kepadatan lalu-
lintas yang dihasilkan.

Pada gambar berikut disajikan jenis kegiatan yang terdapat di sekitar lokasi proyek.

II - 15
ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK

Gambar 2.2. Peta Kegiatan di Sekitar Lokasi

II - 16
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. Debu Dan Penurunan Kualitas Udara


TAHAP KONSTRUKSI

 Mobilisasi Peralatan dan Material


Kegiatan ini meliputi pengadaan dan mobilisasi peralatan berat dan material yang akan digunakan
sebagai bahan untuk proses konstruksi. Debu dan penurunan kualitas udara ini terjadi karena adanya
debu dan emisi dari penggunaan kendaraan berat selama kegiatan ini berlangsung di jalur mobilisasi.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi akibat mobilisasi
peralatan dan material ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)

B. Besaran Dampak
Debu dan penurunan kualitas udara ini terjadi karena adanya debu dan emisi dari penggunaan
kendaraan berat selama kegiatan ini berlangsung di jalur mobilisasi dari lokasi pengambilan material
menuju lokasi proyek. Kendaraan berat yang diperkirakan besaran dampaknya adalah dump truck.
Karena kendaraan berat ini penghasil polutan paling besar. Pada tabel berikut analisa
perhitungannya.
Volume Gas Buang (lb/jam)
No Jenis Alat Jumlah Alat CO NO SO debu
1 Dump Truck 10 4,14 22,7 1,43 1,39
Total(lb/jam) 4,14 22,7 1,43 1,39

Total (g/det) 0,522 2,860 0,180 0,175

Total (ug/m3) 0,497 2,725 0,172 0,167

Sumber: Canter, 1977

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak tidak hanya masyarakat di sekitar proyek, tetapi bisa meluas di
luar batas studi yaitu sebagian populasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik serta
masyarakat di desa lain. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi
peralatan dan material ini relatif luas yaitu di jalur mobilisasi peralatan dan material. Maka
dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan
material ini cukup tinggi meskipun dampak berlangsung cukup singkat yaitu sekitar 3 bulan
berdasarkan jadwal proyek. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak
Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara ini mempengaruhi komponen kesehatan
masyarakat. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara bersifat kumulatif karena kemungkinan
dampak serupa dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk, maka
dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara dapat dipulihkan atau berkurang dengan
adanya maintenance teratur pada kendaraan yang digunakan dan penggunaan kendaraan yang
layak jalan sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak debu dan penurunan kualitas udara menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

 Penyiapan Lahan
Adanya debu dan emisi gas yang dihasilkan saat kegiatan Penyiapan lahan berlangsung akibat dari
penggunaan peralatan berat seperti bulldozer menyebabkan terjadinya debu dan penurunan kualitas
udara di lokasi proyek dan sekitarnya.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan
Penyiapan lahan ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)

B. Besaran Dampak
Debu dan penurunan kualitas udara ini terjadi karena adanya debu dan emisi dari penggunaan alat-
alat berat selama kegiatan ini berlangsung di lokasi proyek. Alat berat yang diperkirakan besaran
dampaknya adalah bulldozer dan excavator. Karena kedua alat berat ini penghasil polutan paling
besar. Pada tabel berikut analisa perhitungannya.

Volume Gas Buang (lb/jam)


No Jenis Alat Jumlah Alat CO NO SO2 debu
1 Bulldozer 2 1.586 10.1 0.768 0.33
2 Excavator 2 0.828 4.54 0.286 0.278
Total(lb/jam) 2.414 14.64 1.054 0.608
Total (g/det) 0.304 1.845 0.133 0.077
3
Total (ug/m ) 0.290 1.757 0.127 0.073
Sumber: Canter, 1977

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak debu dan penurunan kualitas udara ini adalah pekerja yang
berada di lokasi proyek, populasi di sekitar lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan ini adalah
sempit yaitu di lokasi proyek dan sekitarnya. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori
dampak Tidak Penting. (TP)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan Penyiapan lahan ini
cukup rendah. Namun, dampak berlangsung singkat yaitu hanya 3 bulan selama kegiatan ini
berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak
Tidak Penting. (TP)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara ini mempengaruhi komponen kesehatan
masyarakat. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara bersifat kumulatif karena kemungkinan
dampak serupa dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk, maka
dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara dapat dipulihkan atau berkurang dengan
adanya pembangunan pagar proyek dan penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan
kacamata oleh pekerja sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)

Berdasarkan uraian di atas maka dampak debu dan penurunan kualitas udara menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa


Adanya debu dan emisi gas yang dihasilkan saat kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan
Pipa berlangsung akibat dari penggunaan peralatan berat seperti concrete pump dan mobile crane
untuk area IPA dan adanya galian tanah apda saat pemasangan pipa menyebabkan terjadinya debu dan
penurunan kualitas udara di lokasi proyek dan sekitarnya.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi oleh adanya
kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa ini merupakan dampak yang bersifat
negatif. (-)

B. Besaran Dampak
Debu dan penurunan kualitas udara ini terjadi karena adanya debu dan emisi dari penggunaan alat-
alat berat selama kegiatan ini berlangsung di dalam lokasi proyek. Alat berat yang diperkirakan
besaran dampaknya adalah concrete pump dan mobile crane. Karena kedua alat berat ini
penghasil polutan paling besar. Pada tabel berikut analisa perhitungannya.

Volume Gas Buang (lb/jam)


No Jenis Alat Jumlah Alat CO NO SO debu
1 Concrete Pump 1 0,414 2,27 0,143 0,139
2 Mobile Crane 1 0,414 2,27 0,143 0,139
Total(lb/jam) 0,828 4,54 0,286 0,278

Total (g/det) 0,104 0,572 0,036 0,035

Total (ug/m3) 0,099 0,545 0,034 0,033

Sumber: Canter, 1977

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak debu dan penurunan kualitas udara ini adalah pekerja yang
berada di lokasi proyek dan populasi di sekitar lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan ini adalah
sempit yaitu di lokasi proyek dan sekitarnya. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori
dampak Tidak Penting. (TP)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kualitas udara akibat kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan
Jaringan Pipa ini cukup rendah. Dampak juga berlangsung lama yaitu selama 10 bulan saat kegiatan
ini berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara ini mempengaruhi komponen kesehatan
masyarakat. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara bersifat kumulatif karena kemungkinan
dampak serupa dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk, maka
dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara dapat dipulihkan atau berkurang dengan
adanya pembangunan pagar proyek dan penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan
kacamata oleh pekerja sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak debu dan penurunan kualitas udara menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


Adanya debu dan emisi gas yang dihasilkan saat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
berlangsung akibat dari adanya lalu-lalang kendaraan pekerja dan kendaraan pengangkut

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)
B. Besaran Dampak
Debu dan penurunan kualitas udara ini terjadi karena adanya debu dan emisi dari lalulalang
kendaraan selama kegiatan ini berlangsung di dalam lokasi proyek. Pada tabel berikut analisa
perhitungannya.
Volume Gas Buang (lb/jam)
No Jenis Alat Jumlah Alat CO NO SO debu
1 Truk 2 0,828 4,54 0,286 0,278
Total(lb/jam) 35,604 195,22 0,828 4,54

Total (g/det) 4,486 24,599 0,104 0,572

Total (ug/m3) 4,273 23,432 0,099 0,545

Sumber: Canter, 1977

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak debu dan penurunan kualitas udara ini adalah pekerja yang
berada di lokasi proyek, populasi di sekitar lokasi proyek (Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec.
Gresik) dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori
dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak debu dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan ini adalah
luas yaitu di lokasi proyek dan Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kualitas udara akibat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan
Air Minum ini cukup tinggi. Dampak juga berlangsung lama yaitu selama tahap operasi
berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara ini mempengaruhi komponen kesehatan
masyarakat. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara bersifat kumulatif karena kemungkinan
dampak serupa dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk, maka
dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa debu dan penurunan kualitas udara dapat dipulihkan atau berkurang dengan
adanya pembangunan pagar proyek, pembuatan buffer zone, perawatan kendaraan secara
rutin, dan penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan kacamata oleh pekerja sehingga
termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak debu dan penurunan kualitas udara menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

3.2. Penurunan Kinerja Jalan


TAHAP KONSTRUKSI

 Mobilisasi Peralatan dan Material


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa penurunan kinerja jalan pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material ini merupakan dampak yang bersifat negatif.(-)

B. Besaran Dampak
Kondisi kepadatan lalu-lintas di Jalan di sekitar lokasi pada saat ini telah terpengaruh oleh lalu-lalang
kendaraan masyarakat umum pengguna jalan dan kendaraan berat yang melintas. Adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material semakin menambah jumlah kendaraan berat yang melintasi Jalan
di sekitar lokasi. Jumlah bangkitan lalu-lintas yang terjadi pada saat mobilisasi tanah urug dalam
tahap konstruksi merupakan kondisi puncak saat mobilisasi peralatan dan material.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik
dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan ini luas yaitu di
sepanjang Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting.
(P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini
cukup tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu sekitar 1 bulan selama kegiatan mobilisasi
peralatan dan material berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori
dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan bersifat tidak kumulatif, maka dampak bersifat Tidak
Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
penggunaan kendaraan sesuai kelas jalan, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak penurunan kinerja jalan menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

 Demobilisasi Peralatan
A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa penurunan kinerja jalan pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan demobilisasi
peralatan ini merupakan dampak yang bersifat negatif.(-)

B. Besaran Dampak
Kondisi kepadatan lalu-lintas di Jalan di sekitar lokasi pada saat ini telah terpengaruh oleh lalu-
lalang kendaraan masyarakat umum pengguna jalan dan kendaraan berat yang melintas. Adanya
kegiatan demobilisasi peralatan semakin menambah jumlah kendaraan berat yang melintasi Jalan di
sekitar lokasi. Diperkirakan 5 trailer per bulan akan berlalulalang di Jalan di sekitar lokasi selama 1
bulan kegiatan ini berlangsung sesuai dengan rencana proyek.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik
dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan ini luas yaitu di
sepanjang Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting.
(P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan demobilisasi peralatan ini cukup
rendah dan dampak berlangsung singkat yaitu sekitar 1 bulan selama kegiatan demobilisasi
peralatan berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Tidak
Penting. (TP)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan bersifat tidak kumulatif, maka dampak bersifat Tidak
Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
penggunaan kendaraan sesuai kelas jalan, sehingga termasuk dampak Tidak
Penting. (TP)

Berdasarkan uraian di atas maka dampak penurunan kinerja jalan menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa penurunan kinerja jalan pada tahap operasi oleh adanya kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif.
(-)

B. Besaran Dampak
Kondisi kepadatan lalu-lintas di Jalan di sekitar lokasi pada saat ini telah terpengaruh oleh lalu-lalang
kendaraan pribadi dan kendaraan pengangkut material yang dibutuhkan untuk pengoperasian IPA
serta truk pengangkut sludge IPA. Adanya kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
akan menambah jumlah kendaraan yang melintasi Jalan di sekitar lokasi. Kendaraan yang akan
berlalu-lalang adalah kendaraan pekerja dan kendaraan pengangkut material yang dibutuhkan
untuk pengoperasian IPA serta truk pengangkut sludge IPA.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik
dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan ini luas yaitu di
sepanjang Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting.
(P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kinerja jalan akibat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan
Air Minum ini cukup tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak
kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)

e. Sifat kumulatif dampak


Dampak berupa penurunan kinerja jalan bersifat tidak kumulatif, maka dampak bersifat Tidak
Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa penurunan kinerja jalan ini dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
rekayasa dan manajemen lalu-lintas, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak penurunan kinerja jalan menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

3.3. Pengurangan Umur Jalan


TAHAP KONSTRUKSI

 Mobilisasi Peralatan dan Material


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa Pengurangan Umur Jalan pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material ini merupakan dampak yang bersifat negatif.(-)
B. Besaran Dampak
Dampak Pengurangan Umur Jalan ini terutama diakibatkan dari mobilisasi tanah urug dan material
bahan bangunan dari lokasi pengambilan material dan peralatan menuju lokasi kegiatan.
Diperkirakan terdapat 11 truk/hari untuk kegiatan mobilisasi tersebut. Kondisi truk overload 1,5
kali.

Kondisi Saat ini:


Perhitungan LEP untuk kondisi saat ini adalah sebagai berikut:

Perhitungan LHR. LEP dan LER pada Kondisi Normal


Berat Konfigurasi beban sumbu (%) E
kendaraan

dpn blk1 blk2 depan belakang1 belakang2


LHR saat ini
Jenis Kendaraan  P 4  P 4 0.086x E (Total)
(2017)
    P
(ton) % % %  8.16  8.16 4 
8.16
Kendaraan ringan 2 50 50 371 0,00178660 7,89577E-05 0,00186
8 6

Bus 1.2 6 34 66 5 0,04419417 0,03863871 0,08283


4 3

T 1.22 25 25 75 180 6,81536852 42,25713121 49,0725


3

T 1.2+22 40 18 41 41 20 12,8832519 23,13085051 1,40317942 37,4172


5 7 8

LEP LEA LET LER

n n
LHR x C x E LHR (1+i)U R x C x E (LEP+LEA2
)/ LET*UR/
10
j 1 j j j 
j 1 j j j

0,35 0,38
0,21 0,23
4416,52 4876,20
374,17 5084,51 6197,99 5494,62 5494,622461
4791,25

Dengan mengansumsikan pertumbuhan traffict 5% pertahun, maka umur jalan pada kondisi normal
adalah sebagai berikut:

Prakiraan Umur Jalan Pada Kondisi Normal


Kumulatif

LEP = LEA0 4791,25

LEA1 5030,81 A1 1.792.527 1.792.527

LEA2 5282,35 A2 1.882.153 3.674.680

LEA3 5546,47 A3 1.976.261 5.650.941

LEA4 5823,80 A4 2.075.074 7.726.014

LEA5 6114,99 A5 2.178.827 9.904.842 Umur jalan 5 th


LEA6 6420,73 A6 2.287.769 12.192.611

LEA7 6741,77 A7 2.402.157 14.594.768

LEA8 7078,86 A8 2.522.265 17.117.033

LEA9 7432,80 A9 2.648.378 19.765.412

LEA10 7804,44 A10 2.780.797 22.546.209 Umur jalan 10 th


LEA11 8194,67 A11 2.919.837 25.466.046

LEA12 8604,40 A12 3.065.829 28.531.875


LEA13 9034,62 A13 3.219.121 31.750.996

LEA14 9486,35 A14 3.380.077 35.131.072

LEA15 9960,67 A15 3.549.080 38.680.153 Umur jalan 15 th

Kondisi Tanpa Kegiatan Konstruki


Kondisi jalan pada tahap konstruksi diprakirakan akan mengalami perubahan dikarenakan banyaknya
pendirian usaha-usaha baru di sekitar lokasi kegiatan.

Kondisi Dengan Kegiatan Konstruksi


Pada saat kegiatan mobilisasi peralatan dan material, digunakan 11 truk 2 as dengan kondisi overload
1,5 kali. Maka nilai LEP untuk kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
Perhitungan LHR. LEP dan LER pada Kegiatan Konstruksi.
Berat Konfigurasi beban sumbu (%)
kendaraan dpn blk1 blk2
Jenis Kendaraan LHR saat ini (2017)
(ton) % % %

Kendaraan ringan 2 50 50 371

Bus 1.2 6 34 66 5

T 1.22 25 25 75 180

T 1.22 (overload) 37,5 25 75 11

T 1.2+22 40 18 41 41 20

E
LEP
depan belakang1 belakang2
n n
0.086x E (Total)
 P 4  P 4
P
    LHR x C x E LHR
j j j j
4 
 8.16  8.16 (1+i)UR
8.16 j1 j1

0,001786608 7,89577E-05 0,001866 0,35

0,044194174 0,03863871 0,082833 0,21

6,815368523 42,25713121 49,0725 4416,52

42,25713121 262,0056614 304,2628 1673,45

12,88325195 23,13085051 1,403179427 37,41728 374,17


6464,70

LEA LET LER


(LEP+LE
A )/2 LET*UR/10
x Cj x Ej
0,38
0,23
4876,2
0

6860,39 8362,77 7413,74 7413,735147

Perbandingan nilai LER pada kondisi normal dan pada saat kegiatan konstruksi disajikan pada Tabel
berikut:
Perbandingan Nilai LER Pada Kondisi Normal Dan Pada Saat Kegiatan Konstruksi
Pertumbuhan traffik 5% Kumulatif Kumulatif

(Overload) (Normal)

LEP = LEA0 6464,70

LEA1 6787,93 A1 2.418.605 2.418.605 1.792.527

LEA2 7127,33 A2 2.539.535 4.958.139 3.674.680

LEA3 7483,69 A3 2.666.511 7.624.651 5.650.941

LEA4 7857,88 A4 2.799.837 10.424.488 7.726.014

LEA5 8250,77 A5 2.939.829 13.364.317 Umur jalan 5 th 9.904.842


LEA6 8663,31 A6 3.086.820 16.451.137 12.192.611

LEA7 9096,48 A7 3.241.161 19.692.298 14.594.768

LEA8 9551,30 A8 3.403.219 23.095.518 17.117.033

LEA9 10028,87 A9 3.573.380 26.668.898 19.765.412

LEA10 10530,31 A10 3.752.049 30.420.948 Umur jalan 10 th 22.546.209


LEA11 11056,82 A11 3.939.652 34.360.599 25.466.046

LEA12 11609,67 A12 4.136.634 38.497.234 28.531.875

LEA13 12190,15 A13 4.343.466 42.840.700 31.750.996

LEA14 12799,66 A14 4.560.640 47.401.340 35.131.072

LEA15 13439,64 A15 4.788.671 52.190.011 Umur jalan 15 th 38.680.153

Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk umur jalan direncanakan 5 tahun, namun dengan adanya truk
yang overload 1,5 kali beban normal sebanyak 11 truk maka umur jalan hanya bertahan selama 3 tahun.
Terjadi pengurangan umur jalan sebanyak 49,80% dari kondisi normal.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik
dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak Pengurangan Umur Jalan akibat kegiatan ini luas yaitu di
sepanjang Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting.
(P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak Pengurangan Umur Jalan akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
ini cukup tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu sekitar 3 bulan selama kegiatan mobilisasi
peralatan dan material berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori
dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa Pengurangan Umur Jalan ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa Pengurangan Umur Jalan bersifat tidak kumulatif, maka dampak bersifat Tidak
Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa Pengurangan Umur Jalan ini dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
penggunaan kendaraan sesuai kelas jalan, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak Pengurangan Umur Jalan menjadi Dampak Negatif Penting. (-
P)

3.4. Peningkatan Kebisingan


TAHAP KONSTRUKSI

 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa peningkatan kebisingan pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan
Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)

B. Besaran Dampak
Kondisi kebisingan di lokasi proyek pada saat ini telah terpengaruh kondisi lalu-lintas di Jalan di
sekitar lokasi yang menghasilkan kebisingan. Pada saat dilaksanakan kegiatan Pembangunan
Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa akan dihasilkan kebisingan dari alat berat yang digunakan.
Tingkat kebisingan alat berat yang dihasilkan diprakirakan dari data prakiraan tingkat kebisingan
berbagai jenis alat berat (Sumber: Canter, 1977). Tingkat kebisingan untuk jenis alat berat berupa
concrete pump ataupun crane adalah 75,54 dBA dengan jarak 50 meter dari alat tersebut.
Prakiraan besaran dampak kebisingan di lokasi sekitar diperkirakan dengan menggunakan rumus :
L2 = L1 – 20 log R2/R1 – Ae, dBA keterangan
L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber bising, dBA
L1 = Tingkat bising pada jarak R1 dari tapak proyek, dBA

R1, R2 = Jarak dari sumber bising, m

Ae = Atenuasi bising karena kelembapan udara, dBA (kecil, diabaikan)

Sehingga kebisingan di sekitar lokasi kegiatan pada jarak 75, 100, 150, dan 200 meter dari sumber bising
adalah sebagai berikut :
L1 (dBA) R1 (m) R2 (m) L2 (dBA)
75,54 50 75 72,0
75,54 50 100 69,5
75,54 50 150 66,0
75,54 50 200 63,5

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah seluruh pekerja di lokasi proyek dan populasi di Kec.
Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan ini adalah di lokasi
proyek dan sekitarnya sesuai dengan jarak dari sumber bising. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan
dan Jaringan Pipa ini cukup tinggi dan dampak berlangsung cukup lama yaitu sekitar 10 bulan
selama kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa berlangsung. Maka dari itu
dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)

d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak


Dampak berupa peningkatan kebisingan ini tidak dapat berdampak lanjutan terhadap
komponen lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP) e. Sifat kumulatif
dampak
Dampak berupa peningkatan kebisingan bersifat tidak kumulatif karena juga ditimbulkan oleh
kegiatan lain, maka dampak bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak

Dampak berupa peningkatan kebisingan dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
pemagaran area proyek dan pembuatan buffer zone untuk mengurangi tingkat kebisingan,
sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak peningkatan kebisingan menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa peningkatan kebisingan pada tahap operasi oleh adanya kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif.
(-)
B. Besaran Dampak
Kondisi kebisingan di lokasi proyek pada saat ini telah terpengaruh kondisi lalu-lintas di Jalan di
sekitar lokasi yang menghasilkan kebisingan. Pada saat dilaksanakan kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum akan dihasilkan kebisingan dari kendaraan dan kegiatan bongkar muat yang
dilakukan di dalam lokasi proyek selama kegiatan tersebut beroperasi. Tingkat kebisingan yang
dihasilkan diprakirakan akan mengalami peningkatan sebesar 10% dari tingkat kebisingan tanpa
adanya kegiatan saat ini.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah seluruh pekerja di lokasi proyek dan populasi di Kec.
Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan ini adalah di lokasi
proyek dan sekitarnya sesuai dengan jarak dari sumber bising. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Penting. (P)

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan
Air Minum ini cukup tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak
kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa peningkatan kebisingan ini tidak dapat berdampak lanjutan terhadap
komponen lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP) e. Sifat kumulatif
dampak
Dampak berupa peningkatan kebisingan bersifat tidak kumulatif karena tidak ditimbulkan oleh
kegiatan lain, maka dampak bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak

Dampak berupa peningkatan kebisingan dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
pemagaran area proyek dan pembuatan buffer zone untuk mengurangi tingkat kebisingan,
sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak peningkatan kebisingan menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

3.5. Keresahan Masyarakat


TAHAP KONSTRUKSI

 Mobilisasi Peralatan dan Material


Pada saat mobilisasi peralatan dan material dilaksanakan maka timbul dampak berupa debu dan
penurunan kualitas udara serta penurunan kinerja jalan yang dapat menyebabkan terjadinya keresahan
masyarakat akibat kekhawatiran terjadinya gangguan kesehatan masyarakat akibat debu dan
penurunan kualitas udara serta kecelakaan karena penurunan kinerja jalan yang terjadi.
A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa keresahan masyarakat pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)
B. Besaran Dampak
Besaran dampak untuk dampak keresahan masyarakat akibat dari adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material ini adalah 10% warga yang mengajukan keluhan akibat dari kegiatan
mobilisasi peralatan dan material tersebut pada saat kegiatan tersebut berlangsung selama 3 bulan
sesuai dengan jadwal proyek.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di sekitar lokasi proyek (Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec. Gresik) dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan mobilisasi peralatan
dan material ini adalah luas yaitu di Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini
tinggi dan dampak berlangsung cukup lama yaitu selama kegiatan ini berlangsung (3 bulan).
Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak
Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat ini mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya.
Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat bersifat kumulatif karena kemungkinan dampak serupa
dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk dan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat, maka dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dapat dipulihkan atau berkurang apabila segera
dilakukan pencegahan terjadinya debu dan penurunan kualitas udara serta perbaikan pada jalan
yang mengalami kerusakan sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terjadinya keresahan masyarakat menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa


Pada saat Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa dilaksanakan maka timbul dampak
berupa debu dan penurunan kualitas udara yang dapat menyebabkan terjadinya keresahan masyarakat
di sekitar akibat kekhawatiran terjadinya gangguan kesehatan masyarakat dan kerusakan bangunan
sekitar yang mungkin terjadi.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa keresahan masyarakat pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan
Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)
B. Besaran Dampak
Besaran dampak untuk dampak keresahan masyarakat akibat dari adanya kegiatan Pembangunan
Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa ini adalah 10% warga yang mengajukan keluhan akibat dari
kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa tersebut pada saat kegiatan
berlangsung selama 10 bulan sesuai dengan jadwal proyek.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di sekitar lokasi proyek (Kec. Bungah,

Kec. Manyar, dan Kec. Gresik). Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak

Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan Pembangunan Struktur
Bangunan dan Jaringan Pipa ini adalah luas yaitu di Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan Pembangunan Struktur Bangunan dan
Jaringan Pipa ini tinggi dan dampak berlangsung cukup lama yaitu selama kegiatan ini
berlangsung (10 bulan). Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting.
(P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat ini mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya.
Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat bersifat kumulatif karena kemungkinan dampak serupa
dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk dan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat, maka dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dapat dipulihkan atau berkurang apabila segera
dilakukan pencegahan terjadinya debu dan penurunan kualitas udara sehingga termasuk
dampak Tidak Penting. (TP)

Berdasarkan uraian di atas maka dampak terjadinya keresahan masyarakat menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


Pada saat Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum dilaksanakan maka timbul dampak berupa debu
dan penurunan kualitas udara serta penurunan kinerja jalan dari mobilitas kendaraan pribadi milik
pekerja dan kendaraan pengangkut yang dapat menyebabkan terjadinya keresahan masyarakat akibat
kekhawatiran terjadinya gangguan kesehatan masyarakat akibat debu dan penurunan kualitas udara
serta kecelakaan akibat kegiatan operasional yang terjadi.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa keresahan masyarakat pada tahap operasi oleh adanya kegiatan

Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif.

(-)

B. Besaran Dampak
Besaran dampak untuk dampak keresahan masyarakat akibat dari adanya kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum ini adalah terdapat 10% warga yang mengajukan keluhan akibat dari
kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum tersebut pada saat kegiatan tersebut
berlangsung.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah populasi di sekitar lokasi proyek (Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec. Gresik) dan pengguna Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum ini adalah luas yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik dan
Jalan di sekitar lokasi. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak keresahan masyarakat akibat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air
Minum ini tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama kegiatan ini berlangsung. Maka dari itu
dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting.

(P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat ini mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya.
Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat bersifat kumulatif karena kemungkinan dampak serupa
dapat muncul kembali pada tahapan yang lain sehingga bertumpuk dan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat, maka dampak bersifat Penting. (P)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dapat dipulihkan atau berkurang apabila segera
dilakukan pencegahan terjadinya debu dan penurunan kualitas udara serta pengaturan lalu-
lintas sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terjadinya keresahan masyarakat menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

3.6. Terciptanya Kesempatan Kerja


TAHAP KONSTRUKSI

 Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara


Kegiatan ini meliputi proses rekruitment tenaga kerja sementara yang dibutuhkan selama tahap
konstruksi dan proses mobilisasi tenaga kerja sementara yang telah diterima melalui proses rekruitment
tersebut. Terciptanya kesempatan kerja dapat terjadi akibat adanya kebutuhan tenaga kerja selama
pelaksanaan tahap konstruksi proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas
1.000 Liter/detik.
A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa terciptanya kesempatan kerja pada tahap konstruksi oleh adanya kegiatan
mobilisasi tenaga kerja sementara ini merupakan dampak yang bersifat positif. (+)
B. Besaran Dampak
Terciptanya kesempatan kerja dapat terjadi akibat adanya kebutuhan tenaga kerja selama
pelaksanaan tahap konstruksi proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik. Prakiraan besar dampak terciptanya kesempatan kerja didasarkan pada
jumlah penerimaan pekerja sementara untuk kebutuhan selama tahap konstruksi yaitu sekitar 65
orang.

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak terciptanya kesempatan kerja ini adalah penduduk di sekitar
lokasi yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan mobilisasi
tenaga kerja sementara ini relatif luas yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka
dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan mobilisasi tenaga
kerja sementara ini cukup tinggi dan berlangsung selama tahap konstruksi berlangsung yaitu
selama 15 bulan. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja ini mempengaruhi komponen lain yaitu sosial,
ekonomi, dan budaya. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja tidak bersifat kumulatif karena kecil
kemungkinan dampak serupa dapat muncul kembali pada kegiatan yang lain, maka dampak
bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja dapat berkurang setelah adanya pemutusan
hubungan kerja dengan pekerja pada saat tahap konstruksi telah selesai sehingga termasuk
dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terciptanya kesempatan kerja menjadi Dampak Positif
Penting. (+P)

TAHAP OPERASI

 Mobilisasi Tenaga Kerja


Kegiatan ini meliputi proses rekruitment tenaga kerja yang dibutuhkan selama tahap operasi dan proses
mobilisasi tenaga kerja yang telah diterima melalui proses rekruitment tersebut. Terciptanya
kesempatan kerja dapat terjadi akibat adanya kebutuhan dari kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum.

A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa terciptanya kesempatan kerja pada tahap operasi oleh adanya kegiatan mobilisasi
tenaga kerja ini merupakan dampak yang bersifat positif. (+)
B. Besaran Dampak
Terciptanya kesempatan kerja dapat terjadi akibat adanya kebutuhan tenaga kerja untuk
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum selama pelaksanaan tahap operasi. Prakiraan besar
dampak terciptanya kesempatan kerja didasarkan pada jumlah penerimaan pekerja untuk tahap
operasi diperkirakan sebanyak 35 orang.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak terciptanya kesempatan kerja ini adalah penduduk di sekitar
lokasi yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan mobilisasi tenaga
kerja ini relatif luas yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec.
Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak terciptanya kesempatan kerja akibat kegiatan mobilisasi tenaga
kerja ini cukup tinggi dan berlangsung selama tahap operasi berlangsung. Maka dari itu dampak
ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja ini mempengaruhi komponen lain yaitu sosial,
ekonomi, dan budaya. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja tidak bersifat kumulatif karena kecil
kemungkinan dampak serupa dapat muncul kembali pada kegiatan yang lain, maka dampak
bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan kerja dapat berkurang setelah adanya pemutusan
hubungan kerja dengan pekerja telah selesai sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terciptanya kesempatan kerja menjadi Dampak Positif
Penting. (+P)

3.7. Penurunan Kualitas Air Permukaan


TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa penurunan kualitas air permukaan pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)

B. Besaran Dampak
Kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini dapat menghasilkan dampak penurunan
kualitas air permukaan selama tahap operasi berlangsung. Penurunan kualitas air permukaan
diakibatkan oleh adanya buangan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan domestik tenaga kerja di
dalam lokasi proyek. Jumlah limbah cair yang dihasilkan dan dialirkan ke Sungai Bengawan Solo
setelah melalui IPAL komunal adalah sebagai berikut: Jumlah limbah cair domestik = 70% x
kebutuhan penggunaan air domestik karyawan
= 70% x 3,5 m3/hari
= 2,45 m3/hari
Total limbah cair yang dihasilkan= 2,45 m3/hari

Diprakirakan akan terjadi penurunan kuallitas air permukaan setelah adanya pembuangan hasil
pengolahan limbah cair menggunakan IPAL komunal menuju Sungai Bengawan Solo.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah pekerja yang ada di lokasi proyek dan populasi di sekitar
Sungai Bengawan Solo yang menerima buangan air limbah domestik. Maka dampak ini
termasuk ke dalam kategori dampak Tidak Penting. (TP)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan ini adalah
di lokasi proyek dan Sungai Bengawan Solo sebagai penerima hasil olahan air limbah domestik
tersebut. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum ini tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama tahap operasi.
Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)

d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak


Dampak berupa penurunan kualitas air permukaan ini dapat berdampak lanjutan terhadap
komponen lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P) e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa penurunan kualitas air permukaan tidak bersifat kumulatif, maka dampak bersifat
Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak

Dampak berupa penurunan kualitas air permukaan dapat berbalik ke kondisi semula bila
dilakukan pengolahan limbah cair yang dihasilkan dengan menggunakan septic tank dan IPAL
komunal, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak penurunan kualitas air permukaan menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

3.8. Peningkatan Limbah Padat Domestik


TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa peningkatan limbah padat domestik pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)
B. Besaran Dampak
Pada saat dilaksanakan kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum akan dihasilkan
limbah padat domestik dari kegiatan domestik tenaga kerja di dalam lokasi proyek. Jumlah limbah
padat domestik yang dihasilkan dihitung sebagai berikut:
Jumlah Tenaga Kerja Tahap Operasi = 35 orang
Jumlah timbulan sampah/ orang = 1,5 – 2,0 l/orang/hari untuk kota sedang

(Sumber : Damanhuri, Prof. Enry, “Pengelolaan Sampah”, Program Studi TL-FTSP, ITB, 2011)
Total jumlah sampah = Jumlah tenaga kerja x timbulan sampah
= 35 orang x 2,0 l/orang/hari
= 70,0 liter/hari
≈ 0,07 m3/hari

C. Penentuan Dampak Penting


a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak hanyalah pekerja di lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke
dalam kategori dampak Tidak Penting. (TP)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak peningkatan limbah padat domestik akibat kegiatan ini hanya di
lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Tidak
Penting. (TP)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak peningkatan limbah padat domestik akibat kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum ini cukup tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama tahap
operasi berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa peningkatan limbah padat domestik ini berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa peningkatan limbah padat domestik bersifat tidak kumulatif karena tidak
ditimbulkan oleh kegiatan lain, maka dampak bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa peningkatan limbah padat domestik dapat berbalik ke kondisi semula bila
dilakukan pengelolaan terhadap limbah padat domestik yang dihasilkan dengan pengumpulan
dan pengangkutan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga termasuk dampak Tidak
Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak peningkatan limbah padat domestik menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

3.9. Peningkatan Aliran Run Off


TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa Peningkatan Aliran Run Off pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif.
(-)

B. Besaran Dampak
Sistem long storage berfungsi untuk menampung sisa run off di ujung saluran drainase yang
belum dapat diresapkan melalui sumur resapan. Pada saat terjadi hujan dengan curah hujan tinggi
maka dilakukan penutupan pintu air dari sistem long storage yang terhubung dengan Sungai
Bengawan Solo sehingga air hujan akan ditampung menggunakan long storage agar tidak
membebani Sungai Bengawan Solo. Setelah tinggi muka air Sungai Bengawan Solo turun maka pintu
air dibuka dan air dalam sistem long storage disalurkan ke sungai tersebut. Untuk menghindari
terjadinya genangan di area sekitar lokasi proyek maka saluran-saluran yang ada di sekitar lokasi
proyek akan tetap dipertahankan. Besarnya peningkatan aliran run off dihasilkan dari adanya
pembangunan luasan lahan untuk bangunan intake, IPA dan reservoir total seluas 5,3 Ha.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar Sungai Bengawan Solo yang
menerima limpasan air hujan dari lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori
dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak Peningkatan Aliran Run Off akibat kegiatan ini adalah di sekitar
Sungai Bengawan Solo yang menerima limpasan air hujan dari lokasi proyek.
Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak Peningkatan Aliran Run Off akibat kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum ini tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama tahap operasi.
Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa Peningkatan Aliran Run Off ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa Peningkatan Aliran Run Off tidak bersifat kumulatif, maka dampak bersifat Tidak
Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa Peningkatan Aliran Run Off dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
pengolahan limpasan air hujan dengan pembuatan kolam tampung dan long storage serta
dilengkapi dengan pintu air, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)

Berdasarkan uraian di atas maka dampak Peningkatan Aliran Run Off menjadi Dampak Negatif Penting.
(-P)

3.10. Peningkatan Ketersediaan Air Bersih


TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa Peningkatan Ketersediaan Air Bersih pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif. (-)
B. Besaran Dampak
Kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini dapat menghasilkan dampak berupa
Peningkatan Ketersediaan Air Bersih bagi masyarakat umum ataupun konsumen dari bidang industri
di dalam Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak adalah pekerja yang ada di lokasi proyek, populasi di sekitar lokasi
proyek. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting.
(P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak Peningkatan Ketersediaan Air Bersih akibat kegiatan ini adalah
cukup luas yaitu di sekitar lokasi proyek. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak Peningkatan Ketersediaan Air Bersih akibat kegiatan Pengoperasian Sistem
Penyediaan Air Minum ini tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama tahap operasi.
Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting.
(P)
d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dampak berupa Peningkatan Ketersediaan Air Bersih ini dapat berdampak lanjutan terhadap
komponen lingkungan yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P) e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa Peningkatan Ketersediaan Air Bersih tidak bersifat kumulatif, maka dampak bersifat
Tidak Penting. (TP)

f. Berbalik tidaknya dampak

Dampak berupa Peningkatan Ketersediaan Air Bersih dapat berbalik ke kondisi semula bila kegiatan
berhenti, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak Peningkatan Ketersediaan Air Bersih menjadi Dampak Negatif
Penting. (-P)

3.11. Terciptanya Kesempatan Berusaha


TAHAP OPERASI

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


Terciptanya kesempatan berusaha dapat terjadi akibat adanya kebutuhan para tenaga kerja pada tahap
operasi akan tempat kos dan warung makan sehingga dapat memberikan peluang bagi masyarakat
sekitar untuk membuka usaha baru.
A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa terciptanya kesempatan berusaha pada tahap operasi oleh adanya kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat positif. (+)
B. Besaran Dampak
Terciptanya kesempatan berusaha dapat terjadi akibat adanya kebutuhan para tenaga kerja pada
tahap operasi akan tempat tinggal dan warung makan sehingga dapat memberikan peluang bagi
masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitar 3% warga di sekitar lokasi proyek akan membuka usaha
baru.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak terciptanya kesempatan berusaha ini adalah penduduk di sekitar
lokasi yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam
kategori dampak Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak terciptanya kesempatan berusaha akibat kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini relatif luas yaitu di Kec. Bungah, Kec. Manyar,
dan Kec. Gresik. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak terciptanya kesempatan berusaha akibat kegiatan
Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini cukup tinggi dan berlangsung selama tahap
operasi berlangsung. Maka dari itu dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)

d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak


Dampak berupa terciptanya kesempatan berusaha ini mempengaruhi komponen lain yaitu sosial,
ekonomi, dan budaya. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan berusaha tidak bersifat kumulatif karena kecil
kemungkinan dampak serupa dapat muncul kembali pada kegiatan yang lain, maka dampak
bersifat Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa terciptanya kesempatan berusaha dapat berkurang setelah tahap operasi telah
selesai sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terciptanya kesempatan berusaha menjadi Dampak Positif
Penting. (+P)

3.12. Timbulnya Limbah B3

 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum


A. Sifat Dampak
Sifat dampak berupa timbulnya limbah B3 pada tahap operasi oleh adanya kegiatan Pengoperasian
Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan dampak yang bersifat negatif.
(-)
B. Besaran Dampak
Kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum ini dapat menghasilkan dampak timbulnya
limbah B3 selama tahap operasi berlangsung. Timbulnya limbah B3 diprakirakan sebesar 5% dari
jenis limbah padat dan cair yang dihasilkan.
C. Penentuan Dampak Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang terkena dampak pekerja dan masyarakat yang ada di lokasi penghasil limbah B3
dan sekitar lokasi pengelolaan limbah B3. Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak
Penting. (P)
b. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak timbulnya limbah B3 akibat kegiatan ini di lokasi penghasil limbah
B3, jalur transporter Limbah B3, dan area pengelolaan Limbah B3 .
Maka dampak ini termasuk ke dalam kategori dampak Penting. (P)
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak timbulnya limbah B3 akibat kegiatan Pengoperasian Sistem Penyediaan Air
Minum ini tinggi dan dampak berlangsung lama yaitu selama tahap operasi. Maka dari itu
dampak ini termasuk dampak kategori dampak Penting. (P)

d. Komponen lingkungan lain yang terkena dampak


Dampak berupa timbulnya limbah B3 ini dapat berdampak lanjutan terhadap komponen lingkungan
yang lain. Sehingga termasuk dampak Penting. (P)
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa timbulnya limbah B3 tidak bersifat kumulatif, maka dampak bersifat
Tidak Penting. (TP)
f. Berbalik tidaknya dampak
Dampak berupa timbulnya limbah B3 dapat berbalik ke kondisi semula bila dilakukan
penyediaan TPS limbah B3 dan penyaluran kepada pihak ketiga yang telah berijin untuk
mendapatkan pengolahan lebih lanjut, sehingga termasuk dampak Tidak Penting. (TP)
Berdasarkan uraian di atas maka dampak timbulnya limbah B3 menjadi Dampak Negatif Penting. (-P)

Anda mungkin juga menyukai