Anda di halaman 1dari 64

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PELECEHAN SEKSUAL DI


MASA PANDEMI COVID-19 MENURUT MAHASISWI UNIVERSITAS
ISLAM BANDUNG

Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu Ririn Sri Kuntorini, Dra.,M.Hum

Diusulkan Oleh:
ABIDAH SYAKIRAH – 10050021273

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2022
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
"Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual Di Masa Pandemi Covid-19
Menurut Mahasiswi Universitas Islam Bandung” dengan tepat waktu.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ririn Sri Kuntorini
selaku guru mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan kepada
penulis dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi untuk berdiskusi dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan pada karya tulis ilmiah ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya
penulis. Penulis juga berharap semoga karya tulis ilmiah ini mampu memberikan
pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca.

Bandung, 23 Desember 2021

Abidah Syakirah

ii
ABSTRAK

Di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, orang-orang mengisi waktu


luang mereka dengan bermain sosial media, termasuk untuk menghilangkan rasa
jenuh karena tidak dapat bertemu dengan orang lain. Namun, media sosial ini dapat
menimbulkan dampak yang negatif, dampak negatif ini seperti tindakan kurang
pantas di media sosial. Salah satunya adalah pelecehan seksual. Maka dari itu,
penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh media sosial pada
pelecehan seksual menurut mahasiswa Universitas Islam Bandung. Penelitian ini
menggunakan metode analisis data kuantitatif dengan mengambil hasil data
responden melalui survey di google form. Maka didapatkan hasil dari penelitian ini
adalah kasus pelecehan seksual meningkat karena meningkatnya penggunaan
media sosial, terutama saat masa pandemi Covid-19 seperti ini.
Kata kunci: pelecehan seksual, media sosial

iii
ABSTRACT
In the current era of the Covid-19 pandemic, people fill their spare time by
playing social media, including to relieve boredom from not being able to meet
other people. However, this social media can have a negative impact, this negative
impact is like inappropriate actions on social media. One of them is sexual
harassment. Therefore, this study wants to examine more deeply the influence of
social media on sexual harassment according to students at the Islamic University
of Bandung. This study uses quantitative data analysis methods by taking the results
of respondent data through a survey on google form. So the results from this study
are cases of sexual harassment are increasing due to the increasing use of social
media, especially during the Covid-19 pandemic like this.
Keywords: sexual harassment, social media

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I (PENDAHULUAN) 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II (LANDASAN TEORI) 6
2.1 Definisi Pengaruh 6
2.2 Definisi Media Sosial 6
2.3 Definisi Pelcehan Seksual 8
2.4 Definisi Wanita Remaja dan Dewasa 9
2.5 Definisi Pandemi Covid-19 10
BAB III (HASIL DAN PEMBAHASAN) 11
3.1 Fenomena Pelecehan Seksual di Media Sosial 11
3.2 Analisis Data 11
3.3 Kajian Islam 30
3.4 Hasil Penelitian 32
BAB IV (KESIMPULAN DAN SARAN) 33
4.1 Kesimpulan 33
4.2 Saran 34
SINOPSIS 35
DAFTAR PUSTAKA 37
INDEKS 40

v
LAMPIRAN 41
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 53

vi
DAFTAR TABEL
3.2.1 Tabel 1 12
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Usia Mahasiswi”)
3.2.2 Tabel 2 13
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Platform media sosial apa
yang Anda gunakan?”)
3.2.3 Tabel 3 13
(Data hasil survey responden terhadap pernyataan “Pandemi Covid-19
berpengaruh pada kenaikan jumlah penggunaan media sosial”)
3.2.4 Tabel 4 14
(Data hasil survey responden terhadap pernyataan “Media sosial sangat
berpengaruh dalam kenaikan masalah pelecehan seksual di masa pandemi
Covid-19”)
3.2.5 Tabel 5 15
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pernahkan Anda
menyaksikan kejadian pelecehan seksual di media sosial?”)
3.2.6 Tabel 6 16
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pernahkan kejadian
pelecehan seksual di media sosial tersebut terjadi pada diri Anda sendiri?”)
3.2.7 Tabel 7 16
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Bagaimana bentuk pelecehan
seksual yang pernah Anda saksikan/alami di media sosial?”)
3.2.8 Tabel 8 17
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Siapakah kemungkinan
pelaku dari tindakan pelecehan seksual yang pernah Anda saksikan/alami di
media sosial?”)
3.2.9 Tabel 9 18
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Manakah menurut Anda dari
kedua jenis gender berikut yang sering menjadi pelaku dari tindakan pelecehan
seksual di media sosial?”)
3.2.10 Tabel 10 19
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pada platform media sosial
apakah bentuk pelecehan seksual tersebut Anda saksikan/alami?”)
3.2.11 Tabel 11 20

vii
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Bagaimana respon Anda
ketika menyaksikan/mengalami pelecehan seksual di media sosial tersebut?”)
3.2.12 Tabel 12 21
(Data hasil survey responden terhadap pernyataan “Banyaknya kasus pelecehan
seksual di media sosial ini membuat Anda merasa khawatir”)
3.2.13 Tabel 13 22
(Data hasil survey responden terhadap pernyataan “Banyaknya kasus pelecehan
seksual di media sosial ini membuat Anda merasa tidak aman dan gelisah dalam
bermain media sosial”)
3.2.14 Tabel 14 23
(Data hasil survey responden terhadap pernyataan “Pelecehan seksual di media
sosial sangat berdampak pada kesehatan mental korbannya”)
3.2.15 Tabel 15 24
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Menurut Anda apa sajakah
dampak yang mungkin dapat terjadi pada kesehatan mental korban pelecehan
seksual di media sosial?”)
3.2.16 Tabel 16 25
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Apa cara yang paling efektif
menurut Anda dalam menangani masalah pelecehan seksual di media sosial?”)
3.2.17 Tabel 17 26
(Data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Berikan saran/kritik/keluhan
Anda mengenai tindakan pelecehan seksual di media sosial!)

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2.1 12
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Usia Mahasiswi”)
Gambar 3.2.2 13
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Platform media
sosial apa yang Anda gunakan?”)
Gambar 3.2.3 14
(Diagram data hasil survey responden terhadap pernyataan “Pandemi Covid-19
berpengaruh pada kenaikan jumlah penggunaan media sosial”)
Gambar 3.2.4 15
(Diagram data hasil survey responden terhadap pernyataan “Media sosial sangat
berpengaruh dalam kenaikan masalah pelecehan seksual di masa pandemi
Covid-19”)
Gambar 3.2.5 15
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pernahkan Anda
menyaksikan kejadian pelecehan seksual di media sosial?”)
Gambar 3.2.6 16
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pernahkan kejadian
pelecehan seksual di media sosial tersebut terjadi pada diri Anda sendiri?”)
Gambar 3.2.7 17
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Bagaimana bentuk
pelecehan seksual yang pernah Anda saksikan/alami di media sosial?”)
Gambar 3.2.8 18
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Siapakah
kemungkinan pelaku dari tindakan pelecehan seksual yang pernah Anda
saksikan/alami di media sosial?”)
Gambar 3.2.9 19
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Manakah menurut
Anda dari kedua jenis gender berikut yang sering menjadi pelaku dari tindakan
pelecehan seksual di media sosial?”)
Gambar 3.2.10 20
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Pada platform
media sosial apakah bentuk pelecehan seksual tersebut Anda saksikan/alami?”)
Gambar 3.2.11 21

ix
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Bagaimana respon
Anda ketika menyaksikan/mengalami pelecehan seksual di media sosial
tersebut?”)
Gambar 3.2.12 22
(Diagram data hasil survey responden terhadap pernyataan “Banyaknya kasus
pelecehan seksual di media sosial ini membuat Anda merasa khawatir”)
Gambar 3.2.13 23
(Diagram data hasil survey responden terhadap pernyataan “Banyaknya kasus
pelecehan seksual di media sosial ini membuat Anda merasa tidak aman dan
gelisah dalam bermain media sosial”)
Gambar 3.2.14 24
(Diagram data hasil survey responden terhadap pernyataan “Pelecehan seksual
di media sosial sangat berdampak pada kesehatan mental korbannya”)
Gambar 3.2.15 25
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Menurut Anda apa
sajakah dampak yang mungkin dapat terjadi pada kesehatan mental korban
pelecehan seksual di media sosial?”)
Gambar 3.2.16 26
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Apa cara yang
paling efektif menurut Anda dalam menangani masalah pelecehan seksual di
media sosial?”)
Gambar 3.2.17 30
(Diagram data hasil survey responden terhadap pertanyaan “Berikan
saran/kritik/keluhan Anda mengenai tindakan pelecehan seksual di media
sosial!)

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 41
(Artikel Rujukan)
Lampiran 2 51
(Tautan Kuesioner Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual di Masa
Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi Universitas Islam Bandung)
Lampiran 3 51
(Tampilan awal Kuesioner Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual
di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi Universitas Islam Bandung)
Lampiran 4 51
(File hasil data jawaban keseluruhan responden dari Kuesioner Pengaruh Media
Sosial Terhadap Pelecehan Seksual di Masa Pandemi Covid-19 Menurut
Mahasiswi Universitas Islam Bandung)

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-21 ini, kehidupan manusia banyak mengalami perubahan,


salah satunya adalah pada penggunaan media sosial yang sudah berkembang
dengan sangat pesat. Media sosial sendiri sudah menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, ditambah lagi dengan kondisi pandemi
Covid-19 seperti sekarang ini yang membuat orang menjadi hidup dalam dunia
maya, banyak orang yang jenuh berada di rumah dalam jangka waktu lama,
maka mereka mulai mencari hiburan, dan salah satunya adalah dengan bermain
media sosial. Media sosial yang beredar sekarang ini terbilang cukup banyak,
seperti Instagram, TikTok, Twitter, Whatsapp, Youtube, dan masih banyak
lainnya. Adapula aplikasi media sosial yang berhubungan dengan kencan
online, dan tentu banyak orang menggunakan aplikasi sejenis ini untuk mencari
sekadar teman atau pasangan. Tidak jarang juga seseorang memiliki lebih dari
satu akun media sosial dengan berbagai alasan. Aplikasi – aplikasi media sosial
ini membuat para penggunanya dapat memperoleh akses jejaring sosial secara
luas bahkan sampai seluruh dunia. Media sosial pun memberikan ruang kepada
para penggunanya untuk melakukan berbagai hal, mulai dari hal yang positif
sampai hal yang negatif. Pengguna media sosial pun tidak dapat dibilang
sedikit, karena di Indonesia sendiri pengguna media sosialnya mencapai 170
juta orang. Dengan jumlah orang tersebut, tidak jarang juga dari mereka
menyalahgunakan media sosial dengan hal – hal yang kurang baik atau tidak
sepantasnya dilakukan.

Berbicara mengenai hal negatif yang terjadi di media sosial, hal ini
berhubungan dengan perilaku menyimpang seperti cyberbullying, pelecehan
seksual, penipuan, dan lainnya yang dilakukan oleh para pengguna tidak
bertanggung jawab dari media sosial tersebut. Salah satu perilaku menyimpang
yang banyak ditemui pada media sosial adalah kekerasan dan pelecehan
seksual, terutama korban yang cukup banyak adalah pada wanita mulai dari usia
remaja hingga dewasa. Pada awalnya, pelecehan seksual banyak terjadi secara
langsung ketika pelaku bertemu dengan korban. Namun, seiring adanya
perubahan dan perkembangan pada media sosial dan berkurangnya kontak
langsung akibat pandemi, maka pelecehan seksual ini beralih dilakukan di
media sosial. Di Indonesia sendiri, kasus – kasus pelecehan seksual ini banyak
di alami oleh wanita. Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh Komnas
Perempuan, kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2020 adalah
sebesar 299.911 kasus, dan kasus yang paling menonjol adalah kekerasan
seksual sebanyak 55% dan di dalamnya terdapat kasus – kasus pelecehan
2

seksual yang mencapai 181 kasus. Begitupun dengan kasus – kasus di ruang
online, seperti kekerasan berbasis gender yang meningkat pada tahun 2020. Hal
– hal semacam ini yang sudah seharusnya menjadi perhatian semua pihak.

Pelecehan seksual ini sendiri diartikan sebagai tindakan bernuansa seksual


yang disampaikan secara fisik atau non-fisik dan secara langsung atau tidak
langsung pada bagian tubuh seksual seseorang menurut Komnas Perempuan.
Dalam konteks pelecehan seksual yang terjadi di media sosial, maka perlakuan
yang didapatkan adalah tindakan bernuansa seksual secara tidak langsung.
Pelecehan seksual yang terjadi di media sosial umumnya berupa komentar –
komentar atau pendekatan – pendekatan terkait dengan seks pada laman akun
media sosial seseorang yang menjadi korban pelecehan seksual tersebut.
Menurut riset yang dilakukan oleh firma keamanan digital, Norton, sebanyak
76% dari 1.000 responden wanita yang berusia dibawah 30 tahun pernah
mengalami pelecehan seksual secara online atau berarti di media sosial (Aprilia,
2017). Kalimat – kalimat vulgar, ajakan chat yang bersifat menggoda dan
mengganggu, serta kiriman atau permintaan foto – foto vulgar sudah sangat
banyak bertebaran di media sosial, dan hal ini yang termasuk dalam
pembahasan pelecehan seksual di media sosial. Peran media sosial terhadap
masalah pelecehan seksual ini juga terbilang penting, karena media sosial
menjadi sarana dari oknum – oknum tidak bertanggung jawab tersebut
melaksanakan aksi menyimpangnya, tidak jarang juga dari mereka dapat
menyembunyikan identitas asli dirinya, sehingga tidak dapat diketahui
identitasnya.

Pelecehan seksual yang dialami oleh wanita biasanya dilakukan oleh pria.
Sehingga, pandangan masyarakat terhadap wanita adalah sebagai objek seks
guna memenuhi hasrat seksual para pria. Tentu saja pandangan tersebut menjadi
hal yang sangat kontroversial, apalagi ketika seorang wanita mengalami
pelecehan seksual, seringkali yang menjadi sasaran kesalahannya adalah cara
berpakaian wanita tersebut, atau kegiatan yang dilakukan wanita tersebut.
Padahal kenyataannya, banyak juga wanita dengan pakaian tertutup tetap
terkena pelecehan seksual tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat
menganggap sepele masalah pelecehan seksual, karena stigma yang terbentuk
adalah pelecehan seksual terjadi karena kesalahan dari diri wanita itu sendiri.
Sama halnya dengan yang terjadi di media sosial, hak atas kebebasan untuk
mengunggah kegiatan atau foto diri terasa terancam karena adanya oknum –
oknum yang kerap melakukan pelecehan seksual di media sosial tersebut.

Salah satu kasus yang pernah terjadi dan ramai diperbincangkan


masyarakat mengenai pelecehan seksual adalah video unggahan di platform
media sosial Youtube oleh salah seorang penyanyi, yaitu Young Lex. Ia
3

mengunggah video ulasan album Blackpink, yaitu salah satu girl band dari
Korea Selatan dan melakukan pelecehan seksual dengan mengucapkan kata –
kata yang kurang pantas untuk diucapkan (Tirto.id, 2017). Selain kasus ini,
adapula kasus akun twitter yang menjadi tempat berkumpulnya oknum
pelecehan seksual dengan tindakannya, yaitu mengambil foto tanpa izin dan
mengunggahnya di media sosial guna memenuhi fantasi orang – orang tersebut
(Vice.com, 2017). Tidak hanya itu saja, namun masih sangat banyak kejadian
pelecehan seksual di media sosial, baik yang terungkap atau yang hanya
dipendam sendiri oleh korban.

Secara global, pelecehan seksual sudah sangat sering terjadi dan tentunya
banyak orang yang mengalaminya ataupun sekadar menjadi saksi dari tindakan
pelecehan seksual tersebut. Terjadinya pelecehan seksual di media sosial ini
tentu memiliki dampak pada kehidupan korban, salah satunya adalah pada
kesehatan mentalnya. Seperti salah satu kasus yang terjadi pada remaja wanita
di kota Bandung. Korban diancam akan disebarluaskan foto tanpa kerudungnya
apabila tidak ingin menemui pelaku dan berhubungan seksual dengannya. Hal
ini berdampak pada kestabilan mental remaja wanita tersebut, ia menjadi sangat
ketakutan mendengar dering ponselnya dan berakibat pada trauma
berkepanjangan. Ia pun mengaku menjadi cemas, takut, dan sedih secara
berlebihan, serta mudah merasakan panik. Hal ini dapat terjadi berawal dari
pertemuan remaja wanita ini dengan pelaku di salah satu aplikasi dating online,
dan mereka pun memang belum pernah bertemu secara langsung di dunia nyata.
(Suarajabar.id, 2020). Dampak yang dihasilkan dari perbuatan pelecehan
seksual ini bukanlah hal yang bisa diabaikan, karena sudah menyangkut pada
kestabilan mental hidup seseorang. Maka dari itu, sangat penting bagi kita
semua untuk mengetahui cara pencegahan terbaik dari tindakan pelecehan
seksual ini.

Berdasarkan seluruh uraian realitas dari pelecehan seksual di media sosial,


peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh dari media
sosial terhadap pelecehan seksual terhadap wanita, khususnya di kota Bandung
pada masa pandemi ini menurut mahasiswi Universitas Islam Bandung, serta
dampak dan juga tindakan yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya
kasus – kasus pelecehan seksual lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat


disimpulkan adalah sebagai berikut;
4

1. Bagaimana media sosial memengaruhi pelecehan seksual pada wanita


remaja dan dewasa kota Bandung di masa pandemi ini menurut
mahasiswi Universitas Islam Bandung?
2. Bagaimana bentuk pelecehan seksual yang dilakukan kepada wanita
remaja dan dewasa kota Bandung di media sosial menurut mahasiswi
Universitas Islam Bandung?
3. Bagaimana dampak pada kesehatan mental wanita remaja dan dewasa
kota Bandung yang terkena pelecehan seksual di media sosial menurut
mahasiswi Universitas Islam Bandung?
4. Bagaimana cara yang efektif untuk mencegah terjadinya pelecehan
seksual di media sosial menurut mahasiswi Universitas Islam Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh media sosial terhadap pelecehan seksual pada


wanita remaja dan dewasa kota Bandung di masa pandemi.
2. Mengetahui bentuk pelecehan seksual yang dilakukan kepada wanita
remaja dan dewasa kota Bandung di media sosial.
3. Mengetahui dampak pada kesehatan mental wanita remaja dan dewasa
kota Bandung yang terkena pelecehan seksual di media sosial.
4. Mengetahui cara yang efektif untuk mencegah terjadinya pelecehan
seksual di media sosial.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian tujuan penelitian yang akan dicapai di atas, maka manfaat
yang akan didapatkan adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


mendapatkan solusi mengenai pelecehan seksual yang terjadi di media sosial,
mulai dari bentuk – bentuk pelecehan seksual tersebut, dampak, serta cara
pencegahan terhadap pelecehan seksual di media sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis, yaitu untuk menambah pengetahuan mengenai perilaku


menyimpang di media sosial, khususnya pelecehan seksual, selain itu
juga menambah pengalaman penulis dalam mencari tahu mengenai
bentuk-bentuk, dampak, serta cara pencegahan dari pelecehan seksual
5

yang terjadi di media sosial. Penulis pun mendapatkan manfaat karena


merupakan syarat memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
memperluas wawasan mengenai pelecehan seksual, sehingga perilaku
menyimpang ini dapat diwaspadai dan dihindari.
3. Bagi pemerintah, dapat dijadikan salah satu alasan mengapa perilaku
pelecehan seksual memerlukan tindakan secara lebih lanjut secara
hukum agar seluruh korban dari pelecehan seksual di media sosial
mendapatkan perlindungan.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1045). Definisi pengaruh yang lainnya, yaitu
pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga
gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di
sekelilingnya (Surakhmad, 1982: 7). Pengaruh juga merupakan suatu daya atau
kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala
sesuatu yang ada di alam sehingga memengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya
(Yosin, 2012: 1). Berdasarkan beberapa pernyataan mengenai pengaruh di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari
segala sesuatu yang ada di alam untuk mempengaruhi segala sesuatu di
sekitarnya, baik itu orang atau benda.
Beberapa ahli pun memberikan pernyataannya mengenai pengertian
pengaruh. Menurut Wiryanto (2004: 79), pengaruh merupakan tokoh formal
maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan,
inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi. Pengaruh
adalah suatu daya yang ada dalam sesuatu yang sifatnya dapat memberi
perubahan kepada yang lain (W. J. S. Poewadarmita, 1996: 664). Selanjutnya
menurut Badudu Zain (1996: 1031), pengaruh adalah daya yang menyebabkan
sesuatu terjadi, dalam arti sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain, artinya pengaruh adalah penyebab dari terjadinya sesuatu dan
dapat mengubah sesuatu ke dalam bentuk yang kita inginkan. Menurut Uwe
Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang, yang berbeda
dengan kekuasaan, tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan
memaksakan kepentingan. Pernyataan ahli yang terakhir, yaitu menurut R.
Roberts & Gilbert, pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang
ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan seluruh pernyataan para ahli mengenai pengertian pengaruh di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah suatu kekuatan yang
timbul dari dan memengaruhi sesuatu, sehingga berdampak menimbulkan suatu
hasil untuk suatu objek yang ada.

2.2 Definisi Media Sosial

Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang artinya tengah,
perantara, atau pengantar. Kata media pada umumnya merujuk pada suatu hal
yang dijadikan wadah, alat, atau sarana untuk melakukan komunikasi. Maka,
7

media secara umum merupakan alat perantara atau pengantar yang fungsinya
untuk menyalurkan pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerima
pesan. Media merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 892).
Dari pernyataan di atas mengenai pengertian media, dapat disimpulkan bahwa
media merupakan sarana menyampaikan pesan.
Media adalah bentuk-bentuk komunkasi baik tercetak maupun audiovisual
serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar, dan dibaca, pernyataan ini adalah menurut Asosiasi Pendidikan
Nasional dalam buku Arief Sadiman, dkk. Media juga dapat diartikan sebagai
suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian
informnasi (AECT, 1977: 162).
Media pun dijelaskan pengertiannya oleh pernyataan dari beberapa ahli.
Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi (Rohani, 1997: 2). Menurut Syaiful Bhari Djamarah, media
merupakan suau alat bantu yang dapat digunakan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan. Menurut Leslie J. Briggs, media adalah suatu alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi. Media dapat berupa video,
gambar, buku, televisi, dan lain sebagainya.
Istilah sosial pada dasarnya memiliki beberapa pengertian berbeda yang
dianggap sebagai konsep dan merujuk pada sikap, orientasi, atau perilaku yang
mempertimbangkan kepentingan, niat, atau kebutuhan orang lain. Kata sosial
berasal dari bahasa latin, yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang lahir,
tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Dilihat
secara khusus, kata sosial memiliki maksud hal-hal mengenai berbagai kejadian
dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan
pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan
bersama (Shadily, 1993: 1-2). (repository.dinamika.ac.id)
Sosial adalah seluruh hal yang berkenaan dengan masyarakat atau sifat-
sifat kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan umum (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008: 1331). Beberapa ahli juga memberikan pernyataannya
mengenai pengertian kata sosial. Menurut Philip Wexler, sosial adalah sifat
dasar yang dimiliki setiap individu manusia. Menurut Lena Dominelli, sosial
merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia sehingga
membutuhkan sebuah pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di
dalamnya. Menurut Paul Ernest, sosial adalah sejumlah manusia secara individu
yang terlibat dalam berbagai kegiatan bersama.
Media sosial merupakan suatu media online yang memudahkan para
penggunanya untuk melakukannya interaksi sosial secara online. Di media
sosial ini, penggunanya dapat berkomunikasi, networking, berbagi, dan
melakukan banyak kegiatan lain. Andres Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis
8

internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0, dan
yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.
Pengertian media sosial pun dijelaskan oleh beberapa ahli. Menurut Mark
Hopkin (2008), media sosial adalah istilah yang tidak hanya mencakup beragam
platform media baru namun juga memasukkan beberapa sistem. Menurut
Michael J. Palenchar, Tara Buenher, dan R. Shari Veil (2011), media sosial
merupakan komunikasi yang dilakukan antar manusia dan memiliki
karakteristik terbuka, partisipasi, komunitas, percakapan, juga keterhubungan.
Maka dapat kita simpulkan bahwa media sosial merupakan wadah berupa situs
yang memiliki sistem di dalamnya, di mana setiap individu yang
menggunakannya dapat terhubung dengan dunia di luar untuk berbagi informasi
dan berkomunikasi. Media sosial saat ini yang sangat banyak digunakan oleh
orang-orang adalah seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, dan lain
sebagainya.

2.3 Definisi Pelecehan Seksual

Pelecehan merupakan suatu pola perilaku menyerang yang tampak


bertujuan tidak baik terhadap orang yang menjadi sasarannya, biasanya
memiliki tujuan untuk mengancam atau mengintimidasi target utamanya
(Wikipedia, 2020). Pelecehan ini bertujuan membuat target merasa tidak
nyaman, merendahkan, atau menakut-nakuti. Pelecehan adalah proses,
perbuatan, cara melecehkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 802).
Seksual merupakan aktifitas seks yang juga melibatkan organ tubuh lain
baik fisik maupun non fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:
1245), seksual adalah berkenaan dengan seks (jenis kelamin) atau berkenaan
dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
Pelecehan seksual merupakan perilaku pendekatan-pendekatan yang
terkait dengan seks yang tak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan
seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks
(Wikipedia, 2021). Tulus Winarsunu (2008) dalam buku “Psikologi
Keselamatan Kerja”, menjelaskan pengertian dari pelecehan seksual, yaitu
segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara
sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuk dari pelecehan seksual
ini dapat berbentuk ucapan, tulisan, simbol, isyarat, dan tindakan lainnya yang
berkonotasi seksual. Selain itu, Collier (1998) dalam buku “Pelecehan Seksual.
Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas” juga mendefinisikan pengertian
dari pelecehan seksual, yaitu segala bentuk perilaku bersifat seksual yang tidak
diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut. Dari pernyataan-pernyataan
di atas, maka dapat disimpulkan pelecehan seksual merupakan tindakan terkait
aktivitas seks yang tidak diinginkan, termasuk permintan melakukan hubungan
9

seks dan perilaku lainnya yang mengarah pada seks, baik secara verbal maupun
non verbal.
Pelecehan seksual ini dapat terjadi di mana saja, mulai dari tempat umum
sampai tempat pribadi. Bentuk dari pelecehan seksual sendiri dapat berupa
lelucon seks, menyentuh area tertentu dengan tujuan seksual, sengaja
menempelkan anggota tubuh, dan godaan verbal seperti ajakan seks, memuji
bagian tubuh tertentu, serta semua kegiatan lainnya yang mengarah pada
aktivitas seksual.

2.4 Definisi Wanita Remaja dan Dewasa

Wanita merupakan gadis yang telah mencapai usia tertenu pada masa
perkembangannya, yaitu tahap perkembangan dewasa,yaitu usia 20-40 tahun.
Beberapa ahli pun mendefinisikan pengertian dari kata wanita. Menurut Shaqr
(2006), wanita adalah salah satu dari dua jenis manusia yang diciptakan, dan
sebagai manusia, wanita diharapkan bisa menjalankan seluruh hak dan
kewajiban yang terlimpah kepadanya. Menurut Ibraham (2005), wanita adalah
seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengandung daya tarik
kecantikan. Dan yang terakhir, menurut Harlock (1990), wanita mencapai usia
20 tahun masih terbilang remaja, sedangkan ketika sudah mencapai usia 21
tahun maka sudah memasuki usia dewasa.
Remaja menurut World health Organization (2014), yaitu tumbuh kearah
kematangan. Rentang usia remaja adalah 10 tahun-20 tahun. Pada usia remaja
ini, tanda-tanda seksual sekunder seseorang mulai berkembang dan matang,
serta sudah mulai matang secara fisik, psikologis, maupun sosial. Remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), remaja adalah mulai dewasa dan sudah
sampai umur untuk kawin. Pengertian mengenai remaja juga didefinisikan oleh
beberapa ahli lainnya. Menurut Monks dkk. (1989), remaja adalah fase ‘mencari
jati diri’ atau fase ‘topan dan badai’. Menurut Soetjiningsih (2004), remaja
adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai
saat terjadinya kematangan seksual, yaitu usia 11 atau 12 tahun sampai dengan
20 tahun. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa remaja dan juga remaja wanita adalah peralihan dari masa kanak-kanak
untuk memasuki masa dewasa yang berlangsung pada usia 10-20 tahun ditandai
dengan adanya kematangan fisik, seksual sekunder, psikologis, emosi, dan
sosial.
Dewasa adalah sampai umur atau akil balig (bukan kanak-kanak atau
remaja lagi) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 323). Dewasa sendiri
melambangkan segala hal yang telah matang yang lazimnya merujuk pada
10

manusia yang bukan lagi anak-anak (Wikipedia, 2021). Masa dewasa ini juga
merupakan salah satu fase kehidupan setelah fase remaja.

2.5 Definisi Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa tersebarnya suatu virus/penyakit


koronavirus 2019 hampir di seluruh dunia. World Health Organization pun telah
secara resmi mendeklarasikan virus corona sebagai pandemi, yang artinya virus
ini memang telah menyebar luas di dunia. Pandemi sendiri merupakan wabah
yang berjangkit serempak di mana-mana dan meliputi daerah geografis yang
luas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1011). Penyakit ini disebabkan
oleh koronavirus jenis baru, yaitu SARS-CoV-2, dan pertama kali terdeteksi di
Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada akhir tahun 2019. Adanya pandemi Covid-
19 ini sangat berdampak besar dan cukup merugikan pada banyak hal, mulai
dari sisi kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, politik, dan lain sebagainya.
11

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Fenomena Pelecehan Seksual di Media Sosial


Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, banyak orang mengisi
waktu luang dan kejenuhannya dengan bermain media sosial, sehingga media
sosial sangat erat dengan kehidupan manusia saat ini. Namun, tak jarang orang
merasa jenuh, lalu mereka menyalahgunakan penggunaan media sosial itu
sendiri. Banyak orang yang menggunakan media sosial untuk melakukan hal –
hal yang tidak sepantasnya dilakukan dan tindakan yang kriminal, salah satunya
adalah pelecehan seksual. Orang – orang tersebut bersembunyi di balik akun
media sosialnya dan di balik kata “jenuh” atau “iseng”. Tindakan pelecehan
seksual ini sangat sering dijumpai ketika sedang bermain media sosial dan
peristiwa ini tentunya sangat mengganggu kenyamanan dalam bermain media
sosial.
Dalam beberapa peristiwa yang terjadi selama masa pandemi ini, kasus
pelecehan seksual di media sosial termasuk peristiwa yang cukup ramai
dibicarakan di media massa. Salah satu fenomena pelecehan seksual di media
sosial yang diberitakan di media massa adalah kasus yang terjadi pada remaja
wanita di kota Bandung. Di mana permasalahannya adalah remaja wanita ini
bertemu dengan pelaku di salah satu aplikasi dating online, keduanya belum
pernah bertemu secara langsung, lalu korban diancam akan disebarluaskan foto
tanpa kerudungnya apabila tidak ingin menemui pelaku dan berhubungan
seksual dengannya. Tentunya korban sangat merasa tertekan sehingga
berdampak pada kestabilan kesehatan mentalnya.
Contoh peristiwa di atas hanyalah salah satu dari sekian banyaknya
peristiwa pelecehan seksual di media sosial lainnya. Sehingga fenomena
pelecehan seksual terhadap wanita di media sosial selama masa pandemi ini
ditelusuri lebih lanjut dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan pendapat
kepada para mahasiswi Universitas Islam Bandung.

3.2 Analisis Data


Analisis data merupakan metode dalam memproses atau mengolah data
menjadi sebuah informasi yang baru. Proses ini diperlukan untuk menemukan
solusi dari suatu permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian.
Metode dalam analisis data sendiri terbagi menjadi dua, yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Sosial Terhadap
Pelecehan Seksual di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi Universitas
Islam Bandung”, metode analisis data yang digunakan, yaitu analisis data
12

kuantitatif. Metode analisis data kuatitatif ini adalah data numerik yang dapat
dihitung secara akurat. Pengambilan data dalam penelitian ini pun
menggunakan hasil survey responden, sehingga termasuk dalam metode
analisis data kuantitatif.
Hasil survey responden pada penelitian ini sudah didapatkan sebanyak 116
responden yang seluruhnya merupakan mahasiswi Universitas Islam Bandung,
mulai dari angkatan 2018 sampai angkatan 2021. Berikut dilampirkan data hasil
survey responden yang dilakukan melalui penyebaran kuisioner.

3.2.1 Tabel 1.

Usia Mahasiswi Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen


17 8 6.9%
18 47 40.5%
19 26 22.4%
20 14 12.1%
21 12 10.3%
22 4 3.4%
23 6 5.2%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan mengenai usia mahasiswa,
usia terbanyak adalah usia 18 tahun dengan jumlah responden sebanyak 47
orang.

Gambar 3.2.1

3.2.2 Tabel 2.
13

Pertanyaan 1: Platform media sosial apa yang Anda gunakan?


Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Instagram 112 96.6%
Twitter 60 51.7%
Tiktok 74 63.8%
Facebook 14 12.1%
Whatsapp 103 88.8%
Line 7 3.4%
Telegram 2 1.7%
Youtube 2 1.8%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan pertama, media sosial yang
paling banyak digunakan adalah Instagram dan Whatsapp, diikuti dengan
Tiktok dan Twitter. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam teori, bahwa media
sosial yang digunakan di sini merupakan media sosial yang sangat banyak
digunakan oleh orang – orang.

Gambar 3.2.2

3.2.3 Tabel 3.

Pernyataan 2: Pandemi Covid-19 berpengaruh pada kenaikan jumlah


penggunaan media sosial.
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tidak setuju 3 2.6%
Setuju 53 45.7%
14

Sangat setuju 60 51.7%

Dalam data hasil survey responden pada pernyataan kedua, 113 responden
menyetujui bahwa kenaikan jumlah penggunaan media sosial sangat
dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19, sedangkan 3 responden lainnya
tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Gambar 3.2.3

3.2.4 Tabel 4.

Pernyataan 3: Media sosial sangat berpengaruh dalam kenaikan masalah


pelecehan seksual di masa pandemi Covid-19.
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tidak setuju 7 6%
Setuju 84 72.4%
Sangat setuju 25 21.6%

Dalam data hasil survey responden pada pernyataan ketiga, 109 responden
menyetujui kenaikan masalah pelecehan seksual di masa pandemi Covid-19
sangat dipengaruhi oleh media sosial, sedangkan 7 responden lainnya tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.
15

Gambar 3.2.4

3.2.5 Tabel 5.

Pertanyaan 4: Pernahkan Anda menyaksikan kejadian pelecehan seksual di


media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Ya, pernah 102 87.9%
Tidak pernah 14 12.1%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan keempat, 102 responden
mengaku pernah menyaksikan kejadian pelecehan seksual di media sosial, dan
14 responden lainnya tidak pernah.

Gambar 3.2.5
16

3.2.6 Tabel 6.

Pertanyaan 5: Pernahkan kejadian pelecehan seksual di media sosial tersebut


terjadi pada diri Anda sendiri?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Ya, pernah 23 19.8%
Tidak pernah 93 80.2%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan kelima, 23 responden


mengaku pernah mengalami kejadian pelecehan seksual di media sosial, dan 93
responden lainnya tidak pernah.

Gambar 3.2.6

3.2.7 Tabel 7.

Pertanyaan 6: Bagaimana bentuk pelecehan seksual yang pernah Anda


saksikan/alami di media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Candaan atau sindiran 93 80.2%
yang mengarah ke
seksualitas
Komentar – komentar 91 78.4%
vulgar pada suatu
unggahan
17

Ajakan chat yang 47 40.5%


bersifat seksual dan
menggoda
Kiriman atau 49 42.2%
permintaan foto/video
yang bersifat vulgar
Ancaman bersifat 31 26.7%
seksual, seperti
penyebaran foto/video
vulgar
Tidak pernah 3 2.7%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan keenam, bentuk pelecehan
seksual di media sosial terbanyak dalam bentuk candaan atau sindiran yang
mengarah ke seksualitas dan juga komentar – komentar vulgar pada suatu
unggahan. Bentuk – bentuk pelecehan seksual di media sosial ini sesuai dengan
yang telah dijelaskan pada teori mengenai pelecehan seksual.

Gambar 3.2.7

3.2.8 Tabel 8.

Pertanyaan 7: Siapakah kemungkinan pelaku dari tindakan pelecehan seksual


yang pernah Anda saksikan/alami di media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Orang tidak dikenal 110 94.8%
18

Teman atau kerabat 38 32.8%


dekat
Keluarga 5 4.3%
Lainnya 2 1.8%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan ketujuh, pilihan terbanyak
responden terdapat pada orang tidak dikenal sebagai kemungkinan pelaku dari
tindakan pelecehan seksual di media sosial sebanyak 110 responden, sedangkan
38 responden lainnya memilih teman atau kerabat dekat dan 5 responden
lainnya memilih keluarga. Sesuai dengan fakta di kehidupan, orang tidak
dikenal lebih banyak dengan seenaknya melakukan tindakan pelecehan seksual
tersebut terhadap orang lain.

Gambar 3.2.8

3.2.9 Tabel 9.

Pertanyaan 8: Manakah menurut Anda dari kedua jenis gender berikut yang
sering menjadi pelaku dari tindakan pelecehan seksual di media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Wanita 29 25%
Pria 87 75%
19

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan kedelapan, 87 responden


memilih gender pria sebagai pelaku tersering dalam tindakan pelecehan seksual
di media sosial, sedangkan 29 responden lainnya memilih gender wanita.

Gambar 3.2.9

3.2.10 Tabel 10.

Pertanyaan 9: Pada platform media sosial apakah bentuk pelecehan seksual


tersebut Anda saksikan/alami?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Instagram 84 72.4%
Twitter 52 44.8%
Tiktok 67 57.8%
Facebook 9 7.8%
Whatsapp 9 7.8%
Telegram 3 2.6%
Line 1 0.9%
Tidak pernah 2 1.8%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan kesembilan, media sosial
yang menjadi tempat terjadinya pelecehan seksual di media sosial terbanyak
adalah Instagram, Tiktok, dan Twitter. Hal ini dapat dipahami karena ketiga
aplikasi media sosial tersebut sangat terbuka bagi publik dan digunakan secara
umum.
20

Gambar 3.2.10

3.2.11 Tabel 11.

Pertanyaan 10: Bagaimana respon Anda ketika menyaksikan/mengalami


pelecehan seksual di media sosial tersebut?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tergoda 1 0.9%
Tersinggung 5 4.3%
Sedih 16 13.8%
Marah/kesal 90 77.6%
Tidak peduli 4 3.4%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan kesepuluh, marah atau
kesal merupakan respon terbanyak dari responden ketika
menyaksikan/mengalami pelecehan seksual di media sosial tersebut, namun ada
pula responden yang merasa tergoda dan tidak peduli dengan kejadian ini.
21

Gambar 3.2.11

3.2.12 Tabel 12.

Pernyataan 11: Banyaknya kasus pelecehan seksual di media sosial ini membuat
Anda merasa khawatir.
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tidak setuju 2 1.7%
Setuju 43 37.1%
Sangat setuju 71 61.2%

Dalam data hasil survey responden pada pernyataan kesebelas, 114 responden
menyetujui bahwa banyaknya kasus pelecehan seksual di media sosial ini
menimbulkan rasa kekhawatiran, sedangkan 2 responden lainnya tidak setuju
dengan pernyataan ini.
22

Gambar 3.2.12

3.2.13 Tabel 13.

Pernyataan 12: Banyaknya kasus pelecehan seksual di media sosial ini membuat
Anda merasa tidak aman dan gelisah dalam bermain media sosial.
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tidak setuju 12 10.3%
Setuju 71 61.2%
Sangat setuju 33 28.4%

Dalam data hasil survey responden pada pernyataan kedua belas, 104 responden
menyetujui bahwa banyaknya kasus pelecehan seksual di media sosial
menimbulkan rasa tidak aman dan gelisah ketika sedang bermain media sosial,
sedangkan 12 responden lainnya tidak setuju dengan pernyataan ini.
23

Gambar 3.2.13

3.2.14 Tabel 14.

Pernyataan 13: Pelecehan seksual di media sosial sangat berdampak pada


kesehatan mental korbannya.
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Tidak setuju 1 0.9%
Setuju 36 31%
Sangat setuju 79 68.1%

Dalam data hasil survey responden pada pernyataan ketiga belas, 115 responden
menyetujui bahwa pelecehan seksual di media sosial akan sangat berdampak
pada kesehatan mental korbannya, sedangkan 1 responden lainnya tidak setuju
dengan pernyataan ini. Maka dari itu, tindakan pelecehan seksual di media
sosial ini harus segera ditangani karena sangat mempengaruhi kestabilan mental
korbannya.
24

Gambar 3.2.14

3.2.15 Tabel 15.

Pertanyaan 14: Menurut Anda apa sajakah dampak yang mungkin dapat terjadi
pada kesehatan mental korban pelecehan seksual di media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jawaban dalam Persen
Rasa takut untuk 101 87.1%
berinteraksi dengan
orang lain
Gelisah dan panik 90 77.6%
ketika bermain media
sosial
Stres sampai depresi 78 67.2%
Trauma mendalam 90 77.6%
terhadap media sosial
Keinginan mengakhiri 65 56%
hidup
Perasaan tidak ingin 1 0.9%
berinteraksi dengan
lawan jenis di dunia
nyata
Tidak tahu 3 2.7%

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan keempat belas, hampir
seluruh pilihan dampak yang mungkin terjadi pada kesehatan mental korban
25

pelecehan seksual di media sosial disetujui oleh para responden, mulai dari rasa
takut berinteraksi dengan orang lain hingga keinginan mengakhiri hidup.

Gambar 3.2.15

3.2.16 Tabel 16.

Pertanyaan 15: Apa cara yang paling efektif menurut Anda dalam menangani
masalah pelecehan seksual di media sosial?
Pilihan Jumlah (responden) Jumlah dalam Persen
Menggunakan fitur 95 81.9%
report/lapor yang
tersedia di media sosial
Mengabaikan tindakan 17 14.7%
tersebut untuk
menghindari pelaku
Memberi tindakan tegas 71 61.2%
seperti mengungkapnya
di media sosial
Melaporkan dan 86 74.1%
mencari bantuan kepada
pihak yang berwenang
Tidak mengunggah 1 0.9%
foto/video yang
26

mengundang pelecehan
seksual di media sosial
Menjerat pelaku dengan 1 0.9%
pasal – pasal yang
berlaku
Menegurnya jika 1 0.95
memungkinkan

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan kelima belas, responden
terbanyak dalam memilih cara yang efektif dalam menangani masalah
pelecehan seksual di media sosial, yaitu menggunakan fitur report/lapor yang
tersedia di media sosial, memberi tindakan tegas seperti mengungkapnya di
media sosial, serta melaporkan dan mencari bantuan kepada pihak yang
berwenang.

Gambar 3.2.16

3.2.17 Tabel 17.

Pertanyaan 16: Berikan saran/kritik/keluhan Anda mengenai tindakan


pelecehan seksual di media sosial!
No. Jawaban
1 Laporkan bentuk tindakan pelecehan kepada yang berwajib di manapun
dan kapanpun
2 Menurut saya setiap orang yang menggunakan sosial media (platform
apapun) perlu meningkatkan kesadaran mereka dalam bermain media
27

sosial, jangan sampai apa yang mereka sampaikan di sosmed dapat


berdampak buruk terhadap orang lain
3 Lebih bijak lg menggunakan media sosial dan lebih memilih di media
sosial
4 Harus segera ditindaklanjuti agar tidak banyak korban pelecehan
seksual terutama pada kalangan wanita
5 Memikirkan kembali apa yang akan di unggah di media sosial, yang
sekiranya tidak mengundang komentar negatif. Dan lebih berpikiran
terbuka dan harus kuat menerima resiko tiap kita menggunggah sesuatu
di media sosial.
6 Baik kita sebagai pengguna media sosial, penegak serta aparat hukum
turut andil dalam memerangi kejahatan seksual
7 Misalnya liat komen di media sosial dan yang mengarah ketindakan
pelecehan alangkah baiknya jangan dibiarkan tapi biasanya ada
beberapa orang juga yang menganggap itu biasa aja atau "ah cuman
komen doang" padahal harusnya yang seperti itu harus ditegur
misalnya karena jika dibiarkan nanti malah menganggap korban yang
dikomen seperti itu menerima saja.
8 Tindakan pelecehan seksual di media sosial yang saya saksikan
kebanyakan pelakunya merasa 'aman' karena mereka melakukannya di
media sosial jadi perlu tindakan yang sangat tegas untuk pelaku-pelaku
pelecehan itu.
9 Untuk kaum hawa jangan mengumbar aurat, dan untuk kaum adam
menjaga hawa nafsunya
10 Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan sama siapa saja itu
orang, maka dari itu kitaa sebagai cewe harus berani dan tegas dalam
menghadapi hal hal yang bersangkutan dengan pelecehan seksual
kepada orang lain dan terutama kepada kita pribadi.
11 Sebaiknya media sosial itu dipergunakan untuk hal yang positif.
12 Penggunaan media sosial harus lebih bijak lagi. Untuk para korban
sebaiknya untuk speak up masalah yang sudah sering terjadi ini,
terlebih untuk mengatakan kepada orang tua. Apalagi di era yang serba
mudah seperti sekarang. Dan untuk para pelaku tindakan tak terpuji
tersebut untuk lebih mengontrol seksualitasnya agar tidak merugikan
orang lain. Tidak ada yang salah dengan media sosial dan fiturnya,
hanya dari sekian persen penggunanya saja yang bermasalah sehingga
merugikan seluruh pengguna media sosial yang ada.
13 Alangkah baiknya kalau sesama manusia saling support dan saling
menjaga satu sama lain agar terhindar dari berbagai jenis pelecehan
seksual baik itu di media sosial maupun di kehidupan nyata.
28

14 Pelaku pelecehan seksual harus diadili dan dihukum sesuai dengan apa
kesalahannya, mereka harus sadar kalau apa yang mereka lakukan itu
tidak benar. Saya harap ada tindakan tegas bagi pelaku pelecehan
seksual dimana pun, termasuk sosial media.
15 Segala bentuk pelecehan seksual harus ditindak dengan tegas karena
mereka yang mengalami pelecehan seksual mengalami trauma yang
sangat mendalam dan kesehatan mental yg terganggu.
16 Kurangnya edukasi bagi pemakai sosial media yang melakukan
tindakan pelecehan seksual di medsos
17 Tindakan pelecehan seksual di Indonesia sudah menjadi kasus yang
banyak dijumpai sudah seharus nya pemerintah melakukan ketegasan
atas kasus ini.
18 Sebaiknya masyarakat tidak menyalahkan korban pelecehan seksual
dengan menggunakan dalih "memancing" pelaku untuk melakukan
pelecehan seksual. Disini pelaku lah yang salah, ada sesuatu yang salah
dalam pikiran pelaku hingga melakukan pelecehan seksual terhadap
korban.
19 Kita harus mengedukasi ke diri sendiri dan orang lain mengenai
pengontrolan nafsu dan bahayanya pelecehan seksual.
20 Tindakan pelecehan seksual yang sedang ramai diperbincangkan
membuat saya khawatir dan sedikit waspada untuk memposting diri
atau memperlihatkan diri atau wajah di media sosial. Saran saya untuk
konteks ini, berikan hukuman berat kepada para pelaku yang sudah
tertangkap, kemungkinan dengan cara itu akan membuat takut pelaku-
pelaku lain yang masih berkeliaran.
21 Pengguna sosial media harus lebih menjaga keamanan akunnya
terutama bagi perempuan, untuk menghindarinya kita sebagai
perempuan harus mengkritisi aktivitas kita di media sosial serta jangan
terlalu terbuka pada setiap orang di media sosial.
22 Sebaiknya kita harus lebih waspada dalam bermedia sosial, dan bila ada
disekeliling kita ada orang pernah menjadi korban pelecehan seksual
kita harus bisa lebih peduli lagi karna pasti itu memberikan trauma yang
mendalam bagi sang korban.
23 Miris sekali, segala sesuatu yang mengarah pada komentar bersifat
pelecehan malah dijadikan alasan sebagai bercandaan, seharusnya hal
ini peru diedukasi lagi kedepannya
24 Menurut saya, banyak orang tidak menyadari bahaya dan dampak
buruk dari perilaku pelecehan seksual yang marah terjadi di media
sosial. banyak orang menganggap hal itu sebagai candaan atau celoteh
semata, namun bagi yang mengalami itu akan menjadi trauma yang
berat. solusinya, para pelaku pelecehan seksual WAJIB dilaporkan dan
29

ditindak secara hukum yang berlaku agar para pelaku merasa jera dan
tidak melakukan hal yang sama terhadap orang lain. bagi korban,
mereka harus berani untuk mengeluarkan cerita mereka sebagai korban
pelecehan seksual sehingga korban korban lain pun bisa mengikuti dan
akhirnya kasus ini bisa berkurang bahkan hilang
25 Saya berharap pria lebih bisa menjaga ketikan nya
26 Entah mengapa sekarang perempuan seperti tidak ada harga dirinya.
Saya merasakan hal itu saat melihat pelecehan seksual dengan
gampangnya mereka menyalahkan pihak korban.
27 Saat ini orang orang menyepelekan kasus pelecahan seksual di media
sosial, banyak dari masyarakat menanggap hal tersebut sebagai
candaan saja tanpa memikirkan dampak yang diterima korban
28 Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan anak-
anaknya mengenai berbagai hal yang dialami anak dalam
kesehariannya juga tanamkan sejak dini dalam pendidikan agama pada
anak agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.
29 Pemerintah mempertegas UU tentang pelecehan seksual dan UU ITE
30 Pada kasus pelecehan seksual di media sosial, mayoritas orang terfokus
pada ‘siapa’ korban nya bukan ‘siapa’ pelakunya. Justru itu yang
membuat kebanyakan korban pelecehan seksual enggan untuk memberi
tahu orang terdekat atau speak up mengenai hal yang terjadi pada
dirinya. Tak sedikit pula yang malah menyalahkan si korban, alasan
nya karna si korban memposting foto/video yang mengundang
pelecehan, dsb. Padahal tidak sedikit pula kejadian pelecehan seksual
pada wanita yang berjilbab.
31 Banyak dari korban yang enggan melaporkan pelaku dengan alasan
korban tahu pelaku hanya bercanda. dan pelaku sering kali memarahi
balik saat ditegur. padahal seharusnya kita lebih aware terhadap
pelecehan seksual karena bentuk pelecehan seksual itu beragam dan hal
tersebut tidak bisa ditolerir apapun bentuknya, siapapun pelakunya dan
dimanapun tempatnya.
32 Kita sebagai manusia yang memanusiakan manusia,kita harus lebih
peka dan cepat mengambil tindakan yang seharusnya agar kejadian
seperti ini tidak terjadi lagi dan mengedukasi masyarakat untuk lebih
bisa bernorma dan sopan saat menggunakan sosial media
33 Menurut saya, semua lapisan masyarakat perlu sadar terlebih dahulu
akan pentingnya masalah pelecehan seksual di sosial media.

Dalam data hasil survey responden pada pertanyaan keenam belas, respon
memberikan beragam saran, kritik, dan keluhannya terkait pelecehan seksual
yang terjadi di media sosial. Sehingga dari 116 tanggapan responden, kami
sajikan 33 diantaranya, dikarenakan beberapa tanggapan responden bermakna
30

sama/tujuan penyampaiannya sama. Oleh karena itu, dapat dilihat dari seluruh
tanggapan responden, satu kesimpulan singkat yang dapat diambil, yaitu
mereka khawatir. Segala jenis saran dan kritik serta keluhan diungkapkan agar
pelecehan seksual di media sosial dapat segera teratasi dengan baik dan benar.

Gambar 3.2.17

3.3 Kajian Islam

Islam merupakan agama yang snagat fitrah, universal, dan juga yang
paling kafah sepanjang zaman, Islam pun mampu dalam menghadapi tantangan
zaman, serta mengatasi permasalaham kehidupan manusia. Ajaran di dalam
Islam sudah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk etika,
moral, akhlak, serta interaksi sesama manusia. Pelecehan seksual sendiri
merupakan interaksi manusia yang sangat tidak terpuji. Namun, dalam Islam
pun telah diberikan solusi agar permasalahan seperti terjadinya pelecehan
seksual ini dapat dihindari.
Islam menganggap perbuatan pelecehan seksual ini tindakan tidak terpuci
dan tindakan tercela karena tidak menerapkan perbuatan sopan dan
menghormati sesama umat manusia, sedangkan di dalam Islam telah diajarkan
untuk menghormati siapapun tanpa memandang hal apapun. Manusia tidak
terlepas dari nafsu seksualnya dan membutuhkan aktivitas seksual tersebut,
31

karena memang Allah Swt menciptakan manusia disertai hawa nafsu,


sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran (3): 14,
ْ َ ْ َّ ْ َ َّ ََْ ْ َ َ ْ َ َ‫َ ِّ َ ۤ َ ْ َ ْ ن‬ ٰ َ َّ ُّ ُ َّ َ ِّ ُ
‫اط ْْ ِي ال ُمقنط َرِة ِم َن الذه ِب َوال ِفض ِة َوالخ ْي ِل ال ُم َس َّو َم ِة‬
ِ ‫ي والقن‬ ْ ‫اس حب الشهو ِت ِمن النسا ِء والب ِن‬ ِ ‫زي ْن ْ ِللن‬
ٰ َ ْ ُ ْ ُ ٗ َ ْ ُ ‫ُّ ْ َ َ ه‬ ٰ َ ْ ُ ََ َ ٰ ْ
ْ َ َ َ َ َ
‫وة الدنيا ۗواّٰلل ِعنده حسن الما ِب‬ ِ ‫واْلنع ِام والحر ِث ۗ ذ ِلك متاع الحي‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apaapa
yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, serta sawah dan ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah- lah tempat kembali yang
terbaik (surga).”

Namun Islam membatasi perbuatan tersebut hanya boleh dilakukan


melalui jalur pernikahan yang sah, serta mengikuti ketentuan yang telah
ditentukan oleh Allah Swt. Karena apabila perbuatan tersebut dilakukan sesuka
hati tanpa mengikuti jalur yang ditentukan oleh Allah Swt, maka perbuatan
tersebut adalah zina, sebagaiman peringatan Allah dalam firmannya QS. Al-Isra
(17): 32,
ً ۤ ً َ َ َ َ ٗ َّ ٓ ٰ‫َ َ َ ْ َ ُ ِّ ن‬
‫احشة َۗو َسا َء َس ِب ْيل‬ِ ‫وَل تقربوا الزن ِانه كان ف‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Zina sendiri tidak hanya aktivitas seksual yang dilakukan di luar jalur
pernikahan, namun bentuk-bentuk pelecehan seksual seperti memandangi
wanita dari atas hingga bawah, candaan atau sindiran yang mengarah ke
seksualitas, komentar-komentar vulgar pada unggahan seseorang, ajakan chat
yang bersifat seksual dan menggoda, serta foto/video yang vulgar termasuk
perbuatan yang menyebabkan zina.
Pelecehan seksual ini timbul dari pergaulan sosial di masyarakat dan
merupakan perbuatan dengan moral yang sangat rendah. Seperti data yang telah
dijelaskan bahwa pelaku dari pelecehan seksual kebanyak adalah para pria,
namun bukan berarti wanita tidak dapat melakukan perbuatan tersebut. Allah
Swt telah memberikan aturan-aturan dalam bergaul, seperti sopan santun, etika
berpakaian, dan lainnya. Hal ini dijelaskan dan ditegaskan oleh Allah Swt
sebagaimana firmannya dalam QS. An-Nur (24): 30-31,
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. ..... Dan janganlah
mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
32

sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang


yang beriman, agar kamu beruntung.”
Pelecehan seksual berasal dari tindakan yang tampak sepele seperti
memandang, mengagumi, menggoda, namun dapat mengarah pada perbuatan
yang besar seperti perzinaan. Maka dari itu, Rasulullah Saw menganjurkan
umatnya untuk menikah, sebagiman Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Dari Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah bersabda kepada kami: Wahai
para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sanggup menikah, maka
menikahlah, karena nikah itu dapat menundukkan pandangan dan
membersihkan kemaluan maka barangsiapa yang belum mampu, hendaklah
mengerjakan shaum (puasa) karena shaum itu dapat mencegah dari perbuatan
zina.” (H. R. Al-Bukhari dan Muslim).

3.4 Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengambilan data dengan menggunakan metode


analisis data kuantitatif, yaitu dengan melakukan survey kepada responden
menggunakan google form, penelitian dengan judul “Pengaruh Media Sosial
Terhadap Pelecehan Seksual di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi
Universitas Islam Bandung” menemukan hasil dari penelitian ini, dengan
responden yang merupakan mahasiswi Universitas Islam Bandung angkatan
2018-2021 dan jumlah responden sebanyak 116 responden. Hasil dari penelitian
ini, yaitu kasus pelecehan seksual dapat dibilang meningkat karena banyaknya
penggunaan media sosial, terutama saat masa pandemi Covid-19 seperti ini.
Pandemi Covid-19 menjadikan orang-orang berdiam diri di rumah dan tidak
dapat berinteraksi secara langsung dengan orang lain, maka dari itu penggunaan
media sosial pun turut meningkat, karena dengan media sosial lah orang-orang
dapat berinteraksi satu sama lain dan juga bertujuan mengisi waktu luang.
Namun, penggunaan media sosial ini nyatanya ada dampak buruknya, yaitu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang kurang baik salah satunya seperti peristiwa
pelecehan seksual ini. Seperti yang sudah didapatkan dari hasil survey bahwa
113 responden menyetujui bahwa kenaikan jumlah penggunaan media sosial
sangat dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19 dan 109 responden pun
menyetujui kenaikan masalah pelecehan seksual di masa pandemi Covid-19
sangat dipengaruhi oleh media sosial. Selain itu pun, 102 responden mengaku
pernah menyaksikan kejadian pelecehan seksual di media sosial dan 23
responden mengalami kejadian pelecehan seksual di media sosial itu sendiri.
Hal ini membuktikan maraknya kasus pelecehan seksual di media sosial. Pada
penelitian ini pun didapatkan respon responden atas dampak dari pelecehan
seksual di media sosial terhadap kesehatan mental korbannya dan juga respon
responden terhadap cara efektif dalam mengatasi masalah pelecehan seksual di
media sosial.
33

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh hasil analisis data penelitian yang diperoleh, maka
kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pengaruh media sosial terhadap
pelecehan seksual di masa pandemi ini ialah;

1. Terjadi peningkatan dalam penggunaan media sosial dikarenakan


adanya pandemi Covid-19, sehingga peristiwa pelecehan seksual di
media sosial sendiri turut meningkat kejadiannya, peristiwa ini
dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan tidak bijak
dalam menggunakan media sosialnya, dan berdasarkan hasil analisis
data, pelaku dari peristiwa pelecehan seksual di media sosial
kebanyakan dilakukan oleh pria.
2. Selain itu, berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk pelecehan seksual yang terjadi di media
sosial sangat beragam bentuknya, bentuk terbanyak pelecehan seksual
di media sosial ini adalah candaan atau sindiran yang mengarah ke
seksualitas, dan kedua terbanyak adalah komentar-komentar vulgar
pada suatu unggahan. Menurut hasil analisis data, bentuk pelecehan
seksual ini paling banyak ditemui pada media sosial Instagram dan
Tiktok dengan kemungkinan pelaku terbanyak adalah orang tidak
dikenal.
3. Peristiwa pelecehan seksual di media sosial ini tentu saja memberikan
dampak pada korban yang terkena perlakuan pelecehan seksual tersebut,
salah satu dampaknya yaitu terhadap kestabilan kesehatan mental
korban. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan dampak pada
kesehatan mental korban terbanyak berupa rasa takut untuk berinteraksi
dengan orang lain, gelisah dan panik ketika bermain media sosial, serta
trauma terhadap media sosial.
4. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat disimpulkan cara yang
efektif untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual di media sosial
terbanyak adalah dengan menggunakan fitur lapor yang tersedia di
media sosial dan melaporkan serta mencari bantuan kepada pihak yang
berwenang.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa di masa pandemi ini peningkatan
penggunaan media sosial sangat berpengaruh pada peningkatan peristiwa
pelecehan seksual di media sosial yang juga berdampak pada kestabilan
kesehatan mental korbannya, sehingga dibutuhkan cara yang efektif untuk
mencegah terjaidnya pelecehan seksual di media sosial.
34

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan dan melihat hasil
analisis data penelitian ini adalah agar selalu tegas dan berani bertindak ketika
menyaksikan ataupun mengalami kejadian pelecehan seksual di media sosial.
Dalam menggunakan media sosial pun, kita harus bijak dan bertanggung jawab
ketika menggunakannya, sehingga tidak menimbulkan tindakan-tindakan
negatif di media sosial.
35

SINOPSIS

Covid-19 merupakan kata yang sudah tidak asing terdengar ditelinga banyak
orang. Covid-19 sendiri merupakan virus yang berasal dari Wuhan, China yang
muncul pertama kali di tahun 2019. Virus ini menyerang manusia dan juga hewan,
terutama mengakibatkan infeksi pada saluran pernapasan manusia. Penyebaran
virus ini sangatlah cepat, hanya melalui udara ketika sedang berbicara dengan orang
yang terinfeksi, maka akan langsung terpapar virus tersebut, sehingga penyebaran
virus Covid-19 yang sangat cepat hingga keseluruh dunia ini dinyatakan sebagai
pandemi. Karena penyebarannya yang sangat cepat, maka seluruh dunia satu
persatu mulai memberlakukan pembatasan jarak hingga akhirnya melakukan
lockdown di negaranya. Indonesia pun merupakan salah satuh negara yang
memberlakukan aturan lockdown untuk beberapa waktu.

Aturan lockdown ternyata memberikan efek terhadap aktivitas manusia


sehari-hari. Keseharian manusia yang selalu bertemu dan beraktivitas dengan orang
lain, kini harus terhenti dan dibatasi karena dilarang untuk berkerumun dengan
banyak orang. Maka dari itu, terasa sekali perubahan kehidupan sosial antar
manusia sejak adanya pandemi Covid-19 ini, yaitu interaksi sesama manusia secara
langsung dapat dibilang menurun. Namun, kehadiran teknologi tidak membatasi
interaksi manusia tersebut, bahkan teknologi membantu memudahkan agar manusia
tetap bisa melakukan interaksi dan mendapatkan berita dari dunia luar.

Media sosial merupakan teknologi yang saat ini sangat berguna di kehidupan
manusia. Pandemi menyebabkan orang-orang tidak berinteraksi dengan orang lain,
sehingga timbul lah rasa bosan/jenuh dalam menjalani keseharian, oleh karena itu
orang-orang mencari aktivitas dengan bermain media sosial. Media sosial sendiri
memberikan kebebasan kepada penggunanya dalam mengakses segala hal,
sehingga rasa jenuh akibat pandemi tersebut mulai hilang karena tergantikan
dengan adanya media sosial.

Karena mudahnya melakukan berbagai hal di media sosial, maka timbul


dampak positif dan negatif dari adanya media sosial ini. Dampak positif dari
penggunaan media sosial ini tentu saja orang dapat melakukan interaksi dengan
orang lain melalui komunikasi (pesan/telepon), dan juga mendapatkan informasi-
informasi dari luar. Selain dampak positif, dampak negatif media sosial ini pun
muncul seperti adanya tindakan-tindakan kriminal di media sosial, yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

Salah satu tindakan kriminal yang terjadi di media sosial selama pandemi ini
adalah tindakan pelecehan seksual. Kita semua mengetahui bahwa tindakan
pelecehan seksual ini biasa terjadi ketika pelaku bertemu langsung dengan korban,
namun karena kondisi pandemi seperti sekarang ini, dan juga orang-orang mulai
36

menggunakan media sosial sehingga penggunaannya meningkat, maka tindakan


pelecehan seksual ini beralih dilakukan di dalam media sosial. Pelaku dari
pelecehan seksual ini dapat bersembunyi di balik akun media sosialnya sehingga
jarang untuk bisa mengetahui identitas asli dari pelaku pelecehan seksual di media
sosial ini. Pelaku tindakan pelecehan seksual ini kebanyakan dilakukan oleh pria,
dan korban dari tindakan tersebut banyak terjadi pada wanita.

Bentuk tindakan pelecehan seksual di media sosial ini sangatlah beragam,


mulai dari bentuk terbanyaknya adalah candaan atau sindiran yang mengarah ke
seksualitas, dan komentar-komentar vulgar pada suatu unggahan. Bentuk pelecehan
seksual ini paling banyak ditemui pada media sosial Instagram dan Tiktok, yang
faktanya bahwa kedua aplikasi media sosial tersebut adalah yang paling banyak
penggunanya, serta kemungkinan pelaku dari tindakan pelecehan seksual terbanyak
berasal dari orang yang tidak dikenal.

Tindakan pelecehan seksual di media sosial ini tentu tidak bisa diabaikan
begitu saja. Para korban dari tindakan tidak pantas ini mendapatkan dampak buruk
pada kestabilan kesehatan mentalnya. Dampak buruk pada kestabilan kesehatan
mental korban terbanyak berupa rasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain,
gelisah dan panik ketika bermain media sosial, serta trauma terhadap media sosial.
Tak hanya itu, korban bahkan dapat mengalami stres sampai depresi, hingga
keinginan untuk mengakhiri hidup.

Oleh karena itu, sangat diperlukan cara yang efektif dalam mencegah
terjadinya tindakan pelecehan seksual di media sosial ini. Cara terbanyak yang
dapat dilakukan ketika menyaksikan atau mengalami tindakan pelecehan seksual di
media sosial adalah dengan menggunakan fitur lapor yang tersedia di media sosial
dan juga melaporkan serta mencari bantuan kepada pihak yang berwenang.

Pada intinya, ketika kita menyaksikan/mengalami tindakan pelecehan seksual


di media sosial ini, diperlukan sikap yang tegas dan berani bertindak untuk dapat
memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam bermain media sosial. Sebagai
pengguna media sosial pun harus bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukan
di dalam media sosial tersebut.
37

DAFTAR PUSTAKA

Tautan video presentasi KTI: https://youtu.be/3mmfL7tGK7c


Aditya, R. 2021. “Pelecehan Seksual: Definisi dan Bentuk Tindakan dan
Pencegahannya”,
https://www.suara.com/news/2021/06/11/133729/pelecehan-seksual-
definisi-dan-bentuk-tindakan-dan-pencegahannya?page=all. Tanggal akses
9 Desember 2021.

Akbar, M. I. 2017. http://eprints.polsri.ac.id/6178/3/BAB%20II.pdf. Tanggal


akses 9 Desember 2021.

Anjarwati, J. 2020. “Media Sosial: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Contoh”,


https://tekno.foresteract.com/media-sosial/. Tanggal akses 9 Desember
2021.

Cahyono. A. S. 2016. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial


Masyarakat di Indonesia” dalam Jurnal PUBLICIANA, Vol. 9, No. 1 (hal
140-157). https://journal.unita.ac.id/index.php/publiciana/article/view/79.

CATAHU KOMNAS PEREMPUAN. 2021. Perempuan Dalam Himpitan


Pandemi: Lonjakan Kekerasan Seksual, Kekerasan Seksual, Kekerasan
Siber, Perkawinan Anak, dan Keterbatasan Penanganan di Tengah Covid-
19. Diakses pada 25 November 2021, dari
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf

Chandraningtyas, A. S. 2021. Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan di Media


Sosial. Diakses pada 25 November 2021, dari https://kumparan.com/ayu-
sari-chandraningtyas/pelecehan-seksual-terhadap-perempuan-di-media-
sosial-1uzmU0LZVhH

Fahham, A. M. dkk. 2019. Kekerasan Seksual pada Era Digital. Jakarta: Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

FSI Al-Biruni. 2016. “Pandangan Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual”,


http://www.fsialbiruni.org/tausiah/pandangan-islam-terhadap-
perbuatanpelecehan-seksual/. Tanggal akses 18 Desember 2021.

Habibah, U. H. & Tianingrum, N. A. (2020). Penggunaan Media Sosial terhadap


Pelecehan Seksual pada Siswa Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas
Harapan Baru Kota Samarinda. Borneo Student Research, Vol 1 No 3, 1966
– 1967.

Hayati, N. (2021). Media Sosial Dan Kekerasan Berbasis Gender Online Selama
Pandemi Covid-19. Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya,
Vol 1 No 1, 44 – 45.
38

Indonesia AID Coalition. 2012. “Seks, Seksual, dan Seksualitas”,


https://www.iac.or.id/id/seks-seksual-dan-seksualitas/. Tanggal akses 9
Desember 2021.

Larasati, N. H. 2020. “Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO”,


https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-
who-200530i.html. Tanggal akses 10 Desember 2021.

Nurtjahyo, L. I. (2021). Kekerasan seksual di internet meningkat selama pandemi


dan sasar anak muda: kenali bentuknya dan apa yang bisa dilakukan?.
Diakses pada 25 November 2021, dari https://law.ui.ac.id/v3/kekerasan-
seksual-di-internet-meningkat-selama-pandemi-dan-sasar-anak-muda-
kenali-bentuknya-dan-apa-yang-bisa-dilakukan-oleh-lidwina-inge-
nurtjahyo/

Poewadarmita, W. J. S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Pradipta, D. 2011. “Pengertian Media”,


https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1017/5/BAB_III.pdf. Tanggal
akses 9 Desember 2021.

Prawiro, M. 2019. “Pengertian Sosial: Definisi, Unsur, dan Jenis Interaksi Sosial”,
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-sosial.html. Tanggal
akses 9 Desember 2021.

Prawiro, M. 2020. “Pengertian Media: Memahami Apa Itu Media, Fungsi, dan
Jenis-Jenis Media”, https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
media.html. Tanggal akses 9 Desember 2021.

Purbowati, D. 2020. “Teknik Analisa Data: Apa, Bagaimana, dan Ragam


Jenisnya”, https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-analisa-data-apa-
bagaimana-dan-ragam-jenisnya. Tanggal akses 17 Desember 2021.

Ramadhan, A. S. (2020). Waspada! Ada Ancaman Kekerasan Seksual Baru


Berbasis Online. Diakses pada 25 November 2021, dari
https://jabar.suara.com/read/2020/12/02/153202/waspada-ada-ancaman-
kekerasan-seksual-baru-berbasis-online

Rosyidah, F. N. & Nurdin, M. F. (2018). PERILAKU MENYIMPANG: Media


Sosial Sebagai Ruang Baru Dalam Tindak Peleceahn Seksual Remaja.
SOSIOGLOBAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol 2 No 2, 39
– 40.

Tindaon, Y. A. 2012. “Pengertian Pengaruh”,


http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengertian-pengaruh.html.
Tanggal akses 9 Desember 2021.
39

Widianingsih, R. (2019). Bentuk Sexual Harrasment Terhadap Perempuan di


Media Sosial (Studi Pada Platform Media Sosial Instagram). (Skripsi S-1,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang,
2019) Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/48809/2/BAB%20I.pdf

Wikipedia. 2021. “Dewasa”, https://id.wikipedia.org/wiki/Dewasa. Tanggal akses


10 Desember 2021.

Wikipedia. 2021. “Pandemi Covid-19”,


https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_Covid-19. Tanggal akses 10
Desember 2021.

Wikipedia. 2020. “Pelecehan”, https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pelecehan.


Tanggal akses 9 Desember 2021.

Wikipedia. 2021. “Pelecehan Seksual”,


https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual. Tanggal akses 9 Desember
2021.
40

INDEKS

C pelecehan seksual, iii, vii, viii, ix, x,


1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 1, 14, 15, 16, 17,
Covid-19, ii, iii, iv, v, vii, ix, xi, 1, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
10, 1, 13, 14, 32, 33, 35, 37, 39, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
51, 52 36, 42, 43, 44, 47, 49, 50
D R
dewasa, 1, 4, 9, 10, 44, 49 remaja, 1, 3, 4, 9, 1, 38, 42, 43, 44,
45, 46, 47, 49, 50
K
responden, iii, vii, viii, ix, x, xi, 2,
kesehatan, viii, x, 3, 4, 10, 1, 23, 24, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
28, 32, 33, 36 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 32, 52
korban, viii, x, 1, 2, 3, 5, 1, 24, 27,
28, 29, 33, 35, 36 S
seks, 2, 8, 9, 38, 43, 44
M
sosial, iii, vii, viii, ix, x, 1, 2, 3, 4, 5,
media sosial, iii, vii, viii, ix, x, 1, 2, 7, 8, 9, 10, 1, 13, 14, 17, 19, 22,
3, 4, 5, 7, 8, 1, 13, 14, 15, 16, 17, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 34, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 44, 45,
27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 42, 46, 47, 48, 49, 50, 51
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50
mental, viii, x, 3, 4, 9, 23, 24, 28, 32, V
33, 36 vulgar, 2, 16, 17, 31, 33, 36
P W
pandemi, iii, vii, ix, 1, 3, 4, 10, 1, 14, wanita, 1, 2, 3, 4, 9, 1, 19, 27, 29, 31,
32, 33, 35, 38 36, 44, 47
pelaku, vii, ix, 1, 3, 1, 17, 18, 19, 25,
26, 27, 28, 29, 31, 33, 35, 36 Z
Zina, 31
41

LAMPIRAN
Lampiran 1.
Artikel Rujukan

PERILAKU MENYIMPANG:
Media Sosial Sebagai Ruang Baru Dalam Tindak Pelecehan Seksual Remaja

Feryna Nur Rosyidah1, M. Fadhil Nurdin2


Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran

ABSTRAK

Artikel ini berfokus pada masalah perilaku menyimpang, khususnya pelecehan


seksual terkait penggunaan media sosial oleh remaja Pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif digunakan dalam kajian ini dengan melakukan analisis dokumen
yang didapatkan dari Internet andSocial Media Statistic 2018, Social Media Use in 2018,
The Anuual Bullying Survey 2017, dan Sensis Social Media Report 2017. Hasil kajian
menunjukkan terdapatbeberapa faktor yang dapat menjadikan remaja sebagai pelaku
maupun korban dari pelecehan seksual di media sosial; (1) melemahnya nilai dan
norma tentang apa yang seharusnya dilakukan ketika berinteraksi dalam ruang publik,
(2) minimnya pemahaman dalam menggunakan media sosial khususnya bagaimana
kaidah yang sesuai dalam penggunaan media sosial, dan (3) lemahnya kontrol
individu dan kontrol sosial dari pelajar dalam menggunakan media sosial. Selain
munculnya ruang sosial baru, remaja yangmenggunakan internet telah membuka celah
untuk menjadikan diri mereka sebagai pelaku maupun korban pelecehan seksual itu
sendiri karena pelajar ikut mempelajari perilaku pelecehan seksual tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa dengan masuknya media sosial dalam kehidupan remaja dapat
memberikan pengaruh terhadap perubahan pola perilaku maupun pola hubungan
yang dilakukan ketika berinteraksi dalam ruang sosial baru tersebut.
Kata kunci: anomi, perilaku menyimpang, pelecehan seksual, media sosial, remaja

ABSTRACT
This article focuses on the problem of deviant behavior, especially sexual
harassment related to the use of social media by adolescents Qualitative approach
with descriptive method used in this study by conducting document analysis
42

obtained from Internet and Social Media Statistic 2018, The Anuual Bullying Survey
2017, and Sensis Social Media Report 2017. The results of the study show that there
are several factors that can make adolescents as perpetrators or victims of sexual
abuse in social media; (1) weakening ofvalues and norms about what should be done
when interacting in the public sphere; (2) lack of understanding in using social media
especially how appropriate rules in the use of social media; and (3) weak individual
control and social control of learners using social media. In addition to the emergence
of a new social space, teenagers who use the Internet have opened the gap to make
themselves as perpetrators as well as victims of sexual harassment itself because
students learn the behavior of sexual harassment. It can be concluded that with the
inclusion of social media in adolescent life can give effect to thechange of behavior
pattern and relationship pattern which is done when interaction in new social space.

Keywords: anomie, deviant behavior, sexual harassment, social media, adolescents

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu bukti telah terjadinya
modernisasi dalam suatu masyarakat. Tidak dapat dipungkiri kehadiran internet
semakin dibutuhkan untuk menunjang setiap kebutuhan masyarakat, baik dalam
kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan sebagainya. Dengan semakin majunya
teknologi internet, hal tersebut diikuti dengan kemunculan media sosial. Media
sosial merupakan situs dimana seseorang mampu membuat web page pribadi dan
terhubung dengan orang lain yang berada dakam media sosial yang sama untuk
berbagi informasi atau hanya sekedar berkomunikasi. Penggunaan media sosial
yang sudah sangat meluas ini kemudian membentuk sebuah interaksi sosial baru
berupa Jejaring Sosial (Social Network) yang merupakan sebuah struktur sosial yang
dibentuk individu atau kelompok yang terhubungkan oleh satu atau lebih faktor
saling ketergantungan, seperti persahabatan, persaudaraan, kepentingan bersama,
perdagangan, ketidaksukaan, berpacaran, kesamaan keyakinan, pengetahuan dan
prestise (Simmel, 1955; White, Boorman, and Brieger 1976, dalam Pescosolido,
2006). Interaksi yang berlangsung dalam media sosial ini memiliki karakter
yangsama dengan interaksi tatap muka dimana aturan dan norma juga diakui dan
digunakan. Hal tersebut berarti bahwa semua anggota yang berinteraksi tetap
mengatur tindakannya agar tidak melanggar norma yang berlaku.Akan tetapi,
interaksi yang dilakukan oleh masyarakat berjejaring dengan menggunakan
teknologi Internet berdampak pada masyarakat yang kurang bertanggung jawab
dan mengucilkan diri dari interaksi dengan masyarakat (Levine, dalam Kollanyi,
2007).
Perilaku menyimpang kemudian muncul dalam interaksi sosial pada media sosial
dengan melakukan tindakan yang mengganggu interaksi sosial yang berlangsung.
43

Ragam perilaku menyimpang yang dilakukan seseorang dalam interaksi pada


media sosial dapat berupa pelecehan seksual, bullying, penipuan, dan lainnya.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat layaknya pisau bermata dua, tidak hanya
membawa dampak positif namun diikuti dengan serangkaian dampak negatif.
Menurut Dowdell (2011) cara termudah hari ini bagi pelaku untuk bertemu dan
melibatkan anak atau remaja untuk tujuan pelecehan seksual, pornografi, atau
prostitusi adalah melalui internet. Pelecehan seksual tidak hanya terbatas pada
pemerkosaan dan tindak kekerasan fisik yang dilakukan seseorang, beberapa tindakan
yang dilakukan dan menunjukkan pendekatan-pendekatan terkait dengan seks yang
tidak diinginkan dapat dinyatakan sebagai tindak pelecehan seksual. Berdasarkan hasil
penelitian UNICEF pada 2011-2013 (Razak, 2014) dari 400 responden anak-anak dan
remaja yang terbagi di beberapa wilayah Indonesia, sebanyak 42% responden
pernah mengalami cyberbullying ketika menggunakan media sosial.
Secara global, pada Januari 2018 dari 4 milyar orang yang menggunakan internet,
pengguna aktif sosial media berjumlah 3,2 milyar (Kemp, 2018). Pesatnya
perkembangan media sosial juga dikarenakan semua lapisan masyarakat mampu
memiliki media sendiri. Beberapa platform media sosial yang paling sering digunakan
oleh remaja saat ini yaitu; Facebook, Twitter, Youtube, Line, Instagram, Whatsapp,
BBM, dan lainnya. Pelecehan seksual tidak hanya terbatas pada pemerkosaan dan
tindak kekerasan fisik yang dilakukan seseorang, beberapa tindakan yang
dilakukan dan menunjukkan pendekatan-pendekatan terkait dengan seks yang tidak
diinginkan dapat dinyatakan sebagai tindak pelecehan seksual. Menurut riset yang
dilakukan oleh firma kemanan digital, Norton, 76% dari 1.000 responden wanita
yang berusia dibawah 30 tahunpernah mengalami pelecehan seksual secara online
(Aprillia, 2017). Bentuk-bentuk ajakan untukchat yang menggoda dan mengganggu
merupakan hal yang sudah biasa terjadi dalam konteks penggunaan media sosial.
Tidak jauh berbeda dengan siulan, kata-kata serta sentuhan yang biasa dilakukan
oleh oknum pelecehan seksual di dunia nyata. Pelecehan seksual terhadap remaja
dapat terjadi pula di jejaring sosial sebagai ruang publik dunia maya.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji terkait penggunaan
media sosial serta dampaknya terhadap kehidupan sosial di masyarakat. Fokus
permasalahan dalam artikelini adalah untuk menjelaskan pelecehan seksual yang di
reproduksi ke dalam ruang baru yaitu media sosial oleh remaja. Fokus kajian meliputi;
(1) efek penggunaan media sosial di kalangan remaja, (2) tindak pelecehan seksual
yang terjadi di media sosial, (3) kontrol sosial dalam penggunaan media sosial di
kalangan remaja.

METODE PENELITIAN
Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah
deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan kondisi penggunaan media sosial
serta dampaknya di kalangan pelajar. Peneliti mengumpulkan data awal dengan
44

cara Analisis Dokumen yang berfungsi sebagai dasar bagi peneliti terkait
permasalahan pelecehan seksual di kalangan pelajar sebagai dampak dari
penggunaan media sosial. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah beberapa dokumen terkait penggunaan media sosial secara global; Internet
and Social Media Statistic 2018, Social Media Use in 2018, The Annual Bullying Survey
2017, dan Sensis Social Media Report 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Remaja dan Media Sosial Saat Ini


Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menghubungkan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Kartono, 1995;
Santrock, 2003; Rice dalam Gunarsa, 2004). Hadirnya teknologi mampu
mempengaruhi kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan remaja.
Perkembangan teknologi informasi mengantarkan media sosial yang menawarkan
banyak kemudahan para remaja betah berselancar dengan waktu yang lama di
dunia maya. Secara global, pada Januari 2018 dari 4 milyar orang yang
menggunakan internet, pengguna aktif sosial media berjumlah 3,2 milyar (Kemp,
2018). Pesatnya perkembangan media sosial juga dikarenakan semua lapisan
masyarakat mampu memiliki media sendiri. Beberapa platform media sosial yang
paling sering digunakan oleh remaja saat ini yaitu; Facebook, Twitter, Youtube, Line,
Instagram, Whatsapp, BBM, dan lainnya. Pada dasarnya platform media sosial ini
menurut fungsi utamanya terbagi menajdi dua; jejaring sosial dan aplikasi
pesan/chat.
Berdasarkan hasil survey We Are Social (2018), platform media sosial yang paling
sering digunakan masyarakat secara global yaitu Facebook dengan jumlah pengguna
aktif sebanyak 2.167 juta, Youtube dengan 1.500 juta pengguna aktif, WhatsApp dan FB
Messanger dengan 1.300 juta pengguna aktif, WeChat dengan 980 juta pengguna
aktif, Instagram dengan 800 juta pengguna aktif, Tumblr dengan 794 juta pengguna
aktif, Twitter denga 330 juta pengguna aktif, Skype dengan 300 juta pengguna aktif,
LinkedIn dengan 260 juta pengguna aktif, Snapchat dengan 255 juta pengguna aktif,
Line dengan 203 juta pengguna aktif, Pinterest dengan 200 juta pengguna aktif,
Telegram dengan 100 juta pengguna aktif, BBM dengan 63 juta pengguna aktif, dan
KakaoTalk dengan 49 juta pengguna aktif (lihat Grafik 1).
45

Grafik 1. Platform Media Sosial yang Paling Sering Digunakan (dalam Jutaan)
Sumber: wearesocial.com (2018)

Dengan banyaknya platform yang terdapat pada media sosial, banyak remaja
yang memanfaatkannya sebagai sarana untuk berinteraksi dengan teman, berbagi
tugas-tugas sekolah, bermain game, atau sekedar mengisi waktu luang. Media sosial
yang banyak digemari oleh masyarakat khususnya remaja saat ini menghadirkan
berbagai fitur atau fasilitas yang memberikan kesempatan bagi penggunanya
untuk dapat mendokumentasikan setiap aspek kehidupannya. Sebagai contoh
aplikasi Instagram yang menawarkan kemudahan bagi penggunauntuk berbagi foto
dan video yang dilengkapi fitur-fitur tambahan seperti lokasi, live video,
boomerang, atau bahkan melakukan percakapan pribadi disertai dengan berbagai macam
emoticon menarik.
Kesadaran pengguna akan bagaimana hidup dirinya akan dinilai oleh orang lain
secara tidaksadar meningkat. Perlu disadari bahwa berbagai fitur yang dimiliki
oleh media sosial justru membiasakan masyarakat untuk hidup dan
mempresentasikan kehidupan yang “likeable” (Jurgenson, 2012). Seperti halnya
dalam pemilihan foto untuk dijadikan profile picture ataupun status yang diperbaharui
semuanya didasarkan pada sejauh mana hal tersebut akan disukai oleh orang lain.
Kekuatan transformatif yang dihadirkan oleh media sosial ini menjadi salah satu
jawaban atas maraknya penggunaan media sosial pada remaja. Media sosial dirasa
menjadi salah satu sarana bagi remaja untuk mengumpulkan kepercayaan diri
serta dukungan dari lingkungannya.
Penggunaan media sosial dalam segala kegiatan dapat dikategorikan sebagai perbahan
sosial karena mampu memunculkan gejala-gejala perubahan struktur sosial pada
masyarakat, mengubah cara lama dengan efisiensi ruang dan waktu. Perubahan
sosial berarti adanya perubahan pada struktur dan fungsi masyarakat, perubahan
tersebut dapat diketahui denganadanya modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola kehidupan manusia (Davis, dalam Naszir, 2008). Hal tersebut diperkuat oleh
46

MacIver (dalam Soekanto, 2014) mengatakan bahwa “Perubahan-perubahan


sosial dikaitkannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social
relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan
sosial”. Perubahan sosial dapat terjadi dalam bentuk material maupun non-material,
dan dapat mempengaruhi hubungan sosial dan keseimbangan yang ada di masyarakat
sebagai bentuk penyesuaian dan perkembangan pola-pola kehidupan menuju hal yang
lebih baik.
Reproduksi Ruang Pelecehan Seksual ke dalam Media Sosial
Berawal dari penggunaan media sosial, anak-anak muda mulai membangun relasi
di dunia maya dengan akun pribadinya. Menawarkan pertemanan dan relasi di
dunia maya lewat foto sebagai identitas profil. Dengan adanya foto dalam
tampilan profil, mereka dengan mudah dapat memilih siapa saja yang akan
menjadi teman di dunia maya. Selanjutnya, proses menambah teman di dunia
maya tidak terjadi begitu saja. Ada unsur memilih siapa yang akanmenjadi teman
atau tidak. Dapat dilihat tanpa riset yang mendalam di media sosial, perempuan
dengan paras yang dianggap cantik oleh orang banyak akan lebih banyak memiliki
teman didunia maya daripada perempuan yang dianggap buruk wajahnya. Foto yang
dipajang sebagai gambar profil merupakan syarat utama yang dapat menentukan
bagaimana seseorang akan menjadi populer di dunia maya. Berdasarkan hasil survey
Ditch the Label, Instagram dengan persentase sebesar 42% merupakan platform
media sosial yang penggunanya paling sering menglami cyberbullying. Facebook
dengan 37%, Snapchat dengan 31%, WhatsApp dengan 12%, Youtube dengan 10%, dan
Twitter dengan 9% (lihat Bagan 2).

Grafik 2. Platform Media Sosial yang Berpotensi Tinggi dalam Cyber Bullying
Sumber: The Annual Bullying Survey (2017)

Media sosial seharusnya menjadi sarana dalam memperluas pertemanan juga


mencariinformasi mengenai hal-hal yang disukai. Akan tetapi, terdapat beberapa
oknum tidak bertanggungjawab yang justru menjadikan media sosial sebagai sarana
47

untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Menurut riset yang dilakukan oleh firma
kemanan digital, Norton, 76% dari 1.00 responden wanita yang berusia dibawah 30
tahun pernah mengalami pelecehan seksual secara online (Aprillia, 2017). Bentuk-
bentuk ajakan untuk chat yang menggoda dan mengganggu merupakan hal yang
sudah biasa terjadi dalam konteks penggunaan media sosial. Tidak jauh berbeda
dengan siulan, kata-kata serta sentuhan yang biasa dilakukan oleh oknumpelecehan
seksual di dunia nyata. Pelecehan seksual terhadap remaja dapat terjadi pula di
jejaring sosial sebagai ruang publik dunia maya.
Tindak pelecehan secara verbal di dunia maya terhadap perempuan, baik seksual
maupun non- seksual yang terjadi merupakan bentuk kebiasaan yang direproduksi.
Pelecehan verbal terhadap perempuan masih sama, hanya bentuknya saja yang
berbeda. Kata-kata yang dahulu diucapkan secara langsung, sekarang berubah bentuk
menjadi tulisan. Rayuan dan godaan yang tidak menyenangkan di media sosial dapat
dilakukan dengan berbagai cara (chat, direct message, dan komentar) masih sama
mengganggunya dengan godaan dan siulan para oknum di jalanan. Dalam hal
penggunaan media sosial, remaja saat ini harus dibekali dengan pengetahuan-
pengetahuan yang memadai tentang sikap yang bijak dalam menggunakan media
sosial. Sikap terbuka yang berlebihan dalam penggunaan media sosial akan
mempermudah bagi oknum pelaku pelecehan seksual dalam menjadikan remaja
tersebut sebagai targetnya.
Tantangan Masa Depan
Ketergantungan aktivitas remaja dalam berselancar pada jejaring sosial
dilatarbelakangi kurangnya pengawasan dan perhatian dari lingkungan terdekat,
khususnya keluarga. Sikap dan peran orang tua sangat penting terhadap masalah
pengaruh negatif dari media sosial. Akan tetapi, peran masyarakat sebagai
komponen pendukung sosialisasi serta pembentuk kepribadian seseorang memiliki
andil yang cukup besar. Kondisi remaja yang masih tergolong labil membuat mereka
masih memerlukan bantuan orang-orang terdekat untuk melakukan pengendalian
terhadap penggunaan media sosial dalam rangka membantu para remaja
menyaring pengaruh-pengaruh media sosial. Permasalahan yang akan timbul jika para
remaja dibiarkan menggunakan media sosial tanpa pengawasan dan arahan yang
jelas akan menimbulkan berbagai perilaku menyimpang (pelecehan, penipuan,
bullying, dll).
Jika diurutkan sesuai dengan teori ketegangan sosial dari Merton, hal tersebut merujuk
kepada teori anomi yang dikemukakan oleh Durkheim. Pada masyarakat modern,
norma dan standartradisional menjadi terabaikan tanpa tergantikan dengan yang baru,
sehingga mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur seseorang
dalam berperilaku. Kondisi tanpa adanya aturan tersebut biasa disebut anomi,
kondisi dimana tidak adanya norma yang berlaku dan mengatur perilaku
masyarakat. Tahapan selanjutnya yang terjadi akibat anomi ialah ketegangan di
48

masyarakat. Ketegangan tersebut dapat menimbulkan penyimpangan yang timbul


akibat kesenjang ekonomi dan perbedaan kesempatan yang ada di masyarakat.
Sehingga pada akhirnya, baik anomi maupun ketegangan dapat menimbulkan perilaku
menyimpang di masyarakat sebagai bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat
(lihat Bagan 1).

Bagan 3. Tinjau teoritis untuk perilaku menyimpang


Sumber: Clinard and Meier, diolah oleh penulis (2018)

Artikel ini berfokus pada kajian teoritis mengenai pelecehan seksual yang
dilakukan dalam ruang baru. Fokus teori diatas digunakan sebagai batasan dalam
permasalahan pelecehan seksual yang terjadi pada jejaring sosial sebagai dampak
dari mulai lunturnya nilai-nilai yang dimiliki masyarakat khususnya remaja akibat
penggunaan media sosial. Belum adanya aturan dan nilai-nilai baru yang berfungsi
sebagai pedoman yang membatasi perilaku remaja dalam berinteraksi di media sosial
menjadikan perilaku menyimpang banyak dilakukan pada ruang- ruang komunikasi
virtual tersebut. Selain itu, adaptasi di masyarakat yang dipengaruhi ketegangan
sebagai dampak dari anomi di masyarakat juga dapat memicu terjadinya beberapa
perilaku menyimpang.
Penggunaan media sosial juga mengakibatkan berubahnya gaya komunikasi dan
karakteristik pelajar seperti membanggakan diri sendiri secara berlebihan atas apa
yang dimilikinya. Beberapa pelajar cenderung menjadi pengguna yang aktif
dalam media sosial. bahkan, seringkali mereka terlalu banyak memposting
berbagai hal dari mulai kegiatan sehari-hari hingga ke permasalahan yang
49

berbentuk privasi. Hal tersebut dilakukan sebagai ajang utuk menunjukkan


keberadaan dirinya kepada dunia luar. Para pelajar seringkali berlomba-lomba untuk
menampilkan dan membuat branding tentang dirinya kepada dunia luar. Melalui
berbagaifoto, video, pernyataan yang ada di media sosial, mereka ingin menunjukkan
dan mengarahkan pandangan orang lain bahwa mereka adalah seperti yang mereka
gambarkan. Seperti yang disebutkan Goffman (dalam Mulyana, 2011) terkait konsep
Dramaturgi, bahwa individu akan menampilkan dirinya sebaik mungkin. Ketika
orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang
akan diterima orang lain. Dalam konsep Dramaturgi, kehidupan sosial dimaknai
sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan
perannya. Akan tetapi, para pelajar yang belum memiliki pengendalian diri yang
sempurna dalam mengekspresikan dirinya menjadi rawan terjerumus pada hal-hal
yang akan merugikan bahkan mencelakakan dirinya. Sebagai contoh, penggunaan
aplikasi Instagram yang belum terkontrol, beberapa pelajar kerap kali mengunggah
foto maupun video dengan pakaian yang kurang senonoh dan sopan hanya untuk
mendapatkan pujian dan likes dari para followers yang dimilikinya dalam rangka
mencari eksistensi dan pengakuan diri.
Remaja yang masih berada pada masa peralihan menuju dewasa, kerap kali
mencoba dan mengeksplor kegiatan-kegiatan baru dalam rangka pencarian jati diri
mereka di masyarakat. Dengan kemunculan media sosial sebagai ruang baru untuk
berinteraksi, memudahkan mereka dan meningkatkan rasa ingin tahu mereka akan
dunia yang lebih luas. Media sosial juga dijadikan sebagai sarana untuk
memuaskan hasrat baik yang bersifat positif maupun negatif yang tidak dapat
mereka lakukan di dunia nyata. Internet dan perkembangan teknologi informasi
merupakan alat yang berpotensi dalam perilaku menyimpang dan merusak dalam
kehidupan remaja yang menjadikan mereka sebagai korban secara online (Ybarra,
2007; Duncan , 2008; Dowdell, 2011; Staksrud, 2013; Henry, 2015). Pendapat
tersebut menghasilkan sebuah konstruksi baru dalam perkembangan penggunaan
media sosial yaitu remaja yang menggunakan internet dan media sosial telah
membuka celah dalam diri mereka sendiri untuk menjadi korban bullying, pelecehan
seksual, dan perilaku menyimpang lainnya (lihat Tabel 1).
50

Tabel 1. Kontruksi Teoritis Perilaku Menyimpang Dalam Internet


Sumber: Penulis (2018)

KESIMPULAN
Meningkatnya kesadaran pengguna akan bagaimana hidup dirinya akan dinilai oleh
orang lain telah membuat peningkatan terhadap penggunaan media sosial, remaja
yang memang berada pada masa dimana membutuhkan pengakuan terhadap
dirinya dalam lingkungan sosial menjadikannya sebagai pengguna terbanyak
dalam media sosial. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
memberikan kemudahan dalam berinteraksi. Kehadiran media sosial sebagai
bukti perkembangan teknologi komunikasi ternyata memberikan pengaruh
terhadap perilaku remaja. Saat ini, penggunaan media sosial di kalangan remaja
dapat digunakan secara positif untuk pengaktualisasian diri, berbagi tugas sekolah
dan bermain.
Penggunaan yang tidak disertai pengawasan dan perhatian dari lingkungan sekitar
akan memicu terjadinya perilaku-perilaku menyimpang. Pelecehan seksual sebagai
salah satu bentuk perilaku menyimpang marak terjadi karena minimnya pengetahuan,
kurangnya pengawasan, serta rendahnya tingkat kesadaran remaja dalam penggunaan
media sosial secara bijak. Tindak pelecehan secara verbal di dunia maya terhadap
perempuan, baik seksual maupun non-seksual yang terjadi merupakan bentuk
kebiasaan yang direproduksi. Pelecehan verbal terhadap perempuan masih sama,
hanya bentuknya saja yang berbeda. Kata-kata yang dahulu diucapkan secara
langsung, sekarang berubah bentuk menjadi tulisan. Rayuan dan godaan yang
tidak menyenangkan di media sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara (chat,
direct message, dankomentar) masih sama mengganggunya dengan godaan dan siulan
para oknum di jalanan.
51

Lampiran 2.
Tautan Kuesioner Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual di Masa
Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi Universitas Islam Bandung

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSeXYiorMdx7OZAUOWE2iJni8I8R
ecW8AVLcg6uiGpS4WdGHHA/viewform?usp=sf_link

Lampiran 3.
Tampilan awal Kuesioner Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual di
Masa Pandemi Covid-19 Menurut Mahasiswi Universitas Islam Bandung

Lampiran 4.
File hasil data jawaban keseluruhan responden dari Kuesioner Pengaruh Media
Sosial Terhadap Pelecehan Seksual di Masa Pandemi Covid-19 Menurut
Mahasiswi Universitas Islam Bandung
52

https://docs.google.com/spreadsheets/d/1exS9mvKtDpZXDCnJKiLUZ8NS_AGC
HPFINgMtYzumM5M/edit?usp=sharing
53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI
Nama Lengkap : ABIDAH SYAKIRAH
Nama Panggilan : ABIDAH
Anak ke-__ dari__saudara : 1 DARI 2
Tempat, Tanggal Lahir : BANDUNG, 30 SEPTEMBER 2003
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Golongan Darah : O
Agama : ISLAM
Alamat Lengkap : JL. SINDANG SARI 1 NO. 20 RT/RW
04/08, ANTAPANI, BANDUNG
Alamat Instagram : Abidahabsyi
Alamat Email : abidahsyakirah309@gmail.com
No. Telepon/Whatsapp : 087778763222
INFORMASI PRIBADI
NPM, Kelas, Prodi : 10050021273, G, PSIKOLOGI
Fakultas : PSIKOLOGI
Asal SMA, Jurusan : SMAN 20 BANDUNG, IPA
UKM yang diikuti : BELUM ADA
Hobi : MEMBACA, MENONTON FILM,
MENGGAMBAR
Minat dan Bakat MENGGAMBAR/MENDESAIN
Cita-Cita : PSIKOLOG, BUSINESS WOMAN
Pengalaman Organisasi : BENDAHARA MAJELIS
PERWAKILAN KELAS SMAN 20
BANDUNG PERIODE 2020/2021

ABIDAH SYAKIRAH

Anda mungkin juga menyukai