531 1007 1 SM
531 1007 1 SM
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang kondisi geologi di daerah
Watuagung dan sekitarnya yang meliputi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan sejarah geologi dan
mempelajari fasies-fasies endapan turbidit dari batuan sedimen laut dalam yang tersingkap dan tersebar cukup
luas di daerah penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi literatur, pekerjaan lapangan,
analisa laboratorium dan studio, yang keseluruhannya dituangkan dalam sebuah tulisan laporan tugas akhir.
Hasil penelitian yang di lakukan, secara genetik geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 genetika
pembentukan bentangalam, yaitu satuan geomorfologi punggungan monoklin yang berstadia dewasa dan satuan
geomorfologi dataran aluvial dengan stadia muda. Pola aliran daerah penlitian berpola paralel dan stadia sungai
muda dan dewasa. Secara litostratigrafi, satuan-satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari tua ke
muda adalah satuan batuan batubreksi sisipan batupasir dan lava basalt yang diendapkan pada kala Miosen Akhir
(N15-N17) pada lingkungan laut dalam dengan mekanisme aliran gravitasi. Satuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi diendapkan pada kala Pliosen (N17-N19) dengan mekanisme arus turbit pada
lingkungan laut dalam. Pengendapan kedua satuan secara berangsur ke arah atas berubah facies (menjemari)
dan diperkirakan terjadi pada umur N17. Satuan aluvial sungai merupakan satuan termuda di daerah penelitian
yang merupakan hasil rombakan batuan-batuan yang lebih tua. Struktur geologi di daerah penelitian terjadi
dalam satu periode tektonik yaitu pada kala Pliosen - Plistosen dengan arah gaya utama utara – selatan yang
mengakibatkan satuan batuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt dan satuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi Formasi Halang mengalami perlipatan membentuk struktur monoklin dan sesar-
sesar mendatar Jlegong dan Ijo. Hasil kajian endapan turbidit Formasi Halang yang terdapat di daerah penelitian
dapat disimpulkan bahwa endapan turbidit di daerah penelitian tersusun dari tumpukan lidah kipas (lobes) yang
membentuk kipas laut dalam, akibat aliran gravitasi mulai Upper Fan (Channel Fill) dan Suprafan Lobes on
Middle Fan pada bagian Channeled to Smooth – Smooth Potion of Suprafan Lobes. Tumpukan fasies di daerah
penelitian secara keseluruhan menunjukkan penumpukan endapan kearah laut (progradasi).
Kata Kunci: Endapan Turbidit Formasi Halang, Geologi, Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi.
2. METODOLOGI
2.1. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai dalam Gambar 1. Zona Fisiografi Pulau Jawa Bagian
penelitian dan pemetaan geologi daerah Waatuagung Tengah (Van Bemmelen, 1949).
dan sekitarnya, Kecamatan Tambak, Kabupaten
Banyumas ini meliputi 5 tahap, yaitu: (1) Tahap Zona Depresi Jawa Tengah berupa
Persiapan; (2). Tahap Studi Literatur; (3). Tahap punggungan punggungan dan zona ini menempati
Pekerjaan Lapangan; (4). Tahap Pekerjaan bagian tengah hingga selatan Jawa Tengah. Sebagian
Laboratorium dan Studio dan (5). Penulisan merupakan dataran pantai dengan lebar 10 - 25 km.
Laporan. Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona
Depresi Jawa Tengah yang membentuk kubah dan
punggungan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang
di sepanjang pantai selatan Jawa membentuk
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2
morfologi pantai yang terjal. Namun, di Jawa kelerengan 0o - 2o dan berada pada ketinggian 12,5 –
Tengah, zona ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah. 50 mdpl.
Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
3.1.2. Geomorfologi Daerah Penelitian adalah muda didasarkan pada proses-proses
Dari kenampakan ciri-ciri bentangalam di geomorfologi seperti erosi dan sedimentasi dari
daerah penelitian mempunyai bentuk morfologi material lepas hasil rombakan batuan lebih tua masih
berupa punggungan yang memanjang relatif barat - tetap berlangsung hingga saat ini.
timur, yang tersusun oleh satuan batuan breksi
sisipan batupasir dan lava basalt, dan satuan 3. Pola Aliran dan Genetika Sungai
batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi Menurut Thornbury (1969), pola aliran sungai
dan morfologi dataran yang berupa dataran aluvial mencerminkan pengaruh beberapa faktor antara lain:
sungai. struktur, variasi dari kekerasan batuan, sudut lereng,
sejarah geologi serta geomorfologi dari suatu daerah.
1. Satuan Geomorfologi Punggungan Pola aliran sungai daerah penelitian yaitu berpola
Monoklin paralel. Pola aliran sungai paralel merupakan Suatu
Satuan geomorfologi punggungan monoklin sistem aliran terbentuk oleh lereng yang curam,
ditunjukan oleh warna ungu pada peta geomorfologi bentuk aliran-aliran sungai berbentuk lurus
dan satuan ini menempati 88,5% dari luas daerah mengikuti arah lereng dengan kemiringan lereng
penelitian. Satuan geomorfologi ini berada dibagian seragam.
utara lembar peta yang mencakup beberapa desa, Tipe genetika sungai konsekuen adalah sungai
yaitu: Desa Bongangin, Desa Wagirpandan, Desa yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan
Wonoharjo, Desa Gumelar Kidul, dan Desa lapisan batuan. Di daerah penelitian, sungai-sungai
Jatiluhur. yang memiliki tipe genetik sungai ini adalah Sungai
Secara genetik satuan ini di kontrol oleh Lanang, Sungai Ijo, Sungai Tambak, dan Sungai
struktur perlipatan membentuk punggungan Jlegong, sedangkan tipe genetik sungai subsekuen
monoklin dan disusun oleh batuan sedimen berupa merupakan tipe genetik sungai yang memperlihatkan
satuan batuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt aliran sungai searah dengan jurus lapisan batuan.
serta satuan batuan batupasir selang-seling Sungai tipe ini dapat diamati dengan jelas pada
batulempung. Morfometeri satuan ini berada pada Sungai Jlegong.
ketinggian 50 mdpl – 600 mdpl dan kelerengan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
berkisar antara 2° - 35°. terhadap sungai-sungai yang terdapat di daerah
Proses geomorfologi yang teramati pada penelitian maka proses erosi sungai di daerah
satuan ini berupa pelapukan dan erosi (denudasi) penelitian secara umum pada tahapan muda dan
batuan. Hasil proses pelapukan berupa lapisan tanah dewasa. Sungai-sungai yang memiliki tahapan muda
(soil) dengan ketebalan berkisar 0,5 – 2 meter antara lain sungai Lemungsur, sungai Srengseng,
sedangkan hasil proses erosi berupa alur-alur sungai Donoloyo, Sungai Lanang, Sungai Jlegong,
berbentuk Saluran (Gully) hingga berupa Lembah dan Sungai Ngadjarsa dan Sungai-sungai yang
(Valley). berada dalam stadia erosi dewasa adalah Sungai
Jentera geomorfik satuan geomorfologi Lanang, Sungai Gumelar, Sungai Jlegong, Sungai
punggungan monoklin adalah dewasa didasarkan Tambak, Sungai Ijo, dan Sungai Gumelar.
pada kenampakan bentuk-bentuk bentangalamnya
yang memperlihatkan bentuk punggungan bukit 3.2. Stratigrafi
yaang telah mengalami pelapukan dan erosi yang 3.2.1. Stratigrafi Lembar Banyumas
cukup intensif membentuk alur-alur berbentuk Hasil penelitian geologi lembar Banyumas
ravine hingga valley dengan interval relief yang yang dilakukan oleh Asikin dkk (1992) pada Zona
cukup tinggi sehingga relief topografinya bertekstur Pegunungan Serayu Selatan, menunjukan bahwa
kasar. batuan-batuan yang menyusun Zona Pematang dan
Kubah Pada Pusat Depresi dari yang tertua hingga
2. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial termuda adalah Fm. Karangsambung, Fm. Watu-
Genetika Satuan Geomorfologi Dataran randa, Fm. Kalipucung, Fm. Penosogan, Fm. Halang
Aluvial terjadi dari hasil pengendapan material lepas dan Fm. Tapak dan Endapan Undak dan Aluvial
hasil pelapukan dan erosi yang diangkut oleh air Pantai dan Sungai.
sungai. Pada peta geomorfologi, satuan ini
menempati 11,5% dari luas daerah penelitian dan 3.2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
diberi warna hijau. Morfometri satuan ini dicirikan Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran
oleh bentuk bentangalam yang datar, memiliki dan pemerian batuan-batuan yang tersingkap di
daerah penelitian terdapat 3 satuan batuan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3
sungai Jlegong dengan kondisi relatif segar.
Secara megaskopis batuan breksi berwarna
abu-abu kehitaman, fragmen berupa batuan beku
basalt berukuran 0,2 cm – 60 cm, bentuk menyudut-
menyudut tanggung, terpilah buruk, kemas terbuka,
semen silika, dan masadasar pasir tufan berukuran
pasir sedang.
Basalt sebagai sisipan berwarna abu-abu
1. Breksi sisipan Batupasir dan Lava Basalt kehitaman, hipokristalin, vitrofirik, anhedral -
(Anggota Breksi Formasi Halang). subhedral, inequigranular, komposisi mineral olivin,
a. Penyebaran dan Ketebalan piroksen, plagioklas, sedikit biotit dan hornblend.
Satuan ini tersebar di bagian utara lembar peta Batupasir berwarna abu-abu, ukuran pasir
dengan luas penyebaran 50,7% dari luas daerah halus, bentuk membundar-menyudut tanggung,
penelitian dan pada peta geologi diberi warna terpilah baik, kemas tertutup, sementasi non-
cokelat. Kedudukan lapisan satuan batuan breksi karbonat. Komposisi kuarsa, feldspar, lithik.
sisipan batupasir dan lava basalt diukur pada sisipan Berdasarkan analisa petrografi dan conto batuan
batupasirnya dan diperoleh kedudukan berkisar yang diambil di LP 4 diperoleh nama Arcossic
antara N100˚E - N 125˚ E dan kemiringan batuan Wacke (Gilbert, 1953). Deskripsi sayatan tipis
berkisar antara 13˚ - 45˚. Arah kemiringan lapisan (petrografi) dapat dilihat pada lampiran analisa
satuan ini umumnya ke arah selatan membentuk petrografi.
struktur monoklin.
Ketebalan satuan batuan breksi sisipan batu- c. Umur dan Lingkungan Pengendapan
pasir dan lava basalt dihitung dari penampang Penentuan umur satuan batuan breksi sisipan
geologi dan diperoleh ketebalan mencapai lebih dari batupasir dan lava basalt di daerah penelitian
1450 meter, sedangkan ketebalan satuan ini menurut didasarkan kepada hukum superposisi dari Steno.
Ter Haar (1934) mencapai 200 meter dan menipis ke Data lapangan menunjukan bahwa satuan batuan
arah bagian selatan dan menurut Sukendar Asikin breksi sisipan batupasir dan lava basalt di daerah
ketebalan Formasi Halang 1000 meter. penelitian secara stratigrafi berada di bagian bawah
dari satuan batuan batupasir selang-seling
b. Ciri Litologi batulempung sisipan breksi. Hubungan stratigrafi
Satuan batuan breksi sisipan batupasir dan satuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt
lava basalt dicirikan oleh dominasi batuan breksi dengan satuan batuan batupasir selang-seling
sedangkan batupasir dan lava basalt hanya dijumpai batulempung sisipan breksi diatasnya adalah selaras
dibeberapa tempat. Di lapangan ketebalan lapisan didasarkan kedudukan lapisan batuannya yang sama.
breksi sulit ditentukan mengingat batas bawah dan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa satuan
atasnya tidak begitu jelas sedangkan ketebalan batuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt
lapisan batupasir sebagai sisipan pada satuan ini merupakan satuan batuan yang tertua yang
berkisar 60 cm – 120 cm. Hasil pengamatan di tersingkap di daerah penelitian.
lapangan, struktur-struktur sedimen yang terdapat Hasil analisa fosil foraminifera planktonik
pada satuan batuan ini tidak begitu jelas, atau tidak pada satuan batupasir selang-seling batulempung
ada. Batupasir pada satuan ini tersingkap di sungai- sisipan breksi yang berada diatasnya diperoleh
kisaran umur N15 – N19. dan menurut peneliti
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4
terdahulu yaitu Sukendar Asikin dkk. (1992) umur antara N 80˚E - N 105˚E dan kemiringan lapisan
Formasi Halang adalah N15 – N19. Berdasarkan data- batuan berkisar antara 18˚ - 25˚.
data tersebut diatas, maka penulis berkesimpulan Ketebalan satuan batuan batupasir selang-
bahwa satuan batuan breksi sisipan batupasir dan seling batulempung sisipan breksi berdasarkan
lava basalt yang terdapat di daerah penelitian adalah pengukuran penampang geologi adalah > 800 meter,
berumur N15 – N17 atau kala Awal Miosen Akhir. sedangkan ketebalan satuan ini menurut Ter Haar
Lingkungan pengendapan satuan batuan (1934) dan menurut Sukendar Asikin dkk (1992)
breksi sisipan batupasir dan lava basalt di daerah adalah 1000 meter.
penelitian ditafsirkan berdasarkan kenampakan fisik
batuan breksi dan pemerian petrologi / petrografi b. Ciri Litologi
batuan breksi. Kenampakan fisik breksi yang Bagian bawah satuan batuan ini didominasi
terdapat di daerah penelitian memperlihatkan adanya oleh perselingan batupasir dan batulempung, dengan
struktur “debris flow” dan sekuen menghalus keatas. ketebalan lapisan batupasir mulai 2 cm - 2 m. dan
Sedangkan secara petrologi dan petrografinya, masa batulempung berkisar antara 5 cm – 40 cm serta
dasar dari breksi berjenis Chiefly volcanic wacke dan breksi berkisar antara 60 cm – 3 m. Struktur sedimen
batupasir sebagai sisipan di dalam breksi berjenis yang dijumpai pada satuan ini lapisan bersusun
Arcossic wacke. Berdasarkan data-data tersebut (gradded bedding), laminasi sejajar (parallel
diatas maka satuan breksi sisipan batupasir dan lava lamination), struktur silang-siur (cross bedding) dan
basalt yang ada di daerah penelitian dapat ditafsirkan struktur gelembur gelombang (ripple mark).
sebagai batuan yang diendapkan dengan mekanisme Bagian tengah satuan ini masih dicirikan oleh
aliran gravitasi dan apabila dihubungkan dengan perselingan batupasir dan batulempung dengan
model kipas hipotetis bawah laut dari Walker (1978), ketebalan lapisan batupasir berkisar 10 cm – 1 m. dan
maka satuan batuan breksi sisipan batupasir dan lava batulempung berkisar 20 cm – 40 cm. Breksi sebagai
basalt yang ada di daerah penelitian dapat ditafsirkan sisipan pada satuan ini semakin berkurang di bagian
sebagai endapan turbidit facies Upper Fan. tengah satuan.
Bagian atas dari satuan ini dicirikan oleh
d. Kedudukan Stratigrafi perselingan batupasir dan batulempung dengan
Satuan batuan breksi sisipan batupasir dan ketebalan lapisan batupasirnya berkisar 10 cm – 60
lava basalt dengan satuan dibawahnya yaitu tidak cm dan batulempung berkisar 10 cm – 80 cm.
tidak dijumpai sedangkan hubungan stratigrafi Struktur sedimen yang dijumpai berupa laminasi
dengan satuan batuan diatasnya yaitu satuan sejajar (parallel lamination) dan gelembur
batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi gelombang (ripple mark).
adalah berubah facies. Secara megaskopis batuan batupasir berwarna
abu-abu kecoklatan, ukuran pasir halus - sedang,
e. Kesebandingan Stratigrafi bentuk menyudut - menyudut tanggung, terpilah
Satuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt yang sedang, kemas terbuka, semen silika, struktur
terdapat di daerah penelitian memiliki ciri litologi sedimen yang dijumpai graded bedding (Ta),
yang sama dengan ciri Anggota Breksi Formasi parallel lamination (Tb), cross bedding (Tc), dan
Halang (Asikin dkk, 1992) sehingga penulis ripplemark (Tc). Komposisi mineral: kuarsa,
menyatakan bahwa satuan ini merupakan bagian dari feldspar dan litik. Secara mikroskopis sayatan tipis
Anggota Breksi Formasi Halang. dari batupasir yang diambil dari contoh di lokasi
pengamatan LP-85 adalah Lithic Wacke (Gilbert,
1. Satuan Batupasir selang seling 1954).
Batulempung sisipan Breksi (Formasi Batulempung pada satuan ini berwarna abu-
Halang). abu, ukuran lempung, sebagian bersifat karbonatan,
a. Penyebaran dan Ketebalan. retas tersusun dari mineral lempung.
Penamaan satuan ini didasarkan pada Breksi berwarna hitam kelabu, fragmen terdiri
singkapan-singkapan yang diamati di lapangan dari batuan beku andesit berukuran 0,2cm - 3,5cm,
berupa perselingan batupasir dan batulempung menyudut- menyudut tanggung, terpilah buruk,
sedangkan singkapan breksi dijumpai sebagai kemas terbuka, dan, masa dasar berukuran butir pasir
sisipan pada satuan ini. Satuan ini tersebar di bagian halus. Secara mikroskopis sayatan tipis dari fragmen
tengah lembar peta dengan luas 37,8% dari luas peta breksi adalah Andesite (Williams, 1954). Diskripsi
tersebar dari barat ke arah timur. Satuan ini pada peta petrografi dapat dilihat pada lampiran analisa
geologi diberi warna kuning. Umumnya singkapan petrografi.
batuan pada satuan ini menunjukan perlapisan yang
cukup baik dengan kedudukan lapisan berkisar
d. Kedudukan Stratigrafi
Satuan batuan batupasir selang-seling
batulem-pung sisipan breksi dengan satuan breksi
sisipan batupasir dan lava basalt yaitu terjadi
Gambar 2. Evolusi Zona Penunjaman Pulau Jawa
perubahan facies atau menjemari dibagian bawah
(Katili, 1975 dalam Sujanto, 1977).
satuan. Hubungan dengan satuan yang ada di atasnya
yaitu satuan endapan aluvial adalah tidak selaras Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui
yaitu dibatasi oleh bidang erosi. bahwa pola umum struktur berarah timurlaut -
baratdaya merupakan pola meratus yaitu pola yang
e. Kesebandingan Stratigrafi paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini
Satuan batuan batupasir selang-seling berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam
batulempung sisipan breksi yang terdapat di daerah jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui
penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan Karangsambung hingga di daerah Cimandiri Jawa
ciri Formasi Halang yaitu terdiri dari perselingan Barat pada zaman Kapur Akhir - Paleosen.
batupasir dan batulempung serta sisipan breksi dan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6
Pola Sunda terbentuk pada kala Eosen-Oligo- a. Sesar Geser Jurus Jlegong.
sen berupa struktur regangan yang berarah Utara- Sesar geser jurus Jlegong dijumpai dibagian
Selatan. Data seismik menunjukan sesar ini timur daerah penelitian disepanjang sungai Jlegong.
mengaktifkan kembali pola umum struktur berarah Sesar geser jurus Jlegong ini diperkirakan
timurlaut-baratdaya. memanjang sejauh 5,5 km dengan arah sesar
Pola jawa merupakan pola umum struktur timurlaut - baratdaya. Indikasi-indikasi sesar geser
berarah timur - barat pada kala Oligosen Akhir jurus Jlegong yang ditemukan dilapangan adalah
menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan sebagai berikut:
kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya Pergeseran lapisan batuan (offset batuan) di
(Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan Sungai Jlegong pada lokasi pengamatan LP-59
bahwa pola sesar naik dengan arah barat - timur dengan arah bidang sesar N220°E/50°. Pada bidang
masih aktif hingga sekarang. sesar dijumpai cermin sesar dengan arah 70o, N 65o
E, Pitch: 53o. Pergeseran lapisan batuan (offset
3.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian batuan) di anak sungai Lanang dengan arah bidang
Berdasarkan hasil analisa peta topografi skala sesar N227°E. Dari indikasi-indikasi sesar tersebut
1: 25.000 dan pengamatan lapangan, yang meliputi yang diplotkan pada peta, maka dapat ditarik
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, kesimpulan bahwa sesar geser jurus Jlegong dengan
serta dijumpainya indikasi-indikasi struktur geologi arah baratdaya-timurlaut mempunyai pergerakan
berupa; kekar (fractures), bidang sesar, pergeseran mengiri (sinistral strike slip fault).
lapisan batuan (offset), cermin sesar (slicken side),
kedudukan lapisan yang tidak teratur, zona b. Sesar Geser Jurus Ijo
breksiasi/milonitisasi, dan kelurusan sungai, Sesar ini dinamakan sesar geser jurus Ijo
pembelokan sungai yang tiba-tiba serta unsur dikarenakan dijumpai di Sungai Ijo dengan arah
topografi berupa offset bukit dan lain sebagainya, sesar memanjang dari baratlaut - tenggara dengan
maka struktur geologi yang terdapat di daerah panjang 5,0 km. Adapun indikasi adanya sesar geser
penelitian adalah: (a). Struktur Perlipatan dan (b). jurus di daerah penelitian, yaitu:
Struktur Sesar. Pergeseran lapisan batuan (offset batuan) di
Untuk mempermudah dalam pengenalan dari hilir Sungai Ijo dengan arah bidang sesar
setiap struktur-struktur geologi yang terdapat di N152°E/56o. Pergeseran lapisan batuan (offset
daerah penelitian, maka penamaannya disesuaikan batuan) di hilir Sungai Ijo dengan arah bidang sesar
dengan nama lokasi geografis setempat dimana N156° E. Berdasarkan data-data tersebut diatas maka
indikasi struktur geologi dijumpai. dapat disimpulkan bahwa sesar geser jurus Ijo
merupakan sesar geser jurus menganan (dextral).
1). Struktur Lipatan
Struktur lipatan yang berkembang di daerah 3.3. Urutan Pembentukan Struktur Geologi
penelitian adalah bagian struktur perlipatan berupa Daerah Penelitian
struktur monoklin. Struktur monoklin di cirikan oleh Berdasarkan data dan pengamatan dilapangan
arah kemiringan lapisan yang seragam kesatu arah. dan dipadukan dengan konsep pembentukan struktur
Struktur monoklin yang terdapat di daerah memiliki Moody and Hill (1954), maka arah umum gaya yang
kemiringan lapisan batuan kearah selatan dengan bekerja di daerah penelitian mempunyai arah relatif
kedudukan perlapisan berkisar antara N750E - N1200 Utara-Selatan. Arah gaya utama yang bekerja di
E dan kemiringan lapisan batuan 180 - 450. daerah penelitian diketahui berdasarkan hasil analisa
kedudukan jurus-jurus perlapisan batuan yang
2). Struktur Sesar / Patahan umumnya berarah barat – timur (E – W, maka arah
Struktur sesar yang didapati di daerah gaya utama tegak lurus dengan jurus perlapisan
penelitian adalah sesar mendatar atau sesar geser batuan yaitu berarah N 20 E.
jurus. Penentuan sesar tersebut didasarkan atas atas Gaya ini merupakan hasil aktivitas tektonik
data yang diperoleh langsung dari lapangan. yang diperkirakan terjadi pada saat orogenesa
Berdasarkan hasil pengamatan dan Pliosen - Plistosen. Gaya ini menekan seluruh satuan
pengukuran di lapangan, yang meliputi pengukuran batuan breksi sisipan batupasir dan lava basalt
jurus dan kemiringan lapisan batuan, serta indikasi- (Anggota Breksi Formasi Halang) serta satuan
indikasi struktur geologi berupa bidang sesar, cermin batuan batupasir selang-seling batulempung sisipan
sesar, offset lapisan batuan dan zona hancuran atau breksi Formasi Halang, membentuk struktur
milonitisasi/breksiasi. perlipatan berupa struktur monoklin. Gaya yang
menekan daerah ini terus berlangsung hingga
melewati batas ambang elastisitas batuan, sehingga
Paralel Laminasi
Paralel Laminasi
Graded Bedding