Rasa syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa dan
Maha Bijaksana yang telah membukakan pintu rahmat Nya. Berkat bantuan dari berbagai
pihak, pembuatan Pedoman Pengorganisasian DOTS ini dapat diselesaikan. Untuk
itu penyusun sampaikan terimakasih kepada yang terhormat drg. Mia Amalia Sp. Ort selaku
Direktur RS Medimas Cirebon.
Dalam meningkatkan kesehatan di Indonesia, khususnya pada kasus tuberkolosis di
Rumah Sakit Medimas Cirebon agar terciptanya masyarakat yang sehat. Kami berharap
kepada pasien anak yang sudah menderita TB agar dapat diobati dan pasien dewasa yang
tersekrening TB dirujuk dan mendapat pengobatan serta tidak terkontaminasi dengan
masyarakat lainnya.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan Pedoman Pengorganisasian DOTS ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun guna perbaikan penulisan laporan selanjutnya. Semoga Pedoman
Pengorganisasian DOTS bermanfaat dan sumbangan positif terhadap semua pembaca.
Cirebon,
TIM TB DOTS
DAFTARISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN TB DOTS
DI RS MEDIMAS CIREBON…...........................................................................................iii
BAB I
A. PENDAHULUAN....................................................................................................01
B. LATAR BELAKANG..............................................................................................01
C. TUJUAN..................................................................................................................02
D. RUANG LINGKUP PELAYANAN........................................................................03
E. BATASAN OPERASIONAL..................................................................................03
F. DASAR HUKUM....................................................................................................03
BAB II STANDAR KETENAGAAN..................................................................................06
BAB III DIRECTLY OBSERVED TREATMENT, SHORT• COURSE (DOTS)................10
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................10
B. PENGERTIAN DOTS..........................................................................................10
C. VISI.......................................................................................................................10
D. MISI.......................................................................................................................11
E. FALSAFAH..........................................................................................................11
BAB IV. STRUKTUR ORGANISASI TIM DOTS.............................................................12
A. STRUKTUR ORGANISASI.................................................................................12
B. URAIAN TUGAS TIM.........................................................................................13
BAB V TATA HUBUNGAN KERJA TIM DOTS..............................................................18
BAB VI PENCATATAN PELAPORAN MONITORING EVALUASI..............................19
BAB VII PERTEMUAN/RAPAT.........................................................................................20
BAB VIII PENUTUP............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
ii
PERATURAN DIREKTUR RS MEDIMAS CIREBON
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PENGGORGANISASIAN TB DOTS
RUMAH SAKIT MEDIMAS CIREBON
iii
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PEDOMAN PENGGORGANISASIAN TB DOTS RUMAH SAKIT
MEDIMAS CIREBON
Ditetapkan di Cirebon
Pada Tanggal :
Direktur,
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (1999) jumlah pasien Tuberkulosis (TB) di
Indonesia sekitar 10% jumlah pasien TB di dunia dan merupakan ke 3 terbanyak di dunia
setelah India dan China. Diperkirakan saat ini jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8%
dari total jumlah pasien TB didunia dan setiap tahun terdapat 539.000 kasus baru. Insidens
kasus TB BTA positif sekitar 107 per 100.000 penduduk.Data Survei Tuberkulosis
Nasional tahun 2004 masih mendapatkan bahwa kasus baru di Indonesia rata rata 110 per
100,000 penduduk dengan kematian 100,000 pertahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menyatakan penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 2
setelah penyakit stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berdasarkan data statistik
rumah sakit tahun 2007, TB menempati urutan pertama dalam proporsi penyakit menular
(27,8%), dan menempati urutan ke 14 sebagai penyakit terbanyak di rawat inap, sedangkan
tahun 2008 menempati urutan ke 7 sebagai penyakit terbanyak di rawat jalan.
Hasil survey prevalensi TB tahun 2004 menunjukkan bahwa pola pencarian
pengobatan pasien TB ke rumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu sekitar 60% pasien TB
ketika pertama kali sakit mencari pengobatan ke rumah sakit, sedangkan sisanya ke
Puskesmas dan Praktisi swasta. Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia merupakan
negara dengan beban tinggi TB pertama di Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target Millenium Development Goals (MDG) untuk penemuan kasus TB
di atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada tahun 2006.
Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus
(case detection rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan (cure rate), dan angka
keberhasilan rujukan (succes referal rate).
Adapun DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya
dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena
keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6- 8 bulan untuk semua kasus dengan
pemeriksaan sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara
langsung, untuk sekurang- kurangnya dua bulan pertama.
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan
tepat waktu.
1
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian
terhadap hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program
pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan.
Untuk menanggulangi masalah TB, strategi DOTS harus diekspansi dan
diakselerasi pada seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait termasuk
rumah sakit pemerintah dan swasta, dengan mengikutsertakan secara aktif semua pihak
dalam kemitraan yang bersinergi untuk penanggulangan TB.
Pada saat ini penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Rumah Sakit baru
berkisar 20% dengan kualitas yang bervariasi. Ekspansi strategi DOTS di RS masih
merupakan tantangan besar bagi keberhasilan Indonesia dalam mengendalikan
tuberkulosis. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim TB External
Monitoring Mission pada tahun 2005 menunjukkan bahwa angka penemuan kasus TB di
RS cukup tinggi, tetapi angka keberhasilan pengobatan rendah dengan angka putus berobat
yang masih tinggi. Kondisi tersebut berpotensi untuk menciptakan masalah besar yaitu
peningkatan kemungkinan terjadi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (MDR-TB).
Strategi nasional pengendalian TB terobosan diarahkan kepada
tujuantercapainya akses universal layanan TB berkualitas untuk menjamin agar semua
kasus TB yang diketemukan dapat didiagnosa dan diobati dengan benar, patuh dan
tuntas berobat serta terjamin kesembuhannya. Permasalahan yang dihadapi adalah
belum semua kasus yang diketemukan terutama di RS swasta dan dokter praktek
swasta yang terpantau oleh pemerintah. Kendala lainnya adalah belum semua
pasien TB diobati sesuai standar internasional yang menjamin kesembuhan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Pedoman Pelayanan Tuberkulosis Dengan Strategi DOTS Di RS Medimas Cirebon
disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tuberkulosis di
rumah sakit.
2. Tujuan khusus
a. Sebagai pedoman dalam program penanggulangan TB di RS Medimas Cirebon
dengan strategi DOTS.
b. Sebagai indikator mutu penerapan standar pelayanan rumah sakit (SPRS)
dalam program penanggulangan TB melalui akreditasi.
c. Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam penanggulangan TB
melalui indikator Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPMRS).
2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan tuberculosis dengan strategi DOTS di Rumah sakit Medimas
Cirebon adalah pasien rawat jalan yang sudah terdiagnosa yang terskreaning untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis Dengan
Strategi DOTS Di Rumah Sakit diperuntukan bagi seluruh rumah sakit di Indonesia, baik
rumah sakit pemerintah maupun swasta.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberculosis ( TB ) yang dikenal dengan nama M. tuberculosis.
2. Integrasi adalah pendekatan pelayanan yang membuat petugas kesehatan
menangani klien secara utuh, menilai kedatangan klien berkunjung ke fasilitas
kesehatan atas dasar kebutuhan klien dan disalurkan kepada layanan yang
dibutuhkannya ke fasilitas rujukan jika diperlukan.
3. Klien adalah seseorang yang mencari dan mendapatkan pelayanan pengobatanTB
dan atau screaning klien.
4. Petugas DOTS adalah pemberi pelayanan konseling dan pencatatan yang telah
dinyatakan mampu untuk memberikan konseling dan melakukan pencatata
5. Pendamping minum obat ( PMO ) adalah orang yang melakukan pendampingan
dan pengawasan minum obat pada klien
6. Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang
untuk mendapatkan layanan pengobatan maupun rujukan
7. Sistem Rujukan adalah pengaturan dan institusi pemberi layanan untuk melakukan
pemeriksaan dahak dan rongten thorax yang lebih memadai. Pengiriman ini
senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada jenis layanan yang
dibutuhkan.
E. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
b. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi• tingginya
c. Pasal 17
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi• tingginya.
3
d. Pasal 18
Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
e. Pasal 20
1. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan
perorangan.
2. Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang• undangan.
2. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
a. Pasal 1
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
c. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : butir b) Memberi pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
RumahSakit.
d. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, butir d) Memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan stanar procedure operasional
3. Undang• undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Organisasidan
TataKerja Departemen
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 tahun 1991 tentang Pengendalian Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 No.49, tambahan
Lembaran Negara No.3447)
6. Keputusan Menteri Kesehatan Strategi Nasional Pengendalian TB Indonesia
2011-2014
7. Keputusan Menteri Kesehatan No.1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
TataKerja Kementerian Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan No.203/MENKES/lll/1999 tentang Gerakan
TerpaduNasional Pengendalian Tuberkulosis
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4
10. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
JangkaPanjang.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
12. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2006 tentang Kewenangan Wajib
StandarPelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
15. Kebijakan Pengendalian TB di Indonesia
a. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
b. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya TB kebal obat ganda.
c. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), meliputi Puskesmas,
RumahSakit Pemerintah, B/BKPM, Klinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta
(DPS)dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan kemitraan
di antara sektor pemerintah, non-pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Gerdunas TB).
e. Peningkatan kemampuan laboratorium di berbagai tingkat pelayanan ditujukan
untuk peningkatan mutu dan akses layanan.
f. Obat anti TB (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara cuma• cuma
dandikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi menjamin
ketersediaannya.
g. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
h. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok
rentan lainnya terhadap TB. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga,
masyarakat dan pekerjaannya. Memperhatikan komitmen internasional yang
termuat dalam MDGs
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
RS Medimas Cirebon selalu berupaya agar dapat memberi pelayanan yang sesuai
standar. Pelayanan di RS Medimas Cirebon meliputi:
6
BAB III
DIRECTLY OBSERVED TREATMENT, SHORT• COURSE (DOTS)
A. LATAR BELAKANG
TB merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini.Laporan TB dunia oleh WHO,
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 5 di dunia. TB
sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi.
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada
saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance =
MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada semua
pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan penanggulangan TB.
Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan semata
tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi
B. PENGERTIAN DOTS
DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan
langsung pengobatan jangka pendek, yang kalau kita jabarkan pengertian DOTS dapat
dimulai dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis untukdirect attention
dalam usaha menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan
pemeriksaan mikroskop. Kemudian setiap penderita harus di observed dalam
memakan obatnya, setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang pengawas.
Selain itu tentunya penderita harus menerima treatment yang tertata dalam sistem
pengelolaan, distribusi dengan penyediaan obat yang cukup.Kemudian, setiap
penderita harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan short course standard
yang telah terbukti ampuh secara klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah
yang membuat program penanggulangan tuberkulosis mendapat prioritas yang tinggi
dalam pelayanan kesehatan.
10
D. MISI RS MEDIMAS CIREBON
1. Menyelenggarakan pelayanan DOTS berorientasi pada pengobatan Tb Anak dan
skrening pada pasien dewasa.
2. Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan medis dengan cara memberikan
informasi terpadu yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai kondisi
kesehatannya.
3. Merujuk pasien dewasa yang terskrening TB.
E. FALSAFAH
Memberikan pelayanan DOTS secara selektif, meyeluruh dan terpercaya secara
professional, efektif, dan efisien yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai
kondisi kesehatan.
1. TUJUAN
a. Menjamin kesembuhan bagi penderita, mencegah penularan,
mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek
samping obat jika timbul, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis di dunia.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan memberikan informasi medis
yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada pasien dan keluarganya yang
datang ke rumah sakit dengan cara menyediakan informasi yang dibutuhkan
pasien maupun keluarganya
2. SASARAN DOTS
Sasaran pengendalian TB di rumah sakit adalah :
a. Meningkatkan jumlah pasien TB Anak yang diobati dengan menggunakan
strategiDOTS atau prosedur dan regimen obat yang sesuai dengan DOTS
menjadi I00 %.
b. Melakukan penjaringan pasien TB dewasa dengan cara screening
c. Semua (100 %) pasien TB dapat diregister dengan baik sesuai pencatatan yang
diberlakukan oleh Dinas Kesehatan.
11
BAB V
B. STRUKTUR
DIREKTUR
SEKRETARIS
6. RADIOLOGI 7. LABORATORIUM
Tim DOTS RS Medimas Cirebon dibawahi langsung oleh Direktur rumah sakit dan
dipimpin oleh Dokter. Tim DOTS RS Medimas Cirebon terdiri dari integrasi dan
kolaborasi 7 (Tujuh) unit kerja rumah sakit yaitu : Perawat IGD,Perawat Poli, rekam medis,
Farmasi, Radiologi, farmasi dan PPL Anggota panitia DOTS terdiri dari satu atau dua orang
perwakilan dari setiap subunit tersebut.
12
C. URAIAN TIM DOTS
1. KETUA DOTS
a. Nama Panitia Kerja : DOTS
b. Nama Jabatan : Ketua DOTS
c. Pengertian :
Seseorang professional yang diberi tugas dan wewenang untuk dapat
memimpin dalam menjalankan pelaksanaan DOTS.
d. Persyaratan dan kualifikasi
a) Pendidikan Formal : Dokter / Perawat
b) Pendidikan Non Formal : Sertifikat seminar
c) Pengalaman Kerja :
Pengalaman kerja sebagai dokter/perawat medical informasi di rawat
inap dan rawat jalan.
d) Keterampilan
Memiliki bakat dan minat, berdedikasi tinggi, berkepribadian yang
menarik, dapat bersosialisasi dengan baik dan professional.
e. Tanggungjawab
Secara administrative dan fungsionalbertanggungjawabseluruhnya
terhadappelaksanaan program DOTS di RS.
f. Tugas Pokok
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program DOTS di RS
g. Uraian Tugas
a) Menyusun dan merencanakanpelaksanaan kegiatan programkerjaDOTS
b) Memimpin, mengkoordinasi dan mngevaluasi pelaksanaan
operasionalDOTS secara efektif, efisien dan bermutu.
13
c) Hasil Kerja
d) Daftar kerja untuk anggota DOTS
e) Usulan perencanaan ketenagaan dan fasilitas yang dibutuhkan di DOTS
f)Standar Operating Procedure DOTS
g) Laporan Program DOTS
h) Bahan Materi edukasi
14
e) Menjadi mitra ketua DOTS untuk meningkatkan pengetahuan
anggota, membuat dan memperbaiki cara kerja dan pedoman kerja yang
aman dan efektif.
f)Memberikan pertimbangan/saran PKRS pada perencanaan,pengembangan
program dan fasilitasnya.
g) Membuat analisa Kinerja DOTS.
i. Uraian Wewenang
Menjadi mitra ketua DOTS
j. Hasil Kerja
a) Analisa DOTS
b) Pelaporan DOTS
c) Usulan perencanaan ketenagaan dan fasilitas yang dibutuhkan diDOTS
d) Standar Operating Prosedure DOTS
e) Laporan Program DOTS
f)Bahan Materi edukasi menyeluruh
3. SEKRETARIS DOTS
a. Nama Panitia Kerja : DOTS
b. Nama Jabatan : Sekertaris DOTS
c. Pengertian :
Seseorang yang ahli dalam bidang DOTS dan mampu dalam menjalankan
pelaksanaan Program DOTS
d. Persyaratan dan Kualifikasi
a) Pendidikan Formal : Berijazah D3dari unit terkait
b) Pendidikan Non Formal : Mengikuti kursus penatalaksanaanTB DOTS
c) Pengalaman Kerja : Memiliki pengalaman sebagai Tenaga DOTS
d) Keterampilan : Memiliki bakat dan minat serta dedikasi tinggi,
berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
e. Berbadan sehat jasmani dan rohani
f. TanggungjawabSecara administrative dan fungsional bertanggung jawab
kepada ketuaDOTS
g. Tugas Pokok
h. Ikut peran serta dalam pelaksanaan kegiatan Program DOTS
i. Uraian Tugas:
a) Mengatur rapat dan jadwal rapat DOTS
b) Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya saat waktu makan siang atau
sore
15
c) Membuat dan menanda tangani surat keluar serta melakukan
pekerjaanadministrative termasuk pengarsipannya
d) Menyusun kesimpulan siding dan notulen rapat
e) Memberikan pertimbangan/saran DOTS pada perencanaan, pengembangan
program dan fasilitasnya.
j. Uraian Wewenang :
a) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
b) Hasil kerja
c) Analisa dan Pelaporan DOTS
4. ANGGOTA DOTS
a. Nama Panitia Kerja : DOTS
b. Nama Jabatan : Anggota DOTS
c. Pengertian
Seseoang yang diberi tugas oleh ketua DOTS dalam mengidentifikasi
kebutuhan promosi kesehatan yang terkait dan memfollow up pelaksanaan dan
penerapan program kerja DOTS dalam masing• masing bagian/unit kerja.
d. Persyaratan dan Kualifikasi
a) Pendidkan formal : Berijazah D3 atau persamaannya dalam
bidangnya masing• masing dan memiliki minat dan bakat dalam promosi
kesehatan
b) Pendidikan non formal : Memiliki sertifikat kursus sesuai unit kerja
masing• masing
c) Pengalaman kerja : pengalamankerja di RS dalam unit masing• masing
d) Ketrampilan : Memiliki bakat dan minat serta dedikasi
tinggi,berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
e. Berbadan sehat jasmani dan rohani
f. Tanggung jawabSecara administrative dan funsional bertanggung jawab kepada
Ketua dan wakil DOTS dalam pelaksanaan program kerja DOTS di setiap
unitnya masing• masing.
g. Tugas Pokok
Membantu pelaksanaan semua kegiatan di Program DOTS di unit masing• masing
h. Uraian Tugas
a) Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit
kerja masing• masing
b) Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja
masing• masing
16
c) Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja
masing• masing.
i. Uraian Wewenang
Berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan masukan
mengenai promosi kesehatan yang dibutuhkan per unit masing• masing.
j. Hasil Kerja
a) Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja
b) Pelaksanaan Program kerja DOTS di masing• masing unit.
c) Penerapan Pedoman DOTS kebutuhan penyuluhan kesehatan
d) Penerapan SPO DOTS kebutuhan penyuluhan kesehatan
e) Laporan evaluasi kerja
17
BAB V
DIREKTUR
REKAM
PERAWAT POLI LABORATORIUM MEDIS
RADIOLOGI FARMASI
PPI KEPERAWATAN
( PERAWAT & BIDAN )
Keterangan :
a. Pamitia DOTS langsung dibawah Direktur RS Medimas Cirebon.
b. Ketua DOTS bertanggung jawab langsung kepada Direktur
c. Wakil ketua DOTS bertanggung jawab langsung kepada ketua DOTS dan berlaku
sebagai mitra
d. Ketua dan wakil KPRS bermitra untuk mengkoordinasikan setiap anggota DOTS
e. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada ketua DOTS dan diharuskan
menyusun rapat, membuat notulen rapat dan siding DOTS
f. Setiap anggota DOTS berdiri mandiri dan aktif untuk membuat, melaksanakan
danmenerapkan program kerja DOTS dibagian/unit masing• masing kerja
g. Setiap anggota DOTS berkewajiban membuat identifikasi kebutuhan promos:
kesehatan dan menyarankan program kerja yang sesuai serta bertanggung jawab
langsung kepada ketua DOTS
h. Hasil dari identifikasi kebutuhan promosi kesehatan dianalisa dan diolah
panitiaDOTS
18
BAB VI
Evaluasi dilakukan setelah 6 bulan. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana
tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Hasil evaluasi sangat berguna
untuk kepentingan perencanaan program.
19
BAB VI
PERTEMUAN RAPAT
a. Rapat Rutin
Diselenggarakan sekali dalam sebulan yaitu setiap hari Rabu minggu ke tiga jam 13.00
dengan peserta anggaota Tim
b. Rapat Insidentil
Dilakukan Sewaktu• waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu dibahas
dan diselesaikan segera
20
BAB VIII
PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa DOTS merupakan suatu
cara untuk pemberantasan penyakit menular yang saat ini berkolaborasi dengan penyakit
HIV IAIDS menjadi suatu beban tersediri bagi bangsa. Oleh karena itu hendaklah menjadi
perhatian tidak hanya bagi petugas saja namun juga jajaran Direksi RS. yang paling penting
dilaksanakan dalam rangka DOTS adalah upaya• upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan
pasien anak yang sampai pengobatan maupun pasien dewasa yang hanya sampai sekrening.
21
DAFTAR PUSTAKA
22