Anda di halaman 1dari 4

MENGOLAH HASIL PENGUKURAN

Meassurement (pengukuran) adalah proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan


menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka.
Suatu hasil pengukuran pada dasarnya merupakan “bahan mentah” yang masih perlu diolah dan
diterjemahkan lebih lanjut. Pengolahan dari hasil pengukuran memerlukan tingkat ketelitian dan
keakuratan dari seorang pendidik sehingga tidak merugikan bagi siapapun yang menjadi subyek
pengukuran. Oleh karena itu, diperlukan pedoman yang adil sebelum pengukuran dilakukan. Ada
baiknya instrumen pembelajaran dalam bentuk tes maupun non tes memiliki pedoman
pensekoran dan pedoman penilaian, sehingga siapa pun yang nantinya mengkoreksi hasil
pengukuran yang didapatkan dari tes maupun non tesdapat memberikan skor yang tidak berbeda.
Artinya, keadilan dalam pemberian skor merupakan hal penting sehingga tidak menimbulkan
perbedaan persepsi dalam mekanisme evaluasi pembelajaran berikutnya.
A. Teknik Pemberian Skor
Pemberian Skor (Skoring) adalah proses pengubahan atau jawaban – jawaban soal tes
menjadi angka-angka yang pasti atau dengan kata lain pemberian skor merupakan tindakan
kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan tester ke dalam suatu tes. Angka-angka
hasil penilaian selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai melalui proses-proses tertentu. Cara
pemberian skor pada hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal
yang dikeluarkan tester. Macam-macamnya adalah sebagai berikut :
1. Pemberian skor pada tes uraian
Pemberian skor pada tes uraian mendasarkan diri kepada bobot (weight) yang diberikan
pada setiap soal, atas dasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang
harus terdapat dalam jawaban. Misalnya pada sejumlah soalyang tingkat kesukarannya dibuat
sama dan unsur-unsur yang terdapat dalam soal jugadi buat sama maka jawaban paling sempurna
diberi skor 10, hampir sempurna 9,dan seterusnya
2. Pemberian skor pada tes Obyektif
Pemberian skor pada tes obyektif ada yang memakai rumus correction forguessing /
sistem denda namun ada juga yang tidak menetapkan denda.Tes obyektif terdiri dari beberapa
jenis. Pemberian skor pada setiap jenis tes obyektif berbeda-beda, diantaranya :
 Tes obyektif bentuk true-false

Pemberian skor pada tes bentuk ini dapat menggunakan rumus yangmemperhitungkan
denda dan rumus yang mengabaikan denda.Rumus yang memperhitungkan denda adalah

R−w
S=
0−1
S : Skor yang dicari (hasil)
R : Jawaban betul (right)
W : Jawaban salah (wrong)
O : Alternatif jawaban
1 : Bilangan konstan

 Tes obyektif bentuk multiple choice

Pada tes bentuk ini bisa menggunakan rumus yang memperhitungkan dendayaitu
W
S=R−
0−1
Dan rumus tanpa denda yaitu S = R, dimana
S : Skor yang dicari (hasil)
R : Jawaban betul (right)
W : Jawaban salah (wrong)
O : Alternatif jawaban
1 : Bilangan konstan

 Tes obyektif bentuk matching, fiil in dan completion

Pada bentuk soal-soal di atas biasanya menggunakan rumus yang tidakmemperhitungkan


denda. Sehingga rumusnya S = R

B. Konversi Skor
1. Perbedaan antara Skor dan Nilai
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijaawab betul dengan
memperhatikan bobot jawaban betulnya. Sedangkan nilai adalah angka (bisa juga huruf) yang
merupakan hasil ubahan skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainya, serta
disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Pada dasarnya nilai melambangkan
kemampuan yang telah ditunjukan testee terhadap materi atau bahan yang diujikan
2. Pengolahan dan Pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar.
Ada dua hal penting yang harus dipahami terlebih dahulu mengenai pengolahandan
pengubahan skor hasil tes hasil belajar menjadi nilai, yaitu :
1). Dalam pengolahan dan pengubahan skor hasil tes hasil belajar ada dua cara yangdapat
ditempuh, yaitu :
a). Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilaistandar
dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan pada kriterium atau patokan. Cara ini sering
dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation (penilaianber-Acuan patokan). Penilaian
ini juga sering disebut dengan penentuan nilai secaramutlak (absolut) , karena pemberian nilai
kepada testee itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang
dimiliki oleh masing-masing individu testee, dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapat
diperoleh testeeapabila dapat menjawab semua soal tes dengan betul.
Dengan demikian tinggi ataurendahnya nilai yang diberikan kepada testee mutlak ditentukan
oleh skor yang dapatdicapai oleh setiap testee. Dalam penentuan nilai yang mengacu pada
kriterium inisebelum tes hasil belajar dilaksanakan, penguji harus sudah mempunyai patokan
(tanpa menunggu pelaksanaan tes selesai). Rumus yang digunakan dalam penentuan nilai yang
mengacu pada kriterium adalah sebagai berikut :
Skor Mentah
Nilai= x 100
Skor Maksimum Ideal

b). Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar dengan
mengacu pada norma atau kelompok. Penilaian beracuan pada kelompok ini mendasarkan pada
asumsi berikut :
-) Bahwa pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin,
berbeda latarbelakang, berbeda I.Q, berbeda lingkungannya, dsb.) akan selalu didapati kelompok
“baik” , kelompok “sedang”, dan kelompok “kurang”.
-) Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relatif daripara peserta tes
dalam hal yang sedang dievaluisi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di
“atas”, di “tengah” ataukah di ”bawah”.
Dalam penentuan hasil tes, skor mentah yang diperoleh testee dibandingkan dengan skor mentah
yang dicapai oleh peserta tes yang lain, atau skor siswa dibandingkan dengan rata-rata kelas.
Sehingga kualitas yang dimiliki oleh seorang peserta akan sangat tergantung pada kualitas
kelompoknya. Dengan ini akan dapatterjadi testee yang pada kelompok 1 tergolong “hebat”
kualitasnya, jika dimasukan kekelompok 2 ternyata kualitasnya hanya termasuk dalam kelompok
“sedang”. Jadi kedudukan testee dimaksud di atas adalah bersifat relatif.
Penentuan nilai dengan menggunakan standar relatif ini cocok untuk diterapkan pada tes-tes
sumatif seperti ulangan harian, ujian akhir semester, EBTANAS atau yang sederajat dengan itu.
Karena dipandang lebih adil, wajar dan manusiawi.
Bila menggunakan penentuan nilai dengan menggunakan standar relatif makaprestasi kelompok
itu di hitung dengan menggunakan metode statistik, dimanaprestasi kelompok identik dengan
rata-rata hitung, rumusnya adalah :

M x=
∑X
N
atau M x =M +i { }
∑ fx
N
2). Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat
menggunakanberbagai macam skala,diantaranya :
 Skala Lima
 Skala Sembilan
 Skala Sebelas
 Nilai standar z
 Nilai srandar T

Anda mungkin juga menyukai