Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No.

2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

MENGHINDARI KRISIS LEGITIMASI: KEBIJAKAN PENDIDIKAN


AKUNTANSI DARI PERSPEKTIF KEPERILAKUAN
AVOIDING CRISIS OF LEGITIMACY: ACCOUNTING EDUCATION POLICY FROM
BEHAVIORAL PERSPECTIVE

Oleh:
Ertambang Nahartyo
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Esai ini memberikan otokritik kepada pendidikan tinggi akuntansi dari perspektif pondasi teori
yang digunakan dalam edukasi di bidang akuntansi. Posisi yang saya ajukan merupakan ekstensi dan
kontekstualisasi kritik yang disampaikan oleh Ghoshal (2005) dan Cohen dan Holder-Webb (2006).
Esai ini mendiskusikan bagaimana pendidikan akuntansi sedang mempertaruhkan legitimasinya dalam
mempersiapkan akuntan yang andal dan berintegritas tinggi. Pembahasan diperluas ke masalah krisis
ideologi dalam pendidikan akuntansi. Salah satu akar penyebab penurunan relevansi pendidikan
akuntansi, yaitu ketergantungan berlebihan terhadap teori ekonomika tradisional, dikupas. Kemudian,
esai ini menyampaikan rekomendasi kepada institusi penyelenggara pendidikan akuntansi untuk
mengadopsi perspektif keperilakuan yang lebih luas agar nilai ideal pendidikan akuntansi tetap dapat
dicapai dan dipertahankan.

Kata Kunci: Krisis Legitimasi, Kebijakan Pendidikan Akuntansi, Perspektif Keperilakuan

Abstract

This essay provides self-criticism to higher education from the perspective of theory used as the
foundation of the accounting education. I propose an extension and contextualization of criticism
delivered by Ghoshal (2005) and Cohen and Holder-Webb (2006). This essay discusses how
accounting education puts its legitimacy at risk. The discussion expands to the crisis of ideology in
accounting education. In particular, I analyze one of the root causes of the decline in the relevance of
accounting education, an excessive dependence on traditional economics theory. Finally, this essay
make recommendations to accounting education providers to adopt a broader perspective of
behavioral accounting.

Keywords: Crisis of Legitimacy, Accounting Education Policy, Behavioral Perspective

98
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

PENDAHULUAN mahasiswa dengan ketrampilan dalam


Pendidikan Akuntansi: Legitimasi yang menghadapi kehidupan kompetitif di dunia
Dipertaruhkan nyata.
Lebih dari satu dasawarsa yang lalu, Kedua akuntan pendidik tersebut
kekhawatiran tentang keberlanjutan dan kemudian merekomendasi langkah-langkah
relevansi pendidikan akuntansi telah utama untuk merevitalisasi pendidikan
bermula. Albrecht dan Sack (2000), akuntansi. Secara garis besar, mereka
misalnya, telah menyuarakan keprihatinan mengusulkan, selain perubahan pedagogi,
ini lewat monograf mereka yang perombakan besar kurikulum akuntansi
monumental. Dengan dukungan sponsor untuk menjamin relevansinya dengan
tiga organisasi besar akuntansi di Amerika, kondisi dunia nyata yang didikte oleh
Institute of Management Accountants perubahan teknologi, globalisasi, dan
(IMA), American Institute of Certified peningkatan intensitas kompetisi. Tegasnya,
Public Accountants (AICPA), dan American institusi pendidikan akuntansi harus
Accounting Association (AAA), serta lima mengadopsi filosofi fokus terhadap
kantor akuntan publik terbesar di dunia, pelanggan (customer focus) untuk tetap
studi yang dilaksanakan oleh kedua edukator berada pada kondisi kompetitif di dalam
akuntansi di atas menyampaikan pesan pasar (halaman 65).
bahwa pendidikan akuntansi telah dirundung Sayang sekali, studi ini kemudian
masalah kronis yang mengancam harus berhadapan dengan cobaan yang lebih
keberlanjutan profesi akuntansi. Fakta yang besar daripada sekadar kekhawatiran:
mereka ajukan adalah penurunan kuantitas skandal Enron yang juga melibatkan Arthur
mahasiswa akuntansi yang bermutu, Andersen, salah satu kantor akuntan besar
keengganan para akuntan praktisi untuk dunia yang juga bertindak sebagai sponsor
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang penelitian. Fenomena ini memunculkan satu
lebih tinggi, dan banyaknya keluhan tentang pertanyaan yang menggelisahkan sebagian
pendidikan akuntansi yang kedaluwarsa dan kita sebagai pelaku pendidikan akuntansi di
memerlukan penanganan serius untuk Indonesia. Sebuah pertanyaan yang sulit
mengembalikan kondisinya. dijawab bagi sebagian edukator tetapi amat
Sebuah studi yang luar biasa dengan mudah, sehingga bahkan dapat
dukungan segenap institusi akuntansi yang dikategorikan sebagai pertanyaan retorik,
luar biasa dengan hasil yang luar biasa pada bagi sebagian yang lain:
jaman itu. Apalagi, sejumlah stigma “Manakah yang berefek lebih besar
terhadap profesi akuntansi secara umum terhadap dunia pendidikan akuntansi,
berlaku saat itu. Anjing penjaga aset skandal keuangan yang berskala mega
korporat, penyedia jasa kleris tata buku yang seperti kasus Enron dan sederetan
kaku dalam penerapan aturan, dan pembuat perusahaan besar lain ataukah kekhawatiran
laporan keuangan yang tidak paham konteks tentang penurunan minat terhadap dunia
sosial merupakan beberapa cap negatif akuntansi? “
terhadap profesi akuntansi. Simpulan yang Bagi saya, ada hal yang lebih besar
diajukan oleh Albrecht dan Sack bisa jadi daripada irelevansi kurikulum akuntansi
mengokohkan stigma yang sudah ada. dalam menghadapi permintaan pasar.
Pendidikan akuntansi, menurut mereka, Hubungan antara pendidikan akuntansi
terlalu berkonsentrasi pada pembentukan dengan praktik akuntansi tidak boleh bersifat
tenaga ahli akuntansi yang piawai dengan resiprokal murni. Pendidikan akuntansi
pekerjaan yang bersifat teknis tanpa harus dapat memberikan pengaruh besar
pengetahuan yang memadai mengenai terhadap dunia praktik. Namun, pengaruh
lingkungan bisnis. Pendidikan akuntansi dunia praktik terhadap pendidikan akuntansi
dipandang tidak cukup membekali harus melewati filter ideologi yang

99
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

bersumber dari filosofi moral yang tepat. korporasi. Pertanggungjawaban


Gelombang pengaruh tanpa saringan dari (responsibility) dipasung dalam wacana
praktik dunia global merupakan benih penggunaan modal yang efisien.
terjadinya bencana kemanusiaan yang lebih Independensi tampil sebagai upaya
besar di kemudian hari. managemen korporasi untuk memperoleh
penghargaan pasar yang lebih tinggi dalam
Krisis Ideologi dalam Kurikulum wujud keuntungan finansial. Keadilan
Pendidikan Akuntansi (fairness) ditunjukkan dengan beragam
Sorotan terhadap kelemahan contoh keberhasilan pasar memberikan
pendidikan bisnis berfokus pada dua titik. insentif kepada mereka yang beruntung
Pertama, kritik menunjuk pada mempunyai kapital dan sumber daya besar.
ketidakmampuan pendidikan akuntansi dan Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
bisnis dalam membentuk kepribadian dan bentuk investasi dalam model korporasi.
profesi yang berintegritas (Adler, 2002). Namun modal tersebut tidak menghasilkan
Kedua, pendidikan tinggi bisnis dituduh kembalian (return) dalam bentuk
tidak dapat memainkan peran penting dalam pertanggungjawaban sosial, keadilan, dan
mereduksi efek buruk skandal keuangan wawasan sebagai insan cendekia. Dalam
yang terjadi dengan intensitas yang tinggi banyak kesempatan, pendekatan akuntansi
(Gioia, 2002). biaya yang mengedepankan efisiensi dan
Alih-alih menghasilkan pribadi kalkulasi manfaat-biaya dengan skopa yang
lulusan yang dapat menopang upaya menuju sempit dalam skala yang masif telah
kehidupan yang lebih baik, sekolah bisnis mendangkalkan makna pendidikan. Tidak
ditunjuk sebagai salah satu sumber penyebab mengherankan kalau di seputar kita
krisis multidimensi yang secara cepat kemudian bermunculan fenomena yang
menjalar ke beragam domain dan area mencerminkan sinyalemen di atas, seperti:
geografis. aneka iklan pendidikan tinggi yang
Pendidikan tinggi dicap sebagai wahana memberikan jaminan pekerjaan setelah
upaya besar yang ditujukan untuk tujuan lulus, pelacuran akademik untuk tujuan
sempit dan dangkal: lapangan pekerjaan. pragmatis non etis, dan krisis legitimasi
Sekolah adalah toko, mahasiswa menjadi pendidikan tinggi.
pelanggan atau konsumen, sedangkan para Segala peristiwa yang
dosen adalah wirausaha penyedia jasa memprihatinkan dan memalukan dalam
pendidikan praktis yang diarahkan oleh bidang keuangan selama beberapa dasawarsa
logika dan kebijakan pasar. Pendidikan terakhir membuka mata kita akan
bermetamorfosa menjadi pelatihan yang pentingnya tata kelola dan governansi yang
meninggalkan nilai-nilai kewargaan baik pada bidang ini. Kasus kesalahan
(citizenship) menuju ke nilai pemilik modal. prosedur hingga penggelapan yang
Lima buah prinsip governansi merupakan kejahatan kerah putih kelas
korporasi (corporate governance), yaitu tinggi telah mengakibatkan biaya sosial yang
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, amat tinggi. Sementara itu, sistem hukum
independensi, dan keadilan direduksi yang ada lebih bersikap lunak terhadap jenis
maknanya sampai ke tataran pamrih kejahatan tersebut dibandingkan dengan
finansial sempit para penyelenggara perlakuan terhadap pelaku kejahatan kelas
korporasi. Prinsip transparansi memang jalanan. Lebih parah lagi, sistem politik
dikaji, namun implementasinya ditujukan yang berlaku semakin memberikan jalan
sebagai upaya pengurangan biaya modal pada perilaku korup pada semua sendi
perusahaan. Prinsip akuntabilitas memang institusi, baik eksekutif, legislatif, yudikatif,
dijadikan materi ajar, tetapi didominasi dan hingga korporasi.
dikontekstualkan dengan profitabilitas

100
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

Penyalahgunaan wewenang untuk korupsi dan penyelewengan finansial.


memperkaya diri dengan biaya yang Sebagai pengamat, para akademisi akan
ditanggung oleh masyarakat luas tidak membatasi ruang gerak mereka dalam upaya
dilakukan oleh sedikit orang. Penyakit ini praktis pemberantasan korupsi. Jika upaya
sudah mewabah dan bersifat sistemik pada praktis saja sudah terbatasi, maka ekspektasi
hampir segala aspek kehidupan kita. terhadap adanya upaya ideologis hanyalah
Perilaku korup bukan lagi cerminan impian semata.
busuknya beberapa buah pada satu pohon, Lebih jauh, Gioia menekankan
melainkan sudah mengindikasikan rusaknya adanya peningkatan peranan perguruan
seluruh pohon yang ada pada suatu kebun. tinggi bisnis dalam ‘perang suci’ ini. Dia
Penanganan yang harus dilakukan, dengan merekomendasikan pengajaran etika praktis
demikian, bukan lagi hanya dengan yang inheren pada mata kuliah-mata kuliah
pemberian hukuman pada sejumlah pelaku, wajib bidang akuntansi, keuangan,
melainkan pencarian sebab musabab utama pemasaran, dan sebagainya. Komitmen
dan menyelesaikannya secara tuntas. individual adalah kunci sukses dalam upaya
Terdapat paling tidak dua perspektif di atas. Gioia menyadari bahwa
sikap yang dimiliki oleh masyarakat rekomendasinya tak akan mampu melawan
terhadap fenomena di atas. Pertama, dan keseluruhan perilaku korup dalam efektivitas
yang paling populer, adalah sikap mengutuk yang sempurna. Kerjasama yang erat
keras dan menuntut penjatuhan hukuman dengan bidang lain seperti hukum, media,
yang setimpal bagi para pelakunya. politik, dan sebagainya adalah upaya yang
Serentetan skandal keuangan yang telah bisa ditempuh.
terjadi dianalisis untuk tujuan penghakiman Adler (2002) sependapat dengan
dan pembalasan. Harapannya, dengan Gioia dalam hal rekomendasi untuk
hukuman yang berat, efek jera yang memberikan pendekatan etis dalam
ditimbulkan dapat mencegah calon pelaku kurikulum di sekolah bisnis. Menurutnya,
berikutnya dari kesalahan yang sama. pelajaran etika harus didesain ulang dan
Kedua, sejumlah skandal keuangan diperkuat untuk menyadarkan peserta didik
tersebut dipandang sebagai sebuah bentuk akan rasa tanggung jawab sosial mereka.
penyadaran. Dengan berasumsi bahwa dunia Namun, berbeda dengan Gioia, Adler
bisnis sekarang masih terbuai oleh menegaskan pentingnya pendekatan struktur
permasalahan rendahnya integritas dan sosial alih-alih komitmen individual dalam
belum kentalnya budaya transparansi dan penegakan perilaku etis.
akuntabilitas, maka skandal keuangan adalah Pertanyaan yang kemudian
alarm yang cukup efektif untuk mengemuka dalam merespon kedua
membangunkan masyarakat dari rekomendasi di atas adalah: apakah suguhan
ketidaksadarannya. kurikulum pada sekolah bisnis sudah
Sudah jamak fenomena korupsi dan mempunyai pilar yang kokoh secara
skandal keuangan korporasi dibahas di ideologis dan diajarkan kepada peserta didik
ruang-ruang kelas perguruan tinggi. secara praktis? Dengan kalimat lain, apakah
Analisis, kajian, dan kemudian sintesis dan muatan mata kuliah dalam kurikulum bisnis
rekomendasi bertaburan dari institusi sudah mampu memandu perilaku peserta
pendidikan yang mengedepankan didik sehingga ketika mereka lulus dan
pendekatan ilmiah yang, seringkali, bebas berperan sebagai pelaku bisnis nyata,
nilai. Gioia (2002) mensinyalir adanya mereka mempunyai cukup pengetahuan
ambivalensi peran akademisi dalam upaya fundamental untuk berperilaku etis?
memerangi perilaku korup. Dia menyatakan
bahwa banyak akademisi memandang diri
mereka hanya sebagai pengamat fenomena

101
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

Perspektif Keperilakuan pada Edukasi Ghosal (2005) dalam artikelnya yang


Akuntansi provokatif, “Bad Management Theories are
Akuntansi adalah sebuah disiplin Destroying Good Management,”
yang pragmatis. Artinya, bidang ini menyampaikan tantangan kepada para ahli
dibentuk dan dikembangkan dengan managemen berkaitan dengan semakin
mengedepankan kriteria kemanfaatan dan menyempalnya praktik managemen dari
aplikabilitas dalam dunia (bisnis) nyata. kaidah-kaidah etika dan kesejahteraan sosial.
Berangkat dari kebutuhan akan informasi Sumantra Ghoshal secara spesifik
untuk pengambilan keputusan, akuntansi mengajukan keberatan atas landasan teori
didesain untuk melayani kepentingan praktis yang digunakan dalam pendidikan bisnis
para penggunanya. Pengembangan yang mendegradasi manusia ke level
akuntansi kemudian diarahkan untuk pesimistik. Serangkaian teori yang menjadi
peningkatan efisiensi dan efektivitas arus utama dalam pendidikan managemen
managerial dan, sebagai konsekuensinya, adalah teori-teori yang bersumber dari
peningkatan kesejahteraan pelaku bisnis. ekonomika tradisional. Manusia
Rasional, objektif, dan logis adalah diasumsikan bersifat rasional penuh dalam
istilah-istilah yang lebih mempesona bagi pengertian mengedepankan kepentingan
kita, baik sebagai insan ilmiah ataupun sendiri (self-interested behavior) dengan
awam, daripada antonimnya seperti tendensi maksimalisasi laba. Asumsi ini
emosional, subjektif, dan absurd. Ketiga tidak hanya mengeliminasi aspek emosi,
kata pertama sering ditempatkan sebagai cinta, kasih sayang, dan empati, tetapi juga
pujian bagi seseorang, sedangkan lawan merendahkan kreativitas dan keadaban
katanya menempati posisi sebagai manusia. Implikasinya, manusia adalah
pencerminan sifat manusia yang cenderung makhluk yang tak dapat dipercaya dan tidak
lemah. Berpikir dan bertindak rasional bisa diandalkan dalam proses penciptaan
menjadi patokan dasar dalam semua aspek, kesejahteraan sosial. Teori-teori
termasuk pembuatan keputusan dan managemen dan keperilakuan yang “buruk”
kebijakan ekonomi dan bisnis. Ilmu kemudian bermunculan dengan basis asumsi
ekonomi tradisional mengasumsikan bahwa di atas. Teori-teori tersebut menekankan
manusia adalah makhluk rasional. Dalam pada pentingnya pengawasan dan
pengambilan keputusan manusia pengendalian yang ketat terhadap manusia
diasumsikan mempunyai semua informasi (dalam hal ini pekerja) dalam institusi bisnis.
yang relevan, berkemampuan mengolah Apakah pemahaman dan adopsi
semua informasi tersebut secara objektif, terhadap teori-teori yang “buruk” tadi
dan memiliki daya kognitif yang mampu merugikan pendidikan akuntansi? Dari
menghindari semua bias dalam pengambilan perspektif ilmu-ilmu sosial, jawabannya
keputusan (Ariely, 2009). Terlepas dari adalah “ya” dengan intonasi yang kuat.
sahih tidaknya asumsi rasionalitas, kekuatan Pengembangan dan adopsi teori pada
keyakinan terhadap asumsi tersebut telah domain ilmu-ilmu pasti tidak akan
merasuki lapangan akademik dan bisnis berpengaruh pada fenomena yang
praktis (Ghoshal, 2005). Ekonomika diteorikan. Misalnya, ketika Copernicus
mengisyaratkan bahwa kesalahan dalam berteori Heliosentris, di mana matahari
pengambilan keputusan dapat diperbaiki adalah pusat tata surya, maka fenomena
secara cepat lewat mekanisma pasar. pergerakan benda-benda angkasa yang
Dengan demikian, asumsi rasionalitas dapat menjadi objek teori Copernicus tidak akan
diaplikasikan pada beragam keputusan, dari terpengaruh dengan teori tersebut.
keputusan investasi hingga pemilihan Demikian juga ketika Albert Einstein
produk, dari penentuan kebijakan edukasi mengemukakan bahwa energi yang tercipta
hingga penanganan bencana. akan sekuat massa elemen dikalikan kuadrat

102
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

kecepatan cahaya, teori Einstein tersebut tak ekspektasi kegunaan hasil riset dari sudut
akan mengubah kenyataan penciptaan energi pandang rasional dunia nyata.
yang sesungguhnya terjadi. Namun, kasus Ariely (2009, 2010) berargumen
yang sama tidak terjadi pada ilmu-ilmu bahwa manusia melakukan kesalahan-
sosial. Ghoshal menyatakan bahwa teori- kesalahan yang sama secara berulang-ulang.
teori ilmu sosial mempunyai karakter Perilaku tak rasional tersebut dapat
swabukti atau self-fulfilling. Teori yang diprediksi dan bersifat sistematis, bukan
dikembangkan dan kemudian digunakan random dan unik.1 Lebih jauh, Ariely
dalam menjelaskan fenomena sosial akan menyatakan bahwa ekonomika menjadi
berperan besar mengubah fenomena tersebut lebih masuk akal apabila ilmu ini
menjadi seperti atau mendekati kondisi yang mengakomodasi realita bagaimana manusia
diteorikan. Fenomena sosial adalah fungsi sesungguhnya berperilaku dan bukan hanya
dari perilaku manusia. Teori yang bagaimana manusia seharusnya berperilaku.
menjelaskan perilaku manusia besar Tesis Ariely mengisyaratkan
kemungkinan akan mengakibatkan terbukanya kesempatan bagi pelaku maupun
perubahan perilaku, sehingga fenomena periset bisnis dan ekonomi untuk terus
sosial pun akan mengalami modifikasi. berupaya memperbaiki kesalahan dalam
Apabila kita mengamati pengambilan keputusan dan penentuan
perkembangan pemikiran ekonomika yang kebijakan. Jika kemungkinan kesalahan dan
ada, para pendukung ekonomika bias tersebut diakomodasi dalam proses
keperilakuan menawarkan sudut pandang keputusan, maka para ahli dan pelaku dapat
yang berbeda. Ide sederhana dari bidang ini menentukan strategi, metoda, dan alat
adalah bahwa manusia mempunyai aneka keputusan yang tepat sehingga kualitas
bias dalam berkeputusan dan berperilaku. keputusan yang dihasilkan akan meningkat
Rasionalitas manusia terbatas pada dan kemudian berpotensi meningkatkan
kemampuan kognitifnya dalam memperoleh kesejahteraan manusia. Ariely juga
dan mengolah informasi. Dalam mencatat bahwa banyak risiko bisnis dan
kenyataannya, tingkat rasionalitas yang ekonomi yang dapat dihindari jika
dimiliki manusia berada pada tataran di ketergantungan terhadap ilmu ekonomi
bawah tingkat rasionalitas yang diasumsikan tradisional dalam penentuan kebijakan
oleh ekonomika tradisional. dikurangi dan digantikan dengan
Ihwal yang sama berlaku untuk argumentasi komplementer yang bersumber
bidang akuntansi keperilakuan. Riset dari bidang atau sudut pandang ilmu
akuntansi keperilakuan selama puluhan keperilakuan.
tahun dikonsentrasikan untuk menemukan Pemikiran di atas mempunyai
dan menguji pendekatan-pendekatan yang argumentasi dan hasil-hasil penelitian yang
digunakan dalam penyelesaian permasalahan solid sebagai dasar pijakannya. Semestinya,
dalam dunia managemen dan bisnis. jika kemudian kita bawa ke konteks
Kemanfaatan riset akuntansi keperilakuan, pendidikan akuntansi (atau bisnis dalam
sebagai konsekuensi cirinya yang pragmatis, pengertian yang lebih luas), kesejahteraan
diuji dengan pertanyaan apakah riset yang meningkat tajam sebagai akibat dari
tersebut mampu mempengaruhi praktik peningkatan kualitas keputusan dan
akuntansi. Para periset akuntansi
mempublikasikan kajian ilmiah mereka
1
dengan konteks manfaat praktis dalam Beberapa contoh klasik bias dan kesalahan
pengambilan keputusan dan pembuatan dalam perilaku ekonomi diajukan oleh
kebijakan. Hampir semua tulisan ilmiah sejumlah ilmuwan, misalnya Amos Tversky
yang bersumber dari penelitian menyertakan dan Daniel Kahneman (1986). Serangkaian
teori menjelaskan fenomena ini, misalnya
teori prospek dan framing.
103
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

kebijakan sudah dapat diakses dan dinikmati fenomena. Realitas kita ciptakan dan
oleh pelaku bisnis dan masyarakat luas kemudian kita beri makna, bukan sekadar
sebagai salah satu pemangku kepentingan kita persepsi dan nilai. Pengangkatan teori
bisnis. Namun kenyataannya, manfaat yang ekonomika tradisional sebagai teori utama
diperoleh masih relatif sangat kecil dalam bisnis akan berakibat perilaku para
dibandingkan dengan ekspektasi awal. aktor bisnis akan menjadi seperti yang
Caplan (1989) memuji diteorikan. Teori yang bebas nilai dan tak
perkembangan dan kontribusi riset akuntansi bernuansa moral akan membentuk insan
keperilakuan. Sebagai bidang yang relatif bisnis dengan kecenderungan yang jauh dari
baru, khasanah teori dan metodologi terus tatanan nilai dan moralitas pula.
mengalami perkembangan yang pesat. Simaklah pendirian Milton Friedman
Pendekatan metodologis yang kontemporer yang luar biasa berikut ini (2002: 133, dalam
misalnya ditunjukkan oleh Parsons (2007) Ghoshal, 2005: 79):
yang mengkombinasikan eksperimen Few trends could so thoroughly
lapangan dengan laboratorium. Riset pun undermine the very foundations of our free
mencakup semua bidang dalam akuntansi: society as the acceptance by corporate
auditing (misalnya Bhattacharjee dkk, 2007), officials of a social responsibility other
akuntansi keuangan (misalnya Maines dan than to make as much money for their
McDaniel, 2000), akuntansi managemen stockholders as possible.
(lihat Chang, Cheng, dan Trotman, 2008),
sistem informasi (lihat Mauldin, 2003), Tidak mengherankan jika kewajiban sosial
hingga perpajakan (contohnya Boylan dan korporasi dewasa ini memang ditujukan
Sprinkle, 2001). Caplan menengarai bahwa untuk peningkatan laba perusahaan dan nilai
riset akuntansi keperilakuan masih dalam pemegang saham. Jiwa sosial dalam
proses pencarian model (atau model-model) program-program kemanusiaan yang berasal
yang baku dengan rerangka berpikir yang dari dana sebagian keuntungan perusahaan
lebih kuat. Namun demikian, masih dikerdilkan sehingga yang berlaku adalah
menurut Caplan, masalah utama yang aturan main transaksional ekonomi.
dihadapi oleh domain akuntansi Pendukung panji kapitalisme menolak
keperilakuan tidak berkaitan dengan tudingan di atas. Forbes dan Ames (2011:
peningkatan kualitas riset, melainkan apati 31) menulis, “Democratic capitalism is
atau ketidakpedulian para pihak (pelaku moral precisely because it gives people the
bisnis dan penentu kebijakan ekonomi dan greatest latitude to meet their needs and
bisnis) yang semestinya memperoleh desires by serving those of their fellow
keuntungan utama dari riset akuntansi citizens. Through doing so, it generates
keperilakuan. broad-based prosperity.” Sudut pandang
yang diambil oleh Forbes dan Ames tidak
Akuntansi dan Ideologi Kemanusiaan: memungkinkan mereka untuk melihat dari
Trust and Empower sisi yang lain, yaitu bahwa kebebasan
Ilmuwan sosial berbeda dan harus memilih yang dimiliki oleh warga
berbeda dengan ilmuwan eksakta. Karena masyarakat dalam ekonomi ditentukan oleh
ilmuwan sosial mempunyai pengaruh kemampuan mereka mengakses sumber daya
terhadap perilaku manusia lewat teori yang ekonomi yang terbatas. Kemampuan orang
mereka kembangkan, mereka mempunyai tentu tidak sama, sehingga moral yang
tanggung jawab sosial dan moral yang lebih dimaksud dalam pernyataan kedua penulis
besar daripada ilmuwan eksakta. Peran teori tersebut hanya berlaku bagi para pemilik
di dalam khasanah ilmu sosial bukan modal dengan kekuatan yang memadai
terbatas hanya pada penjelasan dan prediksi untuk memperoleh kesejahteraan.
fenomena, namun juga penciptaan

104
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

Pendidikan akuntansi dirancang dan PwC (2003) berpendapat bahwa


dikembangkan sebagai bentuk pendidikan untuk meningkatkan kepercayaan publik,
yang mengedepankan keterbukaan dan pendidikan akuntansi harus memiliki
kebebasan berpikir yang mengkombinasikan kurikulum yang berkualitas, mengajarkan
ketrampilan intelektual dengan identitas integritas, dan mengedepankan transparansi
profesional. PricewaterhouseCoopers (PwC, dan akuntabilitas. Pendidikan tinggi,
2003) mengklasifikasi pendidikan akuntansi menurut Giroux (2010), mempunyai
menjadi tiga tataran dengan analogi dunia tanggung jawab tidak hanya dalam proses
penerbangan. Tataran terendah adalah pencarian kebenaran tetapi juga dalam upaya
pendidikan yang membentuk insan dengan membentuk manusia yang memiliki
keahlian teknis seperti halnya seorang kepekaan akan akuntabilitas sosial dan
mekanik pesawat. Hasil pendidikan dengan tanggung jawab kewargaan. Akar utama
level ini adalah seorang akuntan dengan pendidikan tinggi bukanlah komersial,
kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai seperti yang didiktekan oleh kekuatan pasar
dengan prosedur operasional standar. bebas, namun moral berlandaskan pada
Kedisiplinan menaati prosedur dan aturan nilai-nilai publik. Kompas yang digunakan
main sampai ke hal yang paling kecil dalam mengatur dan menjalankan
merupakan penekanan utama klasifikasi ini. pendidikan tinggi adalah ideologi
Tingkatan berikutnya adalah pendidikan pendidikan yang mengakomodasi pemikiran
yang menghasilkan individu dengan terbuka dan kreatif, warga masyarakat yang
kemampuan menyelesaikan masalah secara aktif, dan kesadaran akan hak dan kewajiban
analitis seperti halnya seorang pilot. publik bagi para pelakunya. Paradigma
Kemampuan kognitif yang lebih tinggi pasar bebas dengan korporatismenya justru
diperoleh dari pendidikan bertaraf kedua ini. melanggar aturan dasar kebebasan karena
Akuntan yang dihasilkan akan menjadi menciptakan pengaturan yang ketat dalam
pemikir yang mampu, selain belajar dan wacana ekonomi dan memperlakukan insan
mengaplikasi prosedur operasional standar, akademis sebagai pekerja yang harus
mengambil keputusan berdasarkan diawasi dengan bentuk pengawasan melekat
pemikiran kritis akan problematika dari atas ke bawah.
akuntansi dan keuangan. Tataran pemuncak Jika akuntansi berkiblat pada
adalah pendidikan yang mampu kemauan pasar dengan secara konsisten
menghasilkan individu penyedia solusi menerapkan teori ekonomika secara
kreatif yang berkarakter kepemimpinan. eksklusif sebagai landasan edukasinya, baik
Tidak hanya kemampuan kognitif yang pada ranah riset, aplikasi praktis, maupun
dibentuk di sini, melainkan juga ketrampilan pengajarannya, maka terciptalah sikap
mengelola emosi dan kreativitas. Astronot mental pelaku bisnis yang mengacu pada
adalah analogi yang digunakan untuk keyakinan distrust and control
akuntan yang merupakan hasil pendidikan (ketidakpercayaan dan pengendalian).
pada level ini. Artinya, seperti halnya Pendidikan akuntansi akan tetap menerapkan
astronot yang menjelajah ke wilayah yang kurikulum yang bertolak dari anggapan
belum pernah terjamah siapa pun dasar bahwa manusia adalah makhluk yang
sebelumnya, akuntan yang dihasilkan oleh tak dapat dipercaya sehingga diperlukan
tipe pendidikan seperti ini adalah mereka beraneka sistem untuk memastikan kerugian
yang mempunyai ketrampilan pengambilan institusi tidak terlalu besar.
keputusan kreatif dengan beragam sudut Profesi akuntansi adalah bidang yang
pandang dan pendekatan. Kebaruan dan memerlukan kepercayaan besar. Pendidikan
keunikan adalah produk utama dari insan akuntansi pun semestinya didesain untuk
pada tataran ini. menghasilkan kepercayaan bagi
keluarannya. Kepercayaan tidak akan

105
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

tercipta dari asumsi pesimistik tentang kemanusiaan. Keberhasilan pasar dan


manusia. Alih-alih berkomitmen eksklusif mekanismanya bersumber pada pemahaman
terhadap kelemahan manusia, semestinya antarmanusia akan hak dan kewajiban
dunia pendidikan akuntansi juga masing-masing, bukan atas dasar saling
memberikan kesempatan kepada teori yang curiga akan perilaku aktor lain seperti yang
menjelaskan perilaku manusia dari sudut diimplikasi oleh teori ekonomika tradisional.
pandang manusiawi yang lebih optimis. Tindakan perbaikan pendidikan
Beberapa teori yang layak mendapatkan akuntansi dengan cara yang lebih substantif
tempat pada panggung pendidikan seperti yang disampaikan oleh esai ini bukan
akuntansi, lebih spesifik lagi pada diskursus hanya akan meningkatkan relevansi
akuntansi keperilakuan,di antaranya adalah kurikulum akuntansi, tetapi juga
teori keabdian (stewardship theory, Davis, menempatkan ilmu sosial sebagai tuan
Schoorman, dan Donaldson, 1997) dan teori rumah pada ranahnya sendiri. Tidak akan
keadilan prosedural (Lind dan Tyler, 1988). terjadi subordinasi ilmu sosial terhadap ilmu
Mekanisma swabukti akan membuat pasti. Tidak akan ada lagi perasaan
insan produk pendidikan akuntansi inferioritas ilmuwan sosial. Akuntansi,
memaknai bisnis dan kehidupan dari sebagai penghuni domain ilmu sosial akan
perspektif pengabdian, kehormatan, dan membentuk standar sendiri yang diturunkan
keadilan seperti diisyaratkan oleh beragam dari prinsip ilmu sosial yang berjiwa
riset akuntansi keperilakuan berbasis teori- kemanusiaan yang beradab dan berkeadilan.
teori nontradisional (misalnya Chang dkk,
2008). Harapannya akan terjadi pergeseran DAFTAR PUSTAKA
paradigma dari ketidakpercayaan dan Adler, P. 2002. Corporate Scandals: It’s
pengendalian menuju kepercayaan dan Time for Reflection in Business
pemberdayaan (trust and empowerment). Schools. Academy of Management
Paradigma terakhir membuka jalan pada Executive. 16 (3): 148-149.
bisnis yang lebih bermartabat kemanusiaan
dan berkepribadian moral dan sosial. Albrecht, W.S. dan R.J. Sack. 2000.
Accounting Education: Charting the
SIMPULAN Course through a Perilous Future.
Pendidikan akuntansi adalah sebuah Sarasota, FL: American Accounting
jalan menuju kesejahteraan dan Association.
kemerdekaan sosial. Sudah sepantasnya Ariely, D. 2009. Predictably Irrational; The
seluruh elemen yang terlibat di sana bahu Hidden Forces that Shape Our
membahu dalam mempertahankan kebaikan Decisions. London:
jalan tersebut. Kebaikan tersebut dapat HarperCollinsPublishers.
didefinisikan dengan pengertian yang
dangkal seperti halnya kualitas dan relevansi ________. 2010. The Upside of
kurikulum hingga pengertian yang lebih Irrationality; The Unexpected
fundamental seperti nilai-nilai kemanusiaan Benefits of Defying Logic at Work
yang komprehensif. Pendidik akuntansi and at Home. London:
dapat mempersembahkan proses edukasi HarperCollinsPublishers.
yang lebih terbuka terhadap cara pandang Bhattacharjee, S., M.J. Maletta, dan K.K.
optimis atas manusia dengan memberikan Moreno. 2007. The Cascading of
penekanan yang lebih pada konsep, aksi, dan Contrast Effects on Auditors’
riset yang mempromosi kepentingan umum. Judgments in Multiple Client Audit
Dalam proses pendidikan seperti itu, peserta Environments. The Accounting
didik akuntansi diharapkan menjadi insan Review. 82 (5): 1097-1117.
cendekia yang mengedepankan martabat

106
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

Boylan, S.J. dan Sprinkle. 2001. Gioia, D.A. 2002. Business Education’s
Experimental Evidence on the Role in the Crisis of Corporate
Relation between Tax Rates and Confidence. Academy of
Compliance: The Effect of Earned Management Executive. 16 (3): 142-
vs. Endowed Income. The Journal of 144.
the American Taxation Association. Giroux, H.A. 2010. The Disappearing
23 (1): 75-90. Intellectual in the Age of Economic
Bradshaw, D. dan S. London. 2005. Darwinism. Global Research.
Shredded Credibility? The MBA ___________. 2002. The Corporate War
Industry May Be Facing A Shakeout. Against Higher Education.
Financial Times. 29 April: 17.
Workplace.
Caplan, E.H. 1989. Behavioral Accounting: Grossman, S.D. dan R.H. Strawser. 1978.
A Personal View. Behavioral Accounting and Behavioral
Research Concepts: A Classroom Approach.
inAccounting. 1: 109-123. The Accounting Review. LIII (2):
Chang, L., M. Cheng, dan K.T. Trotman. 495-500.
2008. The Effect of Framing and Lind, E.A. dan T.R. Tyler. 1988. The Social
Negotiation Partner’s Objective on Psychology of Procedural Justice.
Judgments About Negotiated New York: Plenum Press.
Transfer Prices. Accounting,
Organizations and Society. 33: 704– Maines, L.A. dan L.S. McDaniel. 2000.
717. Effects of Comprehensive-Income
Characteristics on Nonprofessional
Cohen, J.R. dan L.L. Holder-Webb. 2006. Investors’ Judgments: The Role of
Rethinking the Influence of Agency Financial-Statement Presentation
Theory in the Accounting Academy. Format. The Accounting Review. 75
Issues in Accounting Education. 21 (2): 179-207.
(1): 17-30.
Mauldin, E.G. 2003. An Experimental
Davis, J. H., F. D. Schoorman, L. Donaldson
Examination of Information
(1997). Toward A Stewardship Theory of Technology and Compensation
Management. Academy of Structure Complementarities in an
Management Review 22 (1): 20-47. Expert System Context. Journal of
Information Systems. 17 (1): 19-41.
Forbes, S. dan E. Ames. 2011. How
Capitalism Will Save Us; Why Free Merino, B.D. 2006. Financial Scandals:
People and Free Markets Are the Another Clarion Call for Educational
Best Answer in Today’s Economy. Reform – A Historical Perspective.
New York: Crown Publishing Group. Issues in Accounting Education. 21
(4): 363-381.
Friedman, M. 2002. Capitalism and
Freedom 40th Anniversary Edition. Monsour, E. 2007. Teaching Ethics to
Chicago: The University of Chicago Accounting Majors. The Tax Adviser.
Press. May: 294-296.
Ghoshal, S. 2005. Bad Management Parsons, L.M. 2007. The Impact of Financial
Theories Are Destroying Good Information and Voluntary
Management Practices. Academy of Disclosures on Contributions to Not-
Management Learning & Education. For-Profit Organizations. Behavioral
4 (1): 75-91. Research in Accounting. 19: 179-
196.

107
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Ertambang Nahartyo
98 - 108

PricewaterhouseCoopers (PwC). 2003. Titard, P.L., R.L. Braun, dan M.J. Meyer.
Educating for Public Trust: The 2004. Accounting Education:
PricewaterhouseCoopers Position on Response to Corporate Scandals.
Accounting Education. New York, Journal of Accountancy. November:
N.Y.: PricewaterhouseCoopers. 59-65.
Rynes, S.L., C.Q. Trank, A.M. Lawson, dan Tversky, A. dan D. Kahneman. 1986.
R. Ilies. 2003. Behavioral Rational Choice and The Framing of
Coursework in Business Education: Decisions. The Journal of Business.
Growing Evidence of Legitimacy 59 (4): S251-S278.
Crisis. Academy of Management
Learning and Education. 2 (3): 269-
283.

108

Anda mungkin juga menyukai