Anda di halaman 1dari 9

Sekilas Tatacara, Hukum, Dan Kesunnahan

Dalam Penyembelihan Hewan

Oleh :
Alfaqir Faiq Haidar Ali Kholilullah
Didalam praktek penyembelihan, terdapat syarat dan 2. Harus menyengaja niat untuk menyembelih hewan
rukun yang harus dipenuhi, karena dapat menjadikan sah tersebut.
atau tidaknya sembelihan tersebut dan halal atau tidaknya Jadi apabila hewan tersebut mati tanpa disengaja,
hewan yang disembelih. seperti halnya pisau yang akan kita pakai tanpa
disengaja jatuh dan tepat mengenai leher hewan
( SYARAT MENYEMBELIH )
tersebut sampai mati, maka hewan tersebut tidak
Adapun syarat-syarat menyembelih itu ada 3, yaitu : halal.
Atau hewan tersebut yang sengaja dengan
1. Hewan yang mati harus dalam kondisi terputus urat sendirinya menggesekan lehernya kepada mata
nafas ( Hulqum ),saluran makanan dan minumannya
bilah yang tajam sampai ia mati, maka itupun
(Mari’), serta kedua urat nadi kanan dan kiri
menjadi tidak halal.
lehernya tanpa sebab-sebab yang lain.
Apabila si hewan mati karena sengaja di seset Seperti perkataan Imam Asy-Syarbiny :
bagian ususnya, maka hewan tersebut tidak halal.
Begitupun apabila si hewan mati karena pisau yang
digunakannya sengaja diberi racun yang mematikan, ( Kitab Iqna’, hal.577 )
maka hewan tersebut tidak halal.
3. Harus terputus urat pernafasan ( Hulqum ), dan
Ataupun keadaan si hewan mati karena ditusuk oleh
saluran makanan dan minumannya (Mari’), dalam
dua buah pisau didepan dan belakang lehernya,
sekali sayatan.
itupun menjadikan tidak halal.
Akan tetapi diperbolehkan dua kali sayatan ataupun
Sebagaimana pendapat Syeikh Ibrohim Albajury : lebih, selama hewan tersebut masih hidup atau
bernafas.

( Kitab Albajury juz 2, hal.286-287 )


Dan juga halal ketika menyembelih dua kali sayatan 1. Harus memotong semua bagian daripada urat
ataupun lebih, selama tidak terselang oleh jangka pernafasan ( Hulqum ), dan semua saluran makanan dan
waktu yang lama. minuman ( Mari’ ), dengan sekali sayatan.
2. Boleh memotong saluran dua kali sayatan atau
Seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qosim :
lebih, dengan syarat hewan tersebut masih hidup atau
bernafas.
3. Boleh memotong dua kali sayatan atau lebih,
( Kitab Albajury juz 2, hal.286 )
asalkan tidak terselang oleh jangka waktu yang lama.

Jadi ketika kita menyembelih hewan, kemudian pisau


( RUKUN MENYEMBELIH ) kita terjatuh, lalu kita ambil lagi dan pada saat itu juga
disembelihkan lagi, maka hewan sembelihan tersebut
Adapun rukun-rukun dalam menyembelih, itu ada 4, yaitu halal.
sebagiamana menurut Imam Asy-Syarbiny :
Atau ketika kita menyembelih, kemudian pisau kita
terlempar karena sebab tumpul, ataupun sengaja
1. Cara Menyembelih dilempar untuk digantikan kepada pisau yang baru, lalu
2. Alat Sembelih pada saat itu juga disembelihkan lagi sampai selesai,
3. Hewan yang disembelih maka hewan sembelihan itu pun juga halal.
4. Orang yang Menyembelih Alasannya, meskipun menyembelih dengan dua kali
sayatan ataupun banyak, asalkan dilakukan secara terus
 Cara Menyembelih menerus, dan tidak terselang oleh jangka waktu yang
Cara menyembelih yang sah terdapat 3 macam, yaitu : lama, maka hal itu dihitung sebagai satu waktu.

Sebagaimana menurut pendapat Imam Ibnu Qosim :


1. Hewan yang biasa disembelih, seperti hewan ternak
ataupun hewan jinak ( ayam,kambing,domba,kerbau
( Kitab Albajury juz 2, hal.286 )
dan sapi ).
2. Hewan liar seperti rusa, kuda, kerbau edan, atau
kerbau yang jatuh kedalam sumur yang tidak
 Alat Sembelih memungkinkan untuk disembelih, maka boleh
Adapun alat yang sah dipakai untuk menyembelih, yaitu disembelih dari arah mana saja.
setiap benda yang tajam, yang dibuat dari besi, bambu 3. Hewan yang masih didalam perut ibunya (Hanalam)
timbah, tembaga, emas, dan perak…dll. maka cara menyembelihnya yaitu :
a. Bisa disembelih ibunya, sampai Hanalam
Akan tetapi tidak boleh menyembelih hewan dengan tersebut mati, baik dalam perut ibunya
menggunakan gigi atau taring, tulang, dan kuku. Baik ataupun ketika dikeluarkannya.
kepunyaan manusia ataupun bukan. b. Apabila ketika Hanalam tersebut dikeluarkan
Sebagaimana menurut Imam Asy-Syarbiny : dari perut ibunya, sedangkan kondisinya
masih hidup seperti biasa, maka Hanalam
tersebut harus disembelih sebagaimana
( Kitab Iqna’, hal.580 ) biasanya.

Kedua cara tersebut sah, dan sembelihannya


halal.
 Hewan yang disembelih
Sebagaimana menurut Imam Abu Syuja’ :
Adapun jenis hewan yang boleh disembelih, itu ada 3
macam, yaitu :
( Kitab Taqrib )
Dan menurut Imam Asy-Syarbiny : Adapun Kriteria orang yang sah untuk menyembelih,
yaitu:

1. Orang Islam, baik yang sudah baligh dan tamyiz,


( Kitab Iqna’, hal.577 )
ataupun belum, asalkan kuat dan bisa untuk
Dan menurut Imam Ibnu Qosim : menyembelih.
2. Orang yang berakal sehat, orang gila, ataupun orang
yang sedang mabuk, selagi mereka islam, maka
( Kitab Fathul Qorib ) sembelihannya sah.

Akan tetapi apabila setelah ibunya disembelih, tetapi Adapun orang Kafir (luar daripada Islam) dan orang
Hanalam tersebut masih meronta-ronta didalam perut Murtad, maka sembelihannya tidak sah dan tidak halal.
ibunya dengan waktu yang cukup lama kemudian ia mati,
Sebagaimana menurut Imam Ibnu Qosim :
maka Hanalam tersebut tidaklah halal, karena ia mati
bukan karena sebab disembelih ibunya.

Sebagaimana pendapat Imam Albajury : ( Kitab Iqna’, hal.581 & Fathul Qorib )

( Kitab Albajury, Juz 2, hal.291 )

 Orang yang Menyembelih


HUKUM-HUKUM DALAM MENYEMBELIH Sebagimana menurut Imam Albajury dalam Kitab
Albajury, Juz 2, hal.287 :
4 Hukum dalam menyembelih, yaitu :

1. Menyembelih yang sah, halal, dan sempurna


Yaitu memotong urat pernafasan dan saluran 4. Menyembelih yang diharamkan, seperti :
makan, minum, serta memotong dua urat nadi a. Menyembelih dengan pisau yang tumpul
disebelah kanan dan kiri leher. b. Menyembelih dengan cara digilas
c. Menyembelih dengan cara digebukin
Sebagaimana menurut Imam Abu Syuja’ dalam kitab
d. Hewan yang mati karena tertimbun reruntuhan
Taqrib :
e. Menyembelih dengan cara di tembak oleh senjata
api
f. Menyembelih dengan dua kali sayatan atau lebih,
2. Menyembelih sekedar sah atau halal
ketika hewan sembelihan tersebut sudah mati pada
Yaitu sekedar memotong urat pernafasan dan
sayatan pertama.
saluran makanan dan minumannya.
Sebagaimana menurut Syeikh Zainuddin Almalibary
Juga menurut Imam Abu Syuja’ dalam kitab Taqrib :
dalam Kitab I’anatutrholibin syarah Fathul Mu’in, Juz 2,
hal.343 :

3. Menyembelih yang sah akan tetapi dimakruhkan


Yaitu menyembelih sampai putus semua lehernya
KESUNNAHAN DALAM MENYEMBELIH
menurut Imam Romli dan Imam Syibramilis.
Akan tetapi menurut pendapat yang lain adalah Secara umum kesunnahan dalam menyembelih, baik
halal hewannya, tetapi haram dalam Qurban, Aqiqah, ataupun menyembelih biasa, antaralain :
penyembelihannya karena adanya unsur penyiksaan.
1. Hewan yang akan disembelih dihadapkan ke kiblat 5. Orang gila yang sudah baligh
2. orang yang akan menyembelih menghadap kiblat 6. Orang mabuk yang sudah baligh
3. Posisi dimiringkan ke sebelah kiri
Sebagaimana dalam Kitab Albajury, Juz 2, hal.289 :
4. Memakai kain putih dan wewagian
5. Ketiga kaki di ikat selain daripada kaki sebelah
kanan bagian belakang
6. Posisi orang yang akan menyembelih tidak boleh SEKILAS MASALAH BERBURU
terlihat oleh hewan yang akan disembelih Didalam kitab I’anatuttholibin syarah Fathul Mu’in Syeikh
7. Tidak membiarkan hewan yang lainnya melihat kita Zainuddin Almalibary mengatakan :
saat akan menyembelih
8. Membolak-balikan pisau pada tubuh hewan
9. Membaca bismilah, sholawat dan salam Yang artinya :
10.Menggunakan pisau yang sangat tajam
Diharamkan berburu menggunakan peluru yang
Sebagaimana dalam Kitab Iqna’, hal.594 : terbuat dari besi ataupun logam, yang diluncurkan
menggunakan api atau mengandung unsur api,
sebab diharamkannya karena hewan buruan tersebut
 SUSUNAN ORANG YANG PALING UTAMA cepat mati karena sebab terbakar, adapun apabila
DALAM MENYEMBELIH : peluru tersebut tidak menggunakan api atau tidak
1. Muslim laki-laki, baligh, dan berakal sehat mengandung unsur api, maka boleh dan tidak
2. Muslim perempuan, baligh dan berakal sehat diharamkan.
3. Anak laki-laki, Muslim dan Tamyiz ( I’anatuttholibin syarah Fathul Mu’in Syeikh
4. Kafir Kitabi Ashly (Ahlulkitab),baligh, dan berakal Zainuddin Almalibary, Juz 2,hal.244)
sehat
PERINGATAN ( TANBIH ) Ya Allah shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, Ya Allah hewan ini darimu, dan
Dalam praktek penyembelihan biasa ( bukan qurban dan
Aku Qurbankan untukmu, maka terimalah Qurbannya si
aqiqah ), tidak disunnahkan untuk membaca takbir dan
… bin …
do’a qobul.
 Niat ketika menyembelih hewan Aqiqah :
Adapun dalilnya didalam Kitab Albajury Juz 2, hal.300
yaitu :

Artinya :

PRAKTEK CARA MENYEMBELIH HEWAN Niat saya menyembelih Aqiqahnya si … bin …, karena
QURBAN DAN AQIQAH Allah. Bismillahi Allahu Akbar.

 Niat ketika menyembelih hewan Qurban :  Do’a setelah menyembelih hewan Aqiqah :

Artinya : Artinya :

Niat saya menyembelih hewan qurban ini, milik si Ya Allah ini adalah hewan darimu dan untukmu, Ya Allah
… bin …, Karena Allah. Bismillahi Allahu Akbar. ini adalah Aqiqahnya si … bin …

 Do’a setelah menyembelih hewan Qurban : ( Kitab Albajury Juz 2, hal.303 )

Artinya : CATATAN
1. Tidak disyaratkan dan tidak diwajibkan niat pada
Qurban yang di nadzarkan, karena dengan
dinadzarkan dapat menjadikan keluar daripada
kepemilikan kita, akan tetapi Qurbannya di anggap
sah dan wajib ditunaikan.

Dalilnya sebagaimana pada Kitab Albajury Juz 2, hal.304


yaitu :

2. Niat Qurban boleh dilakukan ketika kita selesai


membeli atau menentukan hewan Qurban.
( Kitab Albajury Juz 2, hal.304 )

3. Niat yang yang paling utama yaitu ketika telah


masuk waktu Qurban, yakni setelah terbit matahari,
atau setelah selesai melakukan Sholat Idul Adha dan
kedua Khutbahnya.

Dalilnya pada Kitab Mughnil Muhtaj Juz 4, hal.289 yaitu :

Anda mungkin juga menyukai