Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

MEMAHAHI FIQH SHALAT JENAZAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
diampu oleh: Ahmad Farid M. Pd

Disusun Oleh:

Rafli Maulana Rizqulloh (2021060054)

Indi Afiatul Khusni (2021060053)

HALAMAN AWAL

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Pertama, makalah ini membahas problematika di kalangan masyarakat yang terjadi.


Bahkan menghabiskan energi hanya untuk membahas problematika yang sudah tuntas
dibahas ulama berabad-abad silam, seperti contoh di dalam Memahami Fiqh Shalat Jenazah
di bawah ini. Andai dibahas, mubadzir. Tidak dibahas, umat bingung.

Kedua, makalah ini disusun dengan mengemukakan pendapat para ulama yang
Mu’tabar. Di dalam makalah ini, kami tidak terlalu banyak memberikan komentar, karena lita
berhadapan dengan orang-orang yang sulit menerima pendapat orang lain.

Ketiga, makalah ini amat sangat jauh dari kesempurnaan. Perlu kritikan membangun
dari para ulama yang masyhur. Andai ditunggu sempurna, tentulah makalah ini tidak akan
pernah ada.

Keempat, makalah ini tidak ingin menggiring pembacanya kepada pendapat madzhab
tertentu. Yang diharapkan hanyalah agar setelah melihat makalah ini, kita lebih memahami
perbedaan, menghormati orang lain, dan mengikis fanatisme buta.

Kelima, semoga setiap kesulitan dan tetesan air mata kami dalam menyusun makalah
ini mendapatkan ridho dari Allah SWT dan dapat mengampuni segala dosa ketika anak dan
harta tidak lagi bermakna, aamiin. Ucapan terimakasih tidak terhingga untuk mereka yang
sudah memberikan motivasi dan dukungannya dalam menyusun makalah ini.

Ttd

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kajian


Di antara problematika penting yang terkait dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya adalah masalah jenazah. Islam menaruh perhatian yang sangat serius
dalam masalah ini, sehingga hal ini termasuk salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi oleh umat manusia, khususnya umat Islam.

B. Rumusan Masalah Kajian


Adapun rumusan masalah yang akan menjadi kajian di dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Fiqh Jenazah.
2. Pengertian dan Hukum Shalat Jenazah.
3. Tata cara Shalat Jenazah.

C. Tujuan Penyusunan Makalah


Adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca secara ringkas.
2. Pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
3. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam memahami materi tersebut.
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Pengertian Fiqh Jenazah


Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Islam sendiri mengatur dengan
baik bagaimana perlakuan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal. Adapun kewajiban seseorang yang masih hidup (mukallaf) terhadap orang
yang sudah meninggal diantaranya:
a. Memandikan jenazah.
b. Mengkafani jenazah.
c. Melakukan shalat terhadap jenazah tersebut.
d. Mengkubur jenazah.

2. Pengertian dan Hukum Shalat Jenazah


Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah
(mayat) seorang Muslim. Shalat jenazah adalah salah satu kewajiban kolektif (fardhu
kifayah), sehingga ketika salah seorang di suatu tempat sudah melaksanakannya maka
kewajiban sudah gugur bagi orang yang lain. Meski demikian, melaksanakan shalat
jenazah tetap merupakan suatu anjuran bagi siapa pun yang mengetahui kematian
saudara Muslimnya.

3. Tata cara Shalat Jenazah


Dalam melaksanakan shalat jenazah terdapat beberapa rukun yang harus dilakukan
agar shalat yang dilakukan menjadi sah. Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam
kitab fikihnya menjelaskan secara ringkas tentang rukun-rukun dalam melaksanakan
shalat mayit yang berjumlah tujuh. Berikut penjelasannya:
a. Niat.
Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan
pelaksanaan takbiratul ihram, seperti halnya yang berlaku dalam
melaksanakan niat pada shalat fardhu.
b. Berdiri bagi yang mampu.
Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat
jenazah tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib
dilaksanakan dengan cara berdiri. Berbeda halnya ketika seseorang tidak
mampu untuk berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara
duduk, seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.  
c. Takbiratul ihram 4 kali.
Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Maka
shalat jenazah tidak dihukumi sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang
dari empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat
kedua tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala
shalat lima waktu.
d. Membaca surah al-Fatihah setelah takbir pertama.
Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul
ihram). Sebaiknya dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan,
sekiranya bacaan tetap terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah
dilakukan di malam hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah
agar membaca ta’awwudz menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak
disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan
secara ringkas, sedangkan doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca
dalam shalat jenazah (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1,
hal. 342).
e. Membaca shalawat nabi setelah takbir kedua.
Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan minimal
shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:

ٰ
َ ‫للّ ُه َّم‬ 
َ ‫ص ِّل َعلَى‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.”

Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan


Shalawat Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir
dalam shalat fardhu lima waktu.
f. Membaca doa untuk mayit setelah takbir ketiga.
g. Membaca doa kembali setelah takbir keempat.
h. Salam.

Anda mungkin juga menyukai