Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KENAIKAN TARIF PBB

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Perpajakan, yang diampu oleh R.
Neneng Rina Andriyani.,S.E., M.M., Ak., CA.

Kelompok 12

1. Reva Tasya Rahmana 213403043


2. Yammira Siti Annisa 213403064
3. Wulan Sri Rohayati 213403077
4. Restu Fauziah 213403113

PROGRAM STUDI AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SILIWANGI

KOTA TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas makalah yang berjudul “Kenaikan
Tarif PBB” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Pengantar Perpajakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kenaikan tariff pbb.

Terlebih dahulu kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu R. Neneng Rina Andayani., S.E.,
M.M., AK. CA. selaku dosen pengantar perpajakan yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini. Tidak lupa
juga kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi baik secara lisan
maupun tulisan.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 19 Februari 2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi dan bangunan adalah tanah atau bangunan yang karena adanya akan memberikan
keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya
atau memperoleh manfaat dari padanya. Oleh karena itu, kita diwajibkan untuk memberikan sebagian
keuntungan dari bumi dan bangunan tersebut dengan membayar pajak yang salah satu sumber pendapatan
negara yang akan digunakan untuk memenuhi kepentingan masyarakat umum.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau
bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.

Pada januari 2022, Tarif pajak bumi dan bangunan perkotaan dan pedesaan atau PBB-P2 di
indonesia resmi naik seiring berlakunya Undang-Undang Nomor 1/2022 tentang Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah atau UU HKPD. kenaikan tarif PBB ini lebih tinggi dari tarif PBB
tahun sebelumnya. Lebih lanjut, UU HKPD menyatakan dasar pengenaan PBB-P2 adalah nilai jual objek
pajak (NJOP).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan ?


2. Apa yang dimaksud dengan Kenaikan tarif PBB ?
3. Apa yang menyebabkan Kenaikan Pajak Bumi Dan Bangunan ?
4. Apa dampak dari Kenaikan PBB ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan mampu menjelaskan yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan
2. Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang Kenaikan tarif PBB
3. Mengetahui penyebab kenaikan pajak bumi dan bangunan
4. Mengetahui dari kenaikan PBB dampak

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pajak Bumi dan Bangunan

Membayar pajak merupakan salah satu kewajiban untuk warga negara. Pajak merupakan salah
satu sumber bagi negara untuk melakukan pembangunan. Dengan membayar pajak diharapkan dana
tersebut bisa digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat, bukan hanya untuk para pejabat atau
petinggi lainnya. Membayar pajak bahkan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A yang
berbunyi “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.”

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena adanya
keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang memiliki suatu hak
atasnya, atau PBB-P2 pada tanggal 1 Janua memperoleh manfaat dari padanya. Jika dilihat dari sifatnya,
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang
ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada dasarnya diatur dalam beberapa Undang-Undang di
Indonesia, yaitu: Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1994 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
(UU) No. 12 Tahun 1985 terkait Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang mengatur semua tentang
pungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pemungutan PBB dilakukan oleh pemerintah pusat
(PBB-P3 dan PBB lainnya) dan pemerintah daerah (PBB-P2). ri.

Tahun pengenaan PBB-P2 adalah berjangka waktu satu tahun kalender. Saat yang menentukan
untuk menghitung PBB-P2 yang terutang adalah menurut keadaan objek

1.2 Kenaikan tarif PBB

Kenaikan pajak di daerah tentu akan menambah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRB).
Adapun kebijakan baru PDRD tertuang dalam Undang-undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah (UU HKPD) yang di sahkan pada tanggal 5 januari 2022. Pemerintah dan
DPR resmi menaikkan tarif pajak bumi dan bangunan (PBB) perkotaan dan pedesaan atau PBB-P2.
Kenaikan ini tertuang pada Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(UU HKPD) pasal 41.

Pasal 41 :

1. Tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5% (nol koma lima persen).
2. Tarif PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berupa lahan produksi pangan dan
ternak ditetapkan lebih rendah daripada tarif untuk lahan lainnya.
3. Tarif PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Perda.

Berdasarkan UU HKPD diatas, disebutkan bahwa batas atas tarif PBB Pedesaan dan Perkotaan atau
PBB-P2 ditetapkan sebesar 0,5%. Tarif ini lebih tinggi dari batas tarif sebelumnya yang berkisar 0,1
persen—0,3 persen, sedangkan tarif untuk PBB-P2 berupa lahan produksi pangan dan ternak ditetapkan
lebih rendah daripada tarif untuk lahan lainnya, dan Tarif PBB-P2 ini nantinya akan ditetapkan terlebih
dahulu dengan Peraturan Daerah (Perda) di masing-masing daerah.

Selain poin itu, UU HKPD juga mengatur dasar pengenaan PBB-P2 adalah nilai jual objek pajak
(NJOP) yang tertuang pada pasal 40.

Pasal 40 :

1. Dasar pengenaan PBB-P2 adalah NJOP.


2. NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan proses penilaian PBB -P2.
3. NJOP tidak kena pajak ditetapkan paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,00 untuk setiap wajib
pajak.
4. Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari satu objek PBB-P2 di satu wilayah
kabupaten/kota, NJOP tidak kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya diberikan
atas salah satu objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.
5. NJOP yang digunakan untuk perhitungan PBB-P2 ditetapkan paling rendah 2Oo/o (dua puluh
persen) dan paling tinggi 100% (seratus persen) dari NJOP setelah dikurangi NJOP tidak kena
pajak sebagaimana dimakspd pada ayat (3).
6. NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek
pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
7. Besaran NJOP ditetapkan oleh Kepala Daerah.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Meskipun tarif dari PBB-P2 naik, pemerintah tetap memperhatikan beban pajak yang masih dapat
ditanggung wajib pajak PBB-P2. Oleh karena itu, sejalan dengan peningkatan tarif PBB-P2, dalam RUU
HKPD juga diatur diskresi Pemda untuk melakukan set-up Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) kena pajak
dengan rentang 20%-100%. Sehingga meskipun tarif PBB-P2 dinaikkan namun dasar pengenaan
pajaknya dapat ditetapkan tidak harus 100% yakni antara 20% sampai dengan 100% dari NJOP tanah dan
bangunan.

1.3 Penyebab Kenaikan Pajak Bumi Dan Bangunan

Pemerintahan Indonesia menjadi salah satu dari berbagai negara di belahan dunia yang
menetapkan Pajak Bumi dan Bangunan bagi orang pribadi atau badan yang memperoleh manfaat dari hak
atas tanah dan bagunannya.

Dengan ditetapkannya kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan yang dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah, tentu akan memberatkan warga negara yang menjadi wajib pajak dari PBB tersebut. Apalagi
jika kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan yang ditetapkan berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Dampak yang dirasakan oleh warga negara dikarenakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan juga
sudah dirasakan, tetapi dibalik semua itu tentu ada hal yang berkaitan dengan naiknya Pajak Bumi dan
Bangunan oleh pemerintah yaitu sebagai berikut:
 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Pengertian dari salah satu dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ini adalah harga rata-rata atau
harga pasar pada transaksi jual-beli, dalam hal ini objek pajak nya yaitu bumi dan bangunan. NJOP
biasanya ditetapkan setiap tahun oleh Menteri keuangan yang berbeda-beda pada setiap wilayah.

Beberapa factor yang menentukan dasar penetapan NJOP Bumi saat ada transaksi jual beli antara lain:

1. Letak
2. Pemanfaatan
3. Peruntukan
4. Kondisi lingkungan

Sedangkan beberapa factor yang menentukan dasar penetapan NJOP Bangunan saat ada transaksi jual
beli antara lain:

1. Bahan yang digunakan dalam bangunan


2. Rekayasa
3. Letak
4. Kondisi lingkungan

Selanjutnya penetapan NJOP saat tidak ada transaksi jual beli, misalnya secara hibah, warisan dan
lain bisa dilakukan dengan cara:

1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis


2. Nilai perolehan baru ( Biaya untuk objek pajak-penyusutan objek pajak)
3. Nilai jual pengganti

Inti dari penyebab kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan itu karena harga tanah yang setiap tahun nya
terapresiasi, dengan demikian otomatis Nilai Jual Objek Pajak juga akan terkoreksi karena semakin mahal
harga pasaran sebuah bangunan atau rumah semakin tinggi pula NJOP nya yang tentu akan menaikan
PBB itu sendiri.

Selain itu kemungkinan biaya pembangunan per meter sekarang terus mengalami kenaikan karena
inflasi dan tingginya permintaan. Jika dahulu misalnya biaya membangun dihitung Rp.2.000.000/m2,
tetapi sekarang harga tersebut sudah mengalami kenaikan 2 kali lipat, hal tersebut akan berkorelasi positif
dengan naiknya PBB

1.4 Dampak kenaikan PBB

Kenaikan tarif PBB memiliki Dampak positif dan Negatif diantaranya :

1. DAMPAK POSITIF
o Kenaikan tarif PBB juga memiliki dampak positif spertiMeminimalisir spekulan tanahItu
artinya, harga tanah di kota kota besar seperti Jakarta yang kerap melonjak tinggi dapat
ditekan dan lebih mudah untuk terkendali.
o Kenaikan tarif PBB merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai ekonomis obyek
pajak.
o Sehingga masyarakat meraih keuntungan dalam peningkatan nilai ekonomis yang
berpengaruh kepada peningkatan nilai jual.
o Partisipasi dan gotong royong masyarakat dalam meningkatkan pendapatan daerah. Sehingga
Pemda mampu meningkatkan pempangunan fasilitas dan pelayanan public.

Meskipun memiliki dampak positif dari Kenaikan tarif PBB Kenaikan ini pun memiliki isi
negativ untuk Sebagian orang.

2. DAMPAK NEGATIF

Kenaikan tarif PBB apabila tidak hati-hati dan dikaji secara mendalam akan mengakibatkan gejolak
masyarakat. Dampak Kenaikan tarif PBB ini terutama untuk produktivitas masyarakat dan dunia usaha.
“Sisi negatifnya jadi kontra produktif karena beban masyarakat atau dunia uasaha menjadi berat.
Walaupun peluang untuk menaikan PAD ( Pendapatan asli daerah )” Dikutip dari Kontan.co.id
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
subjek dari Pajak Bumi dan Bangunan walaupun adanya peluang meningkatkan
pendapatan asli daerah(PAD Pajak Bumi dan Bangunan adalah suatu hal yang wajib dipenuhi
oleh setiap warga negara yang memiliki suatu hak atas tanah dan bangunan dan/atau
memperoleh manfaat dari hal tersebut. Sifat kebendaan dari Pajak Bumi dan Bangunan ini
berarti bahwa keadaan dari bumi dan/atau bangunan yang menjadi objek pajak dan tanpa
dipengaruhi oleh keadaan dari subjek menjadi penentu untuk besaran pajak terutang nya.
Dasar hukum yang mengatur pemungutan PBB sebagai salah satu pajak pusat adalah UU
No.12 tahun 1985, UU No.12 tahun 1994 kemudian berdasarkan UUD No.28 tahun 2009
dialihkan kepada pemerintah daerah.
Pada tanggal 5 Januari 2022 adanya kebijakan baru dari Pajak Daerah dan Restribusi
Daerah(PDRD) yang disahkan oleh pemerintah dan DPR mengenai kenaikan tarif Pajak
Bumi dan Bangunan(PBB) hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Hubungan Keuagan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah(UUHKPD) pasal 41 dan pasal 40 yang mengatur dasar
pengenaaan PBB yaitu Nilai Jual Objek Pajak(NJOP) dan menjadi salah satu factor yang
menyebabkan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan.
Namun hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak baik positif seperti
meminimalisir spekulan tanah, meningkatkan nilai ekonomis objek pajak, dan meningkatkan
pendapatan daerah maupun negative seperti bertambahnya beban bagi warga negara yang
menjadi (PAD).

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrxzBUpnpliPTMAlALLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/
RE=1654263465/RO=10/RU=https%3a%2f%2fwww.99.co%2fblog%2findonesia%2fkenaikan-pbb-
palembang%2f/RK=2/RS=S88IEmQrh3Po47kAOP81N5Un_JE

https://www.youtube.com/watch?v=ciunvwJglKo&t=403s

https://id.quora.com/Apakah-faktor-faktor-yang-menyebabkan-tagihan-Pajak-Bumi-dan-Bangunan-
meningkat-terus-tiap-tahunnya/answer/Agus-Cahyadi-1?
ch=10&oid=260527695&share=ea8374b7&srid=hrrV48&target_type=answer

https://www.republika.co.id/berita/r8fdxd380/lama-tak-naik-pemkot-sukabumi-gencarkan-sosialisasi-
rasionalisasi-njop-pbb

http://scholar.unand.ac.id/4413/2/BAB%20V%281%29.pdf

Pratama, Wibi Pangestu. 2022. UU HKPD Terbit, Jokowi Naikkan Tarif PBB Jadi Maksimal 0,5 Persen.
[ONLINE]. Tersedia: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220112/259/1488345/uu-hkpd-terbit-jokowi-
naikkan-tarif-pbb-jadi-maksimal-05-persen. (diakses pada 2 Juni 2022).
Ahmad. 2021. Pengertian Pajak: Fungsi, Manfaat, Jenis dan Cara Membayar. [ONLINE]. Tersedia:
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pajak/ (diakses pada 2 Juni 2022).

Maulida, Rani. 2018. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan. [ONLINE]. Tersedia: https://www.online-
pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-dan-bangunan (diakses pada 2 Juni 2022).

Sembiring, Lidya Julita. 2021. Siap-siap! Tarif PBB Bakal Segera Naik [ONLINE]. Tersedia:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211207133755-4-297341/siap-siap-tarif-pbb-bakal-segera-
naik (diakses pada 2 Juni 2022).

Anda mungkin juga menyukai