Anda di halaman 1dari 13

RESUME WEBINAR MANAGEMEN KEPERAWATAN

Elsa Rachmawati

AK118055

4B Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNUVERSITAS BHAKTI KENCANA

2022
Implentasi standar keselamatan pasien

Table content

1. Keselamatan pasien
2. Insiden keselamatan pasien
3. Alur pelaporan IKP
4. Grading risiko
5. Implementasi 6 SKP

1) Keselamatan pasien
Keselamatan pasien rs
PERMENKES RI No 11 tahun 2017
 Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. (KKP-RS, 2008)
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan (Kohn,
Corrign & Donalson, 2000)
 Keselamatan pasien (PERMENKES RI No. 11 tahun 2017)
Keselamatan pasien – sistem
(asesmen risio) (identifikasi & pengelolaan risiko) (pelaporan & analisa
insiden) belajar dari insiden) (implementasi solusi)
Akibat melakukan suatu tindakan –(mencegah cidera)- akibat tidak melakukan
suatu tindakan
2) Insiden keselamatan pasien
Insiden keselamatan pasien
“setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibtkan
atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien”
 Insiden keselamatan pasien
1. SENTINEL – insiden yang menyebabkan kematian atau cidera serius
2. KTD (kejadian tidak diharapkan) adverse event – insiden yang
mengakibatkan pasien cidera
3. KTC (kejadian tidak cidera) no harm insiden – insiden yang sudah
terpapar ke pasien , tetapi pasien tidak timbul cidera
4. KNC (kejadian nyari cidera) near miss – insiden belum terpapar ke
pasien (pasien tidak cidera)
5. KPC (kondisi potensial cidera) reportable circumtance –
kondisi/situasi yang sangat berpotensi menimbulkan cidera, tetapi
belum terjadi insiden.
contoh: alat defibrilator yang standby di IGD rusak, Under staff
 Sentinel
1. Kematian yag tidak diantisipasi sebelumnya. Contoh: bunnuh diri,
kematian bayi aterm dan emboli paru
2. Hilangnya fungsi tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakitnya
3. Terjadi salah sisi. Salah prosedur dan salah pasien operasi
4. Terjadi penularan penyakit kronis akibat pemberian transfusi darah dan
produk darah
5. Penculikan bayi atau pemulangan bayi kepada orang tua yang salah
6. Pemerkosan, kekerasan di lingkungan kerja
 Dimana terjadi IKP ?
Insiden keselamatan pasien dapat terjadi kapan saja, dimana saja, selama
pasien mendapatkan pelayanan kesehatan
3) Alur pelaporan IKP
 Apa yang harus dilaporkan ?
 Kejadian yang sudah terjadi
 Kondisi nyaris cidera
 Kondisi potensial cidera
 Tujuan umum pelaporan IKP di RS
Umum – menurunnya IKP dan meningkatnya mutu pelayanan dan
keselamatan pasien
 Tujuan khusus pelaporan IKP di RS
1. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan IKP di RS
2. Diketahui penyebab IKP sampai pada akar masalah
3. Didapatkannya pembelajaran untuk perbiakan asuhan pasien
4. Mencegah kejaadian yang sama terulang kmbali
 Mengapa pelaporan IKP penting ?
1. Awal prose embelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali
2. No “blame culture”
 Masalah yang dihadapi dalam pelaporan insiden
1. Laporan dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”
2. Laporan sering disembunyikan /underreport
3. Laporan sering terlambat
4. Bentuk laporan miskin data... buday blame culture
 Alur pelaporan

 Langkah yang harus diambil

4) Grading risiko
 Penilaian dampak klinis/severity
TK RIKS Deskripsi Dampak
1 Tidak significant Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera ringan, mis lua
lecet
 Dapat diatasi dengan p3k
3 Moderat  Cidera sedang, mis: luka
robek
 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel.
Tdk berhubungan dgn
penyakit
 Setiap kasu yg
memperpanjang perawatan
4 Mayor  Cedera luas/berat, mis:
cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual
(ireversibel) tdk
berhubungan dgn pemyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan
dgn perjalanan penyakit

 Penilaian probabilitasfekuensi

Tingkat risiko Deskipsi


1 Sangat jarang/rare (>5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikey (>2-5 tahun/kali)
3 Mungkin/posible (1-2 tahun/kali)
4 Sering/likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/bulan)
 Matrix grading risiko

 Tindakan sesuai tinggkat dan band risiko

Level /Band Tindakan


Ekstrem (sangat tinggi) Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama
45 hri, membutuhkan tindakan segera,
perhatian sampai ke direktur RS
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama
45 hari, kaji dengan detail dan perlu
tindakan segera, serta membutuhkan
tindakan top manajemen
Moderate (sedang) Risiko sedang dilakukan investigasi
sederhana paling lama 2 mgg
manajer/pimpinan klinis sebainya menilai
dampak thdp bahaya & kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah dilakukan investigasi
sederhama paling lama 1 mgg diselesaikan
dengan prosedur rutin

Contoh
Di rs x dilaporkan terjadi pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal,
kejadian seperti ini pernah terjdi kurang dari2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik), karena pasien meninggal
Nilai probabilits : 3 (mungkin terjadi) karna pernah terjai kurang 2 tahun yang
lalu
Krinin risiko : 5x3 = 15
Warna band : merah (ekstrim)

5) Implementasi 6 KP
 6 sasaran keselamatan pasien
1. Melakukan identifikasi pasien secara benar
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan
keaspadaan tinggi (high alert)
4. Memastikan operasi benar sisi, benar proedur, dan benar pasien
5. Mengurangi risiko infeksi akibat pelayanan di rs
6. Mengurangi risiko cidera akibat pasien jatuh
 Ketetapan identifiksai pasien
Dengan 2 cara secara simultan (berbarengan), yaitu verbal dan visual
a) Verbal – setidaknya dengan menanyakan 2 dari 4 identifikasi pasien
(nama lengkap, tanggal lahir pasien, no RM dan NIK)
b) Visual – dengan cara mencocokan jawaban dengan informasi yang
tertera di gelang pasien
 Five momen identifikasi pasien
1. Sebelum pemberian obat
2. Sebelum emberian pengobatan, termasuk nutrsi
3. Sebelum pemberian darah dan produk darah
4. Sebelum pengmbilam specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnosa terapeutik
 Gelang pasien
1. Identitas pasien laki-laki - biru
2. Identitas pasien peempuan - pink
3. Pasien rawat alergi – merah
4. Pasien resiko jatuh – kuning
5. Asien dengan perintah Do Not Rescussitation (DNR)
1) Peningkatan Komunikasi Efektif
Lima pilar komkomunikasi efektif antar pemberi asuhan :
1. Format komunikasi SBAR
2. Tulis baca komunikasi ( TBK )
3. Ejaan NATO
4. Hand over efektif
5. Pelaporan hasil kritis
1. Tulis baca ulang konfirmasi (TBK)

Tulis penerima informasi menulis isi informasilisan yang didapatkan kedalam


media tulis , disarankan ada buku bantu komunikasi.

2. Baca Ulang
Penerima informasi memebaca ulang Tulisa yang ditulis kepada pemberi pesan.

3. Konfirmasi

2) Pemberi pesan mengkonfirmasi apakah isi pesan yang diretima sudah benar
 Situation ( identitas pelapor, pasien dan alasan mengapa kita lapor)
Saya xx, perawat RSIK, melaporkan pasien Tn. y diruang xx, saat ini kondisi
memburuk, TD turun secara signifikat.
 Background (latar belakang masalah pada pasien dan temuan klinis)
Pasien xx, masuk 3 hari yll dengan diagnose DFH, temuan lab nya xx, vital
sign xx
 Assessment ( kesimpulan pembahasan/ masalah data klinis terkini)
Saat pasien terdapat tanda-tanda syok
 Recommendation ( hal yang diinginkan pelapor)
 Adakah terapi tambahn
 Daptkah dokter visit eke pasien lain
 Prinsinya
 S : harus ada penyampaina situasi yang mendasari kenapa harus lapor
 B : data pendukung
 A : penilaian terhadap situasi
 R :apa yang diinginkan
3) Pelaporan Hasil Kritis Pemeriksaan
 Hasil kritis pemeriksaan adalah hasil pemeriksaan yang secara signifikat
berasda diluar rentang nitas normal, sehingga jika tidak segera ditindaklanjuti
akan membahayakan nyawa pasien.
 Hasil kritis bisa didapatkan dari pemeriksaan laboratorium, rdiologi, maupun
pemeriksaan penunjang lain sepeti EKG.
 Setiap unit wajib terdapat hasilnya.
 Batas GDS normal 200gr/dl 250mg/dl-tiadak normal namun bukan hasil kritis
700mg/dl-hasil kritis
4) Peningkatan keamanan obat high alert
5) Peningkatan keamanan obat
 Obat look alike adalah obat yang sekilas terlihat mirip, menimbulkan resiko
salah ambil.
 RS selalu mengupdate daftar obatyang look alike khususnya jika ada sedian
baru.
 Daftar obat look alike harus disebarkan ke seluruh unit dan jika perlu ke
semua PPA
 Strategi peningkatan keamanan obat look alike
 Labelisasi “ lool alike “ warna kuning merah denagan tulisan look
alike.
 Ditempatkan berjauhan dengan obat yang mirip.
 Pemberian stiker penanda lemah-sedang-kuat.
 Double check pada saat penyiapan dan pemberian.

Peningkatan keamanan obat – sound alike diucapkan mirip

Sound Alike

 Farsix dan Lasix


 Asem mafenomal dan asam tiane xamal
 Ceterinze dan interzine

Obat yang sound alike Ketika ducapkan rentan terjadi salah dengar krena ucapannya
mirip. Strategi peningkatan keamanan nya adalah dengan cara mengeja dengan ejaan NATO
Ketika mengkonsumsikan obat-obat tersebut. RS harus menyediakan daftar obat sound alike
diseluruh unit yang terlibat pengunaan obat, dan wajib di update secara berkala, khusus nya
jika obat/sediaan baru. Strategi berikutnya adalah dengan menggunakan cara penulisan tall
man latter.

6) Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, dan Tepat Pasien Operasi

7) PANDUAN SITE MARKING


1. DI AREA OPERASI/prosedur invasive
2. MELIBATKAN pasien
3. Dilakukan dengan TANDA YANG TEPAT serta dapat dikenali
4. Tanda yang dipakai HARUS KONSISTEN digunakan semua area rumah sakit
5. Harus dilakukan oleh individu yang melakukan prosedur operasi (OPERATOR)
6. Saat melakukan, PASIEN SADAR dan terjaga jika mungkin harus masih jelas
setelah pasien sadar
7. Pada SEMUA KASUS
8) PANDUAN SIGN IN
Sebelum dilakukan Tindakan Induksi Anesthesi
1. IDENTIFIKASI pasien, Prosedur, Informed Consent di Cek
2. Sisi operasi sudah diberi TANDA?
3. Mesin Anesthesi dan Obat-obatan Lengkap?
4. Pulse Oxymetri terpasang dan berfungsi
5. Adakah riwayat ALERGI?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangan DARAH 2500 ml
9) PANDUAN TIME OUT
Sebelum dilakukan Tindakan Incisi
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien, prosedur dan lokasi incis
3. Antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:

 Dr. bedah: apa langkah, berapa lama, kemungkinan blood lost


 dr. anesthesi: Apakah ada perhatian khusus pasien
 Perawat: sterilitas, instrumen
5. Imaging yang diperlukan sudah dipasang?
10) PANDUAN SIGN OUT
Simultan dengan Penutupan Incisi
1. PERAWAT melakukan konfirmasi secara verbal, bersama. dokter bedah dan
anesthesi
 Nama Prosedur
 Instrumen, gass verband, jarum, bisturi dst dihitung → HARUS LENGKAP
 Specimen telah diberi label identitas
2. Dokter kepada perawat dan anesthesi, apa yang harus diperhatikan dalam recovery
dan manajemen pasien.
11) MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
5 MOMEN UNTUK CUCI TANGAN/HAND HYGIENE
 Sebelum Kontak Pasien
 Sesudah Kontak Cairan Tubuh Pasien
 Sebelum Tindakan Aseptik
 Sesudah Kontak Pasien
 Sesudah Kontak Lingkungan Pasien
12) Pencegahan Risiko Cidera Akibat Pasien Jatuh
ASESMEN DAN LANGKAH PENGURANGAN RISIKO JATUH
Asesmen Risiko Jatuh -> Penerapan Langkah Pengurangan Risiko -> Re-Asesmen
Asesmen Risiko Jatuh :
1. < 14 th -> Humpty Dumpty
2. 14-65th -> Morse Fall Scale
3. > 55th -> Sydney Scoring
Pasien yg pada saat masuk tidak memilik risiko jatuh bisa saja di kemudian hari
berubah menjadi memiliki riziko jatuh tinggi Contohnya pasien hipertensi masuk
sadar lalu memburuk karena muncul cerebrovascular accident/stroke dan masuk ICU
pada pasien tersebut harus dilakukan asesmen ulang risiko jatuh Asesmen ulang juga
dilakukan pasca penerapan langkah pengurangan risiko jatuh.

Anda mungkin juga menyukai