Anda di halaman 1dari 1

Dalem Pancaniti: Penulis dari Pendopo Cianjur*

Aditia Gunawan**
Abstrak
Dalem Pancaniti adalah nama julukan masyarakat terhadap bupati Cianjur tahun 1834-1863. Nama aslinya ialah R.A.A. Kusumaningrat. Julukan “Dalem Pancaniti” diberikan karena ia sering bertafakur di salah satu ruangan di
pendopo yang dinamakan 'Pancaniti' untuk mencari ilham karyanya. Bupati yang bernama kecil Raden Hasan ini dikenal sebagai pelopor Tembang Sunda Cianjuran, jenis kesenian yang sampai saat ini menjadi salah satu ikon seni
musik di Tatar Sunda. Masyarakat Sunda pada umumnya selalu mengaitkan nama tokoh ini dengan Tembang Sunda Cianjuran. Bahkan, piala yang diperebutkan untuk perlombaan tahunan tembang Sunda paling bergengsi di Jawa
Barat disebut “Piala Pancaniti”. Padahal, ada sisi lain yang belum tersentuh dari sosok R.A.A. Kusumaningrat, yaitu kepenulisannya. Karya-karyanya yang masih dalam bentuk naskah (manuskrip) saat ini terdapat di Perpustakaan
Nasional RI, yaitu: Hikayat Bupati Sumedang (HBS), Hikayat Bupati Cianjur (HBC), dan Kamus Melayu-Sunda (KMS). Salah satu karyanya, Kamus Melayu-Sunda, yang selesai ditulisnya pada tahun 1857, menjadikannya sebagai orang
Sunda pertama yang menyusun kamus dwi bahasa. Tulisan ini akan mengkaji teks-teks karya Dalem Pancaniti tersebut dan menempatkannya dalam konteks sejarah pada waktu teks-teks tersebut dihasilkan.

Kata Kunci: Naskah, Teks, Dalem Pancaniti

Biografi Bentuk penyajian Kamus Pancaniti


Raden Adipati Aria Kusumaningrat atau Dalem Pancaniti adalah bupati 1 2 3 4 5
Cianjur yang ke-9 (1834-1863) ketika Cianjur masih menjadi ibu kota
Bahasa Melayu tinggi Bahasa Sunda Ingetan yang
Priangan. Hingga saat ini tahun kelahirannya belum diketahui. Bupati Bahasa Sunda kasar Bahasa Sunda Kawi
dan kasar telah panengah menerangken suatu
yang bernama kecil Raden Hasan ini semasa kecilnya sempat belajar di tercampur persatu perkataan
beberapa pesantren, antara lain di Cigawir, Limbangan. Sebetulnya ia
bukan keturunan langsung dari Aria Wira Tanu Datar, melainkan dari
Tumenggung Prawiradiredja (saudara sepupu Wiratanudatar VI, bupati Rumusan Dalem Pancaniti tentang penggunaan
undak-usuk (tingkatan) Bahasa Sunda.


Cianjur terakhir dari keturunan langsung Wiratanudatar). Ia dianggap
sebagai pelopor seni tembang Sunda, antara lain dengan menciptakan
lagam papantunan yang terinspirasi dari Carita Pantun Sunda dan Adapun bahwa atas katrangan pula daripada bahasa Sunda jikalo tiada kabetulan ada pada atas bahasa
dedegungan yang terinspirasi dari seni degung. panengah iaitu kuat mengambil berpake dari pada bahasa kawi Jawa. Sabegitu pula jikalo tiada ada di atas
kedua bahasa itu baharulah berpake dari pada bahasa kasar juwa. Krana dilakukennya diperbuat adat
R.A.A. Kusumaningrat meninggal dunia pada Hari Sabtu, menjelang
Magrib, tanggal 10 Muharam 1290 H, atau 26 Juni 1863 dan
dimakamkan di komplek pemakaman Pasarean, Cianjur.

Gambaran masyarakat Sunda kepada sosok Dalem Pancaniti


Lukisan R.A.A. Kusumaningrat
karya Raden Saleh tahun 1854
(Dok. KITLV)
perkataan slamanya kebanyakan yang berpake bahasa kawi mlenken dari pada orang-orang kecil bersama
orang kecil yang tiada berpake bahas(a) kawi aken tetapi kuat berpilih jua dari itu bahasa kasar sabaek-
baeknya bahasa kasar adalah jua hisabnya yang kuat diberpake adat bicara. Sahdan pula dari pada orang
besar jikalo berbicara kepada yang ditahta ampunya prentahnya seperti kepada yang sekadarnya dia bicara
dengan sepatutnya iaitu kuatlah jua sekadarnya berpake bahasa panengah, aken tetapi diberpilih jua
sepatutnya sebagemana atas pihaknya yang di tahta prentah itu. seperti kepada orang yang suda tua-tua

terlihat dari sebuah lirik lagu “Degung Putri Layar”, yang dianggap dengen berpangkat, lagipun telah lama memegang pekerjaan. Istimiwa pula kepada sanak kulawarganya itu
sebagai pokok lagu tembang Sunda: dumikianlah adanya.

Binangkit ngarakit dangding Pandai menggubah dangding


Ngaréka ungkara tembang Mencipta kalimat tembang 2. Hikayat Bupati Cianjur
Tabah di margaluyuna Tabah dalam patokan liriknya
Tapis kana dongkarina Terampil dalam ornamentasinya Codex :
Tuguna kabudayaan Tugunya kebudayaan 104C KFH 2/5 (Koleksi Perpusnas RI, Jakarta)
Pupuhunan kasenian Sesepuhnya kesenian Naskah kertas Eropa, berukuran 34 x 21, 5 cm, cap kertas singa
Nyebar lagu dedegungan Menyebarkan lagu dedegungan dalam mahkota bertuliskan PRO PATRIA EENDRAGT MAAKT MAGT,
Tembang katut papantunan Tembang dan papantunan 16 halaman, 37 baris/hlm, aksara Latin, bahasa Melayu. Tersedia
Makam R.A.A. Kusumaningrat di
Kangjeng Dalem Pancaniti Kanjeng Dalem Pancaniti Pasarean, Cianjur (Dok. Ilham pula dalam bentuk mikrofilm Jawa Barat: 1. EFEO/MS-204 rol 26.30
Kamashur jenenganana Terkenal namanya Nurwansyah) 2. EFEO/MS-205 rol 26.31.

Naskah ini berisi teks yang mengisahkan Bupati-bupati di Cianjur sebelum R.A.A. Kusumaningrat.
Daftar Bupati Cianjur sampai R.A.A. Kusumaningrat (Dalem Pancaniti) Sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan diberi pengantar oleh C.M.F. Stockhousen
1677-1691 : 1. R. Aria Wiratanu (Wiratanudatar I) (1863). Hikayat ini sangat kental dengan muatan politik. Dalam Hikayat ini Kusumaningrat
1691-1707 : 2. R. Aria Wiratanu II (Wiratanudatar II/Ngabéhi Wiratanu), anak nomor 1. menceritakan Wiranagara, putra Wiratanudatar VI yang terkenal bengis dan kejam. Karena sifat dari
1707-1726 : 3. R. Aria Wiratanu III (Wiratanudatar III/Astramenggala/Dalem Dicondré), anak nomor 2. Wiranagara, terah Wiratanudatar sebagai Bupati di Cianjur terhenti pada Wiratanudatar VI.
1727-1761 : 4. R. Adipati Wiratanudatar IV (Aria Wiramenggala/Adipati Muhidin), Anak nomor 3. Kusumaningrat berupaya melegitimasi keturunan Prawiradiredja sebagai penerus jabatan Bupati di
1761-1776 : 5. R. Adipati Wiratanudatar V (R. Wiranegara), anak nomor 4. Cianjur.
1776-1813 : 6. R. Adipati AriaWiratanudatar VI, anak nomor 5.
1813-1830 : 7. R. Adipati Prawiradireja (Tumenggung Wiradireja), saudara sepupu nomor 6.
1830-1834 : 8. R. Tumenggung Wiranegara (Dalem Tonggoh), anak nomor 7.
1834-1863 : 9. R. Adipati Kusumaningrat (Dalem Pancaniti), anak nomor 7. 3. Hikayat Bupati Sumedang
Codex :
104A KFH 1/1 (Koleksi Perpusnas RI, Jakarta)
Karya-karyanya Naskah kertas Eropa, berukuran 34 x 21, 5 cm, cap kertas singa
dalam mahkota bertuliskan PRO PATRIA EENDRAGT MAAKT
MAGT, 7 halaman, 38 baris/hlm, aksara Latin, bahasa Melayu.
1. Kamus Melayu-Sunda
Naskah ini berisi teks yang mengisahkan bupati-bupati di
1.1. Codex Sumedang, terutama hubungan baik dan balas budi antara bupati
A. SD 2 (Perpustakaan Nasional RI, Jakarta) Sumedang Adipati Kusumah Dinata (bupati Sumedang 1791-1828)
Kemungkinan besar naskah otograf, karena mencantumkan tandatangan Kusumaningrat di dan Wiratanudatar VI (Bupati Cianjur 1776-1813).
akhir kolofon. Ditulis pada tahun 1857. Naskah ini didapatkan dari R.A.A Kusumahningrat melalui
Penawaran H.C. van der Wijks untuk Perpustakaan BGKW.
B. SD 190 (Perpustakaan Nasional RI, Jakarta) Kesimpulan
Naskah salinan dari SD 2. R.A.A. Kusumaningrat atau Dalem Pancaniti merupakan salah satu tokoh “kraton”, dalam hal ini
C. LOr. 2038 (Mal. 171) (UBL Leiden) Pendopo Cianjur, yang hidup pada masa-masa awal pemberadaban Barat (Belanda) pada pertengahan
Naskah salinan dari naskah Jakarta, aksara Jawa. abad ke-19. Melalui karya-karya seni dan tulisannya, terlihat kepeloporan Dalem Pancaniti pada masa itu.
Kamus Melayu-Sunda yang ditulisnya menjadikan ia sebagai orang Sunda pertama yang menyusun kamus
1.2. Keistimewaan Kamus dan menjadi orang Sunda pertama yang merumuskan tentang penggunaan tingkatan bahasa Sunda.
A. Disusun secara tematik, bukan alfabetik. Hikayat para bupati (Cianjur dan Sumedang) yang ditulisnya dapat dipandang sebagai upaya politis untuk
B. Terdiri dari 173 pasal, mulai pasal keadaan tubuh manusia, sampai pasal istilah pohonan dan mengukuhkan kedudukannya sebagai penerus yang sah dari garis keturunan para bupati sebelumnya.
Buah. Penggunaan bahasa Melayu pada karya-karyanya, selain menunjukkan pengetahuannya, juga
C. Menjadi kamus pertama yang disusun oleh orang Sunda (1857) menunjukkan bahwa tulisan-tulisannya itu ditujukan kalangan pembaca yang lebih luas (terutama
D. Terdapat gagasan penulis mengenai penggunaan undak usuk (tingkatan) bahasa Sunda. Belanda) serta memberikan gambaran tentang kedudukan bahasa Melayu bagi para penguasa pribumi,
terutama di Jawa Barat.

Bibliografi
Behrend, T.E. (ed.), 1998, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Katalog induk naskah-naskah Nusantara
Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise d'Extreme Orient.
Jumlah entri Ekadjati, Edi S. (ed.), 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: LKUP & Universitas
Bahasa Melayu 3095 Padjadjaran.
Bahasa Sunda 5632 Ekadjati, Edi S. Dan Undang A. Darsa, 1999, Jawa Barat; Koleksi lima lembaga (Katalog Induk Naskah-naskah
Jumlah 8727 Nusantara Jilid 5A). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hardjasaputra, A. Sobana, 2004, “Bupati di Priangan: Kedudukan dan Peranannya pada Abad ke-17 - Abad ke-
19”, dalam Bupati di Priangan dan Kajian lainnya mengenai Budaya Sunda (Seri Sundalana 3) hlm. 9-66.
Bandung: Pusat Studi Sunda.
Tanda tangan R.A.A. Kusumaningrat Lubis, Nina H., 1998, Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan
pada naskah Kamus Melayu Sunda
(SD 2) (Dok. Aditia Gunawan)
Sunda.
Cod. Lor. 2038
(Mal. 171)
Sastrahadiprawira, Memed, 1928, Katalog Naskah Sunda (Stensilan, tidak diterbitkan).
(Dok. Aditia Gunawan) Stockhousen, C.M.F., 1863, “Inlandsche verhalen Van den Regent van tjiandjoer in 1857” dalam Bijdragen tot de
Taal-, Land-en Volkenkunde (BKI), 10:291-313.
Suryaningrat, Bayu, [1982], Sajarah Cianjur sareng Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul Cianjur. Jakarta:
Rukun Warga Cianjur.

* Dipresentasikan dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara Manassa ke-14 di Yogyakarta, 11 - 13


September 2012.
** Penulis bekerja di Bidang Layanan Koleksi Khusus (Naskah Kuno) Perpustakaan Nasional RI. Dapat dihubungi
melalui email rotan_jr@yahoo.com atau http://www.naskahsunda.co.cc

Anda mungkin juga menyukai