Anda di halaman 1dari 10

Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

ASSESSMENT MORFOLOGI SUNGAI PROGO


(Studi Kasus : Tengah – Hilir Sungai Progo Yogyakarta)1

Fandi Reza Syamsu2,Nursetiawan, S.T., M.T., Ph.D3, Puji Harsanto4


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan
sedimen dan polutan. Sungai adalah jalan air alami yang mengalir menuju samudra, danau, laut atau
ke sungai yang lain.
Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi
pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor alam dan faktor
manusia seperti halnya pembuatan bangunan-bangunan air seperti pilar dan abutmen pada jembatan,
groundsill, bendung dan sebagainya. Sungai Progo merupakan sungai yang mengalir di Provinsi Jawa
Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Indonesia. Sungai ini berhulu di Gunung
Sindoro dengan panjang sungai utama sekitar 138 km dan mempunyai daerah aliran seluas sekitar
243.833,086 hektar. Sungai Progo memiliki anak-anak sungai yang berhulu di beberapa gunung,
salah satunya adalah gunung Merapi yang masih memiliki status gunung api aktif.

Kata Kunci : Audit Teknik Sungai , Morfologi Sungai , Prasarana Sungai

1
Disampaikan Pada Seminar Tugas Akhir Agustus 2016
2
(20120110104) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Dosen Pembimbing 1
4
Dosen Pembimbing 2
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

C. Tujuan Penelitian
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka
A. Latar Belakang penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai
Tuntutan kebutuhan sosial dan ekonomi berikut :
manusia yang kian berkembang telah mendorong 1. Melakukan penilaian morfologi Sungai
perkembangan teknologi pendayagunaan sungai Progo.
mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga 2. Memberikan rekomendasi terhadap hasil
teknologi yang sangat maju. Perkembangan ilmu penilaian kondisi fisik morfologi Sungai
pengetahuan dan teknologi, pendayagunaan dan Progo.
perlindungan sungai telah melahirkan berbagai
jenis prasarana sungai yang tersebar di Indonesia. D. Manfaat Penelitian
Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan sebuah
sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada manfaat dari penelitian ini, yaitu :
bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi 1. Memberikan informasi tentang kondisi
dikarenakan oleh faktor alam dan faktor manusia fisik lapangan morfologi sungai yang ada
seperti halnya pembuatan bangunan-bangunan air di Sungai Progo.
seperti pilar dan abutmen pada jembatan, 2. Memberikan informasi dari sebuah
groundsill, bendung dan sebagainya. Sungai metode yang dapat digunakan dalam
Progo merupakan sungai yang mengalir di penilaian kondisi fisik (morfologi) sungai
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah E. Batasan Penelitian
Istimewa Yogyakarta di Indonesia. Sungai ini Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
berhulu di Gunung Sindoro dengan panjang adalah sebagai berikut,
sungai utama sekitar 138 km dan mempunyai 1. Penelitian ini tidak mengkaji
daerah aliran seluas sekitar 243.833,086 hektar. mengenai sosial ekonomi masyarakat
Sungai Progo memiliki anak-anak sungai yang yang terkena dampak dari erupsi
berhulu di beberapa gunung, salah satunya adalah gunung merapi.
gunung Merapi yang masih memiliki status 2. Morfologi Sungai Progo dianggap hanya
gunung api aktif yang mengakibatkan Sungai dipengaruhi oleh erupsi Gunung Merapi
Progo menerima dampak dari material yang tahun 2010.
terbawa oleh lahar dingin. Aliran debris lahar 3. Menilai morfologi sungai progo
dingin berpotensi merubah morfologi aliran diantaranya gerusan dan sedimen, studi
Sungai Progo secara signifikan. Tidak hanya kasus bagian tengah sampai hilir Sungai
aliran sepanjang sungai saja yang menerima Progo.
dampak banjir lahar dingin, namun bangunan di 4. Memperkirakan kelayakan fisik Sungai
sepanjang aliran sungai juga menerimanya. Progo.
Sedimentasi adalah merupakan akibat dari
adanya erosi dan di sungai memberi dampak
II. TINJAUAN PUSTAKA
pengendapan sedimen di dasar sungai yang
menyebabkan naiknya dasar sungai, kemudian
Sungai merupakan salah satu bagian dari
menyebabkan tingginya muka air sehingga
siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
berakibat sering terjadi banjir yang menimpa
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun,
lahan-lahan yang tidak di lindungi (unprotected
mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
land). Hal tersebut dapat pula menyebabkan
negara tertentu air sungai juga berasal dari
aliran meandering dan mencari palung baru.
lelehan es/salju. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Sungai terdiri
B. Rumusan Masalah
dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang
Berdasarkan yang telah diungkapkan pada
mengalir ke anak sungai,beberapa anak sungai
latar belakang penelitian, makan penulis dapat
akan bergabung untuk membentuk sungai utama.
merumuskan masalah yang akan di tinjau, yaitu:
Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada
1. Bagaimana kondisi fisik dibagian hilir
saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri
Sungai Progo ?
dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai
2. Bagaimana kondisi morfologi Sungai bertemu laut di kenali sebagai muara sungai.
Progo bagian hilir sungai ? Audit teknis sarana dan prasarana sungai
merupakan metode pemeliharaan sarana dan
prasarana sungai dengan cara mengevaluasi
kondisi fisik sarana dan prasarana sungai.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

III. LANDASAN TEORI B. Alat dan Bahan


A. Morfologi Sungai 1. Alat.
Morfologi (Morpologie) berasal dari kata a. Global Position System (GPS)
yunani yaitu morpe yang berarti bentuk dan logos Garmin 64, digunakan untuk
yang berarti ilmu, dengan demikian maka melakukan penentuan koordinat dari
morfologi berarti ilmu yang mempelajari tentang lokasi yang ditinjau.
bentuk (Wikipedia, 2011). Morfologi sungai b. Kamera, digunakan untuk mengambil
merupakan hal yang menyangkut kondisi fisik gambar di lokasi yang ditinjau.
sungai tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku c. ArcGIS Desktop 10.3, digunakan
sungai dengan segala aspek perubahannya dalam untuk melakukan pemetaan lokasi
dimensi ruang dan waktu, dengan demikian penelitian.
menyangkut sifat dinamik sungai dan d. Microsoft Word 2013, digunakan
lingkungannya yang saling berkaitan antara satu untuk melakukan rekapitulasi dan
dengan yang lainnya. pembuatan laporan.
Morfologi sungai sangat dipengaruhi oleh 2. Bahan.
berbagai faktor di antaranya, kondisi aliran, a. Peta Citra Satelit Google 2016,
proses angkutan sedimen, kondisi lingkungan, digunakan untuk melakukan pemetaan
serta aktivitas manusia di sekitarnya. Proses lokasi yang ditinjau.
geomorfologi utama yang terjadi di sungai b. Data Jejaring Aliran DAS Progo.
adalah erosi, longsor tebing, dan sedimentasi.
Erosi adalah kombinasi proses pengikisan, C. Waktu Penelitian
pengangkutan, dan pemindahan materi lapukan Waktu pengumpulan data yang dilakukan
batuan, kemudian dibawa ke tempat lain oleh selama 2 hari pada hari pertama dimulai dari
tenaga pengangkut. Sedimentasi adalah proses Jembatan Bronjonalan di Jl Jendral
pengendapan material yang berasal dari tempat Sudirman pada pukul 15.30 WIB berakhir di
lain (Dibyosaputro, 1997). Jembatan Kreo di Jalan Raya Banjararum
Ciri–ciri Karakteristik fisik sungai progo pada pukul 17.20 WIB. Hari kedua dimulai
bagian tengah yaitu arus air sungai tidak begitu dari Bendung Sapon – Jl. Alternatif Bendo
deras, erosi sungai mulai ke samping (erosi Sapon pada pukul 13.35 WIB dilanjudkan
horizontal), aliran sungai mulai berkelok-kelok, sampai hilir Sungai Progo (Samudra Hindia)
mulai terjadi proses sedimentasi (pengendapan) pada pukul 15.00 WIB, selanjutnya survei
karena kecepatan air mulai berkurang sedangkan dilakukan di Jembatan Ngapak yang berada
pada bagian hilir sungai progo memiliki di Jalan Godean pukul 16.00 WIB dan
karakteristik yaitu arus air sungai tenang. berakhir di Groundsil Bantar.

B. Audit Teknis Prasarana Sungai D. Konsep Penelitian


Audit teknis sungai adalah teknik Penelitian ini dilakukan untuk
pengumpulan data dengan metode penilaian mengetahui morfologi sungai terutama
kondisi fisik prasarana sungai, penilaian dibagian yang mengalami erosi, longsor
dilakukan dengan menggunakan form catatan tebing, dan sedimentasi pada bagian tengah
inspeksi prasarana sungai dan di sertai dengan sampai hilir Sungai Progo. Penelitian ini
foto kondisi fisik di lapangan. Pedoman OP dilakukan dengan pengumpulan data primer
prasarana sungai dan pemeliharaan sungai yaitu dengan cara walking trough
membahas tentang tata cara operasi pemeliharaan (penulusuran) sungai disertai dengan
prasarana dan sungai. pengambilan foto dilapangan.

IV. METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di bagian tengah
sampai hilir Sungai Progo. Di mulai dari Jl.
Jendral Sudirman, Magelang sampai hilir Sungai
Progo (Samudra Hindia atau pantai Laut Selatan)
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

E. Tahapan Penelitian (J3) Gantung


Duwet (J4)

Jembatan
Jembatan
4 Gantung Duwet 14,1
Kreo (J5)
(J4)
Jembatan Kreo Jembatan
5 9,4
(J5) Ngapak (J6)
Jembatan
Jembatan
6 Mbeling 17,3
Ngapak (J6)
(J7,J8)
Jembatan
Jembatan
7 bantaran 1,4
Mbeling (J7,J8)
Lama (J9)
Jembatan
Jembatan
Alternatif
8 bantaran Lama 47,5
Bendung
(J9)
Sapon (12)
Jembatan
Jembatan
Alternatif
9 Srandakan 2
Bendung Sapon
(baru) (J14)
(12)
Jembatan
Hilir Sungai
10 Srandakan (baru) 17,8
Progo
(J14)

Gambar 1 Tahapan Penelitian

F. Metode Pengumpulan Data


Data yang dipakai adalah data primer yaitu
peninjauan lapangan dengan metode walking
trough (penulusuran) di lapangan dengan
dilakukan pengisian form survei kerusakan aliran
sungai serta dokumentasi berupa foto-foto
kerusakan di lapangan.
Dalam mengumpulkan data lapangan dan
pengamatan melalui peta citra satelite, lokasi
penelitian dibagi menjadi 10 ruas yang setiap
ruasnya dibatasi oleh bangunan air yaitu
Jembatan, kemudian dibagian akhir dibatasi oleh
ujung sungai Progo yaitu samudra Hindia atau
pantai Laut Selatan.
Gambar 2 Peta Lokasi Bangunan Air
Berikut merupakan tabel yang menjelaskan
pembagian ruas lokasi penelitian. Sungai Progo

Tabel 1 Pembagian Ruas Lokasi Penelitian


Panja V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ruas Dari Sampai ng
(km) A. Sungai Progo
Jembatan Jembatan Sungai Progo merupakan sungai yang
1 19,5 mengalir di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
Brojonalan (J1) Klangon (J2)
Jembatan Jembatan Daerah Istimewa Yogyakarta di Indonesia.
2 7,5 Sungai ini berhulu di Gunung Sindoro dengan
Klangon (J2) Ancol (J3)
3 Jembatan Ancol Jembatan 8,2 panjang sungai utama sekitar 138 km dan
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

mempunyai daerah aliran seluas sekitar morfologi dan foto lapangan hasil survei
243.833,086 hektar. Sungai Progo memiliki morfologi.
anak-anak sungai yang berhulu di beberapa
gunung, salah satunya adalah gunung Merapi
yang masih memiliki status gunung api aktif. Ruas 1
Sungai Progo merupakan sungai alami yang
memiliki salah satu hulu yang bersumber di Berikut merupakan foto citra satelit yang
Gunung Merapi, yang mengakibatkan Sungai menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan
Progo menerima dampak dari material yang pada ruas 1.
terbawa oleh lahar dingin.
Dari hasil penelitian yang di lakukan dari
Sungai Progo terutama di bagian transisi sampai
hilir. Terdapat berbagai macam tipe sungai yang
diantaranya. Ruas J1 sampai J3 terdapat tipe
sungai E karena saluran yang lebar, berparit, dan
berkelok mengikuti perkembangan daerah banjir
dan pemulihan vegetasi dari bekas saluran. Tipe
sungai E adalah suatu cekungan konsisten yang
menghasilkan jumlah cekungan dari setiap unit
jarak saluran, dan sepanjang Ruas J3 sampai J8
terdapat tipe sungai DA (branastomosis) karena
suatu sistem saluran berjalin dengan gradien yang
sangat rendah dan lebar aliran setiap saluran
bervariasi. Tipe sungai DA merupakan suatu
sistem sungai stabil dan memiliki banyak saluran
dan rasio lebar per saluran serta sinousitas
bervariasi dari sangat rendah sampe sangat tinggi.
Sedangkan Ruas J9 sampai Hilir Sungai Progo
terdapat tipe sungai D karena mempunyai
konfigurasi yang unik sebagai sistem saluran
yang menunjukan pola berjalin dengan rasio Gambar 2.3 Peta Lokasi Ruas 1
lebar per kedalaman (W/D ratio) yang sangat
tinggi (> 40), dan lereng salura yang umumnya
sama dengan lereng lembah. Tingkat erosi yang
sangat tinggi dan rasio lebar saluran yang sangat
rendah, dengan suplai sedimen yang sangat tidak
terbatas. Bentuk saluran merupakan tipe pulau
yang bervegetasi. Pola saluran berjalin dapat
berkembang pada daerah yang bermaterial sangat
kasar yang terletak pada lebah dengan lereng
yang cukup curam, sampai lembah dengan
gradien yang rendah, rata, dan sangat bebas yang
berisi material yang sangat halus.
Terbentuknya agradasi di hilir sungai progo
dikarenakan arus yang tenang mengakibatkan
angkutan material hasil erupsi gunung merapi
mengendap tidak terbawa oleh arus akibatnya
proses agradasi lebih dominan terjadi.

B. Kondisi Morfologi
Berdasarkan peta lokasi studi secara
keseluruhan (lihat Gambar 2), kemudian batasan
daerah tinjauan per ruas digambarkan melalui
peta citra satelit. Sedangkan untuk kondisi
morfologi sungai dijelaskan dalam tabel agradasi
dan degradasi disertai gambar citra satelit bentuk
Gambar 4 Lokasi Penelitian Ruas 1
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

Tabel 3 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 2


No Keterangan Gambar
Gambar Agradasi Degradasi
Di bagian hilir
Jembatan Klangon
1. terdapat Agradasi Tidak ada
yang berupa bebatuan
dan rumput.
Di bagian hilir
Jembatan Klangon
2. Tidak ada
terdapat Agradasi
yang berupa bebatuan.
Gambar 5 Lokasi Penelitian Ruas 1 Di bagian hulu
Jembatan Klangon
3. terdapat Agaradasi Tidak ada
yang berupa pasir,
kerikil dan bebatuan.
Di bagian hilir
Jembatan Klangon
4. Tidak ada terdapat Degradasi
yang berupa
bebatuan dan pasir.
Di bagian hilir
Jembatan Klangon
5. Tidak ada terdapat Degradasi
yang berupa
bebatuan dan pasir.
Di bagian hulu
Jembatan Klangon
6. Tidak ada terdapat Degradasi
yang berupa
bebatuan.

Tabel 4 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 3

No Keterangan Gambar
Gambar Agradasi Degradasi
Di bagian hulu
Jembatan Ancol
1. terdapat Agradasi Tidak ada
yang berupa pasir
dan bebatuan.
Tabel 2 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 1 Di bagian hilir
Jembatan Ancol
2. terdapat Agradasi Tidak ada
Keterangan yang berupa
No bebatuan dan pasir.
Gambar
Agaradasi Degradasi Di bagian hulu
Jembatan Ancol
Di bagian hulu 3. terdapat Agradasi Tidak ada
Jembatan Ancol yang berupa
1 Tidak ada
terdapat Agradasi yang bebatuan dan pasir.
berupa tanah. Di bagian hulu
Di bagian hulu Jembatan Ancol
Jembatan Brojonalan 4. terdapat Agradasi Tidak ada
2 terdapat sedimen yang Tidak ada yang berupa
berupa krikil, bebatua, bebatuan dan pasir.
dan pasir. Di bagian hulu
Di bagian hulu Jembatan Ancol
Jembatan 5. Tidak ada
terdapat Agradasi
Brojonalan yang berupa tanah.
3 Tidak ada
terdapat gerusan
yang berupa
tanah.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

Tabel 5 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 4 Di bagian hilir


Keterangan Gambar Jembatan Kreo
No Gambar terdapat Degradasi
Agradasi Degradasi 5. Tidak ada
Di bagian hilir yang berupa pasir dan
Jembatan Gantung kerikil.
1. Duwet terdapat Tidak ada
Agradasi yang berupa Di bagian hilir
batuan dan pasir. Jembatan kreo terdapat
6. Tidak ada Degrdasi yang berupa
Di bagian hulu bebatuan dan pasir.
Jembatan Gantung
2. Duwet terdapat Tidak ada
Agradasi yang berupa Tabel 5.6 Morfologi Sungai Ruas 6
pasir dan batuan.
Keterangan Gambar
Di bagian hulu No
Degradasi
Jembatan Gantung Gambar Agradasi
3. Duwet terdapat Tidak ada
Agradasi yang berupa Di bagian hilir
pasir dan bebatuan Jembatan Ngapak
terdapat Agradasi yang
Di bagian hilir 1. Tidak ada
berupa bebatuan, pasir
Jembatan Gantung
dan sisa reruntuhan
4. Duwet terdapat Tidak ada
bangunan groundsil.
Agradasi yang berupa
bebatuan. Di bagian hulu
Jembatan Ngapal
Di bagian hilir 2. Tidak ada
terdapat Agradasi yang
Jembatan Gantung
berupa pasir dan kerikil.
Duwet terdapat
5. Tidak ada Di bagian hilir
Degradasi yang
berupa tanah dan Jembatan Ngapak
3. Tidak ada
kerikil. terdapat Agradasi yang
berupa bebatuan.
Di bagian hulu
Jembatan Gantung Di bagian hilir
Duwet terdapat Jembatan Ngapak
6. Tidak ada 4. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Degradasi yang
berupa tanah dan berupa bebatuan dan
bebatuan. pasir.
Di bagian hilir
Jembatan Ngapak
terdapat Agradasi yang
5. Tidak ada
Tabel 6 Morfologi Sungai Ruas 5 berupa reruntuhan dari
Keterang Gambar bangunan groundsil
No yaitu berupa bebatuan.
Gambar Degradasi Di bagian hilir
Agradasi Jembatan Ngapak
Di bagian hilir 6. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Jembatan Kreo berupa bebatuan dan
terdapat Agradasi yang pasir.
1. Tidak ada Di bagian hilir
berupa pasir dan
kerikil. Jembatan Ngapak
7. terapat Agradasi yang Tidak ada
Di bagian hulu berupa bebatuan dan
Jembatan Kreo pasir.
2. terdapat Agradasi yang Tidak ada Di bagian hilir
berupa bebatuan. Groundsil Ngapak
8. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Di bagian hulu berupa bebatuan dan
Jembatan Kreo pasir.
terdapat Agradasi yang Di bagian hilir
3. Tidak ada Jembatan Ngapak
berupa pasir dan
bebatuan. 9. Tidak ada terdapat Degradasi
yang berupa
Di bagian hilir bebatuan.
Jembatan Kreo Di bagian hilir
terdapat Agradasi yang Jembatan Ngapal
berupa bebatuan dan 10. Tidak ada terdapat Degradasi
4. Tidak ada yang berupa
pasir.
bebatuan.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

Tabel 5.7 Morfologi Sungai Ruas 7 Tabel 5.11 Morfologi Sungai Ruas 10
Keterangan Gambar
No Keterangan Gambar
Degradasi
Gambar Agradasi No
Di bagian hulu gambar
Agradasi Degradasi
Jembatan Kereta Api
1. Mbeling terdapat Tidak ada Di bagian hilir
Agradasi yang berupa Jembatan Srandakan
pasir. 1. terdapat Agrdasi yang Tidak ada
Di bagian hilir berupa tanah, kerikil
Jembatan Kereta Api dan bebatuan.
2. Mbeling terdapat Tidak ada Di bagian hilir
Agradasi yang berupa Jembatan Srandakan
kerikil. 2. terdapat Agredasi yang Tidak ada
Di bagian hilir berupa tanah dan
Jembatan Kereta Api rumput.
3. Mbeling terdapat Tidak ada Di bagian hulu
Agradasi yang berupa Jembatan Srandakan
pasir dan kerikil. 3. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Di bagian hilir berupa tanah dan
Jembatan Kereta rumput.
4. Tidak ada Api Mbeling Di bagian hilir
terdapat Degradasi Groundsil Srandakan
yang berupa tanah. 4. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Di bagian hilir berupa bebatuan dan
Jembatan Kereta pasir.
5. Tidak ada Api Mbeling Di bagian hilir
terdapat Degradasi Groundsil Srandakan
yang berupa tanah. 5. terdapat Agradasi yang Tidak ada
berupa pasir dan
Tabel 5.8 Morfologi Sungai Ruas 8 kerikil.
No Keterangan Gambar
Gambar Agradasi Degradasi C. Rekomendasi
Di bagian hilir
Groundsil Bantaran
1. terdapat Agradasi yang Tidak ada
Berdasarkan kajian kondisi morfologi
berupa tanah, bebatuan sungai melalui pengamatan lapangan dan
dan rumput. peta citra satelit, maka dapat disimpulkan
kondisi umum dari morfologi sungai
Tabel 5.9 Morfologi Sungai Ruas 9 Progo, yang kemudian diberikan
beberapa rekomendasi yang dapat
Keterangan Gambar
No menjadi referensi dalam pemeliharaan
Gambar sungai beserta infrastrukturnya (lihat
Agradasi Degradasi
tabel 5.3.1).
Di hilir Bendung Sapon
terdapat Agradasi dan
1. penambangan pasir Tidak ada
yang berupa pasir dan
kerikil
Di hilir bagian hilir
Bendung Sapon
2. terdapat Agradasi yang Tidak ada
berupa tanah dan
rumput.
Di bagian hilir
Bendung Sapon
3. terdapat Agradasi yang Tidak ada
berupa rumput, tanag
dan bebatuan.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

A. Kesimpulan

1.terdapat banyak Agradasi dan


Degradasi di daerah Sungai Progo yang
mempengaruhi Morfologi Sungai Progo terutama
pada ruas J9 sampai ruas J10.

2.Perlu di lakukan pengerukan untuk


Agradasi yang menutupi aliran Sungai Progo
agar tidak terjadi Agradasi yang lebih parah.
Perlu juga dibangun pengaman tebing agar
mencegah terjadi Degradasi.

B. Saran

1.Perlu di lakukan pengerukan untuk


Agradasi dan juga pembangunan untuk
pengaman tebing Sungai. Pemantauan ,
pemeliharan, dan larangan buat penambang pasir
ilegal yang berada di Sungai Progo terutama di
ruas J9 dan J10

2.Pada penelitian selanjutnya disarankan


setelah melakukan survei lapangan dengan
menggunakan metode Walking Trough
(penelusuran) selanjudnya dilakukan aknop
sungai untuk mengetahui biaya pemeliharaan
prasarana sungai dan menghitung luasan dari
Agradasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Dian Eva Solikha (2011). : Perubahan Morfologi
Sungai Code Akibat Aliran Lahar Pasca
Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Trimida Suryani (UGM, 2011).Pendekatan


Morfologi Sungai Untuk Analisis Luapan
Lahar Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010
Di Sungai Putih, Kabupaten Magelang.

SE. Dirjen SDA Penyelenggaraan Kegiatan OP


Prasarana Surat Edaran Nomor: 05/
SE / D / 2016
.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai