Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

WALI SONGO DAN SUNAN DRAJAD


Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Nama :GITA KARISMATUN NISA
Kelas : XI Pi

MA TERPADU AL-MUNAWAROH
NGEMPLAK, NGUDIREJO, DIWEK, JOMBANG
Tahun ajaran 2021-2122
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Wali Songo Sunan Drajad” ini dengan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas kami menyampaikan terima
kasih, kepada Bapak/Ibu guru, terkhususkan kepada ibu guru mapel bahasa
indonesia atas segala bimbingan dan pembelajarannya untuk keberhasilan dalam
penyusunan makalah ini.
Saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan
manfaatnya bagi para pembaca. Aamiin.

Jombang,19 februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Arti Wali Songo .................................................................................................2
B.     Sunan Drajat   ...................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wali adalah sekelompok manusia pilihan Allah SWT, yang diberi
perintah untuk membawa umat ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah.
Adapun di sebutan Wali Songo, dikarenakan Wali yang terkenal dalam
menyebarkan Islam di tanah Jawa berjumlah sembilan orang. Oleh sebab itu,
kami menyusun makalah ini dengan maksud agar kami mendapat gambaran
tentangnya, baik silsilahnya, cara menyebarkan agama dan ajarannya,
letaknya, namanya, kisah dan usaha dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah
Jawa dan Indonesia (Nusantara) pada umumnya.
B. Tujuan
1. Mengetahui peranan wali songo dalam penyebaran agama islam di
nusantara
2. Untuk mengenal wali songo Sunan Drajat dan perjuangannya
dalam menyebarkan agama islam
3. Untuk lebih mempertebal keimanan dan ketakwaan kami kepada Allah
SWT dengan cara mengenal wali-wali kekasih Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali
yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga
dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga
berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat
lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti
tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah
majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana
Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis
dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana
Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan
Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana
Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana
Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan
nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
7. Sunan Kalijaga atau Raden Said
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-
tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke
pemerintahan.

2
B. Sunan Drajat

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 masehi. Nama


kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin.
Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa
Drajat, Paciran Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden
Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah
menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad
sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh
kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada
tahun saka 1442/1520 masehi. Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari
surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyer – Panarukan), namun
bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.
Sejarah singkat
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim
putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai,
beliau mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV
dan XVI Masehi. Ia memega ng kendali keprajaan di wilayah perdikan
Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.

3
https://3.bp.blogspot.com/-6lrQS2oVsVA/VFECgBd7W6I/
AAAAAAAAH4E/oaGTAf01lTE/s1600/Makam%2Bsunan%2BDrajat.jpg
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial,
sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu
mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang
ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan
untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah
itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk
mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam
dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan
yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu
dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.
Filosofi Sunan Drajat
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan
dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara
lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
a. Membangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati
orang lain)
b. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus
tetap ingat dan waspada)
c. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam
perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala
bentuk rintangan)
d. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-
nafsu)

4
e. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh
keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita –
cita luhur).
f. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita
capai dengan salat lima waktu).
g. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang
wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono
ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi
pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah
kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan
orang yang menderita).
Penghargaan
Dalam sejarahnya Sunan Drajad juga dikenal sebagai seorang Wali
pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa – sisa gamelan Singomeng-
koknya Sunan Drajat kini tersimpan di Musium Daerah.
Untuk menghormati jasa – jasa Sunan Drajad sebagai seorang Wali
penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya
serta benda-benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajad, keluarga dan para
sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten
Lamongan mendirikan Musium Daerah Sunan Drajad disebelah timur Makam.
Musium ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.

https://kemuseum.org/wp-content/uploads/2020/06/museum-sunan-drajad4.jpg

5
Upaya Bupati Lamongan R. Mohammad Faried, SH untuk
menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat
dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu
pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura
Paduraksa senilai Rp. 98 juta dan anggaran Rp. 100 juta 202 ribu untuk
pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri
Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994
pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan
dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paseban, bale rante serta
Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta
yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14
Januari 1994.
Asal Usul
Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putera Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum
Ibrahim atau Sunan Bonang.
Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian
diperintah untuk berdakwah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari
ulama besar antara Tuban dan Gresik.
Raden Qosim memulai perjalanannya dengan naik perahu dari Gresik
sesudah singgah ditempat Sunan Giri. Dalam perjalanan ke arah Barat itu
perahu beliau tiba-tiba dihantam oleh ombak yang besar sehingga menabrak
karang dan hancur. Hampir saja Raden Qosim kehilangan jiwanya. Tapi bila
Tuhan belum menentukan ajal seseorang biar bagaimanapun hebatnya
kecelakaan pasti dia akan selamat, demikian pula halnya dengan Raden
Qosim. Secara kebetulan seekor ikan besar yaitu ikan talang datang kepada
Raden Qosim dan beliau pun menaiki punggung ikan tersebut hingga selamat
ke tepi pantai. Raden Qosim sangat bersyukur dapat lolos dari musibah itu.
Beliau juga berterima kasih kepada ikan talang yang telah menolongnya
sampai ke tepi pantai. Untuk itu beliau berpesan kepada anak keturunan
beliau untuk tidak memakan daging ikan talang. Bila pesan ini dilanggar akan
mengakibatkan bencana, yaitu ditimpa penyakit yang tiada obatnya lagi.

6
Ikan talang tersebut membawa Raden Qosim hingga ke tepi pantai
yang termasuk wilayah desa Jelag (sekarang termasuk desa Banjarwati),
kecamatan Paciran. Di tempat itu Raden Qosim disambut masyarakat dengan
antusias, lebih-lebih setelah mereka tahu bahwa Raden Qosim adalah putera
Sunan Ampel seorang wali besar dan masih terhitung kerabat kerajaan
Majapahit.
Di desa Jelag itu Raden Qosim mendirikan pesantren, karena caranya
menyiarkan agama Islam yang unik maka banyaklah orang yang datang
berguru kepadanya. Setelah menetap satu tahun di desa Jelag, Raden Qosim
mendapat ilham supaya menuju ke arah selatan, kira-kira berjarak 1 km
disana beliau mendirikan langgar atau surau untuk berdakwah.
Tiga tahun kemudian secara mantap beliau mendapat petunjuk agar
membangun tempat berdakwah yang strategis yaitu ditempat ketinggian yang
disebut Dalem Duwur. Di bukit yang disebut Dalem Duwur itulah yang
sekarang dibangun Museum Sunan Drajad, adapun makam Sunan Drajad
terletak di sebelah barat Museum tersebut.
Raden Qosim adalah pendukung aliran putih yang dipimpin oleh
Sunan Giri. Artinya dalam berdakwah menyebarkan agama Islam beliau
menganut jalan lurus, jalan yang tidak berliku-liku. Agama harus diamalkan
dengan lurus dan benar sesuai ajaran Nabi. Tidak boleh dicampur dengan adat
dan kepercayaan lama.
Meski demikian beliau juga mempergunakan kesenian rakyat sebagai
alat dakwah, didalam museum yang terletak disebelah timur makamnya
terdapat seperangkat bekas gamelan Jawa, hal itu menunjukkan betapa tinggi
penghargaan Sunan Drajad kepada kesenian Jawa.
Dalam catatan sejarah wali songo, Raden Qosim disebut sebagai
seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walau dalam urusan dunia
beliau juga rajin mencari rezeki. Hal itu disebabkan sikap beliau yang
dermawan. Dikalangan rakyat jelata beliau bersifat lemah lembut dan sering
menolong mereka yang menderita.

7
Ajaran Sunan Drajad yang Terkenal
Ajaran Sunan Drajad bersumber dari :
a. Al-Quran
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
e. Ajaran guru dan pendidik seperti Sunan Ampel
f. Ajaran dan pemikiran atau paham yang telah tersebar luas di
masyarakat
g. Tradisi di masyarakat setempat yang telah ada yang sesuai dengan
ajaran Islam, dan
h. Fatwa Sunan Drajad sendiri.
Diantara ajaran beliau yang terkenal adalah sebagai berikut:
Menehono teken marang wong wuto
Menehono mangan marang wong kan luwe
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono ngiyup marang wong kang kudanan
Artinya kurang lebih demikian :
Berilah tongkat kepada orang buta
Berilah makan kepada orang yang kelaparan
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan
Adapun maksudnya adalah sebagai berikut: Berilah petunjuk
kepada orang bodoh (buta) Sejahterkanlah kehidupan rakyat yang miskin
(kurang makan) Ajarkanlah budi pekerti (etika) kepada yang tidak tahu
malu atau belum punya adab tinggi. Berilah perlindungan kepada orang-
orang yang menderita atau ditimpa bencana. Ajaran ini sangat supel,
siapapun dapat mengamalkannya sesuai dengan tingkat dan kemampuan
masing-masing. Bahkan pemeluk agama lainpun tidak berkeberatan
untuk mengamalkannya.

8
Tentang puncak ma’rifat Sunan Drajad menuliskan perumpaannya
sebagai berikut :
“Ilang, jenenge kawula,
Sirna datang ana keri,
Pan ilangwujudira,
Tegese wujude widi,
Ilang wujude iki,
Aneggih perlambangira,
Lir lintang karahinan,
Keserodotan sang hyang rawi,
Artinya:
Hilang jati diri makhluk,
Lenyap tiada tersisa,
Karena hilang wujud keberadaannya
Itulah juga wujud Tuhan,
Itulah yang ada ini,
Adapun persamaannya,
Seperti bintang diwaktu siang
Yang tersinari matahari.
Disamping terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa dermawan
dan sosial, beliau jua dikenal sebagai anggota wali songo yang turut serta
mendukung dinasti Demak dan ikut pula mendirikan mesjid Demak.
Simbol kebesaran umat Islam pada waktu itu.
Dibidang kesenian, disamping terkenal sebagai ahli ukir beliau
juga pertama kali yang menciptakan Gending Pangkur, hingga sekarang
gending tersebut masih disukai rakyat jawa. Sunan Drajad demikian gelar
Raden Qosim, diberikan kepada beliau karena beliau bertempat tinggal di
sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan tingkat ilmunya yang
tinggi, yaitu tingkat atau dejat para ulama muqarrobin. Ulama yang dekat
dengan Allah SWT.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-
tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke
pemerintahan.
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 masehi. Nama
kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin.
Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa
Drajat, Paciran Kabupaten Lamongan.
Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putera Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum
Ibrahim atau Sunan Bonang.
Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian
diperintah untuk berdakwah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari
ulama besar antara Tuban dan Gresik.
Ajaran Sunan Drajad bersumber dari :
1. Al-Quran
2. Sunnah
3. Ijma
4. Qiyas
5. Ajaran guru dan pendidik seperti Sunan Ampel
6. Ajaran dan pemikiran atau paham yang telah tersebar luas di masyarakat
7. Tradisi di masyarakat setempat yang telah ada yang sesuai dengan ajaran
Islam, dan
8. Fatwa Sunan Drajad sendiri.

10
DAFTAR PUSAKA
https://id.scribd.com/document/423665280/MAKALAH-wali-songo-sunan-drajat-docx

11

Anda mungkin juga menyukai